Anda di halaman 1dari 38

UNIVERSITAS TEKNOLOGI SUMBAWA

PENGARUH DEMARKETING ANTI SMOKING CAMPAIGNS TERHADAP


INTENSI UNTUK MENGURANGI TINGKAT KONSUMSI ROKOK

(STUDY KASUS DI SUMBAWA BESAR)

Proposal skripsi

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

M. SYAEFULLAH. A

16.01.031.054

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN

2022
1

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

saat ini pembahasan tentang roko bukan hal yang tabuh dan asing di
kalangan mayarakat muda maupun tua saat ini, Begitu pun pengentahuan
masyarakat tentang bahaya dan begitu banyak penyakit yang di sebabkan oleh
roko baik peroko aktif maupun pasif, mirisnya pembahasan tentang bahaya
tersebut di anggap wajar dan biasa saja oleh masyarakan saat ini, sehingga hal
tersebut berdampak buruk bagi kehidupan jika di biarkan.
Badan kesehatan dunia atau world healt organization (WHO)
melaporkan, kebiasaan meroko merupakan salah satu penyebab kematian yang
paling dominan dan sangat besar di dunia. Dalam laporan WHO jumlah
kematian dini yang di sebabkan oleh berbagai macam penyakit terkai t dengan
kebiasaan dan prilaku seperti strok, penyakit liver, penyakit jantung,kangkar
serta gangguan kehamilan bahkan mencapai angka 5 juta jiwa pertahun
(sugiharti, 2015).
Indonesia adalah salah satu Negara yang memiliki jumlah penduduk
terbanyak, maka dari itu sangat wajar jika kebiasaan meroko sudah menyebar
luas dan semakin banayak para pengguna roko dari kalangan orang tua bahkan
anak muda. Kondisi ini sudah sangat memprihatinkan dan perlu adanya
penangulangan dari pihak-pihak tertentu. Informasi dari data WHO, Indonesia
berada di urutan ketiga terbesar di dunia lebih dari 60juta orang stelah china
dan india (amelia, 2018)
Menurut Setyoadi (2011) Indonesia merupakan Negara yang memiliki
jumlah penduduk terbanyak dan menempati urutan pertama jumlah proko
terbanyak dan yang mendominasi adalah para remaja.Sekitar 80% peroko di
Indonesia memulai kebiasaan meroko pada kisaran umur 19 tahun, dalam
(chotidjah, 2012). Fenomena tersebut sangat memprihatinkan mengingat
dampak keshatan yang akan terganggu akibat faktor resiko merokok.

Univesitas Teknologi Sumbawa


2

Grafik 1.1

Transisi Epidemiologi Penyebab Kematian (1990-2017).

8. 5.
6 3

47.
43. 6
8 75.
5

1990 2017
PTM
PM
Kecelakaan
Sumber: Institute Health Metric and Evaluation (IHME), 2020.

Di tinjau dari grafik di atas dalam Atlas tembakau Indonesia 2020 juga
mempublikasikan bahwa adanya transisi epidemiologi tingkat kematian
tertinggi pada tahun 1990 disebabkan oleh penyakit menular sekitar 43,8
persen. Sedangkan kematian yang diakibatkan penyakit tidak menular sekitar
47,6 persen, peningkatan kematian terjadi di tahun 2017 yang diakibatkan oleh
penyakit tidak tidak menular menyentuh angka 75,5 persen, aspek resiko
penyebanya adalah prilaku serta gaya hidup, diantaramya prilaku gaya
hidup,salah satunya ialah meroko.
Dari sumber yang sama juga di jelaskan dan di paparkan bahwa tingkat
angka kematian nasional yang di akibatkan dari faktor resiko meroko pada
tahun 2017 mencapai angka 88 orang per 100.00 penduduk di Indonesia.fakta
ini menunjukan adanya hubungan dari bahaya meroko terhadap tingginya
jumlah kematian, hal ini menjadi hal yang cukup memprihatinkan. Sebuah
informasi yang dia ambil dari riset Kesehatan dasar pada tahun 2013 terkait
tembakau menjelaskan tentang klasifikasi jumlah kasus berdasarkan gender
(jenis kelamin), dalam riset tersebut di tahun 2013 menyentuh angka 962,403
dari jumlah keseluruahan dengan masing-masing rincian 570,342 di alami pada

Univesitas Teknologi Sumbawa


3

laki-laki dan 387,885 di alami pada wanita, pada tahun tersebut jumlah
penyakit terbanyak terkait dampak dari tembakau ialah penyakit paru obstruktif
kronik dan kenudian disusul dengan penyakit berat bayi rendah,jantung
coroner,penyakit struk,tumor paru, brounchus serta trachea (IAKMI, 2020)
Dalam riset (Kendal dan Hammen,1998) menjelaskan. Di lihat dari sisi
Kesehatan, pengaruh bahan-bahan kimia yang terkandung dalam roko seperti
nikotin, CO (karbonmonoksida) serta tar, kandungan-kandungan tersebut akan
memicu kerja dari susunan syaraf pusat dan susunan syaraf simpatis sehingga
dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah dan detak jantung. Menurut
(Kaplan dkk, 1993) senyawa kimia yang terkandung dalam roko menyebabkan
stimulus penyakit kangker dan berbagai penyakit yang lain seperti
penyempitan pembuluh darah dan tekanan darah tinggi,jantung paru-paru serta
brounchitis kronis. Dan di kutip dari sumer yang sama menurut (Davidson &
Neale,1990),bagi ibu hamil kanndungan yang di hasilkan roko akan
menyebabkan kecacatan berat badan pada bayi,kelahiran prematur dan
mengalami dangguan dalam perkembangan (Dina komasari, 2000).
Kebijakan yang di tempuh oleh pemerintah pada taun 2018 atas dana
bagi hasil cukai hasil tembakau atau cukai roko sekitar Rp 5 triliun untuk
mengatasi defisit pendanaan badan penyelenggaraan jaminan social (BPJS)
Kesehatan yang berpotensi mengalami kerugian yang sebesar Rp. 9 triliun, hal
ini seolah menjadi tidak terpikirkan dan menjadi angin segar bagi industri roko
di Indonesia. Fakta yang lebih mengejutkan ialah mengenai peran cukai roko
di harapkan untuk mengatasi defisit penyelenggaraan jaminan sosisal
Kesehatan (BPJS) ternyata tidak sebanding dengan kerugian yang disebabkan
akibat roko, berdasarkan informasi dari Atlas tembakau Indonesia memaparkan
penerimaan dari cukai roko tidak sebanding dengan kerugian yang ditimbulka
akibat roko,hal tersebut didukung oleh data yang di publikasikan pada tahun
2010 adanya beben ekonomi akibat konsumsi roko yaitu pengeluaran konsumsi
roko sebesar Rp 138 triliun dan biaya perobatan medis yang diakibatkan oleh
roko mencapai 2,11 triliun (amelia, 2018).
Fakta-fakta di atas dapat di simpulkan bahwa dampak dan bahaya dari
roko sudh sangat memprihatinkan dan menghawatirkan baik dari segi
Kesehatan maupun di lihat dari segi ekonomi. Menurut keterangan dari Tempo
(2015), bahwasannya Indonesia adalah penghasil tembakau terbesar ke empat
setelah China,Brazil,USA (Antik Suprihati, 2018).
Dalam atlas tembakau Indonesia 2020, menunjukan adanya peningkatan
produksi pada roko dari tahun 2011-2018 yaitu, pada tahunn 2011 tingkat

Univesitas Teknologi Sumbawa


4

produksi roko sebesar 317,81 milyar batang, sedangkan pada tahun 2018
meningkat menjadi 332,28 milyar batang. Sedangkan angka tersebut jauh dari
melampaui jumlah target yang di targetkan pada peta jalan produksi industri
hasil tembakau tahun 2015-2020, peta jalan produksi hasil industr hasil
tembakau tahun 2015-2020 yang di keluarkan oleh kementrian perindustrian,
telah mengatur produksi roko maksimal 260 milyar batang, daerah industri
roko tersebar tersebar di pulau jawa meliputi, jawa timur terdapat 290
unit,jawa tengah 110 unit, sedangkan di pulau Sumatra,Sulawesi dan jawa barat
setidaknya masing-masing memiliki sedikitnya 10 unit tempat industri roko.
Akan tetap sentralisasi perkebunan tembakau terbesar hanya ada di pulau jawa
dan nusa tenggara barat yang memiliki total luas perkebunan tembakau di atas
10.000 Ha. Fakta lain juga menunjukan nusa tenggara barat adalah propinsi
yang tercatat dalam 10 besar tingkat kematian akibat resiko meroko dan
menempati urutan ke empat (IAKMI, 2020)
Perusahaan-perusahaan besar produksi roko di Indonesia ternyata sudah
menganggarkan biaya yang cukup besar dalam kegiatan promosi, promosi
yang mereka lakukan di antarnya melalui media-media elektronik dan melalui
media cetak yang sangat masif, sehingga paparan iklan roko di raskan oleh
semua kalangan setiap saat dan sangat impresif , hal ini akan berdampak
kepada masyarakat dan terjadi peningkatan konsumsi roko di karnakan
intensitas paparan iklan yang sanagat sering di terima dan intesitas paparan
iklan roko.
Di kutip dari sebuah penelitian yang di lakukan oleh ikatan ahli
Kesehatan masyarakat Indonesia (TCSC-IAKMI) serta tobacco control support
tentang data ststistik masyarakat yang terpapr iklan roko dan sumber ini
menunjukan bahwa berdasarkan hasil penelitian tersebut masyarakat umum
lebih banyak terpapar iklan roko melalui televisi sekiatar (83,1%),dan yang
terpapar media banner sekitar (77,50%), billboar sekitar (69,90%), poster
(67,80%) dan tembok publik (56,50%). Hal ini membuktikan bahwasannya
adanya keterkaitan intensitas paparan iklan roko yang sanagat masif dengan
intensitas konsumsi roko pada masyarak.
Menanggapi hal ini ternyata pemerintah sudah melakukan upaya anti
smoking camapaigns dan juga sesuai peraturan pemerintah no.8 tahun 1999
tentang penganturan dan reklame roko serta peringatan yang bersifat permanen
dan tertuang di setiap kemasan roko. Tetapi kampanye anti roko yang di
lakukan pemerintah kurang persuasif di lakukan. Hal ini dikarnakan kampanye
anti roko di Indonesia di tayangkan sebagai iklan layanan masyarakat di televisi
nasianal dan media digital, kamapnye anti roko di Indonesia berfokus pada

Univesitas Teknologi Sumbawa


5

tingkat bahaya yang di sebabkan oleh roko, sementara disisi lain perusahaan-
perusahaan besar yang memprouksi roko mendisain iklan roko pada promosi
mereka dengan pesan bahwa orang yang mengkonsumsi roko akan terlihat
keren dan terlihat maskulin serta bernada positif yang mengajak serta merekrut
remaja untuk mengkonsumsi roko bertujuan membuat pangsal pasar menjadi
besar, karna itu, menggunakan teoru komunikasi yang sangat tepat guna
merancang kampanye anti roko yang lebih efesien dan efektif yang
menargetkan para konsumen roko berusia muda (sumarno, 2011).
Menurut aspek bidang ilmu pemasaran, salah satu cara untuk
meningkatkan intensitas dan agar mengurangi konsumsi roko (intention to
reduce smoking) yaitu melalui media komunikasi pemasaran yang beragam
dengan tujuan mempengaruhi sikap konsumen terhadap roko (Attitude toward
smoking) tujuannya adalah dapat mempengaruhi prilaku kebiasaan meroko
pada masyarakat sehingga adanya penurunan pada tinkat konsumsi roko, setiap
Tindakan dan upaya dapat mengurangi konsumsi roko melalui aktivitas
pemasaran, termasuk pada konteks penelitian ini intention to reduce smoking
terkiat dalam bidang ilmu pemasaran disebut sebagai aktivitas demarketing (E.
shiu, 2009).
Agar dapat menghasilkan yang lebih optimal, usaha komunikasi
pemasaran ini harus dilakukan melalui beberapa media sekaligus yang
terintegrasi untuk memperoleh efek sinergis. Kebijakan pemerintah tentang
kebijakan regulasi pengaturan rokok melalui peraturan sudah di terapkan, akan
tetapi mengenai riset yang mengkaji tentang demarketing jumlahnya masih
sangat minim sekali, terlebih lagi penenlitian yang mengkaji tentang
demarketing serta pengaruhnya terhadap kontek produk hasil tembakau atau
rokok.
Dalam hal ini konsep demarketing harus difahami dan diterapkan dengan
intensi yang lebih oleh pemerintah dan juga perusahaan-perusahaan produksi
rokok. Terlebih dalam produk rokok karna melihat dari efek dan bahaya rokok.
Dengan menerapkan demarketing peredaran roko mamapu dikurangi sehingga
terjadi efektifitas tehadap pengurangan jumlah konsumsi rokok, dengan cara
lebih menenerapkan konsep demarketing melalui bauran pemasaran. Seperti
yang kita ketahui iklan layanan bahaya meroko yang disiarkan pada televisi
sekitar jam 22:00 sampai 06:00, tentu waktu sangat minim sekali jika
pemerintah berharap konsep demarketing dapat berjalan dan intensitas
konsumsi rokok dapat di kurangi. Maka diantara konsep yang harus diterapkan
adalah dari segi promosi layanan peringatan bahaya meroko, melalui media-

Univesitas Teknologi Sumbawa


6

media, papan pengumuman atau dashboard yang terpampang di tengah-tengah


masyarakat.
Berlandaskan alasan di atas, penelitian ini akan mengkaji lebih dalam
mengenai demarketing serta pengaruhnya terhadap prilaku konsumen dalam
konteks intensitas dalam mengurangi tingginya tingkat konsumi pada rokok.
Seberapa besar efektivitas anti smoking campaign yang memenfaatkan iklayan
layanan masyarakat sebagai alat komunikasi kampanye tersebut menjadi
sebuah pertanyaan yang menarik untuk di teliti secara mendalam, tafsiran dan
penjelasan lebih mendalam mengenai efektivitas berbagai aktivitas
demarketing ini menjadi bermanfaat untuk menjadi acuan kebijakan di masa
yang akan datang sebagai intensi untuk mengurangi tingkat konsumsi pada
rokok secara berkelanjutan.
Berdasarkan penjelasan di atas, fokus penelitian ini adalah pengaruh
demarketing anti smoking campaigns yang menggunakan iklan layanan
masyarakat sbagai tools atau bauran kampanye terhadap intensi untuk
mengurangi tingkat konsumsi roko di kabupaten sumbawa. Berdasarkan
asumsi ini penulis termotivasi untuk melakukan penelitian dengan tujuan
mengetahui pengaruh variabel-variabel di atas, oleh sebab itu, penulis ingin
mengangkat hal tersebut dalam satu penelitian yang berjudul analisis pengaruh
demarketing anti smoking campaigns terhadap intensi untuk mengurangi
tingkat konsumsi roko di kabupaten Sumbawa.
1.2 Rumasan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan maslah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana pengaruh demarketing anti smoking iklan,layanan
bahaya roko sebagai tools terhadap intensi mengurang konsumsi
rokok ?
2. Bagaimana pengaruh sikap terhadap roko terhadap intensi
mengurangi rokok?
1.3 Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sbagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengaruh iklan anti roko terhadap intensi
mengurangi konsumsi rokok.
2. Untuk mengetahui pengaruh sikap teradap roko terhadap intensi
mengurangi konsumsi rokok.

Univesitas Teknologi Sumbawa


7

1.4 Manfaat penelitian.


Penelitian ini diharapkan dapat menjadi manfaat bagi pembaca baik secara
teoritis maupun praktis.
1. Manfaat teoritis.
a. Bagi penulis penenlitian ini diharapkan dapat menjadi persyaratan
pemenuhan tugas akhir serta ilmu pengetahuan baru bagi penulis
terkait dengan demarketing dan marketing communication mengenai
sikap terhadap roko dalam mengurangi konsumsi roko.
b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber pengembangan ilmu
mahasiswa dalam menyusun karya ilmiah atau skripsi dan menjadi
penelitian relevan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
2. Manfaat praktis.
Penelitian ini dapat menjadi manfaat bagi masyarakat, sebagai
sumber informasi mengenai upaya pemerintah dan Lembaga masyarakat
dalam mengurangi dampak buruk yang disebabkan oleh roko. Penelitian
ini juga dapat berguna bagi Lembaga social sebagai referensi untuk
melihat efektivitas upaya mereka untuk mereduksi rokok.

Univesitas Teknologi Sumbawa


8

BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pemasaran (marketing)
Pada umumnya banyak orang yang menyatakan bahwa konsep
pemasaran sama dengan konsep penjualan atau promosi atau periklanan.
Padahal pada dasarnya penjualan dan promosi/periklanan hanyalah
bagian kecil dari pemasaran, perlu difahami arti pemasaran sangatlah
luas, definisi pemasaran adalah pross social dan menejerial yang
membuat individua tau kelompok memeperoleh apa yang mereka
butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik
produk dan nilai dengan orang lain, artinya pemasran bertujuan
mengevaluasi dan memenuhi semua kegiatan dan kebutuhan serta
memberikan apa yang di inginkan oleh konsumen.
Menurut American Marketing Association dalam Kotler dan Keller
(2009) bahwa pemasaran adalah fungsi organisasi dan serangkaian
proses untuk mencptakan, mengkomunkasikan dan memberikan nilai
kepada pelanggan untuk memengelola hubungan pelanggan dengan cara
yang menguntungkan organisasi ndan pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap organisasi. Dikutip dalam (M. yusuf saleh, 2019).
Jadi dapat ditarik kesimpulan salah satu tujuan pemasaran adalah
untuk menarik perhatian pembeli dalam mengkonsumsi produk yang
ditawarkan, oleh karna itu pemasaraan memiliki peranan penting dalam
pengembangan strategi bisnis, pada intinya pemasaran memeiliki tujuan
untuk mencapai sasaran dengan mengenali kebutuhan dan keinginan
konsumen dngan cara yang lebih efektif yaitu dengan merancang,
menentukan harga promosi dan pada akhirnya secara tidak langsung
memberikan kepuasan kepada konsumen.
2.1.2 Pemasaran Sosial (Social marketing)
Pada umumnya pemasaran di gunakan sebagai strategi untuk
mendapatkan permintaan dari para calon konsumen dan memperluas
pangsal pasar agar dapat meningkatkan penjualan dan akhirnya
berbuakan keuntungan bagi perusahaan. Pemasaran juga tidak hanya
bertujuan untuk meningkatkan penjualan dan keuntungan akan tetapi
pemasaran juga dgunakan sebagai kepentingan atau kebutuhan sosial

Univesitas Teknologi Sumbawa


9

untuk mempromosikan sesuatu yang bekaitan dengan perubahan


kehidupan sosial atau biasa disebut (social marketing) pemasaran sosial.
Bisa juga disimpulkan sosial marketing adalah lahan spesipik untuk
menerapkan pemasaran. Social marketing adalah sesuatu yang
merepresentasikan disain, implementasi serta kontrol dari sebuah
program yang terukur untuk memepengaruhi penerimaan konsumen atas
ide-ide sosial dan juga memepengaruhi penilaian konsumen dari suatu
perncanaan produk, harga, komunikasi, distribusi dan penelitian
pemasaran (p. kotler, 1971).
Kotler memberikan perhatian lebih terkait definisi tersebut dan
sukses untuk memeberikan keterangan bahwa sosial marketing dibuat
oleh organisasi nonprofit atau organisasi pemerintah yang bertujuan
sebuah bidang sosial seperti perubahan iklim, Pendidikan, Kesehatan dan
lain sebagainya . dalam penelitian ini yang menjadi perhatian peneliti
adalah demarketing yang seharusnya di lakukan oleh organisasi
pemerintah dalam mengurang intensi konsumsi pada rokok yang
berkaitan dengan Kesehatan.
2.1.3 Demarketing
Ditinjau dari arti kata, demarketing adalah suatu usaha dan upaya
yang berlawanan dengan pemesaran, artinya pemasran berupaya untuk
meningkatkan pembelian barang dan jasa, akan tetapi demarketing
berlawanan dengan hal tersebut. Maka bisa diambil kesimpulan
demarketing mempunyai tujuan untuk mengurangi pembelian pda suatu
barang dan jasa yang diual atau dipasarkan oleh perusahaan.
Dalam Kotler & levy (1971) Demarketing ialah salah satu upaya atau alat
untuk mengurangi permintaan dalam konsumsi produk serta jasa tertentu
secara sememntara atau permanen (D.Pawar, 2013).
Dalam upaya mereduksi konsumsi melalui aktivitas pemasaran,
termasuk dalam konteks penelitian ini adalah mereduksi konsumsi rokok,
dalam disiplin ilmu pemasaran disebut dengan aktivitas demarketing (E.
shiu, 2009).
Sesuai dengan konteks sosial marketing, tujuan dari demarketing ialah
untuk mengurangi konsumsi atau penggunaan produk apabila produk
tersebut mempunyai potensi merusak Kesehatan.

Univesitas Teknologi Sumbawa


10

2.1.4 Prilaku konsumen


Prilaku konsumen adalah study yang melakukan proses Ketika suatu
individua tau kelompok tertentu kemudian mereka memilih, membeli,
menggunakan serta mengatur sebuah produk,jasa,ide dan pengalaman
untuk memenuhi kebutuhan dan hasrat (Solomon, 2013).
Ilmu prilaku konsumen merupakan ilmu tentang bagaimana individu
dalam mengambil keputusan pada suatu sumber daya yang dimilikinya
yaitu waktu,tenaga serta uang atau finansial yang ia miliki untuk
mengkonsumsi sesuatu termasuk mempelajari apa,mengapa,kapan dan
dimana seseorang membeli dan mengunakan suatu produk dan jasa
(kanuk, 2010).
Menurut (mothersbaugh, 2013), prilaku konsumen adalah studi
mengenai individu, kelompok, organisasi dan proses dimana mereka
menyeleksi,menggunakan serta membuang suatu produk, layanan,
pengalaman serta ide untuk memuaskan Hasrat dan kebutuhan, serta
vdampak dari proses tersebut pada konsumen dan masyarakat.
Dari penjelasan di atas maka prilaku yang akan diteliti adalah
bagaimana individu khususnya konsumen rokok mengambil keputusan
atas upaya dan usaha demarketing yang telah dilakukan pemerintah sera
Lembaga-lembaga lainnya, agar konsumen mengambil sikap atas upaya
tersebut dan konsumen meutuskan untuk mengurangi serta berhenti
mengkonsumsi roko dimasa mendatang.
2.1.5 Theory of Planned Behaviour
TBP adalah sebuah teori yang memaparkan sikap seorang terhadap
suatu prilaku, ditambah dengan norma-norma subjektif yang berlaku, dan
juga dengan persepsi faktor kontrol prilaku. Semua hal tersebut bisa
mempengaruhi niat seseorang dalam melakukan prilaku tertentu, TPB
merupakan model niat yang telah diterima dengan baik dan telah sukses
dalam memprediksi dan menjelaskan prilaku manusia dalam berbagai
situasi. Teori ini menunjukan dan menjelaskan bahwa faktor utama
dalam prilaku manusia adalah niat prilaku pada individu, yang
dipengaruhi oleh sikap terhadap prilaku,norma subjektif serta perceived
behaviour control (PBC) (Ajzen, 1991).
Theory of plane behaviour merupakan suatu pengembangan dari
theory Reasoned Action (TRA), pada teori ini sangat menekankan betapa
pentingnya Intention dalam berprilaku. Stelah itu TPB mencoba
mengeksplorasi teori tersebut yaitu hubungan antara niat dan
kepercayaan, sikap serta norma subjektif yang ada pada individu, TPB

Univesitas Teknologi Sumbawa


11

memberikan gambaran prilaku individu yang dapat di jelaskan oleh niat


prilakunya, yang secara Bersama-sama di pengaruhi oleh sikap
(Attitude), norma subjektif (subjectif norms) dan persepsi kontrol prilaku
(Ajzen, 1991).
2.1.6 sikap (Attitude)
menurut (Judge, 2011), sikap merupakan evaluatif, baik yang
menguntungkan ataupun yang tidak menguntungkan, tentang suatu
objek, orang atau peristiwa. Attitude atau sikap mencerminkan
bagaimana kita merasakan tentang suatu hal, selain itu, konsep sikap juga
dapat dianggap sebagai faktor penentu dalam berbaigai macam metode
prilaku konsumen. Attitude (sikap) telah lama terbukti mempengaruhi
niat prilaku dan prilaku actual pada individu (Ajzen, 1991). Menurut
(Dickel, 2011), sikap (Attitude) adalah sebuah evaluasi dari suatu objek.
Sikap juga dipengaruhi oleh dua aspek yaitu kepercayaan individu
dengan apa yang terjadi jika mereka melakukan prilaku yang diharapkan
atau juga di sebut (behavioural belief) dan penilaian tentang apakah
hasilnya baik atau buruk bisa juga disebut (Evaluation of behavioural
outcomes).
Dari kesimpulan di atas adalah ada dua kemungkinan sikap yang
akan muncul dari seseorang atau konsumen rokok , yaitu konsumen roko
akan bersikap positif terhadap label peringatan bahaya meroko terhadap
perokok sehingga mereka ssadar bahwa meroko meiliki efek yang sangat
membahayakan bagi Kesehatan, kemungkinan kedua konsumen roko
bersifat negatif terhadap lebel peringatan bahaya merokok pada kemasan
roko sehingga mereka mengabaikan pengaruh buruk dari rokok yang di
hisapnya (R.R, 2005).
Dalam penelitian ini Attitude yang peneliti bahas ialah implikasi
terhadap Attitude Toward Smoking dalam konteks upaya untuk
mereduksi tingkat konsumsi rokok. Perubahan sikap konsumen terhadap
rokok terbukti merupakan salah satu aspek penting dalam keinginan
mengurangi bahkan berhenti merokok.
2.1.7 Behavioural Intention
Behavioural Intention merupakan suatu kemungkinan dari individu
untuk melakukan prilaku tertentu, dan juga merupakan suatu penentu
utama dari prilaku penggunaan aktual. Behaviour juga diwujudkan dalam
bentuk Tindakan, sasaran atau tujuan, konteks dan waktu, Behavioural
Intention juga menjelaskan kesediaan niat seseorang untuk melakukan
prilaku tertentu (M.R. Harandi, 2014).

Univesitas Teknologi Sumbawa


12

Dari pengertian Intention di atas maka dapat disimpulkan bahwa


pengertian tentang Intention adalah niat, kehendak, atau maksud untuk
melakukan aktivitas, dengan pertimbangan tentang konsekuensi dari
aktivitas yang akan dilakukan.
2.1.8 Inention To Quit Smoking
Intensi berhenti merokok adalah timbulnya keinginan yang kuat dari
individu dalam menhentikan kebiasaan merokok dan dilakukan secara
sadar. Intensi berhenti merokok merupakan salah satu prediktor penting
untuk berhenti merokok (K. Astuti & R, 2007).
Intensi berhenti merokok merupakan keinginan atau kemauan
seseorang atau bisa juga di sebut niat serta kehendak individu untuk
berhenti merokok, dan tahapan niat unuk berhenti merokok menurut
(kumalasari, 2014)adalah , tidak ada niat berhenti merokok, berniat untuk
berhenti merokok segera dan berniat untuk berhenti merokok kemudian.
Bisa diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
intensi untuk berhenti merokok adalah niat niat yang merupakan
keinginan konsumen untuk berhenti merokok serta Tindakan untuk
mengurangi peredaran rokok dan waktu yang ditargetkan konsumen
untuk berhenti merokok (kumalasari, 2014).
2.1.9 Komunikasi Pemasaran.
Komnikasi pemasaran didefinikan sebagai kegiatan pemasaran
dengan menggunakan tehnik-tehnik komunikasi yang bertujuan untuk
memberikan sebuah informasi dari perusahaan atau produsen kepada
konsumen agar tujuan perusahaan tersampaikan serta tercapai. Antara
lain terjadnya peningkatan pendapatan atas penggunaan jasa atau
pembeli produk yang ditawarkan.
Menurut Kotler dan keller (2012) menyatakan bahwasannya,
komunikasi pemasaran adalah sarana yang digunakan sebagai sarana
perusahaan dalam menginformasikan, membujuk dan mengingatkan
konsumen baik secara langsung maupun tidak langsng tentang produk
serta merek yang mereka jual. Menurut Kennedy dan soemanagara
(2006) tujuan promosi mengandung 3unsur yakni memeberikan
informasi, mempengaruhi dan mengingatkan kepada
pelanggannyatentang perusahaan dan produk yang di tawarkan. Baran
komunikasi pemasaran merupakan penggabungan dari lima mode
komunikasi pemasaran, yaitu advertising,sales promotion,public
relation, personal selling dan direct selling (firmansyah, 2020).

Univesitas Teknologi Sumbawa


13

Terkait penelitian ini komunikasi pemasaran yang akan dibahas


ialah komunikasi pemasaran menggunakan metode iklan (Advertising).
Dimana metode ini digunakan pemerintah dan Lembaga sosial
masyaratakan dalam upaya melakukan demarketing untuk mengurangi
kosumsi roko.
2.1.10 Iklan (Advertising)

Dalam memasarkan produk dan jas perusahaan-perusahaan harus


mempunyai strategi, diantara srategi tersebut ialah bauran promosi atau
alat yang digunakan perusahaan untuk menarik perhatian serta minat
konsumen. Maka dari itu dalam bauran promosi terdapat beberapa
macam antara lain yaitu iklan (Advertising). Dalam ranah promosi iklan
di gunakan perusahaan untuk membangun citra yang bersifat jangka
panang bagi suatu produk, meski dalam iklan juga memiliki anggaran
pembiayaan yang cukup besar, akan tetapi tidak dapat dipungkiri iklan
sendiri memiliki maanfaat yang sanagt besar dalam meningkatkatkan
volume penjualan.
Secara efisien iklan dapat menjangkau para konsumen yang sangat
luas meski tersebar secara geografis, iklan dapat diartikan segala bentuk
penyajian non-personal dan promosi ide,barang serta jasa oleh sponsor
tertentu yang memerlukan pembayaran (philip kotler, 1997).
Upaya marketing dalam hal Advertising adalah meningkatkan biaya
untuk promosi dan iklan, sehingga di harapkan terjadi peningkatan
pembeli pada roko. Sedangkan upaya demarketing adalah sebaliknya
yaitu anti smoking campaigns dengan cara membuat iklan layanan
Kesehatan tentang bahaya yang disebabkan oleh roko bagi Kesehatan,
yang disebarluaskan pada media apapun yang diperbolehkan
pemerintah.Dalam penelitian ini Advertising merupakan salah satu
bagian dari maketing communication yang berkaitan dengan upaya
demarketing terhadap produk roko.

2.1.11 Kampanye Anti Rokok (Anti Smoking Campaigns)

Kampanye anti roko merupakan upaya pemerintah dan Lembaga-


lembaga sosial masyarakat dalam mengurangi intensitas konsumsi roko
di Indonesia, pemerintah sendiri mengkatagorikan kebijakn tentang roko
dalam 3 jenis yaitu, memperkirakan elastisitas harga roko untuk
mengukur dan mengevaluasi kebijakan pajak konsumsi roko, dampak
dari peraturan anti merokok diukur dengan indeks serta mengukur efek

Univesitas Teknologi Sumbawa


14

dari informasi dan peringatan Kesehatan tentang bahaya merokok (Hsieh


C, 1996)
Pemerintah telah melakukan upaya demarketing melalui peraturan
yang dibuat untuk mengatur semua yang berkaitan tentang rokok.

Peraturan pemerintah republik Indonesia nomor 109 tahun 2012tentang


pengamanan bahan yag mengandung zat Adiktif berupa produk tembakau
bagi Kesehatan:
Pasal 27
Pengendalian iklan produk tembakau sebagaimana dimaksud dalam
pasal 26, antara lain dilakukan sebagai berikut:
a. Mencantumkan peringatan Kesehatan dalam bentuk gambar dan tulisan
sebesar paling sedikit 10% (sepuluh persen ) dari total durasi iklan atau
15% (lima belas persen) dari total luas iklan.
b. Mencantumkan penanda/tulisan 18+ dalam klan produk tembakau.
c. Tidak memperagakan,menggunakan dan menampilkan wujud atau
bentuk rokok atau sebutan lain yang dapat diasosiasikan dengan merek
produk tembakau.
d. Tidak mencantumkan nama produk yang bersangkutan adalah roko.
e. Tidak menggambarkan atau menyarankan bahwa merokok memberikan
manfaat bagi Kesehatan.
f. Tidak menggunakan kata atau kalimat yang menyasatkan.
g. Tidak merangsang atau menyarankan orang untuk meroko.
h. Tidak menampilkan anak,remaja,atau Wanita hamil dalam bentuk
gambar dan tulisan.
i. Tidak ditujukan terhadap anak,remaja atau Wanita hamil.
j. Tidak menggunakan tokoh kartun dalam model iklan, dan tidak
bertentangan dengan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Pada penelitian ini anti smoking campaigns merupakan salah satu bagia
dari Advertising yang bermaksud sebagai pandangan konsumen terhadap Anti
smoking campaigns terkait dengan upaya serta usaha Demarketing terhadap
produk rokok.

Univesitas Teknologi Sumbawa


15

2.2 Penelitan Relevan


Adapun penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini adalah
sebagai berikut:

Table 1.1
Penelitian terdahulu
Nama peneliti Judul penelitian Hasil
No
Canitgia Keefektifan upaya Berdasarkan hasil dari
1
Tambariki demarketing anti analisis dapat disimpulkan
(2015) smoking campaigns bahwa
dan tobacco - anti smoking campaigns
package warning berpengaru positif dan
labels terhadap signifkan terhadap attitude
intention to quite toward smoking pada
smoking. konsomen rokok putih di
Jakarta.
- tobacco package warning
labels berpengaruh positif
dan signifikan terhadap
attitude toward smoking.
-implikasi variabel attitude
toward smoking
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap intention
to quit smoking.
- variabel yang paling
dominan mempengaruhi
attitude toward smoking
adalah tobacco warning
labels.

Univesitas Teknologi Sumbawa


16

Asep imam Analisis pengaruh Berdasarkan hasil analisis


2
SE.MM (2020) demarketing anti yang di lakukan adalah:
smoking campaigns - variabel iklan anti rokok
terhadap intensi untk berpengaruh positif dan
mengurangi signifikan terhadap variabel
konsumsi rokok di sikap terhadap rokok.
Jakarta. - variabel sikap terhadap
rokok berpengaruh positif dan
signifikan terhadap variabel
intensi mengurangi rokok.
- variabel iklan anti rokok
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap variabel
intensi mengurangi rokok.
Zainul asnadah Pengaruh terapan Berdasarkan hasil dari
3
fatmawati (2014) peringatan pesan penelitian ini ialah sebagai
pada iklan rokok berikut:
terhada sikap untuk - peringatan pesan pada iklan
berhenti merokok berpengaruh dan signifikan
pada remaja terhadap sikap terhadap roko.
- sikap terhadap roko
berpengaruh terhadap
keinginan untuk berhenti
merokok.
- peringatan pesan pada iklan
berpengaruh dan signikfikan
terhadap keinginan untuk
berhenti merokok.

Univesitas Teknologi Sumbawa


17

Hamdi Sari Pengaruh gambar Dari hasil analisis yang


4
Maryoni DKK iklan peringatan dilakukan menunjukan
(2017) merokok pada bahwa,
bungkus rokok - gambar iklan peringatan
terhadap sikap merokok pada bungkus rokok
berhenti merokok berpengaruh dan signifikan
bagi pelanggan terhadap sikap berhenti
merek Sampoerna merokok.
mild di desa - sikap terhadap rokok sangat
Kepenuhan barat positif dan berpengaruh
mulya. signifikan terhadap sikap
berhenti merokok bagi
pelanggan merek sampoerna
mild di desa Kepenuhan Barat
Mulya.

2.3 Hipotesis Penelitian.


Hipotesis berasal dari dua suku kata yaitu hypo yang memiliki arti kemah
atau kurang dan thesis yang berarti pendapat atau kebenaran (Sugiyono, 2016).
Dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis akan menjadi thesa atau pendapatan
atau teori bila sebuah penelitian tersebut di uji dengan menggunakan sebuah
metode ilmiah. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
2.3.1 Demarketing Anti smoking campaigns– intensi mengurangi konsumsi
rokok

Univesitas Teknologi Sumbawa


18

Aturan yang diberlakukan bagi iklan untuk produk rokok pada


televisi dan juga media-media sudah banyak diketahui oleh khalayak
ramai, semua itu di lakukan untuk mengupayakan terlaksananya program
demarketing pada produk rokok. Dari segi iklan bahaya meroko juga
sudah banyak dirilis pada media elektronik ataupun media-media masa.
Dalam usaha Demarketing yang ditinjau berdasarkan upaya anti
smoking campaigns, peneliti memilih pada iklan tv, outdor advertising
dan kampanye anti rokok yang sering dilakukan oleh Lembaga-lembaga
sosial bahkan pemerintah yang harus diperhatikan lebih dalam
dikarenakan makin maraknya usaha-usaha yang sudah dilakukan
lembag-lembaga sosial dan peemerintah dengan mengeluarkan biaya
yang cukup besar demi menekan konsumsi roko dengan cara
menyampaikan berbagai macam dampak bahaya meroko bagi Kesehatan
(R.R, 2005).
Kampanye anti rokok dapat mempengaruhi sikap perokok terhadap
rokok. Adanya pengeruh yang signifikan campaign intensity dalam
mereduksi positive Attitude toward smoking yang pada akhirnya
berdampak pada peningkatan intention to reduce smoking dan intention
to quit smoking (Rofianto. W, 2015). Iklan dan promosi dalam hal ini
upaya demarketing pada produk roko memeiliki hubungan positif
signifikan terhadap sikap konsumen. Persepsi dari kekuatan iklan anti
rokok dan sikap memiliki hubungan postif pada konsumen dewasa dan
remaja, untuk dukungan anti rokok dan melarang merokk di lokasi public
memiliki hubungan positif yang merupakan efek dari Advertising
campaigns.
Anti smoking campaigns secara berkelanjutan ditunjukan sebagai
untuk mengubah sikap konsumen terhadap kebiasaan meroko, misalnya
dikaitkan dengan sikap meroko adalah buruk jika dikaitkan dari aspek
Kesehatan. anti smoking campaigns terbukti dapat ereduksi sifat positif
terhadap rokok, meskipun upaya ini dapat tereduksi dengan upaya
komunikasi pemasaran yang banyak dilakukan sebagai strategi oleh
banyak produsen rokok (Tangari A. H & Burton S, 2016). Implikasi dari
fakta tersebut, untuk memperbesar kemunkinan terjadinya perubahan
sikap konsumen terhadap meroko perlu di lakukan upaya anti smoking
campaigns dengan intensitas yang relatif tinggi, mengimbangi upaya
strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan secara terus-menerus
oleh produsen rokok untuk meningkatkan penjualan produk rokok yang
ditawarkan.

Univesitas Teknologi Sumbawa


19

Peneliti ingin mengetahui efektifitas anti smoking campaigns dan


implikasinya terhadap attitude toward smoking dalam mereduksi
konsumsi rokok. Hal tersebut menjadi hipotesis 1 dalam penelitian ini.
Secara spesifik hipotesis berdasarkan uraian di atas adalah sebagai
berikut:
Ho1 : Diduga anti smoking campaigns berpengaruh terhadap intensi
mengurangi konsumsi rokok.

2.3.2 Attitude toward smoking – intensi mengurangi konsumsi rokok


Intensi terbnetuk oleh tiga aspek yaitu sikap, norma subjektif serta
kontrol prilaku pada individu (Ajzen, 1991). Dimana faktor sikap
berpengaruh secara positif signifikan terhadap intensi untuk mengurangi
konsumsi rokok bahkan intensi berhenti merokok (kumalasari, 2014).
Dari fakta teori ini data diambil kesimpulan bahwa intensi untuk
mengurang konsumsi rokok yang terbentuk oleh sikap dan prilaku
individu adalah keyakinan mengenai konsekuensi prilaku dan evaluasi
individu terhadap prilaku dengan mamatuhi praturan dan kebijakan yang
telah dibuat oleh pemerintah tentang bahaya-bahaya yang disebabkan
oleh rokok bagi kesehatan (kumalasari, 2014).
Sebelum menuju agar terjadinya perubahan pada keinginan untuk
mengubah prilaku perokok, pemangku kepentingan perlu terlebih dahulu
melakukan upaya untuk mengubah sikap perokok terhadap rokok,
terlebih sikap negatif terhadap rokok. Hal ini sejalan dengan sejumlah
penelitian terdahulu (Tangari A. H & Burton S, 2016).
Dari teori tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa sikap
terhadap tobacco control policy merupakan salah satu aspek yang
membentuk intensi untuk mengurangi konsumsi rokok bahkan berhenti
merokok. Untuk itu penelitian ini ingin mengetahui pengaruh attitude
toward smoking terhadap intensi untuk mengurangi konsumsi rokok
(intention to reduce smoking). Hal tersebut menjadi hipotesis ke 2 dalam
penelitian ini. Secara spesifik hipotesis berdasarkan uraian diatas adalah
sebagai berikut:
Ho2 : Diduga implikasi attitude toward smoking berpengaruh
terhadap intensi mengurangi konsumsi roko (intention to reduce
smoking).

Univesitas Teknologi Sumbawa


20

2.4 Kerangka konseptual


Adapun kerangka konseptual dalam penelitin ini adalah sebagai berikut:

ANTI SMOKING H1
CAMPAIGNS (X1)

INTENSI
MENGURANGI
ROKOK (y)
ATTITUDE
TOWARD
SMOKING (X2)
H2

Keterangan

: Pengaruh masing-masing variabel dependen terhadap variabel


independen secara persial.

X1 : Anti smoking campaigns sebagai variabel idependen

X2 : Attitude toward smoking sebagai variabel idependen ke dua

Y ; intensi untuk mengurangi konsumsi rokok(Intention to reduce


smoking) sebagai variabel dependen.

Univesitas Teknologi Sumbawa


21

BAB III

METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Rancangan pada penelitian ini merupkan penelitian yang menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan jeneis penelitian asosiatif. Adapun metode
penelitian kuantitatif dapat diarttikan sebagai metode yang berlandaskan pada
filsafat positifme, digunakan untuk meneliti pada populasi, analisis data yang
bersifat statistk, yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan
(Sugiyono, 2016). Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
penedekatan kuantitatif yang berfokus pada anti smoking campaigns, terhadap
intensi (attitude toward smoking) untuk mengurangi konsumsi rokok (intention
to reduce smoking).
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian asosiatif. Penelitan asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan
menggunakan penelitian asosiatif ini maka akan dapat dibangun teori yang
dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala
(Sugiyono, 2016). Dalam judul penelitian ini, peneliti menjelaskan apakah ada
pengaruh antara anti smoking campaigns serta intensi atau sikap terhadap
rokok (attitude toward smoking ) untuk mengurangi konsumsi rokok (intention
to reduce smoking).
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data
kuantitatif. Data kuantitatif adalah jenis data yang dapat diukur atau dihitung
secara langsung yang berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan atau
bilangan yang berbentuk angka (Sugiyono., 2015). Pada penelitian ini data
kuantitatif yang diperlukan adalah jumlah konsumen rokok dan angket.
3.2.1 Sumber Data
Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini ada dua yaitu:

Data primer
Data primer merupakan data yang diperoleh menggunakan survei
lapangan melalui metode kuisioner dalam penumpulan data, baik secara

Univesitas Teknologi Sumbawa


22

online mengunakan media online atau memberikan secara langsug


kepada orang (Malhotra, 2010). Data primer dalam penelitian ini
merupakan data yang diperoleh langsung dari responden dengan metode
survei. Survei dilakukan dengan penyebaran kuisioner secara langsung
dan menggunakan google drive kepada konsumen rokok. Data primer
yang dihasilkan bertujuan untuk menjawab secara langsung terkait
masalah penelitian (Malhotra, 2010).

Data sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari berbagai sumber,
seperti buku, media internet, jurnal-jurnal penelitian yang berhubungan
dengan penelitian ini (Malhotra, 2010). Data sekunder adaah data yang
bersumber dari hasil penelitian orang lain yang dibuat untuk maksud
yang berbeda, namun data tersebut dapat dimanfaatkan (Kountur.R.,
2007). Pada penelitian ini peneliti mendapat data sekunder melalui
metode literature review yang berasal dari buku,jurnal-jurnal, artikel dan
kepustakan lainnya yang terkait dengan penelitian.
3.3 Populasi, Sempel dan tehnik sampling
3.3.1 populasi
Popuasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2016). Berdasarkan teori tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa populasi dari penelitian ini adalah seluruh perokok di daerah
Sumbawa besar yang termasuk kedalam kategori usia 15 tahun ke atas
yang jumlah populasinya belum diketahui,
3.3.2 sampel dan tehnik sampling
dalam penelitian kuantitatif, sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono., 2015). Bila
populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada
pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu,
maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.
Pada penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah
nonprobability sampling dengan jenis purposive sampling.
nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono., 2015). Sedangkan
sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu.

Univesitas Teknologi Sumbawa


23

Dalam penelitian ini, Metode yang digunakan menggunakan


purposive sampling, penulis memilih teknik purposive sampling dengan
menetapkan pertimbangan-pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu
yang harus dipenuhi oleh sampel-sampel yang digunakan dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Kriteria usia responden yang berusia 15 tahun keatas
2. Intensitas merokok minimal 1 batang perhari
3. Durasi merokok lebih dari 1bulan
Adapun Penentuan kriteria sampel di atas merujuk pada referensi
menurut WHO (2013), tentang tipe perokok yang dibagi menjadi tiga,
diantaranya Perokok ringan 1-10 batang per hari, Perokok Sedang 11- 20
batang per hari dan perokok berat lebih dari 20 batang per hari,
sedangkan Intensitas merokok dan durasi merokok dapat menjadi rumus
dalam mengetahui derajat merokok seseorang, (anwar, 2015). Selain itu
juga menyampaikan bahwa usia merokok, intensitas merokok dan durasi
merokok menjadi bagian dari faktor yang menjadi peningkat risiko
penyakit akibat rokok.
menggunakan Indeks Brinkman (IB), di mana rumus IB adalah
jumlah rata-rata intensitas rokok yang dihisap sehari (batang) dikalikan
durasi merokok (tahun), dan kriteria perokok berdasarkan IB yaitu
Perokok ringan 0-199 poin, Perokok sedang 200-599 poin dan Perokok
berat ≥ 600 poin. Penggunaan kriteria usia minimal ≥ 15 tahun dipilih
karena merujuk dari referensi Riskesdes 2018, dimana pada kisaran usia
tersebut terjadi peningkatan prevalensi merokok usia muda, sedangkan
kriteria intensitas merokok minimal satu batang per hari dan durasi
merokok > (lebih dari) satu bulan dipilih karena menjadi faktor untuk
mengetahui kategori derajat merokok seseorang. Pada penelitian ini,
peneliti memilih responden perokok di daerah Sumbawa besar. Oleh
karena, populasi tidak diketahui, untuk pengambilan sampel peneliti
menggunakan rumus Lemeshow (lemeshow, 1997).

Keterangan :
N = Jumlah sampel
z21-α/2 = Z adalah skor pada 1-α/2tingkat kepercayaan
p = Estimasi proporsinya
d = Presisi yang digunakan

Univesitas Teknologi Sumbawa


24

Karena jumlah populasinya tidak diketahui. Maka diperlukan tabel


tingkat kepercayaan untuk menentukan besar sampel penelitian.
Terdapat 3 tingkat kepercayaan atau confidence yang bisa digunakan,
yakni 90% (1,645), 95% (1,960), dan yang paling tinggi 99% (2,576)
(lemeshow, 1997). Kemudian agar bisa menentukan nilai p (1-p) bisa
dilihat melaluitabel:

Tabel 3.1 Nilai P dan P*(1-p)


P P*(1-
p)
0,5 0,25
0,4 0,24
0,3 0,21
0,2 0,16
0,1 0,09
Sumber: (lemeshow, 1997)

Berikutnya peneliti memilih nilai P 0,5 dalam menentukan jumlah


sampel. Lemeshow (1990:2) menyatakan “choosing 0.5 for P in the
formula for sample size will always provide enough observations”.
Menggunakan nilai P 0,5 sudah cukup memenuhi persyaratan untuk
menentukan besaran sampel. Presisi yang digunakan adalah 0,1 (d).
Berdasarkan rumus lemeshow, dihasilkanlah perhitungan sebagai
berikut:

Sehingga didapatkan hasil sampel 96,04. Dari hasil tersebut


dibulatkan dan menjadi 100. Dengan demikian penelitian ini jumlah
sampelnya adalah 100 responden.

Univesitas Teknologi Sumbawa


25

3.4 Metode pengumpulan data


Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk
memperole data yang diperlukan. Perlu dijelaskan bahwa pengumpulan data
dapat dikerjakan berdasarkan pengamatan. (tanzeh, 2011).
Adapun tenik pengumpulan data yang di lakukan pada penenlitian ini
adalah :
A. Tehnik angket, yaitu tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara menyusun pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya tertutup dan harus
diisi oleh responden dengan cara memilih salah satu alternatif jawaban
yang tersedia.
B. Tehnik study Pustaka dan dokumentasi, yaitu tehnik pengumpulan data
dengan membaca buku dan literatur pendukung yang tidak
menyimpang dengan penelitian yang dilakukan, serta mempelajari
litertur tersebut dan menjadikannya sebagai sumber rujukan atau
Pustaka.
3.5 Definisi oprasional, variabel penelitian, jenis skala
3.5.1 variabel penelitian
Menurut (Sugiyono., 2015). Variabel penelitian adalah suatu atribut
atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai
variasi tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik
kesimpulannya. Dalam penelitian ini terdapat tiga variable yang
digunakan yaitu variabel dependen, variabel independen dan variabel
intervening (variabel mediasi) serta dijelaskan sebagaiberikut:
1. Variabel Dependen
Variabel Dependen atau terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel
bebas (Sugiyono., 2015). Variabel Dependen pada penelitian ini
adalah intensi mengurangi rokok (intention to reduce smoking)
(Y).
2. Variabel Independen
Menurut Sugiyono (2014) Variabel Independen atau bebas
merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahan atau timbulnya variabel independent. Dalam
Penelitian ini variabel yang termasuk Variabel Independen
adalah Anti Smoking Campaigns berupa Iklan Layanan
Masyarakat, Iklan Anti Rokok(X1) dan siakp teradap rokok
(attitude toward smoking) (X2).

Univesitas Teknologi Sumbawa


26

3.5.2 Definisi Operasional


Definisi operasional adalah sesuatu yang melekat arti pada suatu
variabel dengan cara menetapkan kegiatan atau tindakan yang perlu
untuk mengukur variabel itu. Pengertian operasional variabel ini
diuraikan melalui tabel dibawah ini.

Tabel 3.1 oprasional variabel

Variabel Definisi Indikator


Anti smoking Anti smoking ➢ Jelas
campaigns campaigns kemudian
(ASC) (X1) merupakan upaya dibaca
mengkampanyekan ➢ Informatif
anti rokok ➢ Terpercaya
menggunakan ➢ Interest
iklan layanan (menarik)
masyarakat ➢ Sumber model
sebagai tools ➢ Isi pesan
kampanye ➢ Intensitas
(frekuensi)
Variabel Definisi Indikator
Attitude Pernyataan ➢ Kognitif
toward evaluatif (sikap), ➢ Efektif
smoking (ATS) baik yang ➢ Konatif
(X2) menguntungkan
atau tidak
menguntungkan,
tentang suatu
objek, orang atau
peristiwa.
Variabel Definisi Indikator
Intention to Niat, kehendak ➢ Niat
reduce atau maksud untuk ➢ Keinginan
smoking mengurang
(ITR)(X3) konsumsi rokok.
Sumber: penelitian (imam, 2020).

Univesitas Teknologi Sumbawa


27

3.5.3 Skala pengukuran


Pada penelitan ini instrument pengumpulan data (kuisioner) diukur
dengan menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok
orang tentang fenomena sosial (Sugiyono., 2015).
Skala likert juga disebut summated rating scale, skala ini banyak
digunakan karena skala ini memperbanyak peluang kepada responden
untuk mengekspresikan perasaan mereka dalam bentuk persetujuan atau
agreement terhadap suatu pernyataan. Pernyataan yang diberikan
berjenjang mulai dari tingkat terendah sampai tingkat tertinggi.

Tabel 3.2 skor skala likert

Pernyataan Skor
Sangat tidak setuju 1
Tidak setuju 2
Netral 3
Setuju 4
Sangat setuju 5
sumber (Sugiyono., 2015).
3.6 Analisis data

Kata analysis berasal dari bahasa Greek, terdiri dari kata “ana” dan
“lysis”. Ana artinya atas (above), lysis artinya memecahkan atau
menghancurkan. Secara definitive ialah: “analysis is a process of resolving data
into its constituent components to reveal its characteristic elements and
structure” yang dikemukakan oleh Ian Dey (kasiram, 2010).
Kerlinger adalah tokoh penelitian kuantitatif, dia mendefinisikan analisis
data sebagai berikut “analysis means the categorizing, ordering, manipulating
and summarizing of data to obtain answer to research questions”. Dari definisi
analisis data Kerlinger di atas ternyata bahwa analisi data mencakup banyak
kegiatan, yaitu mengkategori data, mengatur data, memanipulasi data,
menjumlahkan data, mentabulasi data yang diarahkan untuk memperoleh
jawaban dari problem penelitian. Dalam penelitian kuantitatif, tujuan utama
dari analisis data ialah untuk meringkaskan data dalam bentuk yang mudah
dipahami dan mudah ditafsirkan, sehingga hubungan antara problem penelitian
dapat dipelajari dan di test.

Univesitas Teknologi Sumbawa


28

Selain Kerlenger, ada tokoh penelitian kuantitatif lain yaitu Robert C


Bogdan yang juga mendefinisikan analisis data sebagai berikut “data analysis
is the process of systematically searching and arranging the interview your own
understanding of them and to enable you to present what you have discovered
to others” (lbid, 2015)
Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah
data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam
analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis
responden, metabulasi data berdasarkan variabel yang diteliti, melakukan
perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan
untuk menguji hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono, 2016). Jadi
menganalisis data dalam penelitian kuantitatif berarti proses mensistematiskan
apa yang sedang diteliti dan mengatur hasil wawancara seperti apa yang
dilakukan dan dipahami dan agar supaya bisa menyajikan apa yang didapatkan
pada orang lain.
Tujuan analisis data dalam penelitian kuantitatif adalah mencari makna
di balik data, melalui pengakuan subyek pelakunya. Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
3.6.1 Uji Validitas

Untuk mengukur kualitas (kecermatan dan keandalan) instrumen


dalam pengumpulan data maka diperlukan uji validitas instrumen yang
akan digunakan.Uji validitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah
item- item yang disajikan pada angket benar-benar mampu
mengungkapkan dengan hasil pasti apa yang akan diteliti atau diukur.
Dalam penelitian ini menggunakan nilai r hasil Corrected Item Total
Correlation melalui sub menu scale dari perhitungan dengan program
SPSS. Tingkat valid atau tidaknya instrument kuesioner yang digunakan
dalam pengumpulan data diketahui dengan menggunakan uji validitas,
sehingga dapat diketahui apakah item yang digunkan dalam kuesioner
benar-benar mampu mengungkapkan keadaan yang sebenarnya (hadi,
2013). Dengan tingkat signifikansi sebesar α = 0,1 maka kriteria
pengujiannya:

• Jika nilai r hitung > r tabel, berarti pernyataan tersebut valid.


• Jika nilai r hitung < r tabel, berarti pernyataan tersebut tidak
valid Sugiyono dan Wibowo mengatakan, ketentuan validitas
instrument.

Univesitas Teknologi Sumbawa


29

sahih apabila r hitung lebih besar dari r kritis (0,30). Suyuthi


mengatakan item pernyataan atau pertanyaan dinyatakan valid jika
mempunyai nilai r hitung yang lebih besar dari r standar yaitu 0,3. Dan
Sugiyono, bila korelasi tiap faktor positif dan besarnya 0,3 ke atas maka
faktor tersebut merupakan construct yang kuat. Jadi validitas bertujuan
untuk menguji apakah tiap item atau instrumen (bisa pertanyaan
maupun pernyataan) benar-benar mampu mengungkap faktor yang
akan diukur atau konsistensi internal tiap item alat ukur dalam mengukur
suatu faktor (sujianto, 2009).
3.6.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah suatu alat pengukur dalam mengukur suatu


gejala pada waktu yang berlainan senaniasa menunjukkan hasil yang
sama (sujianto, 2009). Jadi dalam berbagai waktu hasil yang diukur
tersebut menunjukkan hasil yang tetap.
Uji reliabilitas menunjukkan hasil pengukuran yang dapat
dipercaya. Reliabilitas instrument diperlukan untuk mendapatkan data
sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut,
dilakukan reliabilitas dengan menggunkan metode Cronbach’s Alpha
diukur berdasarkan skala Cronbach’sAlpha 0 sampai 1. Triton
mengemukakan bahwa skala itu dikelompokkan ke dalam lima kelas
dengan reng yang sama, maka ukuran kemantapan alpha dapat di
interprestasikan sebagai berikut :
1) Nilai alpha Cronbach 0,00 sampai dengan 0,20 berarti kurang
reliable.
2) Nilai alpha Cronbach 0,21 sampai dengan 0,40 berarti agak
reliabel.

3) Nilai alpha Cronbach 0,41 sampai dengan 0,60 berarti cukup


reliable.
4) Nilai alpha Cronbach 0,61 sampai dengan 0,80 berarti reliable.

5) Nilai alpha Cronbach 0,81 sampai dengan 1,00 berarti sangat


reliable (Sugiyono., 2015).
3.6.3 Uji Asumsi Klasik

Univesitas Teknologi Sumbawa


30

Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui kelayakan dari suatu


model regresi. Sebelum melakukan analisis regresi dilakukan uji
asumsiklasik terlebih dahulu . dalam penelitian ini , uji asumsi klasik
yang digunakan antara lain :
A. Uji Normalitas
Uji distribusi normal adalah uji untuk megukur apakah data
kita memiliki distribusi normalsehingga dapat dipakai dalam
statistik parametrik (sujianto, 2009). Salah satu metode yang bisa
digunakan untuk mendeteksi masalah normalitas yaitu uji
kolmogorov-smirnov yang digunakan untuk mengetahui apakah
sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.
Pengujian normalitas data pada penelitian menggunakan uji
One Sample Kolmogorov-Smirnov yang mana dasar
pengambilan keputusan sebagai berikut :
1. Jika nilai signifikansi > 0,05, maka data tersebut
berdistribusi normal.
2. Jika nilai signifikansi < 0,05, maka data tersebut tidak
berdistribusi normal.
B. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolinieritas yaitu
adanya hubungan linier antara varible independent dalam model
regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi
adalah tidak adanya multikolinearitas. Ada beberapa metode
pengujian yang bisa digunakan diantaranya ;

1. dengan mlihat varians inflation factor (VIF) pada


model regresi,
2. dengan membandingkan nilai koefisian determinasi
individual (R2) dengan nilai determinasi secara
serentak (R2), dan dengan melihat nilai eingenvalue dan
condition index.
Pengujian terhadap multikolinieritas dilakukan untuk
mengetahui apakah antar variabel bebas itu saling berkolerasi.
Jika hal ini terjadi maka sangat sulit untuk menentukan variabel
bebas mana yang mempengaruhi variabel terikat. Diantara
variabel independen terdapat kolerasi mendekati

Univesitas Teknologi Sumbawa


31

+1 atau -1 maka diartikan persamaan regresi tidak akurat


digunakan dalam persamaan (sujianto, 2009).
Multikolinieritas merupakan gejala korelasi antar variabel
bebas yang ditunjukkan dengan korelasi yang signifikan antar
variabel bebas. Dimana dapat dideteksi dengan menggunakan
Variance Inflation Factor (VIF) dengan kriteria yaitu (Idris,
2010).
1. Jika angka tolerance diatas 0,1 dan VIF < 10 dikatakan tidak
terdapat gejala multikolinieritas.
2. Jika angka tolerance dibawah 0,1 dan VIF > 10 dikatakan
terdapat gejala multikolinieritas.
C. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastitas bertujuan untuk mengetahui apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaanvariane dari residual
1pengamat ke pengamat yang lain. Jika variance dari residual 1
pengamat ke pengamat lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda maka disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model regresi
yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas
karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran.
Untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas pada suatu
model dapat dilihat dari pola gambar scatterplot model tersebut.
Tidak terdapat heterokedastisitas jika :
1. penyebaran titik – titik data sebaiknya tidak berpola,
2. titik – titik data menyebar diatas dan dibawah atau
disekitar angka 0,
3. titik – titik data tidak mengumpul hanya diatas atau
dibawah saja (lbid, 2015).
3.6.4 Uji Hipotetsis

Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui kebenaran hipotesis yang


telah disusun berdasarkan data penelitian. Uji hipotesis yang digunakan
yaitu uji T dan uji F (widarjono, 2005).
A. Uji T (T-Test)
Untuk mengetahui keterandalan serta kemaknaan dari nilai
koefisien regresi, sehingga dapat diketahui apakah pengaruh
variabel Demarketing anti smoing campaigns (X1), sikap

Univesitas Teknologi Sumbawa


32

terhadap roko (Attitude toward smoking) (X2), intensi


mengurangi konsumsis rokok (Intention to reduce smoking) (Y),
signifikan atau tidak. Kriteria pengujian yang digunakan yaitu :
H0 diterima jika thitung < ttabel => tidak ada pengaruh yang
signifikan antara Demarketing anti smoking campaigns, Attitude
toward smoking, terhadap intensi mengurangi konsumsi rokok
(Intention to reduce smoking).
H0 ditolak jika thitung > ttabel atau thitung < -ttabel =>ada
pengaruh yang signifikan antara Demarketing anti smoking
campaigns, Attitude toward smoking, terhadap intensi
mengurangi konsumsi rokok (Intention to reduce smoking).
B. Uji (F-Test)
Uji F digunakan untuk menguji salah satu hipotesis di dalam
penelitian yang menggunakan analisis regresi linier berganda. Uji
F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara
bersama – sama (simultan) terhadap variabel terikat. Hasil uji F
dilihat dari tabel ANOVA dalam kolom sig dengan kriteria
sebagai berikut :
1. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka dapat dikatakan terdapat
pengaruh yang signifikan secara bersama – sama antara
variabel bebas terhadap variabel terikat.
2. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka dapat dikatakan tidak
terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama – sama
antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
3.6.5 Uji Regresi Linier Berganda

Dalam penelitian ini, variabel terikat dipengaruhi oleh variabel


bebas. Maka untuk menguji atau melakukan estimasi dari suatu
permasalahan yang terdiri dari lebih dari satu variabel bebas tidak bisa
dengan regresi sederhana. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian
ini adalah regresi berganda. Persamaan umum regresi linier berganda
adalah :

Univesitas Teknologi Sumbawa


33

Y= a + b1X1 + b2X2 + E

Keterangan :
E = Standar Eror
Y = variable dependent (Intensi
menguranngi konsumsi rokok)
X1 = variable independent (Demarketing
anti smoking campagns)
X2 = variable independent (sikap
terhadap rokok)
a = Konstanta
B = Koefisien regresi variabel independen

3.6.6 Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)

Uji ini bertujuan untuk menentukan proporsi atau presentase total


variasi dalam variabel terikat yang diterangkan oleh variabel bebas.
Apabila analisis yang digunakan adalah regresi sederhana, maka yang
digunakan adalah nilai R square. Namun, apabila analisis yang
digunakan adalah regresi berganda , maka yang digunakan adalah
Adjusted R Square.

Univesitas Teknologi Sumbawa


34

Daftar pustaka

Ajzen, I. (1991). organizational behaviour. the theory, 179-211.

amelia, R. (2018). KRIKITIK MANFAAT INDUSTRI ROKO. ESA jurnal ekonomi syariah, 1,
228-246.

Antik Suprihati, H. M. (2018). DINAMIKA KONSUMSI ROKO DAN IMPOR TEMBAKAU


INDONESIA. SEPA, 14, 183-194.

anwar, F. (2015, oktober jumat). www.health.detik.com. Retrieved from detik health :


https://.detik.com/berita-detikhealth/d-3057693/termasuk-perokok-berat-atau-
ringan

Arikunto. (2006). PROSEDUR PENELITIAN; SUATU PENDEKATAN PRAKTIK edisi revisi VI .


Jakarta : PT. rineka cipta.

chotidjah, S. (2012). pengetahuan tentang roko,pusat kendali kesehatan eksternal dan


prilaku meroko. MAKARA, SOSIAL HUMANIORA , 16, 49-56.

D.Pawar, U. &. (2013). analysis of perception of tobacco consumers towards the


demarketing of tobacco product . JURNAL OF DEMERKETING, 120-145.

Dickel, G. B. (2011). attitudes and attitude change. the annual riview of psychology, 391-
147.

Dina komasari, A. f. (2000). faktor-faktor penyebab prilaku meroko pada remaja. jurnal
psikologi, 37-47.

E. shiu, L. h. (2009). demarketing tobacco trought governmental policies the-4Ps


revisited. journal of bsiness resaerch, 62(2), 269-278.

firmansyah, M. A. (2020). KOMUNIKASI PEMASARAN. SURABAYA,JAWA TIMUR:


CV.PENERBIT QIERA MEDIA-PASURUAN,JAWA TIMUR.

hadi, s. (2013). metodologi research. yoyakarta: alfabeta press.

Hair, J. F. (2010). multivariate data Analysis. newyork: prson education.

Hsieh C, R. Y. (1996). Smoking, Health, Knowladge, and anti smoking campaigns. an


america study in taiwan, 11-24.

IAKMI, T. (2020). ATLAS TEMBAKAU INDONESIA 2020. menteng-jakarta pusat:


http://www.tcsc-indonesia.org/wp-content/uploads/2020/06/Atlas-Tembakau-
Indonesia-2020.pdf.

Univesitas Teknologi Sumbawa


35

Idris. (2010). aplikasi model analisis data kuantitatif dengan program spss (hal, 93).
padang: FE-UNP.

imam, A. (2020). Analisis pengaruh demerketing anti smoking campaigns terhadap


intensi untuk mengurangi tingkat konsumsi rokok di jakarta. LPPM Universitas
Trilogi, 1-29.

Judge, S. R. (2011). Organizational Behaviour. new jersey: pearson.

K. Astuti & R, s. (2007). hubungan antara sikap terhadap prilaku merokok dan kontol diri
dengan intensi berhenti merokok. jurnal prilaku konsumen, 37-48.

kanuk, L. s. (2010). consumer behaviour (10th ed). newyork: education rivew.

kasiram, M. (2010). metode penelitian kuantitatif & kualitatif (hal 257). Yogyakarta:
sukses offset.

Kountur.R. (2007). metode penelitian untuk penulisan skripsi dan tesis (2nd edition).
Jakarta: PPM.

kumalasari, I. (2014). Faktor;Faktor Yang Mempengaruhi Intensi berhenti merokok Pada


Santri Putra di Kabupaten Kudus. jurnal psikologi, 25-40.

lbid. (2015). lbid hal 355. yogyakarta: university press.

lemeshow, e. a. (1997). BESAR SEMPEL DALAM PENELITIAN (TERJEMAHAN).


YOGYAKARTA: GAJAH MADA UNIVERSITAS PRESS.

M. yusuf saleh, M. s. (2019). KONSEP &STRATEGI PEMASARAN (1 ed.). MAKASAR: CV


SAH MEDIA, MAKASAR.

M.R. Harandi, S. S. (2014). the study of adoption rateof internet banking in rural
communities based on the theoryof reasoned action and theory of planned
behaviour. international journal of oprational research and decision science, 25-
33.

Malhotra, N. K. (2010). An Applied orientation. marketing research, 25-48.

mothersbaugh, D. H. (2013). CONSUMERS BEHAVIOUR BUILDING MARKETING STRATEGY


(12th ED). USA: academia.

muh.kasiran. (2013). metodologi penelitian (hal:353). bandung: alfabeta.

p. kotler, g. z. (1971). social marketing,an aproach to plannaed social change. jurnal of


marketing, 20, 30-49.

philip kotler, g. a. (1997). MANAJEMEN PEMASARAN,ANALISIS


PERENCANAAN,IMPLEENTASI DAN PENGENDALIAN JILID 1 DAN 2 EDISI KE
DELAPAN . JAKARTA: SALEMBA EMPAT.

Univesitas Teknologi Sumbawa


36

R.R, K. &. (2005). Hubungan antara sikap dengan peringatan bahaya merokok dengan
intensi berhenti merokok . academia, 1-28.

rezkisari, i. (2014, 12 november rabu). berita gaya hidup sehat, info sehat . Retrieved
from Republika.co.id: www.republika.co.id https://republika.co.id

Rofianto. W, K. .. (2015). Efektivitas peringatan bergambar pada kemasan sebagai upaya


mereduksi tingkat konsumsi rokok. jurnal ekonomi, 1-15.

Sdaryono. (2017). METODE PENELITIAN. DEPOK: PT.Rajagrafindo persada.

Solomon, M. (2013). consumer Behaviour. london: Harvard rivew.

sugiharti, l. (2015). konsumsi roko berdasarkan karakteristik individu di indonesia. jurnal


ekonomi kuantitatif terapan, 8, 34-45.

Sugiyono. (2016). metode penelitian kuantitatif R&D. bandung: Alfabeta cet. hal 8.

Sugiyono. (2015). meode penelitian kuntitatif,kualitatif dan kombinasi (mixed method)


ed. sutopo. Bandung: cv alfabeta.

sujianto, A. e. (2009). aplikasi statistik dengan spss . jakarta: prestasi pustak.

sumarno, S. (2011). model optimalisasi implementasi kebijakan pemerntah prihal


bahaya meoko terhadap prilaku konsumen (PEROKOK) dan biaya sosial . Riptex,
5, 19-29.

Tangari A. H & Burton S. (2016). How to antitobacco campaigns adversiting and smoking
status effect belief and intention . journal behaviour , 537-548.

tanzeh, A. (2011). metodologi penelitian praktis (hal :83). yogyakarta : teras.

widarjono, A. (2005). ekonometriks teori dan aplikasi untukekonomi dan bisnis (hal,
182). Yogyakarta: Ekonisia press.

Univesitas Teknologi Sumbawa


37

Univesitas Teknologi Sumbawa

Anda mungkin juga menyukai