Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KELOMPOK EKONOMI MONETER

SUKU BUNGA

Dosen Pengampu : Dr. Sri Nawatmi, SE.,M.Si

Disusun Oleh :

1. Fanny Putri Erlian (20.05.51.0220)


2. Putri Puspitasari (20.05.51.0222)
3. Nurul Aini (20.05.51.0223)
4. Wahyu Estherlya (20.05.51.0238)
5. Puja Ratna Sari (20.05.51.0247)
6. Agil Siroj A. R (20.05.51.0261)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS STIKUBANK SEMARANG
BAB 4
MEMAHAMI SUKU BUNGA

Pengantar

Suku bunga merupakan salah satu variabel yang paling banyak diamati dalam
perekonomian. Hal ini disebabkan suku bunga mempengaruhi kehidupan kita dan
mempunyai konsekuensi penting bagi kesehatan perekonomian dan juga mempengaruhi
keputusan pribadi, seperti memutuskan untuk dikonsumsi atau ditabung, akan membeli
rumah atau tidak, atau memutuskan membeli obligasi atau menaruh dana dalam tabungan.

I. Mengukur Suku Bunga

Memahami bagaimana cara membandingkan nilai dari satu jenis instrumen utang
dengan instrumen utang lainnya. Untuk melakukan ini, kita menggunakan konsep nilai
sekarang (present value)

• Nilai sekarang/nilai diskonto yakni, bahwa uang satu dolar yang dibayarkan kepada
anda satu tahun dari sekarang akan lebih berkurang nilanya daripada uang satu dolar
yang dibayarkan kepada anda sekarang.
Berikut proses perhitungan nilai dolar sekarang yang diterima di masa depan

PV = CF/(1 + i)n

Ket :

CF : arus kas dalam 2 tahun

i : suku bunga tahunan

n : banyaknya tahun

II. 4 Jenis Instrumen Pasar Kredit

1. Pinjaman sederhana (simple loan) : pemberi pinjaman memberikan kepada peminjam


sejumlah dana, yang harus dibayarkan kembali kepada pemberi pinjaman pada saat jatuh
tempo dengan tambahan pembayaran untuk bunga. Misalnya pinjaman komersial untuk
usaha.
2. Pinjaman dengan pembayaran yang tetap : Pemberi pinjaman memberikan kepada
peminjam sejumlah dana, yang harus dibayarkan kembali secara berkala (bulanan) dalam
jumlah yang sama kepada pemberi pinjaman, terdiri atas pokok pinjaman dan suku bunga
untuk sejumlah periode. Misalnya pinjaman untuk membeli mobil dan hipotek.
3. Obligasi kupon : Membayar kepada pemilik obligasi sejumlah suku bunga yang tetap
setiap tahun sampai dengan tanggal jatuh tempo. Misalnya pada instrumen pasar modal
seperti obligasi dan wesel pemerintah AS serta obligasi perusahaan.

• Rumus obligasi kupon

Pc = C/ic

Ket :

Pc : harga perpetuity

C : pembayaran tahunan

ic : yield to maturity dari perpetuity

4. Obligasi Diskonto : Obligasi tanpa kupon, dibeli pada harga lebih rendah dari nilai
nominalnya (pada harga diskonto), dan nilai nominalnya dibayarkan kembali pada
tanggal jatuh tempo. Tidak seperti obligasi kupon, obligasi diskonto tidak melakukan
pembayaran bunga tetapi, hanya membayarkan nilai nominalnya.

• Rumus obligasi diskonto

i=F-P/P

Ket :

F : nilai nominal obligasi dikosto

P : harga sekarang dari obligasi diskonto

Yield to Maturity

Dari beberapa cara umum untuk menghitung suku bunga, hal yang terpenting adalah
memahami yield to maturity, yaitu ukuran yang paling akurat mencerminkan suku bunga,
adalah suku bunga yang sama dengan nilai sekarang dari pembayaran dimasa depan dari
suatu instrumen utang dengan nilainya hari ini.

Aplikasi dari prinsip ini menunjukkan bahwa harga obligasi dan suku bunga berhubungan
negatif. Ketika suku bunga meningkat, harga obligasi turun, dan sebaliknya.
• Yield berbasis diskonto didefinisikan dengan rumus berikut :

idb = F-P/F x 360/hari jatuh tempo

Ket :

idb = yield berbasis diskonto

F = nilai nominal Treasury bill (obligasi diskonto)

P = harga beli obligasi diskonto

III. Jatuh Tempo dan Volatilitas Imbal Hasil Obligasi : Risiko Suku Bunga

• Salah satu fakta penting mengenai perilaku pasar obligasi : Harga dan imbal hasil
obligasi jangka panjang lebih fluktuaktif daripada obligasi yang berjangka
waktu lebih pendek
• Perubahan suku bunga membuat investasi dalam obligasi jangka panjang lebih
berisiko. Tentunya , tingkat risiko dari imbal hasil aset yang merupakan akibat
perubahan suku bunga sedemikian penting sehingga diberi nama khusus, yaitu risiko
suku bunga
• Berikut rumus menghitung suku bunga rill :

Bila suku bunga rill rendah, terdapat insentif yang lebih besar untuk meminjam dan
lebih sedikit insentif untuk memberi pinjaman.

Perbedaan antara suku bunga rill dan nominal penting karena suku bunga rill, yang
mencerminkan biaya pinjaman rill, merupakan indikator insentif untuk meminjam dan
memberikan pinjaman.

Jadi, suku bunga rill di definisikan sebagai suku bunga nominal dikurangi laju inflasi
yang diharapkan.
BAB 5
PERILAKU SUKU BUNGA

FAKTOR-FAKTOR PENENTU PERMINTAAN ASET

 Aset adalah satu bentuk kepemilikan yang berfungsi sebagai alat penyimpanan nilai.
 Macam-macam aset : uang, obligasi, saham, karya seni, tanah, rumah, peralatan
pertanian, dan mesin-mesin pabrik.
 Faktor-faktor penentu permintaan aset :
1. Kekayaan, yaitu keseluruhan sumber daya yang dimiliki oleh individu,
termasuk semua aset.
2. Perkiraan imbalan hasil (perkiraan imbalan hasil pada periode mendatang)
pada satu aset relatif terhadap aset yang lain.
3. Risiko (derajat ketidakpastian yang terkait dengan imbalan hasil) pada satu
aset relatif terhadap aset yang lain.
4. Likuiditas (kecepatan dan kemudahan suatu aset untuk diubah menjadi uang)
relatif terhadap aset yang lain.
 Teori Permintaan Aset
Semua faktor penentu yang baru dibicarakan dapat digolongkan ke dalam teori
permintaan aset (theory of asset demand), yang menyatakan bahwa dengan asumsi
faktor-faktor lainnya tetap :
1. Jumlah permintaan suatu aset berhubungan positif dengan kekayaan.
2. Jumlah permintaan suatu aset berhubungan positif dengan perkiraan imbal
hasil relatif terhadap aset alternatif
3. Jumlah permintaan suatu aset bertubangan negatif dengan risiko imbal
hasilnya relatif terhadap aset alternatif
4. Jumlah permintaan suatu aset berhubungan positif dengan likuiditasnya relatif
terhadap aset alternatif

PENAWARAN DAN PERMINTAAN PADA PASAR OBLIGASI

 Masing-masing harga obligasi terkait dengan suku bunga tertentu. Secara khusus
hubungan negatif antara harga obligasi dan suka bunga berarti bahwa ketika harga
obligasi naik, suku bunganya turun dan sebaliknya.
 Kurva permintaan (demand curve) obligasi yang menunjukkan hubungan antara
jumlah permintaan dan harga ketika variabel ekonomi lainnya tetap (artinya nilai dari
variabel lainnya telah ditentukan). Dalam bab 4, imbal hasil obligasi secara pasti
dapat diketahui dan sama dengan suku bunga sebagaimana diukur dengan yield to
maturity. Hal ini berarti bahwa perkiraan imbal hasil atas obligasi ini sama dengan
suku bunga t, yang dengan menggunakan persamaan :
i = Re = (kurang)
ket :
i : suku bunga : yield to maturity
Re : perkiraan imbal hasil
F : nilai nominal obligasi diskonto
P : harga awal pembelian obligasi diskonto
 Kurva penawaran, Asumsi yang penting di balik kurva permintaan obligasi pada Figur
1 adalah bahwa semua variabel-variabel ekonomi lainnya, selain harga obligasi dan
suku bunga, dianggap konstan. Kita menggunakan asumsi yang sama dalam
menurunkan kurva penawaran (supply curve), yang memanjukkan hubungan antara
jumlah yang ditawarkan dan harga ketika semua variabel-variabel ekonomi lainnya
dianggap konstan.
 Keseimbangan pasar, Dalam ilmu ekonomi, keseimbangan pasar (market equilibrium)
terjadi ketika orang bersedia untuk membeli (permintaan) sama dengan jumlah orang
yang bersedia untuk menjual (penawaran) pada harga tertentu. Dalam pasar obligasi,
keseimbangan tersebut dicapai ketika jumlah obligasi yang diminta sama dengan
jumlah obligasi yang ditawarkan: Bd = Bs
 Analisis penawaran dan permintaan untuk obligasi memberikan satu teori mengenali
bagaimana suku bunga ditentukan. Pasar obligasi dapat memperkirakan perubahan
suku bunga ketika ada perubahan permintaan karena perubahan pendapatan (atau
kekayaan), perkiraan imbal hasil, risiko, atau likuiditas, atau ketika ada perubahan
penawaran karena perubahan peluang investasi yang menarik, biaya peminjaman riil,
atau anggaran pemerintah.

PENAWARAN DAN PERMINTAAN DI PASAR UNTUK UANG: KERANGKA


KERJA PREFERENSI LIKUIDITAS

Satu teori alternatif mengenai suku bunga ditentukan juga diberikan oleh kerangka kerja
preferensi likuiditas, yang menganalisis penawaran dan permintaan untuk uang. Teori ini
menunjukkan bahwa suku bunga akan berubah ketika terdapat perubahan permintaan untuk
uang karena perubahan pendapatan atau tingkat harga atau ketika terdapat perubahan
penawaran uang.

PERUBAHAN SUKU BUNGA KESEIMBANGAN PADA KERANGKA KERJA


PREFERENSI LIKUIDITAS

Pergeseran Permintaan untuk Uang


Dalam analisis preferensi likuiditas Keynes, terdapat dua faktor yang menyebabkan kurva
permintaan untuk uang bergeser, yaitu:
1. Dampak Pendapatan. Semakin tinggi pendapatan menyebabkan permintaan untuk
uang meningkat pada setiap suku bunga dan kurva permintaan bergeser ke kanan.
2. Dampak Tingkat Harga. Kenaikan tingkat harga menyebabkan permintaan atas uang
meningkat pada setiap suku bunga dan kurva permintaan bergeser ke kanan.
Pergeseran Penawaran Uang
Meningkatnya penawaran uang yang dilakukan oleh Federal Reserve akan menggeser
kurva penawaran uang ke kanan. (Mengasumsikan bahwa penawaran uang sepenuhnya
dikendalikan oleh bank sentral, di AS yaitu Federal Reserve).
Perubahan Pendapatan
Ketika pendapatan meningkat selama siklus usaha yang ekspansif (dengan asumsi
variabel ekonomi lainnya konstan), suku bunga akan naik.
Perubahan Tingkat Harga
Ketika tingkat harga naik, dengan penawaran uang dan variabel ekonomi lainnya konstan,
maka suku bunga akan naik.
Perubahan Penawaran Uang
Ketika penawaran uang meningkat (lainnya dianggap tetap), maka suku bunga akan
turun. Terdapat empat kemungkinan dampak dari peningkatan penawaran uang pada suku
bunga yaitu:
1. Dampak Pendapatan. Dampak pendapatan dari peningkatan penawaran uang adalah
menaikkan suku bunga sebagai respons terhadap tingkat pendapatan yang lebih tinggi.
2. Dampak Tingkat Harga. Dampak tingkat harga dari peningkatan penawaran uang
adalah meningkatnya suku bunga sebagai respons terhadap kenaikan tingkat harga.
3. Dampak Perkiraan Inflasi. Dampak perkiraan inlfasi dari peningkatan penawaran
uang adalah kenaikan suku bunga sebagai respons terhadap kenaikan perkiraan laju
inflasi.
BAB 6
STRUKTUR RISIKO DAN STRUKTUR JANGKA WAKTU SUKU BUNGA
• Risiko Gagal Bayar (Default Risk)

Salah satu karakter obligasi yang memengaruhi suku bunganya adalah risiko Gagal bayar
(default risk), yang terjadi ketika penerbit obligasi tidak dapat atau tidak ingin membayar
bunga yang telah dijanjikan atau membayarkan nilai nominal pada saat jatuh tempo.
Perusahaan yang mengalami kerugian besar, seperti perusahaan penerbangan besar United,
Delta, US Airways, dan North West di pertengahan tahun 2000-an, kemungkinan besar
menunda pembayaran bunga obligasinya. Dengan demikian, risiko gagal bayar pada obligasi
tersebut akan tinggi. Sebaliknya, obligasi Teasury AS pada umumnya dianggap tidak
mempunyai risiko gagal bayar karena pemerintah federal Selalu dapat meningkatkan pajak
untuk membayar kewajiban-kewajibannya Obhgasi bebas risiko gagal bayar seperti ini
disebut sebagai obligasi bebas risiko gagal bayar (default free-bonds). (Namun demikian,
selama negosiasi anggaran di Kongres pada tahun 1995 dan 1996, partai Republik
mengancam untuk membiarkan obligasi Treasury mengalami gagal bayar, dan hal ini
berdampak terhadap pasar obligasi, Selisih (spread) antara suku bunga pada obligasi yang
berisiko gagal bayar dengan suku bunga pada obligasi bebas risiko gagal bayar, keduanya
mempunyai jatuh tempo yang sama, disebut premi risiko (risk premium), menunjukkan
seberapa banyak tambahan suku bunga yang harus diperoleh seseorang agar bersedia
memiliki obligasi berisiko.

Obligasi dengan risiko gagal bayar akan sclalu memiliki premi risiko positif, dan
kenaikan risiko gagal bayarnya akan meningkatkan premi risiko.

Oleh karena risiko gagal bayar sangat penting bagi ukuran premi risiko, pembeli obligasi
perlu mengetahui apakah perusahaan memiliki kemungkinan gagal bayar atas obligasinya
Informasi ini disediakan oleh badan pcmeringkat kredit (credit rating agent), yaitu perusahaan
penasihat investasi yang memberi peringkat atas kualitas obligasi korporat dan obligasi
pemerintah daerah dalam hal kemungkinan gagal bayar. Obligasi dengan risiko gagal bayar
yang relatif rendah disebut sekuritas berkelas investasi (investment-grade secunes) dan
berperingkat Baa (atau BBB) dan di atasnya. Obligasi dengan peringkat di bawah Baa (atau
BBB) berisiko gagal bayar yang lebih tinggi dan telah diberi julukan sebagai berkelas
spekulatif (speculatve grade) atau obligasi sampah (Junk bond). Oleh karena obligasi ini
selalu mempunyai suku bunga yang lebih tinggi daripada sekuritas berkelas investasi,
obligasi ini juga dianggap sebagai obligasi dengan yield tinggi.

• Likuiditas

Karakter lain obligasi yang memengaruhi suku bunga adalah likuiditas. Aset yang likuid
adalah aset yang dapat secara cepat dan murah untuk dikonversikan ke dalam bentuk tunai
jika dibutuhkan Semakin likuid suatu aset, semakin aset tersebut diminati (dengan asumsi hal
lainnya konstan) Obligasi Treasury AS adalah obligasi yang paling Iiquid dari semua obligasi
jangka panjang karena banyak diperdagangkan dan paling mudah untuk dijuall dengan cepat
dengan biaya penjualan yang murah. Obligasi korporat tidak sedemikian likuid karena sedikit
diperdagangkan sehingga obligasi tersebut dapat dijual mahal dalam keadaan darurat karena
kemungkinan agak sulit untuk mencari pembeli dengan cepat

• Ringkasan

Struktur risiko suku bunga (hubungan antara suku bunga obligasi dengan jatuh tempo yang
sama) dapat dijelaskan dengan tiga faktor: risiko gagal bayar (default risks), likuiditas, dan
perlakuan pajak penghasilan (income tax treatment).

Struktur Jangka Waktu Suku Bunga

Risiko, likuiditas, dan pertimbangan pajak (secara kolektif sudah termasuk dalam struktur
risiko) dapat memengaruhi suku bunga. Faktor lain yang memengaruhi suku bunga obligasi
adalah jangka waktu jatuh temponya: Obligasi dengan karakteristik risiko, likuiditas, dan
pajak yang identik dapat mempunyai suku bunga yang berbeda karena waktu tersisa untuk
jatuh tempo berbeda. Gambar yield obligasi dengan jangka waktu hingga jatuh tempo yang
berbeda-beda dengan risiko, likuiditas, dan pertimbangan pajak yang sama disebut kurva
imbal hasil (yield curve). Kurva tersebut menjelaskan struktur jangka waktu suku bunga.

Tiga teori telah dikemukakan untuk menjelaskan struktur jangka waktu suku bunga—yaitu,
hubungan antara suku bunga pada obligasi dengan Jatuh tempo yang berbeda yang tercermin
dalam pola-pola kurva yield: (1) teori ekspektasi (expectation theory) (2) teori segmentasi
pasar (segmented market) dan (3) teori premi likuiditas (liquidity premium). Teori ekspektasi
menjelaskan dengan baik dua fakta pertama dalam daftar kita, tetapi tidak yang ketiga. Teori
segmentasi pasar dapat menjelaskan fakta yang ketiga tetapi tidak pada dua fakta lainnya,
yang semuanya dijelaskan dengan baik oleh teori ekspektasi. Karena setiap teori menjelaskan
fakta-fakta yang tidak dapat dijelaskan oleh teori lainnya, cara alamiah untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih baik mengenai struktur jangka waktu adalah dengan
mengombinasikan sifat-sifat dari kedua teori, yang mengantarkan kita pada teori premi
likuiditas, yang dapat menjelaskan ketiga fakta.

Teori Ekspektasi

Teori ekspektasi (cxpectations theory) mengenai struktur jangka waktu menyatakan dalil
yang masuk akal sebagai berikut: Suku bunga obligasi jangka panjang akan sama dengan
rata-rata suku bunga jangka pendek yang diharapkan (ekspektasi) masyarakat akan terjadi
selama jangka waktu obligasi jangka panjang Sebagai contoh, jika masyarakat berharap suku
bunga jangka pendek rata-rata 109 untuk Iima tahun mendatang, teori ekspektasi
memprediksi bahwa suku bunga obligasi dengan jatuh tempo lima tahun adalah 108 juga Jika
suku bunga jangka pendek diharapkan meningkat lebih Onggi setelah periode lima tahun
sehingga suku bunga jangka pendek rata rata untuk 20 tahun mendatang adalah 1196, maka
suku bunga obligasi 20 tahun akan sama dengan 11 % dan akan lebih tinggi daripada suku
bunga obligasi 5 tahun Kita dapat melihat bahwa penjelasan yang diberikan oleb teori
ekspektasi mengenai mengapa suku bunga obligasi dengan jatuh tempo yang berbeda tidak
sama adalah bahwa suku bunga jangka pendek diharapkan mempunyai nilai yang berbeda di
kemudian hari.

Teori ekspektasi merupakan suatu teori elegan yang dapat menjelaskan mengapa struktur
suku bunga (yang ditunjukkan oleh kurva hasil) berubah sepanjang waktu yang berbeda.
Ketika kemiringan kurva menghasilkan ke atas teori ekspektasi menyatakan bahwa suku
bunga jangka pendek diharapkan meningkat pada waktu yang akan datang, seperti dalam
contoh numerik kita. Ketika kurva yield terbalik (kemiringan ke bawah), rata-rata suku bunga
jangka pendek di masa depan diharapkan lebih rendah daripada saku bunga jangka pendek
saat ini, yang mengimplikasikan bahwa secara rata-rata suku bungu jangka pendek
diharapkan akan menurun di masa mendatang. Hanya ketika kurva yield mendatar teori
ekspektasi menyatakan bahwa secara rata-rata suka bunga jangka pendek tidak diharapkan
untuk berubah di masa mendatang.

Teori ekspektasi juga menjelaskan fakta 1, yang menyatakan bahwa suku bunga obligasi
dengan jatuh tempo yang berbeda bergerak bersamaan sepanjang waktu. Teori ekspektasi
juga menjelaskan fakta 2, yang menyatakan bahwa kurva yield cenderung mempunyai
kemiringan ke atas ketika suku bunga jangka pendek rendah, dan terbalik ketika suku bunga
jangka pendek tinggi. Teori ekspektasi mempunyai keterbatasan: Tidak dapat menjelaskan
fakta 3, yang menyatakan bahwa kurva yield biasanya mempunyai kemiringan ke atas. Dalam
praktik, suku bunga jangka pendek cenderung menurun sebagaimana suku bunga jangka
pendek meningkat, sehingga teori ekspektasi menyatakan bahwa kurva yield harus mendatar,
bukan dengan kemiringan ke atas.

Teori Segmentasi Pasar

Asumsi penting dalam teori segmentasi pasar adalah bahwa obligasi dengan jatuh tempo
yang berbeda sama sekali bukan merupakan substitusi, sehingga perkiraan imbal hasil dari
memegang suatu obligasi dangan satu jatuh tempo tidak memiliki dampak terhadap
permintaan obligasi dengan jatuh tempo yang lain. Teori struktur jangka waktu ini adalah
lawan dari teori ekspektasi, yang mengasumsikan bahwa obligasi dengan jatuh tempo yang
berbeda merupakan substitusi sempurna. Argumen mengapa obligasi dengan jatuh tempo
yang berbeda bukan merupakan substitusi adalah bahwa para investor mempunyai preferensi
yang kuat untuk obligasi dengan satu jatuh tempo tetapi tidak untuk yang lainnya, sehingga
mereka akan dikaitkan dengan perkiraan imbal hasil hanya untuk obligasi dengan jatuh tempo
yang diinginkan.

Meskipun teori segmentasi pasar dapat menjelaskan mengapa kurva yield cenderung
mempunyai kemiringan ke atas, teori ini juga memiliki Kelemahan besar yaitu tidak dapat
menjelaskan fakta 1 dan 2 Pertama, karena teori ini melihat pasar obligasi dengan jatuh
tempo yang berbeda sebagai pasar yang secara lengkap tersegmentasi, tidak ada alasan
kenaikan suku bunga obligasi dari suatu jangka waktu jatuh tempo memengaruhi obligasi
dengan jangka waktu jatuh tempo yang lain. Kedua, karena tidak jelas bagaimana permintaan
dan penawaran obligast jangka pendek versus jangka panjang berubah dengan suku bunga
jangka pendek, teori ini tidak menjelaskan mengapa kurva yield cenderung mempunyai
kemiringkan ke atas bila suku bunga jangka pendek rendah, dan terbalik ketika suku bunga
Jangka panjang tinggi.

Teori Premi Likuiditas dan Teori Habitat Preferen

Teori premi likuiditas dan teori habitat preferen merupakan teori-teori yang paling
banyak diterima dalam struktur jangka waktu suku bunga karena teori-teori ini menjelaskan
fakta empiris utama mengenai struktur jangka waktu dengan baik. Teori-teori ini
mengombinasikan ciri teori ekspektasi maupun teori segmentasi pasar dengan menekankan
bahwa suku bunga jangka panjang akan merupakan jumlah dari premi (jangka waktu)
likuiditas dan rata-rata suku bunga jangka pendek yang diharapkan terjadi sepanjang umur
obligasi. Teori premi likuiditas dan teori habitat preferen menjelaskan fakta-fakta berikut: (1)
Suku bunga pada obligasi dengan jatuh tempo yang berbeda cenderung bergerak bersama-
sama sepanjang waktu, (2) kurva yield biasanya mempunyai kemiringan ke atas, dan (3) jika
suku bunga jangka pendek rendah, kurva medan kemungkinan besar memiliki kemiringan ke
atas yang curam, sedangkan ketika suku bunga jangka pendek tinggi, kurva kemungkinan
besar memiliki kemiringan yang berlawanan. Teori-teori ini juga membantu kita
memprediksi pergerakan suku bunga jangka pendek di masa depan. Kemiringan ke atas yang
curam dari kurva yield berarti bahwa suku bunga jangka pendek diharapkan meningkat,
kemiringan ke atas yang tidak terlalu curam berarti suku bunga diharapkan tetap sama,
kemiringan yang mendatar berarti bahwa tingkat bunga jangka pendek diharapkan turun
secara moderat, dan larva yield terbalik berarti bahwa suku bunga jangka pendek
diharapkan turun tajam.

Anda mungkin juga menyukai