Anda di halaman 1dari 9

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI Bacillus sp.

SEBAGAI
BAKTERI PENDEGRADASI KONTAMINAN HIDROKARBON
PADA PROSES BIOREMEDIASI
ISOLATION AND IDENTIFICATION Bacillus sp. AS
DEGRADING BACTERIA FOR HYDROCARBON
CONTAMINANT IN THE BIOREMEDIATION PROCESS
Fahrudin Hendro Priyono1, Muhammad Nofal2

Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jln. Kamper, Kampus IPB
Dramaga, Bogor, 16680

adien.hendro@gmail.com, muhammadnofal23@gmail.com

Abstrak: Bioremediasi merujuk pada penggunaan secara produktif proses biodegradatif untuk
menghilangkan atau mendetoksi polutan yang mencemari lingkungan dan mengancam kesehatan
masyarakat. Biasanya sebagai kontaminan tanah, air dan sedimen dengan memanfaatkan
mikroorganisme. Sebelum proses bioremediasi, isolasi dan seleksi awal akan menentukan bakteri
mana yang sesungguhnya berperan dan berpotensi untuk dikembangkan dan dimanfaatkan secara
khusus dalam penanganan pencemaran minyak/lemak. Tujuan dari isolasi dan identifikasi Bacillus sp.
ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis uji biokimia yang digunakan, serta mengidentifikasi bakteri
Bacillus sp. sebagai bakteri pendegradasi kontaminan minyak pada proses bioremediasi. Uji biokimia
ini mencakup uji fermentasi karbohidrat, uji hidrolisis pati (amilolitik), uji lipolitik, uji methyl red, uji
Voges-Proskauer, uji oksidase, uji katalase, uji indol, uji sitrat, uji proteolitik, uji urease, uji hidrogen
sulfida (H2S), uji selulase dan uji protease. Mekanisme biodegradasi hidrokarbon minyak bumi
oleh bakteri Bacillus sp. menggunakan hidrokarbon minyak bumi sebagai sumber karbon dan
energi. Proses selanjutnya, bakteri memproduksi enzim yang dapat mendegradasi hidrokarbon
minyak bumi. Penambahan biosurfaktan dapat meningkatkan degradasi hidrokarbon, terutama
hidrokarbon dengan panjang rantai kurang dari 9 sulit didegradasi karena senyawa ini bersifat
toksik.
Kata kunci: Bacillus sp., Bioremediasi, Hidrokarbon, Isolasi, Uji Biokimia.

Abstract : Bioremediation refers to the use of productive processes to eliminate or detoxated


biodegradatif pollutants that pollute the environment and threaten public health. Usually as a
contaminant of soil, water and sediment by utilizing microorganisms. Before the process of
bioremediation , isolation and preliminary selection will determine which bacteria are the true role
and potential to be developed and utilized specifically in the handling of the pollution of oil / lipid. The
purpose of the isolation and identification of Bacillus sp. is to determine the types of biochemical tests
were used , as well as identify the bacteria Bacillus sp. as degrading bacteria in the bioremediation of
oil contaminants . Biochemical tests include tests of carbohydrate fermentation , starch hydrolysis test
( amylolytic ) , lipolytic test , methyl red test , Voges - Proskauer test , oxidase test , catalase test ,
indole test , citrate test , proteolytic test , urease test , test hydrogen sulfide ( H2S ) , test cellulase and
protease test . Mechanism of petroleum hydrocarbon biodegradation by the bacteria Bacillus sp . use
petroleum hydrocarbons as sources of carbon and energy . The next process, the bacteria produce
enzymes that can degrade petroleum hydrocarbons. Addition of biosurfactants can enhance the
degradation of hydrocarbons , particularly hydrocarbons with chain length less than 9 difficult to
degrade because these compounds are toxic.
Keywords: Bacillus sp., Biochemical Test, Bioremediation, Hydrocarbon, Isolation.
PENDAHULUAN
Pengendalian pencemaran dengan mikroba tengah berkembang dan berpotensi di
masa mendatang karena teknologinya yang ramah lingkungan (mengurangi dampak
penggunaan bahan kimia). Pada lingkungan yang telah lama tercemar serta kolam
pengolahan limbah dimungkinkan terdapat bakteri pendegradasi minyak/lemak
tersebut secara alamiah, bersaing maupun berkonsorsia dengan mikroorganisme
lainnya (Cooper et al 1990). Isolasi dan seleksi awal akan menentukan bakteri mana
yang sesungguhnya berperan dan berpotensi untuk dikembangkan dan dimanfaatkan
secara khusus dalam penanganan pencemaran minyak/lemak (Sugiato dan Anto T
2003). Prosedur isolasi bakteri yang lazim dilakukan biasanya hanya dapat
mengisolasi bakteri pendegradasi minyak bumi yang mendominasi kultur, yaitu
bakteri yang pertama mendegradasi minyak bumi dan mampu mencapai konsentrasi
sel tinggi dengan cepat (Walker dan Colwell 1974).
Tujuan dari isolasi dan identifikasi Bacillus sp. ini adalah untuk mengetahui jenis-
jenis uji biokimia yang digunakan, serta mengidentifikasi bakteri Bacillus sp. sebagai
bakteri pendegradasi kontaminan minyak pada proses bioremediasi.

TINJAUAN PUSTAKA
Bioremediasi diartikan sebagai proses pendegradasian bahan organik berbahaya
secara biologis menjadi senyawa lain seperti CO2, metan, air dan senyawa semula
tersebut. Bioremediasi merujuk pada penggunaan secara produktif proses
biodegradatif untuk menghilangkan atau mendetoksi polutan yang mencemari
lingkungan dan mengancam kesehatan masyarakat. Biasanya sebagai kontaminan
tanah, air dan sedimen dengan memanfaatkan mikroorganisme (Triadmojo 1999).
Salah satu mikroorganisme yang sering digunakan dalam proses bioremediasi
dengan menggunakan mikroba yang paling dominan yang ditemukan pada
lingkungan hidrokarbon (Bossert et al 1984), yaitu bakteri yang memiliki
kemampuan mendegradasi senyawa hidrokarbon untuk keperluan metabolisme dan
perkembangbiakannya disebut bakteri hidrokarbonoklastik/bakteri petrofilik (Atlas
dan Bartha 1997). Prosedur isolasi bakteri yang lazim dilakukan biasanya hanya
dapat mengisolasi bakteri pendegradasi minyak bumi yang mendominasi kultur,
yaitu bakteri yang pertama mendegradasi minyak bumi dan mampu mencapai
konsentrasi sel tinggi dengan cepat (Walker dan Colwell 1974).
Isolat yang didapat selanjutnya dilakukan tahap identifikasi yang meliputi
pengamatan mikroskopis dan uji biokimia mengacu pada pedoman identifikasi
bakteri (Bergey’s Manual Determinative Bacteriology 1948) Pada pengamatan
mikroskopis didahului dengan melakukan pewarnaan gram, sehingga dapat dilihat
bentuk-bentuk bakteri dan kelompok bakteri gram positif atau negative. Sedangkan
uji biokimia meliputi fermentasi karbohidrat, uji hidrolisis pati (amilolitik), uji
lipolitik, uji methyl red, uji Voges-Proskauer , uji oksidase, uji katalase, uji indol, uji
sitrat, uji proteolitik, uji urease, uji hidrogen sulfida (H 2S), uji selulase dan uji
protease.
METODOLOGI PERCOBAAN
Pada praktikum ini reaktor batch skala laboratorium dibuat dalam dua
perlakuan yang berbeda. Perlakuan pertama adalah reaktor bioremediasi jenis
landfarming, ketika media tanah terkontaminasi limbah minyak bumi
dikombinasikan dengan penambahan konsorsium bakteri. Perlakuan kedua adalah
reaktor bioremediasi jenis biopile, ketika media tanah terkontaminasi minyak
bumi diberikan penambahan aerasi, bulking agent, dan konsorsium bakteri. Selain
itu, reaktor kontrol diperlukan guna mengetahui kondisi alami proses degradasi
kontaminan tanpa adanya perlakuan khusus. Melalui pengukuran Total Petroleum
Hydrocarbons (TPH) selama satu bulan, perbedaan pola laju penurunan TPH
pada kedua perlakuan dapat diketahui. Pengukuran konsentrasi TPH dilakukan
menggunakan metode gravimetri.
Praktikum ini menggunakan alat dan bahan sebagai berikut: Botol semprot
timbangan analitik, desikator, botol vial, waterbath, stiler, erlenmeyer, pipet, pinset,
kertas saring, oven, pH meter, turbidimeter, spektrofotometer, wadah plastik,
konsorsium Bacillus sp., tanah percobaan, limbah minyak bumi bekas, bulking agent
jenis sekam padi, pupuk urea dengan komposisi 46% N, Pupuk NPK (dengan
komposisi 16% N, 16% P, dan 16% K), n-hexane, akuades, na2so4 (dalam bentuk
serbuk).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Marga Bacillus merupakan bakteri yang berbentuk batang dapat dijumpai di
tanah dan air. Beberapa jenis menghasilkan enzim ekstraseluler yang dapat
menghidrolisis protein dan polisakarida kompleks. Bacillus sp. merupakan gram
positif, bergerak dengan adanya flagel peritrikus, dapat bersifat aerobik atau
fakultatif anaerobik serta bersifat katalase positif. Marga Bacillus mampu tumbuh
pada temperatus 10-50° C, merupakan saprofit ringan yang tak berbahaya, mudah
tumbuh dalam kerapatan tinggi dan mampu membentuk endospora yang tahan
panas (Hatmanti 2000). Endospora memungkinkan kelompok Bacillus sp. untuk
bertahan hidup stres lingkungan yang keras termasuk suhu, kekeringan,
kekurangan nutrisi, stres osmotik, dan lingkungan ekstrim lainnya seperti
gangguan fisik dan kimia. Endospora diproduksi di berbagai suhu mulai dari -1°C
hingga 59°C. Sebagian besar spesies Bacillus sp. membentuk endospora pada
suhu 30°C (Beer 2011).
Identifikasi suatu mikrorganisme juga dapat dilakukan melalui uji biokimia untuk
mengetahui aktivitas metabolisme mikroorganisme. Uji biokimia ini mencakup uji
fermentasi karbohidrat, uji hidrolisis pati (amilolitik), uji lipolitik, uji methyl red, uji
Voges-Proskauer , uji oksidase, uji katalase, uji indol, uji sitrat, uji proteolitik, uji
urease, uji hidrogen sulfida (H2S), uji selulase dan uji protease.
Fermentasi merupakan salah satu aktivitas biokimia yang dilakukan oleh
mikroba. Jenis karbohidrat yang digunakan pada uji fermentasi karbohidrat antara
lain , sukrosa, laktosa, maltosa dan manitol. Glukosa dapat langsung masuk dalam
jalur fermentasi tahap pertama sedangkan sukrosa, laktosa, manitol dan maltosa
akan dihidrolisis terlebih dahulu menjadi monosakarida penyusunnya. Laktosa
dihidrolisis menjadi galaktosa dan glukosa. Sukrosa dihidrolisis menjadi glukosa
dan fruktosa. Manitol diubah menjadi manosa atau galaktosa. Sedangkan maltosa
akan dihidrolisis menjadi dua molekul glukosa (Schlegel dan Karin 1994).
Pembacaan fermentasi positif jika warna kaldu berubah menjadi kuning
terang dan timbul gas sedangkan untuk fermentasi manitol uji positif jika
warna kaldu berubah menjadi kuning dan timbul gas, untuk fermentasi sukrosa
positif apabila warna kaldu berubah menjadi kuning dan timbul gas begitu juga
dengan uji fermentasi laktosa dan maltosa, jika di dalam kaldu terdapat bakteri
Bacillus sp. maka warna kaldu berubah menjadi kuning terang dan timbul gas.
Berdasarkan hasil uji fermentasi bakteri Bacillus sp. mampu memecahkan jenis-
jenis karbohidrat tersebut (glukosa, manitol, sukrosa, laktosa, dan maltosa)
sehingga warna kaldu berubah menjadi berwarna kuning artinya bakteri ini
membentuk asam dari fermentasi karbohidrat dan terbentuknya gelembung gas
yang artinya hasil fermentasi berbentuk gas (Pelczar dan Chan 2008).
TSIA adalah uji yang dirancang untuk membedakan beberapa jenis bakteri
yang termasuk kelompok yang bersifat gram negatif dan memfermentasikan
glukosa membentuk asam sehingga dapat dibedakan dengan bakteri gram negatif
intestinal lain. Perbedaan ini didasarkan pada pola fermentasi karbohidrat dan
produksi H2S . Perubahan warna menjadi kuning menandakan asam, sedangkan
warna menjadi lebih merah menendakan media menjadi basa. Warna media mula-
mula adalah merah-orange. Selain itu ditambahkan FeSO4 untuk mendeteksi
adanya gas H2S yang mempresentasikan adanya bakteri Bacillus sp.
(Dwipayana dan Ariesyady 2005).
Uji Voges-Proskauer digunakan untuk membuat bakteri dapat memfermentasi
karbohidrat dalam jumlah yang besar. Adanya kandungan asetoin yang diproduksi
dalam larutan ditandai dengan perubahan warna larutan dari kuning menjadi
merah muda hingga merah. Uji ini juga digunakan untuk mengidentifikasi
mikroorganisme yang dapat memfermentasikan karbohidrat menjadi 2,3-
butanadiol sebagai produk utama, dan akan terjadi penumpukan bahan tersebut
dalam media pertumbuhan. Uji positif jika kaldu berwarna merah dan uji negatif jika
kaldu tidak mengalami perubahan warna setelah penambahan reagen. Berdasarkan
uji ini menunjukkan adanya bakteri Bacillus sp. (Irawati 2005).
Uji methyl red (MR) dilakukan untuk mengetahui apakah bakteri dapat
membentuk asam campuran dan asam yang sedemikian banyaknya sehingga dapat
mengubah indikator metil merah menjadi merah. Uji positif jika kaldu
berwarna merah setelah penambahan reagen metil merah maka menunjukan hasil uji
positif. Uji negatif jika warna kaldu berwarna kuning.
Sedangkan untuk uji hidrolisa pati, amilum atau yang biasa disebut dengan pati
adalah senyawa yang memiliki berat molekul tinggi, terdiri atas polimer glukosa
yang bercabang-cabang yang diikat dengan ikatan glikosidik. Hasil positif jika
hidrolisis zat pati terlihat sebagai zona jernih di sekeliling koloni bakteri Bacillus
sp. setelah penambahan larutan iodin. Hasil negatif ditunjukkan warna sekitar
koloni bakteri Bacillus sp. tetap biru hitam yang menandakan tidak ada enzim
amilase yang diproduksi untuk menghidrolisis pati. Uji yang positif menunjukkan
adanya aktivitas bakteri Bacillus sp. pada media (Satria 2005).
Uji katalase diakukan untuk melihat pengaruh enzin katalase terhadap bakteri
Bacillus sp.Kebanyakan bakteri menggunakan enzim katalase untuk
memecahkan H2O2 menjadi H2O dan O2. Enzim katalase penting untuk
pertumbuhan bakteri aerobik karena H2O2 yang dihasilkan dengan bantuan
berbagai enzim pernafasan bersifat racun/toksik bagi bakteri. Mekanisme enzim
katalase memecah H2O2 yaitu saat melakukan respirasi, bakteri menghasilkan
berbagai macam komponen salah satunya H2O2. Bakteri yang memiliki
kemampuan memecah H2O2 dengan enzim katalase maka segera membentuk
suatu sistem pertahanan dari toksik H2O2 yang dihasilkannya sendiri. Bakteri
katalase positif akan memecah H2O2 menjadi H2O dan O2 dimana parameter yang
menunjukkan adanya aktivitas katalase tersebut adalah adanya gelembung-
gelembung oksigen sedangkan pada bakteri katalase negatif tidak menghasilkan
gelembung-gelembung. Hal ini berarti H2O2 yang diberikan tidak dipecah oleh
bakteri tersebut sehingga tidak menghasilkan oksigen.Berdasarkan hasil
pengamatan bakteri Bacillus sp. mampu menghasilkan gelembung-gelembung
oksigen (Udiharto 1996).
Uji biokimia selanjtnya adalah uji nitrat, nitrat dapat berfungsi sebagai
akseptor hidrogen terminal untuk proses transport elektron yang menghasilkan
energi. Reaksi nitrit dapat tertimbun dalam larutan biak dan tidak terjadi
pembentukan N2. Uji positif ditandai dengan terbentuknya warna merah atau
merah muda setelah penambahan reagen uji, yang menunjukkan nitrat telah
tereduksi menjadi nitrit. Dan jika terbentuk gelembung gas, hal ini menunjukkan
nitrit tereduksi menjadi gas nitrogen. Sedangkan uji negatif memberikan hasil uji
yang sebaliknya yakni tidak terjadi perubahan warna dan tidak terbentuk gas.
Uji selanjutnya adalah uji indol, uji indol bertujuan untuk menentukan
kemampuan bakteri Bacillus sp. dalam memecah asam amino triptofan. Asam amino
triptofan merupakan komponen asam amino yamg terdapat di dalam protein sehingga
asam amino ini dengan mudah dapat digunakan oleh mikroorganisme akibat
penguraian protein (Pelczar dan Chan 2008). Media ini biasanya digunakan dalam
indetifikasi yang cepat. Hasil uji indol yang diperoleh negatif karena tidak terbentuk
lapisan (cincin) berwarna merah muda pada permukaan biakan, artinya bakteri ini
tidak membentuk indol dari tryptopan sebagai sumber karbon, yang dapat diketahui
dengan menambahkan larutan kovaks. Asam amino triptofan merupakan komponen
asam amino yang lazim terdapat pada protein, sehingga asam amino ini dengan
mudah dapat digunakan oleh mikroorganisme akibat penguraian protein. Sedangkan
pada uji positif bakteri memiliki enzim triptofanase yang dapat menghidrolisis
asam amino jenis triptofan yang memiliki gugus samping indol sehingga indol
akan bereaksi dengan reagen uji dan membentuk rosindol yang berwarna
merah. Berdasarkan hasil uji indol bakteri Bacillus sp. dapat membentuk
rosindol yang berwarna merah.
Uji sitrat digunakan untuk melihat kemampuan bakteri Bacillus sp.
menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi. Bila
mikroorganisme mampu menggunakan sitrat, maka asam akan dihilangkan dari
medium biakan, sehingga menyebabkan peningkatan pH dan mengubah warna
medium dari hijau menjadi biru. Perubahan warna dari hijau menjadi biru
menunjukkan bahwa mikroorganisme mampu menggunakan sitrat sebagai satu-
satunya sumber karbon, sedangkan pada medium sitrat koser kemampuan
menggunakan sitrat ditunjukkan oleh kekeruhan yang menandakan adanya
pertumbuhan mikroba. Berdasarkan hasil uji tersebut bakteri Bacillus sp.
mampu menggunakan sitrat sebagai sumber karbonnya (Schlegel dan Karin 1994).
Uji yang terakhir adalah uji hidrolisis gelatin. Medium yang digunakan
dalam uji hidrolisis gelatin adalah kaldu urea yang merupakan larutan ekstrak
khamir dan urea yang diberi larutan penyangga. Medium tersebut juga
mengandung merah fenol sebagai indikator pH. Apabila bakteri Bacillus sp. yang
diidentifikasi menghasilkan urease, maka amonia yang dilepaskan ke dalam
medium akan menaikan pH. Apabila pH menjadi makin tinggi maka merah fenol
akan berubah warna dari kuning menjadi merah keunguan. Beberapa
mikroorganisme tertentu mampu menghasilkan enzim gelatinase yang dapat
menguraikan molekul gelatin menjadi peptida-peptida kecil penyusun gelatin
tersebut. Hidrolisis gelatin oleh bakteri Bacillus sp. dikatalisasikan oleh enzim
gelatinase. Uji hidrolisa gelatin untuk bakteri Bacillus sp. positif jika gelatin
mencair setelah diinkubasi dan negatif jika gelatin tidak mencair setelah satu
minggu (Dwipayana dan Ariesyady 2005)
Berikut adalah contoh tabel dari uji-uji biokimia beberapa isolat bakteri
(Aditiawati et al 2001).
Dari penelitian Aditiawati dkk (2001) di sumur minyak Bangko diperoleh
beberapa isolat Bacillus sp. yang mampu hidup, yaitu Bacillus polymyxa, B.
licheniformis, B.stearothermophllus, B.brevis, dan B. coagulans.

Mekanisme biodegradasi hidrokarbon minyak bumi oleh bakteri bakteri


Bacillus sp. menggunakan hidrokarbon minyak bumi sebagai sumber karbon
dan energi. Proses biodegradasi hidrokarbon minyak bumi akan menghasilkan
CO2, H2O dan biomassa sel. Selama aktivitas berlangsung bakteri mengeluarkan
metabolit-metabolit ke dalam media berupa asam, surfaktan dan gas yang dapat
mempengaruhi lingkungannya diantaranya asam menurunkan pH dan surfaktan
menurunkan tegangan antar muka media. Penurunan tegangan antar muka media
menyebabkan minyak terdispersi dan memperbesar kontak permukaan antara
bakteri dan minyak sehingga akan terjadi peningkatan biodegradasi hidrokarbon
minyak bumi. Selain itu, biomassa yang dihasilkan merupakan akumulasi massa
sel yang sebagian besar tersusun oleh protein. Protein dapat meningkatkan
kesuburan tanah tercemar karena merupakan sumber pupuk nitrogen bagi lahan
yang mendapatkannya. Sebelum biodegradasi berlangsung, hidrokarbon minyak
bumi akan masuk ke dalam sitoplasma bakteri (Irawati 2005).
Proses selanjutnya, bakteri memproduksi enzim yang dapat mendegradasi
hidrokarbon minyak bumi. Enzim mendegradasi senyawa tersebut dengan cara
mengeksploitasi kebutuhan bakteri akan energi. Selama pertumbuhan bakteri akan
mengeluarkan enzim yang akan bergabung dengan substansi membentuk senyawa
kompleks enzim-substansi, kemudian terurai menjadi produk lain. Enzim tidak
habis dalam reaksi tersebut tetapi dilepaskan kembali untuk reaksi selanjutnya
dengan substansi lainnya. Proses ini terjadi berulang-ulang sampai semua
substansi yang tersedia terpakai. Tingkat kemudahan hidrokarbon minyak bumi
didegradasi oleh bakteri tergantung kepada struktur dan bobot molekulnya. Secara
umum kemampuan biodegradasi naik dengan kenaikan panjang rantai. Selama
proses biodegradasi terjadi perombakan fraksi parafinik, naftenik dan aromatik.
Parafinik merupakan fraksi yang paling mudah didegradasi sedangkan naftenik
dan aromatik lebih sulit. Kemampuan bakteri mendegradasi hidrokarbon minyak
bumi berbeda-beda. Panjang rantai optimum untuk didegradasi antara 10-20 rantai
karbon (Satria 2005).
Hidrokarbon dengan panjang rantai kurang dari 9 sulit didegradasi karena
senyawa ini bersifat toksik. Kemampuan bakteri dalam memproduksi biosurfaktan
berkaitan dengan keberadaan enzim regulatori yang berperan dalam sintesis
biosurfaktan. Biosurfaktan merupakan komponen mikroorganisme yang terdiri
atas molekul hidrofobik dan hidrofilik, yang mampu mengikat molekul
hidrokarbon tidak larut air dan mampu menurunkan tegangan permukaan. Selain
itu biosurfaktan secara ekstraseluler menyebabkan emulsifikasi hidrokarbon
sehingga mudah untuk didegradasi oleh bakteri. Biosurfaktan meningkatkan
ketersediaan substrat yang tidak larut melalui beberapa mekanisme (Satria 2005).
SIMPULAN
Uji biokimia merupakan tahapan dalam mengidentifikasi isolate suatu
mikroorganisme. Ada beberapa uji biokimia yang dapat digunakan untuk
pengidentifikasian Bacillus sp. diantaranya, yaitu uji fermentasi karbohidrat, uji
hidrolisis pati (amilolitik), uji lipolitik, uji methyl red, uji Voges-Proskauer , uji
oksidase, uji katalase, uji indol, uji sitrat, uji proteolitik, uji urease, uji hidrogen
sulfida (H2S), uji selulase dan uji protease. Masing-masing uji mempunyai ketentuan
indikator yang hasilnya negative atau positif. Hasil uji ini kemudian disesuaikan
dengan metabolisme isolat yang diujikan, dalam kasus ini Bacillus sp. Beberapa
isolat Bacillus sp. yang mampu hidup di sumber minyak yaitu Bacillus polymyxa,
B.licheniformis, B.stearothermophllus, B.brevis, dan B.coagulans.
Mekanisme biodegradasi hidrokarbon minyak bumi oleh bakteri Bacillus sp.
menggunakan hidrokarbon minyak bumi sebagai sumber karbon dan energi.
Proses selanjutnya, bakteri memproduksi enzim yang dapat mendegradasi
hidrokarbon minyak bumi. Penambahan biosurfaktan dapat meningkatkan degradasi
hidrokarbon, terutama hidrokarbon dengan panjang rantai kurang dari 9 sulit
didegradasi karena senyawa ini bersifat toksik.

SARAN
Fase-fase pertumbuhan mikroorganisme memang dapat terlihat. Namun, kurang
dapat diketahui lebih detail waktu perubahan jumlah populasinya. Mungkin selang
waktu pengukuran dapat lebih diperpendek, misalnya selang tiga hari dilakukan
pengukuran berkala.

DAFTAR PUSTAKA
Atlas RM dan Bartha R. 1997. Microbial Ecology: Fundamentals and Applications
4th ed. California: Benjamin Cumming Publishing Co, Inc.
Beer M R. 2011. Detection Of Nhea From Bacillus spp. In Food And Soil
Isolates Using Real-Time And Rep-Pcr. Thesis. Indiana: Faculty of
Biology. Ball State University Muncie. Unpublished.
Bossert ID, Kachel WM & Bartha R. 1984. Fate of Hydrocarbon During Oily
Sludge Disposal in Soil. Appl. Environ. Microbiol. 4: 763-767
Breed Se, EGD. Murray dan AP Hitchens. 1948. Bergey’s Manual Determinative
Bacteriology. Baltimore: The William and Wilkins Company.
Cooper et al. 1990. Sewage Treatment by Reed Bed System. Journal of institution
Water and Environmental Management 3 (1) 60.
Dwipayana, Ariesyady HD. 2005. Identification of Bacterial Diversity in Waste
Recycling Paint Sludge by Conventional Microbiological Technique.
Environmental Enggineering Study Program. Bandung: ANDI OFFSET.
Hatmanti A. 2000. Pengenalan Bacillus sp. Puslitbang Oseanologi LIPI. 25(1):
31-41.
Irawathi T. 2005. Bioremediasi Tanah Terkontaminasi Minyak Bumi dengan
Menggunakan Bacillus popilliae ICBB 7859 di PT. Caltex Pasif Indonesia.
Bogor: IPB Press.
Pelczar MJ, Chan ECS. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : Erlangga.
Satria R. 2005. Bioremediasi Tanah Terkontaminasi Minyak Bumi oleh Bacillus sp.
dan Klebsiella sp. Bogor : IPB Press.
Schlegel H, Karin S. 1994. Mikrobiologi Umum. Yogyakarta: UGM Press.
Sudrajat. 1996. Karakeristik Limbah Minyak Bumi dan Pelaksanaan
Bioremediasi. PPLH. Samarinda: 1-89 hlm.
Sugiarto dan Anto T. 2003. Pengolahan Air Limbah. Pusat Penelitian KIM-LIPI.
Udiharto M. 1996. Bioremediasi Minyak Bumi. Prosiding Pelatihan dan
Lokakarya peranan Bioremediasi dalam Pengelolaan Lingkungan
Kerjasama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Hanss Seidel
Foundation (HSF) Jerman. Bogor.
Triatmodjo B.1999. Teknik Pantai. Yogyakarta: Beta Offset.
Walker JD and RR Colwell. 1974. Microbial Petroleum Degradation: Use of
Mixed Hydrocarbon Substrates. Appl. Microbiol 27(6), 1053-1060.
Aditiawati P, Pikoli RM, dan Indriani D. Isolasi Bertahap Bakteri Pendegradasi
Minyak Bumi Dari Sumur Bangko. proceeding simposium nasional IATMI
2001. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai