Anda di halaman 1dari 10

PENYELENGGARAAN MANAJEMEN RISIKO

DI LINGKUNGAN BAG SDM POLRESTA PEKANBARU

I. PENDAHULUAN
Pengelolaan risiko dan pengendalian intern diselenggarakan
oleh Satfung di lingkungan Polri, untuk dapat:
A. meningkatkan kemungkinan pencapaian tujuan, sasaran dan
indikator kinerja utama organisasi serta peningkatan kinerja;
B. mendorong manajemen yang proaktif;
C. memberikan dasar yang kuat dalam pengambilan keputusan
dan perencanaan;
D. meningkatkan efektivitas alokasi dan efisiensi penggunaan
sumber daya organisasi;
E. meningkatkan kepatuhan kepada ketentuan; dan
F. meningkatkan pencegahan terjadinya penyimpangan dalam
operasional organisasi.

Dengan dikelolanya risiko dan pengendalian intern yang oleh


Satfung di lingkungan Polri dapat memberikan manfaat, berupa:
A. meningkatnya perencanaan, kinerja, dan efektivitas organisasi;
B. meningkatnya hubungan dengan pemangku kepentingan;
C. meningkatnya mutu informasi untuk pengambilan keputusan;
D. meningkatnya reputasi;
E. memberkan perlindungan bagi organisasi; dan
F. meningkatnya akuntabilitas dan tata kelola organisasi.

Kebijakan manajemen risiko dan sistem pengendalian intern di


lingkungan Polri, meliputi:
A. Klasifikasi risiko Polri, terdiri atas:
1. risiko strategis, merupakan risiko yang muncul dari
upaya Polri dan Satker di lingkungan Polri mewujudkan
visi dan tujuannya;
-2-

2. risiko pengelolaan operasional, merupakan risiko yang


muncul dari pelaksanaan tugas dan fungsi masing-
masing Satker di lingkungan Polri sebagaimana
tercantum pada peraturan tentang susunan organisasi
dan tata kerja, seperti operasional fungsi pengawasan,
operasional fungsi lalu lintas, operasional fungsi
perencanaan umum dan anggaran, operasional fungsi
intelejen keamanan;
3. risiko pengelolaan anggaran dan keuangan, merupakan
risiko yang muncul dari pengelolaan anggaran dan
keuangan Polri dan Satker di lingkungan Polri;
4. risiko pengelolaan logistik, merupakan risiko yang
muncul dari pengelolaan logistik Polri dan Satker di
lingkungan Polri; dan
5. risiko pengelolaan sumber daya manusia, merupakan
risiko yang muncul dari pengelolaan sumber daya
manusia Polri dan Satker di lingkungan Polri; dan
6. risiko kecurangan, merupakan risiko munculnya
tindakan pelanggaran hukum, ketidak jujuran, atau
penipuan yang mengakibatkan penyalahgunaan
wewenang dan/atau kerugian negara, dirancang untuk
diri pelaku dan/atau orang lain.
B. Skala Kriteria risiko pada manajemen risiko dan pengendalian
intern, dijadikan sebagai acuan dalam melakukan analisis dan
evaluasi risiko, meliputi:
1. skala dampak, merupakan area dampak apa saja yang
perlu dijadikan kriteria untuk penilaian tinggi rendahnya
akibat dari suatu Risiko, misalnya kerugian finansial,
penurunan reputasi, penurunan kinerja, tuntutan
hukum, dan lain-lain. Skala dampak disusun oleh
masing-masing Satker sesuai kriteria risiko yang
mungkin dihadapi dengan menggunakan 5 (lima) skala
-3-

tingkatan (level). contoh skala dampak yang umum


terjadi pada Satker di lingkungan Polri:
KERUGIAN KEAMANAN/
NO. SKALA REPUTASI OPERASIONAL KINERJA
NEGARA KESELAMATAN
1. Tidak Jumlah Tidak ada Keluhan Pelaksanaan Pencapaian
berarti kerugian kerugian fisik pengguna tugas fungsi target
negara pada personel layanan Polri tertunda kinerja ≥
≥ Rp 1 juta dan/atau jumlahnya ≥ 4 hari dari 90%
masyarakat ≥ 5 kali rencana yang sampai
maksimal dalam 1 ditetapkan 100%
jumlah 2 orang (satu) bulan atau ≤ 8 hari
dewasa/anak dengan alasan
laki/wanita dapat diterima
2. kecil Jumlah Terjadi kerugian Keluhan Pelaksanaan Pencapaian
kerugian fisik berupa pengguna tugas fungsi target
negara luka yang layanan Polri tertunda kinerja ≥
membutuhkan jumlahnya 5 hari sampai 80%
Rp 1.000.000 penanganan lebih dari 9 hari dari sampai
sampai rawat jalan 6 sampai 10 rencana yang 89,001%
Rp. 5 juta pada personel kali dalam 1 ditetapkan
dan/atau (satu) bulan atau 9 hari
masyarakat sampai
maksimal 14 hari
jumlah 4 orang dengan alasan
dewasa/anak dapat diterima
laki/wanita

3. sedang Jumlah Terjadi Keluhan Pelaksanaan Pencapaian


kerugian kerugian fisik pengguna tugas fungsi target
negara berupa luka layanan Polri tertunda 10 kinerja ≥
Rp 5.000.000 sedang atau hari sampai
jumlahnya 60%
sampai berat yang 14 hari dari
Rp 8 juta membutuhkan lebih dari rencana yang
11 sampai sampai
penanganan ditetapkan
rawat inap 13 kali atau 15 hari
pada personel dalam 1 sampai 25 79.001%
dan/atau (satu) bulan hari dengan
masyarakat alasan dapat
maksimal diterima
jumlah 2 orang
dewasa/anak
laki/wanita
4. besar Jumlah Terjadi Keluhan Pelaksanaan Pencapaian
kerugian kerugian fisik pengguna tugas fungsi target
negara hingga layanan Polri tertunda di kinerja ≥
Rp 8.000.000 mengalami atas 15 hari 50%
jumlahnya
sampai cacat sampai 17 sampai
Rp 10 juta permanen pada lebih dari hari dari 59.001%
personel 14 sampai rencana yang
dan/atau 16 kali ditetapkan
masyarakat dalam 1 atau 26 hari
maksimal (satu) bulan sampai 30
jumlah 2 orang hari dengan
dewasa/anak alasan dapat
laki/wanita diterima
5. Besar Jumlah Terjadinya Keluhan Pelaksanaan Pencapaian
sekali kerugian kematian pada pengguna tugas fungsi target
negara personel layanan Polri tertunda kinerja
Rp 10.000.000 dan/atau sampai 18 ≤ 49,001%
jumlahnya
sampai masyarakat hari dari
Rp. 12 juta dan maksimal lebih dari rencana yang
-4-

KERUGIAN KEAMANAN/
NO. SKALA REPUTASI OPERASIONAL KINERJA
NEGARA KESELAMATAN
senjata api jumlah 1 orang 17 sampai ditetapkan
dewasa/anak 20 kali atau di atas
laki/wanita dalam 1 31 hari
(satu) bulan
atau
keluhan
berakibat
menurunnya
kepercayaan
masyarakat
pada Polri

2. skala kemungkinan, merupakan besarnya peluang atau


frekuensi suatu risiko akan terjadi. Pengukurannya bisa
menggunakan pendekatan statistik (probability),
frekuensi kejadian persatuan waktu (hari, minggu, bulan,
tahun), atau dengan expert judgement. Skala
kemungkinan menggunakan 5 (lima) skala tingkatan
(level):
KRITERIA KECENDERUNGAN/FREKUENSI
NILAI TINGKAT
TERJADI
1 Hampir Risiko ini belum pernah terjadi, kalaupun
pasti tidak terjadi hanya 1 kali/bulan
terjadi
2 jarang Kejadian terjadi 2 kali/bulan
3 sedang Kejadian lebih dari 2 kali/tahun, namun
tidak lebih dari 5 kali/bulan
4 sering Kejadian lebih dari 5 kali/tahun, namun
tidak lebih dari 10 kali/bulan
5 Hampir pasti Kejadian lebih dari 10 kali/bulan
terjadi

C. tingkat risiko, ditentukan berdasarkan atas 2 (dua) elemen atau


dimensi, yaitu skala dampak terjadinya risiko sebagaimana
pada angka 3 huruf a dan skala kemungkinan terjadinya risiko
sebagaimana pada angka 3 huruf b. Kedua dimensi tersebut
harus dikombinasikan dan diperhitungkan secara bersamaan
dalam penentuan tingkat risiko, dengan menggunakan 5 (lima)
-5-

skala tingkatan (level) yang direpresentasikan dengan warna


pada area peta risiko, di bawah ini:

Dampak

2
AREA 1PETA TINGKAT RISIKO
RISIKO
Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

dari area peta Risiko akan tampak profil masing-masing risiko,


sesuai area warna dapat digambarkan respon terhadap risiko:
AREA PETA
NO. KETERANGAN
RISIKO
1. berpotensi tinggi mengancam pencapaian
tujuan organisasi sehingga prioritas untuk
direspon
2. berpotensi sedang mengancam pencapaian
tujuan organisasi sehingga akan direspon
setelah area merah dan orange tua berjalan.

3. berpotensi rendah mengancam pencapaian


tujuan organisasi sehingga dapat direspon
jika ada sumber daya tersisa.
4. berpotensi sangat rendah mengancam
pencapaian tujuan organisasi sehingga
dapat diabaikan (diterima).
-6-

Berdasarkan area peta risiko di atas, maka:


1. tingkat risiko yang dapat diterima dalam manajemen
risiko dan pengendalian intern di lingkungan Polri:
tingkat risiko yang tidak memberi dampak signifikan
pada pencapaian tujuan Polri/Satker di lingkukangan
Polri, yaitu pada nilai 1 atau pada tingkat “hampir pasti
tidak terjadi” atau kriteria kecenderungan/frekuensi
kejadian “risiko ini belum pernah terjadi, kalaupun
terjadi hanya 1 kali/tahun”. Skala kriteria risiko yang
dapat diterima, pada peta risiko digambarkan dengan
warna “hijau” atau , sehingga risiko dapat
diabaikan/diterima;
2. tingkat risiko yang tidak dapat diterima dalam
manajemen risiko dan pengendalian intern di lingkungan
Polri, terdiri atas 3 (tiga) level yaitu:
a. tingkat risiko yang tidak terlalu memberi dampak
signifikan pada pencapaian tujuan Polri/Satker di
lingkukangan Polri, namun dapat dibaikan, yaitu
pada nilai 2 atau pada tingkat “jarang” atau kriteria
kecenderungan/frekuensi kejadian terjadi 2
kali/tahun. Skala kriteria risiko yang tidak dapat
diterima, namun menjadi catatan untuk
diminimalkan, pada peta risiko digambarkan
dengan warna “kuning” atau risiko tidak dapat
diabaikan, bila sumber daya berlebih;
b. tingkat risiko yang memberi dampak signifikan
pada pencapaian tujuan Polri/Satker di
lingkukangan Polri, namun perlu diperhatikan
untuk diminimalkan, yaitu pada nilai 3 atau pada
tingkat “sedang” atau kriteria
kecenderungan/frekuensi kejadian lebih dari 2
kali/tahun, namun tidak lebih dari 5 kali/tahun.
Skala kriteria risiko tidak dapat diterima dan
-7-

menjadi catatan, pada peta risiko digambarkan


dengan warna “biru” atau sehingga risiko tidak
dapat diabaikan, namun masih dapat dikategorikan
belum prioritas;
3. tingkat risiko yang memberi dampak signifikan pada
pencapaian tujuan Polri/Satker di lingkukangan Polri,
yaitu pada nilai 4 dan 5 atau pada tingkat “sering dan
hampir pasti terjadi” atau kriteria
kecenderungan/frekuensi kejadian lebih dari 5
kali/tahun, namun tidak lebih dari 10 kali/tahun dan
lebih 10 kali/tahun. Skala kriteria risiko tidak dapat
diterima/diabaikan pada peta risiko digambarkan dengan
warna “coklat dan merah” atau dan sehingga
risiko tidak dapat diabaikan dan menjadi skala priorits
untuk segera diminimalkan risiko tersebut;

II. DASAR
Dasar Hukum dari penyelenggaraan pengelolaan risiko dan
sistem pengendalian intern ini adalah :
1. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor
2 Tahun 2021 tentang SOTK Pada Tingkat Kepolisian Resor dan
Sektor ;
2. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor
Nomor 99 Tahun 2020 tentang Sistem Manajemen dan Standar
keberhasilan pembinaan SDM Polri yang berkeunggulan;
3. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia no 19
tahun 2010 tentang Penyelenggaran Pelatihan Polri;

III. Tugas dan Fungsi


1. Sebagai unsur pengawas dan pembantu pimpinan yang berada
dibawah Kapolresta Pekanbaru
-8-

2. Melaksanakan pembinaan administrasi personel, perawatan


dan peningkatan kesejahteraan pegawai negeri pada Polri serta
penyelenggaraan pembinaan dan pelatihan.
3. Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari Kabag SDM
bertanggung jawab kepada Kapolresta Pekanbaru dibawah
kendali Wakapolresta Pekanbaru.;

Struktur organisasi Bag SDM Polresta Pekanbaru, sebagai berikut:

4. VISI, MISI DAN TUJUAN BAG SDM POLRESTA PEKANBARU

Visi Bag SDM Polresta Pekanbaru yaitu Terwujudnya sumber


daya manusia Personel Polresta Pekanbaru yang Presisi dan bermoral
dalam rangka pemeliharaan Kamtibmas, penegakan hukum serta
memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada
masyarakat.
-9-

Misi Bag SDM Polresta Pekanbaru antara lain :


1. Merumuskan dan melaksanakan pengkajian dan strategi terkait
sistem dan metode pembinaan Personel Polresta Pekanbaru secara
akuntabel.
2. Mewujudkan pembinaan karier pegawai di lingkungan Polresta
Pekanbaru sesuai dengan kebutuhan organisasi secara dinamis
dan terintegrasi.
3. Mewujudkan SDM Unggul dengan melaksanakan Peningkatan
Kemampuan Personel melalui Program Pendidikan dan Pelatihan.
4. Mewujudkan pelaksanaan pendataan personel Polresta Pekanbaru
pada Sistem Informasi Personel Polri dengan lengkap, cepat dan
baik.
5. Mewujudkan sistem rekrutmen dan seleksi pegawai pada Polri
berdasarkan prinsip BETAH ( BErsih, Transparan, Akuntabel dan
Humanis).
6. Mewujudkan pelayanan perawatan personel antara lain
pembinaan kesejahteraan rohani, mental, jasmani, moril dan
materiil, serta pengakhiran dinas kepada pegawai pada Polri
secara efektif, efisien dan proporsional.
7. Mewujudkan pelayanan psikologi kepolisian yang profesional dan
modern.
8. Mewujudkan peningkatan kesejahteraan bagi Personel Polri dan
PNS Polri Polresta Pekanbaru beserta keluarganya.

5. HASIL CAPAIAN
Hasil capaian pengelolaan risiko di lingkungan Bag SDM
Polresta Pekanbaru tercantum pada lampiran tentang:
A. Kertas kerja manajemen risiko Bag SDM Polresta Pekanbaru;
B. Identifikasi manajemen risiko Bag SDM Polresta Pekanbaru;
C. Daftar risiko, Hasil analisa manajemen risiko, rencana tindak
pengendalian dan rencana aksi tindak lanjut RTP pada Bag
SDM Polresta Pekanbaru.
- 10 -

6. PENUTUP
Demikian laporan pengelolaan risiko di lingkungan Bag SDM
Polresta Pekanbaru ini disusun sebagai bahan pimpinan menetapkan
kebijakan atas pengelolaan risiko di Bag SDM Polresta Pekanbaru.

Ditetapkan di : Pekanbaru
pada tanggal : Februari 2023

KABAG SDM POLRESTA PEKANBARU

WAHARIYANA
KOMISARIS POLISI NRP 66060409

Anda mungkin juga menyukai