MK Metodologi BA
MK Metodologi BA
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di dalam dunia pendidikan sekarang ini sangat diperlukan suatu metode
mengajar yang komplek, sebuah metode selalu berinovasi untuk menyesuaikan
dengan keadaan masyarakat dan kebutuhan pembelajaran. Begitu banyak
metode yang kemudian bermunculan yang di jadikan cara untuk menyampaikan
pembelajaran yang mudah diterima murid, menyenangkan dan tidak
menakutkan. Di antara sekian banyak metode di antaranya Comunity Language
Learning yang dikategorikan dalam metode pengajaran bahasa yang inovatif.
Maka dari itu perlu kita ketahui dan pelajari bersama bagaimana kita
menerapkan metode tersebut didalam sebuah pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
B. Prinsip CLL
2
melihat siswanya sebagai sebuah kelompok yang membutuhkan terapi dan
konseling yang mana dinamika sosial dalam kelompok ini sangat penting.
Ketika seorang siswa merasa nyaman dan akrab dengan guru dan teman-
teman yang ada dalam kelompoknya, maka ia dapat mengungkapkan dan
mengekspresikan dirinya. Selain itu, affective filter yang ada dalam dirinya
(yang membuatnya merasa gugup dan tak berani untuk berbicara) akan mulai
berkurang karena telah merasakan kedekatan dengan lingkungan kelompoknya.
3
E. Karakteristik dalam proses pembelajaran
· Attention (perhatian)
· Reflection (refleksi)
· Retention (ingatan)
· Discrimination (diskriminasi)
Dari keenam hal tersebut dapat disimpulkan bahwa metode ini ingin
menciptakan rasa aman dalam lingkungan belajar para siswa sehingga mereka
berani untuk terlibat secara aktif dalam kelas, seorang guru harus memberikan
perhatian terhadap siswanya.
Terdapat lima tahapan yang dilalui oleh oleh siswa dalam menggunakan
pendekatan ini. Pertama, Embryonic/birth stage adalah tahap siswa masih
menggunakan bahasa pertamanya untuk menyampaikan harapan dan
keinginannya (ketergantungan siswa pada gurunya adalah 100 atau mendekati
100%).
4
Keempat, Reversal Stage dimana siswa mulai terbiasa memakai bahasa
kedua secara bebas dan terjadi hubungan komunikasi dengan siswa lain (pada
proses pembelajaran siswa tidak diam lagi dan sudah aktif bicara).
Dalam pembelajarannya CLL tidak memakai teks atau alat peraga apa
pun, dan guru mengijinkan siswa untuk menentukan jenis percakapan dan
menganalis bahasa asing secara induktif. Dengan demikian faktor yang
cenderung menjadi ancaman dalam mempelajari bahasa kedua dapat dikalahkan
karena guru berperan besar pada pemberian motivasi intrinsik siswa.
Akan tetapi, CLL ini hanya bisa dilakukan dalam kelas kecil, berkisar 6-
12 siswa. Siswa pada awalnya sangat bergantung pada guru, dan guru harus
memiliki keahlian (mahir) dalam bahasa target dan bahasa siswa. Guru juga
harus mempunyai energy ekstra baik fisik maupun psikis.
Oleh karena itu, kesuksesan daripada metode CLL ini sebagian besar
tergantung pada keahlian terjemahan guru. Penerjemahan adalah suatu proses
yang kompleks dan ruwet yang sering “mudah dikatakan daripada prakteknya”;
jika aspek bahasa yang sulit diterjemahkan salah, maka bisa terjadi
kesalahpamahaman dalam berbahasa.
5
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN