Modul Ajar Mektan 02 TM 03 - Rev Wa00
Modul Ajar Mektan 02 TM 03 - Rev Wa00
MODUL PERKULIAHAN
Mekanika Tanah II
Abstract Kompetensi
Memahami fenomena tegangan dalam Mahasiswa mampu menghitung
danah dan metod perhitungannya tegangan dalam tanah menggunakan
beberapa metode yang berkembang
dan penerapannya terhadap
perhitungan konsolidasi pada tanah
berlapis
03
Fakultas Teknik Perencanaan Teknik Sipil W112100017
Dan Desain W111700013W111700013Fakultas Teknik Pe2an Dan Desain Noegroho Aspar
Distribusi Tegangan Dalam Tanah
1. TEGANGAN DALAM TANAH (lanjutan)
1.5 Tegangan Akibat Bidang Terbebani Melingkar
Persamaan Boussinesq pada prakteknya dapat juga digunakan untuk menentukan tegangan
vertikal di bawah bidang lentur yang terbebani secara melingkar seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 12. Pada Gambar 12 radius bidang yang terbebani tersebut adalah B/2, dan
beban yang terdistribusi secara merata per satuan luas adalah q0. Dalam rangka
menghitung kenaikan tegangan pada titik A, yang terletak pada kedalaman z di bawah pusat
bidang bulat, maka perlu dipertimbangkan bidang elemen pada pada lingkaran tersebut.
Beban pada bidang elemen tersebut bisa dipertimbangkan sebagai beban terpusat dan
dituliskan sebagai ∫A qo dA. Kenaikan tegangan pada titik A yang diakibatkan oleh beban
tersebut dapat dituliskan sebagai berikut
3 (q0 dA)
dp = 5/2
(25)
r 2
2 z 1 +
2
z
dimana dA = 2 r dr, bila bentuk terakhir ini dimasukkan pada Persamaan (25) akan
didapat
3 (q0 2 r dr )
dp = 5/2
(26)
r 2
2 z 1 +
2
z
Kenaikan tegangan total yang diakibatkan oleh bidang yang terbebani dapat diperoleh
dengan mengintegralkan Persamaan (26), akan didapat
r 3 (q0 2 r dr )
p = dp = 5/2
atau
0
r 2
2z 2 1 +
z
1
p = q0 1 − 3/ 2
(27)
r 2
1 +
z
p
A
Gambar 12: Kenaikan Tegangan Di Bawah Bidang Lentur Bulat Terbebani Merata
Mengingat radius bidang pada Gambar 12 adalah B/2, maka Persamaan (27) menjadi
1
p = q0 1 − 3/ 2
(28)
B 2
1 +
2 z
Dengan prinsip integral dapat dilakukan untuk mendapatkan kenaikan tegangan vertikal di
titik A’ yang terletak pada jarak r dari pusat bidang yang terbebani pada kedalaman z (Ahlvin
dan Ulery, 1962). Variasi harga p/q0 terhadap r/(B/2) dan z/(B/2) [untuk 0 < r/(B/2) < 1]
dapat dilihat pada Tabel 4. Perhatikan bahwa kisaran harga p/q0 terhadap kedalaman
r/(B/2) = 0 dapat diperoleh dari Persamaan (28).
Tabel 4: Kisaran Harga p/q0 terhadap r/(B/2) dan z/(B/2) untuk Bidang
Lentur Bulat Terbebani Merata (Ahlvin dan Ulery, 1962)
r/(B/2)
z/(B/2)
0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0
0,0 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000
0,1 0,999 0,999 0,998 0,996 0,976 0,484
0,2 0,992 0,991 0,987 0,970 0,890 0,468
0,3 0,976 0,973 0,963 0,922 0,793 0,451
0,4 0,949 0,943 0,920 0,860 0,712 0,435
0,5 0,911 0,902 0,869 0,796 0,646 0,417
0,6 0,864 0,852 0,814 0,732 0,591 0,400
0,7 0,811 0,798 0,756 0,674 0,545 0,367
0,8 0,756 0,743 0,699 0,619 0,504 0,366
0,9 0,701 0,688 0,644 0,570 0,467 0,348
1,0 0,646 0,633 0,591 0,525 0,434 0,332
1,2 0,547 0,535 0,501 0,447 0,377 0,300
1,5 0,424 0,416 0,392 0,355 0,308 0,256
2,0 0,284 0,286 0,268 0,248 0,224 0,196
2,5 0,200 0,197 0,191 0,180 0,167 0,151
3,0 0,146 0,145 0,141 0,135 0,127 0,118
4,0 0,087 0,086 0,085 0,082 0,080 0,075
(a /b ) q 0
b a (a /b ) q 0
q0 = H q0 H q0
b a a
2 z
1 1+ 2 z 2 z
A A A
Dengan cara yang sama tegangan pada titik A akibat pembebanan pada Gambar 13c
adalah
(a / b)q0 2
p2 = (30)
Jadi tegangan pada titik A akibat beban tanggul pada Gambar 13a adalah Persamaan (29)
minus Persamaan (30) yaitu
q0 a + b
(1 + 2 ) −
a
p = 2 (31)
b b
dimana q0 = H
= berat volume tanah pada tanggul
H = tinggi tanggul
a+b a
1 = arc tg - arc tg (dalam radian)
z z
a
2 = arc tg (dalam radian)
z
Selanjutnya Persamaan (31) sering ditulis menjadi
p = q0 I (32)
dimana I = faktor pengaruh
1 a + b 1 a b
(1 + 2 ) −
a
= 2 = f ,
b b z z
Untuk memudahkan dalam penentuan harga faktor pengaruh, maka variasi harga faktor
pengaruh terhadap besarnya a/z dan b/z dapat dilihat pada Gambar 14.
0,5
0,30
Faktor Pengaruh
0,4
0,25
0,3 b a
0,20
q0
0,2
0,15 p = q0I
0,1 z
0,10 p
a /z = 0
0,05
0,00
0,01 0,10 1,00 10,00
b/z
Latihan Soal 5
Suatu tanggul dibangun dengan ketinggian 3,0 m seperti ditunjukkan pada Gambar 15.
Jika berat volume tanah yang terpadatkan untuk tanggul tersebut adalah 18,864 kN/m3.
Hitung berapa besarnya tegangan vertikal di titik A, B, dan C akibat beban tanggul tersebut.
Penyelesaian Soal 5
Tegangan di titik A dapat dihitung dengan metode super posisi seperti pada Gambar
3.15a berikut ini
1:1
3m
1:1
= 18,864 kN/m3
4,5 m
1,5 m 3m
C B A
3m 1,5 m 4,5 m 3m
3m
3m +
3m 3m
pA2
pA1
A1 A2
Untuk bagian sebelah kiri Gambar 3.16a, jika b/z = 3/3 = 1, a/z = 1,5/3 = 0,5. Dari Gambar
14 didapat I1 = 0,3955. Untuk bagian sebelah kanan Gambar 3.16a, jika b/z = 3/3 = 1, a/z =
4,5/3 = 1,5. Dari Gambar 14 didapat I2 = 0,4768. Jadi
Tegangan di titik B dapat dihitung dengan metode super posisi seperti pada Gambar
16b berikut ini
Untuk bagian sebelah kiri Gambar 3.16b, jika b/z = 1,5/3 = 0,5, a/z = 0/3 = 0,0. Dari Gambar
14 didapat I1 = 0,1476. Untuk bagian tengah Gambar 16b, jika b/z = 3/3 = 1, a/z = 7,5/3 =
Tegangan di titik C dapat dihitung dengan metode super posisi seperti pada Gambar
16c berikut ini
Untuk bagian sebelah kiri Gambar 16c, jika b/z = 3/3 = 1,0, a/z = 12/3 = 4,0. Dari Gambar 14
didapat I1 = 0,4978. Untuk bagian sebelah kanan Gambar 16c, jika b/z = 3/3 = 1,0, a/z = 3/3
= 1,0. Dari Gambar 14 didapat I2 = 0,4548. Jadi
7,5 m 3m
+
3m
1,5 m
3m
pB3
pB2
pB1 B B2 B3
1
3m 3m
6m
3m
3m
pC1 pC2
C1 C2
Latihan Soal 6
Suatu tanggul ditunjukkan pada Gambar 17. Hitung kenaikan tegangan vertikal di
bawah tanggul tersebut pada titik A dan B.
Penyelesaian Soal 6
Tegangan di titik A dapat dihitung dengan metode super posisi seperti pada Gambar
18a berikut ini
Untuk bagian sebelah kiri Gambar 18a, jika b/z = 14/5 = 2,8, a/z = 2,5/5 = 0,5. Dari Gambar
14 didapat I1 = 0,4526. Untuk bagian sebelah kanan Gambar 16a, jika b/z = 14/5 = 2,8, a/z =
2,5/5 = 0,5. Dari Gambar 14 didapat I2 = 0,4526. Jadi
7m
= 17,5 kN/m3
16,5 m
5m 11,5 m
5m
B A
14 m 2,5 m 2,5 m 14 m
7m
7m +
5m
5m
pA2
pA1
A1 A2
q01 = H = 17,5 x 2,5 = 43,75 kN/m2, q02 = H = 17,5 x 7 = 122,5 kN/m2, q03 = H =
17,5 x 4,5 = 78,75 kN/m2
Tegangan di titik B dapat dihitung dengan metode super posisi seperti pada Gambar
17b berikut ini
Untuk bagian sebelah kiri Gambar 17b, jika b/z = 5/5 = 1,0, a/z = 0/5 = 0,0. Dari Gambar 14
didapat I1 = 0,2500. Untuk bagian tengah Gambar 17b, jika b/z = 14/5 = 2,8, a/z = 14/5= 2,8.
Dari Gambar 14 didapat I2 = 0,4967. Untuk bagian sebelah kanan Gambar 17b, jika b/z =
9/5 = 1,8, a/z = 0/5 = 0,0. Dari Gambar 14 didapat I3 = 0,3386. Jadi
pB = q01 I1 + q02 I2 – q03 I3 = (43,75) (0,2500) + (122,50 (0,4967) – (78,75) (0,3386)
+
7m
2,5 m
5m 4,5 m 9m
5m
pB3
pB2
pB1 B B2 B3
1
n Isi
Ahlin, R. G., dan Ulery, H. H., “Tabulated Values of Determining the Composite Pattern of
Stresses, Strains, and Deflections Beneath a Uniform Load on a Homogeneous half
Space,” Highway Research Board Bulletin 342, hal.1-13, 1962.
Das, Braja M., and Sobhan, Khaled, Principles of Geotechnical Engineering, edisi ke 9,
Cengage Learning, Boston, MA, USA, 2018.
Griffiths, D. V., “A Chart for Estimating the Average Vertical Stress Increase in an Elastic
Foundation Below a Uniformly Loaded Rectangular Area,” Canadian Geotechnical
Journal, Vol. 21, No. 4, hal. 710-713, 1984.
Osterberg, J. O., “Influence Values for Vertical Stresses in Semi-infinite Mass Due to
Embankment Loading,” Proceedings of the 4th. International Conference on Soil
Mechanics and Foundation Engineering, Vol. 1, London, hal. 393-396, 1975.
Westergaard, H. M., “A Problem of Elasticity Suggested by a Problem in Soil Mechanics:
Soft Material Reinforced by Numerous Strong Horizontal Sheets,” in Contributions to
the Mechanics of Solids, Stephen Timoshenko 60th Anniversary Volume, Macmillan,
New York, 1938.