GREEN BUILDING
SURAKARTA
2021
A. Pengertian Green Building atau Bangunan Hijau
Green Building atau Bangunan Hijau adalah bangunan yang secara life cycle-nya
di mulai sejak tahap perencanaan, pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, renovasi,
hingga pembongkarannya memperhatikan dampak negatif dan menciptakan dampak
positif terhadap iklim dan lingkungan alam.
Saat ini keberadaan green building di Indonesia masih sangat sedikit, sehingga
konsep dan pemahaman konsep green building di Indonesia masih harus terus
disosialisasikan dan didorong penerapannya. Penelitian ini bermaksud mengeksplorasi
penerapan konsep green building pada gedung Bank Indonesia (BI) Surakarta. Tujuannya
adalah untuk mengidentifikasi latar belakang dan proses penerapan konsep green building
pada gedung tersebut, serta mengetahui pandangan dan peran dari dari pihak-pihak yang
terlibat dalam proses perencanaan, pembangunan serta penggunaannya. Metode
penelitian dilakukan dengan pendekatan kombinasi metode kuantitatif dan kualitatif dari
owner, konsultan perencana, kontraktor dan pengguna gedung. Untuk memastikan
kualitas data yang dikumpulkan, dilakukan triangulasi teknik pengumpulan data meliputi
observasi, wawancara mendalam, kuesioner dan studi dokumentasi. Penentuan sampel
sumber data dilakukan secara purposive. Analisis data kualitatif dilakukan melalui proses
data reduction, data display, dan verification. Hasil penelitian menunjukkan komitmen
yang kuat dari owner sebagai pioneer dalam mewujudkan bangunan yang ramah
lingkungan dan hemat energi sebagai alasan utama penerapan konsep green building pada
Gedung BI Surakarta.
D. Saran Rekomendasi
Dampak positif ini akan didapat alam dengan melindungi, menghemat,
mengurangi penggunaan sumber daya alam, menjaga mutu dari kualitas udara di dalam
ruangan, mempertimbangkan lingkungan dalam proses pembangunan, menggunakan
bahan yang tidak beracun dan memperhatikan kesehatan penghuninya yang semua
berpegang pada kaidah bersinambungan.
E. Kesimpulan
Bangunan hijau merupakan alat untuk meningkatkan efisiensi sumber daya
bangunan berupa energi, air dan bahan sekaligus mengurangi dampak bangunan pada
kesehatan manusia dan lingkungan.
F. Daftar Pustaka
Utami N. 2021. Penerapan Green Building Di Indonesia.
https://environment-indonesia.com/penerapan-green-building-di-indonesia/. Diakses pada
tanggal 17 November 2021.
DOSEN PENGAMPU :
Dr.Dewi Handayani,S.T,M.T
DISUSUN OLEH:
1. RAFLI BRIAN AFRILIANO V4221068
2. RAFLI DIKY ZAKARIA V4221069
3. SANDHI HAYUDHA SYAHPUTRA V4221079
4. YOLANDA LUHUR SAPUTRA V4221090
5. ZAIN AHSANI AZIZ V4221093
6. DANIEL ZEFANNYA V4221095
1
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
TAHUN 2021/2022
1. Pengertian Green City
Peningkatan jumlah penduduk di kawasan perkotaan (urbanisasi) dan
menurunnya kualitas lingkungan perkotaan membawa berbagai konsekuensi
masalah di Indonesia, diantaranya peningkatan angka kemiskinan perkotaan,
kemacetan lalu lintas, kenaikan permukaan air laut, pemenuhan kebutuhan
infrastruktur yang belum merata, makin banyaknya lingkungan kumuh, dan banjir.
Dengan masalah sedemikian rupa, manusia mulai sadar dengan lingkungan
yang sehat, bersih, dan asri. Konsep Green City atau kota hijau muncul pertama kali
dalam pertemuan PBB yang dihadiri lebih dari 100 walikota dan gubernur di San
Fransisco, Amerika Serikat, pada Hari Lingkungan Hidup Sedunia pada tahun 2005.
Pertemuan tersebut, diantaranya melahirkan kesepakatan bersama mewujudkan
pengembangan kota dengan konsep ‘kota hijau’
Kota Hijau merupakan suatu kota yang terencana dengan baik, bercirikan
ramah lingkungan dan mampu memanfaatkan sumber daya alam secara seimbang
sehingga tercipta kesejahteraan bagi penduduknya. Beberapa ciri kota hijau antara
lain memanfaatkan secara efektif dan efisien sumber daya air dan energi,
mengurangi limbah, menerapkan sistem transportasi terpadu, menjamin kesehatan
lingkungan, serta menyinergikan lingkungan alami dan buatan berdasarkan
perencanaan dan perancangan kota yang berpihak pada prinsip pembangunan
berkelanjutan (lingkungan, sosial, dan ekonomi).
2
Green water : efisiensi pemanfaatan sumber daya air.
3. Regulasi
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang secara
tegas mengamanatkan minimal 30% dari wilayah kota berwujud ruang terbuka hijau
(RTH) dengan komposisi 20% RTH publik dan 10 persen RTH privat. Pengalokasian
RTH ini ditetapkan ke dalam peraturan daerah (perda) tentang RTRW kabupaten/kota
4. Implementasi
A. Pembentukan Forum Solo Hijau
Forum Solo Hijau adalah sebuah wadah komunikasi dan edukasi, antar
institusi, komunitas, lembaga, individu, bersifat terbuka, non partisan yang
peduli lingkungan menuju Kota Solo lestari. Badan Lingkungan Hidup
Kota Surakarta dan Forum Solo Hijau mewujudkan Green Community
dengan :
B. Taman Cerdas
Kota Surakarta membangun beberapa taman cerdas, di antaranya yang
sudah terealisasi adalah di Kelurahan Sumber, Kadipiro, Gandekan,
Joyontakan, Mojosongo dan Pajang. Taman ini menyediakan sarana bermain
dan berkreasi yang dilengkapi perpustakaan, multimedia, komputer dan akses
internet yang semuanya bisa digunakan secara gratis oleh anak-anak. Taman
pintar dibangun sebagai sarana bermain edukatif dan bersifat rekreatif, guna
mendukung Surakarta sebagai kota hijau
C. Taman Tirtonadi
Taman tirtonadi merupakan taman yang dibangun dari pembukaan
lahan baru yang dahulunya merupakan pemukiman kumuh bantara kali pepe.
3
Dua tahun lalu, lokasi itu masih menjadi tempat yang kumuh. Ratusan
hunian liar berdiri di bantaran sungai yang merupakan tembusan dari Kali
Pepe itu. Pemerintah lantas merelokasi para warga yang terdampak proyek
taman dan bendung tersebut.
Selain itu, taman itu juga dilengkapi dengan gedung yang akan
berfungsi sebagai sarana edukasi tentang air dan drainase. Sebagai bekas ibu
kota kerajaan, Kota Solo memiliki sistem pengaturan sungai dan drainase
yang cukup maju pada zamannya.
4
DAFTAR PUSTAKA
Bapeda Kota Banda Aceh. 2015. “Green City”, diakses pada 18 November 2021 pukul 08.01.
https://bappeda.bandaacehkota.go.id/program-strategis/green-city/
Program Pengembangan Kota Hijau. “Konsep Pengembangan Kota Hijau”, diakses pada 18
http://sim.ciptakarya.pu.go.id/p2kh/knowledge/detail/konsep-pengembangan-kota-hijau
5
MAKALAH TEKNOLOGI REKAYASA LINGKUNGAN
GREEN GOVERNMENT
DOSEN PENGAMPU :
Dr.Dewi Handayani,S.T,M.T
DISUSUN OLEH:
1. PANGGAH WISNU KUNCORO (V4221064)
2. PRIANKA AURORA RIZKI N (V4221065)
3. RANGGA HERU DARMA PUTRA (V4221070)
4. SAFIRANESTI APRILIANI N (V4221077)
5. VALLENCIA DWI PURWONO (V4221085)
6. YUAN PRATAMA SADEWO (V4221092)
1
TAHUN 2021/2022
1. Pengertian Green Government
-Umum
Green government dapat diartikan sebagai pemerintahan yang berwawasan
lingkungan berkelanjutan. Green government bukan sekadar pemerintahan
yang peduli lingkungan hidup,melainkan juga pemerintahan yang benar-benar
memiliki visi dan misi terhadap pembangunan kota yang berkelanjutan.
-Ahli
Mengutip Richard Register (1987) dalam bukunya Ecocity Berkeley : building
cities for a healthy future, green government sama artinya pemerintah yang
dapat membangun sebuah kota mandiri, yang bisa menggunakan sumber
energi yang ramah lingkungan, berpolusi sangat rendah, gedung-gedung
bermaterial ramah lingkungan, dan berkontribusi meminimalisasi terjadinya
climate change (perubahan iklim).
2. Ukuran/Acuan
Konsep ini tercetus karena pada abad sekarang, lebih dari 50%
penduduk bumi menetap dan bekerja di kota. Kaum urban setiap tahun
meningkat. Tingginya angka urbanisasi dari desa ke kota dijadikan sebagai
tantangan dan kesempatan untuk merancang kota yang ramah lingkungan dan
memiliki keberlangsungan kehidupan yang tinggi. Kota bukan lagi sekadar
tempat tinggal atau bekerja, tetapi sebagai gaya hidup yang bersentuhan
dengan alam.
3. Implementasi
2
makna yang lebih luas daripada sekedar kampus hijau yang ditumbuhi banyak
pohon tapi Green Campus sendiri adalah menjadikan lingkungan kampus
menjadi berwawasan lingkungan.
4. Rekomendasi
1) Pemerintah harus mengawasi dan menjalankan regulasi yang berkaitan dengan green
goverment.
3
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Sebelas Maret. “Green Campus”, , diakses pada 17 November 2021 pukul 21.15.
https://www.youtube.com/watch?v=d-AhgB8WFbs&feature=youtu.be
Green Government sebagai Pemerintahan berwawasan Visi Misi. “Green Government Alfi”,
diakses pada 17 November 2021 pukul 21.17.
https://www.academia.edu/35658511/GREEN_GOVERNMENT_ALFI#:~:text=Green%20g
overnment%20dapat%20diartikan%20sebagai%20pemerintahan%20yang%20berwawasan,vi
si%20dan%20misi%20terhadap%20pembangunan%20kota%20yang%20berkelanjutan
4
TUGAS KELOMPOK TEKNOLOGI DAN REKAYASA
LINGKUNGAN MAKALAH GREEN INDUSTRY
OLEH :
2. Tujuan
Tujuan green industry adalah menjadikan industri yang sesuai dengan
lingkungan sekitar baik secara moral maupun fisik. Saat ini pemerintah Indonesia
sedang merevisi UU tentang perindustrian. Salah satunya adalah mengatur tentang
perancanaan, pelaksanaan, dan pengembangan industri hijau
3. Manfaat
Penerapan industry hijau secara bertahap akan dapat membantu meningkatkan
efesiensi, keuntungan serta daya saing di pasar global. Pendekatan yang menerapkan
prinsip-prinsip efesiensi dan pencegahan pencemaran, disatu sisi akan mampu
mengurangi biaya produksi, sementara pada sisi lain kepentingan lingkungan juga
terpenuhi. Namun, realitas menunjukkan bahwa dukungan terhadap pelaksanaan
industry hijau dari perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Indonesia belum cukup
kuat.
Oleh karena itu, identifikasi faktor-faktor organisasi perusahaan yang berperan
dalam menentukan keberhasilan pengelolaan lingkungan, khususnya penerapan
industry hijau di Indonesia, perlu dieksplorasi lebih lanjut untuk memberikan
masukan ke berbagai pihak dalam pengelolaan lingkungan yang lebih baik.
Environmental Strategic Management (ESM) dapat dijadikan pilihan sebagai alat
bantu manajemen yang dapat dimanfaatkan untuk menjalankan kebijakan industry
hijau untuk skala kawasan.
Perubahan iklim adalah fenomena global yang dipicu oleh kegiatan manusia
terutama yang berkaitan dengan penggunaan bahan bakar fosil (BBF) dan kegiatan
alih-guna lahan. Kegiatan tersebut dapat menghasilkan gas-gas yang makin lama
makin banyak jumlahnya diatmosfir. Diantara gas-gas tersebut adalah karbon dioksida
(CO2), Metana (CH4) dan nitrous oksida (N2O). Gas-gas tersebut mempunyai sifat
seperti kaca yang meneruskan radiasi gelombang pendek atau cahaya matahari, tetapi
menyerap dan memantulkan radiasi gelombang panjang atau radiasi balik yang
dipancarkan bumi yang bersifat panas sehingga suhu atmosfir bumi makin meningkat.
Berada di bumi yang diliputi gas-gas tersebut bagaikan di dalam rumah kaca yang
selalu lebih panas dibanding suhu udara diluarnya. Oleh karena itu, gas-gas tersebut
dinamakan gas rumah kaca (GRK) dan pengaruh yang ditimbulkannya dikenal dengan
efek rumahkaca yang selanjutnya menimbulkan pemanasan global dan perubahan
iklim.8 Hasil dari industri bersih dapat mengelola emisi yang dihasilkan oleh Industri,
dengan mengelola emisi dengan baik berarti dapat mengurangi emisi yang berupa gas
rumah kaca sehingga efek rumah kaca dapat dikurangi, selanjutnya bisa mengurangi
pemanasan global.
6. Implementasi
Salah satu peralatan yang memegang peranan penting dalam proses membatik
adalah canting. Umumnya, canting yang biasa digunakan adalah canting tradisional,
dengan proses tradional pula biasanya menggunakan kompor minyak tanah dan yang
lebih modern lagi menggunakan kompor listrik. Prosesnya malam dimasukkan dalam
wajan kemudian dipanaskan sampai mencair selanjutnya diambil dengan canting.
Melalui lubang yang ada pada ujung canting malam ditorehkan kepada kain. Proses
yang demikian kurang efektif dan effisien, pembatik dapat terkena percikan malam
yang panas ketika meniup malam yang mungkin menyumbat lubang jalannya malam
cair, malam sering tumpah dan frekuensi pengambilan malam dilakukan berkali-kali.
Adanya perkembangan teknologi, maka beredar canting listrik. Kelebihan canting
listrik adalah adanya pengontrolan suhu secara otomatis sehingga dapat
mempermudah untuk menyesuaikan dan mempertahankan kestabilan suhu malam
cair, namun kekurangannya adalah kapasitas nyamplungan kurang besar.
Upaya pembinaan terhadap industri batik khususnya batik tulis telah dilakukan
pemerintah untuk semakin memperkuat daya saing industri yang salah satunya adalah
terkait implementasi Industri Hijau. Melalui Kementerian Perindustrian, pemerintah
telah menyusun dan mensyahkan pemberlakuan regulasi industri hijau melalui
Permenperin No.13/2019 tentang Standar Industri Hijau Untuk Industri Tekstil
Pencelupan, Pencapan dan Penyempurnaan. Permenperin No.13/2019 tersebut
merupakan implementasi dari UU no.3/2014 pasal 77 s/d 83. Konsep dasar Industri
Hijau menekankan bahwa suatu proses industri harus efisien dan efektif dalam
penggunaan sumber daya secara berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan
pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta dapat
memberi manfaat bagi masyarakat.
Daftar Pustaka
● Alrasyid, M. H. (2016). Environmental Strategic Management Untuk Kawasan Industri
Hijau. IJEEM-Indonesian Journal of Environmental Education and Management, 1(1),
101-116.
● Aminah, A., & Yusriadi, Y. (2018). Pelaksanaan Program Industri Hijau sebagai Upaya
Pemenuhan Komitmen Penurunan Gas Rumah Kaca.
● Cahyono, H. B., & Yuliastuti, R. (2021). Aplikasi Canting Listrik Pada Industri Batik Tulis Untuk
Mendukung Implementasi Industri Hijau Pada Industri Tekstil Pencelupan, Pencapan Dan
Penyempurnaan. Jurnal Teknologi Proses dan Inovasi Industri, 5(2), 67-73.
MAKALAH TEKNOLOGI REKAYASA LINGKUNGAN
MATERI “GREEN TRANSPORT”
Disusun oleh :
KELAS C
SURAKARTA
2021
1. PENGERTIAN GREEN TRANSPORT
c. Menekan biaya pembuatan dan menggunakan sumber daya alam yang tidak
dapat diperbaharui.
Meskipun memiliki visi dan misi yang bagus, konsep green trasnportation atau
transportasi hijau masih memiliki banyak kendala sehingga sulit diterapkan dinegara
seperti indonesia,beberapa kendalanya adalah sebagai berikut:
30 sd 45 46 sd 60 61 sd 75 76 sd 90
1. Mendorong Penggunaan
Tranportasi Publik
1.1 Persentase Transportasi <5% 6 sd 15% 16 sd 25% >25%
publik berbahan bakar
ramah lingkungan
5. Pengembangan Ruang
Terbuka Hijau
5.1 Persentase luasan RTH <5% 6 sd 15% 16 sd 25% >25%
dibanding lus wilayah
administrasi
4. SARAN REKOMENDASI
Dari pembahasan diatas maka saran kami adalah :
1. Pembatasan jumlah kendaraan dan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi
denganmenegakan hukum (transportasi) mengenai pajak kendaraan di
Indonesia denganmeningkatkan tarif pajak kendaraan pribadi
2. Mengoptimalisasi penggunaan transportasi publik serta pemanfaatan hasil
perolehan pajak untuk perbaikan utilitas jalan dan infrastruktur kota
3. Pemeliharaan Transportasi Publik yang lebih Intensif agar masyarakat tidak
enggan untuk menggunakan transportasi public yang ada, selain itu juga
pelayanan transportasi public haruslebih ditingkatkan sehingga penumpang
merasa lebih aman dan nyaman
4. Perluasan prasarana jalan bagi pejalan kaki sangat diprioritaskan agar
masyarakat merasa nyaman dan aman dengan penghijauan sekitarnya dan
desain jalan untuk pedestrian yangdisesuaikan dengan kearifan lokal.
5. Pertambahan jumlah pejalan kaki sangat sustainable sehingga daya tarik untuk
sarana jalanharus lebih ditingkatkan.
5. KESIMPULAN
Daftar Pustaka