TENTANG
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pedoman manajemen fasilitas dan keselamatan rumah sakit dibuat bertujuan untuk
mencegah dan atau mengurangi risiko terkait keselamatan dan keamanan yang tidak baik
dan ada di rumah sakit, sehingga kejadian-kejadian nyaris celaka atau kejadian kecelakaan
maupun keamanan dapat dihindarkan.
Pasal 2
Pengendalian potensi bahaya dan risiko keselamatan dan keamanan yang terkait dengan
perubahan konstruksi ataupun perbaikan gedung diatur dalam Pedoman konstruksi dan
renovasi.
Pasal 3
Tata cara pemeriksaan dan perawatan setiap sistem yang ada di dalam rumah sakit, diatur
dalam standar prosedur operasional di setiap kegiatan unit masing-masing.
Pasal 4
Manajemen fasilitas dan keamanan ini meliputi:
a. Kepemimpinan dan perencanaan
b. Keselamatan
c. Keamanan
d. Pengelolaan bahan dan limbah B3
e. Proteksi kebakaran
f. Peralatan medis
g. Sistim utilitas
h. Penanganan kedaruratan dan bencana
i. Konstruksi dan renovasi
j. Pelatihan
BAB II
PENGKAJIAN RISIKO
Pasal 5
Pengkajian risiko manajemen fasilitas dan keamanan di rumah sakit meliputi :
a. Ketentuan hukum dan peraturan perundangan yang berlaku
b. Keselamatan dan keamanan gedung
c. Proteksi dari kebakaran
d. Izin dan lisensi yang berlaku di rumah sakit
e. Perencanaan dan penganggaran untuk peningkatan fasilitas, sistem dan peralatan
yang diperlukan.
f.
BAB III
PENGAWASAN DAN PELAPORAN
Pasal 6
Wewenang pengawasan terhadap kegiatan manajemen fasilitas dan keselamatan dilakukan
oleh tim MFK rumah sakit BAKTI KARS.
Pasal 7
Pedoman Manajemen Fasilitas Dan Keselamatan Rumah Sakit ini digunakan sebagai acuan
bagi petugas dalam melaksanakan kegiatan.
Pasal 8
Ketentuan lebih lanjut mengenai Pedoman Manajemen Fasilitas Dan Keselamatan tercantum
dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisah dari peraturan Direktur rumah sakit
ini.
Pasal 9
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Direktur Rumah Sakit BAKTI KARS ini atau
jika terdapat perubahan maka akan diatur kemudian hari.
Ditetapkan : Di Jakarta
pada tanggal :
DIREKTUR RUMAH SAKIT
BAKTI KARS
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rumah Sakit BAKTI KARS selaku institusi pelayanan kesehatan dalam menjalankan
kegiatannya berlandaskan visi yang telah ditetapkan yaitu : Menjadi hospital unggulan
terpercaya dan bertanggungjawab, sebagai saluran berkat dan kasih Tuhan kepada
sesama dan lingkungan. Dalam upaya pencapaian visi tersebut, rumah sakit BAKTI KARS
memiliki misi sebagai berikut : Menyediakan layanan kesehatan yang benar dan terbaik
bagi masyarakat dengan komitmen dan ketulusan nilai kasih dan integritas.
Sejalan dengan visi dan misi tersebut, pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
di lingkungan rumah sakit BAKTI KARS disesuaikan dengan Undang-undang Nomor 1
Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor Undang-undang No. 47 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang
PerumahSakitan.
Untuk menindaklanjuti hal tersebut di atas, maka dibuat Pedoman Manajemen
Fasilitas dan Keselamatan (MFK) yang merupakan bagian dari komponen pelayanan K3
rumah sakit yang berisi tentang kegiatan dan petunjuk pelaksanaan bagi setiap unit kerja
di rumah sakit BAKTI KARS, sehingga dalam pengelolaannya selalu berada dalam koridor
yang telah ditentukan.
Pedoman Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) berupaya untuk mengelola
semua resiko-resiko yang mungkin terjadi di dalam pelayanannya dan mempertahankan
kondisi aman bagi pasien, keluarga, staf dan pengunjung dirumah sakit di rumah sakit
BAKTI KARS.
B. TUJUAN PEDOMAN
Tujuan umum :
Sebagai pedoman agar tugas – tugas komite atau Tim MFK/ K3 RS di rumah sakit BAKTI
KARS dapat terlaksana sesuai dengan standar operasional prosedur yang ada.
Tujuan Khusus :
1. Sebagai pedoman bagi anggota komite atau Tim MFK/ K3RS BAKTI KARS di dalam
melaksanakan tugasnya.
2. Sebagai pedoman bagi departemen lain apabila memerlukan bantuan dari
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan.
BAB II
PENGERTIAN
1. Fasilitas adalah alat atau cara yang digunakan untuk memudahkan dalam melakukan
tugas atau pekerjaan. Fasilitas terdiri dari Sarana, prasarana dan peralatan.
- Sarana : bangunan gedung.
- Prasarana : sistim utilitas/pendukung bangunan gedung : listrik, genset, UPS, air,
……………………….gas, telepon, jaringan kabel data, ac sentral, lift, escalator,
gondola.
- Peralatan : peralatan medis/peralatan non medis, peralatan tdk bergerak.
2. Manajemen adalah suatu proses kegiatan yang terdiri atas perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengukuran dan tindak lanjut yang dilakukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan manusia dan sumber
daya lainnya.
3. Keselamatan adalah suatu tingkatan keadaan tertentu dimana gedung, halaman/ground
dan peralatan rumah sakit tidak menimbulkan bahaya atau risiko bagi pasien,
pengunjung dan staff.
4. Keamanan adalah proteksi dari kehilangan, kerusakan atau akses serta penggunaan
oleh mereka yang tidak berwenang.
5. Lingkungan rumah sakit adalah area rumah sakit dengan cakupan berupa seluruh
halaman rumah sakit hingga batas lingkungan sekitar kawasan rumah sakit.
6. Bahan berbahaya adalah penanganan, penyimpanan dan penggunaan bahan radioaktif
dan bahan berbahaya lainnya harus dikendalikan dan limbah bahan berbahaya dibuang
secara aman.
7. Manajemen emergensi adalah tanggapan terhadap wabah, bencana dan keadaan
emergensi direncanakan dan efektif.
8. Pengamanan kebakaran adalah Properti dan penghuninya di lindungi dari kebakaran
dan asap.
9. Peralatan Medis adalah Peralatan dipilih, dipelihara dan digunakan sedemikian rupa
untuk mengurangi risiko.
10. Sistem Utilitas adalah Listrik, air dan sistem pendukung lainnya dipelihara untuk
meminimalkan resiko kegagalan pengoperasian.
11. Rumah sakit adalah Rumah Sakit BAKTI KARS
12. UPS (Uninteruptable Power Supply) adalah peralatan supply listrik yang tidak terputus
sampai jangka waktu tertentu.
13. Kesehaatan Kerja menurut WHO/ILO 1995 bertujuan untuk peningkatan dan
pemeliharaan kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja
disemua jenis pekerjaan, pencegahaan terhadap gangguan kesehatan yang disebabkan
oleh pekerjaan ; perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari resiko akibat
faktor yang merugikan kesehatan ; dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam
suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya.
Secara ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia
kepada pekerjaan atau jabatannya.
14. Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang diderita karyawan dalam hubungan dengan
kerja baik resiko karena kondisi tempat kerja, peralatan kerja, material yang dipakai,
proses produksi, cara kerja, limbah perusahaan dan hasil produksi.
15. Kecelakaan Kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan.
16. Pemeriksaan Kesehatan sebelum bekerja adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan
oleh dokter sebelum seorang tenaga kerja diterima untuk melakukan pekerjaan, yang
ditunjukkan agar tenaga kerja yang diterima berada dalam kondisi kesehatan yang
setinggi-tingginya, tidak mempunyai penyakit menular yang akan mengenai tenaga
kerja lainnya dan cocok untuk pekerjaan yagn akan dilakukan sehingga keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja yang bersangkutan dan tenaga kerja lain-lainnya yang dapat
dijamin.
17. Pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan secara
berkala kepada karyawan yang telah bekerja, guna mempertahankan derajat kesehatan
serta memonitoring pengaruh situasi dan lingkungan kerja serta melakukan tindak
lanjut sedini mungkin.
18. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja,
termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang
terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke
rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.
19. Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan
kerja atau disebut Penyakit Yang Timbul Akibat Kerja.
20. HAZARD ialah benda atau bahan berpotensi menimbulkan bahaya pada keselamatan
dan kesehatan saat kerja khusunya pada pemberi pelayanan ataupun penerima
pelayanan pada umumnya.
21. Yang dimaksud dengan terkena benda tajam adalah luka tusuk / iris pada karyawan /
petugas yang ditimbulkan oleh benda tajam.
22. Benda tajam adalah semua benda tajam yang berada di rumah sakit, baik yang telah
digunakan terhadap pasien yang menderita atau diduga menderita hepatitis B / C dan
atau HIV, antara lain jarum, pisau, gunting, maupun benda lain yang berpotensi
menimbulkan luka.
23. Ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha menyelaraskan pekerjaan dan
lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktifitas dan
efisiensi yang setinggi – tingginya.
24. Keadaan darurat/bencana adalah setiap kejadian yang dapat menimbulkan gangguan
terhadap kelancaran operasional/kegiatan di lingkungan RS BAKTI KARS, all : Kebakaran,
Gangguan tenaga, Gangguan Keamanan (huru-hara), Bencana alam (Gempa Bumi),
Bencana massal, dll.
25. Tanggap darurat adalah penanganan keadaan darurat/bencana secara darurat setiap
terjadi kejadian, yang terjadi di Rumah Sakit, antara lain : Kejadian kebakaran,
kecelakaan, peledakan, gangguan .
26. Kebakaran adalah terjadinya api yang tidak terkendali dan tidak dikehendaki
27. Penanggulangan Kebakaran adalah suatu usaha untuk mencegah, mengatasi
kebakaran.
28. Pemantauan lingkungan adalah kegiatan melakukan pemeriksaan dan pengukuran
kondisi ruangan-ruangan yang berada di dalam bangunan gedung.
29. Pengendalian Lingkungan pada saat renovasi adalah semua kegiatan konstruksi dan
renovasi bangunan yang meliputi perubahan bentuk, penambahan ruangan, perubahan
design baik interior maupun eksterior harus diatur dengan baik agar paparan terhadap
debu, uap dan bahaya-bahaya yang menyertainya dapat dibatasi seminimal mungkin.
30. Bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energi,
dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak
lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.
31. Limbah bahan berbahaya dan beracun, yang selanjutnya disebut Limbah B3, adalah sisa
suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3.
32. Pengelolaan limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi pengurangan, penyimpanan,
pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan/atau penimbunan.
33. Dumping (pembuangan) adalah kegiatan membuang, menempatkan, dan/atau
memasukkan limbah dan/atau bahan dalam jumlah, konsentrasi, waktu, dan lokasi
tertentu dengan persyaratan tertentu ke media lingkungan hidup tertentu.
BAB IV
TATA LAKSANA
BAB IV
FASILITAS DAN PERALATAN
A. Sistem Komunikasi
Sistem komunikasi yang digunakan di RS BAKTI KARS yaitu :
⮚ Telepon dengan menggunakan sistem PABX
⮚ Handy Talky yang digunakan oleh bagian keamanan
⮚ Sound System/Paging (menjangkau semua lantai di lingkungan rumah sakit) dan
dioperasikan oleh operator (call center)
⮚ Carcall (menjangkau area parkir di lingkungan rumah sakit).
B. Alat Pelindung Diri (Personal Protective Equipment)
Pengertian
Alat pelindung diri adalah alat yang digunakan untuk melindungi sebagian atau seluruh
tubuh tenaga kerja dari sumber bahaya yang ada ditempat kerja saat tenaga kerja
melakukan pekerjaannya.
Langkah-langkah dalam pemakaian alat pelindung diri pada tenaga kerja :
a. Analisa kebutuhan, merupakan langkah awal. Terlebih dahulu ditentukan jenis bahaya
yang terdapat dalam pekerjaan dan bagaimana kondisi kerja yang ada serta peraturan
yang berlaku.
b. Pemilihan alat pelindung diri (APD). Berdasarkan analisa kebutuhan, dapat ditentukan
jenis alat apa saja yang diperlukan. Selain itu, dalam pemilihan APD ini sudah melalui
proses pengujian dan memenuhi standar yang berlaku.
c. Komunikasi program. Hal ini diperlukan agar tenaga kerja mengerti dan merasa
diikutsertakan, tidak hanya instruksi berupa lisan atau tulisan. Perlu pula ditanamkan
pengertian akan pentingnya peranan pemakaian APD dalam mencegah cedera atau
mengurangi akibat suatu kecelakaan dan membangkitkan minat dan akhirnya
membutuhkan pemakaian APD.
d. Latihan, diperlukan agar tenaga kerja mengetahui dalam keadaan apa saja alat ini
harus digunakan dan bagaimana cara pemeliharaannya. Latihan ini dapat diberikan
secara formal dan informal.
e. Menegakkan disiplin dalam pemakaian APD.
3. ICU/NICU.
⮚ Baju khusus (SKORT) : untuk melindungi tubuh dari percikan air pada saat
membersihkan alat dan untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui
kontak langsung. Baju khusus (SKORT) dipakai menutup bagian belakang
dengan rapi digunakan pada saat tindakan atau bila sedang membersihkan
bahan/alat kotor.
⮚ Sarung tangan dipakai sesuai ukuran masing – masing tangan petugas
digunakan pada saat ada tindakan.
⮚ Kacamata (goggle): untuk melindungi mata dari percikan darah/bahan lain.
Kacamata (goggle) digunakan pada saat membersihkan bahan/alat kotor.
4. Gizi.
⮚ Celemek : untuk melindungi tubuh dari percikan air pada saat membersihkan
alat dan memasak. Celemek digunakan pada saat bekerja di dapur atau sedang
membersihkan peralatan masak.
⮚ Safety shoes : untuk melindungi kaki menghindari agar tidak terpeleset pada
saat bekerja di dapur. Safety shoes digunakan pada saat bekerja di dapur.
⮚ Kain lap: untuk melindungi tangan agar terhindar dari panasnya alat.Kain lap
digunakan untuk memegang peralatan yang panas.
⮚ Tutup kepala : untuk melindungi rambut. Tutup kepala digunakan pada saat
bekerja.
⮚ Sarung tangan plastik : untuk melindungi tangan agar terhindar dari kotoran.
Sarung tangan plastik digunakan pada saat meracik buah atau makanan
matang.
5. Radiologi
⮚ Apron : untuk proteksi bahaya radiasi. Apron
digunakan pada saat melakukan tindakan.
⮚ Film badge : untuk mendeteksi banyaknya radiasi yang
diterima. Film badge dikenakan pada saat melakukan
tindakan.
⮚ Kacamata Pb : untuk melindungi mata dari bahaya radiasi.
Kacamata Pb digunakan pada saat melakukan tindakan
fluoroscopy.
6. Laboratorium
⮚ Jas Lab : untuk melindungi tubuh dari percikan reagen
atau bahan lain. Jas lab digunakan pada saat bertugas di
laboratorium.
⮚ Sarung tangan : untuk menghindari kontaminasi
penyakit melalui kontak langsung dan untuk melindungi
tangan dari alat tajam. Sarung tangan digunakan pada saat
melakukan tindakan.
⮚ Masker : untuk menghindari kontaminasi penyakit
melalui alat pernapasan. Masker digunakan pada saat
bertugas di laboratorium saat karyawan sedang terkena flu.
7. Kebersihan
⮚ Sabuk pengaman : untuk melindungi diri agar tidak terjatuh
dari tempat yang tinggi. Sabuk pengaman digunakan pada
saat membersihkan daerah/gedung yang tinggi.
⮚ Sarung tangan : untuk menghindari kontaminasi penyakit
melalui kontak langsung. Sarung tangan digunakan pada
saat membersihkan toilet atau bila mencampur bahan
pembersih.
⮚ Masker : untuk menghindari kontaminasi penyakit
melalui alat pernapasan. Masker digunakan pada saat
membersihkan toilet atau bila mencampur bahan
pembersih.
8. Linen.
⮚ Baju khusus : untuk melindungi tubuh dari
kontaminasi penyakit. Baju khusus digunakan pada saat
mengambil bahan kotor (misal: laken kotor).
⮚ Sarung tangan : untuk menghindari kontaminasi
penyakit melalui kontak langsung. Sarung tangan digunakan
pada saat memisahkan bahan.
⮚ Masker : untuk menghindari kontaminasi penyakit
melalui alat pernapasan. Masker digunakan pada saat
memisahkan atau mengambil bahan kotor (misal : laken
kotor).
9. Maintenance
⮚ Earmuff : untuk melindungi telinga dari
kebisingan. Earmuff digunakan pada saat di daerah
bising.
⮚ Kedok: untuk melindungi mata dari percikan api las.
Kedok digunakan pada saat mengelas.
⮚ Masker : untuk melindungi tersedotnya debu
atau partikel kecil ke saluran pernapasan. Masker
digunakan pada saat membersihkan daerah berbau
atau menggergaji sesuatu.
⮚ Sabuk pengaman : digunakan pada saat
memperbaiki di daerah yang tinggi. Sabuk pengaman:
untuk melindungi agar tidak terjatuh dari tempat
tinggi.
⮚ Sarung tangan karet : untuk melindungi tangan dari
kotoran. Sarung tangan digunakan pada saat
memperbaiki daerah yang kotor.
B.Kimia
No Parameter Satuan Kadar Maksimum
1 Arsen mg/l 0,01
2 Flurida mg/l 1,5
3 Kromium mg/l 0,05
4 Kadmium mg/l 0,003
5 Nitrit mg/l 1
6 Nitrat mg/l 50
7 Sianida mg/l 0.07
8 Selenium mg/l 0.01
9 Aluminium mg/l 0.2
10 Besi mg/l 0,3
11 Kesadahan mg/l 500
12 Klorida mg/l 250
13 Mangan mg/l 0.1
14 PH mg/l 6.5 – 8.5
15 Seng mg/l 3
16 Sulfat mg/l 250
17 Sulfida mg/l 0.05
18 Tembaga mg/l 2
19 Sisa klor mg/l 5
20 Amonia mg/l 1.5
21 Zat organic (KMn04) mg/l 10
2. Mikrobiologi
No Parameter Satuan Baku Mutu
1 Total Bakteri Koloni/ml 2
b. Air Minum.
Air Minum yang digunakan di Rumah Sakit BAKTI KARS dikoordinir oleh bagian logistik,
gallon tersebut didistribusikan keseluruh unit yang ada di RS BAKTI KARS dengan sistim
Top up setiap hari dengan menukarkan gallon kosong dengan gallon isi.
Penyediaan air minum, harus memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimia dan
radioaktif untuk memenuhi persyaratan tersebut pemerintah menetapkan
ukuran-ukuran tertentu untuk menentukan kelayakan minum air.
Air Minum alternatif dalam keadaan emergensi :
Rumah sakit telah mempunyai vendor penyedia air minum alternative PT. XXX sebagai
distributor air gallon merk XXX.
c. Sumber tenaga listrik.
PLN :
Sumber tenaga listrik RS BAKTI KARS dipasok oleh PT. PLN (Persero) dengan daya
terpasang : 2500 kVA/20 kV.
Sumber tenaga listrik ini akan diturunkan tegangan listriknya melalui trasformator yang
terpasang dari 20 kV menjadi 380 V.
Sumber listrik alternatif dalam keadaan emergensi :
Genset :
Rs BAKTI KARS menggunakan genset sebagai sumber cadangan listrik tersedia 2 set
Genset dengan kapasitas masing – masing 1000 kVA /380 V yang akan beroperasi
secara otomatis bila sumber tenaga listrik PLN padam.
Lihat SPO tentang Pengoperasian Genset.
UPS :
RS BAKTI KARS menggunakan pemasok tenaga listrik cadangan berupa UPS yang
disalurankan ke semua area perawatan untuk memback up jika sumber tenaga listrik
dari PLN dan genset mati. Kapasitas UPS yang disediakan di RS BAKTI KARS dengan
besaran total 135 kVA selama 30 menit.
d. Sistim pendukung lainnya :
# Penyediaan Gas (Dapur).
Fasilitas dan perlengkapan gas dapur disiapkan oleh unit Gizi. Tabung-tabung gas LPG
diletakkan di ruang gas (sentral) dan didistribusikan ke kompor/tungku-tungku melewati
instalasi pipa gas dengan membuka dan menutup valve kompor.
Penyediaan, penggunaan bahan bakar gas dan pemeliharaan dilakukan oleh petugas gizi
sendiri.
# Penyediaan jaringan kabel data.
Jaringan kabel data computer di gedung mendukung komunikasi data antar computer
pada perusahaan.
# Penyediaan Air Conditioning (AC) Sentral.
Sistem air conditioning yang terpasang pada gedung rumah sakit ini adalah
merupakan central refrigeration yang peralatan utamanya terdiri dari chiller, air
handling unit (AHU), fan coil unit (FCU) dan pompa chiller. Antara chiller dan
AHU/FCU dihubungkan dengan system pemipaan. Dengan bantuan pompa chiller, air
dingin disirkulasikan dari chiller mengalir melalui system pemipaan ke setiap
AHU/FCU dan kembali lagi ke chiller.
Sistem ventilasi yang digunakan adalah mechanical ventilation dimana digunakan
peralatan blower untuk menghisap (exhaust air) udara didalam ruangan untuk
dibuang ke luar dan untuk menghembuskan udara segar (fresh air) dari udara luar ke
dalam ruang.
Chiller:
Chiller yang digunakan dari jenis air cooled- reciprocating hermatic yaitu chiller yang
menggunakan udara sebagai media untuk melepaskan panas condenser.
Air dari system masuk ke chiller ditekan oleh pompa masuk ke dalam heat exchanger
( di dalam chiller ) dengan suhu +/- 12.5 oC dan diturunkan suhunya (diserap
panasnya oleh evaporator) sehingga turun menjadi +/- 6.2 oC. Air dengan suhu +/-
6.2 oC meninggalkan chiller menuju AHU yang berada di plant room atau FCU yang
berada pada kamar rawat inap dan corridor.
AHU/FCU :
Air Handling Unit (AHU) dan Fan Coil Unit (FCU) yang digunakan untuk melayani
ruangan berfungsi untuk mensirkulasikan udara didalam ruangan. Dengan adanya
system ducting, supply dan return, udara ruangan di hisap oleh AHU kemudian
dihembuskan lagi ke dalam ruangan. Didalam AHU/FCU udara melewati cooling coil
dan diserap panasnya oleh cooling coil tadi sehingga suhunya turun yang kemudian
dihembuskan ke dalam ruangan pada suhu yang rendah.
AHU yang digunakan untuk pre-cool (fresh air) berfungsi untuk mengambil udara luar
untuk dihembuskan ke tiap-tiap AHU/FCU. Udara luar yang suhunya tinggi (+/- 35oC)
keluar dari AHU ini suhunya turun menjadi (+/- 26oC).Dengan adanya AHU yang
berfungsi sebagi pre-cool maka beban sensible dan laten dari udara luar menjadi
kecil, sehingga udara masuk kedalam AHU/FCU beban panasnya diharapkan tidak
mempengaruhi kapasitas pendinginannya.
Pompa chiller :
Pompa chiller berfungsi untuk mensirkulasikan dan mendistribusikan air dingin dari
chiller menuju ke AHU/FCU dan kembali lagi ke chiller.
Exhaust Fan :
Exhaust Fan berfungsi untuk menghisap udara ruangan yang tidak diperlukan untuk
dibuang keluar ruangan (toilet, kichen, laundry, dll). Dengan menggunakan system
ducting satu unit exhaust fan dapat digunakan untuk beberapa ruangan.
# Penyediaan Elevator/lift :
Elevator tersebut bekerja dengan system otomatis sehingga semua tanda petunjuk
dapat dimengerti dengan mudah, baik oleh operator maupun penumpang itu sendiri.
Elevator ini dirancang khusus untuk kepentingan gedung rumah sakit yang
menggunakan kereta penumpang atau kereta barang.
Elevator/Lift : 5 set (termasuk 2 set khusus untuk bed pasien)
Lihat SPO Penggunaan Lift.
f. Pengolahan Limbah.
Pengolahan air limbah adalah suatu proses pengolahan air buangan yang di olah sesuai
dengan Analisa Dampak Lingkungan agar tidak merusak lingkungan.
Pengolahan limbah di RS BAKTI KARS yaitu dengan menggunakan Sistem Biologi. Limbah
cair yang dihasilkan dari seluruh ruangan di tampung pada bak penampungan awal yang
kemudian limbah tersebut diproses melalui sistem IPAL /STP yaitu menggunakan sistem
Extended Aeration. Sistem tersebut beroperasi selama 24 jam ooperational. Sistem
tersebut terdiri dari bak – bak pengolahan yaitu : bak netralisasi, bak equalisasi, bak
aerasi, bak clarifier 1 & 2, Bak sedimentasi, filter tank , clean water tank dan sludge tank.
Setelah semua limbah cair menjalani proses pengolahan di STP, maka hasil olahannya
akan dipergunakan untuk penyiraman tanaman di lingkungan Rumah Sakit, sedangkan
sisanya akan dialirkan ke badan air / sungai.
Kualitas air limbah yang akan dibuang ke lingkungan harus memenuhi persyaratan baku
mutu air limbah sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
Lihat SPO tentang Pengolahan Air Limbah dan pedoman STP RS BAKTI KARS.
Pemeriksaan kualitas air limbah dilakukan tiga bulan sekali dengan jenis pemeriksaan
Kimiawi dan Bakteriologi.
Pemeriksaan kualitas air limbah dilakukan berdasarkan ketentuan baku mutu yang
Ditetapkan.
Standar Baku Mutu ( Pemeriksaan Air Limbah) yang dikeluarkan oleh BPLHD
Kabupaten/Kotamadya adalah :
g. Peralatan medis :
# Pemeliharaan alat medis.
Pemeliharaan alat medis atau disebut perawatan peralatan medis adalah suatu
kegiatan terhadap suatu peralatan yang dilakukan secara continue, terus menerus dan
terjadwal agar suatu peralatan dapat setiap saat siap pakai dan mempunyai umur pakai
yang melebihi dari nilai ekonomis suatu alat.
Pemeliharaan alat medis ada 2 ( dua ) macam yaitu pemeliharaan secara preventif dan
kuratif. Pemeliharaan preventive bersifat pencegahan yang dilakukan secara terjadwal
dan di lakukan secara terus menerus. Pemeliharaan curative adalah suatu tindakan
yang dilakukan terhdapap suatu alat yang mengalami gagal fungsi agar alat tersebut
dapat berfungsi kembali.
Lihat SPO Pemeliharaan Peralatan Medis.
1. Pemeliharaan secara preventive
Pemelihara secara preventive ada 2 ( dua ) system yaitu :
- Pemeliharaan Internal : Pemeliharaan sarana medis Internal dilakukan oleh
petugas pemeliharaan alat medis rumah sakit. Petugas pemeliharaan alat medis
melakukan kegiatan pemeliharan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat.
Pelaksanaan pemeliharaan dilakukan sesuai dengan SPO pemeliharaan alat
medis.
- Pemeliharaan External : Pemeliharaan alat medis yang dilakukan oleh
perusahaan penjual alat tertentu atau jasa pihak 3 yang telah ditunjuk RS karena
kemampuanya dalam melakukan pemeliharaan peralatan tersebut. Perusahaan
pelaksana pemeliaharaan terikat kontrak pemeliharaan dengan pihak rumah
sakit. Petugas pemeliharaan alat medis bertugas sebagai supervisor terhadap
pelaksanaan dan pemenuhan jadwal pemeliharaan yang telah disusun.
BAB V
FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MENIMBULKAN
ANCAMAN BAHAYA DI RUMAH SAKIT
1. FAKTOR FISIK
Faktor-faktor fisik di rumah sakit terdiri dari kebisingan, pencahayaan, getaran, iklim kerja,
radiasi dan listrik.
a. Kebisingan
Pengertian
Secara umum, kebisingan diartikan sebagai suara/bunyi yang tidak diinginkan karena
mengganggu kenyamanan. Dalam kesehatan kerja bising diartikan sebagai suara yang
dapat menurunkan daya pendengaran baik secara kuantitatif (penyempitan spektrum
pendengaran) maupun kualitatif (penyempitan spektrum pendengaran), berkaitan
dengan faktor intensitas kebisingan, frekuensi, durasi pemaparan kebisingan dan
kepekaan individu. Kebisingan akan lebih berbahaya jika dipengaruhi oleh jarak,
temperatur udara, kelembaban, jenis dan jumlah sumber suara.
Sumber kebisingan di rumah sakit :
Beberapa areal/lokasi yang memiliki intensitas bising yang dapat mengganggu
kenyamanan di lingkungan rumah sakit adalah :
- Ruang Generator
- Ruangan Chiller
- Ruangan Boiler
- Ruang dapur
- Ruangan Air Handling Unit (AHU)
- Mesin potong dan mesin gerinda di bengkel
- Gangguan Psikologis
Bersifat sangat objektif. Reaksi potensial yang ditimbulkan oleh kebisingan ini
antara lain cepat emosi, mudah marah/tersinggsung dan gangguan konsentrasi.
- Gangguan Komunikasi
Gangguan ini dapat mengganggu pekerjaan yang juga berisiko terhadap
terjadinya kecelakaan kerja karena adanya salah pengertian instruksi yang
kurang dipahami.
- Gangguan Pendengaran
Gangguan yang terjadi berupa Trauma akustik yang disebabkan peledakan (bising
impulsif), tuli sementara dan tuli menetap.
b. Pencahayaan
Pengertian
Merupakan penyebaran cahaya dari sumber cahaya (buatan/alami) tergantung pada
konstruksi sumber cahaya itu sendiri dan pada konstruksi kulit pelindung yang
digunakan.
Dampak negatif pencahayaan yang buruk
Resiko pencahayaan yang buruk pada kesehatan berupa sakit kepala, kelelahan mata,
iritasi mata, penglihatan rangkap, ketajaman penglihatan terganggu, serta akomodasi
dan konvergensi menurun. Selain itu, pencahayaan yang buruk juga dapat
menyebabkan meningkatnya kesalahan dalam bekerja yang pada akhirnya dapat
menyebabkan menurunnya produktivitas dan terjadinya kecelakaan kerja berupa
terpeleset atau jatuh.
c. Getaran
Pengertian
Getaran merupakan faktor fisik yang ditimbulkan oleh subyek dengan gerakan osilasi.
Getaran biasanya ditimbulkan oleh mesin atau peralatan kerja yang bergetar misalnya
hand piece unit gigi, mesin potong rumput atau mesin bor.
d. Listrik
Pengertian
Bergabungnya dua ion yang bermuatan positif dan negatif. Peralatan listrik banyak
digunakan di rumah sakit dalam menunjang kegiatan operasionalnya.
Bahaya listrik :
Kurangnya perawatan peralatan listrik merupakan salah satu penyebab timbulnya
bahaya akibat listrik seperti tersengat aliran listrik bahkan kebakaran.
f. Radiasi
Pengertian
Pemencaran sinar atau gelombang yang digunakan untuk kegiatan pemeriksaan
(radioagnostik) maupun untuk pengobatan (radioterapi). Di rumah sakit sinar radiasi
banyak digunakan oleh bagian Radiologi dan Fisioterapi.
2. FAKTOR BIOLOGI
Pengertian
Bahaya biologi adalah penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh
mikroorganisme hidup seperti bakteri, jamur, virus, riketsia dan parasit.
6. KECELAKAAN KERJA
Pengertian
Merupakan kejadian yang tidak diinginkan yang terjadi secara tidak terduga dan
berpotensi mengganggu kegiatan operasional rumah sakit. Kecelakaan kerja yang terjadi
di rumah sakit dapat menimpa karyawan, pasien dan pengunjung, dan kerusakan aset
rumah sakit.
❖ Potensi kecelakaan kerja di rumah sakit :
- Bahaya peledakan dan kebakaran
Misalnya : ledakan pada Boiler atau tabung gas di dapur, kebakaran korsleting
listrik atau peralatan kerja lainnya atau bahan kimia yang mudah terbakar.
- Terpeleset/jatuh
Disebabkan keadaan lantai yang licin, basah, berlubang atau penerangan yang
buruk.
- Tertimpa benda atau material
- Pada pekerjaan menyuntik misalnya oleh perawat dan dokter berisiko tertusuk
jarum suntik yang kemungkinan dapat menularkan Virus HIV/AIDS atau Virus
Hepatitis maupun penyakit menular lainnya.
- Terluka / terpotong jari atau tangan akibat terkena benda - benda tajam saat
bekerja, misalnya terkena pisau dan gerinda.
- Tersengat aliran listrik. Hal ini dapat terjadi karena kecerobohan atau kurangnya
pemeliharaan terhadap peralatan listrik.
❖ Bentuk-bentuk kecelakaan di rumah sakit :
- Kecelakaan medis, yaitu jika yang menjadi korban adalah pasien.
- Kecelakaan kerja, yaitu jika yang menjadi korban adalah pekerja rumah sakit itu
sendiri.
BAB VI
UPAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
DI BEBERAPA RUANG/UNIT KERJA RUMAH SAKIT
Potensi bahaya yang ada di rumah sakit berisiko terhadap gangguan keselamatan dan
kesehatan berupa kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Resiko gangguan terhadap
keselamatan dan kesehatan untuk masing-masing ruang / unit kerja berbeda satu sama
lainnya tergantung pada bahan, peralatan yang digunakan dan jenis pekerjaan. Agar
terhindar dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja maka dibuat upaya pengendalian
terhadap potensi bahaya yang ada.
Dikenal tiga macam tipe pengendalian bahaya yang utama, yaitu :
🡺 Engineering Control, yaitu upaya untuk menghilangkan bahaya-bahaya yang ada secara
teknik atau dengan kata lain menghilangkansumber bahaya di tempat kerja yang antara
lain dilakukan dengan cara substitusi (mengganti bahan yang berbahaya dengan yang
tidak berbahaya), eliminasi (menghilangkan bahaya yang ada), isolasi, ventilasi dan lain
sebagainya.
🡺 Administrative Control, yaitu pengendalian dengan membuat peraturan tertulis yang
akan mengatur tenaga kerja dalam menghadapi factor bahaya yang ada yang antara lain
dilakukan dengan cara pengaturan jam kerja, memberikan pelatihan dan lain sebagainya.
🡺 Personal Protective Equipment atau alat pelindung diri (APD), yaitu cara pengendalain
dan pencegahan bahaya yang paling sederhana. Alat pelindung diri yang digunakan harus
sesuai dengan jenis dan cara kerja yang dilakukan serta jenis potensi bahaya yang ada.
Upaya keselamatan dan kesehatan kerja di beberapa ruang / unit kerja rumah sakit adalah :
1. RUANGAN LAUNDRY
Bahan dan peralatan yang digunakan :
Bahan-bahan yang digunakan untuk bekerja di ruang Laundry yaitu deterjen, air,
Softener, cairan Neutralizing dan Bleaching agent, dan linen. Sedangkan peralatannya
setrika listrik, mesin cuci dan pengering, kereta dorong/trolley dan mesin pres/setrika rol.
Resiko bahaya di ruangan Laundry :
- Resiko terjadinya kecelakaan kerja, antara lain : terpeleset/terjatuh, peledakan alat,
terkena air panas, terkena sengatan listrik, luka bakar terkena setrika listrik, tertusuk
benda tajam atau jarum, dan tangan terjepit pada mesin pres / setrika rol.
- Resiko terjadinya penyakit akibat kerja, antara lain : Heat stroke, terkontaminasi atau
terhirup udara yang tercemar kuman patogen saat pengambilan linen pasien yang
berisiko terinfeksi penyakit menular dan dermatitis kontak..
Upaya pengendalian :
a. Tenaga Laundry menggunakan sarung tangan, pakaian pelindung dan masker saat
mengambil linen kotor.
b. Pemeriksaan peralatan/mesin cuci, mesin pengering dan setrika rol secara rutin oleh
bagian PPNM (pemeliharaan peralatan non medis).
c. Memberikan pencahayaan dan pengaturan suhu ruangan agar petugas aman dan
nyaman bekerja.
d. Pemisahan linen infeksi dan non infeksi dengan tanda khusus dan tempat
pengumpulan (bak) yang khusus pula.
e. House keepping yang baik atau pengaturan letak barang-barang di ruangan Laundry.
f. Monitoring suhu dan kelembaban udara secara rutin sehingga dapat dilakukan
tindakan pengendalian
g. Menyediakan fasilitas air minum bagi petugas Laundry.
Pemberian Imunisasi.
Pemberian vaksin ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu, dan
Vaksin yang digunakan adalah vaksin hepatitis B rekombinan.
Pemberian vaksinasi :
a. Sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium pada saat karyawan melakukan
pemeriksaan berkala.
b. sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium pada saat karyawan mengalami
kecelakaan kerja pada hubungan kerja.
Pemberian vaksinasi bagi karyawan tiga kali dengan jadwal 0-1-3 (vaksin kedua
berjarak 1 bulan dari vaksin pertama, dan vaksin ketiga berjarak dua bulan dari vaksin
kedua), kemudian dilanjutkan pemeriksaan laboratorium titer Anti Hepatitis B 1
bulan setelah pemberian vaksin ketiga.
Kewaspadaan bencana dan kebakaran di rumah sakit adalah kesiap siagaan pihak rumah
sakit dalam setiap kejadian yang dapat menimbulkan gangguan terhadap kelancaran
kegiatan di lingkungan rumah sakit serta mengancam keselamatan setiap karyawan, pasien
maupun pengunjung rumah sakit. Hal ini meliputi kebakaran, ancaman bom, kecelakaan
kerja, gangguan tenaga, gangguan keamanan, dan bencana alam.
Pelaksanaan kegiatan upaya kesehatan kerja di rumah sakit merupakan rangkaian kegiatan
yang menunjang peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Kegiatan-kegiatan ini perlu
direncanakan, dibina, dipantau dan dievaluasi atau dengan perkataan lain perlu dikelola
dengan baik agar tujuan upaya kesehatan kerja di rumah sakit dapat dicapai. Salah satu
langkah yang dapat dilakukan adalah melalui Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Rumah Sakit (Manajemen K3 RS).
1. PENGERTIAN MANAJEMEN K3 RS
Manajemen adalah proses kegiatan yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengukuran serta pengawasan dan tindak lanjut yang dilakukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan manusia dan sumber daya
yang ada.
Sedangkan Manajemen K3 adalah Manajemen yang diterapkan dalam rangka ilmu
keselamatan dan kesehatan kerja. Karena bagaimana pun juga pada hakekatnya,
manajemen yang bersifat rasional, efektif, efesien dan produktif menghendaki tanpa
adanya gangguan-gangguan yang terjadi antara lain : Kecelakaan kerja, peledakan,
kebakaran, penyakit akibat kerja serta pencemaran lingkungan.
Berdasarkan peraturan menteri tenaga kerja No. Per.05/ Men/ 1996, yang dimaksud
dengan SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi
struktur organisasi, perencanan, tanggung jawab, pelaksanaan prosedur, proses dan
sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, perencanan, pencapaian,
pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka
pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat
kerja yang aman, efesien dan produktif.
Tujuan dan sasaran SMK3 adalah menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan
kerja ditempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi,
lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi tempat
kerja yang aman, efesien dan produktif.
A. Tujuan Umum :
Meningkatkan kemampuan hidup sehat masyarakat pekerja dirumah sakit guna
mencapai derajat kesehatan yang optimal dalam rangka meningkatkan sumber daya
manusia untuk meningkatkan produktifitas kerja.
B. Tujuan Khusus :
a. Terbentuknya dan terbukanya unit organisasi pembina dan pelaksana kesehatan
dan keselamatan kerja di rumah sakit melalui kerja sama lintas program dan
lintas unit/ instalasi.
b. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan kerja paripurna untuk masyarakat
pekerja di rumah sakit.
c. Terpenuhinya syarat-syarat keselamatan dan kesehaatan kerja diberbagai jenis
pekerjaan dirumah sakit.
d. Meningkatnya kemampuan masyarakat pekerja rumah sakit dalam menolong diri
sendiri dari ancaman gangguan dan resiko keselamatan dan kesehatan kerja.
e. Meningkatnya profesionalisme dibidang keselamatan dan kesehatan kerja bagi
para pembina, pelaksana, penggerak, dan pendukung progran keselamatan kerja
dirumah sakit.
f. Terlaksananya system informasi kesehatan kerja dan jaringan pelayanan
kesehatan kerja dirumah sakit.
C. Sasaran
a. Seluruh masyarakat pekerja di RS
b. Pimpinan dan pengelola RS
c. Panitia Keselamatan dan Kesehatan Kerja
A. Perencanaan
a. Analisa situasi kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit
Analisa situasi merupakan langkah pertama yang harus dilakukan, dengan melihat
sumber daya yang dimiliki, sumber dana ynag tersedia dan bahaya potensial apa
yang mengancam rumah sakit.
b. Identifikasi masalah keselamatan dan kesehatan kerja yang potensial di rumah
sakit.
Indentifikasi masalah keselamatan dan kesehatan kerja dapat dilakukan dengan
mengadakan inspeksi tempat kerja , dengan melakukan pengukuran lingkungan
kerja. dari kegiatan ini kita dapat menemukan masalah-masalah keselamatan dan
kesehatan kerja
c. Alternatif rencana upaya penanggulangannya
Dari hasil yang ditemukan dicari alternatif upaya penanggulangannya berdasarkan
dana dan daya yang tersedia.
1. PERSYARATAN RUANG
Penyehatan bangunan dan ruangan,meliputi; lingkungan bangunan rumah sakit,
konstruksi bangunan rumah sakit, ruang dan bangunan, kualitas udara ruang,
pencahayaan, kebisingan, fasilitas sanitasi rumah sakit, jumlah tempat tidur, lantai dan
dinding.
a. Lingkungan Bangunan Rumah Sakit
Tata cara pelaksanaan :
▪ Kegiatan pembesihan seluruh ruangan minimal dilakukan pagi dan sore.
▪ Pembersihan lantai di ruang perawatan pasien dilakukan setelah jam makan, jam
kunjungan dokter, kunjungan keluarga, dan sewaktu-waktu bilamana diperlukan.
▪ Cara pembersihan yang dapat menebarkan debu yaitu dengan cara menyapu
dengan menggunakan Lobby Duster yang lembab.
▪ Pembersihan dengan perlengkapan pembersih (pel) yang memenuhi syarat (kuat
dan terpelihara) dan menggunakan cairan yang mengandung anti septic.
▪ Masing-masing ruangan disediakan perlengkapan pel tersendiri dan tidak boleh
dicampur untuk pembersihan di koridor dan ruang infeksi.
▪ Pembersihan dinding (spotting) dilakukan minimal satu kali sebulan dan dicat ulang
apabila sudah kotor atau cat sudah pudar.
▪ Setiap percikan ludah, darah atau eksudat luka pada dinding segera dibersihkan
dengan menggunakan antiseptic.
b. Konstruksi Bangunan Rumah Sakit
🡺 Rata-rata lantai di rumah sakit terbuat dari vinil dan mempunyai konus/
lengkung, serta mudah dibersihkan.
🡺 Permukaan dinding rata, berwarna terang menggunakan cat yang tidak mudah
luntur.
🡺 Penghawaan di rumah sakit menggunakan penghatur udara (AC) sentral dan
dilengkapi dengan AHU (Air Handling Unit) berfungsi sebagai filter udara.
🡺 Atap kuat dan tidak bocor
🡺 Tinggi atap lebih dari 10 m dan dilengkapi dengan penangkal petir.
🡺 Kerangka langit-langit terbuat dari besi dan langit-langit terbuat dari plafon yang
berwarna terang.
🡺 Pintu kuat, cukup lebar dan cukup tinggi.
🡺 Jaringan instalasi air minum, air bersih, air limbah, gas, listrik, system
penghawaan, sarana komunikasi dan sebagainya memenuhi persyaratan teknis
kesehatan
🡺 Pemasangan pipa air minum diposisikan dari atas bagunan.
🡺 Penggunaan tangga, elevator dan lift dilengkapi dengan sarana pencegahan
kecelakaan seperti alarm suara dan mudah dipahami pemakainya.
🡺 Fasilitas pemadam kebakaran ditempatkan pada tempat-tempat strategis dan
minimal berjarak 15 m.
c. Ruang dan Bangunan
▪ Penataan ruang dan bangunan diatur sedemikian rupa seperti semua stop kontak
dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1,40 meter dari lantai.
▪ Untuk ruang dengan resiko rendah antara lain rawat inap bukan penyakit menular,
rawat jalan, ruang ganti pakaian dan ruang tunggu pasien.
▪ Untuk ruangan denga resiko tinggi antara lain ruang isolasi, ruang perawatn
intensif, laboratorium, ruang bedah, dan ruang jenazah dengan dinding berwarna
terang, lebar pintu minimal 1,20 m dan tinggi 2,10 m dan ambang bawah jendela
minimal 1,00m.
▪ Semua stop kontak dan saklar dipasang dipasang pada ketinggian 1,40 m dari
lantai.
▪ Ruangan dengan resiko sangat tinggi seperti ruang operasi, ruang bedah mulut,
ruang perawatan gigi, ruang rawat darurat, ruang bersalin, dan ruang patologi yang
paling penting selain hal diatas adalah tidak berhubungan langsung dengan udara
luar.
d. Kualitas Udara Ruang
🡺 Udara diseluruh ruang tidak berbau (terutama bebas H2S dan Amoniak)
🡺 Kadar debu berdiameter kurang dari 10 micron dengan rata-rata pengukuran 8
jam atau 24 jam tidak melebihi 150 mg/m3 dan tidak mengandung debu asbes.
🡺 Indeks angka kuman untuk setiap ruang/ unit seperti table berikut :
No Ruang atau Unit Konsentrasi Maksimum
Mikroorganisme per m3 Udara
(CFU/m3)
1 Operasi 10
2 Bersalin 200
3 Pemulihan/perawatan 200-500
4 Observasi Bayi 200
5 Perawatan bayi 200
6 Perawatan prematur 200
7 ICU 200
8 Jenazah/autopsi 200-500
9 Pengenderaan medis 200
10 Laboratorium 200-500
11 Radiologi 200-500
12 Sterilisasi 200
13 Dapur 200-500
14 Gawat darurat 200
15 Administrasi, pertemuan 200-500
16 Ruang luka bakar 200
Tabel
Pencahayaan yang disarankan di lingkungan rumah sakit
No. Ruang/unit Pencahayaan Keterangan
1 Ruang pasien :
- saat tidak tidur 100 - 200 Warna cahaya sedang
- saat tidur Maks. 50
2 Ruang operasi, umum 300 - 500
3 Meja operasi
10.000 - Warna cahaya sejuk atau
4 Anestesi, pemulihan 20.000 sedang tanpa bayangan
5 Endoscopy, laboratorium
6 Sinar X 300 - 500
7 Koridor 75 - 100
8 Tangga min. 60
9 Administrasi, kantor min. 100 Malam hari
10 Ruang alat/gudang min. 100
11 Farmasi min. 100
12 Dapur min. 200
13 Ruang cuci min. 200
14 Toilet min. 200
15 Ruang isolasi khusus penyakit min. 100
16 tetanus min. 100 Warna cahaya biru
Ruang luka bakar 0,1 - 0,5
100 - 200
Kebisingan
Menurut Kepmenkes. No. 7 tahun 2019 Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
bahwa persyaratan kebisingan untuk masing-masing ruangan atau unit seperti di
bawah ini :
Suhu ruangan
Persyaratan suhu udara untuk masing-masing ruang atau unit seperti berikut :
- Ruang-ruang tertentu seperti ruang operasi, perawatan bayi, laboratorium perlu
mendapat perhatian yang khusus karena sifat pekerjaan yang terjadi di
ruang-ruang tersebut.
- Ventilasi ruang operasi harus dijaga pada tekanan lebih positif sedikit (minimum
0,1 mbar) dibandingkan ruang-ruang lain di rumah sakit.
- Sistem suhu dan kelembaban hendaknya didesain sedemikian rupa sehingga dapat
memenuhi persyaratan dibawah ini :
Tabel Standar Suhu, Kelembaban, dan Tekanan Udara Menurut Fungsi Ruang
No. Ruang/unit Suhu (0 C) Kelembaban Tekanan
(%)
1 Operasi 19 – 24 45 – 60 Positif
2 Bersalin 24 – 26 45 – 60 Positif
3 Pemulihan /perawatan 22 – 24 45 – 60 Seimbang
4 Observasi bayi 21 – 24 45 – 60 Seimbang
5 Perawatan bayi 22 – 26 35 – 60 Seimbang
6 Perawatan premature 24 – 26 35 – 60 Positif
7 ICU 22 – 23 35 – 60 Positif
8 Jenazah/autopsy 21 – 24 - Negatif
9 Penginderaan medis 19 – 24 45 – 60 Seimbang
10 Laboratorium 22 – 26 35 – 60 Negatif
11 Radiologi 22 – 30 45 – 60 Seimbang
12 Sterilisasi 22 – 30 35 – 60 Negatif
13 Dapur 22 – 30 35 – 60 Seimbang
14 Gawat darurat 19 – 24 45 – 60 Positif
15 Administrasi, pertemuan 21 – 24 - Seimbang
16 Ruang luka bakar 24 –26 35 – 60 Positif
Smoke Test.
Untuk memastikan bahwa tekanan udara didalam ruangan tersebut positif atau negatif
dari tekanan udara di luar ruangan tersebut sesuai dengan kegunaan masing-masing
ruangan tersebut.
Ruangan-ruangan yang ditest adalah :
⮚ Tekanan Positif : Kamar Operasi .
⮚ Tekanan Positif atau Negatif : Ruang Isolasi .
f. Sanitasi rumah Sakit.
a) Penyediaan Air Bersih.
Pemilihan sistem pengolahan air bersih tergantung dari karakteristik air baku,
kualitas produk yang diharapkan, metode pengolahan, kendala yang ada (dana,
bahan bangunan, peralatan instalasi dan bahan kimia untuk pengolahan).
Untuk mendapatkan air bersih sesuai standar yang telah ditetapkan, perlu kiranya
dibuat prosedur baku agar tercapai hasil yang diinginkan dengan langkah-langkah
inspeksi berikut :
● Siapkan jalur distribusi air bersih di seluruh gedung.
● Tentukan titik rawan pencemaran air bersih dan lakukan pengamatan pada
jaringan distribusi.
● Tentukan frekuensi pemantauan.
● Tentukan kran terpilih untuk pengambilan sample.
Syarat Fasilitas penyediaan air ;
● Harus tersedia air minum sesuai dengan kebutuhan.
● Tersedia air bersih minimal 500 lt/tt/hari.
● Air minum dan air bersih tersedia secara terus menerus di setiap tempat unit
yang membutuhkan.
● Distribusi air bersih di setiap ruangan harus menggunakan jaringan perpipaan
yang mengalir dengan tekanan positif. Yang dimaksud dengan tekanan positif
adalah tekanan yang mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.
Pemantauan dilakukan secara ;
● Semester, yaitu Seluruh parameter Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416
tahun 1990.
b) Toilet dan Kamar Mandi
− Selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih.
− Lantai kedap air, tidak licin, berwarna terang dan mudah dibersihkan.
− Setiap unit ruangan harus tersedia toilet dengan fasilitas jamban, paturasan
dan wastafel tersendiri. Khususnya untuk unit rawat inap dan kamar-kamar
tertentu harus tersedia kamar mandi.
− Pembuangan air limbah dari toilet dan kamar mandi dilengkapi dengan
penahan bau.
− Letak toilet dan kamar mandi tidak berhubungan langsung dengan dapur,
Ruang Operasi dan ruang khusus lainnya.
− Lubang hawa harus berhubungan langsung dengan udara luar.
− Toilet dan kamar mandi pria dan wanita harus terpisah.
− Toilet dan kamar mandi unit rawat inap dan karyawan harus terpisah.
− Toilet dan kamar mandi karyawan dan pengunjung terpisah.
− Toilet pengunjung harus terletak di tempat yang mudah dijangkau dan ada
penunjuk arah.
− Harus dilengkapi dengan peringatan untuk memelihara kebersihan.
− Tidak terdapat tempat penampungan atau genangan air yang dapat menjadi
tempat perindukan nyamuk.
− Tersedia toilet untuk pengunjung dengan perbandingan :
− 1 toilet untuk 1-40 pengunjung wanita
− 1 toilet untuk 1-60 pengunjung pria
− Perbandingan Jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah toilet dan jumlah
kamar mandi ;
− Perbandingan Jumlah karyawan dengan jumlah toilet dan jumlah kamar mandi ;
No Jml Tempat Tidur Jumlah Toilet Jumlah Kamar Mandi
1 1 s.d. 20 1 1
2 21 s.d. 40 2 2
3 41 s.d. 70 3 3
4 71 s.d. 100 4 4
5 Setiap penambahan 40 tempat tidur tambah 1 toilet dan 1 km.
Mandi
d. Penyehatan Laundry
Pengertian : Laundry merupakan tempat dan sarana pencucian linen baik yang
berasal dari ruang-ruang perawatan maupun penunjang.
Tata cara pelaksanaan :
● Sebelum memulai pekerjaan petugas Laundry harus menggunakan APD.
● Langkah awal adalah pengangkatan dan pembersihan linen yang ternoda darah,
cairan tubuh, sekresi dan ekskresi hingga tidak bersentuhan dengan kulit, tidak
mengenai lapisan mukosa, tidak mengotori pakaian dan tidak berpindahnya
mikroorganisme ke pasien lain dan lingkungan.
● Bila pakaian petugas kesehatan yang ternoda darah, cairan tubuh harus
didesinfeksi dan mengganti dengan pakaian yang bersih.
● Pemeliharaan kebersihan tempat cuci dilakukan setiap hari.
● Bila setelah melakukan pencucian kaina dan hendak melakukan pengeringan,
petugas diwajibkan mencuci tangan dan mengganti pakaian bersih pada ruangan
air lock.
● Ruangan di bawah ini digunakan dengan baik dan benar ;
❖ Ruang Cuci
❖ Ruang Air Lock (ruang bersih sebelum melakukan pekerjaan)
❖ Ruang Linen Kotor
❖ Ruang Linen Bersih
❖ Gudang Kereta Linen
● Perjalanan linen kotor sampai menjadi linen bersih melalui jalur yang berbeda.
● Penggunaan mesin dan bahan pencuci sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan oleh bagian laundry dan MSDS bahan pencuci tersebut telah diterima
dan diketahui oleh panitia K-3.
● Cuci tangan pada petugas sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan dilakukan
pada tempat yang telah disediakan untuk mencegah rekontaminasi linen bersih.
● Dalam melakukan proses pencucian harus dihindarkan tumpahan air.
● Bak-bak air yang ada harus selalu dibersihkan, untuk mencegah perindukan
serangga minimal seminggu sekali.
e. Pengendalian serangga dan tikus
Pengertian
● Serangga dan tikus adalah jenis hewan yang dapat menularkan (vektor) atau
menjadi perantara menularnya beberapa penyakit tertentu, merusak bahan
pangan di gudang dan peralatan instalasi rumah sakit.
● Pengendalian serangga dan tikus adalah kegiatan yang bertujuan menekan
kepadatan populasinya di rumah sakit hingga kecil dan hilang tingkat gangguan
dan kerusakan yang ditimbulkan.
Tata Cara Pelaksanaan :
● Secara fisik :
− Menjaga kebersihan sehingga tidak terjadi penumpukan sampah maupun sisa
makanan yang menjadi sarana berkembangbiakan serangga dan tikus (sanitasi
lingkungan).
− Pengurasan dan pembersihan setiap sarana penampungan air dilakukan
seminggu sekali.
● Secara kimia :
− Pengendalian dengan menggunakan pestisida yaitu dengan melakukan
kegiatan penyemprotan didalam ruangan (ULV), penyemprotan diluar ruangan
(spraying dan mist blower) serta melakukan fongging untuk diarea luar dan
serangga terbang.
● Secara mekanis :
− Dengan menggunakan perangkap tertentu sesuai peruntukannya seperti
perangkap tikus dan kucing.
g. Perlindungan radiasi
Pengertian
● Radiasi adalah emisi energi radiasi pengion yang dilepaskan dari bahan atau alat
radiasi yang digunakan oleh instalasi di rumah sakit.
● Pemantauan radiasi adalah pemeriksaan rutin tingkat energi radiasi di ruang kerja
dan tingkat pemaparan pada pekerja.
● Evaluasi radiasi adalah rangkaian kegiatan sejak analisis laboratorium terhadap
dosimeter, analisis hasil laboratorium penyelidikan/pemeriksaan terhadap
instalasi dan tindak lanjut.
Tata Cara Pelaksanaan :
● Tindakan pencegahan radiasi mencakup upaya pemindahan dan pengamanan
bahan radioisotop, mengamankan pekerja yang bekerja dengan radiasi. Jadi
setiap penggunaan, pemindahan, penyimpanan dan lain-lain yang berkenaan
dengan bahan radiasi adalah aman bagi manusia dan lingkungannya sesuai
dengan prosedur yang ditetapkan.
● Tindakan pengamanan terhadap bahan yang memancarkan radiasi mencakup
rancangan instalasi yang memenuhi syarat dan penyediaan pelindung radiasi.
Gunakan alat pelindung diri berupa apron dan sarung tangan selama
menjalankan kegiatan di ruang cakupan radiasi.
● Pastikan APD yang digunakan dalam kondisi baik dan layak pakai.
● Pastikan petugas radiology menggunakan film badge untuk mengetahui besaran
paparan radiasi yang diterima oleh petugas.
● Pastikan bahwa pasien hanya menggunakan kamar mandi dan wastafel yang telah
disediakan.
● Tindakan darurat :
− Bila terjadi kejadian harus diisolasi, misalnya dengan rintangan / pagar /
tanda-tanda agar tidak ada orang yang mendekati daerah tersebut.
− Bila ada yang terkontaminasi harus segera didekontaminasi dan dilakukan
dengan tindakan lanjutan. Demikian pula bila ada orang yang diduga
menerima dosis lebih, harus segera diamankan.
− Badan yang berwenang segera diberi laporan.