Anda di halaman 1dari 2

Panglima Pantai

” Untaian kalimat yang dapat diibaratkan tetesan embun ombak laut yang
memanaskan jiwa kebanggaan saya terhadap tanah kelahiran saya yang
begitu indah, Banda Neira.”

Karya Kelompok Sastra

Chelsea Anandya Susanto, Hawa Maisya Adiba, Nabila Fakhriyah, Novina Paluta Adeha,
Syahfadilah Ramadhan, Ali Ilman Abqary.
“Laut itu, Dikta. Tak hanya terdiri dari biota laut-Nya yang indah, tetapi juga
pada masanya ada badai dan ombak besar yang hanya bisa dijinakkan oleh
tembang merdu para nelayan itu.”

Aku terlahir dari keluarga yang kurang akan per-ekonomian dan berusaha berjuang
untuk tetap bertahan hidup bersama keluargaku. Tinggal di rumah yang sangat sederhana, di
pesisir Pantai Nailaka yang memiliki ombak tenang dan Pulau hijau-nya yang begitu mempesona.
Dan Kunikmati semua angin yang menghampiriku sembari memandangi arunika1.

“Kapal ini terbuat dari kayu ulin ya,” Kata Reza dengan suara yakin. Dari kami berlima,
hanya Reza yang paling paham dengan urusan perkayuan. Karena itulah aku mengajaknya
kesini untuk membantuku memilah kayu kayu yang akan dibawa kerumah untuk membuat
perahu kecil. Lantas saja, Dayan dan Odi memutuskan untuk ikut-ikutan bergabung. Namun,
dengan adanya mereka yang memutuskan untuk bergabung itu bukanlah ide yang brilian. Dayan

1
cahaya matahari terbit;.

2 |Panglima Pantai

Anda mungkin juga menyukai