Anda di halaman 1dari 11

Semester I 2022/2023

Pi,j(n) adalah kemungkinan-kemungkinan transisi dari status i ke status j setelah n kali transisi,

Contoh 2.27:

Misalkan matriks transisi adalah seperti Contoh 2.23


é0,20 0,50 0,30 ù
P = êê0,60 0,15 0,25úú
êë 0,10 0,85 0,05úû

Maka untuk menghitung kemungkinan perpindahan status dari 2 ke 3 dalam satu transisi
adalah P2,3(1) = 0,25 sesuai dengan definisi untuk matriks transisi.

Untuk menghitung P2,3(2) yaitu perpindahan status dari 2 ke 3 dalam dua transisi dimulai
dengan menghitung P2. Lihat Persamaan (2.37)

é0,20 0,50 0,30 ù é0,20 0,50 0,30 ù


P = êê0,60 0,15 0,25úú êê0,60 0,15 0,25úú
2

êë 0,10 0,85 0,05úû êë 0,10 0,85 0,05úû

é0,370 0,430 0,200ù


= êê0,235 0,535 0,230úú
êë0,535 0,220 0,245úû

sehingga P2,3(2) = 0,230.


Semester I 2022/2023

é0,20 0,50 0,30 ù


ê0,60 0,15 0,25ú
ê ú
êë 0,10 0,85 0,05úû
Contoh 2.28:

Kemungkinan status 2 menjadi status 3 dalam dua transisi dapat dilihat dalam Tabel 2.6.
Dengan Persamaan (2.42.b) kemungkinan tersebut dapat dinyatakan dengan

3
p2,3 (2) = å p2, k pk ,3
k =1
= 0,6x0,3 + 0,15x0,25 + 0,25x0,05 = 0,23 sama seperti Contoh 2.15 dan 2.17.

Tabel 2.6: Transisi Dari Status 2 ke Status 3 Dalam Dua Transisi


Status awal Transisi 1 Transisi 2
2 1 3
2 2 3
2 3 3

Kemungkinan status 2 menjadi status 3 dalam tiga transisi dapat dilihat dalam Tabel 2.7.

0,6x(0,2x0,3 + 0,5x0,25 + 0,3x0,05) + 0,15x(0,6x0,3 + 0,15x0,25 + 0,25x0,05) +


0,25x(0,1x0,3 + 0,85x0,25 + 0,05x0,05) = 0,21575

Tabel 2.7: Transisi Dari Status 2 ke Status 3 Dalam Tiga Transisi


Status awal Transisi 1 Transisi 2 Transisi 3
2 1 1 3
2 1 2 3
2 1 3 3
2 2 1 3
2 2 2 3
2 2 3 3
2 3 1 3
2 3 2 3
2 3 3 3

Jika dibatasi mencari fi,j(n) yaitu kemungkinan-kemungkinan transisi dari status i ke status j
untuk pertama kalinya setelah n kali transisi, maka hal ini sama dengan pi,j(n) dikurangi
kemungkinan-kemungkinan dimana status ke j dicapai (ditempati) sebelum transisi ke n.

Bab II - 2
Semester I 2022/2023

m
Proses Markov hanya mensyaratkan untuk memenuhi Persamaan (2.35) yaitu åp
j =1
i, j = 1 yaitu

kejadian-kejadian pada tahapan berikutnya adalah kejadian yang mutually exclussive dan
collectively exhaustive, dan tidak mensyaratkan hal yang sama untuk kejadian-kejadian
sebelumnya

∑p i, j =1 (2.35.a)
i=1

Contoh:

é0,20 0,50 0,30 ù


ê0,60 0,15 0,25ú
ê ú
êë 0,10 0,85 0,05úû

Namun jika proses Markov juga mensyaratkan bahwa kejadian sebelumnya merupakan
kejadian-kejadian yang mutually exclussive dan collectively exhaustive (misalnya status
ketiga hanya mungkin terjadi jika status sebelumnya adalah status pertama, kedua atau ketiga,
demikian juga status pertama hanya mungkin terjadi jika status sebelumnya adalah status
pertama, kedua, dan ketiga, dan ketiga status tersebut adalah mutually exclussive dan
collectively exhaustive)

maka beberapa contoh matriks demikian (jumlah suku dalam kolom = 1)

! 0, 20 0, 50 0, 30 $ ! 0, 20 0,10 0, 30 $ ! 0, 30 0, 00 0, 70 $
# & # & # &
# 0, 60 0,15 0, 25 & atau # 0, 70 0, 05 0, 65 & atau # 0, 60 0,15 0, 25 & misalnya
# 0, 20 0, 35 0, 45 & # 0,10 0,85 0, 05 & # 0,10 0,85 0, 05 &
" % " % " %

Bab II - 3
Semester I 2022/2023

2.8 Masalah Antrian

pn(t+Dt) = pn-1(t) pn-1,n(Dt) + pn(t) pn,n(Dt) + pn+1(t) pn+1,n(Dt) (2.49)

Jika l adalah satuan banyaknya kedatangan per satuan waktu dan µ satuan banyaknya
kepergian dalam satuan waktu, maka kemungkinan bertambahnya dan berkurangnya panjang
antrian dalam waktu Dt (yang kecil) adalah proporsional dengan kecepatan pertambahan dan
pengurangan tersebut

pn-1,n(Dt) = ln-1Dt (2.50.a)


pn+1,n(Dt) = µn+1Dt (2.50.b)

Karena panjang antrian sebesar n hanya dimungkinkan setelah pada saat Dt panjang antrian
adalah n – 1, n, atau n + 1 saja, maka

pn,n(Dt) = 1 – lnDt – µnDt (2.50.c)

Dengan memasukkan nilai dalam Persamaan (2.50) ke dalam Persamaan (2.49) maka didapat

pn(t+Dt) = pn-1(t) ln-1Dt + pn(t) (1 – lnDt – µnDt) + pn+1(t) µn+1Dt (2.51)

jika disusun kembali, maka Persamaan (2.51) akan menjadi

[pn(t+Dt) – pn(t)]/Dt = pn-1(t) ln-1 – pn(t) (ln + µn) + pn+1(t) µn+1 (2.52)

Jika Persamaan (2.52) diterapkan untuk n = 0 maka jumlah antrian minus tidak mungkin
terjadi sehingga p-1(t) = 0 dan pada saat tidak ada yang mengantri tidak mungkin ada yang
pergi sehingga µ0 = 0. Jika Dt diambil cukup kecil untuk n = 0 Persamaan (2.52) menjadi

dp0(t)/dt = – p0(t) ln + p1(t) µ1 (2.53)

Namun karena pn(t) untuk semua nilai n yaitu 0, 1, 2, … dan seterusnya tidak tergantung
waktu, maka pn(t) cukup dituliskan sebagai pn saja untuk setiap nilai n. Dengan demikian
karena dp0(t)/dt = 0, maka dari Persamaan (2.53) didapat

p1 = (l0/µ1)p0 (2.54)

Secara umum, untuk nilai n lebih besar dari 0 berlaku persamaan

0 = pn-1 ln-1 – pn (ln + µn) + pn+1 µn+1 (2.55)

dan dengan memasukkan n = 1 kedalam Persamaan (2.55) dan menggunakan nilai p1 dari
Persamaan (2.54) didapatkan

λ0 λ1
p2 = p0 (2.56)
µ1µ 2

Bab II - 4
Semester I 2022/2023

Untuk sebarang nilai n berlaku


n "
λ λ ....λn−1 λ %
pn = 0 1 p0 pn = p0 ∏ $ i−1 ' (2.57)
µ1µ 2 ....µ n i=1 # µ i &

∑p n =1 (2.58.a)
n=0

∞ n "
λ %
p0 + p0 ∑ ∏ $ i−1 ' = 1 (2.58.b)
n=1 i=1 # µ i &

1
p0 = ∞ n "
(2.59)
λ %
1+ ∑ ∏ $ i−1 '
n=1 i=1 # µ i &

Panjang antrian L yang diperkirakan dengan teorema probabilitas total



L = ∑ npn (2.60)
n=1

dalam hal ln = l dan µn = µ untuk setiap nilai n maka didapat


1
p0 =
∞ n (2.59.a)
!λ$
1+ ∑# &
n=1 " µ %
n

!λ$ λ /µ
mengingat rumus deret ukur untuk (l/µ) < 1 adalah ∑#" µ &% = 1− (λ / µ )
n=1

1
p0 = = 1− (λ / µ ) (2.59.b)
λ /µ
1+
1− (λ / µ )

sehingga
n
!λ$ ! λ$
pn = # & #1− & (2.57.c)
"µ % " µ%

n−1
!λ$ ∞
1
mengingat untuk (l/µ) < 1 berlaku persamaan ∑ n # & = 2
n=1 " µ % ! λ$
#1− &
" µ%

maka panjang antrian L = ∑ npn dalam menjadi
n=1

n

!λ$ ! λ$ λ
L = ∑n# & #1− & = (2.60.a)
n=1 " µ % " µ% µ−λ

Bab II - 5
Semester I 2022/2023

Contoh 2.34:

Jika dalam satu pintu toll kedatangan mobil adalah setiap 10 detik sedangkan pelayanan
adalah 4 detik, tentukan kemungkinan panjang antrian adalah 0, 1, 2, 3, dst. dan panjang
antrian yang diperkirakan.

Tabel 2.15: Kemungkinan Panjang Antrian


n pn p0 + p1 .. + pn 1 – p0 + p1 .. + pn
0 0,6 0,6 0,4
1 0,24 0,84 0,16
2 0,096 0,936 0,064
3 0,0384 0,9744 0,0256
4 0,01536 0,98976 0,01024
5 0,006144 0,995904 0,004096
6 0,0024576 0,9983616 0,0016384
7 0,00098304 0,99934464 0,00065536

n
1 !λ$ ! λ$
p0 = = 1− (λ / µ ) pn = # & #1− &
λ /µ "µ % " µ%
1+
1− (λ / µ )

l/µ = 4/10 = 0,4. p0 = 1 – 0,4 = 0,6 dan pn = 0,6 x 0,4n


Secara tabelaris dapat ditampilkan pada Tabel 2.15.
n

!λ$ ! λ$ λ
L = ∑n# & #1− & =
n=1 " µ % " µ% µ−λ

L = 4/(10 – 4) = 0,667. 0,5/(1,25 – 0,5) = 0,667

Satuan waktu 5 detik


l = 0,5
µ = 1,25

Bab II - 6
Semester I 2022/2023

2.9. Pengambilan Keputusan dalam Ketidak Pastian

Contoh 2.37:

Seorang kontraktor yang ingin menyelesaikan suatu proyek dengan biaya sesedikit mungkin.
Alat I untuk tahap pertama, dan alat II untuk tahap kedua digunakan secara berurutan.

Tabel 2.17: Waktu Penyelesaian Proyek (Hari)


Alat II \ Alat I 2 hari 3 hari 4 hari
5 hari 7 8 9
6 hari 8 9 10
7 hari 9 10 11

Pengerjaan dengan alat I dinyatakan dengan peristiwa U dan dengan alat II dinyatakan
dengan peristiwa V, maka U2 berarti kemungkinan penyelesaian menggunakan alat I dalam 2
hari, dan seterusnya. Kombinasi setiap peristiwa dari masing-masing penggunaan alat
menghasilkan jumlah hari penyelesaian proyek seperti misalnya U3ÇV5 membutuhkan
waktu penyelesaian 8 hari seperti terlihat pada Tabel 2.17.

Tabel 2.18: Daftar Harga dan Efektivitas Alat


Harga Kemungkinan Penjelesaian
Alat Jenis per hari 2 hari 3 hari 4 hari 5 hari 6 hari 7 hari
I A 100 0,2 0,5 0,3 0,0 0,0 0,0
I B 130 0,3 0,6 0,1 0,0 0,0 0,0
I C 160 0,4 0,5 0,1 0,0 0,0 0,0
II D 50 0,0 0,0 0,0 0,2 0,3 0,5
II E 70 0,0 0,0 0,0 0,4 0,2 0,4
II F 90 0,0 0,0 0,0 0,4 0,4 0,2

Jika menggunakan jenis B, maka P[U2] = 0,3, P[U3] = 0,6, dan P[U4] = 0,1 Seperti terlihat
pada Tabel 2.18. Penggunaan alat I dan alat II adalah independen.

Ekspektasi harga A:
E[harga A] = {P[U2]x2 + P[U3]x3 + P[U4]x4} x harga A
= {0,2x2 + 0,5x3 + 0,3x4} x 100
= 310 satuan harga.

Dengan cara yang sama ekspektasi harga untuk jenis-jenis alat yang lainnya dapat dihitung
seperti terlihat dalam Tabel 2.19.

Tabel 2.19: Ekspektasi Harga Penggunaan Jenis Alat


Alat Jenis Perkiraan harga
I A 310
I B 364
I C 432
II D 315
II E 360
II F 406

Bab II - 7
Semester I 2022/2023

Tabel 2.20: Perkiraan Denda


Kombinasi Kemungkinan Selesai Biaya Denda Estimasi
Alat 10 hari 11 hari 10 hari 11 hari Denda Total
AD 0,34 0,15 170 150 320
AE 0,26 0,12 130 120 250
AF 0,22 0,06 110 60 170
BD 0,33 0,05 165 50 215
BE 0,26 0,04 130 40 170
BF 0,16 0,02 80 20 100
CD 0,28 0,05 140 50 190
CE 0,22 0,04 110 40 150
CF 0,14 0,02 70 20 90

Dari Tabel 2.19 dapat dilihat bahwa harga yang optimum adalah jenis A untuk alat I dan jenis
D untuk alat II. Dengan demikian dapat dianjurkan jenis alat yang digunakan untuk
melaksanakan kedua pekerjaan di atas ialah alat A dan D.

Persoalan di atas dapat berubah jika misalnya pekerjaan tidak dapat diselesaikan dalam 9 hari
maka pelaksana pekerjaan dapat dikenakan denda sebanyak 500 satuan harga per hari.

Jika menggunakan alat A&D maka kemungkinan pelaksanaan tersebut untuk selesai dalam
10 hari adalah:
P[10 hari] = P[U4ÇV6] + P[U3ÇV7] = 0,3x0,3 + 0,5x0,5= 0,34
Untuk menyelesaikan 11 hari dihitung dengan:
P[11 hari] = P[U4ÇV7] = 0,3x0,5 = 0,15
Jadi denda yang diperkirakan akan dikenakan jika digunakan alat A&D adalah:
E[denda] = 0,34x500 + 0,15x2x500 = 320 satuan harga.

Demikian seterusnya untuk kombinasi peralatan yang lain seperti tercantum dalam Tabel
2.21.

Dari Tabel 2.21 ini dapat dilihat bahwa penggunaan alat A dan F yang berurutan ini
menghasilkan ekspektansi biaya yang paling kecil.

Tabel 2.21: Biaya Keseluruhan


Kombinasi Alat Biaya Sewa Potensi Denda Estimasi Total
AD 625 320 945
AE 670 250 920
AF 716 170 886
BD 679 215 894
BE 724 170 894
BF 770 100 870
CD 747 190 937
CE 792 150 942
CF 838 90 928

Bab II - 8
Semester I 2022/2023

Contoh 2.38:
Driven pile. Bore pile
Akan ditentukan jenis pondasi yang akan digunakan. Pondasi tersebut dibangun di dalam
tanah yang kemungkinannya pasir (SS) 75% atau Lempung (CC) 25%. Jika dipasang
pondasi tiang pancang (D), maka dalam hal tanah adalah pasir maka biaya yang dikeluarkan
adalah 20. Jika ternyata tanah adalah lempung maka biaya yang perlu dikeluarkan adalah
120. Jika dipasang pondasi bor sumuran (B), maka dalam hal tanah adalah pasir maka biaya
yang harus dikeluarkan adalah 70 sedangkan dalam hal tanah lempung, biaya yang harus
dikeluarkan adalah sebesar 40. Tabel 2.22 dapat menggambarkan ringkasan masalahnya
dalam bentuk tabel. Tanda negatif menunjukkan nilai kerugian.

Tabel 2.22: Biaya Pelaksanaan Pondasi


Pondasi Tanah Kemungkinan Biaya
D SS 0,75 -20
D CC 0,25 -120
B SS 0,75 -60
B CC 0,25 -40

Pertanyaan: pondasi mana yang harus digunakan. Dengan teorema probabilitas total: Jika
menggunakan pondasi D ekspektasi biaya:
E(D) = 0,75 x (-20) + 0,25 x (-120) = - 45
jika menggunakan pondasi B:
E(B) = 0,75 x (-60) + 0,25 x (-40) = -55
Keputusannya ialah menggunakan pondasi D.

Jika kemudian ada pengujian yang memerlukan biaya tambahan sebesar 10 dengan keandalan
sebagai berikut:
Jika tanah adalah pasir, 80% pengujian menyatakan tanah pasir (HS), 15% menyatakan
lempung campur pasir (CS) dan 5% menyatakan tanah lempung (HC). Jika tanah adalah
lempung, 10% pengujian menyatakan tanah pasir (HS), 20% menyatakan lempung campur
pasir (CS) dan 70% menyatakan lempung (HC).

Secara probabilistik rumusan di atas dituliskan sebagai:


P[HS|SS] = 0,80, P[CS|SS] = 0,15 P[HC|SS] = 0,05
P[HS|CC] = 0,10, P[CS|CC] = 0,20 P[HC|CC] = 0,70

Dengan menggunakan teorema Bayes jika ternyata hasil pengujian memberikan HS maka
kemungkinan SS dan CC harus dikoreksi menjadi

P[HS | SS]P[SS]
P[SS | HS] =
P[HS | SS]P[SS]+ P[HS | CC]P[CC]

= 0,8x0,75/(0,8x0,75+0,1x0,25)
= 0,96
P[HS | CC]P[CC]
P[CC | HS] =
P[HS | SS]P[SS]+ P[HS | CC]P[CC]
= 0,1x0,25/(0,8x0,75+0,1x0,25)
= 0,04

Bab II - 9
Semester I 2022/2023

Tabel 2.22.a: Biaya Pelaksanaan Pondasi (HS)


Pondasi Tanah Kemungkinan Biaya
D SS 0,96 -30
D CC 0,04 -130
B SS 0,96 -70
B CC 0,04 -50

Dengan demikian tabel setelah percobaan ini yang memberikan hasil HS menjadi seperti
pada Tabel 2.22.a dan ekpektasi nilai menjadi
E(D) = 0,96 x (-30) + 0,04 x (-130) = -34
E(B) = 0,96 x (-70) + 0,04 x (-50) = - 69.2
Dalam hal ini keputusannya ialah menggunakan pondasi tiang pancang D.

Jika ternyata hasil test yang diperoleh adalah CS, maka koreksi yang dilakukan adalah
P[CS | SS]P[SS]
P[SS | CS] =
P[CS | SS]P[SS]+ P[CS | CC]P[CC]
= 0,15x0,75/(0,15x0,75+0,2x0,25)
= 0,692
P[CS | CC]P[CC]
P[CC | CS] =
P[CS | SS]P[SS]+ P[CS | CC]P[CC]
= 0,2x0,25/(0,15x0,75+0,2x0,25)
= 0,308

Dan tabel yang memberikan hasil CS menjadi seperti diberikan pada Tabel 2.22.b
Tabel 2.22.b: Biaya Pelaksanaan Pondasi (CS)
Pondasi Tanah Kemungkinan Biaya
D SS 0,692 -30
D CC 0,308 -130
B SS 0,692 -70
B CC 0,308 -50

Dan ekpektasi nilai menjadi


E(D) = 0,692 x (-30) + 0,308 x (-130) = -60,77
E(B) = 0,692 x (-70) + 0,308 x (-50) = - 63.85
Dalam hal ini keputusannya ialah menggunakan pondasi tiang pancang D

Jika ternyata hasil yang diperoleh adalah HC, maka koreksi yang dilakukan adalah
P[HC | SS]P[SS]
P[SS | HC] =
P[HC | SS]P[SS]+ P[HC | CC]P[CC]
= 0,05x0,75/(0,05x0,75+0,7x0,25)
= 0,176
P[HC | CC]P[CC]
P[CC | HC] =
P[HC | SS]P[SS]+ P[HC | CC]P[CC]
= 0,7x0,25/(0,05x0,75+0,7x0,25)
= 0,824

Bab II - 10
Semester I 2022/2023

Tabel 2.22.c: Biaya Pelaksanaan Pondasi (CC)


Pondasi Tanah Kemungkinan Biaya
D SS 0,176 -30
D CC 0, 824 -130
B SS 0,176 -70
B CC 0, 824 -50

Dan tabel yang memberikan hasil HC menjadi seperti pada Tabel 2.22.c dan ekpektasi nilai
menjadi

E(D) = 0,176 x (-30) + 0,824 x (-130) = -112.35


E(B) = 0,176 x (-70) + 0,824 x (-50) = - 53.53

Dalam hal ini keputusannya ialah menggunakan pondasi bor sumuran B.

Karena ketiga hasil test dapat memberikan kesimpulan yang berbeda, maka perlu dikaji lagi
kemungkinan terjadinya HS, CS, dan HC sebelum memutuskan:

Dengan teorema probabilitas total kemungkinan terjadinya masing-masing HS, CS dan HC


jika dilakukan pengujian ialah:

P[HS] = P[HS|SS] P’[SS] + P[HS|CC] P’[CC]


= 0,8 x 0,75 + 0,1 x 0,25
= 0,625
P[CS] = P[CS|SS] P’[SS] + P[CS|CC] P’[CC]
= 0,15 x 0,75 + 0,2 x 0,25
= 0,1625
P[HC] = P[HC|SS] P’[SS] + P[HC|CC] P’[CC]
= 0,05 x 0,75 + 0,7 x 0,25
= 0,2125

Dari perhitungan terdahulu didapat jika tanpa melakukan test akan diperoleh E[nilai] = -45
(yaitu jika memilih pondasi tiang pancang D), sedangkan jika melakukan test maka dengan
teorema probabilitas total didapatkan

E[Nilai] = 0,625 x (-34) + 0,1625 (-60,77) + 0,2125 (-53.53)


= -43.00

Kesimpulannya ialah lebih baik mengadakan pengujian terlebih dahulu dan keputusan apakah
pondasi tiang pancang D atau pondasi bor sumuran B yang diambil baru dapat diputuskan
setelah didapat apakah hasilnya adalah SS, CS, atau CC

Bab II - 11

Anda mungkin juga menyukai