Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

Mekanika Lagrange

Disusun Oleh :

Nama : Ulfa Dira Azhari (105391101720)

Syafrin Umar ( 105391100417 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR


2022
Segala puji dan rasa syukur penulis mempersembahkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
berjudul ” mekanika lagrange” ini.

Pada kesempatan ini tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada orang tua yang
berjasa telah membesarkan dan penuh pengorbanan serta selalu berdo’a dalam memenuhi
segala kebutuhan ananda , sehingga penulis sukses dalam menuntut ilmu untuk kehidupan
masa depan yang lebih baik. Dalam penyusunan makalah ini, penulis mohon maaf apabila
terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penyusunannya, baik dalam penyajian data ,
bahasa maupun sistematika pembahasannya. Penulis juga mengharapkan masukan atau
kritikan maupun saran yang bersifat membangun demi kesempurnaannya di masa yang akan
datang.

Demikian yang dapat penulis sampaikan pada kesempatan ini. Mudah-mudahan


dengan adanya makalah ini sedikit banyaknya dapat membawa manfaat kepada kita semua,
dan juga menjadi refernsi bagi penulis selanjutnya.

Makassar, MEI 2022

Penulis

Ulfa Dira Azhari


DAFTAR ISI

............................................................................................................... 2

BAB I ......................................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4

1.1 Latar belakang .................................................................................................................. 4

1.2 rumusan masalah .............................................................................................................. 4

1.3.Tujuan............................................................................................................................... 4

BAB II ........................................................................................................................................ 5

PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 5

A. KOORDINAT RAMPATAN (UMUM) .......................................................................... 5

B. GAYA RAMPATAN ....................................................................................................... 8

GAYA RAMPATAN UNTUK SISTEM ............................................................................. 10

KONSERVATIF .................................................................................................................. 10

D. PERSAMAAN LAGRANGE ....................................................................................... 11

E. BEBERAPA CONTOH PEMAKAIAN PERSAMAAN .............................................. 16

LAGRANGE ........................................................................................................................ 16

BAB III .................................................................................................................................... 22

PENUTUP................................................................................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA .............................................................. Error! Bookmark not defined.


BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Persamaan gerak partikel yang dinyatakan oleh persamaan Lagrange dapat diperoleh dengan
meninjau energi kinetik dan energi potensial partikel tanpa perlu meninjau gaya
yang beraksi pada partikel. Energi kinetik partikel dalam koordinat kartesian adalah fungsi da
rikecepatan, energi potensial partikel yang bergerak dalam medan gaya konservatif adalah
fungsidari posisi. Jika didefinisikan Lagrangian sebagai selisih antara energi kinetik dan
energi potensial.Jika ditinjau gerak partikel yang terkendala pada suatu permukaan bidang,
makadiperlukan adanya gaya tertentu yakni gaya konstrain yang berperan mempertahankan
kontakantara partikel dengan permukaan bidang. Namun, tak selamanya gaya konstrain yang
beraksiterhadap partikel dapat diketahui pendekatan Newton memerlukan informasi gaya
total
yang beraksi pada partikel. Gaya total ini merupakan keseluruhan gaya yang beraksi pada par
tikel,termasuk gaya konstrain. Oleh karena itu, jika dalam kondisi khusus terdapat gaya yang
takdapat diketahui, maka pendekatan Newton tidak berlaku. Sehingga diperlukan pendekatan
barudengan meninjau kuantitas fisis lain yang merupakan karakteristik partikel, misal energi
totalnya.Pendekatan ini dilakukan dengan menggunakan prinsip Hamilton, dimana persamaan
Lagrangeyakni persamaan umum dinamika partikel dapat diturunkan dari prinsip tersebut

1.2 rumusan masalah


Bagaimana persamaan mekanika lagrange.?

1.3.Tujuan
1. Menjelaskan koordinat rampatan umum.
2. Mrnjelaskan gaya rampatan.
3. Menjelaskan rampatan untuk sistem konservatif.
4. Menjelaskan persamaan lagrange
BAB II

PEMBAHASAN
A. KOORDINAT RAMPATAN (UMUM)
Posisi sebuah partikel dalam l ruang dapat dinyatakan dengan menggunakan tiga jenis
koordinat;dapat berupa koordinat Kartesian, koordinat bola atau koordinat silinder. Jika
partikel bergerak pada sebuah bidang, atau pada sebuah permukaan yang terbatas, maka
hanya dibutuhkan dua koordinat untuk menyatakan posisinya, sedangkan untuk partikel yang
bergerak pada sebuah garis lurus atau pada lintasan lengkung cukup dengan menggunakan
satu koordinat saja.

Jika sistem yang ditinjau mengandung N partikel, maka diperlukan paling kurang 3N
koordinat untuk menyatakan posisi semua partikel. Secara umum, terdapat n jumlah
minimum koordinat yang diperlukan untuk menyatakan konfigurasi sistem. Koordinat-
koordinat tersebut dinyatakan dengan

q1, q2, …..qn (1)

yang disebut dengan koordinat rampatan (generalized coordinates). Istilah rampat diambil
dari kata merampat dan papan Koordinat qk dapat saja berupa sudut atau jarak. Tiap
koordinat dapat berubah secara bebas terhadap lainnya; sistem tersebut dinamakan
holonomic. Jumlah koordinat n dalam hal ini disebut dengan derajat kebebasan sistem
tersebut.

Dalam sistem yang nonholonomic, masing-masing koordinat tidak dapat berubah


secara bebas satu sama lain, yang berarti bahwa banyaknya derajat kebebasan adalah lebih
kecil dari jumlah minimum koordinat yang diperlukan untuk menyatakan konfigurasi sistem.
Salah satu contoh sistem nonholonomic adalah sebuah bola yang dibatasi meluncur pada
sebuah bidang kasar. Lima koordinat diperlukan untuk menyatakan konfigurasi sistem, yakni
dua koordinat untuk menyatakan posisi pusat bola dan tiga koordinat untuk menyatakan
perputarannya. Dalam hal ini, koordinat-koordinat tersebut tidak dapat berubah semuanya
secara bebas. Jika bola tersebut menggelinding, paling kurang dua koordinat mesti berubah.
Dalam pembahasan selanjutnya kita akan membatasi diri pada sistem holonomic.

Untuk partikel tunggal, fungsi koordinat rampatan lebih mudah diungkapkan dengan
menggunakan koordinat Kartesius:

x = x(q)

(satu derajat kebebasan - gerak pada sebuah kurva).

x = x(q1,q2)

(dua derajat kebebasan - gerak pada sebuah permukaan).

x = x(q1,q2,q3)

y = y(q1,q2,q3)

z = z(q1,q2,q3)

(tiga derajat kebebasan - gerak dalam sebuah ruang)

Misalkan q berubah dari harga awal (q1,q2, ….) menuju harga (q1+δq1,q2+δq1 ..).
Perubahan koordinat Kartesius yang bersesuaian adalah :

∂x ∂x
δx = δq 1 + δq 2 + ..... (2)
∂q 1 ∂q 2

∂y ∂y
δy = δq 1 + δq 2 + ..... (3)
∂q 1 ∂q 2
∂z ∂z
δz = δq 1 + δq 2 + ..... (4)
∂q 1 ∂q 2

Turunan parsial ∂x/∂q1 dan seterusnya adalah fungsi dari q. Sebagai contoh, misalkan sebuah
partikel bergerak dalam bidang. Misalkan kita memilih koordinat kutub untuk menyatakan
konfigurasi sistem, maka dalam hal ini :

q1 = r q2 = θ (5)

Selanjutnya :

x = x(r,θ) = r cosθ

y = y(r,θ) = r sinθ (6)

dan

∂x ∂x
δx = δq 1 + δq 2 = cos θ δr - r sin θ δθ (7)
∂q 1 ∂q 2

∂y ∂y
δy = δq 1 + δq 2 = sin θ δr + r cos θ δθ (8)
∂q 1 ∂q 2

Sekarang perhatikan sebuah sistem yang mengandung sejumlah n partikel; dalam hal
ini mengandung n derajat kebebasan serta koordinat rampatannya dinyatakan dengan :

q1, q2, …..qn (9)


Selanjutnya perubahan konfigurasi dari (q1, q2, …..qn) ke konfigurasi di dekatnya (q1+δq1,
q2+δq2, …qn+δqn) menyatakan perpindahan partikel ke i dari titik (xi,yi,zi) ke titik di dekatnya
(xi+δxi,yi+δyi,zi+δzi) dimana:

n
∂x i
δx i = ∑ ∂q
k =1 k
δq k (10)

n
∂y i
δy i = ∑ ∂q
k =1 k
δq k (11)

n
∂z i
δz i = ∑ ∂q
k =1 k
δq k (12)

Persamaan (10–12) menunjukkan bahwa turunan parsialnya merupakan fungsi q.


Selanjutnya kita akan mengambil indeks i untuk menyatakan koordinat rectangular, dan
indeks k untuk menyatakan koordinat rampatan. Simbol xi kita pakai untuk menyatakan
sembarang koordinat rectangular. Jadi, untuk sistem yang mengandung N partikel, i dapat
berharga antara 1 dan 3N.

B. GAYA RAMPATAN

Jika sebuah partikel mengalami pergeseran sejauh δr dibawah pengaruh sebuah gaya
aksi F, gaya yang bekerja padanya dinyatakan dengan
δW = F ⋅ δr = Fx δx + Fy δy + Fz δz (13)

Dalam bentuk yang lebih sederhana dapat dinyatakan dengan

δW = ∑ F δx
i
i i (14)

Tampak bahwa persamaan di atas tidak hanya berlaku untuk partikel tunggal, tetapi
juga untuk sistem banyak partikel. Untuk satu partikel, harga i adalah dari 1 sampai 3. Untuk
N partikel, harga i adalah dari 1 sampai 3N.

Jika pertambahan δxi dinyatakan dalam koordinat rampatan, maka diperoleh

 ∂x i 
δW = ∑ ∑
i
 Fi

 k
∂q k
δq k 

 ∂x i 
= ∑∑ i


 k
Fi
∂q k
δq k 

(15)

 ∂x i 
= ∑∑ i


 k
Fi
∂q k
δq k

Persamaan di atas juga dapat ditulis

δW = ∑ Q δq
k
k k (16)
dimana :

 ∂x i 
Qk = ∑  F dq i
k 
 (17)

Besaran Qk yang didefinisikan menurut persamaan di atas disebut dengan gaya


rampatan. Oleh karena perkalian Qkδqk memiliki dimensi kerja/usaha, maka dimensi Qk
adalah gaya jika qk menyatakan jarak, dan dimensi Qk adalah torka, jika qk menyatakan sudut.

C. GAYA RAMPATAN UNTUK SISTEM

KONSERVATIF

Jika sebuah gaya bekerja pada sebuah partikel dalam sebuah medan gaya konservatif,
besarnya gaya tersebut dinyatakan oleh persamaan

∂V
Fi = − (18)
∂x i

dimana V menyatakan sebuah fungsi energi potensial. Oleh karena itu perumusan gaya
rampatan dapat dinyatakan

 ∂V ∂x i 
Q k = −

∑ i
∂x i ∂q k



(19)
Suku yang berada dalam tanda kurung tak lain adalah turunan parsial fungsi V terhadap qk.
Oleh karena itu

∂V
Qk = − (20)
∂q k

Misalkan, kita menggunakan koordinat kutub, q1 = r ; q2 = θ, maka gaya rampatan dapat


dinyatakan dengan Qr = -∂V/∂r ; Qθ = -∂V/∂θ. Jika V merupakan fungsi r saja (dalam kasus
gaya sentral), maka Qθ = 0.

D. PERSAMAAN UMUM LAGRANGE

L = T-V

1 𝑑𝑑(𝑥𝑥)
Energi kinetik : T = 𝑚𝑚𝑣𝑣 2 → 𝑣𝑣 = = 𝑥𝑥̇
2 𝑑𝑑𝑑𝑑

1
T = = 𝑚𝑚𝑥𝑥̇ 2
2

Energi potensial : V = m.g.h


1
(Ep pegas) : V = 𝑘𝑘𝑥𝑥 2
2

Untuk mencari persamaan diferensial gerak sebuah benda yang dinyatakan dalam
koordinat rampatan, kita dapat memulai dengan persamaan berikut:

Fi = m i x i (21)
dan selanjutnya kita akan mencoba menyatakan persamaan tersebut dalam q. Pendekatan
pertama yang akan kita pakai adalah dari persamaan energi. Kita akan menghitung energi
kinetik T dalam bentuk koordinat Kartesian dan selanjutnya kita akan nyatakan dalam
koordinat rampatan dan turunannya terhadap waktu. Energi kinetik T dari sebuah sistem yang
mengandung N partikel dapat dinyatakan dengan

k
T= ∑ [ m ( x
i =1
1
2 i
2
1 + y i2 + z i2 ] (22)

atau dalam bentuk yang lebih ringkas ditulis sebagai berikut

3N
T= ∑ i =1
1
2
m i x i2 (23)

Mari kita mencoba menyatakan hubungan antara koordinat x dan q yang juga mengandung
waktu t secara eksplisit. Kita dapat misalkan

x i = x i (q 1 , q 2 ,..., q n , t ) (24)

dan selanjutnya

∂x i ∂x i
x i = ∑ ∂q k
q k +
∂t
(25)

Dalam pembahasan selanjutnya, kita tetapkan bahwa harga i adalah 1,2, …..3N
dimana N menyatakan jumlah partikel dalam sistem, dan harga k adalah 1,2, . ….n; dimana n
menyatakan jumlah koordinat rampatan (derajat kebebasan) sistem. Oleh karena itu kita dapat
melihat bahwa energi kinetik sebagai fungsi koordinat rampatan, turunannya terhadap waktu,
atau mungkin dalam waktu. Dalam banyak hal, waktu t tidak secara eksplisit terkait
hubungan antara xi dan qk, sehingga ∂xi/∂t = 0. Jelaslah bahwa energi kinetik T merupakan
fungsi kuadrat yang homogen dari kecepatan rampatan q k .

∂x i ∂x i
Dari persamaan = (26)
∂q k ∂q k

Kalikan kedua ruas (ruas kiri dan kanan) dengan x i dan diferensialkan terhadap t, akan
diperoleh:

d  ∂x i  d  ∂x i 
 x i  =  x i 
dt  ∂q k  dt  ∂q k 

∂x i ∂x
= x i + x i i (27)
∂q k ∂q k

atau

d  ∂ x i2  ∂x i ∂  x i2 
  = x i +   (28)
 
dt  ∂q k 2  ∂q k ∂q k  2 
 

Jika selanjutnya kita kalikan mi dan kita gunakan hubungan m i x i = Fi , kita dapat peroleh
d ∂  m i x i2  ∂x i ∂  m x 2 
  = Fi +  i i  (29)
dt ∂q k  2 
 ∂q k ∂q k  2


Lakukan penjumlahan terhadap i akan diperoleh :

d ∂T  ∂x i  ∂T
dt ∂q k
= ∑  F ∂q
i
i
k 
 +
∂q k
(30)

Dari definisi gaya rampatan kita peroleh

d ∂T ∂T
= Qk + (31)
dt ∂q k ∂q k

Ini adalah persamaan diferensial gerak yang dinyatakan dalam koordinat rampatan dan
dikenal dengan persamaan Lagrange untuk gerak.

Dalam kasus gerakannya adalah konservatif, persamaan Lagrange dapat ditulis


sebagai berikut:

d ∂T ∂T ∂V
= − (32)
dt ∂q k ∂q k ∂q k

Persamaan ini biasanya ditulis dalam bentuk yang lebih singkat dengan mendefinisikan
fungsi Lagrangian L yakni
L=T-V (33)

Yang berarti bahwa kita dapat menyatakaan T dan V dalam koordinat rampatan. Oleh karena
V = V(qk) dan ∂V / ∂q k = 0 , kita peroleh

∂L ∂T ∂L ∂T ∂V
= dan = − (34)
∂q k ∂q k ∂q k ∂q k ∂q k

Persamaan Lagrange dapat ditulis

d ∂L ∂L
=
dt ∂q k ∂qk

(35)

Persamaan diferensial gerak untuk suatu sistem konservatif dapat dicari jika kita ketahui
fungsi Lagrangian dalam bentuk koordinat tertentu. Di sisi lain, jika gaya rampatan tidak
konservatif, misalkan nilainya adalah Q 'k , maka kita dapat menuliskan

∂V
Q k = Q 'k − (36)
∂q k

Selanjutnya kita dapat mendefinisikan sebuah fungsi Lagrangian L = T - V, dan menuliskan


persamaan diferensial gerak dalam bentuk

d ∂L ∂L
= Q 'k + (37)
dt ∂q k ∂q k
d ∂L ∂L
− Qk'
= (37)
dt ∂qk ∂qk

Bentuk di atas lebih mudah dipakai jika gaya gesekan diperhitungkan.

E. BEBERAPA CONTOH PEMAKAIAN PERSAMAAN

LAGRANGE

Berikut ini akan dibahas beberapa kehandalan persamaan Lagrange untuk


menyelesaikan masalah-masalah gerak. Prosedur umum yang dipakai untuk mencari
persamaan diferensial gerak dari sebuah sistem adalah sebagai berikut:

1. Pilih sebuah kumpulan koordinat untuk menyatakan konfigurasi sistem.

2. Cari energi kinetik T sebagai fungsi koordinat tersebut beserta turunannya terhadap
waktu.

3. Jika sistem tersebut konservatif, cari energi potensial V sebagai fungsi koordinatnya, atau
jika sistem tersebut tidak konservatif, cari koordinat rampatan Qk.

4. Persamaan deferensial gerak selanjutnya dapat dicari dengan menggunakan persamaan di


atas.

Beikut ini adalah beberapa contoh pemakaiannya :

1. Pandanglah sebuah partikel bermassa m yang bergerak akibat pengaruh gaya sentral pada
sebuah bidang. Rumuskan persamaan gerak partikel tersebut.
Misalkan koordinat polar (r,θ) digunakan sebagai koordinat rampatan. Koordinat
Cartesian (r,θ) dapat dihubungkan melalui :

x = r cos θ y = r sin θ

Energi kinetik partikel dapat ditulis :

T
= 1
2 mv
= 2 1
2 (
m x 2 + y=
2
) 1
2 (
m r 2 + r 2 θ2 )

Energi potensial oleh gaya sentral

k k
V=
− =

( )
1/ 2
x 2 + y2 r

Persamaan Lagrange untuk sistem ini:

k
(
L = T − V = 12 m r 2 + r 2 θ2 + ) r

Dari persamaan Lagrange:

d ∂T ∂T ∂V
= −
dt ∂q k ∂q k ∂q k
d  ∂L  ∂L
 − 0
=
dt  ∂q k  ∂q k

Substitusi q1 = r dan q2 = θ, diperoleh:

d  ∂L  ∂L
 − 0
=
dt  ∂r  ∂r

d  ∂L  ∂L
 − 0
=
dt  ∂θ  ∂θ

Dari kedua persamaan di atas diperoleh:

∂L
= mr
∂r
d  ∂L 
  = mr
dt  ∂r 
∂L k
= mrθ 2 − 2
∂r r

k
mr2 − mrθ 2 =− 2
r

Untuk partikel yang bergerak dalam medan konservatif :


∂V(r) ∂ k
F(r) =
− =
− − 2 
∂r ∂r  r 

Jadi : mr2 = mrθ 2 + Fr

Dari persamaan Lagrange :

∂L ∂L
= mr 2 θ =0
∂θ ∂θ

d  ∂L   2
 =  2mrrθ + mr θ
dt  ∂θ 

2mrrθ + mr 2
θ =0

d dJ
atau :
dt
( )
mr 2 θ =
dt
= 0

Hal ini berarti bahwa J merupakan momentum sudut yang nilainya konstan. Integrasi
persamaan di atas menghasilkan

J mr 2 θ = konstan
=

Berdasarkan persamaan di atas dapat dikatakan bahwa dalam medan konservatif momentum
sudut J, merupakan tetapan gerak.
2. Osilator Harmonik

Pandanglah sebuah osilator harmonik 1-dimensi, dan misalkan padanya bekerja sebuah
gaya peredam yang besarnya sebanding dengan kecepatan. Oleh karena itu sistem dapat
dipandang tidak konservatif. Jika x menyatakan pergeseran koordinat, maka fungsi
Lagrangiannya adalah

L=T-V= 1
2
mx 2 − 12 kx 2 (38)

dimana m adalah massa dan k adalah tetapan kelenturan pegas. Selanjutnya:

∂L ∂L
= mx dan = −kx (39)
∂x ∂x

Oleh karena pada sistem bekerja gaya yang tidak konservatif yang harganya sebanding
dengan kecepatan; dalam hal ini Q' = -c x , sehingga persamaan gerak dapat ditulis :

d
(mx ) = −cx + ( −kx ) (40)
dt

mx
 + cx
 + kx =
0
Ini tak lain adalah persamaan gerak osilator harmonik satu dimensi dengan gaya peredam
yang sudah kita kenal.

3. Partikel yang berada dalam medan sentral.

Mari kita rumuskan persamaan Lagrange gerak sebuah partikel dalam sebuah bidang di
bawah pengaruh gaya sentral. Kita pilih koordinat polar q1 = r, q2 = θ. Maka

(
T = 12 mv 2 = 12 m r 2 + r 2 θ 2 ) (41)

V = V(r ) (42)

( )
L = 12 m r 2 + r 2 θ 2 − V(r ) (43)

Selanjutnya dengan menggunakan persamaan Lagrange, diperoleh :

∂L ∂L
= mr = mrθ 2 − f (r ) (44)
∂r ∂r

∂L ∂L
=0 = mr 2 θ (45)
∂θ 
∂θ

Oleh karena sistemnya tidak konservatif, maka persamaan geraknya adalah :


d ∂L ∂L d ∂L ∂L
= = (46)
dt ∂r ∂r dt ∂θ ∂θ

d
mr = mrθ 2 + f (r )
dt
( )
mr 2 θ = 0 (47)

BAB III

PENUTUP

Posisi sebuah partikel dalam l ruang dapat dinyatakan dengan menggunakan tiga jenis
koordinat;dapat berupa koordinat Kartesian, koordinat bola atau koordinat silinder. Jika
partikel bergerak pada sebuah bidang, atau pada sebuah permukaan yang terbatas, maka
hanya dibutuhkan dua koordinat untuk menyatakan posisinya, sedangkan untuk partikel yang
bergerak pada sebuah garis lurus atau pada lintasan lengkung cukup dengan menggunakan
satu koordinat saja.

Anda mungkin juga menyukai