Anda di halaman 1dari 109

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT

KECEMASAN PADA PASIEN END STAGE RENAL DISEASE


YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD
ABDOEL WAHAB SJAHRANIE

SKRIPSI

Disusun Oleh :
Nur Wahid Ramadhan
1901088

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN & SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA
2023

i
ii

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT


KECEMASAN PADA PASIEN END STAGERENAL DISEASE
YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD
ABDOEL WAHAB SJAHRANIE

SKRIPSI

Untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana


keperawatan (S.Kep)

Disusun Oleh :
Nur Wahid Ramadhan
1901088

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN & SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA
2023

ii
iii

iii
iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Nur Wahid Ramadhan
NIM : 1901088
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul Skripsi : Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan
pada pasien end stagerenal disease yang menjalani
hemodialisis di rsud abdoel wahab sjahranie

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber,
baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Samarinda, 25 Agustus 2023


Yang membuat pernyataan,

Nur Wahid Ramadhan

iv
v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat Rahmat dan BimbinganNya saya dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan
judul “Hubungan dukungan keluarga dengan tingakat kecemasan pada pasien
End Stage Renal Disease yang menjalani hemodialisis di RSUD Abdoel Wahab
Sjahranie”. Penulisan Skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana (S.Kep) pada Program Studi Sarjana Keperawatan
ITKES Wiyata Husada Samarinda.

Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari
masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan semua proses tepat pada waktunya. Oleh karena itu perkenankanlah
saya mengucapkan Terimakasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada
:

1. Bapak H. Mujito Hadi,MM selaku Ketua Yayasan Wiyata Husada Samarinda

2. Bapak Assoc. Prof. Eka Ananta Sidharta,CA.,CfrA selaku Rektor ITKES Wiyata
Husada Samarinda

3. Ns. Kiki Hardiansyah Safitri.,M.Kep selaku Ketua Program Studi Sarjana


Keperawatan ITKES Wiyata Husada Samarinda. Terimakasih untuk semua
ilmunya yang telah diberikan dan juga dedikasinya.

4. Dr.David Hariadi masjhoer Sp.OT selaku direktur RSUD Abdul Wahab Sjahranie
yang sudah mengizinkan saya melakukan penelitian RSUD AWS.

5. Ns. Anisa Ai’n, S.Kep.,M.Kep selaku Penguji I yang banyak memberikan saran,
masukan serta arahan untuk perbaikan penulisan Skripsi ini.

6. Ns. Siti Kholifah, S.Kep.,M.Kep selaku penguji II yang banyak memberikan


saran, masukan serta arahan untuk perbaikan penulisan Skripsi ini.

7. Ns. Kiki Hardiansyah Safitri.,M.Kep selaku penguji III sekaligus dosen

v
vi

pembimbing saya Terimakasih banyak telah menyediakan waktu, tenaga dan


pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan Skripsi ini.

8. Ns. Sahran.,S.Kep Selaku kepala ruangan Hemodialisa yang sudah memberi


arahan dan bantuan selama saya melaksanakan penelitian.

9. Kedua orang tua saya yaitu Bapak Hairul Maksum dan Ibu Siti Fatimah Sang
,Kedua saudara saya yaitu kakak Hardi Firmansyah dan adik saya Fikri Haikal
yang selalu memberikan doa, support, nasehat, dukungan baik lahir maupun batin,
serta cinta dan kasih sayang bagi saya sehingga termotivasi untuk segera
menyelesaikan tugas akhir ini.

10. Kepada Tantri yang telah membersamai penulis dari awal hingga akhir pada hari-
hari yang tidak mudah, selalu membantu dan memberikan semangat, motivasi,
dukungan, mengingatkan untuk terus menyelesaikan tugas akhir ini.

11. Kepada semua pihak yang sudah membantu dalam memperoleh data yang saya
perlukan untuk melengkapi skripsi.

12. Teman-teman keperawatan 4B yang selalu mendukung dan memberikan semangat


selama menempuh perkuliahan dan menyelesaikan tugas akhir.

Saya menyadari skripsi ini masih kurang sempurna maka dari itu saya
membuka diri untuk menerima kritik, saran dan masukan yang membangun untuk
skripsi ini, dan untuk semua pihak yang telah saya sebutkan diatas yang sudah
banyak berkontribusi dalam penyelesaian skripsi ini semoga Allah SWT membalas
dengan segala bentuk kebaikan.

Samarinda, 25 Agustus 2023

Penulis

vi
vii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Nur Wahid Ramadhan
NIM : 1901088
Program Studi: Sarjana Keperawatan

Dengan ini menyetujui dan memberikan hak kepada ITKES Wiyata Husada
Samarinda atas Skripsi saya yang berjudul :

Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada pasien end


stagerenal disease yang menjalani hemodialisis di rsud abdoel wahab sjahranie

Beserta perangkat yang ada (Jika diperlukan). Dengan hak ini, ITKES Wiyata
Husada Samarinda berhak menyimpan, menagih media/formatkan, mengelola dalam
bentuk pangkalan data (Database), merawat dan mempublikasikan skripsi saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Samarinda, 25 Agustus 2023


Yang menyatakan

Nur Wahid Ramadhan

vii
viii

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT


KECEMASAN PADA PASIEN END STAGERENAL DISEASE
YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD
ABDOEL WAHAB SJAHRANIE

Nur wahid Ramadhan1, Kiki Hardiansyah Safitri2

ABSTRAK

Latar Belakang : Pasien End stage renal disease yang menjalani hemodialisis seringkali
mengalami penurunan aktivitas fisik dan penurunan tersebut berdampak pada kondisi
kecemasan. Peran keluarga dalam mengenal masalah kesehatan yaitu, ikut merawat anggota
keluarga yang sakit sangatlah penting dalam mengatasi kecemasan. Tujuan: menganalisis
hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada pasien end stage renal disease
yang menjalani hemodialisis di RSUD Abdoel Wahab Sjahranie. Metode: Penelitian deskriptif
analitik dengan pendekatan cross sectional, dengan jumlah sampel sebanyak 40 responden
dengan kriteria psien usia 18-50 tahun, diagnosa medis ESRD, Menjalani Hemodialisa <1
tahun, teknik pengambilan consecutive sampling, pengukuran variabel menggunakan
kuesioner Zung Self-Rating Anxiety Scale dan Kuesioner Dukungan Keluarga. Hasil:
Karakteristik responden dengan jenis kleamin yaitu laki-laki 45%, perempuan 55%, status
pernikahan yaitu menikah 80.0%, belum menikah 20%, Status pendidikan yaitu SMP 7.5%,
SMA 62/5%, S1 30.3%, usia yaitu dewasa 37.5%, lansia 62.5%, Lama menjalani HD <1 tahun
100%, berdasarkan hasil Analisa univariat responden dengan dukungan keluarga baik
sebanyak 29 responden dan dukungan keluarga kurang baik sebanyak 11 responden.
Responden dengan kategori tidak cemas sebanyak 33 responden dan kategori cemas ringan
sebanyak 7 responden. Berdasarkan hasil uji Fisher’s Exact Test didapatkan hasil dengan nilai
p-value 0.000 atau < 0,05. Kesimpulan: Ada hubungan siginifikant secara statistik dukungan
keluarga dengan kecemasan pada pasien end stage renal disease yang menjalani hemodialisis
di RSUD Abdoel Wahab Sjahranie.

Kata Kunci : Dukungan keluarga, Kecemasan, End stage renal disease, Hemodialisis

1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan ITKES Wiyata Husada Samarinda
2
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan ITKES Wiyata Husada Samarinda

viii
ix

The Relationship Between Family Support and Anxiety Levels in End


Stage Renal Disease Patients Undergoing Hemodialysis
at Abdoel Wahab Sjahranie Hospital

Nur wahid Ramadhan1, Kiki Hardiansyah Safitri2


Institute of Health Technology and Science Wiyata Husada Samarinda
Kadrie Oening Street No. 77 Samarinda, East Kalimantan

Abstract

Background: End-stage renal disease patients undergoing Hemodialysis experience


decreased physical activity, which impacts anxiety conditions. The role of the family in
recognizing health problems, such as caring for sick family members, is vital in
overcoming anxiety. Purpose: This study analyzed the relationship between family
support and anxiety levels in end-stage renal disease patients undergoing Hemodialysis at
Abdoel Wahab Sjahranie Regional Hospital. Method: This study used descriptive-
analytical research with a cross-sectional approach, with a total sample of 40 respondents
with the criteria of patients aged 18-50 years, medical diagnosis of ESRD, undergoing
Hemodialysis <1 year, consecutive sampling technique, variable measurement using the
Zung Self-Rating Anxiety Scale questionnaire and Family Support Questionnaire.
Results: Characteristics of respondents by type of ketamine, with 45% men, 55% women,
marital status of married 80.0%, unmarried 20%, educational status of junior high school
7.5%, high school 62/5%, bachelor degree 30.3%, age of adult 37.5%, elderly 62.5%,
duration of HD <1 year 100%, based on the results of univariate analysis of respondents
with good family support with 29 respondents and with low-income family support with
11 respondents. There were 33 respondents in the not anxious category and seven in the
mildly anxious category. Based on the Fisher's Exact Test results, results were obtained
with a p-value of 0.000 or <0.05. Conclusion: This indicates a statistically significant
relationship between family support and anxiety in end-stage renal disease patients
undergoing Hemodialysis at Abdoel Wahab Sjahranie Hospital.

Keywords: Family support, Anxiety, End stage renal disease, Hemodialysis


1Student of Bachelor of Nursing of Institute of Health Technology and Science Wiyata Husada Samarinda
2Lecturer of Bachelor of Nursing of Institute of Health Technology and Science Wiyata Husada Samarinda

ix
x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................ii

LEMBAR PERSETUJUAN......................................................................................iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN..................................................................v

KATA PENGANTAR................................................................................................vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI.............................................................viii

ABSTRAK..................................................................................................................ix

ABSTRACT.................................................................................................................x

DAFTAR ISI..............................................................................................................xi

DAFTAR TABEL.....................................................................................................xii

DAFTAR BAGAN...................................................................................................xiv

DAFTAR GAMBAR...............................................................................................xiii

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................xiv

DAFTAR ARTI SINGKATAN................................................................................xv

DAFTAR ARTI ISTILAH......................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

A.Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................3

C. Tujuan Penelitian.........................................................................................3

D. Manfaat Penelitian.......................................................................................4

E. Penelitian Terkait.........................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................7

x
xi

A. End Stage Renal Disease.............................................................................7

B. Konsep Hemodialisis..................................................................................15

C. Faktor-faktor Kecemasan...........................................................................18

D. Konsep Keluarga........................................................................................28

E. Kerangka Teori...........................................................................................33

F. Hipotesa Penelitian.....................................................................................34

BAB III METODE PENELITIAN..........................................................................35

A. Rancangan Penelitian.................................................................................35

B. Kerangka konsep penelitian.......................................................................35

C. Populasi dan sampel...................................................................................36

D. Teknik sampling.........................................................................................37

E. Variabel penelitian......................................................................................37

F. Definisi operasional....................................................................................38

G. Lokasi dan waktu penelitian......................................................................39

H. Instrumen penelitian..................................................................................39

I. Uji validitas dan reabilitas...........................................................................40

J. Prosedur pengambilan data.........................................................................41

K. Prosedur pengolahan data..........................................................................42

L. Analisis data...............................................................................................44

M. Etika penelitian..........................................................................................45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................47

A. Gambaran umum penelitian.......................................................................47

xi
xii

B. Hasil Penelitian..........................................................................................48

C. Pembahasan...............................................................................................50

D. Keterbatasan panelitian.............................................................................62

BAB V PENUTUP.....................................................................................................63

A. Simpulan....................................................................................................63

B. Saran...........................................................................................................63

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................65

DAFTAR RIWAYAT HIDUP.................................................................................68

LAMPIRAN..................................................................................................................

xii
xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kerangka teori.............................................................................................38


Tabel 4.1 Karakteristik responden..............................................................................48
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi dukungan keluarga terhadap kecemasan....................49
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi usia dan lama menjalani hemodialisis........................49
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi tabulasi silang............................................................50

xiii
xiv

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka teori...........................................................................................33


Bagan 3.1 Kerangka konsep penelitian.......................................................................35

xiv
xv

DAFTAR GAMBAR

Dokumentasi penelitian ................................................................................................

xv
xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat izin penelitian


Lampiran 2 : Surat balasan izin penelitian
Lampiran 3 : Penjelasan penelitian
Lampiran 4 : Persetujuan responden
Lampiran 5 : Kuesioner Zung self-rating axciety scale (ZSAS)
Lampiran 6 : Kuesioner Dukungan Keluarga
Lampiran 7 : Hasil Kuesioner kecemasan
Lampiran 8 : Hasil Kuesioner dukungan keluarga
Lampiran 9 : Hasil Uji
Lampiran 10 : Dokumentasi Penelitian

xvi
xvii

DAFTAR ARTI SINGKATAN

ESRD : End stage renal disease


HD : Hemodialisis
WHO : Word health organization

ZSAR-S : Zung self anxiety ratinng scale


RIKESDAS : Riset kesehatan dasar
ATN : Nekrosis tubulus akut
NSAID : Antiinflamasi nonsteroid
LFG : Filtrasi glomerulus
FGR : Glomelurus filtration
RAS : Rennin-angiostensin
BUN : Blood urea nitrogen

AGD : Analisis gas darah


DSM-II : Diognostic and statistical maual of mental disorders

xvii
xviii

DAFTAR ARTI ISTILAH

End stage renal disease : Gagal ginjal kronis

Filtrasi glomelurus : Laju rata-rata penyaringan darah

Dialiser : Tabung yang terdiri dari ruangan

Sindrom uremikum : Gejala yang disebabkan pecahnya sel darah

Testosteron : Hormon stroid dari kelompok and rogen

Prolaktin : Hormon yang berhubungan dengan laktasi

Word Health Organizon : Organisasi kesehata dunia

Urin : Cairan sisa eksresi oleh ginjal dan dikeluarkan

Nefron : Bagian terpenting dari setiap ginjal

Glomelurus : Bagian ginjal untuk menyaring zat sisa

Prarenal : Perburukan fungsi ginjal sebelum organ ginjal

Veskuler : Pembuluh darah di luar pembuluh koroner

Hemogeragi : Pendarahan

Vasodilatasi : Pelebaran pembuluh darah

Hipertensi : Tekanan darah tinggi

Nekrosis tubulus akut :Sindrom gagal ginjal akut intrinsik

Glomerulonefritis : Respon tubuh terhadap infeksi

Pielonefritis : Infeksi ginjal

Kardiovaskuler : Penyakit jantung

Anoreksia : Ganguan makan

Foot drop : Kaki lunglai

Ultrafiltrasi : Pemisahan membran dengan ukuran pori-pori

xviii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hubungan kecemasan dengan proses hemodialisis, dengan jenis dialisis dan


keadaan Hemodialisa adalah suatu mesin buatan yang terdiri dari mebran
semipermiabel dengan darah di sisi lain dan cairan dialisis di sisi lain,
hemodialisis biasanya dilakukan 3 kali seminggu, dan lama suatu pengobatan
berkisar 3-5 jam tergantung penderita. Bagi pasien gagal ginjal kronis,
hemodialisa akan mencegah kematian, namun tidak menyembuhkan penyakit
ginjal. Oleh karena itu, pasien gagal ginjal sangat bergantung pada hemodialisa.
Ketergantungan pada hemodialisis membuat keadaan menjadi cemas (Rachmadi
et al., 2022).

End stage renal disease memerlukan terapi pengganti ginjal, salah satunya
hemodialisis. Hemodialisis (HD) merupakan suatu proses pemisahan zat-zat
tertentu (toksik) dari darah melalui membran semifermiabel buatan (artificial) di
dalam ginjal buatan/dialiser, dan selanjutnya dibuang melalui cairan dialysis.
Dengan demikian hemodialisis dapat mengurangi efek sindrom uremikum.
Hemodialisis selain bermanfaat juga dapat mengakibatkan kekacauan dari
aktivitas cairan, organ dan sistem endoktrin. Sistem endoktrin yang terpengaruh
pada ESRD disebabkan oleh beberapa gangguan pada hipogonat, testosteron dan
prolaktin yang dapat mengakibatkan disfungsi ereksi (Rachmadi et al., 2022).

Kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang tidak menyenangkan


yang ditandai oleh rasa takut serta gejala fisik yang menegangkan serta tidak
diinginkan. Gejala tersebut merupakan respons terhadap stres yang normal dan
sesuai, tetapi menjadi patologis bila tidak sesuai dengan tingkat keparahan stres,
berlanjut setelah stresor menghilang, atau terjadi tanpa adanya stresor eksternal
(Saragih et al., 2022).

1
2

Menurut data dari Word Health Organizon (WHO) menyebutkan bahwa


prevalensi End stage renal disease pada tahun 2011 sebanyak 2.786.000 orang,
tahun 2012 sebanyak 3.018.860 orang dan tahun 2013 sebanyak 3.200.000 orang.
Dari data tersebut diketahui adanya peningkatan angka kesakitan pasien End
stage renal disease setiap tahunnya sebesar 6% (USRDS, 2015). Menurut data
nasional berkisar 713.783 jiwa dan 2.850 jiwa yang melakukan pengobatan
hemodialisa. Jumlah penyakit gagal ginjal kronik di Jawa Barat mencapai
131.846 jiwa dan menjadi provinsi tertinggi di Indonesia, Jawa Tengah
menduduki urutan kedua dengan angka mencapai 113.045 jiwa, sedangkan
jumlah pasien gagal ginjal kronik di Sumatera Utara adalah 45.792 jiwa. Dalam
uraian tersebut jumlah pada laki-laki adalah 355.726 jiwa, sedangkan pada
perempuan adalah 358.057 jiwa (Kemenkes 2019 dalam (Edriyan, 2022). Untuk
provensi Kalimantan timur berdasarkan Rikesdas tahun 2013, End stage renal
disease menempati urutan ke-10 setelah sebelumnya menempati peringkat ke-12
sebagai penyakit terminal yang membahayakan nyawa manusia dengan
prevalensinya sebesar 0,1% kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2018
menjadi 4.0% (Rikesdas,2018).

Dukungan keluarga Peran keluarga dalam mengenal masalah kesehatan


yaitu mampu mengambil keputusan dalam kesehatan, ikut merawat anggota
keluarga yang sakit, memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang ada sangatlah penting dalam mengatasi kecemasan klien(Suwanti
et al., 2021). Kecemasan yang dialami oleh pasien penyakit ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa bervariasi dari ringan, sedang, berat sampai dengan panik.
Pasien yang baru saja menjalani hemodialisis mengalami kecemasa akan
kematian,ketidaknyamanan, mimpi buruk, sehingga tidak mampu melakukan
aktivitas sehari-hari (S et al., 2022).

Studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Abdoel wahab sjahrani


Samarinda didapatkan data Jumlah pasien HD dalam setahun terakhir yaitu

2
3

sebanyak 2379, pada tanggal 27 februari 2023 telah dilakukan wawancara kepada
10 pasien yang sedang menjalani HD 7 pasien mengatakan bahwa dirinya cemas
pada saat divonis harus HD dan sempat menolak untuk di lakukan HD namun
saat ini sudah menerima keadaannya dan 3 pasien mengatakan tidak terlalu
cemas dan bersedia dilakukan HD tanpa ada penolakan diawal. Upaya yang
dapat dilakukan dalam mengatasi kecemasan tersebut biasanya menggunakan
sumber dari dalam diri sendiri. Bentuk kegiatan untuk mengurangi rasa
kecemasan yaitu seperti bicara, kepada orang lain, berusaha menyelesaikan
masalah, teknik relaksasi, aktivitas, dan olahraga. Adanya peran serta dan
dukungan dari keluarga dan kerabat terdekat juga sangat mempengaruhi tingkat
kecemasan.

B. Rumusan Masalah

Hemodialisis merupakan salah satu terapi untuk pengganti fungsi ginjal


pada End stage renal disease, selain itu terdapat terapi pengganti seperti
peritonial dialisa, dan transplantasi ginjal. Kecemasan pada pasien hemodialisis
dapat terjadi akibat terapi yang berlangsung seumur hidup dan pasien
membutuhkan ketergantungan pada mesin yang pelaksanaanya rumit dan
membutuhkan waktu yang lama serta memerlukan biaya yang relatif besardan
Pasien merasa penyakitnya sulit disembuhkan dan perjalanan penyakit yang
mengharuskan menjalani terapi hemodialisis membuat pasien merasa tidak
nyaman. Ketidaknyamanan pada pasien hemodialisis dapat berupa kecemasan
ringan sampai ketahap berat dan apabila tidak ditangani dari kecemasan yang
ditimbulkan oleh terapi hemodialisis, diperlukan peran tenagakesehatan untuk
mencegah efek negatif yang muncul dan mempengaruhi pasien. Berdasarkan
latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui “Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat kecemasan pada
pasien End stage renal disease yang menjalani Hemodialisis di RSUD Abdoel
wahab sjahranie ”

3
4

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menganalisis Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan
pada pasien end stage renal disease Hemodialisis di RSUD Abdoel Wahab
Sjahranie.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik pasien end stage renal disease yang


mengalami hemodialisis.

b. Mengidentifikasi kecemasan pada pasien end stage renal disease yang


mengalami hemodialisis.

c. Menganalisa hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada


pasien end stage renal disease yang mengajani hemodialisis.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
dalam pengembangan keilmuan keperawatan yang berhubungan dengan
Pasien EndStage Renal Disease yang menjalani terapi Hemodialisis.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti
Peneliti dapat memanfaatkan hasil penelitian ini untuk dapat
memberikan informasi mengenai hubungan dukungan keluarga yang
mempengaruhi kecemasan.
b. Bagi Responden
Penelitian inidapat memberikan informasi bagi pasien bahwa
kecemasan dapat memperburuk kondisi pasien dan agar pasien bersikap

4
5

tidak pesimis dalam menjalani terapi.


c. Institusi Pendidikan
Penelitian ini dapat dijadikan referensi tentang hubungan dukungan
keluarga apa saja yangmempengearuhi kecemasan pasien yang menjalani
terapi.
d. Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya dapat menjadikan penelitian ini sebagai referensi
atau bahan perbandingan untuk melakukan penelitian serupa mengenai
hubungan dukungan keluarga yang mempengaruhi kecemasan di RSUD
Abdoel wahab sjahranie ”.
E. Penelitian Terkait
1. Siti Arafah Julianty Hrp, Ida Yustina, Dedy Ardinata (2022. “hubungan
dukungan keluarga yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien
hemodialisis di rsud dr. Pirngadi medan”. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis faktor-faktor (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
pengalaman pengobatan, lama terapi, jenis pembiayaan, dukungan keluarga)
4 kecemasan pasien hemodialisis di RSUD
yang berhubungan dengan tingkat
Dr. Pirngadi Medan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif “cross sectional”
dan pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling dengan 62 pasien
gagal ginjal yang menjalani hemodialisis di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Data
dianalisa menggunakan uji korelasi Spearman. Instrumen yang digunakan
kuesioner data demografi, kuesioner faktor-faktor, kuesioner dukungan
keluarga, instrumen Spielberger et al. (1983) State Trait Anxiety Inventory
(STAI) Form A-State. Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa faktor-
faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien hemodialisis yaitu
faktor usia (p = 0.049), pengalaman pengobatan (p = 0,008), lama terapi (p=
0,021) dan dukungan keluarga (p = 0,021). Faktor jenis kelamin, tingkat
pendidikan, jenis pembiayaan tidak berhubungan dengan tingkat
kecemasanpasien dengan hemodialisis. Perbedaan penelitian yaitu tahun
penelitian, penelitian terdahulu pada tahun 2022 sedangkan penelitian

5
6

sekarang tahun 2023, metode penelitian terdahulu deskriptif “cross sectional


sedangkan penelitian sekarang dengan metode deskriptif korelatif, sampel
penelitian terdahulu sebanyak 62 pasien sedangkan sampel penelitian saat ini
sebanyak?, tempat penelitian terdahulu di RSUD Dr. Pirngadi Medan
sedangkan penelitian saat ini di RSUD Abdul Wahab Sjahranie.
2. Petra Saragih dkk (2022). “hubungan antara tingkat kecemasan dengan
lamanya hemodialisis pada pasien gagal ginjal kronik (ggk) yang menjalani
hd” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan
dengan lamanya hemodialisis pada pasien gagal ginjal kronik di RS. Royal
Prima. Jenis penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah
penelitian deskriptif. Hasil analisis hubungan antara lamanya menjalani HD
antara tingkat kecemasan dimana menunjukkan adanya hubungan yang
signifikan dengan derajat hubungan korelasi kuat per pola negatif. Pola negatif
emaki menjalani HD maka semakin rendah atau
menunjukkan bahwa s n lama pasien
ringan tingkat kecemasan pasien. Hasil uji statistik dengan uji korelasi Pearson
didapat nilai p yaitu 0.000 < 0.05 maka dapat disimpulkan adanya hubungan
yang signifikan antara lama menjalani HD dengan tingkat kecemasan pasien
HD di RS Royal Prima Medan. . Perbedaan penelitian yaitu tahun penelitian,
penelitian terdahulu pada tahun 2022 sedangkan penelitian sekarang tahun
2metode penelitian terdahulu tempat penelitian terdahulu di RS Royal Prima
Medan sedangkan penelitian saat ini di RSUD Abdul Wahab Sjahranie.
3. Agus Rachmadi , Ahmad Rizani , Rahmilah (2022). “Model Kualitas Hidup
Pasien Gagal Ginjal Terminal Yang Menjalani Hemodialisis Di RSUD Ratu
Zaleha Martapura”. Penelitian ini bertujuan menyusun sebuah model statistik
yang memprediksi kualitas hidup pasien ESDR dengan terapi hemodialisis
berdasarkan variabel usia, lamanya menjalani terapi hemodialisis, IDWG dan
jumlah penyakit komplikasi penyerta. Desain yang digunakan yaitu korelasi
dengan pendekatan cross sectional, dengan teknik pengambilan sampel;
purposive sampling, sebanyak 49 pasien. Analisis data dengan distribusi
frekuensi (univariat), Pearson correlation (bivariat) dan regresi linier

6
7

(multivariate) dengan taraf signifikan α 0,05. Hasil penelitian ada hubungan


antara IDWG dengan kualitas hidup pasien yang menjalani terapi hemdoialisis
dan didapatkan model fit antara usia, lamanya menjalani terapi hemodialisis,
IDWG dan jumlah penyakit komplikasi penyerta dengan kualitas hidup pasien.
Lebih mencermati IDWG yang merugikan, karena faktor yang paling dominan
mempengaruhi kualitas hidup pasien. Perbedaan penelitian yaitu tahun
penelitian, penelitian terdahulu pada tahun 2022 sedangkan penelitian sekarang
tahun 2023, metode penelitian terdahulu korelatif sedangkan penelitian
sekarang dengan metode deskriptif korelatif, sampel penelitian terdahulu
sebanyak 49 pasien sedangkan sampel penelitian saat ini sebanyak 45, tempat
penelitian terdahulu di Di RSUD Ratu Zaleha Martapura sedangkan sedangkan
penelitian sekarang tahun 2023, metode penelitian terdahulu tempat penelitian
terdahulu di RS Royal Prima Medan sedangkan penelitian saat ini di RSUD
Abdul Wahab Sjahranie.

7
8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. End Stage Renal Disease (ESRD)


1. Defenisi
Gagal ginjal stadium akhir (End Stage Renal Disease) Adalah kondisi
saat ginjal kehilangan kemampuan untuk melakukan fungsinya. Kondisi ini
sangat serius, sebab dapat membuat kualitas hidup pasien menurun dratis.
Banyak kasus dari penyakit ini yang berunjung pada kematian. Ginjaladalah
organ vital. Fungsi mengeluarkan limbah dan cairan berlebihdari darah. Saat
ginjal tidak lagi mampu berkerja dengan baik, limbah dan cairan akan
mempuk di dalam tubuh. Pasien ESRD adalah kandidat yang tepat untuk
transplantasi ginjal. Prosedur tersebut merupakan opsi yang lebih dari pada
dialisis. Namun, mendapat donor ginjal bukan lah hal yangmudah.banyak
pasien yang harus menunggu selama beberapa bulan atau bahkan tahun untuk
mendapatkan nya (Prasetya ’Adhi et al., 2019).
2. Anatomi fisiologi ginjal
a. Anatomi ginjal
Pada orang dewasa, panjang ginjal kira-kira 11 cm dengan lebar 5 –
7.5 cm dan tebalnya 2.5 cm dan beratnya sekitar 150 gram. Organ ginjal
berbentuk kurva yang terletak di area retroperitoeal, pada bagian belakang
dinding abdomen di samping depan vertebrata, setinggi toratal12 sampai
lumbal ke 3. Ginjal disokong oleh jaringan adipose dan jaringan
penyokong yang disebut fasia gerota serta dibungus oleh kapsulginjal, yang
berguna untuk mempertahankan ginjal, pembuluh darah dankelenjar adrenal
terhadap adanya trauma (Hrp et al., 2018).
b. Letak Anatomi Ginjal
Pembuluh darah pada ginjal dimulai dari arteri renalis sinistra yang
membawa darah dengan kandungan tinggi CO2 masuk ke ginjal melalui
hilum renalis. Secara khas, didekat hilum renalis masing-masing arteri

8
9

menjadi lima cabang arteri segmentalis yang melintas ke segmenta renalis.


Beberapa vena menyatukan darah dari ginjal dan bersatu membentuk pola
yang berbeda-beda untuk membentuk vena renalis.vena renalis terletak
ventral terhadap arteri renalis, dan vena renalis sinistra lebih panjang,
melintas ventral terhadap aorta. Masing-masing arteri lobaris berada pada
setiap piramis renalis . selanjutnya, arteri ini bercabang menjadi 2 atau 3
arteri interlobaris yang berjalan menuju korteks di antara piramid renalis.
Pada perbatasan korteks dan medula renalis, arteri interlobaris bercabang
menjadi arteri arkuata yang kemudian menyusuri lingungan piramis renal.
Arteri arkuata mempercabangkan arteri interlobularis yang kemudian
menjadi arteriol aferen (Silaban & Perangin-angin, 2020)
c. Fisiologi Ginjal
Masing-masing ginjal manusia terdiri dari sekitar 1.000.000 nefron
yang masing-masing dari nefron tersebut memiliki tugas untuk membentuk
urin. Setiap nefron memiliki 2 komponen utama yaitu glomerulus dan
tubulus. Glomerulus (kaliper glomerulus) dialalui sejumlah cairin yang
difitrasi dari darah sedangkan tubulus merupakan saluran panjang yang
mengubah cairan yang telah difiltrasi manjadi urin dan dialirkan menuju
keluar ginjal. Glomerulus tersusun dari jaringan kaliper glomerulus
bercabang dan branastomosis yang mempunyai tekanan hidrostatik tinggi
(kira-kira 60 mmHg), dibandingkan dengan jaringan kaliper lain, pembulu
darah padsa dengan ginjal dimulai dari arteri renalis sinistra yang
membawa darah dengan kandungan tinggi CO2 masuk ke ginjal melalui
hilum renalis. Secara khas, didekat hilum renalis masing-masing arteri
menjadi lima cabang arteri segmentalis yang melintas ke segmentra renalis.
Beberapa vena menyatukan darah dari ginjal dan bersatu membentuk pola
yang berbeda-beda,untuk membentuk vena renalis. Vena renalis terletak
ventral terhadap arteri renalis, dan vena renalis sinistra lebih panjang,
melintas ventral terhadap aorta. Masing- masing vena renalis bermuara ke
vena cava inferior. Arteri lobaris marupakan arteri yang berasal dari arteri

9
10

segmentalis dimana masing- masing arteri lobaris berada pada setiap


piramis renalis. Selanjutnya, arteri ini bercabang menjadi 2 atau 3 arteri
interlobaris yang berjalan menuju korteks di antara piramid renalis. Pada
berbatasan korteks dan medula renali, arteri interlobaris bercabang menjadi
arteri arkuata yang kemudian menyusuri lengkungan piramis renakis.
Arteri arkuata mempercabangkan arteri interlobularis yang kemudian
menjadi arteriol aferen(S et al., 2022).
3. Etiologi
Terhadap tiga kategori utama penyebab end stage renal disease
adalahsebagai berikut (Prasetya ’Adhi et al., 2019) :
a. Prarenal (Hipoperfusi Ginjal)
Kondisi prarenal adalah masalah aliran darah atau veskuler akibat
hipoperfusi ginjal dan turunnya laju filtrasi glomerulus. Kondisi klinis yang
umum adalah status penipisan volume (hemogeragi ataukehilangan cairan
melaui saluran gastrointestinal). Vasodilatasi (sepsis atau anafilaksis), dan
gangguan fungsi jantung (hipertensi, infark miokardium, gagal jantung
kongestif, atau syok kardiogenik) sertagangguan metabolik (diabetes
mellitus, goat hiperparatiroidisme).
b. Interrenal (kerusakan Aktual Jaringan Ginjal)
Penyebab intrarenal adalah akibat dari kerusakan struktur glomerulus
atau tubulus ginjal. Kondisi seperti rasa terbakar, cedera akibat
benturandan infeksi serta agen nefrotoksik dapat menyebabkan nekrosis
tubulusakut (ATN) dan berhentinya fungsi renal. Cedera akibat terbakar
dan benturan menyebabkan pembebasan hemoglobin dan mioglobin
(protein yang dilepaskan dari otot ketika terjadi cedera), sehingga terjadi
toksik renal, iskemia, atau keduanya. Reakasi transfusi yang parah juga
menyebabkan gagal intrarenal; hemoglobin dilepaskan melalui mekanisme
hemolisis melewati membran membran glomerulusdan terkonsentrasi di
tubulus ginjal menjadi faktor penecetus terbentuknya hemoglobin. Infeksi
yang terjadi pada daerah ginjal juga dapat menyebabkan penyakit ginjal

10
11

kronis seperti infeksi saluran kemih, glomerulonefritis dan pielonefritis.


Faktor penyebab lain adalah pemakaian obat-obatan antiinflamasi
nonsteroid (NSAID), terutama pada pasien lansia. Medika ini mengganggu
prostaglandin yang secaranormal melindungi aliran darah renal,
menyebabkan iskemia ginjal.
c. Pascarenal (Obstruksi Aliran urin)
Pascarenal biasanya akibat dari obstruksi dibagian distal ginjal.
Menyebabkan tekanan di tubulus ginjal meningkat sehingga
mengakibatkan peningkatan laju filtrasi glomerulus (LFG).
4. Manifestasi Klinis Penyakit Ginjal Kronis
Menifestasi klinis end stage renal disease sebagai berikut (Suwanti et
al.,2021).
a. Manisfestasi kardiovaskuler, mencakup hipertensi yang akibatkan oleh
retensi cairan dan natrium dari akivasi sistem rennin-anggiostensin-
aldosteron, gagal jantung kongestif, perikarditis yang diakibatkan iritasi
pada lapisan pericardium oleh toksik uremik, edema pulmonal, edema
periobital, edema pada ekstremitas dan pembesaran vena jugularis yang
diakibatkan oleh cairan berlebih.
b. Pulmoner yaitu yang ditandai dengan krekels, sputum kental dan liat,nafas
dangkal serta pernafasan kuumaul.
c. Gejala dermatologi yang sering mencakup gatal-gatal hebat (pruritis) yang
diakibatkan oleh penumpukan kristal ureum dibawah kulis, saat ini jarang
terjadi karena penanganan dini. Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit
kering bersisik, ekmosis, kulit kering dan bersisik, serta rambut menjadi
tipis dan rapuh.
d. Gejala gastrointestinal juga sering terjadi, mencakup anoreksia, mual,
muntah, dan cegukan, penurunan saliva, penurunan kemampuan
pengecapan dan penciuman, perdarahan pada saluran GI, konstispasi dan
diare.
e. Genjala neuroligi mencakup kelemahan dan keletihan, perbuhan tingakt

11
12

kesadaran, tidak mampu berkonsenterasi, kedutan otot, kejang .


f. Gejala musculoskeletal mencakup kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur
tulang dan foot drop.
g. Gejala reproduksi mencakup amenor dan atrofi festikuler.
5. Patofisiologi
Dalam proses perjalanan penyakit dari berbagai penyebab seperti
penyebab prenal, intra renal, dan post renal yang menyebabkan kerusakan
pada glomelurus sehingga menyebabkan penurunan FGR (Glomelurus
filtration rate) dan berakhir menjadi ESRD dimana ginjal mengalami
gangguan dalam fungsi eksresi dan sekresi. Akibat rusaknya glomelurus,
protein tidak dapat disaring sehingga sering lolos kedalam urin dan
mengakibatkan proteinuria. Hilangnya protein yang mengandung albumin dan
antibody yang dapat menyebabkan tubuh mudah terkena infeksi dan
mengakibatkan penurunan aliran darah(Nurhayati & Ritianingsih, 2022).

6. Faktor Resiko
Terdapat beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan ESRD, di
antaranya adalah (Hrp et al., 2018):
a. Usia
Usia yang lebih tua mempunyai resiko yang lebih besar dibanding usia
yang lebih muda. Penurunan LFG merupakan proses “normal aging”
dimana ginjal tidak dapat meregenerasi nefron yang baru, sehingga terjadi
kerusakan ginjaal atau proses penuaan terjadi penurunanjumlah nefron.

b. Jenis Kelamin
Laki-laki memiliki resiko lebih besar, hal ini dikarenakan pengaruh
perbedaan hormon reproduksi, gaya hidup konsumsi protein, garam, rokok,
dan konsumsi alkohol pada laki-laki dan perempuan.

c. Sosial Ekonomi
Individu dengan sosial ekonomi rendah memiliki resiko lebih besar.
Hal ini dikarenakan akses untuk mendapat pemeriksaan fungsi ginjal dan

12
13

pengobatan lebih kecil pada masyarakat dengan ekonomi sosial rendah.

d. Penyakit Pemicu
Diabetes melitus dan Hipertensi merupakan faktor resiko terjadinya
gangguan fungsi ginjal. Hasil analisis menunjukan bahwa individu dengan
DM beresiko 2,5 kali lebih besar hal ini dikarenakan kadar gula dalam
darah tinggi yang akan mempengeruhi struktur ginjal, merusak struktur
darah halus ginjal sedangkan individu dengan hipertensi beresiko 3,7 kali
lebih besar dikarenakan siklik, penyakit ginjal dapat menyebabkan tekanan
darah naik dan sebaliknya hipertensi dalam waktulama dapat menyebabkan
gangguan ginjal.

e. Obesitas
Obesitas mempunyai resiko 2,5 kali lebih besar dikarenakan aktivasi
sistem syaraf simpatis, aktivasi sistem rennin-angiostensin (RAS), sitokin
adiposity (misalnya: leptin) kompresi fisik ginjal akibat akumulasi lemak
intrarenal dan matriks ekstraseluler, perubahan hemodinamik-hiperfiltrasi
karena peningkatan tekanan intraglomuler, gangguan tekanan ginjal
natriuresis (tekanan tinggi dibutuhkan ekskresinatrium). Haltersebut dapat
menyebabkan kerusakan ginjal.

7. Komplikasi
a. Pada gagal ginjal progresif, terjadi beban volume, ketidakseimbangan,
elektrolit, asidosis metabolik, azotemia, dan uremia.
b. Pada ESRD terjadi azotemia dan uremia berat. Asidosis metabolik
memburuk, yang secara mencolok merangsang kecepatan pernafasan.
c. Hipertensi, anemia, osteodistrofi, hiperlakemia, enselopati uremik, dan
pruritus (gatal) adalah komplikasi yang sering terjadi.
d. Penurunan pembentukan eritropoietin yang dapat menyebabkan sindrom
anemia kardiorenal, dan penyakit ginjal yang akhirnya dapat
menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas.

13
14

e. Dapat terjadi gagal jantung koongestif


f. Tanpa pengobatan dapat terjadi koma hingga kematian (Saragih et al.,
2022).

8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboraturium

Pemeriksaan laboraturium antaralain, Hematologi : untuk melihat


konsetrasi hemoglobin dan hematokrit dimana biasanya penderita
mengalami komplikasi berupa anemia dimana terjadi penurunan
kadarhemoglobin dan hematokrit didalam darah yang doakibatkan
penurunan reproduksi eritropioetin, penurunan usia sel maupun akibat
dari perdarahan gastrointestinal. Kima darah : dilakukan untuk
memeriksa kadar nitrogrn dalam darah (blood urea
nitrogen/BUN),dankretinin serum, dimana dalam pemeriksaannya
mengala peningkatan didalam darah yang menandakan adanya penurunan
dari fungsi ginjal dalam mengeksresi kedua zat yang bersifat toksik
didalam tubuh. Kreatinin serum merupakan indikator kuat bagi ginjal,
dimana terjadi peningkatan tiga kali lipat kreatinin, maka menandakan
penurunan fungsi ginjal sebesar 75%. Serum kreatinin juga digunakan
dalam memperkirakan LFG. Analisa gas darah (AGD) : digunakan untuk
melihat adanya asidosis metabolik yang ditndai dengan penurunan pH
plasma (Rachmadi et al., 2022).

b. Pemeriksaan Urin
Pemeriksaan urin dilakukan urinalisis yaitu untuk melihat adanya sel
darah merah, protein, glukosa, dan leukosit didalam urin.
Pemeriksaanurin juga untuk melihat volume urin yang biasanya < 400
ml/jam atau oliguria atau urin tidak ada/anuria, perubahan warna urin bisa
disebabkan karena adanya pus, darah, bakteri, lemak, partikel koloid,
miglobin, berat jenis <1.015 menunjukan gagal ginjal, osmolalitas < 350

14
15

menunjukan kerusakan tubular (Rachmadi et al., 2022).


c. Pemeriksaan Radiologis

Ada beberapa pemeriksaan radiologi yang dilakukan antara lain :


sistokopi (melihat lesi pada kandung kemih dan batu), voiding
cystourethrogaphy (kateterisasi kandung kemih yang digunakan untuk
melihat ukuran dan bentuk kandung kemih), ultrasound ginjal
(mengidentifikasi adanya kelainan pada ginjal diantaranya kelainan
struktural, batu ginjal, tumor, dan massa yang lain), urografi intravena
(melihat aliran pada glomelurus atau tubulus, refluks vesikouter, dan
batu), KUB foto (menunjukan ukuran ginjal), arteriogram ginjal (
mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskuler, massa)
(Rachmadi et al.,2022).

9. Penatalaksanaan
Menurut Mansjoer (2015) penatalaksanaan atau pengobatan yangdilakukan
pada klien dengan ESRD, sebagai berikut :

a. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam pada


beberapa pasien, furosemid dosis besar (250 – 1000 mg/hari) atau di
uretik loop (bumetanid, asam etakrinat) diperlukan untuk mencegah
kelebihan cairan, sementara pasien lain mungkin memerlukan suplemen
natrium klorida atau natrium bikarbonat oral. Pengawasan dilakukan
melalui berat badan, urine dan pencatatan keseimbangan cairan.

Dikatakan seimbang apabila cairan yang masuk sama dengan cairan


yang keluar. Intake/cairan masuk dimulai dari cairan infus, minum,
kandungan cairan dalam makanan pasien, volume obat-obatan,termasuk
obat suntik, obat yang didrip, albumin dan lain-lain. Output/cairan keluar
yaitu urine dalam 24 jam, jika pasien dipasang kateter, maka dihitung
dalam ukuran di urinbag, jika tidak terpasang maka pasien harus
menampung urinenya sendiri, biasanya ditampung dibotol air mineral

15
16

dangan ukuran 1,5 liter, kemudian feses, adanya muntah, perdarahan,


cairan drainage, dan cairan NGT terbuka. IWL (insensible water loss)
ialah jumlah cairan keluarnya tidak disadari dansulit dihitung, yaitu jumlah
keringat dan uap hawa panas.

b. Kontrol Keseimbangan Elektolit


Untuk mencegah Hiperkalemia, hindari masukan kalium yang besar,
diuretik hemat kalium, obat-obtan yang berhubungan dengan eksresi
kalium (misalnya, obat anti-inflamasi nonsteroid).
B. Konsep Hemodialisis

1. Definisi
Hemodialisis merupakan suatu metode terapi dialisis yang digunakan
untuk mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh secara akut
ataupun secara progresif menggunakan sebuah mesin yang dilengkapi dengan
membran penyaring semipermeabel ( ginjal buatan ). Hemodialisis dapat
dilakukan pada saat toksin atau zat racun harus segera dikeluarkan untuk
mencegah kerusakan permanen atau menyebabkan kematian. Penatalaksanaan
hemodialisis umumnya dilakukan dengan frekuensi 2 kali perminggu 4-5 jam.
Frekuensi hemodialisis dapat diberikan 3 kali perminggu 4-5 jam. Idealnya 10-
15 jam/minggu. Tujuan hemodialisis adalah menggantikan fungsi ginjal dalam
fungsi eksresi, menggantikan fungsi ginjal dalam menggeluarkan cairan tubuh,
meningkatkan kualitas hidup pasien ESRD dan menggantikan fungsi ginjal
sambil menunggu program penggobatan (Prasetya ’Adhi et al., 2019).
2. Prinsip yang Mendasari Kerja Hemodialisis
Aliran darah pada hemodialisis yang penuh dengan toksin danlimbah
nitrogen dialihkan dari tubuh pasien ke dializer tempat darah tersebut
dibersihkan dan kemudian dikembalikan lagi ke tubuh pasien. Sebagian besar
dializer merupakan lempengan rata atau ginjal serat artifical berongga yang
berisis ribuan tubulus selofan yang halus dan bekerja sebagai membran
semipermeabel. Aliran darah akan melewati tubulus tersebut sementara cairan

16
17

dialisat bersirkulasi disekelilingnya. Pertukaran limbah dari darah ke dalam


cairan dialisat akan terjadi melalui membran semipermeabel tubuh (Ratnasari et
al., 2022).
Tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisis, yaitu difusi, osmosis,
ultrafiltasi. Toksin dan zat limbah didalam darah dikeluarkan melalui proses
difusi dengan cara bergerak dari darah yang memiliki konsentrasi ekstrasek
yang ideal. Kelebihan cairan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses
osmosis. Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan menciptakan gradien
tekanan, dimana air bergerak dari daerah dengan tekanan yang lebih tinggi
(tubuh pasien) ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialisat). Gradient ini dapat
ditingkatkan melalui penambahan tekanan negatif yang dikenal sebagai
ultrafiltrasi padamesin dialisis. Tekanan negative diterapkan pada alat ini
sebagai kekuatan penghisap pada membran dan memfasilitasi pengeluaran air
(Saragih et al., 2022).
3. Akses Sirkulasi Darah Pasien
Akses vaskuler merupakan komponen penting pada terapi hemodialisis
karena melalui akses vaskuler darah dari tubuh pasien dapatdialirkan menuju
dialiser. Terdapat kategori tempat akses vaskuler yaitu perkutaneus ( jugularis,
subklavikula dan femoralis ) dan arteriovenous AV ( fistula dan graft). Akses
perkutaneus merupakan pembuatan akses sementa karena kebutuhan
hemodialisis yang darurat dans egera. Akses perkutaneus dicapai melalui
kateterisasi pada jugularis, subklavikula danfemoralis kateter yang digunakan
adalah kateter double lumen atau mono lumen. Akses vaskuler
melaluisubklavikula menggunakan kateter doubleatau multi lumen dimasukan
kedalam vena subklavikula. Metode akses vaskuler ini memiliki resiko yaitu
dapat menyebabkan cedera vaskuler sehingga hanya digunakan beberapa
minggu saja. Melalui akses femoralis untuk pemakaian segera dan sementara,
apabila sudah tidak diperlukan maka kateter tersebut dapat dikeluarkan atau
dilepas (Rachmadi et al., 2022).

17
18

Akses AV fistula dan graft merupakan akses permanen yang dibuat melalui
pembedahan pada lengan kiri bagian bawah. AV fistula pembedahan dilakukan
untuk membuat anastomosis antara pembuluh darah arteri dan vena. Proses
pematangan anastomosis tersebut membutuhkan waktu antara empat sampai
enam minggu karena dalam waktu tersebut segmen fistula dapat berdilatasi
dengan baik sehingga siap menerima jarum dengan lumen berukuran 14-16.
Agar terjadi peningkatan proses dilatasi segmen fistula, penederita dianjurkan
untuk melakukan latihan meremas-remas bola karet pada lengan yang terpasang
fistula. AV graft menggunakan material sintetik seperti polyetrafluoroethylene
(PYFE). Biasanya AV graft dilakukan jika pembuluh darah perifer penderita
tidak cocok menggunakan fistula.Akses vaskuler dapat menggalirkan darah
dengan kecepatan antara 200- 400 ml/menit (Rachmadi et al., 2022).

4. Proses Hemodialisis
Proses hemodialisis dimulai dari pemasangan kanula sesuai akses vaskuler
yang telah dibuat sebelumnya. Pemasangan kanula inlet dimasukan kedalam
pembuluh darah arteri sedangkan kanula outlet dipasang dipembuluh darah
vena. Pemasangan kanula inlet dan outlet berjarak kurang lebih 10 cm dengan
tujuan untuk mencegah terjadinya percampuran darah. Ukuran kanula yang
digunakan berkisar antara 14- 16, namun kanula yang biasa digunakan adalah
ukuran 15 karena kemampuannya mengalirkan darah sebanyak 350 ml/menit
atau lebih. Darah ditarik dari akses vaskuler pasien oleh pompa darah melalui
aliranarteri dengan tekanan negatif. Selanjutnya kecepatan pompa darah
diaturyaitu antara 200-400 ml/menit dengan tujuan agar darah mengalir menuju
dialisis. Sebelum darah sampai ke dialiser, heprin diinjeksikan kedalam darah
untuk mencegah terjadinya bekuan pada darah yang masuk ke dialiser
(Racmadi et al., 2022).

5. Komplikasi Hemodialisis
Smeltzer Beberapa komplikasi yang dapat terjadi padahemodialisisyaitu:

18
19

a. Hipotensi, dapat terjadi selama terapi dialisis ketika cairan dikeluarkan.


b. Emboli udara, merupakan komplikasi yang jarang tetapi dapat terjadiika
udara memasuki sistem vaskuler pasien.
c. Nyeri dada, dapat terjadi karena pCo2 menurun bersamaan dengan
terjadinya sirkualasi darah di luar tubuh
d. Pruritus, dapat terjadi selama terapi dialisis ketika produk akhir
metabolisme meninggalkan kulit
e. Gangguan keseimbangan dialisis, terjadi karena perpindahan cairan serebral
dan muncul sebagai serengan kejang.
f. Kram otot yang nyeri, terjadi ketika cairan dan elektrolit meninggalkan
rungan ekstras.

6. Perubahan yang terjadi pada pasien hemodialisis

Orang dengan penyakit kronis menghadapi perubahan permanen dalam


Orang dengan penyakit kronis menghadapi perubahan permanen dalam gaya
hidupnya, ancaman, martabat dan harga diri, gangguan transisi hidup normal
dan penurunan sumber-sumber. Hal ini diperkuat dengan hasil survey, pasien
dengan gagal kronik yang menjalanin terapi hemodialisis lebih dari 4 tahun
maka ia telah mulai dapat menyesuaikan dari dengan penyakitnya, YDGI (2021)
menjelaskan perubahan yang terjadi pada pasienhemodialisis antara lain :
a. Problem kulit seperti gatal-gatal (pruritus), kulit kering (xerosis), kulit belang
(skin discoloration).
b. Rasa mual dan lelah.
c. Masalah tidur gangguan tidur diaalami sekitar 50-80% pasien yang menjalaini
terapi hemodialisis.
Terjadinya perubahan dan gangguan pada fungsi tubuh pasien hemodialisis,
menyebabkan pasien harus melakukan penyesuian diri sesara terus menurus
selama sisa hidupnya. Penyesuaian ini mencakup keterbatasan dalam
memanfaatkan kemampuan fisik dan pola hidup, ketergantuangan secara fisik

19
20

dan ekonomi pada orang lain serta ketergantungan pada mesin dialisa selama
sisa hidup.

C. Faktor – Faktor Kecemasan

1. Definisi Cemas
Menurut Yuke Wahyu Widosari istilah kecemasan dalam Bahasa Inggris
yaitu anxiety yang berasal dari Bahasa Latin angustus yang memiliki arti kaku,
dan ango, anci yang berarti mencekik . Menurut kamusKedokteran Dorland,
kata kecemasan atau disebut dengan anxiety adalah keadaan emosional yang
tidak menyenangkan, berupa respon-respon psikofisiologis yang timbul
sebagai antisipasi bahaya yang tidak nyata atau khayalan, tampaknya
disebabkan oleh konflik intrapsikis yang tidak disadari secara langsung
(Marwanti et al., 2022).

Kecemasan mirip dengan rasa takut tapi dengan fokus kurang spesifik,
sedangkan ketakutan biasanya respon terhadap beberapa ancaman langsung,
sedangkan kecemasan ditandai oleh kekhawatiran tentang bahaya tidak terduga
yang terletak di masa depan. Kecemasan merupakan keadaan emosional
negatif yang ditandai dengan adanya firasat dan somatik ketegangan, seperti
hati berdetak kencang, berkeringat, kesulitan bernapas Seseorang akan
menderita gangguan cemas manakala yang bersangkutan tidak mampu
mengatasi stresor psikososial yang dihadapinya (Dadang, 2018). Sutejo
mengemukakan, ansietas atau kecemasan adalah suatu perasaan takut akan
terjadinya sesuatu yang disebabkan oleh antisipasi bahaya dan merupakan
sinyal yang membantu individu untuk bersiap mengambil tindakan
menghadapi ancaman. Pengaruh tuntutan, persaingan, serta bencana yang
terjadi dalam kehidupan dapat membawa dampak terhadap kesehatan fisik dan
psikologi salah satu dampak psikologis yaitu kecemasan (Marwanti et al.,
2022).

20
21

2. Tanda dan Gejala Kecemasan

Tanda dan gejala umum penderita yang mengalami kecemasan


ditunjukkan dengan nyeri kepala, berkeringat, hipertensi, gelisah, tremor,
gangguan lambung, diare, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung,
merasa tegang, tidak tenang, gangguan pola tidur dan gangguan konsentrasi.
Seseorang yang cemas mungkin juga merasa gelisah seperti yang dinyatakan
oleh ketidakmampuan untuk duduk atau berdiri lama.Kumpula gejala tertentu
yang ditemukan selama kecemasan cenderung bervariasi dari orang ke orang
(Marwanti et al., 2022).

3. Tingkat Kecemasan
Klasifikasi tingkat kecemasan adalah sebagai berikut :

1. Kecemasan ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan tekanan kehidupan sehari-
hari, pada tahap ini seseorang menjadi waspada dan lapangan persepsi
meningkat. Penglihatan,pendengaran dan pemahaman melebihi
sebelumnya. Tipe kecemasan ini dapat memotivasi seseorang untuk
belajar dan tumbuh kreatif, namun akan membawa dampak pada diri
individu yaitu pada kecemasan ini waspada akan terjadi, mampu
menghadapi situasi yang bermasalah, ingin tahu, mengulang pertanyaan
dan kurang tidur.
2. Kecemasan sedang
Fokus perhatian hanya pada yang dekat, meliputi lapangan persepsi
menyempit, lebih sempit dari penglihatan , pendengaran dan pemahaman
orang lain. Dia mengalami hambatan dalam memperhatikan hal-hal
tertentu, tetapi dapat melakukan atau memperhatikan hal-hal itu bila
disuruh, cukup kesulitan berkonsentrasi, kesulitan dalam beradaptasi dan
menganalisis, perubahan suara atau nada, pernapasan dan denyut nadu
meningkat serta tremor.

21
22

3. Kecemasan berat
Lapangan pandang atau persepsi individu menurun, hanya
memfokuskan pada hal-hal yang khusus dan tidak mampu berpikir lebih
berat lagi, dan membutuhkan pengaturan atau suruhan untuk
memfokuskan pada hal-hal lain, tidak dapat lebih memperhatikan
meskipun diberi instruksi, pembelajaran sangat terganggu; kebingungan,
tidak mampu berkonsentrasi, penurunan fungsi; kesulitan untuk
memahami situasi yang dihadapi saat ini, kesulitan untuk memahami
dalam berkomunikasi; serta takikardi, sakit kepala, mual dan pusing.
(Santoso, 2018).
4. Panik Berhubungan dengan ketakutan
Pada tahap ini hal-hal kecil terabaikan dan tidak lagi dapat diatur
atau disuruh. Terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya
kemampuan berhubungan dengan orang lain, penyimpangan persepsi,
tidak mampu mengintegrasikan pengalaman: tidak focus pada saat ini,
tidak mampu melihat dan memahami situasi, kehilangan cara untuk
mengungkapkan apa yang dipikirkan (Santoso, 2018).

4. Macam – Macam Kecemasan


Menurut Freud (dalam Feist dan Feist, 2010) terdapat tiga jenis
kecemasan, yaitu kecemasan neurosis, kecemasan moral dan kecemasan
realistis. Ketiga kecemasan tersebut saling berkaitan antara satu dan yang
lainnya dan tidak terdapat batas yang jelas antara ketiga jenis kecemasan
tersebut :

1) Kecemasan neurosis (neurotic anxiety) adalah rasa cemas terhadap


bahaya yang tidak diketahui. Perasaan cemas tersebut berada pada ego,
tetapi muncul dikarenakan adanya dorongan id.

2) Kecemasan mora (moral anxiety) bermula dari konflik antar ego dengan
superego. Bermula dari konflik tersebut maka kecemasan moral sering
dikatakan sebagai kecemasan suara hati. Pada anak yang sedang

22
23

membentuk superego maka kecemasan akan muncul secara berkembang.

3) Kecemasan realistis (realistic anxiety) didefinisikansebagaiperasaan tidak


menyenangkan yang tidak spesifik mencangkup kemungkinan bahaya
akan terjadi. Kecemasan realistis merupakan kecemasan yang berkaitan
dengan rasa takut, namun berbeda dengan rasa takut itu sendiri.
Kecemasan realistik berbeda dengan rasa takut karena tidak mencangkup
objek secara khusus ditakuti melainkan sesuatu yang tidak bisa dikontrol.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan


terbagi dalam 3 bentuk kecemasan diantaranya, kecemasan neurosis,
kecemasan moral dan kecemasan realistis. Kecemasan neurosis berasal
dari diri sendiri. Kecemasan moral merupakan rasa cemas yang muncul
karena adanya pertentangan diri. Betuk kecemasan terakhir adalah
kecemasan realistis merupakan kecemasan yang berasal dari luar dirinya,
baik itu berupa bahaya yang sudahterlihat maupun bahaya dimasa
depan.

5. Hubungan Kecemasan dengan Tindakan Hemodialisa


Dengan jenis dialisis dan keadaan Hemodialisa adalah suatu mesin
buatan terdiri dari mebran semipermiabel dengan darah disisi lain dan cairan
dialisis di sisi lain, hemodialisis biasanya dilakukan 3 kali seminggu, dan lama
suatu pengobatan berkisar 3-5 jam tergantung penderita. Bagi pasien gagal
ginjal kronis, hemodialisa akan mencegah kematian, namun hemodialisa tidak
menyembuhkan penyakit ginjal. Oleh karena itu pasien gagal ginjal sangat
bergantung pada hemodialisa.Ketergantungan pada hemodialisa membuat
keadaan menjadi cemas. Cemas merupakan suatu sikap alamiah yang dialami
oleh setiap manusia sebagai bentuk respon dalam menghadapi ancaman,
kecemasan yang tidak teratasi dapat menyebabkan individu mengalami
depresi.

Menurut Doenges (dalam Rikayoni, 2017 : 129), berpendapat bahwa


setiap pasien yang menjalani terapi hemodialisa biasanya akan merasa cemas

23
24

yang disebabkan oleh krisis situasional, ancaman kematian, dan tidak


mengetahui hasil dari terapi yang dilakukan tersebut, pasien dihadapkan pada
ketidakpastian berapa lama hemodialisa diperlukan dan harus dapat menerima
kenyataan bahwaterapi hemodialisa akan diperlukan sepanjang hidupnya serta
memerlukan biaya yang besar.

Menurut Fatayati (dalam Wakhid, Abdul dan Suwanti, 2019)


berpendapat bahwa perubahan psikologis yang dirasakan dapat dilihat dari
kondisi fisik dan perubahan perilaku diantaranya: pasien selalu merasa
bingung, merasa tidak aman, ketergantungan dan menjadi individu yang pasif.
Dua pertiga dari pasien yang menjalani terapi dialisis tidak pernah kembali
pada aktifitas atau pekerjaan seperti sebelum dia menjalani hemodialisis.
Pasien sering mengalami masalah seperti: kehilangan pekerjaan, penghasilan,
kebebasan, usia harapan hidup yang menurun dan fungsiseksual sehingga dapat
menimbulkan kemarahan dan akan mengarah pada suatu kondisi kecemasan
sebagai akibat dari penyakit sistemik yang mendahuluinya. Kecemasan yang
dialami pasien yang menjalani hemodialisa secara rutin akan menyebabkan
penurunan kualitas hidup.

Menurut Ventegodt (dalamDamanik, Wiwik Sulistyaningsih dan


Cholina Trisa Siregar, 2019 : 3), berpendapat bahwa kecemasan merupakan
salah satu dampak psikologi yang dihadapi oleh pasien penyakit ginjal kronis
yang menjalani hemodialisa. Kondisi cemas pasien harus dikontrol agar dapat
mempertahankan kualitas hidup yang baik pada pasien penyakit ginjal kronis
yang menjalani hemodialisa (Santoso, 2018).

6. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan pada


penelitian ini adalah instrumen ZSAR-S (Zung Self Anxiety Rating-Scale).
Zung Self Anxiety Rating -Scale adalah instrumen untuk menilai kecemasan

24
25

dalam Diognostic and Statistical Maual of Mental Disorders (DSM-II).Zung


Self Anxiety Rating-Scale memiliki 20 pertayaan yang terdiri dari 15 pertayaan
Unfavourable dan 5 Favourable :

Pertanyaan Favourable Unfavourable


Tingkat kecemasan 5,9,13, 1,2,3,4,6,7,8,10,11,
17,19 12,14,15,16,18
Jumlah total 5 15

Setiap pertanyaan Favorable dan unfarvorable memiliki penskoran yang


berbeda. Berdasarkan skala Linkert pertanyaan Favourable memiliki skor 1-4
dimana skor 4 mengambarkan hal negatif dengan penilaian selalu (1), sering
(2), kadang kadang (3), tidak perna (4). Sedangkan untuk pertanyaan
unfavorabel, sangat jarang (1), kadang kadang (2), sering (3), selalu (4).
Selanjutnya skor yang di capai dari semua item pertanyaan di jumlahkan, skor
yang di dapatkan dikategorikan menjadi 4 kriteria tingkat kecemasan
(Nursalam, 2020) yaitu:

1. Normal/tidak cemas : Skor 20-44


2. Kecemasan ringan : Skor 45-59
3. Kecemasan sedang : Skor 60-74
4. Kecemasan berat : Skor 75-80

7. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kecemasan


Menurut Peneltian yang dilakukan oleh faktor penyebab kecemasanpasien
End stage renal disease yang menjalani Hemodialisa yaitu :

1. Usia
Pada usia yang semakin tua maka seseorang semakin banyak
pengalamannya sehingga pengetahuan semakin bertambah, karena
pengetahuan banyak maka seseorang akan lebih siap dalam
menghadapisesuatu, maka dari itu seseorang yang menjalani terapi
Hemodialisis dengan umur lebih muda akan mengalami gangguan

25
26

kecemasan yang lebih tinggi dibanding yang lebih tua. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian Lutfa (2008) menunjukkan untuk hubungan usia
pasien dengan kecemasan diperoleh koefisien r =- 0.592 dengan nilai
p=0.02, arah korelasi negatif sehingga berarti semakin bertambahnya usia
pasienmaka ada kecenderungan kecemasan pasien semakin
menurun.Gangguan kecemasan dimulai pada awal masa dewasa, antara
usia 15 dan 25 tahun, tetapi angka terus meningkat setelah usia 35 tahun. (S
et al., 2022).

2. Jenis Kelamin
Faktor jenis kelamin, diperkirakan jumlah yang menderita kecemasan
baik akut dan kronik mencapai 5% dari jumlah penduduk, dengan
perbandingan antara wanita dan pria 2 banding 1 (Hawari, 2013).
Penelitian Yeh et al (2008), menunjukkan wanita lebih beresiko tinggi
mengalami stres terhadap respon gangguan psikis, akan tetapi (Set al.,
2022)mekanisme koping laki-laki lebih tinggi dalam mengatasi masalah.
Penelitian yang dilakukan Ratnawati (2011) menemukan, jenis
kelamin/gender sangat berhubungan terhadap respon penyakit, kecemasan,
serta penggunaan koping dalam menghadapi masalah kesehatan khususnya
pada pasien yang menjalani terapi hemodialisis. Menurut Brinzendine,
kecemasan pada perempuan empat kali lebih sering terjadi pada perempuan
karena faktor pencetus yang sangat responsif pada perempuan membuat
lebih cemas dibandingkan laki-laki. Keadaan ini memungkinkan otak
perempuan untuk terpusat pada bahaya yang dihadapi dan bereaksi dengan
cepat. Pengukuran untuk jenis kelamin ini berdasarkan Laki- Laki &
Perempuan (Rachmadi et al.,2022)

3. Tingkat Pendidikan

Pasien yang memiliki pendidikan lebih tinggi akan mempunyai


pengetahuan lebih luas yang memungkinkan pasien dapat mengontrol
dirinya dalam mengatasi masalah yang dihadapi, mempunyai rasa

26
27

percaya diri yang tinggi, berpengalaman, dan mempunyai perkiraan yang


tepat bagaimana mengatasi kejadian, mudah mengerti tentang apayang
dianjurkan oleh petugas kesehatan, serta dapat mengurangi kecemasan
sehingga dapat membantu individu tersebut dalam membuatkeputusan.
Pengalaman pasien menjalani pengobatan konsep diri, peran dan faktor
ekstrinsik (kondisi medis, akses informasi, proses adaptasi, sosial ekonomi
dan komunikasi teraupetik) Penelitian Takaki di Jepang pada pasien yang
menjalani HD lebih dari setahun menunjukkan bahwapasien yang
mengalami gatal karena HD akan lebih depresi dan cemas dibandingkan
pasien HD tanpa reaksi gatal. Penemuan baru ini dapat menyebabkan
perkembangan yang spesifik dan intervensi terfokus untuk depresi atau
kecemasan pada pasien perawatan HD. Penelitian ini juga menunjukkan
kecemasan berkorelasi positif dengan mekanisme koping (Nurhayati &
Ritianingsih, 2022).

4. Lama Menjalani Terapi


Dari segi lama menjalani terapi, kecemasan banyak dialami oleh
pasien yang baru menjalani hemodialisis, hal ini sejalan dengan penelitian
Bay et al (1998), pada 128 pasien yang menjalani hemodialisis kurang dari
satu tahun yang disurvei, ditemukan 40 pasien mengalami cemas berat
selama menjalani hemodialisis. Penelitian Chandra (2009), menyatakan
pasien yang menjalani hemodialisis di unithemodialisa RSPAD Gatot
Subroto, pasien yang baru menjalani hemodialisis merasa cemas akan
penusukan jarum dialisa, melihat darahyang ada di selang kateter dialisa,
suara alarm unit dialisa yang berbunyi, cemas sampai kapan penyakitnya
dapat diatasi(Nurhayati & Ritianingsih, 2022)

5. Kesejahteraan Spiritual (Spiritual well being)

Kesejahteraan spiritual adalah konsep mengenai keadaan bawaan, ada


unsur motivasi atau dorongan untuk menemukan tujuan hidupnya, sifatnya
dinamis dan subyektif serta memusat pada sesuatu yang khas kemudian

27
28

diyakini sebagai kebenaran .Kesejahteraan spiritual adalah proses seumur


hidup dimana pendidikannya dimulai pada saat anak- anak. Oleh sebab itu,
setiap upaya yang wajar harus dibuat untuk mendorong pertumbuhan
tersebut selama dalam tahap perkembangan awal kehidupan Dari penjelasan
tersebut, bisa disimpulkan bahwa kesejahteraan spiritual ialah suatu
kondisi dimana seseorang terpenuhi kebutuhan segara rohani dan
kejiwaannya dimana mereka dekat dengantuhannyanya, sehingga bisa
melakukan segala sesuatu / dalamberkata dan berbuat serta menyelesaikan
permasalahan selalu dilakukan dan dimaknai positif.

Faktor – faktor yang mempengaruhi kesejahteraan spiritual. Adapun


aktor – faktor yang dapat mempengaruhi kesejahteraan spiritual antara lain:

1. Keluarga. Keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam


memenuhi kebutuhan spiritual, karena keluarga memiliki ikatan
emosional yang kuat dan selalu berinteraksi dalam kehidupan sehari-
hari.
2. Kegiatan kegamaan. Adanya kegiatan keagamaan dapat selalu
mengingatkan keberadaan dirinya dengan Tuhan dan selalu
mendekatkan diri kepada penciptanya.
3. Perkembangan. Usia perkembangan dapat menentukan proses
pemenuhan kebutuhan spiritual, karena setiap tahap perkembangan
memiliki cara meyakini kepercayaan terhadapTuhan.
4. Agama yang dianut. Keyakinan pada agama tertentu dimiliki oleh
seseorang dapat menentukan arti pentingnya kebutuhan spiritual.
5. Ras / suku. Ras / suku memiliki keyakinan / kepercayaan yang
berbeda, sehingga proses pemenuhan kebutuhan spiritual pun berbeda
sesuai dengan keyakinan yang dimiliki.
Ada beberapa orang yang membutuhkan bantuan spiritual Orang-
orang yang membutuhkan bantuan spiritual yaitu :

1) Pasien ketakutan dan cemas.

28
29

Adanya ketakutan atau kecemasan dapat menimbulkan


perasaan kacau, yang dapat membuat pasien membutuhkan
ketenangan pada dirinya dan ketenangan yang paling besar adalah
bersama Tuhan.

2) Pasien kesepian.
Pasien dalam keadaan sepi dan tidak ada yang menemani akan
membutuhkan bantuan spiritual karena mereka merasakan tidak ada
kekuatan selain kekuatan Tuhan, tidak ada yang menyertainya
selainTuhan.

3) Pasien yang harus mengubah gaya hidup.

Perubahan gaya hidup dapat membuat seseorang lebih


membutuhkan keberadaan Tuhan (kebutuhan spiritual). Pola gaya
hidup yang dapat membuat kekacauan keyakinan bilakearah yang
lebih buruk lagi, maka pasien akan lebih membutuhkan dukungan
spiritual

4) Pasien menghadapi pembedahan.


Menghadapi pembedahan adalah sesuatu yang sangat
mengkhawatirkan karena akan timbul perasaan antara hidup dan
mati. Pada saat itulah keberadaan pencipta dalam hal ini adalah
Tuhan sangat penting sehingga pasien selalu membutuhkan
bantuanspiritual (Sumah, 2020).

D. Konsep Keluarga
a. Konsep Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatutempat dalam
dibawah atap dalam keadaan saling ketergantungan. Keluarga adalah dua
orang atau leibh yang disatukan oleh ikatan-katan kebersamaan dan ikatan
emosional dan mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga

29
30

Sedangkan menurut Depkes RI tahun 2000, keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang
terkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan
saling ketergantungan .

b. Fungsi Keluarga
Menurut friedman (2013) dalam (Nadirawati,2018) fungsi keluarga dibagi
menjadi fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi ekonomi, fungsi kesehatan
dan fungsi reproduksi.

a. Fungsi afektif adalah gambaran diri anggota keluarga, perasaan dimiliki


dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lain, saling
menghargai dan kehangatan di dalam keluarga.

b. Fungsi sosialisasi adalah interaksi atau hubungan dalam keluarga,


bagaimana keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku
berhubungan dengan interaksi.

c. Fungsi ekonomi adalah keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan,


papan dan keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarga dan
kepentingan di masyarakat.

d. Fungsi kesehatan atalah kemampuan keluarga untuk bertanggung jawab


merawat anggota keluarga dengan penuh kasih sayang serta kemauan
keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan yang sedang dihadapi.

e. Fungsi reproduksi adalah dimana keluarga akan melanjutkan garis


keturunannya dengan melahirkan anak.

c. Tujuan Dasar Keluarga


Menurut Andarmoyo (2012), tujuan dasar pembentukan keluarga
adalah:

a. Keluarga merupakan unit dasar yang memiliki pengaruh kuat terhadap


perkembangan individu
b. Keluarga sebagai perantara bagi kebutuhan dan harapan anggota keluarga

30
31

dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat


c. Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota
keluarga dengan menstabilkan kebutuhan kasih sayang, sosio-ekonomi
dan kebutuhan seksual Keluarga memiliki pengaruh yang penting terhadap
pembentukan identitas seorang individu dan perasaan harga diri.
Alasan mendasar mengapa keluarga menjadi fokus sentral dalam
perawatan adalah:

1. Dalam sebuah unit keluarga, disfungsi apa saja (penyakit, cidera,


perpisahan) yang memengaruhi satu atau lebih keluarga, dan dalam hal
tertentu, sering akan memengaruhi anggota keluarga yang lain, dan
unit ini secara keseluruhan

2. Ada hubungan yang kuat dan signifikan antara keluarga dan status
kesehatan para anggotanya

3. Melalui perawatan kesehatan keluarga yang berfokus pada


peningkatan, perawatan diri (self care), pendidikan kesehatan, dan
konseling keluarga, serta upaya-upaya yang berarti dapat mengurangi
resiko yang diciptakan oleh pola hidup keluarga dan bahaya dari
lingkungan

4. Adanya masalah-masalah kesehatan pada salah satu anggota keluarga


dapat menyebabkan ditemukannya faktor-faktor risiko pada anggota
keluarga yang lain

5. Tingkat pemahaman dan berfungsinya seorang individu tidak lepas


dari andil sebuah keluarga

6. Keluarga merupakan sistem pendukung yang sangat vital bagi


kebutuhan individu.

d. Jenis dukungan keluarga

1. Dukungan Emosional
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk bersistirahat dan

31
32

juga menenangkan pikiran. Setiap orang pasti membutuhkan bantuan dari


keluarga. Individu yang menghadapi persoalan atau masalah akan merasa
terbantu kalau ada keluarga yang mau mendengarkan dan memperhatikan
masalah yang sedang dihadapi.

2. Dukungan instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan dalam hal
pengawasan, kebutuhan individu. Keluarga mencarikan solusi yang dapat
membantu individu dalam melakukan kegiatan.

3. Dukungan penghargaan
Keluarga bertindak sebagai penengah dalam pemecahan masalah dan
juga sebagai fasilitator dalam pemecahan masalah yang sedang dihadapi.
Dukungan dan perhatian dari keluarga merupakan bentuk penghargaan
positif yang diberikan kepada individu.

4. Dukungan informasional
Keluarga berfungsi sebagai penyebar dan pemberi informasi. Disini
diharapkan bantuan informasi yang disediakan keluarga dapat digunakan
oleh individu dalam mengatasi persoalanpersoalan yang sedang dihadapi.

e. Intstrumen dukungan keluarga


Menurut Nursalam (2017), untuk mengetahui besarnya dukungan
keluarga dapat diukur dengan menggunakan kuisioner dukungan keluarga
yang terdiri dari 15 buah pernyataan yang mencakup empat jenis dukungan
keluarga yaitu dukungan informasional, dukungan emosional, dukungan
penilaian dan dukungan instrumental. Dari 15 buah pernyataan, pernyataan no
1-4 mengenai dukungan emosional, pernyataan no 5-7 mengenai dukungan
instrumental, pernyataan no 8-11 mengenai dukungan informasi, dan no 12-15
mengenai dukungan penghargaan. Masing-masing dari pertanyaan tersebut
terdapat 4 alternatif jawaban yaitu “selalu”, “sering”, “kadang-kadang”, dan
“tidak pernah”. Jika menjawab “selalu” akan mendapat skor 3, menjawab
“sering” mendapat skor 2, menjawab “kadang-kadang” mendapat skor 1, dan

32
33

menjawab “tidak pernah” mendapat skor 0. Total skor pada kuisioner ini adalah
0-45. Jawaban dari responden dilakukan dengan scoring.

f. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan

Pengaruh dukungan sosial terhadap kesehatan dapat diterangkan melalui


hipotesis penyangga (Buffer hypotesis) dan hipotesis efek langsung (Direct
Effect Hypotesis). Menurut hipotesis pengganggu dukungan sosial
mempengaruhi kesehatan dengan melindungi individu terhadap efek negatif
dari stres yang berat. Orang dengan dukungan sosial yang tinggi akan kurang
menilai situasi penuh stres, sedangkan dengan dukungan sosial yang rendah
akan mengubah respon mereka terhadap sumber stres. Hipotesis efek tidak
langsung berpendapat bahwa dukungan sosial itu bermanfaat bagi kesehatan
dankesejahteraan, tidak peduli banyaknya stres yang dialami. Contohnya:
orang yang dengan dukungan sosial tinggi dapat memiliki penghargaanlebih
tinggi. Dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Liandi (2011)bahwa
dukungan keluarga sedang sebanyak 53,33% menyebabkan kecemasan
sedang, kecemasan rendah sebanyak 10% dan kecemasan sedang 6,67%
didapat pada anak yang memperoleh dukungan tinggi (baik) dari keluarga
mereka.

33
34

E. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan suatu model yang menerangkan bagaimana


hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam
suatu masalah tertentu.Kerangka teori disusun berdasarkan tinjauan pustaka
(Notoatmodjo, 2014).

Pasien End StageRenal Disease

Menjalani
Hemodialisis

Faktor yang Mengalami Kecemasan Kecemasan terbagi 4 :


mempengaruhi 1. Kecemasan Ringan
kecemasan pasien HD : 2. Kecemasan Sedang
1. Usia 3. Kecemasan Berat
2. Jenis Kelamin 4. Kecemasan Panik
3. Tingkat pendidikan Dukungan Keluarga :
1. Dukungan Emosional
4. Lama menjalani HD 2. Dukungan Penilaian
5. Kesejahteraan 3. Dukungan instrumental
spiritual 4. Dukungan informasional
6. Dukungan Keluarga

Bagan 2.1 Kerangka Teori


(Diadopsi : Lewis et al (2010) dan Friedman (2012))

34
35

F. Hipotesa Penelitian

Adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian.


Menurut La Biondo-Wood dan Haber (2002) hipotesis adalah suatu pernyataan
asumsi tentang hubungan antara dua atau lebih variabel yang diharapkan bisa
menjawab suatu pertanyaan dalam penelitian. Setiaphipotesis terdiri atas suatu unit
atau bagian dari permasalahan. Hipotesis disusun sebelum penelitian dilaksanakan
karena hipotesis akan bisa memberikan petunjuk pada tahap pengumpulan,
analisis, dan interpretasidata (Nursalam, 2020). Hipotesa dalam penelitian ini
adalah : (Ha) yaitu Ada hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan pada
pasien End Stage Renal Disease yang menjalani Hemodialisis.

35
36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik


dengan pendekatan cross sectional. Pendekatan cross sectional adalah suatu
penelitian noneksperimental dalam rangka mempelajari dinamika antara faktor-
faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi, atau pengumpulan
data sekaligus pada suatu saat yang bersamaan (point time) (Notoatmodjo, 2018).

B. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep merupakan bagan hubungan antara variabel yang akan


diteliti dan memberikan arahan penelitian dalam menentukan hipotesis. Hipotesis
merupakan pedoman peneliti dalam mencari hubungan antaravariabel
independen dan variabel dependen. (Sugiyono,2020).

Variabel Independen Variabel Dependen

Tingkat Kecemasan
Dukungan Keluarga Pasien End stage renal
disease

Keterangan :
: Diteliti
: Arah pengaruh dukungan keluarga

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

36
37

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang


mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,2014). Populasi
dalam penelitian ini adalah pasien end stage renal disease yang menjalani
hemodialisis di RSUD Abdul Wahab Sjahrani Samarinda sebanyak 220
pasien.

2. Sampel

Adalah bagian Sampel penelitian adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono,2014). Sampel penelitian ini adalah
pasien ESRD yang menjalani HD selama 1 minggu sebanyak 220 pasien,
Perhitungan besar sampel penelitian ini dapat dicari dengan menggunakan
rumus besar sampel dari Lameshow et al dalam Riana 2022 :

n= (Z1-α2).p.q.N
d 2 (N-1)+ (Z1-α2).p.q
Keterangan :
n : Jumlah sampel
p : Perkiraan proporsi (0.5)
q : 1 – p = 1-50 = 50 (0.5)
d : Presisi absolut (10%)
(Z1-α2): tingkat kepercayaan 95% (1.96)
N : Besar populasi
n= (1,96) 0,5 . 0,5 . 220
(0.1) 2 . (220-1) + (1.96) 0,5 . 0,5

37
38

107.8
n=
2.19 + 0, 49
n= 107.8

2.68

n= 40.2 dibulatkan menjadi 40

Adapun kriteria inklusi danekslusi dalam penelitian ini sebagai berikut :

Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Pasien Usia 18-50 tahun

2. Diagnosa medis End Stage Renal Disease

3. Menjalani Hemodialisis kurang dari satu tahun

4. Mampu berkomunikasi dengan baik

5. Bersedia menjadi responden

Kriteria Ekslusi dalam penelitian ini adalah :

1. Pasien yang mengudurkan diri pada saat penelitian

2. Pasien yang mengalami dimensia atau kesehatan mental lainnyayang


mempengaruhi kemampuan menjawab pertanyaan.

3. Pasien tiba-tiba mengalami keluhan kegawatdaruratan yang menyebabkan


tidak bisa melanjutkan pengisian kuesioner.

D. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah


teknik Non Probablility Sampling, suatu teknik pengambilan sampel yang tidak

38
39

memberi peluang bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel
(Sugiyono, 2018: 84). Teknik yang termasuk dalam Non Probablility Sampling
adalah consecutive sampling merupakan teknik pengambilan sampel semua
subyek yang datang berurutan dan memenuhi kriteria pemilihan yang dimasukan
dalam penelitian, sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi
(Sastroasmoro, 2016: 99). Prosedur penelitian dilakukan dengan cara
menetapkan subyek berdasarkan kriteria yang ditemukan kemudian peneliti
mengunjungi rumah satu persatu, sampai sampel terpenuhi (Irfanuddin, 2019:
96).

E. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
yang kemudian dipelajari untuk ditarik kesimpulan :

a. Variabel bebas/independent merupakan variabel yang mempengaruhi atau


menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono,2020).
Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah dukungan keluarga.

b. Variabel terikat/dependent adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi


akibat karena adanya variabel bebas Dalam penelitian ini variabel terikatnya
adalah kecemasan pada pasien End Stage renal disease yang menjalani
hemodialisa.

F. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati


dari sesuatu yang definisikan tersebut. Karakteristik yang diamati (diukur) itulah
merupakan konci definisi operasional. Pemberian arti atau makna pada variabel
berdasarkan karakristik masing-masing variabel (Nursalam,2021). Definisi
operasional dalam penelitian ini diuraikan seperti pada tabel berikut :

39
40

Tabel 3.1 Definisi Operasional


Variabel Definisi Cara Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur Ukur
Dukunga Suatu perilaku Mengisi Kuesioner Dukungan Ordinal
n membantu dan Kuesione keluarga
keluarga memberikan r kurang,
dukungan jika skor <
kepada anggota mean
keluarga dalam (22.90)
melakukan
peningkatan Dukungan
kesehatan. keluarga
baik, jika
skor
≥mean
(22.90)
Kecemasan Kekhawatiran Mengisi Lembar Cemas Ordinal
yang tidak Kuesione Kuesioner Berat Jika
jelas dan r Zung Self- Skor 75-80
menyebar, Rating
yang berkaitan Anxiety Cemas
dengan Scale Sedang Jika
perasaan tidak (SAS/SRA Skor 60-74
pasti dan tidak S)
berdaya Cemas
Ringan Jika
Skor 45-59

Tidak
Cemas Jika
Skor 20-44

G. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di unit Hemodialisa RSUD Abdoel WahabSjahranie


Samarinda.

2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2023.

40
41

H. Instrumen Penelitian
Penyusunan instrumen pada penelitian ilmu keperawatan meliputi
pengkajian teori keperawatan sebagai kerangka penyusunan instrumen,
penggunaan, dan pengembangannya. Dalam penelitian ini menggunakan
instrumen berupa kuesioner. Kuesioner merupakan jenis mengumpulkan data
secara formal kepada subjek untuk menjawab pertanyaan secara tertulis
(Nursalam, 2020).
Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan pada
penelitian ini adalah instrumen ZSAR-S (Zung Self Anxiety Rating- Scale).
Zung Self Anxiety Rating -Scale adalah instrumen untuk menilai kecemasan
dalam Diognostic and Statistical Maual of Mental Disorders (DSM-II). Zung Self
Anxiety Rating-Scale memiliki 20 pertayaan yang terdiri dari 15 pertayaan
Unfavourable yaitu nomer 1,2,3,4,6,7,8,10,11,12,14,15,16,18 dan 5 Favourable
yaitu nomer 5,9,13,17,19 Setiap pertanyaan Favorable dan unfarvorable
memiliki penskoran yang berbeda. Berdasarkan skala Linkert pertanyaan
Favourable memiliki skor 1-4 dimana skor 4 mengambarkan hal negatif dengan
penilaian selalu (1), sering (2), kadang kadang (3), tidak perna (4). Sedangkan
untuk pertanyaan unfavorabel, sangat jarang (1), kadang kadang (2), sering (3),
selalu (4). Selanjutnya skor yang di capai dari semua item pertanyaan di
jumlahkan, skor yang di dapatkan dikategorikan menjadi 4 kriteria tingkat
kecemasan (Nursalam, 2020) yaitu:

1. Normal/tidak cemas : Skor 20-44


2. Kecemasan ringan : Skor 45-59
3. Kecemasan sedang : Skor 60-74
4. Kecemasan berat : Skor 75-80

Menurut Nursalam (2017), untuk mengetahui besarnya dukungan keluarga


dapat diukur dengan menggunakan kuisioner dukungan keluarga yang terdiri dari
15 buah pernyataan yang mencakup empat jenis dukungan keluarga yaitu

41
42

dukungan informasional, dukungan emosional, dukungan penilaian dan dukungan


instrumental. Dari 15 buah pernyataan, pernyataan no 1-4 mengenai dukungan
emosional, pernyataan no 5-7 mengenai dukungan instrumental, pernyataan no 8-
11 mengenai dukungan informasi, dan no 12-15 mengenai dukungan
penghargaan. Masing-masing dari pertanyaan tersebut terdapat 4 alternatif
jawaban yaitu “selalu”, “sering”, “kadang-kadang”, dan “tidak pernah”. Jika
menjawab “selalu” akan mendapat skor 3, menjawab “sering” mendapat skor 2,
menjawab “kadang-kadang” mendapat skor 1, dan menjawab “tidak pernah”
mendapat skor 0.

I. Uji Validitas dan Reabilitas


Validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip keandalan
instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur. Sedangkan reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran
atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati
berkali-kali dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2020).
1. Zung Self-Rating Rating Anxiery Scale Uji validitas bertujuan untuk mengukur
kualitas Instrumen penelitian. Instrumen dikatakan valid jika instrumen
tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (Nursalam, 2020). Zung
Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS) merupakan kuesioner baku dalam
bahasa inggris yang dirancang oleh William WK Zung. Kuesioner ini telah
dialihkan bahasakan ke dalam indonesia dan di jadikan sebagia alat pengukur
kecemasan ysng sudah teruji validitas dan reliabilitasnya. Hasil uji validitas
tiap pertanyaan kuesioner dengan nilai terendah 0,663 dan tertinggi adalah
0,918 dengan nilai alpa sebesar 0,829. (Nursalam, 2020).
2. Instrument Dukungan Keluarga menggunakan Dalam penelitian ini, kuesioner
dukungan keluarga dilakukan uji validitas menggunakan teknik korelasi
Product Moment (Sugiyono,2011). Pengujian dilakukan dengan melihat angka
koefisien korelasi (r) yang menyatakan hubungan antara skor pernyataan
dengan skor total (Item-total correlation). Hasilnya dibandingkan dengan r

42
43

tabel dengan menggunakan alpha = 5%, sehingga r tabel dalam uji validitas
ini sebesar 0,514. Jika r hitung > r tabel maka butir pernyataan dinyatakan
valid. Pada penelitian ini, uji reliabilitas akan menggunakan rumus Alpha
Crombach (Sugiyono, 2011), hal ini dikarenakan tes yang digunakan
berbentuk angket dengan skala bertingkat atau ordinal. Didapatkan hasil
reliabilitas 0,757 dapat disimpulkan bahwa uji reliabilitas kuesioner dukungan
keluarga termasuk interpretasi kedalam reliabilitas tinggi.

J. Prosedur Pengambilan Data


Pengumpulan data adalah proses pendekatan kepada subjek dan proses
pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian
(Nursalam, 2020). Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti yang akan
dilakukan di RSUD Abdul wahab sjahrani dengan prosedur sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan Penelitian


a. Mengurus surat izin penelitian di ITkes Wiyata HusadaSamarinda.
b. Mengajukan surat izin penelitian ke RSUD Abdul wahab sjahrani
c. Peneliti menyampaikan maksud dan tujuan penelitian pada pihak RSUD
Abdul wahab sjahrani
d. Peneliti Menyelesaikan administrasi perijinan dan melakukan penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

a. Peneliti menemui kepala ruangan serta perawat yang ada diruangan


hemodialisis untuk meminta izin penelitian.

b. Peneliti meminta arahan kepada perawat ruangan terkait pasien mana


saja yang dapat menjadi responden penelitian dan penelitian akan
diawasi oleh perawat ruangan.

c. Dalam 1 hari penelitian peneliti mengambil 15 responden untuk 1 hari


dan diulangi selama 3 hari penelitian.

d. Peneliti memilih responden yang sesuai dengan kriteria penelitian.

43
44

e. Peneliti memperkenalkan diri dan menyampaikan maksud dan


tujuannya,serta prosedur penelitiannya.
f. Peneliti memberikan Informed consent bagi responden yang bersedia
menjadi sampel penelitian .
g. Setelah responden memahami tujuan penelitian dan bersedia menjadi
sampel maka akan langsung ketahap pengisian kuesioner yang akan
diberikan oleh peneliti.
h. Setelah kuesioner terisi, dikumpulkan selanjutnya dipersiapkan untuk
diolah.
3. Tahap Penyelesaian

a. Data yang sudah terkumpul kemudian diolah sesuai dengan tahapan


pengolahan data.
b. Membuat analisis,pembahasan serta kesimpulan dari data yang diolah.

K. Prosedur Pengolahan Data


Menurut (Notoatmodjo,2010) data yang terkumpul dalam tahap
pengelompokan data perlu dioleh dahulu. Tujuannya yaitu untuk
menyederhanakan seluruh data yang terkumpul, menyajikan dalam susunan yang
baik dan rapi, tahap-tahap pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini
sebagai berikut :
a. (memeriksa data)
Editing merupakan kegiatan untuk pengecakan dan perbaikan isian
kuesioner yang telah dikumpulkan, berkaitan kemungkinan kesalahan atauada
jabawan responden dari setiap pertanyaan agar dapat diolah dengan baik dan
memudahkan peneliti mengumpulkan semua hasil kuesioner penelitian yang
telah diisi oleh responden dan memberikanskor pada setiap item pertanyaan.
b. Coding (memberikan Kode)
Coding adalah usaha mengklarifikasi jawaban dari pada responden
menurutmacamnya dengan menggunakan kode tertentu. Kegunaan coding
adalah mempermudah pada saat analisa data dan juga mempercepat entry

44
45

data. Coding dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


Jenis kelamin: Laki-laki = 1 Perempuan = 2, Pendidikan: SD = 1
SMP = 2 SMA = 3 S1 = 4, Usia: Dewasa (21-35 tahun) = 1 Lansia (35-50
tahun) = 2, Lama Menjalani HD: < 6 bulan = 1 >6 tahun = 2, Status
Pernikahan Belum menikah = 0 Menikah = 1, Skor Kecemasan: Tidak cemas
(20-44) = 1 Cemas ringan (45-59) = 2 Cemas sedang ( 60-74) = 3 Cemas
Berat (75-80) = 4, Skor Dukungan keluarga: Dukungan keluarga baik (>
22.90) = 1 Dukungan keluarga kurang baik (< 22.90) = 2.

c. Entry Data

Entry data merupakan kegiatan memasukannya data dari


respondenyang telah dikumpulkan kedalam program SPSS.

d. Tabulating (mengelompokkan data)

Data disusun kedalam bentuk table kemudian dianalisis,yaitu


prosespenyederhanaan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan
diimplementasikan.

e. Clearning (Pembersihan Data)

Semua data pada setiap sember atau respontelah selesai dimasukan. Maka
perlu untuk dicek kembali untuk melihat kemungkinan - kemungkinan
adanya kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya.kemudian
dilakukan perbaikan dan koreksi.

L. Analisis Data

Analisis data merupakan bagian yang sangat penting untuk


mencapai tujuan pokok penelitian, yaitu menjawab pertanyaan- pertanyaan
penelitian yang mengungkap fenomena. Analisis statistik digunakan padadata
kuantitatif atau data yang dikuantifikasi. Sedang kananalisis data yang didasarkan

45
46

pada kualitasisi berdasarkan kode/ kata kunci yang telahditetapkan oleh peneliti
metode analisisnya dimasukkan dalam kategori metode kualitatif (Nursalam,
2020).

1. Analisa Univariat

Pada analisis univariat, semua variabel dianalisis dengan tujuan untuk


mendeskripsikan masing-masing variabel penelitian. Analisis data untuk
variabel dukungan keluarga dan tingkat kecemasan yang akan dihasilkan data
berupa distribusi frekuensi dan presentase yang disajikan dalam bentuk tabel,
berdasarkan macam data yang dimiliki tersebut, dalam penelitian ini dipakai
perhitungan distribusi frekuensi karakteristik responden yaitu jenis kelamin,
status pernikahan dan pendidikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
dengan menggunakan rumus presentase sebagai berikut:

𝑓
P = 𝑛 ᵡ 100%
Keterangan:
P = Angka Presentase
F = Frekuensi
N = Banyaknya Responden
Sedangkan usia dan lama menjalani hemodialisa disajikan dalam bentuk
numerik menggunakan mean, median, min-max, Std.

2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan dukungan keluarga


dengan tingkat kecemasan pasien End Stage Renal Disease yang menjalani
hemodialisa. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Uji Fisher Exacat,
jika terdapat nilai p-value 0.000 atau < 0,05, maka Ha Diterima, maka ada
hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien end stage
renal disease yang menjalani hemodialisis. (Notoatmojo, 2014).

46
47

M. Etika Penelitian
Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuksetiap
kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti dan
masyarakat yang memperoleh dampak hasil penelitian tersebut (Nursalam,
2020).
Penelitian yang menggunakan objek manusia tidak boleh
bertentangan dengan etika agar hak responden dapat terlindungi, jika hal ini
tidak dilaksanakan, maka peneliti akan melanggar hak-hak (otonomi) manusia
sebagai klien. Penelitian dilakukan dengan menggunakan etika sebagai berikut :

1. Informed consent

Informed consent yaitu subjek harus mendapatkan informasi secara


lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyaihak
untuk berpartisipasi atau menolak menjadi respoden (Nursalam, 2015). Peneliti
sebelum melakukan penelitian akan mengedarkan lembar persntuk menjadi
responden degan tujuan supaya subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian,
manfaat serta akibat daripenelitian ini. Subjek harus menandatangani lembar
persetujuan bila menyetujui menjadi responden dan jika subjek tidak bersedia
menjadi responden dalam penelitian ini maka peneliti harus menghormati
haknya.

2. Anonimity (tanpa nama)

Hak dijaga kerahasiannya (right to privacy) yaitu subjek mempunyai hak


untuk meminta bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu
adanya tanpa nama (anonymity) dan rahasia (confidentiality) (Nursalam,
2020). Peneliti tidak akan meminta responden mencantumkan nama pada
lembar pengumpulan data (lembar kuisinoner) melainkan hanya meminta
menuliskan initial nama responden tersebut.

47
48

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Peneliti akan menjamin kerahasiaan hasil observasi, meliputi identitas


dan tingkat kecemasan pada pasien Bertentangan dengan etika agar hak
responden dapat terlindungi, jika hal ini tidak dilaksanakan, maka peneliti
akan melanggar hak-hak (otonomi) manusia sebagai klien.

48
49

N. Alur Penelitian

Populasi Penelitian
Pasien end stage renal disease 220

Sampel Penelitian 40

Consecutive sampling

Sesuai Kriteria :
Inklusi dan Ekslusi

Pengisian Kuesioner
Kecemasan &
Dukungan Keluarga

Editing, Coding,
Pengolahan data Sorting, Entry
penelitian data, Cleaning

Analisa Analisa
Univariat Bivariat

Interprestasi data dan


pembahasan hasil
penelitian

Bagan 3.2 Alur Penelitian

49
50

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Penelitian

Rumah sakit umum daerah Abdoel Wahab Sjahranie Samarinda (RSUD


AWS) terletak di Jl. Palang Merah Indonesia, Kecamatan Samarinda Ulu, Kota
Samarinda. Rumah Sakit Umum Abdoel Wahab Sjahranie Samarinda merupakan
Rumah Sakit Kelas A, serta sebagai tempat pendidikan yang merupakan rumah
sakit rujukan di provensi kalimantan timur. Visi RSUD AWS adalah rumah sakit
dengan pelayanan bertaraf internasional. Misi RSUD AWS adalah meningkatkan
akses dan kualitas pelayanan berstandar internasional, menggembangkan rumah
sakit sebagai pusat penelitian dengan motto bersih, aman, kualitas, tertib dan
informatif (BAKTI). Pelayanan Keperawatan ini dapat dilihat dari pelayanan
yang diberikan semua perawat di semua unit perawatan yang ada di Rumah Sakit
Umum Daerah Abdoel Wahab Sjahranie Samarinda, salah satunya di Unit
Hemodialisis.

Unit Hemodialisis merupakan unit dari staf Medis Fungsional (SMF)


Penyakit dalam di rumah sakit umum daerah Abdoel Wahab Sjahranie
Samarinda. Unit ini memiliki 35 tempat tidur pasien dan 34 mesin hemodialisis.
Waktu pelaksanaan hemodialisis pada pagi dan sore dengan jadwal hemodialisis
diatur dua kali dalam seminggu yang terdiri dari 3 waktu yaitu jadwal senin-
kamis, selasa-jum’at, rabu-sabtu. Waktu kerja perawat di unit hemodialisis diatur
dalam dua shift yakti shift pagi dan shift sore. Unit hemodialisis terbagi dalam
beberapa ruangan yaitu ruangan pelayanan atau tindakan hemodialisis, ruang
istirahat, ruang rapat, ruang dokter penanggung jawab, ruangan administrasi,
ruang bilas, gudang alkes dan satu gudang barang habis pakai (BHP), 2 toilet (1
toilet karyawan dan 1 toilet pasien/penunggu) serta nurse station.

50
51

B. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

Sampel dalam penelitian ini adalah pasien End Stage Renal Disease yang
menjalani terapi Hemodialisis di Rumah Sakit Umum Abdoel Wahab Sjahranie
Samarinda sebanyak 40 responden yang memiliki karakteristik yang dapat dilihat
pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1 Karakteristik Responden End stage renal disease

No Variabel n P(%)
1 Jenis Kelamin
a. Laki-Laki 18 45.0%
b. Perempuan 22 55.0%
Total 40 100%
2 Status Pernikahan
a. Menikah 32 80.0%
b. Belum Menikah 8 20.0%
Total 40 100%
3 Pendidikan
a. SD
b. SMP 3 7.5%
c. SMA 25 62.5%
d. S1 12 30.0%
Total 40 100%
Sumber : Data Primer 2023

Berdasarkan Tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa responden dengan jenis
kelamin laki-laki sebanyak 18 (45.0%) responden dan yang berjenis kelamin
perempuan sebanyak 22 (55.0%) responden. Responden dengan Status
Pernikahan sebanyak 32 (80.0%) responden sudah menikah dan 8 (20.0%)
responden belum menikah. Status Pendidikan responden dengan tingkat
pendidikan SMP 3 (7.5%) responden, SMA 25 (62.5%) responden, dan S1 12
(30.0%) responden.

51
52

Tabel 4.2 Distribusi Usia dan Lama Hemodialisa Pada responden

Mean Median Std.Dvn Min Max 95%CI


low upp
Usia 38.5750 38.5000 8.27070 25.00 54.00 35.9299 41.2201
Lama
HD 9.2500 10.5000 3.02765 2.00 12.00 8.2817 10.2183

Sumber : Data Primer 2023

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa rata-rata frekuensi Usia Median
38.5000 dengan nilai tertinggi 54.00 dengan standar deviation 8.27070 pada
tingkat kepercayaan 95% dan Lama Hemodialisa 10.5000 dengan nilai tertinggi
12.00 dengan standar deviation 3.02765.

2. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat dalam penelitian ini adalah dukungan keluarga terhadap


tingkat kecemasan pada pasien hemodialisis yang dapat dilihat pada tabel
berikut ini :

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga terhadap Tingkat


kecemasan Pasien Hemodialisa

No Variabel n P(%)
1 Dukungan Keluarga
a. Dukungan Baik 29 72.5
b. Dukungan Kurang Baik 11 27.5
Total 40 100%
2 Kecemasan
a. Cemas ringan 7 82.5
b. Tidak Cemas 33 17.5
Total 40 100%

Sumber : Data Primer 2023

Berdasarkan Tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi


dukungan keluarga pada pasien End stage renal disease dengan kategori

52
53

dukungan keluarga baik sebanyak 29 (72.5%) responden dan dukungan


keluarga kurang baik sebanyak 11 (27.5%) responden. Dan Tingkat kecemasan
pada pasien End stage renal disease dengan kategori Cemas ringan sebanyak 7
(17.5%) responden dan kategori tidak cemas sebanyak 33 (82.5%) responden.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk melihat hubungan dukungan keluarga


dengan kecemasan menggunakan Fisher’s Exact Test untuk melihat ada
tidaknya hubungan antara variabel dukungan keluarga dengan kecemasan pada
pasien End Stage Renal Disease yang dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi tabulasi silang Hubungan Dukungan Keluarga


dengan Kecemasan Pasien End Stage renal disease yang menjalani
Hemodialisa.

Skor Dukungan Keluarga


Dukungan Dukungan
Keluarga Baik Keluarga Total P-value
Kurang Baik
Tidak Cemas 23.9 5.1 29.0
100.0% 0.0% 100.0%
Cemas Ringan 9.1 1.9 11.0 0.000
36.4% 63.6% 100.0%
Skor 33.0 7.0 40.0
Total Kecemasan 82.5% 17.5% 100.0%
*Uji Fisher’s Exact Test

Berdasarkan Tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa responden dengan


dukungan keluarga baik sebanyak 29 responden dan dukungan keluarga
kurang baik sebanyak 11 responden. Responden dengan kategori tidak cemas
sebanyak 33 responden dan kategori cemas ringan sebanyak 7 responden.
Berdasarkan hasil uji Fisher’s Exact Test didapatkan hasil dengan nilai p-
value 0.000 atau < 0,05, maka Ha diterima dan berarti ada hubungan
dukungan keluarga dengan kecemasan pada pasien end stage renal disease
yang menjalani hemodialisa.

53
54

C. Pembahasan

1. Dukungan keluarga pada pasien End setage renal disease yang


menjalani hemodialisis di RSUD Abdoel Wahab Sjahranie

Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti dapat dilihat sebagian


besar responden memiliki dukungan keluarga dengan kategori dukungan
keluarga baik yaitu sebanyak 29 (87.9%) responden dan kategori dukungan
keluarga kurang baik yaitu sebanyak 11 (27.5%) responden. Hal ini
menunjukan bahwa sebagian besar responden mendapat dukungan yang baik
dari keluarga. Dari hasil analisa kuesioner skor terbanyak adalah pada
pertanyaan nomer 6 yaitu keluarga bersedia membiayai perawatan dan
pengobatan terapi HD dan nomer 10 yaitu keluarga mengingatkan saya agar
selalu mengkonsumsi obat dengan rutin dan yang terendah adalah pertanyaan
nomer 8 yaitu keluarga memberikan penjelasan tentang pentingnya HD.

Dukungan keluarga merupakan sikap, tindakan penerimaan keluarga


terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan informasional, dukungan
penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional. Jadi dukungan
keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap,
tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga
merasa ada yang memperhatikan (Friedman, 2020).

Teori yang dikemukakan oleh Shahdadi (2018), dukungan keluarga terdiri


dari : dukungan emosional melibatkan rasa empati, memperoleh pemberian rasa
semangat serta merasakan sebuah kasih sayang. Dukungan informasi
melibatkan suatu bentuk nasehat dari keluarga, sara serta melakukan diskusi
tentang bagaimana cara mengatasi dan memecahkan masalah yang terjadi.
Dukungan instrumen yaitu memberikan bantuan berupa meterial seperti
memberikan tempat tinggal, pinjaman uang atau memberikan uang untuk
kebutuhan hidupnya. Dukungan penilaian berupa suatu pemberian penghargaan
yang muncul melalui ekspresi penghargaan yang positif, memberikan semangat

54
55

serta ide-ide sehingga seseorang merasa dihargai (Putri et al., 2020).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mayoritas responden


berusia dikategori lansia (35-50 tahun) sebanyak 25 (62.5%) responden.
Dimana usia tersebut mereka akan melanjutkan hidupnya yang berfokus pada
karir dan keluarga. Oleh karena itu dukungan keluarga yang baik akan
mempengaruhi karena dalam usia ini interaksi terhadap keluarga lebih dekat.
Jika pada tahap usia terserbut mereka mendapatkan dukungan dari keluarga
maka akan merasa tidak produktif dan merasa tidak terlibat dalam
lingkungannya (Erickcon, 2020).

Berdasarkan dari hasil penelitian menunjukan bahwa anggota keluarga


yang paling banyak berkontribusi dalam perawatan responden yaitu pasangan
hidup mereka baik suami maupun istri. Hal tersebut ditunjukan pada saat
responden menjalani terapi mereka ditemani atau didampingi oleh suami/istri.
Maka responden yang tinggal bersama pasangan hidup mereka akan
mendapatatkan dukungan yang baik yaitu sebanyak 32 (80.0%) responden yang
telah menikah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Papalia dan
Feldman (2019) menyatakan bahwa pasangan hidup meiliki fungsi sebagai
supporting dalam berbagai hal misalya problem solving, serta pasien yang telah
menikah memiliki kesehatan mental yang lebih baik dibandikan pasien yang
belum menikah (Putri et al., 2020).

Dalam penelitian ini dukungan keluarga diukur dengan menggunakan


empat indikator yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan
instrumental, dan dukungan informasional. Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan dukungan instrumental yang paling tinggi yaitu 90% pada
pertanyaan keluarga bersedia membiayai perawatan dan pengobatan terapi HD.

Dukungan instrumental yaitu dukungan keluarga yang diberikan meliputi


tenaga, dana, maupun meluangkan waktu untuk menemani atau membantu
responden dalam melakukan perawatan pengobatan. Menurut Friendman

55
56

(2019) dukungan instrumental Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan


dalam hal pengawasan, kebutuhan individu. Keluarga mencarikan solusi yang
dapat membantu individu dalam melakukan kegiatan (Marwanti et al., 2022).

Menurut Dewi, Suwati, & Firiaa, (2022) dukungan keluarga yang dapat
diberikan berbentuk dukungan emosional, penghargaan, informasional dan
instrumental. Adanya dukungan keluarga yang diberikan dapat menunjang
kualitas seseorang dalam menjalankan peran serta fungsi sebagai mestinya.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan diperoleh bahwa bentuk dukungan
yang paling banyak diberikan keluarga kepada responden yaitu berupa
dukungan instrumental dan dukungan informasional.

Indikator Dukungan informasional juga merupakan indikator yang paling


tinggi dalam penelitian ini yaitu 90% pada pertanyaan Keluarga mengingatkan
saya agar selalu mengkonsumsi obat dengan rutin. Hal ini Suatu bentuk
dukungan yang dilakukan keluarga dalam bentuk memberikan informasi yang
penting yang dibutuhkan oleh pasien, serta memberikan saran serta nasehat
untuk meningkatkan status kesehatannya, Keluarga juga sebagian besar
mengingatkan untuk pembatasan jumlah minuman yang diminum (Prasetya
’Adhi et al., 2019).

Indikator Dukungan informasional pada pertanyaan nomer 8 merupakan


pertanyaan dengan nilai paling rendah yaitu 53% pada pertanyaan keluarga
memberikan penjelasan tentang pentingnya HD. Alasan mengapa pertanyaan
ini mempunyai nilai yang paling rendah dibanding semua pertanyaan adalah
karena yang memberikan penjelasan tentang pentingnya HD adalah dokter atau
perawat di ruangan HD, dikarnakan juga kurang luasnya pengetahuan keluarga
tentang HD maka hampir seluruhnya responden menjawab bahwa dokter atau
perawat yang menjelaskan pentingnya HD bukan keluarga.

Pada dukungan instrumental dapat ditunjukan dengan sebagian keluarga basar


pasien bersedia meluangkan waktu untuk mengantar serta menunggu responden

56
57

selama dilakukan perawatan. keluarga pasien juga menyiapkan kebutuhan-


kebutuhan sebelum responden melakukan terapi hemodialisa. Keluarga pasien
sebagian besar juga mengatur gaya hidup pasien seperti membatasi jumlah
minuman yang diminum oleh responden serta mengawasi makan yang dimakan
oleh responden. keluarga juga bersedia juga membiayai obat-obatan apabila
obat-obatan tidak di tanggung oleh BPJS.

Selain pasien yang harus mendapatkan dukungan keluarga, keluarga juga


membutuhkan motivasi serta ruang untuk saling bertukar cerita. Melalui
penelitian peningkatan motivasi dan penerimaan keluarga dalam merawat
pasien End Stage renal disease dengan terapi hemodialisa melalui supportive
educative group therapy mendapatkan hasil yang tinggi bahwa supportive
educative group therapy merupakan hal yang positif, keluarga-keluarga pasien
akan saling bertemu dan berbagi cerita sehingga keluarga biasa saling
mendengar dan semakin memahami keadaan pasien. Dengan adanya supportive
educative group therapy keadaan psikologis keluarga akan lebih tenang dan
keluarga semakin termotivasi untuk selalu menemani dan memberikan
dukungan.

2. Tingkat Kecemasan Pada Pasien End Stage Renal Disease yang


menjalani hemodialisis di RSUD Abdoel Wahab Sjahranie

Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti dapat dilihat Tingkat


kecemasan pada pasien End stage renal disease dengan kategori Cemas ringan
sebanyak 7 (17.5%) responden dan kategori tidak cemas sebanyak 33 (82.5%)
responden.

Menurut Nanda (2019) kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau


kekhawatiran yang samar disertai respon autonom (sumber sering kali tidak
spesifik atau tidak diketahui oleh individu) perasaan takut yang disebabkan oleh
antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang
memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu

57
58

untuk bertindak menghadapi ancaman. Kecemasan adalah


ketakutan/keprihatinan, tegang atau rasa gelisah yang berasal dari antisipasi
bahaya sumber yang sebagian besar tidak dikenali atau yang tidak dikenal.
Menurut Stuart dan Sundeen dikutip dari (Riadi, 2019) Kecemasan adalah
emosi yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan kekhawatiran,
keprihatinan, rasa takut yang kadang kita alami, dalam tingkat yang berbeda-
beda. Hal ini sesuai dengan teori Stuart yang mengatakan bahwa cemas sedang
adalah yang memungkinkan individu untuk berfokus padahal yang penting dan
mengesampingkan hal yang lain. Responden yang mengalami tingkat
kecemasan berat dikarenakan adanya kebingungan ketakutan dan kecemasan
yang tinggi tentang penyakit dan resiko kematian. Ini sesuai dengan teori Stuart
yang mengatakan individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan
spesifik serta tidak berfikir tentang yang lain (Wijaya & Padila, 2019).

Berdasarkan pengumpulan data yang telah dilakukan peneliti dengan


menggunakan pengukur tingkat kecemasan dengan kuesioner Zung Self-Rating
Scale (ZSAS) pada 40 responden pasien end stage renal disease yang menjalani
hemodialisis di RSUD Abdoel Wahab Sjahranie Samarinda, didapatkan hasil
responden mengalami kecemasan dengan kategori tidak cemas sebanyak 33
(82.5%) responden dan kategori cemas ringan sebanyak 7 (17.5%) responden.
Hal ini sejalan dengan penelitian (Arta marisi dkk, 2022). Seseorang menderita
gangguan kecemasan ketika orang tersebut tidak mampu mengatasi stressor
yang sedang dihadapinya. Keadaan seperti ini secara klinis bisa terjadi
menyeluruh dan menetap dan paling sedikit berlangsung selama 1 bulan.
Kecemasan dan depresi adalah hal alami yang diterima oleh pasien hemodialisis
khususnya pasien yang baru kurang dari 1 tahun mendapatkan terapi
hemodialisis. Karena pasien harus beradaptasi dengan terapi, disuntik dengan
jarum besar, harus tiduran selama 3-4 jam, pastilah sulit menerima hal baru
yang seperti itu. Hal ini menunjukkan bahwa responden masih membutuhkan
penanganan didalam mengontrol rasa cemasnya, dimana dari hasil jawaban

58
59

responden diperoleh bahwasanya responden beberapa hari merasa gelisah,


cemas atau amat tegang, beberapa hari sangat gelisah sehingga sulit untuk
duduk diam dan hanya beberapa hari merasa takut seolah-olah sesuatu yang
mengerikan mungkin terjadi selama 2 minggu ini..

Menurut Doengoes dalam Alfiannur, Nauli, & Dewi, (2015)


mengemukakan bahwa respon pasien yang menjalani hemodialisa berbeda-
beda, namun perasaan cemas sering dan hampir terjadi. Hal ini disebabkan oleh
krisis situasional, ancaman kematian, dan pasien tidak mengetahui hasil akhir
dari terapi yang dilakukan.

Responden dengan frekuensi lama hemodialisis adalah ≤ 1 tahun sebanyak


40 (100%) responden. Hal ini sesuai dengan (Farida et al., 2018) yang
menyebutkan bahwa pada saat pasien baru yang akan menjalani hemodialisis
kemungkinan pasien tersebut akan mengalami peningkatan kecemasan karena
kurangnya pengalaman tentang terapi hemodialisis serta takut akan efek yang
ditimbulkan. Kecemasan merupakan tanggapan dari sebuah ancaman nyata
maupun khayal. Seseorang akan mengalami kecemasan karena adanya sesuatu
ketidak pastian pada masa yang akan datang (Lubis, 2019).

Lama menjalani hemodialisis seorang pasien penyakit ginjal kronik dapat


dipengaruhi oleh penyakit sebelumnya yang dapat berakibat kepada komplikasi
lanjut, serta mengalami penurunan fungsi tubuh menyebabkan pasien dalam
kehidupan sehari-harinya terganggu sehingga masalah tersebut dapat
menyebabkan pasien tidak merasa berguna dan cemas. Disamping itu ada efek
yang ditimbulkan selama hemodialisis yang sering muncul pada penderita yang
menjalani hemodialisis baik kurang dari 6 bulan atau lebih dari 6 bulan yakni
dialysis disequilibrium syndrome yang ditandai dengan mual dan muntah
disertai sakit kepala, sakit dada, sakit punggung. Disebabkan karena perubahan
mendadak konsentrasi elektrolit dan pH di sistem pusat selama menjalankan
hemodialisis (FARIDA et al., 2018).

59
60

Hasil penelitian ini dapat menjadi penguat bagi petugas kesehatan


khususnya perawat hemodialisis dalam pengembangan asuhan keperawatan
pasien yang berfokus pada lamanya pasien penyakit ginjal kronik yang
menjalani hemodialisis untuk sedini mungkin tanpa menunggu lama
menurunkan tingkat kecemasan responden seperti meningkatkan pengetahuan
responden tentang penyakit ginjal kronik dan pentingnya menjalani terapi
hemodialisis untuk memperpanjang usia pasien, memberikan terapi relaksasi
nafas dalam atau terapi kognitif dengan menjadikan pasien lama yang menjalani
hemodialisis dengan tingkat kecemasan rendah sebagai motivator sesama
pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.

Kecemasan pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor usia


merupakan faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kecemasan pasien. Dalam
penelitian ini mayoritas responden berusia lansia awal sebanyak 25 (62.5%)
responden dan usia dewasa sebanyak 15(37.5%) responden. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh (Manuaba 2016) bahwa usia lebih tua akan lebih
mudah akan mampu mengontrol kondisi psikologisnya karena pada usia tua
memiliki pengalaman yang lebih banyak dibandingkan pada usia muda serta
memiliki kesiapan mental yang matang. Kecemasan memang dipengaruhi oleh
usia hal ini selaras dengan penelitian Puspanegara (2019) bahwa ada hubungan
antara mekanisme koping dengan tingkat kecemasan pasien pada usia kategori
dewasa akhir (0,005), dan juga ada hubungan antara mekanisme koping dengan
tingkat kecemasan pasien pada usia kategori dewasa akhir (0,002).

Hal ini sejalan dengan (Arta marisi dkk, 2022) kecemasan dapat juga
disebabkan fakor semakin tua umur seseorang akan terjadi proses penurunan
kemampuan fungsi organ tubuh (regeneratif) akan mempengaruhi dalam
mengambil keputusan terutama dalam menangani penyakit ginjal kronis dengan
terapi hemodialisis sehingga klien dihadapkan pada masalah yang sangat
kompleks (Armiyati & Rahayu, 2014). Disebutkan bahwa usia berhubungan
dengan toleransi seseorang terhadap stres dan jenis stresor yang paling

60
61

mengganggu. Usia dewasa lebih mampu mengontrol stres dibanding dengan


usia anak-anak dan usia lanjut (Siswanto, 2007) dalam (Armiyati & Rahayu,
2014). Dimana usia dewasa awal masih bisa melakukan berbagai aktivitas dan
pekerjaan, masih bisa menikmati dengan melakukan perjalanan wisata, bertukar
pikiran mencari berbagai alternatif dengan teman seusia, untuk mengatasi
cemas yang ditimbulkan dari diri sendiri maupun dampak yang ditimbulkannya.

3. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan pada Pasien


End Stage Renal Disease yang menjalani hemodialisis di RSUD Abdoel
Wahab Sjahranie

Berdasarkan hasil yang peneliti temukan dilapangan dengan Hasil uji


analisis bivariat hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan pada
pasien end stage renal disease yang menjalani hemodialisis di RSUD Abdoel
Wahab Sjahranie Samarinda menunjukkan ada hubungan yang bermakna
dengan Fisher’s Exact Test didapatkan hasil p value 0,000(p < 0,05). Jadi
dalam hal ini hipotesis diterima, yang berarti bahwa dukungan keluarga sangat
mempengaruhi kecemasan pada pasien. Hasil ini berarti bahwa responden
mendapatkan dukungan keluarga baik semakin tidak adanya kecemasan pada
pasien dan sebaliknya responden yang mendapatkan dukungan keluarga kurang
baik maka semakin tinggi angka kecemasannya.

Hasil penelitian ini didukung oleh Dianti, (2016) yang memperoleh hasil
penelitian hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan pada pasien gagal
ginjal kronik di Klinik Utama Dialisis Golden PMI DIY menunnjukkan ada
hubungan yang bermakna dengan nilai p= 0,000 (p< 0,05), yang artinya
semakin baik dukungan keluarga yang diberikan maka semakin tidak adanya
rasa cemas pada pasien. Penelitian ini membuktikan ada tau tidak adanya
kecemasan disebabkan oleh dukungan keluarga.hal ini sesuai dengan (Radiani,
2018), bahwa dukungan sosial termasuk dukungan keluarga dianggap dapat
mengurangi efek serta meningkatkan kesehatan mental individu atau keluarga

61
62

secara langsung (Saragih et al., 2022).

Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Aodina (2017) yaitu “Hubungan


dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada pasien yang menjalani
hemodialisis diRSUD Dr. Soebandi Jember” bahwa berdasarkan hasil uji
korelasi Rank Spearman, ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat
kecemasan pasien hemodialisis dengan uji Rank Spearman didapat nilai
signifikansi p = 0,000 dan r =0,874. Meskipun depresi dan kecemasan adalah
kondisi yang berbeda. Akan tetapi depresi maupun kecemasan sama-sama
merupakan gangguan mood dan psikologis yang dapat dicegah dengan
mekanisme koping. Dukungan keluarga dapat berfungsi sebagai mekanisme
koping pada pasien gagal ginjal kronis karena dukungan yang diberikan
keluarga menguatkan pasien sekaligus memproteksi pasien dari rasa stress dan
depresi. Dukungan yang diberikan juga meningkatkan rasa kepercayaan diri dan
optimisme pasien untuk sembuh. Dukungan keluarga juga membangkitkan
harga diri dan nilai sosial pada diri pasien karena merasa dirinya penting dan
dicintai. Penegasan rasa penting dan dicintai tersebut menguatkan pasien dan
membuat pasien merasa bahwa dirinya tidak berjuang seorang diri dalam proses
medikasi. Adanya keberadaan keluarga dengan demikian dapat menurunkan
tingkat kecemasan respodnen dan pasien merasa adanya hormone dofamin
adalah bahagia saat dukungan keluarga memberikan support perhatian dan
mencintai kepada pasien dan mendapatkan tingkat kecemasan responden
menurun. Steinhauser dkk. (2010) dalam penelitiannya juga mengemukakan
bahwa dukungan keluarga berperan penting dalam proses medikasi pasien.
Dukungan keluarga dalam proses medikasi membawa dampak psikososial dan
makna spiritual yang semakin kuat seiring semakin lamanya proses medikasi.
Oleh karenanya dalam tenaga medis dan rumah sakit harus memfasilitasi
peranan keluarga dalam proses medikasi pasien. Peran penting keluarga dalam
proses medikasi bahkan diakui oleh 90,8% responden pada penelitian ini yang
menginginkan kehadiran orang terdekat selama proses dialysis.

62
63

Pada pasien end stage renal disease yang peneliti temui dilapangan
mayoritas pasien diantar dan keluarga mendampingi hingga prosese terapi
selesai, keluarga juga membantu pasien untuk makan, mengajak bercerita dan
sesekali memijat kaki pasien hal ini menjadikan pasien tidak terlalu jenuh saat
menjalani terapi yang memakan waktu 4-5 jam, Hal ini diperkuat dengan
penelitian dari (Eka putri,2020) keberadaan keluarga di sisi pasien selama
proses hemodialisa merupakan sumber pendukung utama. Dukungan keluarga
dapat menjadi penghambat efek - efek negatif dari stressor proses medikasi.
Keluarga dianggap dapat memiliki pengaruh yang penting dalam membantu
menyelesaikan masalah - masalah yang berkaitan dengan kesulitan hidup
seperti menurunkan kecemasan (Friedman, 2010). Dukungan keluarga juga
dapat mempertahankan status kesehatan pasien karena secara emosional pasien
merasa lega diperhatikan, tidak sendirian dan mendapat saran atau kesan yang
menyenangkan pada dirinya.

Dukungan keluarga akan membuat pasien ESRD merasa dihargai dan


diperhatikan. Dukungan keluarga dapat diwujudkan dengan memberikan
perhatian, bersikap empati, memberikan dorongan, memberikan saran, serta
memberikan pengetahuan. Dukungan sosial dari keluarga berpengaruh penting
dalam pelaksanaan pengobatan berbagai jenis penyakit kronis dan dukungan
sosial dari keluarga sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental anggota
keluarganya (Saraha et al, 2013). Semakin besar dukungan keluarga maka
semakin tinggi tingkat penerimaan pasien terhadap penyakitnya dan diharapkan
semakin baik kualitas hidup pasien. (jurnal eka putri 2020).

Berdasarkan pembahasan di atas tentang hubungan dukungan keluarga


dengan kecemasan Pasien End Stage Renal Disease yang menjalani
hemodialisis di RSUD Abdoel Wahab Sjahranie dukungan keluarga dengan
kecemasan kategori tidak cemas dan cemas ringan harus tetap di pertahankan
untuk menunjang kesembuhan dan semangat menjalaninya. Menurut saraha
dalam Juliantino (2020), Pendekatan keluarga sangat diperlukan dalam

63
64

penatalaksanaan kecemasan yang dialami pasien yaitu dengan dukungan emosi


dari keluarga. Melalui dukungan keluarga, pasien akan merasa masih dihargai
dan diperhatikan. Dukungan keluarga dapat diwujudkan dengan memberikan
perhatian, bersikap empati, memberikan dorongan, memberikan saran, serta
memberikan pengetahuan. Dukungan sosial dari keluarga berpengaruh penting
dalam pelaksanaan pengobatan berbagai jenis penyakit kronis dan dukungan
sosial dari keluarga sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental anggota
keluarganya.

Dukungan keluarga mempunyai pengaruh positif terhadap kesehatan


psikososial secara keseluruhan (Kusuma, 2013). Hasil penelitian menunjukan
bahwa diantara empat indikator dukungan keluarga, didpatkan bahwa dukungan
instrumental memberikan konstribusi yang baik pada pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani terapi hemodialisa. Sedangkat ketiga instrumen dukungan
keluarga yang lainnya yakni dukungan emosional, penghargaan dan
informasional memberikan kostribusi nyang cukup. Hal ini menunjukkan
bahwa dukungan keluarga yang diterima oleh pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani terapi hemodialisa di RSUD Abdoel Wahab Sjahranie samarinda
dalam kategori yang baik.

Menurut asumsi peneliti bahwa dukungan keluarga dengan kecemasan


pada pasien end stage renal disease yang menjalani terapi hemodialisis dan
didampingi keluarga terdekat seperti khususnya istri/suami sehingga pasien
tidak merasa cemas.seperti hasil yang didapatkan bahwa sebesar 82.5% pasien
ESRD tidak merasa cemas dikarnakan hasil dukungan keluarga yang baik
sebesar 72.5%, Dukungan keluarga sangat penting terhadap pasien yang
menjalani terapi hemodialisa, pasien akan mendapat ketenangan saat menjalani
terapi yang memakan waktu 4-5 jam dan tidak merasa cemas ataupun jenuh
karena sendirian. Dukungan keluarga juga membangkitkan harga diri dan nilai
sosial pada diri pasien karena merasa dirinya penting dan dicintai juga dapat
meningkatkan kepercayaan diri dan optimis untuk sembuh, maka dapat

64
65

disempulkan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat


kecemasan pada pasien end stage renal disease yang menjalani hemodialisis di
RSUD Abdoel Wahab Sjahranie Samarinda.

D. Keterbatasan Penelitian

1. Dalam penelitian ini terdapat beberapa pasien yang meminta peneliti untuk
mewawancarai responden karena responden merasa lama apabila responden
mengisi sendiri kuesioner. Sehingga peneliti membacakan pertanyaan untuk
responden.

65
66

BAB V
PENUTUP

A. Simpulan

Dari 40 responden dengan diagnosa End stage renal disease yang menjalani
terapi Hemodialisis mayoritas menerima dukungan keluarga dengan kategori
dukungan keluarga baik dan sebagian kecil menerima dukungan keluarga dalam
kategori kurang baik.

Dari 40 responden dengan diagnosa End stage renal disease yang menjalani
terapi Hemodialisis mayoritas pasien dalam kategori tidak cemas dan sebagian
kecil dalam kategori cemas ringan.

Berdasarkan hasil uji terhadap 40 responden didapatkan hasil hubungan yang


signifikan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien end stage
renal disease yang menjalani hemodialisis, maka Ha diterima dan dapat
disimpulkan ada hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan pada pasien end
stage renal disease yang menjalani hemodialisa.

B. Saran

1. Bagi rumah sakit

Tenaga kesehatan di rumah sakit diharapkan memberikan masukan yang


positif kepada keluarga pasien menegenai pentingnya memberikan
dukungan/support kepada pasien untuk meurunkan kecemasan pada pasien.

2. Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi evidence based practice


dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan untuk masa yang akan datang.

66
67

3. Bagi keluarga pasien

Keluarga dapat lebih memberikan dukungannya terhadap anggota


keluarganya yang sakit dengan meningkatkan dukungan dari segi
informasional, emosional,penghargaan,dan instrumental.

4. Bagi pasien

Pasien end stage renal disease yang menjalani terapi hemodialisa


diharapkan terus semangat dan dapat menerima penyakit dan kondisinya yang
harus melakukan terapi sebagai bagian dari kehidupannya. Pasien juga
diharapkan mampu berkomunikasi dengan baik kepada keluarga agar keluarga
dapat memberikan dukungan kepada pasien dengan maksimal.

5. Bagi peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat memberikan edukasi kepada


keluarga agar mendapatkan pengetahuan pentingnya dukungan keluarga
terhadap tingkat kecemasan pasien.

67
68

DAFTAR PUSTAKA

Anggeria, E., & Resmita, M. (2019). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan


Kecemasan Pasien Gagal Ginjal Kronik Di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit
Royal Prima Medan. Jurnal Keperawatan Priority, 2(1), 9–16.

Bimrew Sendekie Belay. (2022). Karakteristik Pasien Anemia Pada End Stage Renal
Disease (Esrd) Dengan Hemodialisis Di Instalasi Hemodialisis Rsud Dr.
Soetomo. Jurnal Ilmiah Indonesia, 7(8.5.2017), 2003–2005.

Cantika, A., Asti, A. D., & Sumarsih, T. (2022). The Correlation Spirituality And
Anxiety Level Of Hemodialysis Patients. 000, 118–126.

Di, H., Lira, R., & Karawang, M. (2017). Hubungan Antara Dukungan Keluarga
Dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Hemodialisa Di Rumahsakit Lira Medika
Karawang.

E, A., & M, R. (2019). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kecemasan Pasien


Gagal Ginjal Kronik Di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Royal Prima Medan.
Jurnal Keperawatan Priority, 2(1), 9–16.

Edriyan, D. (2022). Dukungan Keluarga Berhubungan Dengan Kualitas Hidup Pasien


Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa. Jurnal Penelitian
Perawat Profesional, 4, 793–800.
Https://Jurnal.Globalhealthsciencegroup.Com/Index.Php/Jppp/Article/View/977

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Chronic


Gidney Disease (Ckd) Yang Pertama Kali Mengikuti Hemodialisisdi Unit
Hemodialisasi Rs.Tk.Iii Dr. Reksodiwiryo Padang. (2019).

Hrp, S. A. J., Yustina, I., & Ardinata, D. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Hemodialisis Di Rsud Dr. Pirngadi Medan.
Idea Nursing Journal, 6(3), 1–9.

Inayati, A., Hasanah, U., & Maryuni, S. (2021). Dukungan Keluarga Dengan Kualitas
Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa Di Rsud
Ahmad Yani Metro. Jurnal Wacana Kesehatan, 5(2), 588.
Https://Doi.Org/10.52822/Jwk.V5i2.153

Mempengaruhi, F. Y., & Kecemasan, T. (2023). Darah Dan Mengeluarkan Ekskresi


Dari Dalam Tubuh Berupa Urine Melalui Sistem Control And Prevention , 2019
). Hemodialisis Adalah Pemindahan Darah Pasien Study . Pengambilan Data
Pada Penelitian Ini Dilakukan Di Rsud Majalaya Provinsi Jawa Barat Pada
Bulan Juli-Agustus 2022 . Pengambilan Sampling Menggunakan Menjalani

68
69

Terapi Hemodialisa Dengan Kriteria Inklusi Pasien Yang Mengalami. 1(2), 97–
103.

Marwanti, Azizah Islamiati, S., & Zukhri, S. (2022). Dukungan Keluarga


Berhubungan Dengan Kecemasan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang
Menjalani Hemodialisa. Jurnal Ilmiah Permas; Jurnal Ilmiah Stikes Kendal,
12(3), 497–504. Http://Journal.Stikeskendal.Ac.Id/Index.Php/Pskm

Nurhayati, F., & Ritianingsih, N. (2022). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stress


Dan Kecemasan Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Dengan Hemodialisis.
Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung, 14(1), 206–214.
Https://Doi.Org/10.34011/Juriskesbdg.V14i1.2031

Rikesdas. (2019). Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pada Klien Gagal
Kronik Yang Menjalani Hemodialisa. Jurnal Pustaka Keperawatan, 1(2), 51–
55.

Rachmadi, A., Rizani, A., & Rahmilah. (2022). Model Kualitas Hidup Pasien Gagal
Ginjal Terminal Yang Menjalani Hemodialisis Di Rsud Ratu Zaleha Martapura.
Jurnal Citra Keperawatan, 10(1), 54–60.

Ratnasari, P. M. D., Yuliawati, A. N., & Dhrik, M. (2022). Analisis Hubungan Antara
Tingkat Pengetahuan Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik.
Pharmacoscript, 5(2), 136–156.

Rsud, D., Ambami, S., & Ebu, R. (2022). Naskah Publikasi Oleh : Sulfi Khoirunnisa
Program Studi Keperawatan.

Prasetya ’Adhi, M. H., Trisyani, Y., & Emaliyawati, E. (2019). Quality Of Life For
End-Stage Renal Disease (Esrd) Patientsundergoing Peritoneal Dialysis (Pd)
Therapy: A Literature Review. Padjadjaran Acute Care Nursing Journal, 1(1),
36–45. Https://Doi.Org/10.24198/Pacnj.V1i1.24817

Perangin-Angin, M. Agustina Br, & Silaban, C. Putri. (2020). Dukungan Keluarga


Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Pasien Hemodialisa. Jurnal
Online Keperawatan Indonesia, 3(2), 65–72.

Putri, E., Alini, & Indrawati. (2020). Hubungan Dukungan Keluarga Dan Kebutuhan
Spritual Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Gagal Ginjal Kronik Dalam
Menjalani Terapi Hemodialisis Di Rsud.Bangkinang. Jurnal Ners, 4(2), 47–55.

Silaban, C. P., & Perangin-Angin, M. A. Br. (2020). Pengaruh Dukungan Keluarga


Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Hemodialisa Di Rumah Sakit Advent

69
70

Bandar Lampung. Link, 16(2), 111–116.


Https://Doi.Org/10.31983/Link.V16i2.6370

Saragih, N. P., Sianipar, T. I., Naibaho, R. W., & Halawa, S. D. (2022). Hubungan
Antara Tingkat Kecemasan Dengan Lamanya Hemodialisis Pada Pasien Gagal
Ginjal Kronik (Ggk) Yang Menjalani Hd. Jurnal Penelitian Perawat
Profesional, 4, 891–898.

Suwanti, Taufikurrahman, Rosyid, M. I., & Wakhid, A. (2021). Gambaran Kualitas


Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani Terapi Hemodialisa. Jurnal
Keperawatan Muhammadiyah Bengkulu, 9(2), 1–9.
Https://Doi.Org/10.36085/Jkmb.V9i2.1711

Suarni, L., Wahyuni, S., & Faswita, W. (2022). 276-588-1-Sm. 7(2), 122–130.

S, V. N., Ginjal, P., Yang, K., & Hemodialisis, M. (2022). Faktor Yang Berhubungan
Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani
Hemodialisis. Jurnal Keperawatan, 14(September), 831–844.

Santoso, M. D. Y. (2018). Tinjauan Sistematik: Kecemasan Pasien Penyakit Ginjal


Kronik Dengan Tindakan Hemodialisis. Jurnal Kesehatan Mesencephalon, 4(2).
Https://Doi.Org/10.36053/Mesencephalon.V4i2.74

Sumah, D. F. (2020). Kecerdasan Spiritual Berkorelasi Dengan Tingkat Kecemasan


Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa Di Ruang
Hemodialisa Rsud Dr . M . Haulussy Ambon.

Sectional, C., & Sampling, Q. (N.D.). Hubungan Kecerdasan Spiritual Dengan


Tingkat Kecemasan Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi
Hemodialisa Di Ruang Hemodialisa Rsud Dr. Saiful Anwar Malang.

Wijaya, A. K., & Padila, P. (2019). Hubungan Dukungan Keluarga, Tingkat


Pendidikan Dan Usia Dengan Kepatuhan Dalam Pembatasan Asupan Cairan
Pada Klien Esrd Yang Menjalani Terapi Hemodialisa. Jurnal Keperawatan
Silampari, 3(1), 393–404. Https://Doi.Org/10.31539/Jks.V3i1.883

70
71

LAMPIRAN

71
72

Lampiran 1

72
73

Lampiran 2

73
74

74
75

Lampiran 3

PENJELASAN PENELITIAN

Nama : Nur wahid ramadhan


Nim : 1901088
Judul : Hubungan Dukungan Keluarga dengan tingkat kecemasan pada pasien
end stage renal disease yang menjalani hemodialisis di RSUD Abdoel
Wahab Sjahranie

Saya sebagai mahasiswa keperawatan ITKES WHS bermaksud melakukan


penelitian dengan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan
Dukungan Keluarga dengan kecemasan pada pasien End Stage Renal Disease yang
menjalani hemodialisis di RSUD Abdoel wahab sjahranie Peneliti akan melihat faktor
apa saja yang menjadi kecemasan pada saat pasien menjalani terapi pengobatan
hemodialisis. Peneliti menjamin bahwa penelitian ini tidak akan menimbulkan
dampak negatif dan merugikanbagi responden.

Berkenaan dengan perihal diatas, saya mohon kesediaan bapak/ibu untuk


bersedia menjadi responden dalam penelitian yang saya lakukan dengan
menandatangani lembar persetujuan menjadi responden dan menjawab pertanyaan-
pertanyaan sesuai dengan petunjuk yang ada. Jawaban responden hanya akan
digunakan sebagai kepentingan penelitian dan akan dijaga kerahasiaannya.

Demikian penjelasan penelitian ini saya buat,atas bantuan dan kerjasama


responden saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.

Samarinda, Juli 2023

Peneliti

75
76

Lampiran 4

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


(INFORMED CONCENT)

Hubungan Dukungan Keluarga dengan tingkat kecemasan pada pasien end


stage renal disease yang menjalani hemodialisis di RSUD Abdoel Wahab
Sjahranie
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :

Setelah mendapatkan penjelasan tentang alur penelitian dan mengetahui tujuan


penelitian saya sebagai responden menyatakan (Setuju/Tidak setuju) untuk ikut
serta dalam penelitian, dengan catatan bila sewaktu-waktu merasa dirugikan dalam
bentuk apapun, berhak membatalkanpersetujuan ini.

Samarinda,....................

Peneliti Responden

Nur wahid ramadhan ....................................

76
77

Lampiran 5

Kuesioner Kecemasan Zung Self-rating Axiety Scala (ZSAS)


( Diadopsi dari Insan Kamil,2018)
Berilah tanda centang (√) pada jawaban yang paling tepat sesuai dengan keadaan
anda atau yang anda rasakan saat menjalani tindakan Hemodialisis.

No.Responden :
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Status Pernikahan :
Lama menjalani Hemodialisa :

NO Pertanyaan Jawaban
Tidak Kadang- Sering selalu
pernah kadang
1 Saya lebih gelisah atau gugup dan
cemas dari biasanya
2 Saya merasa takut tanpa alasan
yang jelas
3 Saya merasa seakan tubuh saya
berantakan atau hancur
4 Saya mudah marah,tersinggung
atau panik
5 Saya selalu merasa kesulitan
mengerjakan segala sesuatu atau
merasa sesuatu yang jelek
6 Kedua tangan dan kaki saya sering
Gemetar

77
78

7 Saya sering terganggu oleh sakit


kepala, nyeri leher atau nyeri otot
8 Saya merasa badan saya lemah
dan mudah lelah
9 Saya tidak dapat istirahat atau
duduk dengan tenang
10 Saya merasa jantung saya berdebar-
debar dengan keras dan
Cepat
11 Saya sering mengalami pusing
12 Saya menjadi sering pingsan atau
merasa ingin pingsan
13 Saya mudah sesak nafas tersengal-
Sengal
14 Saya merasa kaku atau mati rasa
dan kesemutan pada jari-jari saya
15 Saya merasa sakit perut atau
gangguan pencernaan
16 Saya sering kencing dari pada
Biasanya
17 Saya merasa tangan saya dingin
dan sering basah oleh keringat
18 Wajah saya terasa panas dan
Kemerahan
19 Saya sulit tidur dan tidak dapat
istirahat malam
20 Saya mengalami mimpi-mimpi
Buruk

Keterangan :

Tidak pernah = 1 skor Sering = 3 skor

Kadang-kadang = 2 skor Selalu = 4 skor

78
79

Lampiran 6

Kuesioner Dukungan Keluarga

No
OPTION JAWABAN
PERNYATAAN
Tidak Kadang
Sering Selalu
Pernah Kadang
Dukungan Emosional

1 Keluarga mengingatkan saya


untuk menjalani HD dengan rutin

2 Keluarga mengingatkan jadwal


terapi HD kepada saya

3 Keluarga memberikan dukungan


untuk berprilaku hidup yang sehat

4 Keluarga memberikan dukungan


kepada saya agar tidak pasrah
dengan kondisi saat ini
Dukungan Intrumental

5 Keluarga mengantarkan saya ke


RS untuk menjalani terapi HD

6 Keluarga bersedia membiayai


perawatan dan pengobatan terapi
HD

7 Keluarga mengantarkan saya


untuk menjalani terapi HD
menggunakan kendaraan pribadi

Dukungan Informasional

8 Keluarga memberikan penjelasan


tentang pentingnya HD

79
80

9 Keluarga menyarankan agar saya


mematuhi semua yang diperintah
oleh dokter

10 Keluarga mengingatkan saya agar


selalu mengkonsumsi obat dengan
rutin

11 Keluarga mengingatkan saya agar


selalu mengkonsumsi makanan
yang sehat

Dukungan penghargaan
12 Keluarga membantu saya dalam
melakukan aktifitas olah raga
13 Keluarga memberikan support
kepada saya ketika melakukan
terapi HD

14 Keluarga memberi pujian kepada


saya ketika saya menjalankan
terapi HD dengan disiplin

15 Keluarga berusaha menghibur


saya ketika saya mulai jenuh
menjalani rutinitas terapi HD

(Sumber: Nurwulan, 2017)

Tabel bobot nilai Keterangan

SL = Selalu
SL 3
SR = Sering
SR 2
KK = Kadang-
KK 1
kadang
TP = Tidak pernah
TP 0

80
81

Lampiran 7

Hasil Kuesioner Kecemasan


NO Pertanyaan Nilai Persentase (%)
1 Saya lebih gelisah atau gugup 66 41
dan cemas dari biasanya
2 Saya merasa takut tanpa alasan 66 41
yang jelas
3 Saya merasa seakan tubuh saya 58 36
berantakan atau hancur
4 Saya mudah marah,tersinggung 72 45
atau panik
5 Saya selalu merasa kesulitan 65 41
mengerjakan segala sesuatu
ataumerasa sesuatu yang jelek
6 Kedua tangan dan kaki saya 64 40
sering gemetar
7 Saya sering terganggu oleh 90 56
sakit kepala, nyeri leher atau
nyeri otot
8 Saya merasa badan saya lemah 72 45
dan mudah lelah
9 Saya tidak dapat istirahat atau 62 39
duduk dengan tenang
10 Saya merasa jantung saya 57 36
berdebar-debar dengan
keras dan cepat
11 Saya sering mengalami pusing 85 53
12 Saya menjadi sering pingsan 65 41
atau merasa ingin pingsan
13 Saya mudah sesak nafas 72 45
tersengal-sengal
14 Saya merasa kaku atau mati 66 41
rasa dan kesemutan pada jari-
jari saya
15 Saya merasa sakit perut atau 74 46
gangguan pencernaan
16 Saya sering kencing dari pada 79 49
biasanya
17 Saya merasa tangan saya 83 52
dingin dan sering basah oleh

81
82

keringat
18 Wajah saya terasa panas dan 68 43
kemerahan
19 Saya sulit tidur dan tidak dapat 87 54
istirahat malam
20 Saya mengalami mimpi-mimpi 78 49
buruk

82
83

Lampiran 8

Hasil Kuesioner Dukungan Keluarga

NO Pertanyaan Nilai Persentase (%)


1 Keluarga mengingatkan saya 106 88
untuk menjalani HD dengan
rutin
2 Keluarga mengingatkan jadwal 102 85
terapi HD kepada saya
3 Keluarga memberikan 102 85
dukungan untuk berprilaku
hidup yang sehat
4 Keluarga memberikan 102 85
dukungankepada saya agar
tidak pasrah dengan kondisi
saat ini
5 Keluarga mengantarkan saya 106 88
keRS untuk menjalani terapi
HD
6 Keluarga bersedia membiayai 108 90
perawatan dan pengobatan
terapiHD
7 Keluarga mengantarkan saya 89 74
untuk menjalani terapi HD
menggunakan kendaraan
pribadi
8 Keluarga memberikan 63 53
penjelasan tentang pentingnya
HD
9 Keluarga menyarankan agar 104 87
sayamematuhi semua yang
diperintaholeh dokter
10 Keluarga mengingatkan saya 108 90
agarselalu mengkonsumsi obat
denganrutin
11 Keluarga mengingatkan saya 105 88
agar selalu mengkonsumsi
makanan yang sehat
12 Keluarga membantu saya 74 62
dalammelakukan aktifitas olah
raga
13 Keluarga memberikan support 101 84
kepada saya ketika melakukan

83
84

terapi HD
14 Keluarga memberi pujian 91 76
kepada saya ketika saya
menjalankanterapi HD dengan
disiplin
15 Keluarga berusaha menghibur 93 78
sayaketika saya mulai jenuh
menjalani rutinitas terapi HD

84
85

Lampiran 9

Hasil Uji Analisis

jenis kelamin
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
laki-laki 20 50.0 50.0 50.0
Valid perempuan 20 50.0 50.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

status pernikahan
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
belum nikah 8 20.0 20.0 20.0
Valid menikah 32 80.0 80.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

pendidikan
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
SMP 3 7.5 7.5 7.5
SMA 25 62.5 62.5 70.0
Valid
S1 12 30.0 30.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

85
86

Descriptives
Statistic Std.
Error
Mean 38.5750 1.30771
Lower
35.9299
95% Confidence Bound
Interval for Mean Upper
41.2201
Bound
5% Trimmed Mean 38.5278
Median 38.5000
usia Variance 68.404
Std. Deviation 8.27070
Minimum 25.00
Maximum 54.00
Range 29.00
Interquartile Range 14.25
Skewness .142 .374
Kurtosis -1.101 .733
Mean 9.2500 .47871
Lower
8.2817
95% Confidence Bound
Interval for Mean Upper
10.2183
Bound
5% Trimmed Mean 9.4444
Median 10.5000
lama_hd Variance 9.167
Std. Deviation 3.02765
Minimum 2.00
Maximum 12.00
Range 10.00
Interquartile Range 5.00
Skewness -.806 .374
Kurtosis -.602 .733

86
87

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
*
usia .096 40 .200 .954 40 .107
lama_hd .218 40 .000 .839 40 .000
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

3. Variabel (Independent & Dependent)

kecemasan
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
tidak cemas 33 82.5 82.5 82.5
Valid cemas ringan 7 17.5 17.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

dukungan_k
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
dukungan kurang
11 27.5 27.5 27.5
baik
Valid
dukungan baik 29 72.5 72.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

87
88

Tests of Normality

KECEMASAN Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

TIDAK CEMAS ,264 33 ,000 ,804 33 ,000


DUKUNGAN_KELUARGA
CEMAS RINGAN ,262 7 ,156 ,831 7 ,082

a. Lilliefors Significance Correction

SKOR_KECEMASAN * SKOR_DUKUNGAN_KELUARGA Crosstabulation

SKOR_DUKUNGAN_KELUARGA Total

Dukungan Dukungan
Keluarga Baik Keluarga Kurang

Expected Count 23,9 5,1 29,0


Tidak Cemas % within
100,0% 0,0% 100,0%
SKOR_KECEM SKOR_KECEMASAN
ASAN Expected Count 9,1 1,9 11,0
Cemas Ringan % within
36,4% 63,6% 100,0%
SKOR_KECEMASAN
Expected Count 33,0 7,0 40,0
Total % within
82,5% 17,5% 100,0%
SKOR_KECEMASAN

88
89

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- Point Probability
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 22,369a 1 ,000 ,000 ,000


Continuity Correctionb 18,179 1 ,000
Likelihood Ratio 22,678 1 ,000 ,000 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear Association 21,810c 1 ,000 ,000 ,000 ,000
N of Valid Cases 40

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,93.
b. Computed only for a 2x2 table
c. The standardized statistic is 4,670.

Tests of Normality

KECEMASAN Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

TIDAK CEMAS ,264 33 ,000 ,804 33 ,000


DUKUNGAN_KELUARGA
CEMAS RINGAN ,262 7 ,156 ,831 7 ,082

a. Lilliefors Significance Correction

89
90

Lampiran 10

Dokumentasi Penelitian

90
91

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA DIRI

1. Nama : Nur Wahid Ramadhan

2. Tempat dan Tanggal Lahir : Long Irama Kota, 12-12-2000

3. Jenis kelamin : Laki-laki

4. Agama : Islam

5. Status Pernikahan : Belum Menikah

6. Warga Negara : Indonesia

7. Alamat KTP : Jl.Ahmad Yani Rt.01 Long Iram Kota

8. Alamat Sekarang : Juanda 8, Belimbing 1 No 17

9. Nomer HP : 082254015891

II. PENDIDIKAN

1. Tk Melati Long Iram Kota 2005-2007

2. Sd 003 Long Iram Kota 2007-2013

3. Smp 1 Long Iram Kota 2013-2016

4. Sma 1 Long Iram Kota 2016-2019

5. Institut Teknologi Kesehatan Dan Sains Wiyata Husada Samarinda Program


Studi S1 Keperawatan 2019-2023

91

Anda mungkin juga menyukai