NIM : 2212231010
I1
I2
Meresume materi analisis risiko gempa bumi di Gedung BMKG Manado yang
disebabkan oleh resonansi gedung telah memberikan saya wawasan mendalam
tentang pentingnya pemahaman akan faktor-faktor teknis dan struktural dalam
mitigasi risiko bencana. Salah satu poin utama yang saya pelajari dari seminar ini
adalah bagaimana resonansi gedung dapat memperburuk dampak gempa bumi.
Dalam kasus Gedung BMKG Manado, resonansi gedung memainkan peran krusial
dalam membuat bangunan lebih rentan terhadap getaran gempa. Hal ini memberikan
pemahaman yang lebih dalam mengenai bagaimana desain dan konstruksi bangunan
dapat mempengaruhi tingkat kerentanan terhadap gempa bumi.
K1
Sebagai mahasiswa yang tertarik dengan topik ini, saya menemukan bahwa
pembelajaran tentang infrastruktur hijau menawarkan wawasan yang sangat
berharga. “Implementasi infrastruktur hijau dijabarkan dalam pola pemanfaatan
ruang” (Whang dan Chen 2008). Dalam penulisan ini, saya akan membahas beberapa
poin utama yang saya pelajari tentang infrastruktur hijau. Pertama, saya menyadari
pentingnya infrastruktur yang ramah lingkungan dalam mengelola dan memanfaatkan
sumber daya alam dengan cara yang berkelanjutan. Kedua, saya memahami bahwa
infrastruktur hijau bukan hanya tentang teknologi, tetapi juga tentang perencanaan
yang bijaksana dan kebijakan yang mendukung. Hal ini menekankan pentingnya
keterlibatan semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, sektor swasta,
masyarakat, dan lembaga non-pemerintah untuk menciptakan lingkungan yang
mendukung infrastruktur hijau. Selain itu, saya menyadari bahwa infrastruktur hijau
dapat membawa manfaat yang sangat besar, termasuk pengurangan polusi, efisiensi
energi, peningkatan kualitas hidup, dan kesempatan ekonomi baru melalui inovasi
dalam teknologi. Namun, tantangan dalam menerapkan infrastruktur hijau juga tidak
bisa diabaikan, seperti biaya investasi awal yang tinggi, perubahan paradigma dan
perilaku, serta koordinasi lintas sektor yang kompleks. Saya sangat yakin bahwa
pengetahuan yang saya dapatkan tentang infrastruktur hijau akan membantu saya
dalam memahami dan berkontribusi terhadap upaya untuk menciptakan lingkungan
yang lebih berkelanjutan di masa depan. Saya merasa termotivasi untuk terlibat dalam
diskusi dan inisiatif terkait infrastruktur hijau, serta mencari peluang untuk
berkontribusi pada implementasi praktis dari konsep-konsep ini.
Infrastruktur hijau adalah topik yang telah menginspirasi saya dengan cara
yang tidak terduga. Sebagai mahasiswa, saya seakan dihadapkan pada tren
pelestarian yang semakin bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang
berkelanjutan. Melalui pemahaman tentang infrastruktur hijau, saya telah belajar
bahwa pelestarian infrastruktur tidak hanya berarti membangun bangunan atau jalan,
tetapi juga berkaitan dengan integrasi aspek-aspek lingkungan yang mendukung
kesejahteraan masyarakat. Pada tingkat pribadi, belajar tentang infrastruktur hijau
telah membuat saya lebih sadar akan dampak pilihan saya dalam kehidupan sehari-
hari. Saya mulai mempertimbangkan aspek keberlanjutan dalam keputusan
pembelian saya, berkontribusi pada upaya keberlanjutan di lingkungan saya sendiri.
Ini merupakan langkah kecil, namun saya percaya bahwa perubahan dimulai dari
tindakan-tindakan individu yang sadar akan lingkungan. Dengan demikian, melalui
pemahaman tentang infrastruktur hijau, saya merasa dirangsang untuk berperan aktif
dalam menciptakan perubahan menuju masa depan yang lebih berkelanjutan. Saya
menaruh harapan bahwa pengetahuan saya tentang topik ini tidak hanya akan
memperkaya pengalaman saya, tetapi juga akan memberi saya alat untuk
berkontribusi pada perubahan yang positif dalam masyarakat dan lingkungan.
Salah satu jenis infrastruktur hijau yang menarik perhatian saya adalah atap
hijau. Saya terpesona oleh konsep mengubah atap bangunan menjadi ruang terbuka
hijau yang dapat membantu menyaring polusi udara, mengurangi panas perkotaan,
dan memberikan habitat bagi flora dan fauna. Melalui melihat jenis infrastruktur hijau
ini, saya menyadari bahwa solusi-solusi sederhana seperti atap hijau dapat
memberikan dampak besar dalam menjaga lingkungan perkotaan. “Atap hijau
dapat mengurangi konsumsi energi bangunan” (Z. Zhang et al. 2018; Turski and Sekret
2018; Khoshbakht, Gou, and Dupre 2019). Saya juga meyakini bahwa transportasi
berkelanjutan adalah kunci dalam menciptakan lingkungan perkotaan yang lebih
ramah lingkungan. Pengembangan infrastruktur transportasi yang efisien dan
terjangkau, serta promosi penggunaan transportasi berbasis energi terbarukan, dapat
membantu mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan kualitas udara
perkotaan. Sementara itu, pemikiran tentang penataan tata air dan drainase juga
mencuri perhatian saya. Infrastruktur hijau seperti penangkapan air hujan dan
pengelolaan air berbasis ekologi dapat membantu mengurangi banjir perkotaan dan
meningkatkan kualitas air tanah. Saya mengakui bahwa infrastruktur hijau bukan
sekadar tentang teknologi canggih, tetapi juga melibatkan penerapan prinsip-prinsip
desain yang ramah lingkungan dan penyesuaian pola pikir kita terhadap lingkungan
sekitar.
Mempelajari tentang tujuan infrastruktur hijau di dalam dan di luar negeri telah
membawa pemahaman yang mendalam mengenai peran penting infrastruktur hijau
dalam menciptakan lingkungan binaan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Melalui studi kasus ini, saya semakin menyadari betapa beragamnya tujuan
infrastruktur hijau dan dampak positifnya bagi masyarakat dan lingkungan. Di dalam
negeri, misalnya program pemerintah dalam implementasi atap hijau dan taman-
taman kota bertujuan untuk mengurangi efek urbanisasi terhadap suhu udara dan
kualitas udara, serta memberikan ruang terbuka bagi masyarakat perkotaan. Hal ini
menunjukkan komitmen dalam menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan
berkelanjutan. Di luar negeri, terdapat berbagai proyek infrastruktur hijau yang
mendedikasikan tujuannya pada pengurangan emisi gas rumah kaca dan penciptaan
lingkungan yang lebih berkelanjutan. Contohnya, proyek transportasi yang ramah
lingkungan, seperti jaringan kereta api cepat di Eropa, dengan tujuan mengurangi
penggunaan kendaraan pribadi, mereduksi kemacetan, serta mengurangi emisi gas
buang. Hal ini menunjukkan bagaimana infrastruktur hijau dapat memberikan
kontribusi nyata dalam mengatasi perubahan iklim global.
K2
Dalam proyek infrastruktur hijau yang pernah saya amati, melibatkan pihak-
pihak lokal dalam pengembangan dan operasionalisasi proyek, yang pada gilirannya
memperkuat perekonomian lokal dan memberi manfaat jangka panjang bagi
masyarakat setempat. Melalui pembangunan transportasi publik yang ramah
lingkungan, seperti sistem kereta api dan bus yang efisien, proyek infrastruktur hijau
dapat mengurangi kemacetan lalu lintas, polusi udara, dan dampak negatif lainnya
dari transportasi konvensional. Hal ini tidak hanya menciptakan lingkungan yang lebih
bersih dan sehat bagi masyarakat, tetapi juga dapat meningkatkan kualitas hidup dan
kesejahteraan secara keseluruhan. “Infrastruktur hijau adalah sebuah konsep, upaya,
atau pendekatan untuk menjaga lingkungan yang berkelanjutan melalui penataan
ruang terbuka hijau dan menjaga proses-proses alami yang terjadi di alam seperti
siklus air hujan dan kondisi tanah. Konsep infrastruktur hijau adalah membentuk
lingkungan dengan proses alami yang terjaga; meliputi manajemen air hujan,
manajemen kualitas air, hingga pada mitigasi banjir. Arah dari penerapan infrastruktur
hijau adalah untuk mendukung communities development dengan meningkatkan
kondisi lingkungan dan memelihara ruang terbuka hijau” (EPA, 2013).
Di sisi lain, infrastruktur abu-abu sering kali kurang menarik secara estetika dan
kurang memperhatikan aspek lingkungan, yang dapat memengaruhi kesejahteraan
psikologis dan fisik masyarakat. Dari segi keberlanjutan, infrastruktur hijau
menyediakan lingkungan yang lebih berkelanjutan dengan peningkatan efisiensi
energi, pemanfaatan energi terbarukan, dan penggunaan material daur ulang. Hal ini
berbeda dengan infrastruktur abu-abu yang cenderung memerlukan konsumsi energi
yang lebih tinggi untuk pembangunan serta pemeliharaan, dan cenderung lebih
menimbulkan limbah konstruksi. Saat merenungkan tentang keunggulan infrastruktur
hijau dibandingkan infrastruktur abu-abu, saya semakin yakin bahwa infrastruktur
hijau bukan hanya sebuah pilihan, tetapi suatu keharusan dalam membangun kota
yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
K3
K4
Saat terlibat dalam proyek infrastruktur ramah lingkungan, saya belajar tentang
penerapan teknologi yang lebih efisien, penggunaan sumber daya yang terbarukan,
dan integrasi prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan dalam perencanaan dan
pembangunan infrastruktur. Saya menyadari bahwa infrastruktur ramah lingkungan
tidak hanya mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, tetapi juga
menciptakan peluang baru bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.
Melalui pengalaman saya dalam mempelajari materi peluang pemulihan ramah
lingkungan dan keuangan berkelanjutan, saya semakin menyadari betapa pentingnya
integrasi antara upaya pemulihan ekonomi dan perlindungan lingkungan. Melalui
pemahaman ini, saya melihat bahwa peluang untuk pemulihan ekonomi yang
berkelanjutan secara langsung terkait dengan upaya perlindungan lingkungan dan
keberlanjutan. Dalam konteks ini, saya belajar bahwa integrasi keuangan
berkelanjutan dapat memperkuat pemulihan ekonomi dengan cara yang ramah
lingkungan. Dengan mengintegrasikan pertimbangan lingkungan dan sosial dalam
pengambilan keputusan keuangan, baik pada tingkat individu maupun korporasi, kita
dapat menciptakan perubahan yang signifikan dalam cara kita berinvestasi, berbisnis,
dan mengelola aset keuangan.
K5
K6
Sumber daya manusia yang terlatih dalam konsep infrastruktur hijau masih
tergolong langka, sehingga membutuhkan investasi dalam pelatihan dan pendidikan
untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan dalam mengimplementasikan
infrastruktur hijau. Dengan semangat dan komitmen yang kokoh, saya yakin bahwa
infrastruktur hijau dapat menjadi pilar utama dalam menciptakan lingkungan binaan
yang berkelanjutan dan harmonis bagi kita semua. Menurut Aziz (2011) “Faktor
penghambat yang paling utama dalam menerapkan green infrastructure management
di Indonesia berkaitan dengan masalah hukum dan regulasi untuk menyediakan
guideline mengenai pelaksanaan green infrastructure management, seperti
meningkatnya risiko investasi dan kurangnya kebutuhan akan green infrastructure
management”
Wilkinson, SJ, Ghosh, S., Pelleri, N., 2022. Pendekatan wajib atau sukarela
terhadap penerapan atap hijau: studi perbandingan di beberapa kota global.
J.Lingkungan.