Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM RESUSITASI JANTUNG PARU

(RJP)

Achmad Kautsar Rafi


231610101148

Fisiologi- Biomedik Kedokteran Gigi


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2023
PANDUAN PRAKTIKUM
09 RESUSITASI JANTUNG-PARU (RJP)

BLOK 3
FUNGSI SISTEM TUBUH MANUSIA
(FISIOLOGI)

Disusun oleh :

Dr. Zahreni Hamzah, drg., M.S.


Dr. Tecky Indriana, drg., M.Kes.
Dr.Suhartini,drg.,M.Biotech

Fisiologi – Biomedik Kedokteran Gigi


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER,
2023
9 RESUSITASI JANTUNG-PARU (RJP)

9.1 Tujuan Praktikum


Praktikum ini ditujukan untuk memberi pengetahuan dan pengalaman bagi mahasiswa
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember untuk memberi pertolongan pertama pada
penderita henti nafas.

9.2 Resusitasi Jantung Paru (RJP)


Resusitasi jantung paru/RJP adalah tindakan pertolongan pertama pada orang yang
mengalami henti napas karena sebab tertentu. RJP bertujuan untuk membuka kembali jalan
napas yang menyempit atau tertutup sama sekali. RJP sangat dibutuhkan oleh orang yang terkena
serangan jantung, sesak napas akibat syok akibat kecelakaan, terjatuh, tenggelam dan
sebagainya.
Khusus untuk korban pingsan akibat kecelakaan, korban tidak boleh langsung dipindahkan.
Hal ini dikhawatirkan ada tulang yang patah. Bagi korban tenggelam dan serangan jantung harus
segera dilakukan RJP.

9.2.1 Pemeriksaan Airway, Breathing, Circulation (ABC)


RJP dapat digolongkan dalam 3 (tiga) macam cara yaitu pemberian (A) nafas bantuan, (B)
nafas buatan, (C) pijat jantung.

9.2.1.1 Nafas Bantuan


Nafas bantuan adalah nafas yang diberikan kepada pasien untuk menormalkan frekuensi
nafas pasien yang di bawah normal (frekuensi nafas orang dewasa muda adalah 12 – 20 kali per
menit). Jika frekuensi nafas : 6 kali per menit, maka harus diberi nafas bantuan di sela setiap
nafas spontan sehingga total nafas per menitnya menjadi normal (12 kali). Hal ini dilakukan agar
paru terstimulasi untuk mengalami pernafasan spontan kembali.
9.2.1.2 Nafas Buatan
Nafas buatan adalah cara melakukan nafas buatan yang sama dengan nafas bantuan,
tetapi nafas buatan diberikan pada pasien yang mengalami henti nafas. Diberikan dua kali secara
efektif agar dada dapat mengembang.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan tindakan RJP yaitu :
(1) Periksa kesadaran orang yang akan diberi bantuan pernafasan,
(2) Harus ada tenaga lain yang dapat menolong,
(3) Posisi penderita;
Letakkan penderita dengan muka menghadap ke atas (posisi terlentang) pada dasar yang
kokoh. Kontrol kepala dan leher ketika akan membalik penderita, terutama bila terdapat
tanda-tanda trauma, fraktur, atau luka di dalam tubuh yang dapat memperburuk perawatan
selanjutnya. Apabila penderita mengalami trauma medulla spinalis, pertahankan kepala
penderita pada posisi netral dan gerakkan bersama badan sebagai satu bagian.
(4) Membuat jalan nafas dan menjaga agar jalan nafas tetap terbuka,
(5) Upayakan agar tidak ada yang menghalangi jalan pernafasan seperti lidah, cairan lendir,
muntah, yang mungkin dapat menghalangi gerakan udara melalui faring, demikian pula ikat
pinggang, BH dan stagen harus dilonggarkan. Bagi penderita yang tenggelam, air masuk ke
dalam paru atau lambung harus dikeluarkan.

9.2.1.3 Pijat Jantung


Pijat jantung adalah usaha untuk “memaksa” jantung memompa darah ke seluruh tubuh.
Pijat jantung dilakukan pada korban dengan nadi karotis yang tidak teraba. Pijat jantung
umumnya dikombinasi dengan nafas buatan.

9.2.2 Prosedur Standar RJP


1. Periksa Kesadaran Penderita
(1) Tepuk bahu / goyangkan badan penderita
(2) Jika belum merespon, panggil dengan suara keras
(3) Jika tidak merespon lakukan tahap ke-2

2. Panggil bantuan
(1) Berteriak minta tolong kepada orang di sekitar
(2) Telpon 911 atau Panggilan emergensi lokal
(3) Informasikan tentang kejadian, jarak terdekat menuju kejadian, nama tempat kejadian,
lantai, kamar, secara lengkap.
(4) Jelaskan nama anda yang menghubungi, apa yang terjadi, jumlah korban, kondisi
korban, dan pertolongan yang sudah diberikan.
(5) Sementara menunggu Tim Emergency Medical Service/EMS datang, lakukan tahap ke-
3.

3. Atur Posisi Korban


(1) Posisi baring telentang (agar efektif dalam melakukan pemeriksaan napas dan nadi)
(2) Baringkan di tempat datar dan keras.

4. Ekstensikan Kepala Korban


(1) Tehnik mengangkat dengan cara 1 tangan di dahi korban dan tangan lainnya di bawah
dagu korban

5. Periksa Mulut Korban


(1) Kaji adanya benda asing / muntahan di mulut korban. Jika terlihat ambil benda asing
tersebut. Pengambilan material cair dengan kain, pengam-bilan material padat dengan
jari
(2) Segera lakukan tahap 6.

6. Periksa Napas
(1) Lihat dada penderita apakah normal (normalnya turun naik)
(2) Dengar suara napas dengan merasakan hembusan napas di pipi
(3) Jika tidak ada tanda-tanda napas, lanjut ke tahap-7

7. Beri 2 kali napas buatan


(1) Pencet hidung korban, lingkari mulut korban dengan mulut anda secara ketat
(2) Hembuskan napas pelan dan dalam sampai melihat dada penderita naik
(3) Batas waktu antara napas kedua 1,5 detik
Gambar 10-1. Cara Mendengarkan, Melihat dan Merasakan Nafas

8. Periksa nadi korban


(1) Pada orang dewasa terletak di arteri karotis (leher)
(2) Angkat dagu seperti tahap 4, tekan dan rasakan nadi carotis, tahan 5-10 detik
(3) Jika nadi ADA dan napas TIDAK ADA, beri napas buatan sebanyak 10-12x/menit
(4) Jika nadi dan napas TIDAK ADA, mulai gunakan KOMPRESI DADA.

9. Kompresi Dada
(1) Tekan teratur pada dinding dada. Diharapkan darah akan mengalir ke organ vital dan
organ vital masih tetap berfungsi hingga EMS datang
(2) Lokasi penekanan pada area dua jari di atas prosesus xifoideus.
Penekanan dilakukan dengan menggunakan pangkal telapak tangan. Dengan posisi satu
tangan di atas tangan yang lain.
(3) Tekanan pada tulang dada dilakukan sedemikian rupa sehingga masuk 3-4 cm (pada
orang dewasa).
(4) Jaga lengan penolong agar tetap lurus, sehingga yang menekan adalah bahu (atau lebih
tepat tubuh bagian atas) dan bukan tangan atau siku.
(5) Pastikan tekanan lurus ke bawah pada tulang dada karena jika tidak, tubuh dapat
tergelincir dan tekanan untuk mendorong akan hilang.
Gunakan berat badan saat kita berikan tekanan.
(6) Dorongan yang terlalu besar akan mematahkan tulang dada
(7) Waktu untuk menekan dan waktu untuk melepas harus sama waktunya.
(8) Berikan kompresi 30x dengan kecepatan 80-100x/menit
(9) Setiap 30 kali kompresi harus dikombinasikan dengan napas buatan 2x, sebanyak 5
siklus.

10. Kordinasikan Antara Kompresi dengan napas buatan


(1) Setiap akhir 30x kompresi diselingi dengan 1-1,5 detik napas buatan.
(2) Rangkaian 30 kali kompresi dan 2 kali napas buatan diulang selama 5 kali siklus baru
lakukan evaluasi nadi (tahap ke-8)
(3) Lanjutkan resusitasi hingga bantuan tiba.
(4) Untuk memperjelas tahapan di atas silahkan Link pada https://www.youtube.com/watch?
v=TIBCLc4JZyc

9.3 Pertolongan Pertama untuk Tertelannya Gigi Tiruan


(1) Lakukan pertolongan dengan metode Heimlich. Lihat gambar berikut

Gambar 9-2 Metode Heimlich unt dewasa, anak dan bayi bila tertelan benda asing

9.4 Tanda keberhasilan RJP


1. Kesadaran penderita pulih kembali secara bertahap.
2. Dada kembali naik dan turun dengan setiap tiupan (ventilasi).
3. Pupil bereaksi atau tampak berubah normal (pupil harus mengecil saat diberikan cahaya).
4. Denyut jantung kembali terdengar,
5. Denyut nadi arteri mulai teraba,
6. Reflek pernapasan spontan
7. Terlihat kulit penderita yang pucat kembali normal.
8. Penderita dapat menggerakkan tangan atau kakinya.
9. Penderita berusaha untuk menelan.
10. Penderita menggeliat atau memberontak.

Gambar 9-3. Metode RJP


9.5 Penghentian RJP
RJP dihentikan bilamana :
1. Tindakan RJP efektif telah berlangsung 30 menit tetapi kriteria berikut masih dijumpai yaitu :
(1) ketidaksadaran menetap,
(2) tidak timbul pernafasan spontan,
(3) denyut nadi tidak teraba,
(4) pupil berdilatasi dan menetap, atau
(5) denyut nadi karotis tidah teraba.
2. Penghentian resusitasi dilakukan mengingat pernafasan yang telah terhenti selama 30 menit
biasanya menunjukkan kematian serebal, atau pasien sudah menunjukkan tanda kematian
(kaku mayat), sehingga resusitasi selanjutnya dipandang tidak berguna.
3. Faktor lain yang mungkin dapat merupakan keputusan untuk menghentikan tindakan RJP
adalah kondisi penolong yang telah lelah dan sudah tidak kuat lagi; bantuan sudah datang,
dan atau perjanjian tertulis dengan pasien dan keluarganya untuk tidak melakukan resusitasi.

9.6 Perlindungan Diri Bagi Penolong


1. Pastikan tempat memberi pertolongan tidak membahayakan penolong dan pasien,
2. Minimalisasi kontak langsung dengan pasien untuk mencegah penularan penyakit,
3. Selalu memperhatikan kesehatan diri penolong, sebab pemberian pertolongan pertama
adalah tindakan yang sangat memakan energi. Jika dilakukan dengan kondisi tidak sehat,
justru akan membahayakan penolong sendiri.

9.7 Percobaan
(1) Lakukan seperti uraian di atas.
(2) Mohon di rekam, silahkan kirim rekaman kepada pembimbing yang telah ditunjuk.

Pertanyaan
1. Jelaskan mengapa mahasiswa fakultas kedokteran gigi memerlukan pengetahuan
tentang BLS ?.
Mahasiswa kedokteran gigi berinteraksi langsung dengan pasien setiap
hari, dan pasien mereka dapat mengalami keadaan darurat medis tiba-tiba seperti
serangan jantung, asma, atau reaksi alergi yang mengancam nyawa. Dalam
situasi seperti ini, pengetahuan BLS sangat penting untuk memberikan perawatan
medis dasar sebelum bantuan medis lanjutan tiba.
Selain itu BLS adalah bagian integral dari standar praktik klinis dalam
bidang kedokteran gigi dan sektor kesehatan secara umum. Mengikuti pedoman
BLS membantu memastikan keselamatan pasien dan mengurangi risiko
komplikasi dalam prosedur kedokteran gigi. Di banyak negara, para mahasiswa
kedokteran gigi harus lulus ujian komprehensif dan mendapatkan lisensi untuk
dapat berpraktik. Pengetahuan BLS seringkali menjadi salah satu syarat untuk
lisensi ini.

2. Apa gunanya metode Heimlich Manuever di bidang kedokteran gigi ?


Metode Heimlich Maneuver itu sendiri adalah prosedur pertolongan
pertama yang digunakan untuk mengatasi obstruksi jalan napas akibat tertelan
atau terjebaknya benda asing di tenggorokan atau saluran napas. Meskipun
metode ini biasanya lebih dikaitkan dengan penanganan keadaan darurat di luar
bidang kedokteran gigi, namun dalam konteks kedokteran gigi, metode Heimlich
Maneuver masih memiliki beberapa relevansi.
Contohnya, Pencegahan tersedak: Mahasiswa dan profesional kedokteran
gigi sering berurusan dengan pasien yang mungkin mengalami kesulitan menelan
atau tersedak saat perawatan gigi atau ketika bahan seperti gips dan gigi tiruan.
Dalam situasi seperti itu, pengetahuan tentang metode Heimlich Maneuver dapat
membantu mencegah tersedak dan meresponsnya dengan cepat jika terjadi.

REFERENSI

Barrett KE, Barman SM, Boitano S, Brooks HL. 2010. Ganong’s Review of Medical Physiology.
23th Edition, Mc Grow Hill Medicine, New York.
Hall JE. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology (Guyton Physiology), 12 th Edition,
Elsevier. USA.
Ikoma A, Cevikbas F, Kempkes C, Steinhoff M. 2011. Anatomy and neurophysiology of
pruritus. Semin Cutan Med Surg. 2011 Jun; 30(2):64-70. Doi: 10.1016/j.sder.2011.04.001.

Anda mungkin juga menyukai