Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar memiliki luas perairan sekitar tiga

per empat dari seluruh wilayahnya. Selain itu, garis pantai Indonesia merupakan yang

terpanjang kedua di dunia setelah Kanada dengan panjang 99 ribu kilo meter (KKP,

2018). Perairan Indonesia memiliki 27,2 persen dari seluruh spesies flora dan fauna

yang terdapat di dunia, meliputi 12 persen mamalia; 23,8 persen amfibi; 31,8 persen

reptilian; 44,7 persen ikan; 40 persen moluska; dan 8,6 persen rumput laut (BPS, 2018).

Potensi sumber daya ikan laut Indonesia diperkirakan lebih dari 12 juta ton per tahun

(KKP, 2018). Wilayah perairan Indonesia memberikan kekayaan dan sumber daya

alam yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

Indonesia memiliki sumber daya perikanan yang sangat berlimpah, namun

sektor perikanan hanya mampu memberikan kontribusi sebesar 2,30 persen terhadap

PDB atas dasar harga konstan (ADHK) menurut data BPS tahun 2019. Rendahnya

kontribusi tersebut diduga salah satunya disebabkan oleh kurangnya infrastruktur

kemaritiman di Indonesia dalam hal kuantitas maupun kualitas, sehingga menyebabkan

biaya logistik yang tinggi. Meskipun demikian kontribusi sektor perikanan terhadap

PDB ADHK dalam 10 tahun terakhir mengalami peningkatan tiap tahunnya.

Salah satu komponen penyusun PDB adalah ekspor. Menurut data BPS, selama

Januari–Maret 2020 nilai ekspor sektor perikanan Indonesia mencapai USD 1,24 miliar

1
atau meningkat 9,82% dibanding periode yang sama tahun 2019. Demikian pula

volume ekspor sektor perikanan Januari–Maret 2020 mencapai 295,13 ribu ton atau

meningkat 10,96% dibanding periode yang sama tahun 2019. Komoditas yang

mendominasi ekspor hasil perikanan adalah komoditas udang dengan nilai mencapai

USD 466,24 juta. Sedangkan nilai komoditas tuna-tongkol-cakalang (TTC) sebesar

USD 176,63 juta, komoditas cumi-sotong-gurita sebesar USD 131,94 juta, komoditas

rajungan-kepiting sebesar USD 105,32 juta, dan rumput laut sebesar USD 53,75 juta.

2,00
1,80
Nilai Ekspor (Milyar USD)

1,60
1,40
1,20
1,00
0,80
0,60
0,40
0,20
0,00

Tahun

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)


Gambar 1. Nilai ekspor udang Indonesia di pasar internasional tahun 2000–2019

Indonesia merupakan eksportir udang terbesar ke empat setelah India, Ekuador,

dan Vietnam di pasar internasional menurut data Comtrade UN pada tahun 2019.

Gambar 1 menunjukkan bahwa nilai ekspor udang Indonesia di pasar internasional

tahun 2000 hingga 2019 berfluktuasi dengan puncak tertinggi di tahun 2014 mencapai

2,04 miliar USD. Nilai ekspor udang mengalami tren meningkat dari tahun 2009

2
hingga tahun 2014. Pada tahun 2015 mengalami penurunan dari 2014 sebesar 22,78

persen. Meskipun demikian, pada tahun 2016 dan 2017 nilai ekspor udang berhasil

meningkat. Akan tetapi pada tahun 2018 dan 2019 nilai ekspor udang kembali

menurun. Terjadi penurunan sebesar 1,5 persen. Meskipun menurut data KKP pada

tahun 2015-2019 ekspor komoditas udang telah memberikan kontribusi sebesar 36,73

persen terhadap nilai ekspor sektor perikanan, jika kondisi penurunan ini dibiarkan,

maka dikhawatirkan penurunan nilai ekspor udang ini terjadi secara terus-menerus.

AS; 65,20%
Jepang; 15,77%
Cina; 4,93%
Malaysia; 2,71%
Thailand; 1,72%
Belanda; 1,35%
Britania Raya; 1,16%
Singapura; 0,95%
Lainnya; 6,21%

Sumber: UN Comtrade (diolah)


Gambar 2. Share ekspor udang Indonesia tahun 2019

Delapan negara tujuan dengan volume ekspor terbesar pada tahun 2019 adalah

Amerika Serikat, Jepang, Cina, Malaysia, Thailand, Belanda, Britania Raya, dan

Singapura. Gambar 2 memperlihatkan bahwa Amerika Serikat merupakan negara

tujuan ekspor terbesar dengan daya serap mencapai 65,2 persen dari total ekspor udang

Indonesia. Negara tujuan terbesar kedua adalah Jepang dengan daya serap sebanyak

3
15,77 persen. Selanjutnya Cina dengan daya serap 4,93 persen. Kemudian Malaysia,

Thailand, Belanda, Britania Raya, dan Singapura dengan daya serap kurang dari 3

persen. Secara kumulatif delapan negara tujuan ekspor terbesar tersebut mampu

menyerap hingga 93 persen ekspor udang Indonesia.

Belum optimalnya kontribusi ekspor udang Indonesia dalam memenuhi

kebutuhan udang negara importir menunjukkan adanya peluang bagi Indonesia untuk

meningkatkan ekspor udang. Terdapat banyak faktor yang dapat memengaruhi ekspor

suatu komoditi. Menurut Mitayani (2018) bahwa PDB negara tujuan dan nilai tukar

rupiah berpengaruh signifikan secara positif terhadap ekspor udang Indonesia ke

negara tujuan utama di Asia (Jepang, Hong Kong, Tiongkok, Singapura, dan

Malaysia). Sedangkan harga berpengaruh signifikan negatif. Sedangkan menurut

Wahyudi, dkk. (2019) PDB negara tujuan, nilai tukar riil Indonesia, dan nilai ekspor

tahun sebelumnya memiliki pengaruh positif dengan nilai ekspor udang ke negara

tujuan. Sedangkan jarak ekonomi memiliki pengaruh nyata yang negatif terhadap nilai

ekspor udang Indonesia di negara tujuan.

Berdasarkan uraian latar belakang dan penelitian terkait tersebut diperlukan

kajian mengenai dinamika daya saing ekspor udang Indonesia serta faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap ekspor udang ke 8 negara tujuan terbesar (Amerika Serikat,

Jepang, Cina, Malaysia, Thailand, Belanda, Britania Raya, dan Singapura.) sehingga

dapat dirumuskan kebijakan yang tepat. Pada penelitian ini digunakan analisis

Revealed Comparative Advantage (RCA) dan analisis regresi data panel untuk melihat

daya saing ekspor udang Indonesia serta faktor-faktor yang memengaruhi ekspor udang

Indonesia.

4
1.2 Identifikasi dan Batasan Masalah

Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah perairan lebih besar daripada

luas wilayah daratan. Hal tersebut memberikan potensi sumber daya kelautan dan

perikanan yang tinggi. Hasil kelautan dan perikanan Indonesia tidak hanya

diperdagangkan di pasar domestik namun juga di pasar internasional. Udang

merupakan komoditas ekspor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap ekspor

sektor perikanan. Pada tahun 2019 delapan negara tujuan ekspor terbesar (Amerika

Serikat, Jepang, Cina, Malaysia, Thailand, Belanda, Britania Raya, dan Singapura)

mampu menyerap lebih dari 90 persen ekspor udang Indonesia.

800
700
600
(Ribu Ton)

500
400
300
200
100
0
Cina AS Jepang Britania Belanda Malaysia Singapura Thailand
Raya

Total Impor Impor dari Indonesia

Sumber: Comtrade UN (diolah)


Gambar 3. Perbandingan ekspor udang Indonesia dan dunia ke delapan negara tujuan terbesar

tahun 2019

Gambar 3 menunjukkan bahwa kontribusi ekspor udang Indonesia dalam

memenuhi kebutuhan delapan negara tersebut masih rendah. Berdasarkan data UN

5
Comtrade, ekspor udang Indonesia berada di urutan ke empat, yaitu di bawah India,

Ekuador, dan Vietnam. Peranan Indonesia dalam memenuhi kebutuhan impor udang

terbesar terjadi di Amerika Serikat dengan kontribusi sebesar 19,14 persen dari 700,89

ribu ton. Di pasar Amerika Serikat, Indonesia masih di bawah India dengan volume

ekspor tidak mencapai setengah volume ekspor India. Selanjutnya di pasar Thailand,

ekspor udang Indonesia menyumbang hampir 19 persen dari total impor udang

sebanyak 18,94 ribu ton. Indonesia berada diposisi ke tiga setelah Malaysia dan

Argentina. Kemudian, Indonesia dapat memenuhi 17,08 persen dari 33 ribu ton

kebutuhan impor udang Malaysia dan berada di urutan pertama. Jepang dengan

kebutuhan sekitar 22 ribu ton udang impor, Indonesia dapat memenuhi sekitar 14

persen dari total impor udang negara Jepang. Ekspor udang Indonesia ke Jepang berada

di urutan ke empat selatah Vietnam, Thailand dan India. Pada pasar Singapura,

Indonesia berada di posisi ke empat dengan memberikan kontribusi sebesar 8,41 persen

dari 23,46 ribu ton total impor udangnya. Pada pasar Britania Raya dan Belanda,

Indonesia memberikan kontribusi sekitar 3 persen dari tujuh puluh ribuan ton impor

kedua negara tersebut. Sedangkan kontribusi terkecil terjadi di Cina. Cina mengimpor

udang sekitar 722 ribu ton, namun Indonesia hanya dapat memenuhi 1,42 persen dari

kebutuhan tersebut. Kecilnya kontribusi tersebut membuat Indonesia berada di posisi

ke sebelas. Belum optimalnya kontribusi ekspor udang Indonesia dalam memenuhi

kebutuhan impor udang negara importir menunjukkan adanya peluang bagi Indonesia

untuk meningkatkan ekspor udangnya.

6
1600
1400 1371,12
1200 1204,23
1098,491
1000
(Ribu Ton)

979,48
874,74
800
600
400
200 181,41 187,99 180,30 197,43 207,72

0
2015 2016 2017 2018 2019

Produksi Ekspor

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (diolah)
Gambar 4. Perbandingan ekspor dan produksi udang Indonesia tahun 2015–2019

Gambar 4 menunjukkan bahwa selisih antara produksi dan ekspor udang yang

cukup besar. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia juga memiliki peluang untuk

meningkatkan kontribusi ekspor udang dari sisi selisih produksi dan ekspor udang.

Selama lima tahun terakhir, rata-rata ekspor udang hanya sekitar 17 persen dari total

produksinya. Selain itu, terlihat bahwa laju ekspor udang rendah. Rata-rata laju

pertumbuhannya sebesar 3,6 persen tiap tahunnya. Pada tahun 2016 ekspor udang

mengalami penurunan sebesar 4 persen dari tahun sebelumnya. Sedangkan laju

pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2018 yaitu 9,5 persen.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya kontribusi ekspor udang

Indonesia dalam memenuhi kebutuhan udang impor negara importir, sedangkan selisih

antara produksi dan ekspor udang Indonesia masih besar. Hal ini menunjukkan bahwa

Indonesia masih memungkinkan untuk meningkatkan ekspornya. Oleh karena itu

diperlukan analisis lebih lanjut mengenai daya saing ekspor udang Indonesia ke

7
delapan negara tujuan terbesar serta faktor-faktor yang memengaruhi ekspor udang

Indonesia.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka tujuan yang akan

dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan gambaran mengenai perkembangan ekspor udang Indonesia;

2. Memberikan gambaran mengenai daya saing ekspor udang Indonesia di delapan

negara tujuan terbesar (Amerika Serikat, Jepang, Cina, Malaysia, Thailand,

Belanda, Britania Raya, dan Singapura); dan

3. Mengetahui bagaimana pengaruh harga ekspor udang riil, PDB ADHK per kapita

negara tujuan, PDB ADHK per kapita Indonesia, Real Effective Exchange Rate

(REER), populasi, dan jarak ekonomi antara Indonesia dan negara tujuan terhadap

volume ekspor udang Indonesia ke delapan negara tujuan terbesar.

1.4 Sistematika Pe1nulisan

Sistematika penulisan dalam karya tulis ini terdari dari lima bab, yaitu bab I

hingga bab V. Bab I berisi pendahuluan yang memuat empat sub bab, yaitu latar

belakang, identifikasi masalah, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II

berisi kajian pustaka yang memuat empat sub bab, yaitu, landasan teori, penelitian

terkait, kerangka pikir, dan hipotesis penelitian. Bab III berisi metodologi yang memuat

8
tiga sub bab, yaitu ruang lingkup penelitian, metode pengumpulan data, dan metode

analisis. Bab IV berisi hasil dan pembahasan yang memuat hasil pengolahan dan

analisis untuk menjawab tujuan penelitian. Bab V berisi kesimpulan penelitian dan

saran dari penulis.

Anda mungkin juga menyukai