Anda di halaman 1dari 12

ASKAH DRAMA

BAHASA INDONESIA KELAS XI SMA NEGERI 1 BANGUNTAPAN


TAHUN AJARAN 2022/2023

DISUSUN OLEH:
1. Baihaqi Ali Wicaksono (05)
2. Elvira Putri Arianti (08)
3. Irfan Annaafi Putra (15)
4. Mirza Dhiyaulhaq (19)
5. Nazwa Endar Fajar Azwadina (26)
6. Raden Bagus Rizal Ghozali (29)
7. Restu Wijaya Afani (31)

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 BANGUNTAPAN


BANTUL, D.I YOGYAKARTA
2023
HALAMAN PENGESAHAN
Telah diketahui dan disetujui oleh pembimbing dan disahkan oleh
pembimbing pelajaran seni budaya dan pembimbing pelajaran bahasa Indonesia
kelas XI MIPA 3 SMA Negeri 1 Banguntapan untuk memenuhi tugas membuat teks
drama.

Telah disetujui pada :


Hari, Tanggal :
Tempat : SMA Negeri 1 Banguntapan

Mengetahui,
Pembimbing Seni Budaya Pembimbing Bahasa Indonesia

Arthyas Fresty Archasanty, S.Pd Dra. Ismulyati Pratiwi


NIP.198906152019032009 NIP.196504122007012015
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang berkat rahmat, hidayah dan inayah-Nya.
sehingga dapat menyusun serta menyelesaikan karya resensi yang berjudul ”Orang
Miskin Berhak Mendapatkan Pendidikan” sesuai waktu yang telah ditentukan.
Tujuan penulisan karya resensi ini adalah untuk memenuhi tugas mata
pelajaran Bahasa Indonesia dan menambah koleksi perpustakaan. Dalam
penyusunannya banyak kesulitan yang dialami penulis. Berkat bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak, kesulitan tersebut dapat diatasi. Untuk itu,
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Sutrisno, S.Sos selaku Kepala Perpustakaan Ki Hajar Dewantara SMA Negeri
1 Banguntapan
2. Dra. Ismulyati Pratiwi selaku guru Bahasa Indonesia, yang telah membimbing
dalam penyusunan naskah drama ini.
3. Ibu Arthyas Fresty Archasanty selaku guru seni budaya yang telah
membimbing dalam proses melakukan drama.
4. Anggota kelompok yang telah membantu dalam menyusun karya naskah drama
ini.
Kami menyadari bahwa naskah drama ini masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itu, kritik dan saran pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan
terhadap kebaikan naskah drama ini.

Banguntapan, … Mei 2023


Penyusun,

(…………………………..)
DAFTAR ISI
UNSUR INTRINSIK
A. Tokoh

1. Pak Ilham
2. Bu Kholfah
3. Iqbal
4. Lintang
5. Shafa
6. Adrian
7. Farhan
B. Latar
1. Latar Tempat
a. SD Muhammadiyah
b. Pasar
c. Tambang Timah
d. Rumah Lintang
2. Latar Waktu
a. Tahun 1974
b. Pendaftaran sekolah SD Muhammadiyah
c. Liburan sekolah
d. Lomba di Kecamatan
3. Latar Suasana
a. Cemas
b. Senang
c. Sedih
C. Penokohan
1. Pak Ilham : Kepala Sekolah dan guru di SD Muhammadiyah.
Ia dengan Bu Muslimah tetap mempertahankan
sekolah tersebut yang hampir ditutup. Pak Harfan
mempunyai dedikasi yang tinggi akan pendidikan.
2. Bu Kholifah : Guru di SD Muhammadiyah yangsangat gigih
dalam mengajar. Ia sangat berdedikasi pada
pendidikan dan dengan segenap jiwa mengajar
murid-murid di SD Muhammadiyah. Ia memiliki
pendirian yang progresif dan terbuka terhadap ide
ide baru. Ia termasuk orang yang sabar dan baik
hati.
3. Iqbal : Ikal adalah tokoh utama. Di sekolah ia termasuk
murid yang pandai, namun kepandaiannya masih
di bawah Lintang. Ikal selalu menduduki peringkat
kedua dan Lintang sebagai teman sebangku. Bisa
dikatakan, Ikal adalah anak terpandai di Laskar
Pelangi. Ia memiliki minat dalam bidang sastra
yangtampak pada kesehariannya yang gemar
menulis puisi.
4. Lintang : Sahafa : Murid yang pintar. Meski pun ia adalah
sosok yang
perhatian, namun ia termasuk tipe orang yang
temperamental, ketus, skeptis, susah diyakinkan dan tidak
mudah terkesan. Sahara adalah satu-satunya anggota
perempuan di dalam Laskar Pelangi. Sahara merupakan
gadis yang keras kepala, mempunyai pendirian yang kuat,
dan patuh terhadap agamanya. Ia merupakan gadis pandai,
baik, dan ramah kepada siapapun, terkecuali A Kiong. Hal
itu karena sejak mereka masuk sekolah, sudah ia basahi
menggunakan air dalam termosnya itu.
5. Adrian : A Kiong merupakan anak Hokian keturunan Tionghoa,
pengikut sejati Mahar dari kelas satu. A Kiong
beranggapan bahwa Mahar merupakan master atau
Suhunya yang mulia. Adapun pria mungil ini mempunyai
jiwa persahabatan yang kuat dan tinggi, berbaik hati, serta
menolong terhadap sesama, terkecuali Sahara. Walaupun
mereka kerap bertengkar, A Kiong dan Sahara saling
mencintai.
6. Farhan Seorang anak berparas rupawan yang memiliki minat dibidang
seni, namun ketika dewasa ia sempat menganggur karena ibunya yang
sedang sakit hingga nasib berkata lain, ia berhasil menerbitkan buku
niovel tulisannya

D. Sudut Pandang
Penggunaan sudut pandang pada drama ini adalah sudut pandang orang
ketiga

E. Amanat
1. Jangan mudah menyerah oleh keadaan (jangan putus asa)
Keadaan bisa saja serba kekurangan, namun kekurangan
janganlah jadikan alasan untuk tidak berusaha. Justru jadikanlah
kekurangan sebagai motivasi untuk menutupinya. Dalam novel ini
diceritakan tentang kehidupan pendidikan yang keadaannya serba
minim. Namun, tokoh-tokoh di dalamnya tidak menyerah dengan
keadaan seperti itu. Mereka tetap bersemangat mengikuti kegiatan
belajar mengajar. Kemiskinan bukan alasan untuk tidak belajar.
2. Jauhi sifat pesimis
Saat menengadahkan perasaan kepada orang-orang yang ada di
atas kita, bukan berarti kita harus merasa kecil dan lemah di hadapan
mereka. Kita ada di bawah, bukan berarti kita tidak bisa seperti orang
yang ada di atas. Menengadahkan perasaan ke atas mestinya dijadikan
cambuk semangat untuk bisa seperti orang itu atau bahkan bisa lebih
baik lagi. Contohnya menceritakan sebuah sekolah kampung (SD
Muhammadiyah) biasa yang selalu optimis untuk bisa lebih baik dari
sekolah yang dari awal memang sudah baik (SD PN).
3. Sebagai guru haruslah dengan ikhlas mengajar dan berdedikasi tinggi
terhadap pendidikan.
LASKAR BINTANG
Act 1
Kehidupan anak-anak yang tidak mampu, tetapi memiliki semangat juang
untuk melanjutkan pendidikannya di sebuah kampung di kisahkan seorang guru
yang begitu tinggi dedikasinya terhadap pendidikan. Bu Kholifah merupakan sosok
yang menjadi guru teladan yang dengan segenap kemampuannya berjuang untuk
memajukan pendidikan di sebuah kampung kecil.

DIALOG

Scene 1
Di lapangan kecil, siang menjelang sore hari
Bu Kholifah
Bu Kholifah sedang jalan-jalan sore menuntun sepeda dengan membawa
tentengan makanan. ia melihat dua remaja laki-laki yang terlihat sedang asyik
bermain batu yang ditumpuk-tumpuk. salah satu dari anak itu sedang melukis
sesuatu dengan batu bata di alas. Bu Kholifah kagum melihat gambaran anak
tersebut, anak itu itu bernama Iqbal.
Bu Kholifah menghampiri kedua anak itu dan menanyakan nama mereka. yang
sedang bermain batu bernama Farhan, dan yang melukis bernama Iqbal. Bu
Kholifah menanyakan latar belakang mereka. ketika ia mengetahui kedua anak
itu tidak bersekolah, ia sangat tersentuh hatinya.
Bu Kholifah : Sore anak-anak, lagi ngapain?
Iqbal & Farhan : lagi main bu.
Bu Kholifah : Iqbal ngga ikut main sama Farhan?
Farhan : ngga mau bu, tadi dah ku ajak
Iqbal : Ngga bu, aku maunya gambar aja.
Bu Kholifah : Coba sini ibu lihat gambaranmu (Bu Kholifah & Farhan
menggambil gambaran Iqbal)
Farhan : Gambaran Iqbal jelek bu, bagus gambaran ku.
Bu Kholifah : Ga boleh seperti itu, di sekolah kalian diajarkan sopan
santun bukan?
Iqbal : Mboten bu, kita ga sekolah.
Bu Kholifah : Lho kok ngga sekolah?
Farhan : Ngga bu, kita ngga punya biaya buat sekolah.
Bu Kholifah : Owh, kalo ada sekolah gratis mau sekolah ngga?
Farhan & Iqbal : Opowi, rapenting, rasah sekolah. Lossss, mending nguli.
Bu Kholifah : Kalian kenal Pak Ilham?
Farhan : nggih Bu, kenal
Bu Kholifah : Ibu adalah temannya Pak Ilham, nanti ibu bicarakan dengan
beliau agar kalian sekolah.
Iqbal : Males, nguli enak
Bu Kholifah : Sekolah itu penting nak. (geleng-geleng). Yasudah jika
tidak mau, Ibu pergi dulu
Iqbal : Yo kono, minggat to
Farhan : hahhaahahahhaahahahahha awoakwokwwowk
Bu Kholifah : Wooo, awas kalian
(Iqbal dan Farhan berlari meninggalkan Bu Kholifah)

Scene 2
Latar: rumah pak Ilham, sore hari
1. Bu Kholifah mengunjungi rumah pak ilham dan berbincang sejenak mengenai
pekerjaan mereka sebagai guru yang berbeda tempat. Bu Kholifah menceritakan
tentang kedua remaja yg sedang bermain tadi.
2. Pak Ilham menjelaskan mengenai orang tua mereka yang tidak mampu
menyekolahkan dua anak itu. Bu Kholifah memohon kepada pak Ilham agar
anak-anak itu disekolahkan.

Masih dalam perasaan binggung sekaligus empati, miris rasa memikirkan masa
depan Farhan dan Iqbal yang seharusnya mendapatkan fasilitas pendidikan, malah
menghabiskan waktu luang yang sia-sia layaknya manusia purba.
Tanpa sadar Bu Kholifah sampai di depan rumah Pak Ilham.
Bu Kholifah : Assalamualaikum, kulo nuwun Pak Ilham
Pak Ilham : Wa’alaikumssalam, monggo-monggo, lenggah mriki bu
Bu Kholifah : Nggih pak, maturnuwun (duduk di kursi yang di sediakan Pak
Ilham)
Pak Ilham : Ajeng ngunjuk kopi nopo teh bu?
Bu Kholifah : Mboten sah pak, malah ngerepoti
Pak Ilham : Jadi ibu mau bicara mengenai apa?
Bu Kholifah : Jadi begini pak (merasa tidak enak ) Baru saja saya melihat anak-
anak yang seharusnya mendapatkan fasilitas pendidikan, namun mereka tidak
mendapatkannya sama sekali.
Pak Ilham : Saya pun begitu, bagaimanapun saya sebagai kepala sekolah ingin
memberikan pendidikan bagi seluruh anak-anak, tapi saya tidak tau caranya.
Bu Kholifah : Gimana kalo kita ajukan sekolah gratis ke pusat agar disupport dan
diberikan bantuan.
Pak Ilham : Wah (wajahnya berbinar) saya setuju dengan usulan ibu. Nanti
coba saya ajukan ke pusat, dan saya akan berkunjung kerumah anak-anak apakah
meraka mau sekolah.
Bu Kholifah : Tadi saya bertemu anak-anak dilapangan, tapi jawaban mereka
seperti ada paksaan dari orang sekitar.
Pak Ilham : sebaiknya saya menemui dan membujuk mereka bersekolah.
Bu Kholifah : Baik pak saya tunggu perkembanganya.

Scene 3
Latar: rumah Iqbal, rumah Farhan, pagi hari
1. Pak Ilham mengunjungi Iqbal terlebih dahulu, dan membujuk orangtua mereka,
orangtua Iqbal menolak karena tidak mempunyai uang untuk biaya sekolah.
2. Pak Ilham mengunjungi rumah Farhan, ia juga ditolak karena orangtua Farhan
berpikir bahwa sekolah hanya membuang waktu saja, lebih baik Farhan menjadi
tukang kuli agar ia mendapatkan uang.
3. Pak Ilham putus asa lalu kemba ke rumahnya dan kebetulan bertemu dengan Bu
Kholifah.
Bu Kholifah: Loh ono opo pak, kok rupane loyo ngono.
Pak Ilham : Ini saya baru saja
Scene 4
Latar : Sekolah

EPILOG

Anda mungkin juga menyukai