Anda di halaman 1dari 19

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia

Vol. 14 No. 1, Juli 2013: 63-81


ISSN 1411-5212

Disparitas, Konvergensi, dan Determinan Produktivitas Tenaga Kerja


Regional di Indonesia
Disparity, Convergence, and Determinant of Regional Labour Productivity
in Indonesia

Aisyah Fitri Yuniasiha,∗, Muhammad Firdausa , Idqan Fahmia


a
Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Abstract
Indonesia has been still experiencing regional economic disparity problems, including in labour productivity.
This study employs dynamic panel approach to analyze convergence and to identify determinants of regional
labour productivity during the period of 1987–2011. The System Generalized Method of Moments (Sys-
GMM) estimation results show that regional convergence process occurs with speed of convergence of 0.06518
per year. Physical capital stock, human capital stock, total trade, and real wage give positive impacts.
Therefore, government should prioritize in overcoming labour productivity disparity in Eastern Indonesia
in which are more unequal than in Western Indonesia where interventions should be greater for provinces
with lower labour productivity.
Keywords: Disparity, Convergence, Labour Productivity, Dynamic Panel

Abstrak
Indonesia masih mengalami masalah terkait dengan disparitas perekonomian regional, termasuk dalam
hal produktivitas tenaga kerja. Studi ini menggunakan pendekatan panel dinamis untuk menganalisis
konvergensi dan mengidentifikasi determinan produktivitas tenaga kerja regional selama periode 1987–
2011. Model estimasi System Generalized Method of Moments (Sys-GMM) menunjukkan bahwa proses
konvergensi regional terjadi dengan kecepatan konvergensi 0,06518 per tahun. Stok modal fisik, stok modal
manusia, total perdagangan, dan upah riil ditemukan memberikan pengaruh positif. Pemerintah harus
lebih memprioritaskan untuk mengatasi masalah disparitas produktivitas tenaga kerja di Kawasan Timur
Indonesia (KTI) yang lebih timpang dibandingkan Kawasan Barat Indonesia (KBI) di mana intervensi
harus lebih fokus terhadap provinsi-provinsi dengan tingkat produktivitas tenaga kerja yang lebih rendah.
Kata kunci: Disparitas, Konvergensi, Produktivitas Tenaga Kerja, Panel Dinamis

JEL classifications: C23, O47, O53

Pendahuluan nasional baik secara total maupun per kapita


dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahte-
Pembangunan ekonomi secara umum difokus- raan masyarakat. Hasil pertumbuhan ekonomi
kan pada usaha peningkatan pertumbuhan eko- tersebut diharapkan dapat didistribusikan se-
nomi yang berkaitan erat dengan pendapatan cara merata ke seluruh masyarakat sehingga
permasalahan-permasalahan sosial ekonomi se-

Alamat Korespondensi: Jl. Otista I A No. 19 perti penggangguran, kemiskinan, ketimpang-
RT. 004 RW. 001 Bidara Cina Jatinegara Jakarta Ti-
an distribusi pendapatan, dan sebagainya da-
mur 13330. HP: +6281379198540. E-mail : aisyah.fy@
gmail.com. pat dipecahkan melalui mekanisme trickle do-
64 Aisyah F. Y., M. Firdaus, & Idqan F./Disparitas, Konvergensi, dan...
Gambar 1: Perkembangan Pembangunan Ekonomi Indonesia Periode 2007–2011

Sumber: BPS (2007–2011), Data Diolah

wn effect (Todaro dan Smith, 2006). Perkem- tikan akan lebih tinggi dibandingkan provin-
bangan pembangunan perekonomian Indonesia si yang lebih langka faktor endowment-nya.
berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Proses pembangunan ekonomi mengklasifika-
periode 2007–2011 pada Gambar 1 menunjuk- sikan provinsi-provinsi di Indonesia ke dalam
kan bahwa di Indonesia terjadi peningkatan dua kriteria, yaitu provinsi-provinsi maju dan
pertumbuhan ekonomi yang diiringi oleh keber- provinsi-provinsi yang relatif tertinggal.
hasilan dalam hal penurunan tingkat pengang- Disparitas kinerja perekonomian regional da-
guran terbuka dan persentase penduduk mis- pat dikaji menggunakan tiga macam ukuran
kin. Namun, prestasi ini tidak diikuti oleh per- pertumbuhan antara lain pertumbuhan output,
baikan pemerataan distribusi pendapatan ma- pertumbuhan output per kapita, dan pertum-
syarakat karena dilihat dari perkembangan ni- buhan output per tenaga kerja (Armstrong dan
lai koefisien Gini sebesar 0,36 pada tahun 2007, Taylor, 2000). Penggunaan output per tenaga
walaupun sempat sedikit turun menjadi 0,35 kerja atau produktivitas tenaga kerja sebagai
pada tahun 2008, tetapi kemudian terus me- ukuran disparitas regional selain belum banyak
ningkat menjadi 0,41 pada tahun 2011. Hal ini dilakukan untuk mengukur disparitas regional
merupakan indikasi awal bahwa masalah dis- di Indonesia, juga memiliki beberapa keung-
paritas perekonomian yaitu ketimpangan dis- gulan antara lain lebih sensitif terhadap per-
tribusi pendapatan merupakan masalah pem- bedaan jumlah tenaga kerja jika dibandingkan
bangunan ekonomi yang masih melanda Indo- dengan penggunaan output yang biasanya di-
nesia hingga saat ini. dekati oleh Produk Domestik Regional Bruto
Williams et al. (2012) menyatakan bahwa sa- (PDRB), serta memungkinkan dilakukan de-
lah satu pemicu ketimpangan distribusi penda- komposisi secara sektoral jika dibandingkan de-
patan adalah disparitas regional. Indonesia ter- ngan output per kapita yang biasanya didekati
diri dari 34 provinsi dengan perbedaan struk- oleh PDRB per kapita (Bawono, 2011). Ukur-
tur perekonomian terkait dengan beragamnya an output per tenaga kerja atau produktivitas
faktor endowment yang dimiliki. Hal ini men- tenaga kerja digunakan sebagai indikator daya
dorong timbulnya masalah disparitas kinerja saing di suatu daerah (Armstrong dan Taylor,
perekonomian regional yang disebabkan oleh 2000).
perbedaan kecepatan pertumbuhan ekonomi Data BPS menunjukkan bahwa selama peri-
antarprovinsi di mana output provinsi yang ode 2007–2011 Provinsi DKI Jakarta dengan
lebih kaya dengan faktor endowment dipas- rata-rata produktivitas tenaga kerja agregat
Aisyah F. Y., M. Firdaus, & Idqan F./Disparitas, Konvergensi, dan... 65

sebesar Rp87,52 juta per tenaga kerja meru- lai IPM nasional Indonesia, sedangkan di KBI
pakan provinsi dengan rata-rata produktivi- hanya 3 dari 17 provinsi atau 29,41% saja yang
tas tenaga kerja agregat tertinggi di Indone- memiliki nilai IPM di bawah nilai IPM nasio-
sia. Provinsi dengan rata-rata produktivitas te- nal Indonesia yang sebesar 0,7277 (Gambar 2
naga kerja agregat terendah di Indonesia ada- dan Gambar 3). Selain itu, disparitas produk-
lah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) de- tivitas tenaga kerja agregat di Indonesia ini di-
ngan rata-rata produktivitas tenaga kerja agre- khawatirkan dapat mendorong terjadinya lon-
gat hanya sebesar Rp5,76 juta per tenaga kerja jakan migrasi yang dilakukan oleh tenaga kerja
atau seperlimabelas kali rata-rata produktivi- dengan produktivitas rendah menuju provinsi
tas tenaga kerja agregat Provinsi DKI Jakarta. dengan produktivitas tenaga kerja yang lebih
Provinsi dengan rata-rata produktivitas tena- tinggi yang dikhawatirkan akan memperparah
ga kerja agregat terendah di Kawasan Barat In- kondisi disparitas yang terjadi (Gezici dan Kes-
donesia (KBI) adalah Provinsi Bengkulu, yaitu kin, 2005). Hasil Sensus Penduduk 2010 me-
sebesar Rp9,84 juta per tenaga kerja atau ha- nunjukkan bahwa sekitar 80% dari total migra-
nya mencapai sekitar sepersembilan kali rata- si baik migrasi ’risen’ (recent migration) ma-
rata produktivitas tenaga kerja agregat Pro- upun migrasi seumur hidup (life time migra-
vinsi DKI Jakarta yang tertinggi di KBI. Pro- tion) masuk ke KBI di mana kondisi dispari-
vinsi Kalimantan Timur (Kaltim) merupakan tas produktivitas tenaga kerjanya lebih mera-
provinsi dengan rata-rata produktivitas tena- ta. Menurut BPS, seseorang dikatakan sebagai
ga kerja agregat tertinggi di Kawasan Timur migran ’risen’ apabila provinsi tempat tinggal
Indonesia (KTI) dengan rata-rata produktivi- lima tahun yang lalu berbeda dengan provinsi
tas tenaga kerja agregat sebesar Rp80,07 ju- tempat tinggal sekarang, sedangkan migran se-
ta per tenaga kerja atau mencapai sekitar 14 umur hidup jika provinsi tempat lahirnya ber-
kali lipat rata-rata produktivitas tenaga kerja beda dengan provinsi tempat tinggal sekarang.
agregat Provinsi NTT yang terendah di KTI. Masalah disparitas ini memerlukan penangan-
Hal ini merupakan indikasi awal bahwa terjadi an yang serius, karena kasus disparitas pereko-
disparitas regional produktivitas tenaga kerja nomian yang terjadi di berbagai negara terbuk-
agregat di Indonesia di mana produktivitas te- ti mendorong munculnya gejolak-gejolak sosial
naga kerja di KTI lebih timpang dibandingkan yang dapat merugikan atau mengganggu kiner-
di KBI. ja perekonomian makro yang telah dicapai (Su-
fii, 2010).
Disparitas regional produktivitas tenaga ker-
Ismail et al. (2012) menyatakan bahwa pro-
ja akan menjadi hambatan bagi peningkat-
duktivitas tenaga kerja merupakan determinan
an pendapatan nasional karena dapat memi-
yang paling penting yang memengaruhi tingkat
cu disparitas distribusi pendapatan (Ismail et
pendapatan nasional dan pertumbuhan ekono-
al., 2012). Selama periode 2007–2011, pertum-
mi suatu daerah karena merupakan salah sa-
buhan ekonomi KBI lebih cepat dibanding
tu determinan stabilitas ekonomi terkait de-
KTI, serta lebih dari 80% pendapatan nasio-
ngan masalah pemerataan distribusi pendapat-
nal merupakan kontribusi dari KBI. Dispari-
an masyarakat.
tas juga menjadi masalah karena menurut You
(2013) disparitas dapat menyebabkan keter- Studi ini menggambarkan kondisi disparitas
tinggalan dalam hal pembangunan ekonomi. produktivitas tenaga kerja regional di Indone-
Data BPS menunjukkan bahwa berdasarkan sia kemudian melibatkan pengembangan dan
nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pa- pengimplementasian kerangka panel dinamis
da tahun 2011, 13 dari 16 provinsi di KTI atau untuk mengidentifikasi terjadinya konvergensi
sekitar 81,25% memiliki nilai IPM di bawah ni- dan faktor-faktor yang memengaruhi produk-
66 Aisyah F. Y., M. Firdaus, & Idqan F./Disparitas, Konvergensi, dan...
Gambar 2: Nilai IPM Provinsi-Provinsi di KBI Tahun 2011

Sumber: BPS (2011), Data Diolah

tivitas tenaga kerja di Indonesia tersebut. Pe- vitas tenaga kerja regional untuk provinsi de-
ngembangan pemahaman mengenai disparitas ngan produktivitas tenaga kerja yang lebih ren-
dan konvergensi produktivitas tenaga kerja ini dah harus lebih besar dibandingkan provinsi
dapat memberikan rekomendasi kebijakan bagi dengan produktivitas tenaga kerja yang lebih
pemerintah agar strategi pembangunan tidak tinggi.
bias regional. Hal ini dilakukan dengan tujuan
untuk mengurangi ketimpangan demi tercapai- Ruang lingkup studi ini mencakup 26 pro-
nya pembangunan regional yang lebih seim- vinsi yang ada di Indonesia dengan tidak men-
bang. cakup Provinsi Timor Timur yang telah me-
misahkan diri dari Indonesia sejak tahun 1999
Berdasarkan latar belakang dan perumusan serta provinsi baru seperti Provinsi Kepulau-
masalah di atas, studi ini bertujuan untuk: an Bangka Belitung, Provinsi Kepulauan Riau,
(1) menggambarkan kondisi disparitas regio- Provinsi Banten, Provinsi Gorontalo, Provinsi
nal produktivitas tenaga kerja di Indonesia; (2) Sulawasi Barat, Provinsi Maluku Utara, Pro-
mengidentifikasi terjadinya konvergensi regio- vinsi Papua Barat, dan Provinsi Kalimantan
nal produktivitas tenaga kerja di Indonesia; (3) Utara. Hal ini dikarenakan periode analisis da-
mengidentifikasi faktor-faktor apa yang meme- lam studi ini adalah tahun 1987–2011 semen-
ngaruhi produktivitas tenaga kerja regional di tara 7 provinsi baru terbentuk di pertengahan
Indonesia; dan (4) merumuskan kebijakan pe- periode analisis studi ini dan khusus untuk Pro-
merintah untuk mengatasi masalah disparitas vinsi Kalimantan Utara belum terbentuk da-
dengan mengakselerasi proses konvergensi re- lam periode analisis. Data provinsi-provinsi ba-
gional produktivitas tenaga kerja tersebut. Ak- ru hasil pemekaran, yang berbentuk data series
selerasi proses konvergensi regional produktivi- yang tidak tersedia secara lengkap tersebut, di-
tas tenaga kerja dapat dilakukan dengan mem- agregasi ke provinsi induknya. Provinsi Kepu-
berikan porsi intervensi determinan produkti- lauan Bangka Belitung diagregasi dengan Pro-
Aisyah F. Y., M. Firdaus, & Idqan F./Disparitas, Konvergensi, dan... 67
Gambar 3: Nilai IPM Provinsi-Provinsi di KTI Tahun 2011

Sumber: BPS (2011), Data Diolah

vinsi Sumatra Selatan, Provinsi Kepulauan Ri- (CCC). Model pertumbuhan ekonomi endogen
au dengan Provinsi Riau, Provinsi Banten de- menyatakan bahwa konvergensi atau divergen-
ngan Provinsi Jawa Barat, Provinsi Gorontalo si mungkin terjadi dipengaruhi oleh ketersedi-
dengan Provinsi Sulawesi Utara, Provinsi Su- aan faktor produksi, sedangkan model geografi
lawesi Barat dengan Provinsi Sulawesi Selatan, ekonomis baru menyatakan bahwa konvergen-
Provinsi Maluku Utara dengan Provinsi Malu- si atau divergensi mungkin terjadi dipengaruhi
ku, dan Provinsi Papua Barat dengan Provinsi oleh sejarah dan ekspektasi masa depan ten-
Papua. Data panel yang merupakan kombinasi tang suatu wilayah.
data tahunan periode 1987–2011 untuk 26 pro-
vinsi yang ada di Indonesia yang dikelompok- Barro dan Sala-i-Martin (2004) merumus-
kan menjadi 2, yaitu KBI yang meliputi Suma- kan dua konsep konvergensi dalam konteks per-
tera, Jawa, dan Bali, serta KTI yang meliputi tumbuhan ekonomi antarnegara dan antarwi-
Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Malu- layah yaitu konvergensi Beta dan konvergensi
ku, dan Papua. Sigma. Ada dua pendekatan konvergensi Beta,
yaitu konvergensi Beta Absolut (Absolut Beta
Convergence) dan konvergensi Beta Bersyarat
Tinjauan Referensi (Conditional Beta Convergence). Konvergensi
Beta Absolut mengasumsikan bahwa daerah-
Dunford (2009) dan Firdaus (2006) mengkla- daerah dalam jangka panjang tidak memiliki
sifikasikan teori model pembangunan ekonomi kecenderungan untuk menunjukkan perbedaan
regional berdasarkan pandangannya terhadap dalam tingkat kemajuan teknologi, tingkat mo-
konvergensi. Model yang mendukung terjadi- dal fisik, tingkat modal manusia, tingkat per-
nya konvergensi adalah Neoklasik, sedangkan tumbuhan tenaga kerja, dan tingkat depresiasi
yang tidak mendukung terjadinya konvergensi modal sehingga memprediksi bahwa modal per
adalah model Circular Cummulative Causation tenaga kerja di semua daerah akan konvergen
68 Aisyah F. Y., M. Firdaus, & Idqan F./Disparitas, Konvergensi, dan...

menuju nilai steady state k* yang sama terlepas pada waktu ke-t dan σt+T merupakan dispersi
dari kondisi awal perekonomian masing-masing tingkat produktivitas tenaga kerja pada T ta-
daerah. Dalam hal ini, perekonomian daerah hun setelah waktu ke-t. Ada dua pendekatan
dengan tingkat produktivitas tenaga kerja yang pengukuran konvergensi Sigma (σt ) antara la-
lebih rendah cenderung tumbuh lebih cepat di- in menggunakan standar deviasi dan koefisien
bandingkan perekonomian daerah dengan ting- variasi dari log produktivitas tenaga kerja pada
kat produktivitas tenaga kerja yang lebih ting- waktu ke-t antardaerah.
gi. Konvergensi Beta Absolut ini bisa menye-
Garcia dan Soelistianingsih (1998) menggu-
satkan karena mengasumsikan setiap daerah
nakan data 26 provinsi di Indonesia mengiku-
memiliki tingkat steady state yang sama.
ti model pertumbuhan ekonomi Barro perio-
Konvergensi Beta Bersyarat berhubungan de 1975–1993, 1980–1993, 1983–1993 dengan
dengan perbedaan fungsi produksi agregat an- metode cross section Ordinary Least Squa-
tardaerah menyatakan bahwa setiap daerah re (OLS). Hasil studinya menunjukkan bahwa
akan konvergen dengan sangat cepat menuju tingkat pendidikan secara signifikan berpenga-
tingkat steady state-nya masing-masing. Dalam ruh terhadap pertumbuhan ekonomi regional,
hal ini, diasumsikan tingkat kemajuan tekno- sementara tingkat kelahiran berpengaruh ne-
logi dan tingkat depresiasi modal adalah sa- gatif. Peranan sektor minyak dan gas berpe-
ma untuk semua daerah, tetapi parameter lain ngaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi
seperti tingkat tabungan dan tingkat pertum- regional pada periode 1975–1993, tetapi tidak
buhan populasi penduduk dapat berbeda an- signifikan pada periode 1983–1993. Kekurang-
tardaerah. Dalam model pertumbuhan ekono- an studi ini adalah penggunaan teknik estimasi
mi Solow, parameter-parameter ini hanya me- cross section OLS yang tidak memperhatikan
miliki pengaruh pada tingkat produktivitas te- faktor keragaman individual dalam analisisnya.
naga kerja. Tingkat pertumbuhan produktivi-
Resosudarmo dan Vidyattama (2006) meng-
tas tenaga kerja pada jangka panjang sepenuh-
estimasi pertumbuhan pendapatan per kapi-
nya hanya ditentukan oleh tingkat kemajuan
ta 26 provinsi di Indonesia periode 1993–2002
teknologi yang diasumsikan sama untuk semua
untuk mengidentifikasi determinan disparitas
daerah. Walaupun tingkat produktivitas tena-
pendapatan regional Indonesia dengan meng-
ga kerja pada jangka panjang dapat bervariasi
gunakan metode analisis data panel Fixed Effe-
antardaerah, tetapi tingkat pertumbuhan pro-
ct Model (FEM). Walaupun terjadi disparitas
duktivitas tenaga kerja pada jangka panjang
pendapatan regional, tetapi terjadi konvergen-
akan diasumsikan sama. Temuan ini memenga-
si bersyarat pertumbuhan pendapatan per ka-
ruhi dari perspektif kebijakan karena walau-
pita regional di mana tabungan modal fisik,
pun setiap daerah kecepatan konvergensinya
keterbukaan perdagangan, dan kontribusi sek-
cepat, namun pada jangka panjang setiap dae-
tor migas merupakan determinan pertumbuh-
rah angka mencapai tingkat produktivitas yang
an pendapatan per kapita provinsial di Indone-
berbeda-beda. Dalam studi ini konsep konver-
sia. Walaupun metode yang digunakan meng-
gensi Beta yang digunakan adalah konvergensi
hasilkan estimator yang lebih konsisten diban-
Beta Bersyarat.
dingkan metode OLS dan Random Effect Mo-
Konsep konvergensi Sigma dapat didefini- del (REM), namun estimasi masih menghada-
sikan bahwa sekelompok perekonomian dapat pi masalah endogenitas yang disebabkan oleh
konvergen jika dispersi tingkat produktivitas penggunaan metode analisis data panel statis
tenaga kerja cenderung berkurang sepanjang di mana terdapat variabel pada sisi kanan per-
waktu, yaitu σt+T < σt di mana σt merupa- samaan yang bukan merupakan variabel ekso-
kan dispersi tingkat produktivitas tenaga kerja gen.
Aisyah F. Y., M. Firdaus, & Idqan F./Disparitas, Konvergensi, dan... 69

Firdaus dan Yusop (2009) melakukan anali- Jiang (2012) melakukan analisis mengenai
sis dinamis konvergensi regional di 26 provin- pengaruh keterbukaan dan konvergensi pro-
si Indonesia periode 1983–2003 dengan pende- duktivitas tenaga kerja provinsi-provinsi di Ci-
katan data Panel OLS, FEM, REM, First Di- na periode 1984–2008 dengan menggunakan
fference Generalized Method of Moments (FD- pendekatan data panel. Studi ini menemu-
GMM), dan System Generalized Method of Mo- kan bahwa keterbukaan ekonomi regional yang
ments (Sys-GMM). Penggunaan metode anali- menggunakan variabel total perdagangan in-
sis data panel dinamis mengatasi masalah en- ternasional positif memengaruhi pertumbuh-
dogenitas. Estimator Sys-GMM terbukti tidak an regional produktivitas tenaga kerja selain
bias, konsisten, dan valid menunjukkan bahwa variabel modal fisik, pertumbuhan penduduk
terjadi proses konvergensi antarprovinsi di In- dan modal manusia. Ketika heterogenitas re-
donesia pada periode 1983–2003 walaupun ke- gional dan keterbukaan ekonomi diperhitung-
cepatan konvergensinya relatif sangat rendah kan, maka terjadi konvergensi bersyarat yang
dibandingkan negara berkembang lainnya. Na- cepat dalam tingkat produktivitas tenaga kerja
mun, studi ini menggunakan ukuran PDRB per provinsi-provinsi di Cina tersebut. Namun, stu-
kapita sehingga tidak dimungkinkan dekompo- di ini belum mengidentifikasi pengaruh upah
sisi secara sektoral. riil terhadap produktivitas tenaga kerja regio-
nal.
Purawan (2010) melakukan analisis konver-
Sumarlin (2006) menganalisis hubungan ka-
gensi perekonomian regional di Indonesia de-
usalitas antara upah dan produktivitas tenaga
ngan menggunakan ukuran output per tenaga
kerja di Indonesia selama periode 1980–2004
kerja atau produktivitas tenaga kerja. Studi
dengan menggunakan metode Granger Cau-
ini menggunakan data 26 provinsi di Indone-
sality dan OLS. Hasilnya terdapat hubungan
sia periode 1992–2007 dengan pendekatan da-
yang searah di mana upah memengaruhi pro-
ta panel FEM. Hasilnya akumulasi modal fisik,
duktivitas tenaga kerja dan upah berpengaruh
akumulasi modal manusia, pertumbuhan popu-
positif terhadap produktivitas tenaga kerja.
lasi, dan pembangunan finansial berpengaruh
negatif; sedangkan Foreign Direct Investment Pengaruh keterbukaan ekonomi terhadap
(FDI), ketimpangan, keterbukaan perdagang- produktivitas dibahas oleh Kim et al. (2007).
an, dan kontribusi minyak dan gas (migas) ber- Teori export-led growth menyatakan bahwa eks-
pengaruh positif. Proses konvergensi terjadi le- por meningkatkan pertumbuhan ekonomi me-
bih cepat pada pradesentralisasi dibandingkan lalui peningkatan produktivitas. Perusahaan
saat pascadesentralisasi. Akumulasi stok modal cenderung mempelajari teknologi terkini mela-
fisik, FDI, keterbukaan perdagangan, dan kon- lui kegiatan ekspor dan mengadopsi teknologi
tribusi migas berpengaruh positif; sedangkan tersebut dalam proses produksinya agar pro-
akumulasi modal manusia, pertumbuhan po- duk yang dihasilkan dapat bersaing di pasar in-
pulasi, pembangunan finansial, dan ketimpang- ternasional dan pasar antarprovinsi. Perusaha-
an berpengaruh negatif terhadap produktivi- an dapat belajar sambil mencoba dengan meni-
tas tenaga kerja Indonesia pradesentralisasi. ru apa yang dilakukan perusahaan asing dalam
Akumulasi stok modal manusia, pertumbuh- hal proses produksi dan penjualan barang eks-
an populasi, FDI, ketimpangan, keterbukaan por melalui proses trial and error. Lebih jauh
perdagangan, dan kontribusi migas berpenga- lagi, peningkatan produksi akibat ekspor me-
ruh positif; sedangkan akumulasi modal fisik nurunkan biaya produksi per unit sehingga me-
dan pembangunan finansial berpengaruh nega- ningkatkan produktivitas. Selain itu, ekspor ju-
tif terhadap produktivitas tenaga kerja Indone- ga menghasilkan uang dalam mata uang asing
sia pascadesentralisasi. yang langka dimiliki daerah-daerah pada ta-
70 Aisyah F. Y., M. Firdaus, & Idqan F./Disparitas, Konvergensi, dan...

hap awal pembangunan ekonomi. Mata uang kebutuhan dan yang kedua, tingginya diingin-
asing tersebut dapat digunakan untuk meng- kan agar sesuai dengan harapan ekonomis.
impor barang modal dan input antara. Berdasarkan beberapa studi terdahulu yang
Hubungan teoritis antara impor dan pro- telah dipaparkan sebelumnya, faktor-faktor
duktivitas cenderung lebih rumit dibanding- yang diduga akan memengaruhi produktivitas
kan hubungan antara ekspor dan produktivi- tenaga kerja regional di Indonesia antara la-
tas. Peningkatan impor barang konsumsi men- in stok modal fisik, stok modal manusia, total
dorong perusahaan substitusi impor domes- perdagangan, dan upah riil. Oleh karena itu,
tik untuk berinovasi dan merestrukturisasi diri studi ini akan meneliti pengaruh faktor-faktor
agar dapat bersaing dengan perusahaan asing, tersebut terhadap produktivitas tenaga kerja
dengan demikian impor meningkatkan efisiensi regional di Indonesia. Studi ini menerapkan
dan produktivitas. Dalam jangka panjang, per- studi Jiang (2012) untuk provinsi-provinsi di
usahaan akan menjadi semakin produktif dan Indonesia dengan menambahkan variabel upah
kompetitif sehingga meningkatkan investasinya yang menurut Sumarlin (2006) upah berpenga-
dalam bentuk teknologi baru. Hal ini menye- ruh positif terhadap produktivitas tenaga ker-
babkan kurva penawaran bergeser ke kanan. ja. Studi ini berusaha menyempurnakan studi-
studi sebelumnya dengan menggunakan ukur-
Secara umum, pengaruh keterbukaan perda-
an output per tenaga kerja atau produktivitas
gangan terhadap produktivitas tergantung pa-
tenaga kerja, serta menggunakan metode ana-
da struktur pasar dan faktor institusional. Di
lisis data panel dinamis mengatasi masalah en-
dalam pasar persaingan tidak sempurna, pa-
dogenitas.
sar substitusi impor domestik akan terpuruk
akibat peningkatan impor yang kemudian me-
nyebabkan investasi berkurang dan pada akhir- Metode
nya produktivitas menurun. Lebih jauh lagi,
harapan keuntungan yang lebih tinggi mendo- Jenis data yang digunakan dalam studi ini ada-
rong peningkatan investasi Research and De- lah data sekunder berupa data panel yang ber-
velopment (R & D) dan inovasi-inovasi. Inves- sifat balanced panel dari 26 provinsi di Indone-
tasi R & D lebih besar pada perusahaan yang sia selama periode 1987–2011 yang bersumber
berorientasi ekspor dibandingkan perusahaan dari BPS. Analisis disparitas produktivitas te-
substitusi impor tergantung besarnya dampak naga kerja regional di Indonesia menggunakan
keterbukaan pasar. Impor barang modal dan ukuran koefisien variasi tertimbang yang meru-
input antara yang tidak dapat diproduksi di pakan modifikasi indeks Williamsons yang di-
dalam negeri memungkinkan perusahaan do- gunakan Akita dan Kataoka (2003) dengan ru-
mestik untuk berspesialisasi dan berdiversifika- mus:
si agar dapat meningkatkan produktivitasnya r
lebih jauh lagi. 1 Li n
CV = Σ (LPi − LP )2 (1)
LP L i=1
Teori upah efisiensi menyatakan bahwa upah
dapat digunakan sebagai pendorong produkti- dengan:
vitas dan memperkuat hubungan kerja antara CV = koefisien variasi tertimbang;
pengusaha dan tenaga kerja pada jangka pan- LP = produktivitas tenaga kerja (juta rupiah
jang (Mankiw, 2003). Menurut teori ini, pro- per tenaga kerja);
duktivitas tenaga kerja akan tergantung pa- L = jumlah tenaga kerja (jiwa);
da tingkat upah yang diterima karena tingkat i = unit untuk provinsi (26 provinsi di Indo-
upah adalah tujuan yang memotivasi tenaga nesia).
kerja. Pertama, tingkat upah perlu mencukupi
Aisyah F. Y., M. Firdaus, & Idqan F./Disparitas, Konvergensi, dan... 71

Estimasi model konvergensi produktivitas cara ekonometrika adalah sebagai berikut:


tenaga kerja agregat dilakukan dengan meng-
ln LPit =β1 ln LPi,t−1 + β2 ln sngdit
gunakan metode analisis data panel dinamis,
yaitu dengan pendekatan Sys-GMM. Hal ini + β3 ln hngdit + β4 ln T RADEit
disebabkan oleh adanya lag variabel terikat, + β5 ln(RWit ) + εit
yaitu produktivitas tenaga kerja sebagai varia- (2)
bel bebas dalam spesifikasi modelnya. Hubung- dengan:
an dinamis mengakibatkan munculnya masalah LP = produktivitas tenaga kerja (juta rupiah
endogenitas sehingga apabila model diestimasi per tenaga kerja);
dengan analisis data panel statis akan mengha- sngd = stok modal fisik (proporsi terhadap
silkan penduga yang bias dan tidak konsisten PDRB riil);
(Verbeek, 2004). Evaluasi dilakukan untuk me- hngd = stok modal manusia (proporsi terha-
nentukan model yang tepat yang harus meme- dap jumlah penduduk);
nuhi kriteria tidak bias, konsisten, dan valid. T RADE = total perdagangan fisik (proporsi
terhadap PDRB riil);
Analisis data panel dinamis didorong ma- RW = upah riil (rupiah);
raknya fakta bahwa berkembangnya hubungan i = unit untuk provinsi (26 provinsi di Indo-
yang bersifat dinamis antara variabel-variabel nesia);
ekonomi dalam kaitannya dengan analisis dina- t = unit untuk kelompok periode waktu (8
mika penyesuaian. Hubungan dinamis ini dici- kelompok periode waktu);
rikan oleh keberadaan lag variabel terikat seba- εit = residual untuk provinsi ke-i dan kelom-
gai variabel bebas yang mengakibatkan mun- pok periode waktu ke-j.
culnya masalah endogenitas, sehingga apabi-
la model diestimasi dengan analisis data pa- Penggunaan metode analisis data panel di-
nel statis akan menghasilkan penduga yang bi- bandingkan dengan metode analisis data cross
as dan tidak konsisten yang dapat di atasi de- section murni memungkinkan dilakukannya
ngan pendekatan Generalized Method of Mo- pembagian total periode waktu studi ke da-
ments (GMM). lam beberapa rentang waktu. Hal ini disebab-
kan oleh rentang waktu tahunan yang terlalu
Spesifikasi model konvergensi produktivitas pendek untuk studi mengenai konvergensi kare-
tenaga kerja di Indonesia yang digunakan da- na mengandung gangguan jangka pendek yang
lam studi ini mengikuti model Jiang (2012) cukup besar yang dapat mengganggu hasil es-
yang telah dimodifikasi. Model agregat meng- timasi. Data tahunan dalam studi ini dibagi
gunakan model yang terestriksi yang dilakukan ke dalam periode waktu tiga tahunan berda-
dengan mempertimbangkan pengaruh tingkat sarkan identifikasi siklus perekonomian Indo-
depresiasi (ngd) baik dalam variabel stok mo- nesia yang digunakan oleh Firdaus dan Yusop
dal fisik maupun stok modal manusia. Ting- (2009). Dalam bentuk seperti ini, selain me-
kat depresiasi (ngd) dihitung dengan rumus ngurangi pengaruh fluktuasi siklus bisnis, kom-
(nit + git + δit ) di mana n merupakan ting- ponen error transitory terpisah tiga tahun ka-
kat pertumbuhan tenaga kerja, g merupakan lender, sehingga akan lebih kecil kemungkinan-
tingkat pertumbuhan kemajuan teknologi, dan nya untuk berkorelasi serial dibandingkan jika
δ merupakan tingkat depresiasi modal di mana menggunakan data tahunan (Islam, 1995). Ni-
nilai (git +δit ) diasumsikan sebesar 0,05 seperti lai variabel terikat menggunakan nilai variabel
yang digunakan oleh Firdaus dan Yusop (2009) pada akhir periode, sedangkan untuk lag-nya
dan bersifat konstan untuk semua provinsi pa- menggunakan nilai variabel pada awal periode.
da setiap tahun. Spesifikasi model agregat se- Nilai variabel bebas dihitung sebagai rata-rata
72 Aisyah F. Y., M. Firdaus, & Idqan F./Disparitas, Konvergensi, dan...

pada periode waktu yang bersesuaian. Proses nunjukkan tren penurunan yang cukup signi-
konvergensi terjadi apabila koefisien dari β1 fikan dari tahun ke tahun baik secara nasio-
bernilai kurang dari 1, dengan kecepatan kon- nal, baik di KBI maupun di KTI (Gambar 4).
vergensi dinyatakan sebagai λ yaitu − ln(β1)
τ . Kondisi ini menggambarkan perbaikan kondisi
Studi ini menggunakan data tahunan yang di- disparitas produktivitas tenaga kerja agregat
bagi ke dalam periode waktu 3 tahunan sehing- yang diharapkan menuju terjadinya konvergen-
ga nilai τ = 3 − 1 = 2. Waktu yang diperlukan si. Gambar 4 menunjukkan bahwa pada tahun
untuk menutup setengah kesenjangan (half ti- 2011, berdasarkan nilai koefisien variasi tertim-
me convergence) dihitung dengan rumus ln(2)
λ .
bangnya, kondisi kesetaraan disparitas produk-
tivitas tenaga kerja terjadi baik secara nasio-
nal di KBI maupun di KTI dengan nilai koe-
Hasil dan Analisis fisien variasi tertimbang sekitar 0,81. Provinsi
Kalimantan Timur (Kaltim) merupakan pro-
Disparitas Produktivitas Tenaga Ker- vinsi yang memiliki produktivitas tenaga kerja
ja Agregat di Indonesia tertinggi di Indonesia pada periode 1987–2007
dengan rata-rata sebesar Rp78,55 juta per te-
Disparitas produktivitas tenaga kerja meru- naga kerja. Predikat tersebut diambil alih oleh
pakan fenomena yang dialami Indonesia selama Provinsi DKI Jakarta pada periode 2007–2011
periode 1987–2011. Prediksi terjadinya konver- dengan rata-rata sebesar Rp87,74 juta per te-
gensi dalam hal ini diharapkan dapat mengu- naga kerja. Data BPS menunjukkan bahwa se-
rangi ketimpangan tersebut. Hal ini memerlu- lama periode 1987–2011 nilai PDRB riil Pro-
kan dipenuhinya kondisi di mana provinsi de- vinsi DKI Jakarta selalu berada di atas Pro-
ngan produktivitas tenaga kerja yang rendah vinsi Kaltim. Kontributor utama pembentuk
untuk dapat tumbuh lebih cepat dibanding- PDRB Provinsi Kaltim sejak tahun 1987 me-
kan provinsi dengan produktivitas tenaga kerja rupakan sektor pertambangan dan penggali-
yang lebih tinggi. Pengukuran disparitas pro- an, serta sektor industri pengolahan yang ti-
duktivitas tenaga kerja regional di Indonesia dak menyerap tenaga kerja dalam jumlah be-
menggunakan ukuran koefisien variasi tertim- sar sehingga menyebabkan produktivitas tena-
bang yang merupakan modifikasi indeks Willi- ga kerja Provinsi Kaltim lebih tinggi dibanding
amsons seperti yang digunakan Akita dan Ka- Provinsi DKI Jakarta. Nilai tambah sektor pri-
taoka (2003) dilakukan agar dapat memberi- mer yang pada awalnya cukup tinggi, dalam
kan gambaran kondisi disparitas produktivitas hal ini sektor pertambangan dan penggalian,
tenaga kerja regional di Indonesia yang lebih seiring berjalannya waktu semakin berkurang
reliabel. Disparitas di kawasan yang lebih ma- terkait ketersediaannya yang juga semakin ber-
ju relatif lebih rendah karena lebih dapat me- kurang. Provinsi DKI Jakarta mulai mening-
manfaatkan kesempatan dan peluang dari pro- katkan produktivitas tenaga kerjanya melalui
ses pembangunan ekonomi yang tersedia secara peningkatan kontribusi sektor keuangan yang
lebih merata antardaerah di kawasan tersebut. selama 6 tahun terakhir yang secara rata-rata
Daerah yang relatif tertinggal kurang mampu mencapai 28,89% dari PDRB riil Provinsi DKI
memanfaatkan kesempatan dan peluang terse- Jakarta dan hanya menyerap rata-rata 7,53%
but karena dipengaruhi oleh keterbatasan sara- tenaga kerja Provinsi DKI Jakarta. Struktur
na dan prasana pembangunan, serta rendahnya perekonomian Provinsi DKI Jakarta memang
kualitas sumber daya manusianya. lebih didominasi sektor tersier seperti sektor
Nilai koefisien variasi tertimbang produkti- perdagangan, hotel, dan restoran, serta sek-
vitas tenaga kerja agregat di Indonesia menu- tor pengangkutan dan komunikasi yang berni-
rut data BPS selama periode 1987–2011 me-
Aisyah F. Y., M. Firdaus, & Idqan F./Disparitas, Konvergensi, dan... 73
Gambar 4: Perkembangan Nilai Koefisien Variasi Tertimbang Produktivitas Tenaga Kerja Agregat di
Indonesia, KBI, dan KTI Tahun 1987–2011

Sumber: BPS (1987–2011), Data Diolah

lai tambah lebih tinggi. Kontribusi sektor se- duktivitas tenaga kerja tertinggi dan terendah
kunder yaitu sektor industri pengolahan ter- dengan rata-rata nilai koefisien variasi tertim-
hadap PDRB riil Provinsi DKI Jakarta juga bang sebesar 0,95. Penurunan nilai koefisien
cukup besar, namun semakin berkurang dari variasi tertimbang produktivitas tenaga kerja
tahun ke tahun. sebesar 29,04% dari 1,12 pada tahun 1987 men-
Provinsi NTT cukup konsisten menjadi pro- jadi hanya sebesar 0,80 pada tahun 2011. Hal
vinsi yang memiliki produktivitas tenaga ker- ini merupakan indikasi yang baik terjadinya pe-
ja terendah di Indonesia pada periode 1987– nurunan disparitas yang ada. Prediksi terjadi-
2011 dengan rata-rata sebesar Rp4,33 juta per nya konvergensi didukung oleh fakta bahwa se-
tenaga kerja di mana predikat tersebut hanya lama periode 1987–2011 rata-rata tingkat per-
diambil alih oleh Provinsi Maluku pada tahun tumbuhan produktivitas tenaga kerja Provinsi
1999, yaitu sebesar Rp3,10 juta per tenaga ker- NTT sebesar 3,70% dan Provinsi Maluku sebe-
ja. Data BPS menunjukkan bahwa selama pe- sar 2,93% di mana lebih tinggi dibandingkan
riode 1987–2011 Provinsi NTT merupakan pro- Provinsi Kaltim sebesar -0,45% dan Provinsi
vinsi dengan rata-rata proporsi tenaga kerja DKI Jakarta sebesar 2,71%.
tamatan SMA yang terendah di mana secara Provinsi DKI Jakarta merupakan provinsi
rata-rata hanya 10% tenaga kerjanya tamatan dengan produktivitas tenaga kerja tertinggi di
SMA. Hal ini diduga menjadi penyebab ren- KBI selama periode 1987–2011 dengan rata-
dahnya produktivitas tenaga kerja di Provinsi rata sebesar Rp70,99 juta per tenaga kerja, se-
NTT. dangkan yang terendah di KBI adalah Provinsi
Disparitas produktivitas tenaga kerja agre- Bengkulu dengan rata-rata produktivitas tena-
gat selama periode 1987–2011 terlihat terja- ga kerja sebesar Rp7,49 juta per tenaga kerja
di di Indonesia dengan dispersi sekitar 18 ka- dan Provinsi Lampung dengan rata-rata pro-
li lipat antara provinsi dengan rata-rata pro- duktivitas tenaga kerja sebesar Rp7,84 juta per
74 Aisyah F. Y., M. Firdaus, & Idqan F./Disparitas, Konvergensi, dan...

tenaga kerja. Rata-rata nilai koefisien variasi nesia sedang mengalami tahap pembangunan
tertimbang sebesar 0,89 dengan jarak antara ekonomi lebih lanjut dalam hal produktivitas
provinsi tertinggi dan provinsi terendah sekitar tenaga kerja di mana seiring dengan pertum-
9 kali lipat yang menunjukkan bahwa kondisi buhan produktivitas tenaga kerja yang terja-
di KBI jauh lebih baik. Pada tahun 1987, KBI di, maka disparitas produktivitas tenaga kerja-
memiliki nilai koefisien variasi tertimbang sebe- nya semakin berkurang. Oleh karena itu, per-
sar 1,01, kemudian pada tahun 2011 mengala- tumbuhan produktivitas tenaga kerja di Indo-
mi penurunan sebesar 22,35% menjadi sebesar nesia harus ditingkatkan di mana pertumbuh-
0,78. Rata-rata tingkat pertumbuhan produk- an produktivitas tenaga kerja di provinsi yang
tivitas tenaga kerja Provinsi Bengkulu adalah produktivitas tenaga kerjanya lebih rendah ha-
sebesar 2,59% dan Provinsi Lampung sebesar rus lebih cepat dibandingkan dengan provinsi
4,37%, sedangkan Provinsi DKI Jakarta sebe- yang produktivitas tenaga kerjanya lebih ting-
sar 2,71% sehingga prediksi terjadinya konver- gi. Dengan demikian, intervensi terhadap de-
gensi belum dapat dipastikan di sini. terminan produktivitas tenaga kerja Indonesia
Kondisi disparitas produktivitas tenaga ker- harus diprioritaskan di provinsi-provinsi yang
ja agregat yang lebih parah terjadi di KTI. Pro- produktivitas tenaga kerjanya lebih rendah.
vinsi dengan tingkat produktivitas tenaga kerja
tertinggi selama periode tahun 1987–2011 ada- Konvergensi dan Determinan Produk-
lah Provinsi Kaltim dan yang terendah ada- tivitas Tenaga Kerja Regional di Indo-
lah Provinsi NTT, dan Maluku serupa seper- nesia
ti pada kondisi secara nasional. Rata-rata ni-
Tahapan awal yang dilakukan adalah penguji-
lai koefisien variasi tertimbang selama periode
an stasioneritas data untuk memastikan agar
1987–2011 sebesar 1,21, tetapi penurunan yang
hubungan antara variabel terikat dan variabel
sangat signifikan terjadi yaitu sebesar 47,12%
bebas yang dihasilkan tetap valid. Tabel 1 me-
dari yang cukup tinggi yaitu sebesar 1,61 pada
nampilkan hasil pengujian akar unit (unit ro-
tahun 1987 menjadi hanya sebesar 0,85 pada
ot) seluruh variabel yang digunakan dalam stu-
tahun 2011.
di ini dengan menggunakan metode pengujian
Disparitas regional pada tahap awal pemba- yang sesuai dengan hasil plot data yang telah
ngunan ekonomi merupakan hal yang wajar. dilakukan sebelumnya. Hasil pengujian terlihat
Williamson (1965) dalam Tambunan (2001) beragam untuk masing-masing jenis stastistik
menyatakan bahwa pada tahap awal pemba- uji, tetapi minimal terdapat 1 statistik uji yang
ngunan ekonomi, disparitas akan membesar menyatakan bahwa dengan tingkat kepercaya-
dan terkonsentrasi pada daerah-daerah terten- an 95% seluruh variabel yang digunakan pada
tu yang sudah relatif maju, misalnya dalam sa- studi ini tidak mengandung akar unit atau sta-
rana dan prasarana pembangunan ekonomi ser- sioner pada tingkat level baik sehingga estimasi
ta kualitas sumber daya manusia. Kemudian, model pada tingkat level dapat dilakukan.
dalam tahap pembangunan ekonomi berikut- Estimasi model konvergensi produktivitas
nya, terjadi konvergensi dan disparitas meng- tenaga kerja dilakukan dengan menggunakan
alami penurunan. Tren menurun yang ditun- metode analisis data panel dinamis, yaitu de-
jukkan plot produktivitas tenaga kerja dengan ngan pendekatan FD-GMM dan Sys-GMM.
koefisien variasi tertimbangnya pada Gambar 5 Hal ini disebabkan oleh adanya lag variabel
merupakan indikasi bahwa konvergensi dan pe- terikat, yaitu produktivitas tenaga kerja seba-
nurunan disparitas produktivitas tenaga kerja gai variabel bebas dalam spesifikasi modelnya.
agregat terjadi di Indonesia. Analisis data panel statis dengan pendekatan
Indikasi tersebut menyatakan bahwa Indo- Pooled Least Square (PLS) dan FEM, tetap di-
Aisyah F. Y., M. Firdaus, & Idqan F./Disparitas, Konvergensi, dan... 75
Gambar 5: Hubungan Antara Perkembangan Produktivitas Tenaga Kerja dengan Disparitas
Produktivitas Tenaga Kerja Agregat di Indonesia Tahun 1987–2011

Sumber: BPS (1987–2011), Data Diolah

lakukan dalam rangka melakukan perbanding- an FD-GMM bersifat konsisten. Hasil uji Sar-
an dan penentuan salah satu kriteria pendekat- gan dengan statistik uji sebesar 25,8107 yang
an model data panel dinamis yang tepat, yaitu menunjukkan hasil yang tidak signifikan me-
penduga yang tidak bias. Selain itu, model da- nyatakan bahwa penduga dengan pendekatan
ta panel dinamis yang tepat penduganya juga FD-GMM menggunakan instrumen yang bersi-
harus konsisten penduganya dan menggunakan fat valid. Walaupun penduga dengan pendekat-
instrumen yang valid. Ringkasan hasil estima- an GMM bersifat konsisten dan menggunakan
si model agregat di Indonesia disajikan dalam instrumen yang bersifat valid, namun karena
Tabel 2. hasil pengujian continuum menyatakan bahwa
penduga tersebut bersifat bias, maka model de-
Pengujian continuum pada model dengan ngan pendekatan FD-GMM tidak tepat digu-
pendekatan FD-GMM menunjukkan bahwa nakan meskipun uji statistik hasil uji Goodness
penduga koefisien dari lag variabel terikat da- of Fit-nya 1914,96.
lam hal ini lag produktivitas tenaga kerja yang
sebesar 0,380015 ternyata lebih kecil diban- Penduga koefisien dari lag variabel terikat
dingkan dengan penduga dengan pendekatan dari model dengan pendekatan Sys-GMM se-
FEM yang sebesar 0,609697 dan penduga de- besar 0,877779 lebih besar dari penduga dari
ngan pendekatan PLS yang sebesar 0,929096. model dengan pendekatan FEM dan lebih kecil
Hal ini menyatakan bahwa penduga dengan dari penduga model dengan pendekatan PLS
pendekatan FD-GMM bersifat bias. Uji LM sehingga syarat continuum terpenuhi dan pen-
terhadap model dengan pendekatan FD-GMM duga dinyatakan bersifat tidak bias. Hasil uji
menyatakan bahwa uji signifikansi m1 dengan LM juga menunjukkan bahwa statistik uji hasil
statistik uji sebesar -2,0308 menunjukkan hasil uji signifikansi m1 sebesar -2,0434 yang berarti
yang signifikan, sedangkan uji signifikansi m2 signifikan, sedangkan statistik uji hasil uji sig-
dengan statistik uji sebesar 1,3843 menunjuk- nifikansi m2 sebesar 1,7691 yang berarti tidak
kan hasil yang tidak signifikan sehingga dapat signifikan. Hal ini menyatakan bahwa pendu-
disimpulkan bahwa penduga dengan pendekat- ga dengan pendekatan Sys-GMM juga bersi-
76 Aisyah F. Y., M. Firdaus, & Idqan F./Disparitas, Konvergensi, dan...
Tabel 1: Hasil Pengujian Stasioneritas Data

Statistik Uji
Variabel Metode
LLC Breitung IPS ADF PP
Model konvergensi produktivitas tenaga kerja agregat
ln LP 2 -1,47150 -1,75616* 0,50733 42,0366 99,0702*
ln LP(-1) 2 -2,84108* -2,12461* 0,28316 44,0153 99,4825*
ln sngd 1 -3,68137* -2,65263* 79,3826* 136,3920*
ln hngd 1 -5,62264* 2,12556* 67,2866 111,2820*
ln trade 2 4,66715* 1,02695 -0,94161 69,0528 70,7862*
ln rw 1 -4,38276* -1,46648 72,6096* 55,1464
Sumber: Hasil Pengolahan Penulis
Keterangan: 1 = Dengan intersep tanpa tren
Keterangan: 2 = Dengan intersep dan tren
Keterangan: ** signifikan pada taraf 5%
Keterangan: *** signifikan pada taraf 1%.

fat konsisten. Hasil uji Sargan dengan statistik cepat sehingga proses konvergensi lebih cepat
uji sebesar 25,8107 yang tidak signifikan me- terjadi.
nyatakan bahwa penduga dengan pendekatan Koefisien variabel lag produktivitas tenaga
Sys-GMM bersifat valid. Ketiga hasil pengu- kerja sebesar 0,877779 yang lebih kecil dari sa-
jian di atas menyatakan bahwa model dengan tu menyatakan bahwa proses konvergensi terja-
pendekatan Sys-GMM memenuhi kriteria mo- di terkait disparitas produktivitas tenaga kerja
del panel dinamis yang tepat. Hasil statistik uji agregat. Hal ini mengindikasikan bahwa kece-
Goodness of Fit dengan pendekatan Sys-GMM patan konvergensi produktivitas tenaga kerja
sebesar 75299,70 menyatakan bahwa minimal 1 0,6518 dengan half time convergence atau wak-
variabel di antara lag produktivitas tenaga ker- tu yang diperlukan untuk menutup kesenjang-
ja, stok modal fisik, stok modal manusia, total an sekitar 11 tahun. Hasil kecepatan konver-
perdagangan, dan upah riil yang secara signi- gensi dan half time convergence dalam studi
fikan memengaruhi produktivitas tenaga kerja ini sedikit lebih cepat dibandingkan hasil studi
agregat di Indonesia. Hasil uji t pada model Susanti (2005) di 26 provinsi di Indonesia sela-
pendekatan Sys-GMM menyatakan bahwa va- ma periode 1987–2003 yang menemukan bah-
riabel lag produktivitas tenaga kerja, stok mo- wa kecepatan konvergensi produktivitas tena-
dal fisik, stok modal manusia, total perdagang- ga kerja agregat sebesar 0,0498 dengan half ti-
an, dan upah riil berpengaruh positif terhadap me convergence selama 14 tahun. Penambahan
produktivitas tenaga kerja agregat di Indone- beberapa variabel yang diduga memengaruhi
sia. produktivitas tenaga kerja seperti stok modal
Model konvergensi di atas dapat memberi- fisik, stok modal manusia, total perdagangan,
kan informasi mengenai beberapa faktor yang dan upah riil, serta penggunaan metode ana-
memengaruhi produktivitas tenaga kerja regio- lisis data panel dinamis yang dapat mengata-
nal di Indonesia dengan asumsi memberikan si masalah endogenitas, serta menghasilkan es-
pengaruh yang sama di KBI maupun di KTI. timator yang tidak bias dan konsisten dalam
Intervensi terhadap faktor-faktor tersebut per- studi ini dianggap sebagai penyebab lebih ce-
lu dilakukan untuk mengakselerasi terjadinya patnya kecepatan konvergensi yang terjadi.
proses konvergensi. Intervensi harus lebih fokus Model estimasi dengan pendekatan Sys-
terhadap wilayah dengan tingkat produktivitas GMM yang merupakan model agregat terba-
tenaga kerja yang lebih rendah agar produkti- ik memberikan hasil koefisien regresi variabel
vitas tenaga kerjanya dapat meningkat lebih stok modal fisik sebesar 0,050768. Hal ini ber-
Aisyah F. Y., M. Firdaus, & Idqan F./Disparitas, Konvergensi, dan... 77
Tabel 2: Ringkasan Hasil Estimasi Model Konvergensi Produktivitas Tenaga Kerja Agregat di Indonesia
dengan Metode PLS, FEM, FD-GMM, dan Sys-GMM

Variabel PLS FEM FD GMM Sys-GMM


ln lp(-1) 0,9290964 0,6094972 0,3800153 0,8777791
71,29*** 14,89*** 11,41*** 72,00***
ln sngd 0,0480568 -0,0044243 0,019550 0,0507677
3,30*** -0,18 0,61 4,09***
ln hngd 0,049451 0,0926171 0,0614656 0,0719947
3,34*** 4,28*** 3,49*** 13,78***
ln trade 0,0203764 0,1368685 0,4440153 0,055227
1,24 4,24*** 8,26*** 2,40**
ln rw 0,089461 0,205801 0,462813 0,020200
2,77*** 4,66*** 19,28*** 5,90***
cons -1,033687 -1,700812
-2,54** -3,05***
Implied λ 0,065180156
Half time convergence 10,63432838
R-squared 0,9776 0,9661
Adj. R-squared 0,9772
Uji Goodness of Fit 2446,51 176,30 1914,96 75299,70
[0,0000]*** [0,0000]*** [0,0000]*** [0,0000]***
Uji LM
m1 -2,0308 -2,0434
[0,0423]** [0,0410]**
m2 1,3843 1,7691
[0,1663 [0,0769
Uji Sargan 25,8107 25,8107
[0,9999] [1,0000]
Sumber: Hasil Pengolahan Penulis
Keterangan: ** signifikan pada taraf 5%
Keterangan: *** signifikan pada taraf 1%.

arti bahwa variabel stok modal fisik berpe- manusia pada model agregat sebesar 0,071995.
ngaruh positif terhadap produktivitas tenaga Hal ini menyatakan bahwa variabel stok mo-
kerja agregat di Indonesia. Peningkatan 1% dal manusia berpengaruh positif terhadap pro-
stok modal fisik akan meningkatkan produkti- duktivitas tenaga kerja agregat di Indonesia.
vitas tenaga kerja agregat di Indonesia sebesar Peningkatan 1% stok modal manusia akan me-
0,050768%, ceteris paribus. Hasil ini sesuai de- ningkatkan produktivitas tenaga kerja agregat
ngan hasil studi Jiang (2012). Purawan (2010) sebesar 0,071995%, ceteris paribus. Hasil studi
yang menggunakan produktivitas tenaga ker- Jiang (2012) menemukan bahwa pengaruh stok
ja sebagai ukuran disparitas menemukan bah- modal manusia terhadap produktivitas tena-
wa stok modal fisik berpengaruh negatif pada ga kerja tidak signifikan. Purawan (2010) yang
periode 1992–2007, berpengaruh positif pada menggunakan produktivitas tenaga kerja seba-
periode pradesentralisasi, dan berpengaruh ne- gai ukuran disparitas menemukan bahwa stok
gatif pada periode pascadesentralisasi. Dengan modal manusia berpengaruh negatif pada peri-
menggunakan output per kapita sebagai ukur- ode 1992–2007, berpengaruh negatif pada peri-
an disparitas pengaruh positif stok modal fisik ode pradesentralisasi, dan berpengaruh posi-
ditemukan juga oleh Resosudarmo dan Vidyat- tif pada periode pascadesentralisasi. Dengan
tama (2006), serta Firdaus dan Yusop (2009). menggunakan output per kapita sebagai ukur-
Hasil koefisien regresi variabel stok modal an disparitas pengaruh positif stok modal ma-
78 Aisyah F. Y., M. Firdaus, & Idqan F./Disparitas, Konvergensi, dan...

nusia ditemukan juga oleh Resosudarmo dan ini berarti bahwa variabel upah riil berpenga-
Vidyattama (2006) yang menggunakan proksi ruh positif terhadap produktivitas tenaga kerja
proporsi penduduk lulusan SMA. Sama halnya agregat di Indonesia. Peningkatan 1% upah riil
dengan variabel stok modal fisik, varibel stok akan meningkatkan produktivitas tenaga ker-
modal manusia berpengaruh positif terhadap ja agregat sebesar 0,020200%, ceteris paribus.
produktivitas tenaga kerja agregat di Indone- Hasil studi ini sesuai dengan hasil studi Su-
sia sesuai dengan perannya dalam meningkat- marlin (2006). Hubungan positif antara upah
kan kapasitas produksi seperti prediksi model riil dan produktivitas tenaga kerja tersebut di-
pertumbuhan ekonomi endogen. pengaruhi oleh peningkatan biaya oportunitas
dari kehilangan pekerjaan akibat peningkatan
Variabel total perdagangan memiliki hasil
upah riil yang dapat mendorong peningkatan
koefisien regresi sebesar 0,055227. Hal ini ber-
kinerja tenaga kerja tersebut. Selain itu, upah
arti bahwa variabel total perdagangan berpe-
riil yang lebih tinggi akan meningkatkan biaya
ngaruh positif terhadap produktivitas tenaga
tenaga kerja sehingga mendorong perusahaan
kerja agregat di Indonesia. Peningkatan 1% to-
untuk mensubstitusi unit tenaga kerja dengan
tal perdagangan akan meningkatkan produkti-
unit modal yang kemudian akan meningkatkan
vitas tenaga kerja agregat sebesar 0,055227%,
marginal produk dari tenaga kerja atau pro-
ceteris paribus. Hasil studi ini sesuai dengan
duktivitas tenaga kerja.
hasil studi Jiang (2012). Purawan (2010) yang
menggunakan produktivitas tenaga kerja seba- Pemerintah dalam rangka upaya mengurangi
gai ukuran disparitas menemukan bahwa total disparitas sekaligus mempercepat proses kon-
perdagangan berpengaruh positif pada periode vergensi regional produktivitas tenaga kerja di
1992–2007, pradesentralisasi dan pascadesen- Indonesia. Walaupun pemerintah harus mene-
tralisasi. Dengan menggunakan output per ka- rapkan kebijakan yang sifatnya adil bagi selu-
pita sebagai ukuran disparitas pengaruh positif ruh rakyatnya agar tidak memicu kecemburu-
total perdagangan ditemukan juga oleh Reso- an sosial terkait masalah disparitas, pemerin-
sudarmo dan Vidyattama (2006). Ada lima ja- tah harus lebih memprioritaskan untuk meng-
lur potensial menurut Jiang (2012) yang meng- atasi masalah disparitas produktivitas tenaga
hubungkan pengaruh keterbukaan perdagang- kerja di KTI dibandingkan di KBI karena KTI
an terhadap produktivitas tenaga kerja regio- memiliki tingkat disparitas yang lebih tinggi.
nal di Indonesia antara lain: (1) transmisi tek- Agar konvergensi lebih cepat terjadi dan ma-
nologi melalui proses imitasi; (2) iklim kompe- salah disparitas produktivitas tenaga kerja re-
tisi yang ketat yang mendorong inovasi; (3) ak- gional di Indonesia lebih cepat teratasi, por-
ses terhadap tenaga kerja asing terampil yang si intervensi determinan produktivitas tenaga
dapat meningkatkan keterampilan teknikal ma- kerja regional untuk provinsi dengan produk-
upun manajerial; (4) munculnya perusahaan tivitas tenaga kerja yang lebih rendah harus
baru yang dapat mengambil keuntungan dari lebih besar dibandingkan provinsi dengan pro-
pendahulunya, penghematan biaya tetap ter- duktivitas tenaga kerja yang lebih tinggi.
kait strategi ekspor impor bagi perusahaan ba-
Pemerintah harus meningkatkan akumula-
ru sehingga mempermudahnya untuk berpene-
si stok modal fisik melalui peningkatan por-
trasi ke dalam industri; serta (5) peningkatan
si investasi dalam perekonomian dalam jum-
permintaan input yang diproduksi perusahaan
lah yang tepat untuk menyediakan kebutuh-
hulu oleh perusahaan hilir.
an investasi bagi tenaga kerja baru agar ra-
Hasil koefisien regresi variabel upah riil pa- sio modal output tetap terjaga dan mendorong
da model konvergensi produktivitas tenaga ker- perekonomian menuju kondisi steady state me-
ja agregat di Indonesia sebesar 0,020200. Hal lalui peningkatan proporsi PMTB terhadap
Aisyah F. Y., M. Firdaus, & Idqan F./Disparitas, Konvergensi, dan... 79

PDRB. Kemudian, pemerintah harus mening- paritas regional di KTI lebih timpang diban-
katkan akumulasi stok modal manusia yang dingkan di KBI. Kedua, konvergensi regional
berkaitan dengan peningkatan kualitas sumber produktivitas tenaga kerja agregat selama peri-
daya manusia (SDM), misalnya melalui penye- ode 1987–2011 terjadi di Indonesia dengan ke-
lenggaraan pelatihan kerja berbasis kompeten- cepatan konvergensi 0,06518 dan waktu yang
si (competency based training), mengembang- diperlukan untuk menutup kesenjangan seki-
kan standardisasi dan sertifikasi kompetensi te- tar 11 tahun. Ketiga, determinan produktivitas
naga kerja, meningkatkan relevansi dan kuali- tenaga kerja agregat di Indonesia selama per-
tas lembaga pelatihan kerja termasuk pening- iode 1987–2011 antara lain stok modal fisik,
katan profesionalisme instruktur pelatihan ker- stok modal manusia, total perdagangan, dan
ja, serta meningkatkan sarana dan prasarana upah riil di mana semuanya berpengaruh po-
pelatihan kerja tersebut. Selain itu, pemerin- sitif. Keempat, pemerintah harus menerapkan
tah harus mengantisipasi peningkatan pertum- kebijakan dengan melakukan intervensi terha-
buhan tenaga kerja dengan peningkatan por- dap faktor-faktor yang diketahui memengaruhi
si investasi dalam perekonomian dalam jumlah produktivitas tenaga kerja di Indonesia dalam
yang memadai untuk menyediakan kebutuhan rangka mengurangi disparitas dengan memper-
investasi bagi tenaga kerja baru agar rasio mo- cepat proses konvergensi regional produktivitas
dal output tetap terjaga. Apabila peningkat- tenaga kerja tersebut.
an jumlah tenaga kerja melebihi peningkatan Adapun, beberapa hal yang dapat disaran-
investasi, maka investasi per tenaga kerja a- kan bagi pemerintah berdasarkan studi ini an-
kan menurun dan berpengaruh negatif terha- tara lain walaupun pemerintah harus mene-
dap produktivitas tenaga kerja. rapkan kebijakan yang sifatnya adil bagi selu-
Pemerintah harus mendorong peningkatan ruh rakyatnya agar tidak memicu kecemburuan
derajat keterbukaan perdagangan Indonesia sosial terkait masalah disparitas, pemerintah
untuk meningkatkan produktivitas tenaga ker- harus lebih memprioritaskan untuk mengatasi
ja agregat di Indonesia, misalnya dengan ke- masalah disparitas produktivitas tenaga kerja
bijakan penghapusan hambatan perdagangan di KTI dibandingkan di KBI karena KTI me-
baik tarif maupun nontarif yang dikombinasi- miliki tingkat disparitas yang lebih tinggi. Se-
kan dengan kebijakan proteksi produsen dalam lain itu, intervensi harus lebih fokus terhadap
negeri yang tepat. Kemudian, pemerintah ha- provinsi-provinsi dengan tingkat produktivitas
rus meningkatkan upah riil melalui penetap- tenaga kerja yang lebih rendah agar produk-
an kebijakan Upah Minimum Provinsi (UMP) tivitas tenaga kerjanya dapat meningkat lebih
yang seimbang dengan Kebutuhan Hidup La- cepat sehingga proses konvergensi lebih cepat
yak (KHL) agar dapat meningkatkan produk- terjadi. Dalam rangka lebih mempercepat pe-
tivitas tenaga kerja agregat di Indonesia. ningkatan produktivitas tenaga kerja sehingga
dapat mempercepat proses konvergensi, peme-
rintah harus fokus terhadap determinan yang
Simpulan memberikan pengaruh lebih dominan di mana
dalam hal ini adalah stok modal manusia.
Berdasarkan hasil dan analisis yang telah dipa-
parkan sebelumnya dan merujuk pada perma-
salahan dan tujuan awal dari studi ini, maka Daftar Pustaka
dapat diambil beberapa kesimpulan. Pertama,
[1] Akita, T., & Kataoka, M. (2003). Regional In-
disparitas regional produktivitas tenaga kerja come Inequality in the Post War Japan. ERSA
agregat merupakan fenomena yang dialami In- Conference Paper, ersa03p480. 43rd Congress
donesia selama periode 1987–2011 di mana dis- of the European Regional Science Associa-
80 Aisyah F. Y., M. Firdaus, & Idqan F./Disparitas, Konvergensi, dan...
Tabel 3: Definisi Operasional Variabel

Nama Variabel Deskripsi Definisi Operasional Variabel


LP produktivitas tenaga kerja nilai PDRB riil yang dibagi dengan jumlah penduduk umur 15
tahun ke atas yang bekerja
sngd stok modal fisik proporsi PMTB riil terhadap PDRB riil dibagi variabel tingkat
depresiasi
hngd stok modal manusia proporsi penduduk umur 15 tahun ke atas yang bekerja yang ta-
mat SMA dibagi variabel tingkat depresiasi
TRADE total perdagangan proporsi total keterbukaan perdagangan baik internasional dan in-
terprovinsial, yaitu ekspor riil ditambah impor riil terhadap PDRB
riil
RW upah riil rata-rata upah dari penduduk umur 15 tahun ke atas yang beker-
ja dengan status pekerjaan utama sebagai buruh dibagi deflator
PDRB
Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

tion (ERSA) at Jyvaskyla, Finland, August [10] Islam, N. (1995). Growth Empirics: A Panel Data
27–30, 2003. http://www-sre.wu-wien.ac.at/ Approach. The Quarterly Journal of Economics,
ersa/ersaconfs/ersa03/cdrom/papers/480.pdf 110 (4), 1127–2270.
(Accessed January 17, 2013). [11] Ismail, R., Rosa, A., & Sulaiman, N. (2012). Glo-
[2] Armstrong, H., & Taylor, J. (2000). Regional Eco- balisation and Labour Productivity in the Mala-
nomics and Policy, 3rd Edition. Massachusetts, ysian Manufacturing Sector. Review of Economic
USA: Blackwell Publisher. and Finance, 2, 76–86.
[3] Barro, R. J., & Sala-i-Martin, X. (2004). Economic [12] Jiang, Y. (2012). An Empirical Study of Openness
Growth. New York: McGraw-Hill. and Convergence in Labor Productivity in the Chi-
[4] Bawono, A. N. (2011). Keterkaitan Spasial Per- nese Provinces. Economic Change and Restructu-
bedaan Produktivitas Tenaga Kerja Kabupa- ring, 45 (4), 317–336.
ten/Kota di Pulau Jawa. Tesis. Bogor: Institut [13] Kim, S., Lim, H., & Park, D. (2007). The Effect
Pertanian Bogor. of Imports and Exports on Total Factor Produ-
[5] Dunford, M. (2009). Regional Development Mo- ctivity in Korea. RIETI Discussion Paper Series,
dels. In N. Thrift, & R. Kitchin (Eds), Interna- 07-E-022. Japan: Research Institute of Economy,
tional Encyclopedia of Human Geography, Twelve- Trade and Industry. http://www.rieti.go.jp/
Volume Set, Elsevier Science, pp. 192–201. jp/publications/dp/07e022.pdf (Accessed Fe-
[6] Firdaus, M. (2006). Impact of Investment Inflo- bruary 10, 2013).
ws on Regional Disparity in Indonesia. Disertasi [14] Mankiw, N. G. (2003). Pengantar Ekonomi. Jakar-
Doktoral. Serdang, Selangor, Darul Ehsan, Mala- ta: Erlangga.
ysia: Universiti Putra Malaysia. http://psasir. [15] Purawan, A. A. (2010). Convergence Among
upm.edu.my/8324/1/FEP_2006_3_A.pdf (Accessed Indonesian Regions: Pre Vs. Post Decentra-
January 17, 2013). lization. Tesis. Seoul: KDI School of Public
[7] Firdaus, M., & Yusop, Z. (2009). Dynamic Ana- Policy and Management. http://211.253.40.86/
lysis of Regional Convergence in Indonesia. Inter- mille/service/SAT/10000/IMG/000000005399/
national Journal of Economics and Management, 2010fall_Akhmad%20Adi%20Purawan.pdf (Acces-
3 (1), 73–86. sed February 10, 2013).
[8] Garcia, J. G., & Soelistianingsih, L. (1998). Why [16] Ray, D. (1998). Development Economics. Prince-
do Differences in Provincial Incomes Persist in In- ton: Princeton University Press.
donesia? Bulletin of Indonesia Economic Studies, [17] Resosudarmo, B. P., & Vidyattama, Y. (2006). Re-
34 (1), 95–120. gional Income Disparity in Indonesia: A Panel Da-
[9] Gezici, F., & Keskin, B. (2005). Interaction ta Analysis. ASEAN Economic Bulletin, 23 (1),
between Regional Inequalities and Internal Mi- 31–44
gration in Turkey. ERSA Conference Papers, [18] Sufii, S. (2010). Konvergensi Ekonomi Regional
ersa05p132. Vienna, Austria: European Regional di Indonesia Sebelum dan Sesudah Pemberlakuan
Science Association. http://www-sre.wu-wien. Otonomi Daerah. Tesis. Depok: Fakultas Ekonomi
ac.at/ersa/ersaconfs/ersa05/papers/132.pdf Universitas Indonesia.
(Accessed January 20, 2013). [19] Sumarlin. (2006). Analisis Hubungan Tingkat
Aisyah F. Y., M. Firdaus, & Idqan F./Disparitas, Konvergensi, dan... 81

Upah Tinggi terhadap Produktivitas di Indone-


sia. Tesis. Medan: Sekolah Pascasarjana Univer-
sitas Sumatera Utara.
[20] Susanti, B. H. (2005). Konvergensi Produktivitas
Tenaga Kerja Sektoral Antar Propinsi di Indone-
sia (1987-2003). Tesis. Depok: Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
[21] Tambunan, T. (2001). Perekonomian Indonesia:
Teori dan Temuan Empiris. Jakarta: PT Ghalia
Indonesia.
[22] Todaro, M. P., & Smith, S. C. (2006). Pembangun-
an Ekonomi. Jilid I. Edisi ke-9. Jakarta: Erlangga.
[23] Verbeek, M. (2004). A Guide to Modern Econo-
metrics, 2nd Edition. New Jersey: John Wiley &
Sons.
[24] Williams, C., Draca, M., & Smith, C. (2003).
Productivity and Regional Economic Perfor-
mance in Australia. Brisbane, Queensland:
Office of Economic and Statistical Rese-
arch. Queensland Treasury. http://www.
qgso.qld.gov.au/products/publications/
productivity-reg-econ-performance-au/
productivity-reg-econ-performance-au.pdf
(Accessed January 20, 2013).
[25] You, S. T. (2013). Inequality Does Cause
Underdevelopment: Comprehensive Ana-
lyses of the Relationship. Thesis. Berkeley:
University of California Berkeley. https:
//www.econ.berkeley.edu/sites/default/
files/Soosun%20Tiah%20You_thesis.pdf (Acces-
sed June 1, 2013).

Anda mungkin juga menyukai