I. PENDAHULUAN
Pengelolaan Manajemen Risiko di selenggarakan oleh Baglog Polres Pelabuhan Tanjung Priok ,
untuk dapat:
a. penyelenggaraan manajemen pengadaan barang/jasa;
b. penyusunan rencana kebutuhan perbekalan, peralatan, pembangunan fasilitas dan konstruksi;
c. pembangunan fasilitas dan konstruksi serta pengadaan materiil logistik sesuai program dan
lingkup batas kewenangannya;
d. perencanaan, pengadministrasian, dan pengelolaan barang milik negara serta keuangan;
e. penyimpanan, pemeliharaan, perbaikan, dan pendistribusian materiil logistik serta perbekalan
umum;
f. penginventarisasian seluruh materiil logistik dan aset Polri dalam lingkungan Polres dan
penghapusannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan pengumpulan
dan pengolahan data serta penyajian informasi dan dokumentasi kegiatan Bagian Logistik.
Dengan dikelolanya Manajemen Risiko yang dilakukan oleh Baglog Polres Pelabuhan Tanjung
Priok , dapat memberikan manfaat berupa:
a. meningkatnya penyelenggaraan manajemen pengadaan barang/jasa;
b. meningkatnya penyusunan rencana kebutuhan perbekalan, peralatan, pembangunan fasilitas
dan konstruksi;
c. meningkatnya pembangunan fasilitas dan konstruksi serta pengadaan materiil logistik sesuai
program dan lingkup batas kewenangannya;
d. meningkatnya perencanaan, pengadministrasian, dan pengelolaan barang milik negara serta
keuangan;
e. meningkatnya penyimpanan, pemeliharaan, perbaikan, dan pendistribusian materiil logistik serta
perbekalan umum;
f. meningkatnya inventarisasian seluruh materiil logistik dan aset Polri dalam lingkungan Polres
dan penghapusannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian informasi dan dokumentasi kegiatan
Bagian Logistik.
2.
Kategori Risiko yang dihadapi Baglog Polres Pelabuhan Tanjung Priok dikelompokan atas
pernyataan Risiko, meliputi:
a. Risiko kebijakan, merupakan Risiko yang timbul antara lain karena kelemahan:
1. proses kajian kebijakan;
2. tahap penyusunan kebijakan;
3. sosialisasi kebijakan;
4. implementasi kebijakan;
5. evaluasi kebijakan.
b. Operasional, merupakan Risiko yang timbul antara lain berupa kelemahan:
1. aspek manusia;
2. sistem pada organisasi;
3. pendanaan;
4. asset.
c. Kepatuhan, merupakan Risiko yang timbul antara lain karena kelemahan ketidakpatuhan
pelaksana kegiatan pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
d. Kerugian negara, merupakan Risiko yang timbul antara lain karena terjadinya manipulasi dan
kecurangan berdampak kerugian atas keuangan negara dan/atau Risiko kegagalan pihak ketiga
memenuhi kewajiban yang bersumber dari:
1. gratifikasi;
2. benturan kepentingan;
3. korupsi.
Skala Kriteria Risiko pada Manajemen Risiko dan pengendalian intern, dijadikan sebagai acuan
dalam melakukan Analisis Risiko dan Evaluasi Risiko, meliputi:
a. Skala dampak, merupakan area dampak apa saja yang perlu dijadikan kriteria untuk penilaian
tinggi rendahnya akibat dari Risiko dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Baglog Polres
Pelabuhan Tanjung Priok . Skala dampak disusun sesuai kriteria Risiko yang mungkin dihadapi
dengan menggunakan 5 (lima) skala tingkatan (level), dengan rincian sebagai berikut:
3.
KEGAGALAN/
KEBERHASILAN KEAMANAN/
NO SKALA REPUTASI OPERASIONAL KINERJA
PENCAPAIAN KESELAMATAN
TUJUAN
1. tidak kegagalan kerugian fisik pada keluhan Satker pelaksanaan tugas pencapaian
berarti perencanaan personel Baglog Jajaran Polres fungsi tertunda target kinerja
mencapai tujuan Polres Pelabuhan Pelabuhan Tanjung kurang dari 1 (satu) antara 100%
tugas Baglog Polres Tanjung Priok atau Priok terhadap sampai 5 (lima) hari sampai 95%
Pelabuhan Tanjung Satker Jajaran Polres layanan Baglog Polres dari Rengiat
Priok Pelabuhan Tanjung Pelabuhan Tanjung tahunan berbasis
25% - 35% Priok tidak ada dalam Priok Jaya jumlahnya risiko dengan
1 tahun antara dari 3 (tiga) kali alasan dapat
dalam 1 (satu) tahun diterima organisasi
2. jarang kegagalan kerugian fisik pada keluhan Satker pelaksanaan tugas pencapaian
perencanaan personel Baglog Jajaran Polres fungsi tertunda 6 target kinerja
mencapai tujuan Polres Pelabuhan Pelabuhan Tanjung hari sampai 5 hari antara 95,1%
tugas Baglog Polres Tanjung Priok atau Priok terhadap dari Rengiat sampai 77%
Pelabuhan Tanjung Satker Jajaran Polres layanan Baglog Polres tahunan berbasis
Priok Pelabuhan Tanjung Pelabuhan Tanjung risiko dengan
35,1% - 40 % Priok 1 (satu) orang Priok jumlahnya antara alasan dapat
dalam 1 tahun dari 4 (empat) sampai 6 diterima organisasi
(enam) kali dalam 1
(satu) tahun
3. sedang kegagalan kerugian fisik pada keluhan Satker pelaksanaan tugas pencapaian
perencanaan personel Baglog Jajaran Polres fungsi tertunda 11 target kinerja
mencapai tujuan Polres Pelabuhan Pelabuhan Tanjung hari sampai 15 hari antara 77,1%
tugas Baglog Polres Tanjung Priok atau Priok terhadap dari Rengiat sampai 57%
Pelabuhan Tanjung Satker Jajaran Polres layanan Baglog Polres tahunan berbasis
Priok Pelabuhan Tanjung Pelabuhan Tanjung risiko dengan
40,1% - 50 % Priok 2 (dua) orang Priok jumlahnya antara alasan dapat
dalam 1 tahun dari 7 (tujuh) sampai 8 diterima organisasi
(delapan) kali dalam 1
(satu) tahun
4. sering kegagalan kerugian fisik pada keluhan Satker pelaksanaan tugas pencapaian
perencanaan personel Baglog Jajaran Polres fungsi tertunda 16 target kinerja
mencapai tujuan Polres Pelabuhan Pelabuhan Tanjung hari sampai 19 hari antara 57,1%
tugas Baglog Polres Tanjung Priok atau Priok terhadap dari Rengiat sampai 47%
Pelabuhan Tanjung Satker Jajaran Polres layanan Baglog Polres tahunan berbasis
Priok Pelabuhan Tanjung Pelabuhan Tanjung risiko dengan
50,1% - 60 % Priok 3 (tiga) orang Priok jumlahnya antara alasan dapat
dalam 1 tahun dari 9 (sembilan) sampai diterima organisasi
10 (sepuluh) kali dalam 1
(satu) tahun
5. hampir kegagalan kerugian fisik pada keluhan Satker pelaksanaan tugas pencapaian
pasti perencanaan personel Baglog Jajaran Polres fungsi tertunda 20 target kinerja
terjadi mencapai tujuan Polres Pelabuhan Pelabuhan Tanjung hari sampai 22 hari antara 47,1%
tugas Baglog Polres Tanjung Priok atau Priok terhadap dari Rengiat kebawah
Pelabuhan Tanjung Satker Jajaran Polres layanan Baglog Polres tahunan berbasis
Priok Pelabuhan Tanjung Pelabuhan Tanjung risiko dengan
60,1% - 70 % Priok 4 (empat) orang Priok jumlahnya antara alasan dapat
dalam 1 tahun dari 11 (sebelas) sampai diterima organisasi
12 (dua belas) kali
dalam 1 (satu) tahun
b. Skala kemungkinan, merupakan besarnya peluang atau frekuensi suatu Risiko akan terjadi.
Pengukurannya bisa menggunakan pendekatan statistic ( probability), frekuensi kejadian
persatuan waktu (hari, minggu, bulan, tahun) atau dengan expert judgement. Skala kemungkinan
menggunakan 5 (lima) skala tingkatan (level):
4.
KRITERIA
AREA
NILAI TINGKAT KECENDERUNGAN/FREKUENSI
RISIKO
TERJADI
1. hampir pasti Risiko mengancam pencapaian tujuan Baglog Polres
tidak terjadi Pelabuhan Tanjung Priok dikarenakan terjadinya
sangat rendah kegagalan 2 (dua) kegiatan dalam Rengiat tahunan
yang tidak signifikan dan pengendalian yang tersedia
mampu meminimalkan risiko, sehingga dapat
diabaikan (diterima)
2. Jarang rendah Risiko mengancam pencapaian tujuan Baglog Polres
Pelabuhan Tanjung Priok dikarenakan terjadinya
kegagalan 3 (tiga) sampai 4 (empat) kali kegiatan dalam
Rengiat tahunan yang tidak signifikan dan pengendalian
yang tersedia dapat meminimalkan risiko, sehingga
direspon bila ada sumber daya tersisa
3. sedang Risiko mengancam pencapaian tujuan Baglog Polres
Pelabuhan Tanjung Priok dikarenakan terjadinya
kegagalan 5 (lima) sampai 6 (enam) kali kegiatan dalam
Rengiat tahunan yang tidak signifikan dan pengendalian
yang tersedia masih dapat meminimalkan risiko, sehingga
direspon setelah area oranye telah dihilangkan
4. Sering tinggi Risiko mengancam pencapaian tujuan Baglog Polres
Pelabuhan Tanjung Priok dikarenakan terjadinya kegagalan 7
(tujuh) sampai 8 (delapan) kali kegiatan dalam Rengiat tahunan
yang tidak signifikan atau kegiatan utama perencanaan 1 (satu)
kali dan pengendalian yang tersedia tidak dapat meminimalkan
risiko, sehingga direspon setelah area merah telah dihilangkan
5. hampir pasti Risiko mengancam pencapaian tujuan Baglog Polres
terjadi sangat Pelabuhan Tanjung Priok dikarenakan terjadinya kegagalan 9
(sembilan) sampai 11 (sebelas) kali kegiatan dalam Rengiat
tinggi tahunan yang tidak signifikan atau kegiatan utama
perencanaan 2 (dua) kali dan pengendalian yang tersedia tidak
dapat meminimalkan risiko, sehingga prioritas untuk segera
direspon
c. Tingkat Risiko, ditentukan berdasarkan atas 2 (dua) elemen atau dimensi, yaitu perkalian antara
skala probabilitas Risiko atas kemungkinan terjadinya Risiko skala 1 (satu) sampai 5 (lima)
dengan konsekuensi Ratio atas dampak potensial dari aktivitas proses kritis bisnis yang dapat
terjadi skala 1 (satu) sampai 5 (lima) yang direpresentasikan dengan warna pada area peta
Risiko di bawah ini:
5.
Probabilitas Risiko
5
4
3
2
1
1 2 3 4 5
Konsekuensi Risiko
Dari area peta Risiko akan tampak Profil masing-masing risiko, sesuai area warna dapat
digambarkan respon terhadap risiko:
2. tingkat Risiko yang masih dapat diterima dalam Manajemen Risiko dan perlu direspons
bila masih tersedia sumber daya, terdiri atas 2 (dua) level yaitu:
a) tingkat Risiko yang tidak terlalu memberi dampak signifikan pada pencapaian tujuan
Polri/Satker di lingkungan Polri, namun dapat diabaikan, yaitu pada nilai 2 (dua)
dengan ukuran 6 (enam) sampai dengan 10 (sepuluh) atau pada tingkat “jarang”
atau kriteria kecenderungan/frekuensi Risiko ini, terjadinya kegagalan 3 (tiga)
sampai 4 (empat) kali kegiatan dalam Rengiat tahunan yang tidak signifikan
dan pengendalian yang tersedia dapat meminimalkan Risiko. Skala kriteria Risiko
yang tidak dapat diterima, namun menjadi catatan untuk diminimalkan, pada peta
risiko rendah digambarkan dengan warna “kuning”, risiko tidak dapat diabaikan, bila
sumber daya berlebih;
b) tingkat Risiko yang memberi dampak signifikan pada pencapaian tujuan Polri/Satker
di lingkungan Polri, namun perlu diperhatikan untuk diminimalkan, yaitu pada nilai
3 (tiga) dengan ukuran 11 (sebelas) sampai dengan 15 (lima belas) atau pada
tingkat “sedang” atau kriteria kecenderungan/frekuensi risiko ini, terjadinya
kegagalan 5 (lima) sampai 6 (enam) kali kegiatan dalam Rengiat tahunan
yang tidak signifikan dan pengendalian yang tersedia masih dapat meminimalkan
Risiko. Skala kriteria Risiko tidak dapat diterima dan menjadi catatan, pada peta
Risiko digambarkan dengan warna “biru”, sehingga Risiko tidak dapat diabaikan,
namun masih dapat dikategorikan belum prioritas;
7.
3. tingkat Risiko yang memberi dampak signifikan pada pencapaian tujuan Polri/Satker
di lingkungan Polri, dan tidak dapat diterima Manajemen Risiko perlu direspons segera,
terdiri atas 2 (dua) level yaitu:
a) tingkat Risiko yang memberi dampak signifikan pada pencapaian tujuan Polri/Satker
di lingkungan Polri, wajib diperhatikan untuk diminimalkan, yaitu pada nilai 4 (empat)
dengan ukuran 16 (enam belas) sampai dengan 20 (dua puluh) atau pada tingkat
“tinggi” atau, kriteria kecenderungan/frekuensi Risiko ini, terjadinya kegagalan
7 (tujuh) sampai 8 (delapan) kali kegiatan dalam Rengiat tahunan yang tidak
signifikan atau kegiatan utama perencanaan 1 (satu) kali dan pengendalian yang
tersedia tidak dapat meminimalkan Risiko. Skala kriteria Risiko tidak dapat diterima
dan menjadi
catatan, pada peta Risiko digambarkan dengan warna “oranye”, sehingga Risiko
wajib direspon setelah selesai merespons risiko nilai 5 (lima) atau warna “merah”;
b) tingkat Risiko yang memberi dampak signifikan pada pencapaian tujuan Polri/Satker
di lingkungan Polri, wajib diperhatikan untuk diminimalkan, yaitu pada nilai 5 (lima)
dengan ukuran 21 (dua puluh satu) sampai dengan 25 (dua puluh lima) atau pada
tingkat “sangat tinggi” atau, kriteria kecenderungan/frekuensi Risiko ini, terjadinya
kegagalan 9 (sembilan) sampai 11 (sebekas) kali kegiatan dalam Rengiat tahunan
yang tidak signifikan dan/atau kegiatan utama perencanaan 2 (dua) kali dan
pengendalian yang tersedia tidak dapat meminimalkan Risiko. Skala kriteria Risiko
tidak dapat diterima dan menjadi catatan, pada peta Risiko digambarkan dengan
warna “merah” sehingga Risiko wajib direspons segera.
II. DASAR
Dasar Hukum dari penyelenggaraan pengelolaan risiko atas pengendalian intern ini,
adalah:
a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendahaaraan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4355);
b. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4890);
8
c. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2013 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 174);
d. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2021 tentang
Manajemen Risiko di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia;
e. Peraturan Inspektur Pengawasan Umum Polri Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Operasional
Prosedur Penilaian dan Strategi Peningkatan Maturitas SPIP di Lingkungan Polri;
f. Peraturan Inspektur Pengawan Umum Polri Nomor 4 Tahun 2021 Tentang Standar Operasional
Penerapan Manajemen Risiko pada Pelaksanaan Tugas terkait atas Pengendalian Intern yang
dibangun Satuan Fungsi di Lingkungan Polri.
Tugas dan fungsi Baglog Polres Pelabuhan Tanjung Priok sesuai Peraturan Kepolisian Negara
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2021 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Polres
dan Polsek, sebagai berikut:
a. Baglog Polres Pelabuhan Tanjung Priok bertugas membina dan menyelenggarakan
manajemen logistik yang meliputi:
1. pengadaan;
2. pemeliharaan dan perawatan;
3. persediaan barang;
4. perbekalan umum;
5. peralatan;
6. fasilitas dan konstruksi; dan
7. angkutan.
b. Dalam melaksanakan tugas, Baglog menyelenggarakan fungsi:
1. penyelenggaraan manajemen pengadaan barang/jasa;
2. penyusunan rencana kebutuhan perbekalan, peralatan, pembangunan fasilitas dan
konstruksi;
3. pembangunan fasilitas dan konstruksi serta pengadaan materiil logistik sesuai program
dan lingkup batas kewenangannya;
4. perencanaan, pengadministrasian, dan pengelolaan barang milik negara serta keuangan;
9.
10
IV. VISI, MISI DAN TUJUAN BAGLOG POLRES PELABUHAN TANJUNG PRIOK
Visi Polres pelabuhan tanjung Priok 2020-2024 merupakan jabaran dari visi Polda Metro Jaya,
maka sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta peranan Baglog Polres
Pelabuhan Tanjung Priok lima tahun ke depan, dirumuskan visi Baglog Polres Pelabuhan Tanjung Priok
sebagai berikut:
Terwujudnya visi merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh segenap personel Baglog
Polres Pelabuhan Tanjung Priok. Sebagai bentuk nyata dari visi tersebut, maka ditetapkanlah misi yang
menggambarkan hal yang seharusnya dilaksanakan, sehingga hal yang masih terlihat abstrak pada visi
akan lebih nyata pada misi yang ditetapkan oleh Baglog Polres Pelabuhan Tanjung Priok sebagai
berikut:
a. membina dan menyelenggarakan manajemen logistik;
b. menyiapkan pengadaan Polres Pelabuhan Tanjung Priok;
c. menyiapkan pemeliharaan gedung, kendaraan dan peralatan Polres pelabuhan Tanjung
Priok; dan
d. menginventarisir persediaan barang Polres Pelabuhan Tanjung Priok mengacu pada SIMAK.
Dalam mencapai visi dan misi Baglog Polres Pelabuhan Tanjung Priok, maka visi dan misi
tersebut harus dirumuskan ke dalam bentuk yang lebih terarah dan operasional berupa perumusan
tujuan yang merupakan percepatan implementasi dari pernyataan misi yang akan dicapai atau
dihasilkan dalam jangka waktu 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun. Adapun tujuan Baglog Polres Pelabuhan
Tanjung Priok sebagai berikut:
a. penyelenggaraan manajemen pengadaan barang/jasa;
b. penyusunan rencana kebutuhan perbekalan, peralatan, pembangunan fasilitas dan konstruksi;
c. pembangunan fasilitas dan konstruksi serta pengadaan materiil logistik sesuai program dan
lingkup batas kewenangannya;
d. perencanaan, pengadministrasian, dan pengelolaan barang milik negara serta keuangan;
e. penyimpanan, pemeliharaan, perbaikan, dan pendistribusian materiil logistik serta perbekalan
umum;
f. penginventarisasian seluruh materiil logistik dan aset Polri dalam lingkungan Polres dan
penghapusannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
12.
g. pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian informasi dan dokumentasi kegiatan Bagian
Logistik.
Kerangka kerja pengelolaan Risiko dan sistem pengendalian intern Polri dapat digambarkan ke
dalam bagan di bawah ini:
PROSES PENGELOLAAN RISIKO DAN
SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH
V. HASIL CAPAIAN
Hasil capaian pengelolaan Risiko di lingkungan Baglog Polres Pelabuhan Tanjung Priok
tercantum pada lampiran tentang laporan penerapan Manajemen Risiko, dilengkapi lampiran:
a. kertas kerja Manajemen Resiko Baglog Polres Pelabuhan Tanjung Priok etro Jaya berisi tentang
tugas fungsi dan hasil Identifikasi Risiko bagian di lingkungan Baglog Polres Pelabuhan Tanjung
Priok;
b. hasil Identifikasi Risiko dan Analisis Risiko serta rencana tindak pengendalian yang disusun
dalam bentuk tabel terdiri atas:
1. Identifikasi Risiko, meliputi:
a) pernyataan Risiko;
b) kategori Risiko;
c) sebab internal dan eksternal.
2. Analisis Risiko, meliputi:
a) Probabilitas Risiko;
b) Konsekuensi Risiko;
c) ukuran Risiko merupakan hasil perkalian Probabilitas Risiko dan Konsekuensi
Risiko;
d) tingkat Risiko dan gambaran Risiko.
3. rencana aksi tindak lanjut pengendalian, meliputi:
a) perbaikan pengendalian;
b) waktu pembangunan pengendalian;
c) biaya pembangunan pengendalian.
4. evaluasi hasil perbaikan RTP yang telah dilakukan bagian.
VI. PENUTUP
Demikian laporan pengelolaan Risiko di lingkungan Baglog Polres Pelabuhan Tanjung Priok ini
disusun sebagai bahan pimpinan menetapkan kebijakan atas pengelolaan Risiko di lingkungan Baglog
Polres Pelabuhan Tanjung Priok.
RENCANA TINDAK
HASIL IDENTIFIKASI RISIKO ANALISIS RISIKO
PENGENDALIAN
HASIL
NO SEBAB UKURAN
PERNYATAAN KATEGORI SUMBER PROBABILITAS KONSEKUENSI TINGKAT PERBAIKAN EVALUASI
RISIKO WAKTU BIAYA
RISIKO RISIKO INTERNAL EKTERNAL RISIKO RISIKO RISIKO RISIKO PENGENDALIAN
(7X8)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
I. SUBBAG BEKPAL
A. Pemilik Risiko Kasubbag Bekpal
1. Proses tender Operasional Pendataan - Satfung 3 3 9 Permintaan TW I s.d -
pengadaan permintaan terkait rencana TW IV
barang dan materin dari Rendah kebutuhan tahun
masing-masing 2022
jasa terganggu masing-
satfung
masing dilaksanakan
satfung pada
pertengahan
tahun berjalan
RENCANA TINDAK
HASIL IDENTIFIKASI RISIKO ANALISIS RISIKO
PENGENDALIAN
HASIL
NO SEBAB KONSEKUEN UKURAN
PERNYATAAN KATEGORI SUMBER PROBABILITAS TINGKAT PERBAIKAN EVALUASI
SI RISIKO WAKTU BIAYA
RISIKO RISIKO INTERNAL EKTERNAL RISIKO RISIKO RISIKO PENGENDALIAN
RISIKO (7X8)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
II. SUBBAG FASKON
A. Pemilik Risiko Kasubbag Faskon
1. Terjadi Kebijakan Adanya - Perubahan 3 3 9 Berkordinasi TW 2 -
keterlambatan kebijakan mendadak dengan satfung tahun
dalam pimpinan dan dalam Rendah terkait dengan 2022
masukan dari rencana
perawatan pekerjaan yang
tiap Satfung perawatan
gedung dan membuat gedung akan dilakukan
sarana gedung adanya revisi
Polres dan pada perawatan
Polsek gedung Polres
dan Polsek
jajaran berupa
pengurangan
RENCANA TINDAK
HASIL IDENTIFIKASI RISIKO ANALISIS RISIKO
PENGENDALIAN HASIL
NO
PERNYATAAN KATEGORI SEBAB SUMBER PROBABILITAS KONSEKUENSI UKURAN TINGKAT PERBAIKAN EVALUASI
WAKTU BIAYA
RISIKO RISIKO INTERNAL EKTERNAL RISIKO RISIKO RISIKO RISIKO RISIKO PENGENDALIAN
1 2 3 4 5 6 7 8 (7X8)
9 10 11 12 13 14
maupun
penambahan
perawatan
maupun
perbaikan pada
bangunan yang
akan dirawat
III. URMIN
A. Pemilik Risiko Paurmin
1. Kegiatan operasion Kurang - Personel 3 3 9 Personel yang TW I s.d -
administrasi al telitinya dalam mengawaki TW IV
yang menginventari Rendah administrasi tahun
2022
meyangkut sir surat harus lebih teliti
pengadan
maupun
perawatan di
Baglog akan
terganggu