Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH

SEJARAH SINGKAT
PARA ULAMA DI ACEH DAN ALIRAN TAUHID
DAN KALAM YANG BERPEGANG OLEH PARA ULAMA

DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS FINAL MATA KULIAH ILMU TAUHID DAN
KALAM

DOSEN PENGAMPU : BAPAK ZAINUDDIN S.Ag.,M.Ag

DISUSUN OLEH : ARINAL HAQ


(230303104)
UNIT : III

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
2023 M/ 1445 H
SYEKH ABDURRAUF BIN ALI AL-FANSURY
(SYIAH KUALA)

Syekh Abdurrauf Singkil ( - Kuala


Aceh, Aceh 1106H/1696 M) adalah
seorang ulama besar Aceh yang
terkenal. Ia memiliki pengaruh yang
besar dalam penyebaran agama Islam di
Sumatera dan Nusantara pada
umumnya. Sebutan gelarnya yang juga
terkenal ialah BuTeungku Syiah Kuala
(bahasa Aceh, artinya Syekh Ulama di
Kuala).Syekh Abdurrauf, lahir di
Singkil atau Barus diperkirakan awal
abad ke 17 M. Masyarakat Aceh lebih
populer dengan Tgk Chiek Di Syiah
Kuala, karena beliau semasa hidupnya
tinggal di Zawiyah Meunara (Menara)
di Kuala Bandar Aceh
Darussalam.Sedangkan gelar al-Singkili
itu diberikan oleh para sarjana asing dari
Eropah seiring mengkaji sejumlah karya
karya emasnya pada masa-masa lampau.
Nama lengkap beliau Syekh Abdurrauf
bin Ali al-Jawi.

Pada masa mudanya, ia mula-mula


belajar pada ayahnya sendiri. Ia
kemudian juga belajar pada ulama-ulama di Fansur dan Banda Aceh. Selanjutnya, ia pergi
menunaikan ibadah haji, dan dalam proses pelawatannya ia belajar pada berbagai ulama di Timur
Tengah untuk mendalami agama Islam.Tercatat sekitar 19 guru pernah mengajarinya berbagai disiplin
ilmu Islam, selain 27 ulama terkemuka lainnya.

Tempat belajarnya tersebar di sejumlah kota yang berada di sepanjang rute haji, mulai dari Dhuha
(Doha) di wilayah Teluk Persia, Yaman, Jeddah, Mekah, dan Madinah. Studi keislamannya dimulai di
Doha, Qatar, dengan berguru pada seorang ulama besar, Abd Al-Qadir al Mawrir.

Menurut Syed Muhammad Naquib al-Attas, syaikh untuk Tarekat Syattariyah Ahmad al-Qusyasyi
adalah salah satu gurunya. Nama Abdurrauf muncul dalam silsilah tarekat dan ia menjadi orang
pertama yang memperkenalkan Syattariyah di Indonesia. Namanya juga dihubungkan dengan
terjemahan dan tafsir Al-Qur’an bahasa Melayu atas karya Al-Baidhawi berjudul Anwar at-Tanzil Wa
Asrar at-Ta'wil, yang pertama kali diterbitkan di Istanbul tahun 1884.

Syekh Abdurrauf As-Singkili diperkirakan kembali ke Aceh sekitar tahun 1083 H/1662 M dan
mengajarkan serta mengembangkan tarekat Syattariah yang diperolehnya. Murid yang berguru
kepadanya banyak dan berasal dari Aceh serta wilayah Nusantara lainnya. Beberapa yang menjadi
ulama terkenal ialah Syekh Burhanuddin Ulakan (dari Pariaman, Sumatera Barat) dan Syekh Abdul
Muhyi Pamijahan (dari Tasikmalaya, Jawa Barat).Pada tahun itu juga, syakh Abdurrauf Syiah Kuala

1
yang terkenal alim, keramat, dan guru dalam tarekat Syattariyah serta ulama yang sangat dihormati
resmi sebagai Syaikhul Islam. Ia dikenal melalui karya-karyanya yang spekstakuler, komprehensif dan
pembawa perdamaian antar kelompok yang bertikai di Aceh, baik akibat perselisihan akidah ataupun
kekuasaan.Karya-karyanya masih dikenal hingga kini dan belum tertandingi, terutama bidang
tasawuf, kalam, tafsir, dan fiqh.Dalam bidang Fiqh yang sangat terkenal salah satunya karyanya
adalah kitab Mir’atul Tullab (judul lengkapnya Mir’atul Tullab fi Tashil al-ma’rifat al-Ahkam wal
Syari’ah lil Malik al-Wahhab : Cermin segala mereka yang menuntut ilmu Fiqh untuk memudahkan
mengenal segala syariat Allah).

Kitab ini disusun atas permintaan Sultanah Tajul Alam Safiatudin Syah, dimulai sekitar tahum 1663,
atau diawal bergabungnya dalam lingkungan Kesultanan (1663 M). Ini dapat ditunjukkan dengan
alasan Syekh Abdurrauf pada mukaddimah kitabnya menyebutkan bahwa awalnya ia enggan
menerima tugas tersebut, karena ia belum fasih dalam menulis bahasa Jawi (Melayu), sebab lama di
negeri Yaman, Mekkah dan Madinah, dan baru-baru kembali ke Nusantara. Tetapi dengan bantuan
dua orang saudaranya, (salah satunya saya sudah mendapatkan nama penulis Kitab Mir'at Ath Thullab
yaitu Syekh Abdul Khahar dari Negeri Ulim (Pidie Jaya sekarang) nama pembantu Tgk Chiek di
Syiah Kuala ini, nama ini terungkap pada kolofon penutup Naskah Mir'at Ath Thullab koleksi saya
sendiri (Tarmizi Abdul Hamid) maka iapun mengarang kitab ini untuk orang (lembaga pemerintahan)
di lingkungan Qadhi, kehakiman, kejaksaan, ataupun lembaga penegakan hukum dan syariat Islam
lainnya.

Karya-karya syekh Abdurrauf As-Singkili


● Mir'at al-Thullab fî Tasyil Mawa'iz al-Badî'rifat al-Ahkâm al-Syar'iyyah li Malik al-Wahhab,
Kitab Hukum Islam.
● Tarjuman al-Mustafid, merupakan naskah pertama Tafsir Al Qur’an yang lengkap berbahasa
Melayu.
● Terjemahan Hadits Arba'in karya Imam Al-Nawawi, ditulis atas permintaan Sultanah
Zakiyyatuddin.
● Mawa'iz al-Badî', berisi sejumlah nasihat penting dalam pembinaan akhlak.
● Tanbih al-Masyi, merupakan naskah tasawuf yang memuat pengajaran tentang martabat tujuh.
● Kifayat al-Muhtajin ilâ Masyrah al-Muwahhidin al-Qâilin bi Wahdatil Wujud, memuat
penjelasan tentang konsep wahdatul wujud.
● Daqâiq al-Hurf, pengajaran mengenai tasawuf dan teologi.
● Umdatul Muhatajin.
● Tanda Kiamat
● Kasyful Muntadhar
● Doa-doa tasawuf,
● Ilmu kebal dan doa keramat.
● Daqaiq al-huruf
● dan berbagai Kitab Tassawuf lainnya, yang jumlah karyanya sampai 40 judul.

Azyumardi Azra menyatakan bahwa banyak karya-karya Abdurrauf Singkil yang sempat
dipublikasikan melalui murid-muridnya. Di antaranya adalah:

● Mir'at al-Thullab fî Tasyil Mawa'iz al-Badî'rifat al-Ahkâm al-Syar'iyyah li Malik al-Wahhab,


karya di bidang fiqh atau hukum Islam, yang ditulis atas permintaan Sultanah Safiyatuddin.
● Tarjuman al-Mustafid, merupakan naskah pertama Tafsir Al Qur’an yang lengkap berbahasa
Melayu.

2
● Terjemahan Hadits Arba'in karya Imam Al-Nawawi, ditulis atas permintaan Sultanah
Zakiyyatuddin.
● Mawa'iz al-Badî', berisi sejumlah nasihat penting dalam pembinaan akhlak.
● Tanbih al-Masyi, merupakan naskah tasawuf yang memuat pengajaran tentang martabat tujuh.
● Kifayat al-Muhtajin ilâ Masyrah al-Muwahhidin al-Qâilin bi Wahdatil Wujud, memuat
penjelasan tentang konsep wahdatul wujud.
● Daqâiq al-Hurf, pengajaran mengenai tasawuf dan teologi.

Syekh Abdurrauf As-Singkili meninggal dunia pada tahun 1693, dengan berusia 73 tahun. Ia
dimakamkan di samping masjid yang dibangunnya di Kuala Aceh, desa Deyah Raya Kecamatan
Kuala, sekitar 15 Km dari Banda Aceh. Namanya kini dilakabkan menjadi nama Universitas Syiah
Kuala atau Unsyiah. Universitas itu berada di Darussalam, Banda Aceh.

Syekh Abdurrauf As-Singkili dipercaya memiliki dua makam. Satu berada di Desa Deah Raya,
Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh. Satu lagi di Desa Kilangan, Singkil. Makam di Singkil berada
di bibir Krueng Singkil. Banyak peziarah mendatangi makam ini, baik dari Aceh maupun dari luar
daerah seperti Sumatera Barat.

Sementara di Banda Aceh, lokasi makam Syiah Kuala berada di bibir Selat Malaka. Seperti halnya di
Singkil, lokasi makam ini juga banyak dikunjungi peziarah. Bahkan makam dijadikan sebagai lokasi
wisata religi di Tanah Rencong oleh pemerintah daerah.

Anda mungkin juga menyukai