Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM TAMBANG BAWAH TANAH

KOORDINATOR LABORATORIUM

UMAR TRIADI RIVAI, S.T., M.T.

CATUR RAHMAD SYAHBANI


09320200015
C3

LABORATORIUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2023
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Laboratorium Teknik Pertambangan Lt. 4 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi cadangan mineral


sangat tinggi. Pada mineral nikel misalnya, Indonesia menempati posisi ketiga teratas
tingkat global. Selain itu, Indonesia mencatatkan kontribusi sebesar 39% untuk produk
emas, berada di posisi kedua setelah China. Hal ini menjadikan Indonesia selalu masuk
dalam peringkat 10 besar dunia. Dengan potensinya yang sangat besar, sektor
pertambangan turut berkontribusi dalam menyumbang pendapatan negara bukan pajak
(PNBP). Dalam penerapannya, perusahaan pertambangan mengacu pada prinsip-
prinsip yang keberlanjutan dalam pemanfaatan sumber daya alam (SDA) untuk
sebesar-besarnya kemakmuran serta pencapaian Sustainable Development Goals
(SDGs) (Faizal, 2022).
Ilmu pertambangan merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang
meliputi pekerjaan penyelidikan, pencarian, studi kelayakan, persiapan penambangan,
penambangan, pengolahan dan penjualan mineral-mineral atau batuan yang memiliki
arti ekonomis (berharga). Tambang bawah tanah (underground mining) adalah metode
penambangan yang segala kegiatan atau aktivitas penambangannya dilakukan di
bawah permukaan bumi, dan tempat kerjanya tidak langsung berhubungan dengan
udara luar (Munandar, A., 2021).
Pada praktikum kali ini, kita mempelajari tentang berbagai metode pernambangan
pada tambang bawah tanah, infrastruktur yang terdapat pada tambang bawah tanah,
jenis-jenis supporting yang digunakan pada tambang bawah tanah, serta kita juga
mempelajari tentang kecelakaan kerja yang dapat terjadi ditambang bawah tanah.
Menjaga kestabilan terowongan diperlukan penyangga-penyangga terowongan atau
berbagai metode penyanggaan (ground support) telah dikembangkan. Penyanggaan
yang optimal akan mendukung kelangsungan kinerja dan juga keselamatan semua
pekerja. Ventilasi tambang digunakan untuk mensuplai oksigen juga mesti
memastikan agar semua udara kotor hasil pembuangan alat-alat diesel dan gas beracun
yang ditimbulkan oleh peledakan bisa segera dibuang keluar dengan memaksa agar
udara mengalir ke terowongan (Supratman, 2018).

HARTA SANJAYA, S.T. CATUR RAHMAD SYAHBANI


09320200015
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Laboratorium Teknik Pertambangan Lt. 4 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

1.2 Maksud dan Tujuan Praktikum

1.2.1 Maksud
Praktikan Pengenalan alat tambang bawah ini agar dapat mengetahui tentang
tambang bawah tanah.
1.2.2 Tujuan
1. Mengetahui berbagai macam metode tambang bawah tanah;
2. Untuk mengetahui infrastruktur yang terdapat pada tambang bawah tanah;
3. Untuk mengetahui jenis-jenis supporting pada tambang bawah tanah;
4. Untuk mengetahui kecelakaan kerja yang biasa terjadi pada tambang
bawah tanah.

1.3 Alat dan Bahan

1.3.1 Alat
1. Alat Tulis Menulis;
2. Proyektor.
1.3.2 Bahan
1. Kertas A3;
2. Modul Praktikum Perencanaan Tambang Bawah Tanah;
3. Tugas Pendahuluan.

HARTA SANJAYA, S.T. CATUR RAHMAD SYAHBANI


09320200015
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Laboratorium Teknik Pertambangan Lt. 4 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penjelasan Umum

Tambang bawah tanah (underground mine) mengacu pada metode pengambilan


bahan mineral yang dilakukan dengan membuat terowongan menuju lokasi mineral
tersebut. Berbagai macam logam bisa diambil melalui metode ini seperti emas,
tembaga, seng, nikel, dan timbal.
Letak cadangan yang umumnya berada jauh dibawah tanah, jalan masuk
perlu dibuat untuk mencapai lokasi cadangan. Jalan masuk tersebut dapat dibedakan
menjadi beberapa, yakni:
1. Ramp jalan masuk ini berbentuk spiral atau melingkar mulai dari
permukaan tanah menuju kedalaman yang dimaksud. Ramp biasanya
digunakan untuk jalan kendaraan atau alat-alat berat menuju dan dari bawah
tanah.
2. Shaft berupa lubang tegak (vertikal) yang digali dari permukaan
menuju cadangan mineral. Shaft ini kemudian dipasangi semacam lift yang
dapat difungsikan mengangkut orang, alat, atau bijih.
3. Adit yaitu terowongan mendatar (horizontal) yang umumnya dibuat di
sisi bukit atau pegunungan menuju ke lokasi bijih.
Ada dua tahap utama yang terdapat pada metode tambang bawah
tanah,diantaranya:
1. Development (pengembangan) Pada tahap development semua yang digali
adalah batuan tak berharga. Tahap development termasuk pembuatan jalan
masuk dan penggalian fasilitas-fasilitas bawah tanah lain.
2. Production (produksi) Tahap produksi adalah pekerjaan menggali sumber
bijih itu sendiri. Tempat bijih digali disebut stope (lombong).
Pekerjaan yang dilakukan di bawah tanah dengan panjang terowongan yang
mencapai ribuan meter, maka diperlukan usaha khusus untuk mengalirkan udara ke
semua sudut terowongan.
Pekerjaan ini menjadi tugas tim ventilasi tambang. Selain mensuplai jumlah
oksigen yang cukup, ventilasi juga mesti memastikan agar semua udara kotor

HARTA SANJAYA, S.T. CATUR RAHMAD SYAHBANI


09320200015
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Laboratorium Teknik Pertambangan Lt. 4 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

hasil pembuangan alat-alat diesel dan gas beracun yang ditimbulkan oleh aktivitas
peledakan bisa segera dibuang keluar, caranya memaksa agar udara mengalir ke
terowongan, digunakanlah fan (kipas) raksasa dengan berbagai ukuran dan teknik
pemasangan.
Kestabilan terowongan perlu diperhatikan yaitu penyangga - penyangga
terowongan dengan berbagai metode-metode penyanggaan (ground support) telah
dikembangkan. Penyanggaan yang optimal akan mendukung kelangsungan kinerja
dan juga keselamatan semua pekerja.

2.2 Metode Penambangan Pada Tambang Bawah Tanah

2.2.1 Cut and Fill


Cut and fill adalah suatu metode penambangan dengan jalan mengambil bagian
demi bagian (slice by slice) dimana bagian yang sudah ditambang dikeluarkan orenya
lalu dimasukan material pengisi sebelum penambangan berikutnya dilakukan. Material
pengisi disini berfungsi sebagai berikut :
1. Tempat berpijak untuk pemboran dan penggalian berikutnya;
2. Sebagai penyangga batuan sekelilingnya;
3. Mencegah terjadinya penurunan permukaan.
Sistem ini cocok untuk endapan sebagai berikut :
1. Endapan yang berbentuk paint dengan dip 45 derajat;
2. Endapan dengan ketebalan 1-6 meter;
3. Batuan sampingnya agak lunak/ kurang kompak;
4. Orenya memiliki nilai yang tinggi dan memerlukan mining subsidence yang
tinggi guna menutupi ongkos;
5. Dapat dipergunakan untuk endapan bijih yang batasnya kurang teratur dan
banyak terdapat Barrent rock (batuan sekelilingnya masuk kedalam bijih)
diantara endapan bijih yang sedang ditambang.
Keuntungan menggunakan metode cut and fill:
1. Cukup fleksibel sehingga dapat menambang bagian-bagian yang sulit dan
dapat mengadakan selektif mining;
2. Dari stope dapat dilakukan eksplorasi untuk mengetahui arah penyebaran
bijih selanjutnya;
3. Barrent rock/waste dapat dipakai material pengisi;

HARTA SANJAYA, S.T. CATUR RAHMAD SYAHBANI


09320200015
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Laboratorium Teknik Pertambangan Lt. 4 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

4. Pemakai timber sedikit sehingga kemungkinan kebusukan kayu dan


kebakaran jarang terjadi;
5. Bisa mendapatkan mining subsidence yang tinggi;
6. Memungkinkan penambangan dilakukan pada beberapa tempat sehingga
produksinya besar;
7. Kecil kemungkinan terjadinya penurunaan permukaan.
Kerugian menggunakan metode cut and fill:
1. Selain menambang juga harus mencari material pengisi
2. harus dilakukan pemisahaan yang cukup baik antara endapan bijih dengan
material pengisi agar tidak terjadi pengotoran
3. Ongkos penambangan relatif tinggi
2.2.2 Room and pillar
Room and pillar merupakan suatu sistem penambangan bawah tanah untuk
endapan batubara, dengan bentuk blok-blok persegi. Metode ini paling-paling hanya
mengambil 30-40% dari total batubara yang ada, oleh karena itu, untuk menaikkan
produksi, setelah semua block tersebut di tambang,ketika kembali ke jalan utama dekat
shaft, pilar-pilar yang ditinggalkan di kikis sedikit (retreat mining). Selama proses ini,
tidak ada operator yang boleh berada di bawah atap batuan semuanya dikendalikan
oleh remote dari jauh.
Metode room and pillar lebih tepat digunakan pada material bahan galian
sedimenyang cenderung tersebar dengan ketebalan merata dengan lapisan yang
cenderung datar (flat) dan dengan ketebalan sekitar 1 sampai dengan 4 meter. Contoh
bahan galian yang relatif lebih cocok menggunakan metode room and pillar seperti
tembaga gipsum, kapur, batubara, dan bahan-bahan galian lainnya yang
memungkinkan danmemenuhi syarat untuk ditambang menggunakan metode room
and pillar.
Ciri-ciri dari metode room and pillar ini, antara lain :
1. Produktivitas rendah;
2. Investasi alat kecil;
3. Rasio penambangan (mining subsidence) sekitar 60 - 70 %;
4. Lebih fleksibel terhadap gangguan operasi, geologi dan peralatan;

HARTA SANJAYA, S.T. CATUR RAHMAD SYAHBANI


09320200015
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Laboratorium Teknik Pertambangan Lt. 4 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

5. Karena meninggalkan batubara dalam jumlah besar maka berpotensi terjadi


swabakar;
6. Hanya dapat diaplikasikan pada ketebalan lapisan 1 - 4 m;
7. Potensi subsidence kecil.
2.2.3 Block caving
Block caving merupakan suatu cara penambangan yang dimulai dengan
membuat suatu undercat terhadap suatu blok endapan bijih, sebelum undercat
diruntuhkan, harus disanggah dulu memakai pillar kemudian pillar ini di buang, maka
blok akan runtuh secara perlahan – lahan.
Keuntungan block caving antara lain:
1. Pekerjaan persiapan penambangan hanya terjadi pada permulaan saja,
setelah ambrukan berjalan, maka pekerjaan persiapan umumnya sudah
berakhir;
2. Keamanan karyawan lebih terjamin, kecuali perawatan pada “draw point”;
3. Dapat berproduksi besar, dan hanya memerlukan sedikit pemboran,
peledakan serta penyanggah, jadi dapat menekan ongkos penambangan;
4. Ventilasi lebih baik, apalagi bila rekahan–rekahan di antara bijihnya yang
pecah itu tidak tertutup oleh partikel–partikel halus, jadi biasa terjadi
ventilasi alam;
5. Produksi terpusat pada “draw point” dan draw point terkumpul pada
“grizzly level”, sehingga produksi mudah terkontrol.
Kerugian metode block caving antara lain :
1. Membutuhkan biaya besar dan waktu yang lama pada tahap pertama
persiapan penambangan;
2. Perawatan “draw point” dan saluran–saluran yang dilalui bijih (ore passes)
umumnya sulit dan mahal;
3. Penggotoran sering terjadi terutama menjelang akhir penambangan,
sehingga perolehan tambang rendah;
4. Cara penambangan ini sukar diubah ke sistem penambangan yang lain;
5. Produksi tidak dapat dihentikan terlalu lama, karena dapat menyebabkan
macetnya proses penurunan;
6. Ukuran “broken ore” tidak dapat dikontrol.

HARTA SANJAYA, S.T. CATUR RAHMAD SYAHBANI


09320200015
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Laboratorium Teknik Pertambangan Lt. 4 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

2.2.4 Longwall
Metode penambangan longwall adalah yang digunakan secara luas pada
penambangan bawah tanah. Ciri-ciri penambangan batubara long wall adalah sebagai
berikut :
1. Subsidence-nya tinggi karena menambang sebagian besar batubara
2. Permulaan kerja dapat dipusatkan karena dapat berproduksi besar.
3. Apabila kemiringannya landai mekanisasi penambangan, transportasi dan
penyanggaan menjadi beda sehingga dapat meningkatkan efisiensi
penambangan.
4. Pemusatkan permukaan kerja, panjang terowongan yang dikerja terhadap
produksi batubara menjadi pendek.
5. Mengguntungkan dari segi keamanan karena ventilasinya mudah dari swa
bakar yang timbul juga sedikit.
6. Dapat menguatkan tekanan bumi, pemotongan batubara menjadi mudah.
7. Apabila terjadi hal-hal keruntuhan kerja dan kerusakan mesin maka
penggunakan produksi batubaranya besar.
2.2.5 Sublevel Open Stoping
Metode sublevel stoping disebut juga vertical crater retreat (VCR) adalah cara
pelombongan vertikal ke atas menggunakan peledakan. Penambangan sublevel
stoping dilakukan dengan membuat sublevel diantara dua level yang berurutan. Pada
umumnya, jarak antara level yaitu 30-70 m dan jarak antara sublevel yaitu 8-15 m.
Penambangan dapat dilakukan dengan overhand atau underhand, tetapi yang sering
diterapkan adalah overhand stoping. . Level utama dihubungkan dengan raise (lubang
bukaan vertikal) dan sub level.
Syarat penerapan cocok diterapkan untuk endapan yang karakterisitiknya
sebagai berikut:
a. Kekuatan batuan yaitu kuat, kompak, dan tak mudah runtuh/ dilution;
b. Endapan harus keras;
c. Bentuk endapan yaitu tabular dengan batas dan kemiringan teratur;
d. Kemiringan endapan yaitu > 30 derajat dan angle of repose> 60 derajat;
e. Ukuran/ ketebalan endapan yaitu 10 – 20 m.

HARTA SANJAYA, S.T. CATUR RAHMAD SYAHBANI


09320200015
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Laboratorium Teknik Pertambangan Lt. 4 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

f. Kadar bijih yaitu merata, tidak mungkin selective mining dengan kadar yang
cukup tinggi;
g. Kedalaman yaitu antara 1200 – 1400 m.
2.2.6 Sub Level Caving
Sub level caving merupakan metode penambangan bawah tanah dengan sistem
dari atas ke bawah. Penambangan pada setiap level dilakukan secara lateral atau
meliputi seluruh ketebalan bijih. Endapan bijih antara dua sub level ditambang dengan
cara meruntuhkan tiap level.
Sistem penambangan ini cocok dengan tipe endapan seperti:
a. Bentuk endapan tidak homogen;
b. Kekuatan batuan samping lemah dan dapat pecah menjadi bongkahan-
bongkahan dan akan menjadi penyanggah batuan;
c. Kekuatan bijih lemah tetapi batuan tidak runtuh untuk beberapa waktu
dengan penyanggahan biasa tetapi endapan ini akan runtuh apabila
penyanggahan ini diambil.
2.2.7 Shrinkage Stoping
Shrinkage stoping adalah salah satu metode tambang bawah tanah yang kegiatan
penggaliannya dilakukan secara overhand. Development yang diperlukan untuk
shrinkage stoping yaitu dengan membuat drift pada setiap level, dari drift ini kemudian
dibuat raise yang dipergunakan untuk orechute dan munway. Ore diledakkan dan
broken ore yang diperoleh dibiarkan menimbun.

2.3 Jenis- Jenis Supporting (Penyangga)

2.3.1. Kayu (Timber)


Kayu adalah bahan yang paling penting untuk mendukung dalam
operasipertambangan sampai akhir perang dunia kedua, sejak itu baja telah menjadi
bahanutama yang digunakan untuk mendukung batuan, alasan untuk
mempertimbangkan kayu sebagai bahan pendukung adalah bahwa hal itu masih
digunakan di tambang batubara dan logam kecil.
Kayu merupakan bahan ringan, mudah diangkut dan mudah dimanipulasidalam
sistem pendukung. Kayu oak memiliki kerapatan 0,73 g/cm dan kekuatan lentur 1200
kg/cm. Ini adalah 11 kali lebih ringan namun 2 kali lebih lemah dari baja. Hal ini

HARTA SANJAYA, S.T. CATUR RAHMAD SYAHBANI


09320200015
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Laboratorium Teknik Pertambangan Lt. 4 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

membuat kayu menjadi bahan ekonomis bila digunakan dalam mendukungdalam


waktu singkat.
Keuntungan menggunakan penyangga kayu adalah sebagai berikut:
1. Kayu ringan, mudah dibawa, dipotong, dimanipulasi dan dimasukkan ke
dalam bentuk penyangga;
2. Rusak pada struktur yang berserat, memberi tanda-tanda visual sebelum
hancur sepenuhnya;
3. Potongan kayu yang patah dapat digunakan kembali untuk wedges,
tambalan dan sebagainya.
Kerugiannya adalah sebagai berikut:
1. Keunggulan mekanik tergantung pada struktur berserat dan cacat alam yang
terjadi di dalam kayu;
2. Kelembaban memiliki efek yang sangat jelas pada kekuatan;
3. Banyak jamur hidup dalam kondisi lembab yang mempengaruhi kayu
sehingga kekuatannya jauh berkurang.
2.3.2 Besi Baja
Penyangga ini umumnya dibentuk seperti busur (steel arch set), penyangga besi
baja itu cukup kuat dan pada umumnya digunakan pada daerah portal atau lubang
utama masuk kedalam tambang, karena portal yang ada dibagian tebing bukit, terdapat
batuan-batuan yang sudah mengalamai pelapukan dan mudah lepas.
Keuntungan penyangga besi atau baja :
1. Homogen dan memiliki sifat elastisitas yang tinggi;
2. Tidak dipengaruhi oleh kelembaban;
3. Lebih tahan lama.
Kerugian penyangga besi atau baja:
1. Harganya yang mahal dan sulit pemasangannya, karena lebih berat

2.3.3 Beton
Penyanggan ini, dibuat dari bahan-bahan semen, semen, pasir, aggregat dan air
yang kadang-kadang ditambah CaCl2 (calcium clorida) yang berfungsi mempercepat
waktu pengerasan (curing time). Dinding atau atap terowongan yang akan disangga
dengan semen cor/beton, biasanya terlebih dahulu dipasang besi-besi rebar (mat-
rebar), untuk memperkuat struktur semen cor/betonnya

HARTA SANJAYA, S.T. CATUR RAHMAD SYAHBANI


09320200015
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Laboratorium Teknik Pertambangan Lt. 4 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

Keuntungan penyangga semen atau beton Antara lain:


1. Mempunyai kuat tekan yang tinggi;
2. Tahan terhadap pengaruh cuaca;
3. Bahan-bahan mudah didapat.
Kerugian penyangga semen atau beton:
1. Mempunyai kuat tarik rendah;
2. Dapat hancur tiba- tiba tanpa ada tanda atau gejala.
2.3.4 Shotcrete
Beton tembak atau sering disebut dengan ”shotcrete”, sering dipakai di
pekerjaan konstruksi dan pertambangan, untuk di tambang, shortcrete dilakukan di
terowongan dan muka kerja “face” untuk menahan sementara batuan dibagian atap dan
dinding terowongan setelah selesai peledakan (in-cycle shotcrete), sebelum dilakukan
pekerjaan penyangga permanen.
2.3.5 Rock Bolt
Baut batuan ini sering disebut dengan “friction anchor rock bolt” dikembangkan
oleh Atlas Copco, dimana “tube” atau selubung rock bolt mengalami pembesaran
(expansion), yang mengakibatkan tube akan melakukan saling ikat(interlock) dengan
batuan, agar tidak terjadi “sliding” atau pergeseran.
Keunggulan alat ini cepat dan sederhana pemasangannya.dan memberikan
penyanggaan langsung setelah pemasangannya dan dapat dipasang pada kondisi
batuan yang berbeda.
Kelemahan alat ini dapat terjadi korosi (karat) jika sudah lama pemasangannya.
Diperlukan pompa untuk pemasangannya dan diperlukan “sleeve” atau lengan
dibagian collar untuk mencegah “spalling” pada kondisi batuan terentu. Baut batuan
ini digunakan pada sistim penyanggaan jangka menengah (medium term support) dan
digunakan juga pada pekerjaan terowongan sipil.
2.3.6 Wire Mesh
Wire mesh atau jaring kawat yang terbuat dari besi kawat, bisa di las (weld mesh)
atau dirangkai (chain link) adalah bagian dari “passive support” dimana jaring ini
dipasang dan diikat dengan“split set” atau rock bolt ke dinding batuan. Jarak
pemasangan split set ini bervariasi tergantung dari struktur batuan disekitarnya.
Jarak/spasi umumnya antara 1 meter sampai 1.5 meter.

HARTA SANJAYA, S.T. CATUR RAHMAD SYAHBANI


09320200015
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Laboratorium Teknik Pertambangan Lt. 4 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

2.4 Jenis-Jenis Kecelakaan Kerja Pada Tambang Bawah Tanah

Berikut ini jenis jenis kecelakaan kerja pada tambang bawah tanah antara lain
1. Kebakaran dan ledakan menjadi beberapa bahaya yang paling merusak dan
berbahaya dalam industri pertambangan. Bahaya ini dapat terjadi kapan
saja, baik itu di fasilitas yang aktif atau terbengkalai. Bahaya ini dapat
bersumber dari pemanasan batubara secara spontan pada limbah atau
batubara yang pecah di pinggir jalan pada lapisan yang berisiko tinggi,
mesin dan peralatan listrik dan mekanik, bahan peledak dan detonator, dan
pekerjaan panas seperti pembakaran, pengelasan, dan penggilingan.
2. Runtuhan, badan bijih yang tidak stabil dapat mengakibatkan runtuhnya
badan bijih pada area pertambangan. Hal ini dapat disebabkan oleh
seismisitas/kegempaan yang diinduksi contoh peledakan sehingga
menyebabkan terjadinya ketidakstabilan lereng. Hal ini terjadi pada 33
penambang yang terjebak di bawah tanah dari Agustus hingga Oktober 2010
di tambang Chili dekat kota Copiapo yang membanjiri tambang dan
merusak struktur di permukaan.
3. Banjir, kecelakaan penambangan Gleision Colliery yang terjadi pada
tanggal 15 September 2011, merupakan contoh kecelakaan akibat banjir,
yaitu ketika tujuh penambang meledakkan sebuah bahan peledak, tambang
mulai terisi air yang menyebabkan empat pekerja meninggal di bawah tanah.
Beberapa alasan terjadinya banjir adalah ledakan yang disengaja, sehingga
dapat menyebabkan masuknya air, dan juga infrastruktur pertambangan
yang tidak layak sehingga mengakibatkan kebocoran.
4. Kontaminan atmosfer yang beracun, keterbatasan ruang di bawah tanah
menyebabkan kontaminan dari atmosfer yang beracun dapat saja terjadi,
seperti debu, aerosol, asap diesel dan partikel dan asap dari peledakan, serta
gas yang dilepaskan dari lapisan batuan itu sendiri.
5. Bahaya Terkait Peledakan, dari kegiatan peledakan dapat menimbulkan
beberapa potensi bahaya seperti batu terbang, debu dan gas beracun (NO2,
NO, CO) yang berbahaya bagi sistem pernapasan, dan juga ledakan dini dari
bahan peledak itu sendiri.

HARTA SANJAYA, S.T. CATUR RAHMAD SYAHBANI


09320200015
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Laboratorium Teknik Pertambangan Lt. 4 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

2.5 Resiko-resiko keselamatan

2.5.1 Ruang kerja terbatas,


Bekerja di bawah tanah meniscayakan lingkungan yang jauh berbeda dibanding
bekerja normal diatas permukaan. Besar bukaan terowongan mesti dihitung cermat
agar efisien dari sudut biaya, dan aman dilihat dari pertimbangan teknis. Terowongan
tidak boleh terlalu besar karena akan membutuhkan biaya tinggi. Terowongan yang
besar juga akan meningkatkan kerumitan-kerumitan teknis.
2.5.2 Cahaya terbatas
Bekerja di perut bumi berarti mesti bekerja tanpa cahaya matahari. Siang dan
malam hari tak tampak bedanya. Cahaya bantuan dari lampu penerangan memang
dimungkinkan, akan tetapi dengan panjang terowongan yang bisa mencapai puluhan
kilometer penerangan tidak mungkin dipasang di semua tempat. Bekerja dengan
penerangan terbatas jelas akan menjadi tantangan tersendiri.
2.5.3 Batuan rapuh
Batuan rapuh adalah musuh terbesar miners. Aneka cara untuk memperkuat
batuan dengan berbagai metode penyanggaan memang sudah dilakukan, tapi tetap,
minersmesti waspada akan bahaya ini.
2.5.4 Debu
Debu ternyata dapat menimbulkan masalah kesehatan serius Debu yang mampu
merusak kesehatan adalah yang mengandung partikel silika di dalamnya. Dalam
jangka waktu lama, silika yang mengendap dalam paru-paru dapat menyebabkan
silicosis.

HARTA SANJAYA, S.T. CATUR RAHMAD SYAHBANI


09320200015
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Laboratorium Teknik Pertambangan Lt. 4 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

Prosedur percobaan praktikum sistem tambang bawah tanah yaitu praktikan


dijelaskan mengenai berbagai metode penambangan paada tambang bawah tanah,
infrastruktur yang terdapat pada tambang bawah tanah, jenis-jenis supporting
(penyangga) tambang bawah tanah, dan jenis-jenis kecelakaan kerja yang terjadi pada
tambang bawah tanah, kemudian praktikan membuat gambar ilustrasi salah satu
metode di kertas A3.
A. Metode penambangan pada tambang bawah tanah yaitu:
1. Cut and fill;
2. Room and pillar;
3. Block caving;
4. Sublevel caving;
5. Sublevel stoping.
B. Infrastruktur tambang bawah tanah yaitu :
1. Mess karyawan;
2. Workshop;
3. Warehouse;
4. Mining office;
5. Stockpile;
6. Crusher;
7. Desain conveyor;
8. Houling road;
9. Desain sistem Listrik.
C. Jenis-jenis supporting (penyangga) tambang bawah tanah yaitu:
1. Kayu (timber);
2. Besi baja;
3. Beton;
4. Shotcrate;
5. Rock Bolt;
6. Wire Mesh.

HARTA SANJAYA, S.T. CATUR RAHMAD SYAHBANI


09320200015
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Laboratorium Teknik Pertambangan Lt. 4 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

D. Jenis-jenis kecelakaan kerja yang biasanya terjadi pada tambang bawah tanah:
1. Kebakaran;
2. Runtuhan;
3. Banjir;
4. Kontaminasi atmosfer yang beracun;
5. Bahaya terkait peledakan.

HARTA SANJAYA, S.T. CATUR RAHMAD SYAHBANI


09320200015
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Laboratorium Teknik Pertambangan Lt. 4 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Metode Tambang Bawah Tanah

1. Metode Cut and Fill


Metode Cut and Fill adalah suatu metode penambangan dengan jalan mengambil
bagian demi bagian (slice by slice) dimana bagian yang sudah ditambang
dikeluarkan orenya lalu dimasukan material pengisi sebelum penambangan
berikutnya dilakukan.

Gambar 4.1 Metode Cut and Fill


2. Metode Sub Level Caving
Metode Sub Level Caving adalah metode penambangan bawah tanah dengan
sistem dari atas ke bawah. Penambangan pada setiap level dilakukan secara
lateral atau meliputi seluruh ketebalan bijih. Endapan bijih antara dua sub level
ditambang dengan cara meruntuhkan tiap level.

HARTA SANJAYA, S.T. CATUR RAHMAD SYAHBANI


09320200015
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Laboratorium Teknik Pertambangan Lt. 4 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

Gambar 4.5 Sub level caving


3. Metode Room and Pillar
Metode Room and Pillar adalah metode yang menetapkan suatu panel atau blok
tertentu kemudian melakukan penggalian masuk melalui dua jalur terowongan.

Gambar 4.2 Metode Room and Pillar


4. Metode Sublevel Open Stoping
Metode Sublevel Open Stoping adalah cara penambangan bijih terletak diantara
2 level dimana penambangan ini dilakukan membuat sub level yang berurutan.

HARTA SANJAYA, S.T. CATUR RAHMAD SYAHBANI


09320200015
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Laboratorium Teknik Pertambangan Lt. 4 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

Gambar 4.4 Metode Sublevel Open Stoping


5. Metode Block Caving
Metode Block Caving adalah cara penambangan dengan membuat suatu
undercut terhadap suatu blok endapan bijih. Penyangga menggunakan pilar
dibutuhkan sebelum undercut tersebut diruntuhkan secara perlahan.

Gambar 4.3 Metode Block Caving

HARTA SANJAYA, S.T. CATUR RAHMAD SYAHBANI


09320200015
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Laboratorium Teknik Pertambangan Lt. 4 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

4.2 Penggambaran Metode Block Caving

Gambar 4.4 Metode Block Caving


Penjelasan bagian-bagian pada penambangan metode Block Caving :
1. Weak Rock Mass merupakan batuan yang memiliki titik lemah
2. Undercutting Level merupakan area paling atas di mana tubuh bijih nantinya
diledakkan
3. Undercutting/Blasting adalah area dimana bijih dari area undercut
kemudian diambil dan ditambang dengan cara diledakkan
4. Finger Raise adalah sekumpulan bukaan ke arah atas pada tambang bawah
tanah untuk keperluan penurunan bijih hasil penambangan dengan metode
ambrukan blok yang berasal dari satu paras.
5. Chute adalah lubang kecil yang menghubungkan level yang tinggi hingga
level yang paling rendah. Fungsi dari chute adalah sebagai corong yang
digunakan untuk memindahkan ore
6. Drawbell adalah area berbentuk corong antar level dimana bijih pada area
tersebut berpindah ke level extraction
7. Loading Point adalah bagian ujung dari drawbell dimana bijih dapat diambil
dan ditambang
8. Transportation Drift adalah area transportation untuk menyalurkan bijih ke
tempat pengolahan bijih

HARTA SANJAYA, S.T. CATUR RAHMAD SYAHBANI


09320200015
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Laboratorium Teknik Pertambangan Lt. 4 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

4.3 APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

Gambar 4.5 Alat APAR


APAR (Alat Pemadam Api Ringan) atau fire extinguishe adalah alat yang
digunakan untuk memadamkan api atau mengendalikan kebakaran kecil. Alat
Pemadam Api Ringan (APAR) pada umumnya berbentuk tabung yang diisikan
dengan bahan pemadam api yang bertekanan tinggi. Dalam hal Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3), APAR merupakan peralatan wajib yang harus
dilengkapi oleh setiap Perusahaan dalam mencegah terjadinya kebakaran yang
dapat mengancam keselamatan pekerja dan aset perusahaannya.
Berdasarkan Bahan pemadam api yang digunakan, APAR (Alat Pemadam Api
Ringan) dapat digolongkan menjadi beberapa Jenis. Diantaranya terdapat 4 jenis
APAR yang paling umum digunakan, yaitu :
1. Alat Pemadam Api (APAR) Air / Water
2. Alat Pemadam Api (APAR) Busa / Foam (AFFF)
3. Alat Pemadam Api (APAR) Serbuk Kimia / Dry Chemical Powder
4. Alat Pemadam Api (APAR) Karbon Dioksida / Carbon Dioxide (CO2)

HARTA SANJAYA, S.T. CATUR RAHMAD SYAHBANI


09320200015
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Laboratorium Teknik Pertambangan Lt. 4 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum ini yaitu :


1. Metode yang digunakan pada tambang bawah tanah yaitu cut and fill, room
and pillar, block caving; sublevel caving dan sublevel stoping.
2. Infrastruktur yang terdapat pada tambang bawah tanah yaitu mess karyawan,
workshop, warehouse, mining office, stockpile, crusher, desain conveyor,
houling road dan desain sistem listrik.
3. Jenis-jenis supporting (penyangga) tambang bawah tanah yaitu kayu
(timber), besi baja, beton, shotcrate, rock bolt, wire mesh.
4. Jenis-jenis kecelakaan kerja yang biasanya terjadi pada tambang bawah
tanah yaitu kebakaran, runtuhan, banjir, kontaminasi atmosfer yang beracun,
dan bahaya terkait peledakan.

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Laboratorium


Memastikan persiapan proyektor sebelum praktikum berlangsung agar berfungsi
dengan baik dan dapat digunakan.
5.2.2 Saran untuk Asisten
Saran saya agar kiranya bisa lebih mengajak praktikan untuk bersosialisasi,
berbicara agar komunikasi dengan praktikan bisa terjalin dengan baik sehingga
praktikan pun bisa lebih mudah jika ingin bertanya jika ada yang ingin ditanyakan.

HARTA SANJAYA, S.T. CATUR RAHMAD SYAHBANI


09320200015
DAFTAR PUSTAKA

Faizal, F. K., Fajrin, M., & Sibali, I. (2022). Pesona Nikel Indonesia Kurang Memikat
Tesla. Jurnal Litigasi Amsir, 84-89.
Munandar, A. (2021). Tinjauan Yuridis Terhadap Pertambangan Emas Ilegal Di
Kabupaten Nagan Raya (Implementasi Qanun Kabupaten Nagan Raya Nomor
17 Tahun 2007 Tentang Izin Usaha Pertambangan Umum Daerah Pasal 30 dan
31) (Doctoral dissertation, UIN AR-RANIRY).
Prayogo, R. (2020). Rancangan Penambangan Di Pit Ferrari Pinang Balaba 12 Pt. Vale
Indonesia, Tbk Desa Sorowako Kecamatan Nuha Kabupaten Luwu Timur
Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Sumberdaya Bumi Berkelanjutan
(Semitan), 2(1), 665-670.
Supratman O, 2018. Modul Penambangan Bawah Tanah. Kementerian Riset,
Teknologi dan Pendidikan Tinggi. No Kode: DAR2/Profesional/001/2018.
Bandung
Tim Asisten Perencanaan Tambang 2023. Penuntun praktikum pengolahan bahan
galian. Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Industri, Universitas
Muslim Indonesia.Makassar.

Anda mungkin juga menyukai