Anda di halaman 1dari 4

KD 4.

14 Menulis Refleksi Nilai-nilai yang Terkandung dalam


Buku Fiksi (Drama)
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : XII – MIPA

Disusun Oleh :
Muhammad Reski
Muhammad Reski Aras
Besse Nur Rhamadani
Risal

MAS AS’ADIYAH No. 1 ATAPANGE


Tahun Pelajaran 2023/2024
Judul Drama : BADAI YANG REDA

 Tokoh Drama

- Muhammad Reski. ( Anak Pantai )


- Muhammad Reski Aras ( Bapak )
- Besse Nurrhamadani ( Uwak Imas )
- Risal ( Pak Sudi )

 Sinopsis Drama
Puluhan layang-layang yang terbang terlihat seperti rangkaian burung
yang sedang bermigrasi, saat angin pantai berhembus kencang membuat
mereka terbang lebih tinggi, layangan itu melayang-layang dibawah kekangan
tali kenur. Saat banyak orang lain yang takut melihat keluarganya terombang
ambing di laut, tapi beda dengan anak yang dibesarkan didekat bibir pantai.
Bagi anak yang dibesarkan di dekat pantai sudah menjadikan laut sebagai
rumahnya sendiri. Melihat nelayan yang kulitnya sudah hitam karena terbakar
matahari, rambutnya sudah memudar karena terkena air laut, namun bapak
nelayan itu masih terlihat segar.

 PROLOG
Di suatu desa tepi pantai hiduplah seorang anak yang dibesarkan di
pesisir pantai, bersama para nelayan dan penjual yang berada di sana. Bagi
anak itu para nelayan dan penjual sudah dianggap keluarganya sendiri.
SELAMAT MENYAKSIKAN

Pada sore hari si anak pantai keluar untuk pergi ke pesisir pantai. Bulan juli memang
puncaknya musim liburan, si anak pantai ini melihat keramaian di pinggir pantai.
Anak Pantai : “Angin sore ini sangat sejuk, pantas saja banyak turis kesini....”
Sambung si anak pantai sembari menuju kios Uwak Imas
Anak Pantai : “Yang paling tidak kusukai di daerah pesisir ini adalah sengatan terik matahari
ini, bau amis sekitar laut juga menyengat sekali, sangat membingungkan kenapa turis suka
berjemur.”
Terlihat disana kios Uwak Imas yang sangat ramai serta Uwak Imas yang sangat sibuk
melayani pembeli.
Uwak Imas : “Nak, tolong layani wisatawan itu, kamu tidak usah sembunyi-sembunyi seperti
itu.”
Anak Pantai : “Wak, saya cuman mengerti yes dan no saja, bagaimana nanti kalau saya salah
hitung.”
Ucap Anak Pantai dengan nada sedikit puas agar ia tidak disuruh oleh Uwak Imas.
Si Anak Pantai kembali ke pesisir pantai, namun di ujung pantai ia melihat bapaknya
bersama tiga orang lainnya bersiap untuk berlayar.
Anak Pantai : “Perasaan bapak suadah berlayar semalam lalu pulang subuh, kenapa bapak
sekarang ingin pergi berlayar lagi...?”
Tiba-tiba datanglah kapal radar milik Haji Miun yang telah usai menangkap ikan tuna di
tengah laut.
Bapak : “Itu adalah hal bodoh!! Bisa saja ia mencekik pekerjaan nelayan yang sudah bekerja
berpuluh-puluh tahun lamanya.”
Ucap bapak dengan kesal
Perasaan Anak Pantai mulai berubah menjadi gelisah saat melihat bapak merapikan
jaringnya.
Anak Pantai : “Aku takut membenci laut. Aku takut jika laut yang selama ini kuanggap
teman, lalu berubah menjadi musuhku dan melenyapkan orang-orang yang kucintai. Bagiku
laut adalah rumahku dan rumahku adalah laut.”
Anak Pantai melihat bapak melambai sambil tersenyum, perlahan kapal layarnya menuju
laut, mata bapak terlihat bersinar.
Sementara itu Pas Sudi mengajak si Anak Pantai untuk ikut melaut :
Pak Sudi : “ujang, mau ikut melaut tidak ?? Bapak cuman sendirian.”
Anak Pantai terdiam karena ada hal yang terasa mengganjal.
Anak Pantai : “Maaf pak sepertinya saya menjaga kios Uwak Imas saja.”
Setelah kembali ke kios Uwak Imas, ia langsung disemprot oleh mulut bawel Uwak Imas :
Uwak Imas : “Kamu ini dari mana saja, disuruh malah lari-lari.”
Tiba-tiba saat Anak Pantai telah melayani pembeli Uwak Imas berteriak dengan suara keras.
Uwak Imas : “Ombak-ombak !!”
Saat melihat itu Anak Pantai pun terdiam sembari mengingat bapak yang baru saja berlayar
tadi sore.
Anak Pantai : “Ku mohon, Tuhan kali ini saja jagalah Bapak disana.”
Sembari menatap awan yang hitam disertai gemuruh angin.
Anak Pantai : “Hatiku terasa semakin perih melihat awan serta ombak dilaut itu.”
Sambil berdiri di bibir pantai
Uwak Imas : “Seumur hidup aku baru mendengar suara ombak seperti itu.”
(Anak Pantai mendengar suara Uwak Imas, yang semakin menambah kekhawatiran-nya)
Tidak lama kemudian terdengar sorak keramaian Tetangga, Turis, Serta Uwak Imas.
“Allahuakbar ombak-ombak”
Suara ketakutan itu membuat nafas Anak Pantai terdesak, menjadi takut kehilangan Bapak.
Perlahan langit mulai kembali terik setelah gelap selama 6 jam serta ombak mulai tenang,
tidak lama kembalilah banyak perahu nelayan dari arah pantai selatan, terdengar teriakan
bahagia si Anak Pantai menyambut si Bapak.
Anak Pantai : “Bapak...! Ujang Khawatir sekali, ujang takut sendirian ditinggal bapak, ujang
cuman punya bapak.”
Sembari melihat bapak dengan raut wajah sedih
Bapak : “Tenang saja nak, bapak baik-baik saja, hanya terhalang kabut ombak. Badainya
sudah reda, ujang tidak usah takut lagi.”
Ucap bapak dengan senyuman.
Anak Pantai pun sudah tidak khawatir lagi saat bapak pergi melaut.

Anda mungkin juga menyukai