Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ozon adalah salah satu bentuk alotrop dari oksigen. Molekul ozon mengandung

tiga atom oksigen (O3) dan relative tidak stabil dari O2 (Pauly et al., 2006). Pada

konsentrasi rendah, ozon dapat menyebabpkan iritasi dan beracun. Itu terjadi secara

alami dalam sejumlah kecil di permukaan bumi dan di udara pada atmosfer rendah.

Ozon juga merupakan agen oksidasi paling kuat. Ozon dapat mengoksidasi banyak

komponen organik dan digunakan secara komersial sebagai pemutih pada lilin,

minyak, tekstil dan juga untuk sterilisasi udara dan air minum. Ozon sangat tidak

stabil dan reaktif, pembuatan ozon murni sangat sulit dan penuh resiko

(Shakhashiri, 2007).

Ozon yang merugikan manusia berada pada lapisan troposfer sedangkan yang

menguntungkan manusia berada pada lapisan statosfer (McElroy, 1997). Ozon pada

lapisan troposfer merupakan udara kotor yang dibentuk melalui reaksi fotokimia

dari polutan terutama antropogenik yang menyertakan Nitrogen Oxides (NOx) dan

Volatile Organic Compounds (VOCs). Keberadaan ozon pada lapisan ini lebih

banyak dihasilkan dari kendaraan bermotor. Pemaparan ozon dalam konsentrasi

yang tinggi berpengaruh pada kesehatan manusia yang mencakup gangguan fungsi

paru-paru, kelahiran prematur dan penurunan hasil panen (Jia, Zhang, & Chen,

2016). Oleh karena itu diperlukan pengembangan metode atau sejenis perangkat

guna mendeteksi keberadaan ozon di udara berupa sensor gas. Sensor dapat

didefinisikan sebagai permukaan aktif yang ditingkatkan secara fisik untuk

1
berinteraksi dengan gas tertentu (Elhaes, Fakhry, & Ibrahim, 2016). Metode yang

pernah dimanfaatkan sebagai sensor antara lain elektrolit padat memanfaatkan

lempengan yttria-doped zirconia dengan sekatan elektroda. Sensor jenis ini sangat

handal tetapi hanya bisa digunakan untuk mengontrol aliran zat buang pada mesin

pada temperatur tinggi. Sensor optik merupakan metode sensor yang menggunakan

teknologi optik dimana penyerapan gas dapat mengakibatkan perubahan fenomena

optik seperti daya pantul dan absorpsi cahaya. Metode ini sangat menjanjikan

sistem sensor yang lebih akurat tetapi pengembangannya sulit dan instrument yang

mahal. Sedangkan metode sensor oksida logam atau yang sering disebut sensor

semikonduktor mempunyai sensitivitas tinggi, alat yang relative murah, bisa

dioperasikan pada tempat yang kecil dan bisa mendeteksi gas CO, NOx, dan O3

(Gunawan, 2010). Oleh karena itu pada penelitian ini digunakan sensor

semikonduktor organik dengan menggunakan lapisan tipis logam ftalosianin.

Pemilihan metode sensor ditentukan dari sejauh mana kemampuan sensor

tersebut dalam mendeteksi zat yang ingin dideteksi. Kemampuan dalam mendeteksi

zat meliputi sensitivitas, selektivitas, waktu respon dan waktu recoveri, stabilitas

dan daya tahan (Gunawan, 2010). Selain itu karakteristik sensor yang ideal meliputi

operasional yang sederhana, kebisingan rendah dan aspek yang paling penting

adalah biaya produksi yang murah (Elhaes et al., 2016). Bahan-bahan yang

digunakan sebagai sensor gas juga bervariasi seperti bahan anorganik dan bahan

organik. Bahan-bahan anorganik dapat menjadi sensor gas yang efisien apabila

pada proses deposisi menggunakan temperatur yang sangat tinggi. Sedangkan

bahan organik dapat dideposisi pada suhu yang lebih rendah. Salah satu material

organik dengan karakter yang dapat mendeteksi gas dan dapat dibuat menjadi

2
lapisan tipis adalah ftalosianin (Pc). Ftalosianin merupakan senyawa organik yang

mempunyai stabilitas thermal yang bagus dan dapat didepositkan sebagai lapis tipis

dengan kualitas tinggi oleh evaporasi thermal tanpa dissosiasi (El-Nahass, Soliman,

Khalifa, & Soliman, 2015). Sifat konduktif terutama dari material Pc adalah Metal

Phthalocyanine (MPc) yang akhir-akhir ini menjadi perhatian umum, karena sifat

elektrik, optik dan struktur yang bisa diaplikasikan sebagai sensor gas dan solar sel.

8PXPQ\DSROLPRUIGDUL03FDGDODKIDVHPHWDVWDELOĮGDQGDQIDVHVWDELOȕGDQ

perbedaan utama antara kedua polimorf adalah kemiringan sudut dari molekul

dalam kolom dan saling bersusun dalam kolom. Kelebihan MPc dibandingkan

dengan senyawa anorganik yakni dapat dioperasikan pada temperatur yang lebih

rendah bahkan temperatur kamar (Singh, Saini, & Tripathi, 2014)

Peneliti-peneliti sebelumnya telah banyak melakukan penelitian pendeteksian

senyawa Pc terhadap gas-gas khususnya polutan. Ratnawati (2013) mendeteksi gas

O3 menggunakan ZnPcSn yang diawali dengan modifikasi ZnPc menjadi ZnPcSn

agar dapat meningkatkan kelarutannya dalam kloroform sehingga dapat dibuat

menjadi lapisan tipis dengan metode spin coating. Lapisan yang dihasilkan tidak

homogen atau masih terdapat agregat-agregat karena ZnPc tidak larut sempurna

dalam kloroform. Novitasari (2015) melakukan penelitian tentang modifikasi

lapisan ZnPcSn, ketebalan dan jarak elektroda pada pengukuran nilai resistansi

paparan ozon. Seperti yang dilakukan oleh Ratnawati, lapisan tipis ZnPc terlebih

dahulu dimodifikasi menjadi ZnPcSn, tetapi proses penumbuhan lapisan tipis

menggunakan metode evaporasi vakum dan hasil yang diperoleh lebih homogen.

Sedangkan yang dilakukan oleh Nur (2015), yakni pembuatan sensor gas untuk

mendeteksi gas ozon menggunakan ZnPc yang dideposisi di atas PCB. Proses

3
pembuatan lapis tipis tidak didahului dengan proses modifikasi. Bubuk ZnPc

langsung diuapkan menggunakan evaporator vakum. Hasil yang diperoleh berupa

lapisan yang homogen dan dalam mendeteksi gas ozon, lapisan ZnPc memberikan

hasil yang maksimal yang ditandai dengan penurunan nilai resistansi. Substrat

yang digunakan oleh peneliti-peneliti tersebut yakni PCB. Akan tetapi yang

menjadi kekurangan dari PCB adalah bahannya cepat berkarat sehingga tidak

mungkin disimpan dalam waktu yang lama. Oleh karena itu peneliti mencoba

memodifikasi substrat yakni kaca yang dideposit dengan SnCl2.5H2O pada

permukaannya.

Pada penelitian ini digunakan evaporasi vakum untuk menumbuhkan lapis tipis.

Hal ini disebabkan dibutuhkan lapis tipis dengan homogenitas tinggi karena

menjadi faktor penting pada proses penyerapan gas. Media yang digunakan untuk

penumbuhan lapis tipis yakni kaca berlapis timah. Kaca dipilih karena

ketersediaannya yang melimpah dan mudah diperoleh. Nasikhudin dan Triyana

pada tahun 2010 melakukan penelitian pada gas NO2, O3 menggunakan MPc CuPc

pada substrat kaca yang terlebih dahulu dilapisi emas. Pemanfaatan kaca berlapis

timah sebagai substrat dalam mendeteksi keberadaan ozon sudah banyak diteliti.

Akan tetapi belum ada laporan pemanfaatan timah sebagai elektroda dalam

menumbuhkan lapis tipis ZnPc untuk mendeteksi ozon. Pada penelitian ini lapisan

tipis yang dideposit, dipanaskan sehingga menguap dan membentuk lapisan pada

permukaan substrat yang sudah diletakkan di bagian atas. Proses ini menggunakan

panas untuk menguapkan material sehingga atom atau molekul yang diuapkan

dapat menempel pada permukaan kaca, juga membutuhkan kondisi yang vakum.

Ini bertujuan agar molekul dari target tidak bertumbukan dengan partikel dari udara.

4
Partikel udara dalam ruangan vakum dapat menghambat proses material menuju

substrat sehingga terbentuknya lapisan yang tidak homogen. Faktor lain yang

berpengaruh terhadap morfologi lapisan yakni suhu selama proses evaporasi.

Semakin tinggi suhu pemanas, maka semakin cepat proses penguapan material dan

laju molekul uap meningkat. Kecepatan penguapan material berpengaruh pada

penumbuhan lapisan pada permukaan substrat. Lapis tipis yang dihasilkan diuji

sifat listriknya terhadap gas ozon. Gas ozon diharapkan dapat terdifusi ke dalam

lapisan yang dibuat, sehingga morfologi permukaan lapisan menjadi faktor utama

yang berpengaruh terhadap kemampuan lapisan dalam menyerap gas (Nur

Mahmud, 2015).

Mengkonduktifkan kaca menggunakan senyawa timah telah banyak dilakukan

oleh peneliti-peneliti sebelumnya diantaranya (Aukkaravittayapun, Wongtida, &

Kasecwatin, 2006) menumbuhkan SnCl4.5H2O di atas kaca menggunakan dopan

florin, (Turgut, 2015) mengkonduktifkan kaca dengan memanfaatkan SnO2 yang

didopan menggunakan tantalum (Ta), (Kawashima, Matsui, & Tanabe, 2003)

mengkonduktifkan kaca dengan menggunakan timah SnCl4.5H2O dengan dopan

NH4F, (Leem & Yu, 2011) mengkonduktifkan kaca menggunakan SnO2 dengan

dopan Sb. Penggunaan dopan yang berbeda menghasilkan resistansi yang berbeda.

Resistansi terkecil dihasilkan dari SnO2 yang didopan menggunakan Sb. Pada

penelitian ini, tdak menggunakan Sb sebagai dopan karena bahan yang sulit

diperoleh dan relative lebih mahal dibandingkan NH4F. Untuk mendepositkan

senyawa timah, peneliti-peneliti tersebut menggunakan teknik penyemprotan.

Pemilihan teknik deposisi tergantung pada berbagai aspek antara lain alat yang

mudah diperoleh dan pengerjaan yang tidak membutuhkan keahlian khusus.

5
Penelitian ini bertujuan untuk mengkonduktifkan kaca menggunakan larutan

timah(II) yang selanjutnya dimanfaatkan sebagai elektroda untuk menumbuhkan

lapis tipis. Senyawa Timah yang digunakan untuk mengkonduktifkan kaca yakni

timah klorida pentahidrat (SnCl2.5H2O).

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini diawali dengan

mengkonduktifkan kaca. Kaca yang sudah konduktif selanjutnya dilapisi dengan

ZnPc dengan variasi lama waktu 25 dan 45 menit untuk memperoleh ketebalan

yang berbeda. Kaca yang terdeposisi lapis tipis dipaparkan dengan gas ozon. Listrik

yang dihasilkan terbaca menggunakan multimeter dalam bentuk nilai resistansi.

Semakin lama dipaparkan dengan gas ozon, resistansi yang diharapkan yakni

semakin kecil yang menunjukkan semakin besar konduktivitas yang dihasilkan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka masalah yang dapat

dirumuskan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh timah(II) sebagai elektroda terhadap deteksi ozon oleh

lapisan tipis ZnPc?

2. Bagaimana pengaruh jarak elektroda timah(II) terhadap nilai resistansi lapis

tipis ZnPc sebelum dan sesudah dipaparkan ozon?

3. Bagaimana pengaruh ketebalan lapis tipis ZnPc terhadap resistansi sebelum

dan sesudah dipaparkan ozon?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mempelajari pengaruh elektroda timah(II) terhadap paparan ozon

2. Mempelajari pengaruh jarak antar elektroda terhadap resistansi paparan

ozon

6
3. Mempelajari pengaruh ketebalan lapisan ZnPc terhadap resistansi paparan

ozon

1.4 Batasan Masalah

1. Deposisi timah pada permukaan kaca menggunakan teknik penyemprotan

2. Proses deposisi lapisan tipis pada permukaan substrat menggunakan

evaporator vakum

3. Timah yang digunakan sebagai elektroda didopan menggunakan NH4F

4. Sifat listrik dari lapisan tipis ZnPc dilihat dari nilai resistansi yang diperoleh

1.5 Manfaat penelitian

1. Memberikan informasi ke masyarakat luas khususnya para peneliti untuk

memanfaatkan kaca dengan lapisan timah(II) sebagai elektroda

2. Memberikan informasi mengenai karakteristik lapis tipis yang dibuat

menggunakan evaporator vakum dan pengaruhnya dalam mendeteksi ozon.

Anda mungkin juga menyukai