Anda di halaman 1dari 35

Agenda Bahasan

Te r k a i t
IEPK

1 2 3 4
Latar Gambaran Hasil IEPK
Belakang Pilar dan
Umum IEPK Kota Dumai
IEPK Indikator
Ta h u n 2 0 2 3
IEPK
DB I

iEPK
upaya memotret
kemajuan “pengelolaan”
risiko korupsi KLPBU
demi tri-strategi
pengawasan intern area
korupsi yang lebih
terukur & integratif
PRAKTIK PENGUKURAN KORUPSI

• Corruption Perception Index (CPI), Transparency International


• Survei Indeks Persepsi Korupsi (IPK), TI Indonesia
• Indeks Perilaku Antikorupsi (IPAK), BPS RI
• Survei Penilaian Integritas (SPI), KPK
• Global Fraud Survey, ACFE
• CCC Index (Capacity to Combat Corruption), AS/COA
INDEK KORUPSI INDONESIA PER 2023
SKOR INDEK KORUPSI INDONESIA DAN PERBANDINGAN DENGAN NEGARA
ASEAN
JENIS PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI
BERDASARKAN DATA KPK 2004 S.D. 2023

Penyuapan
Total Kasus 1512 Kasus
Pengadaan Barang/Jasa Gratifikasi 989 Kasus
Pengadaan Barang/Jasa 339 kasus)
Penyalahgunaan Anggaran Penyalahgunaan Anggaran 57 Kasus
TPPU 58 Kasus
TPPU Pemerasan 28 Kasus
Perizinan 28 Kasus
Pungutan/Pemerasan Merintangi proses KPK 13 Kasus

Perizinan

merintangi proses KPK


iEPK & KINERJA
Intervensi
Pengawasan
ORGANISASI

iEPK - Expected
IEPK utk apa

PETA JALAN
untuk perbaikan
TOOLS
CONSULTING gap TOOLS
ASSURANCE
GRC korupsi di
KLPBU

iEPK - Existing
RERANGKA KONSEPTUAL Menetapkan
kebijakan Lindal
pengelolaan risiko
fraud sbg bagian
Monev dari tata kelola
Memonitor proses organisasional
pengelolaan risiko Melaksanakan
• Governance-Risk-Control fraud, melaporkan asesmen risiko
• FRAUD RISK MANAGEMENT hasilnya & melakukan fraud komprehensif
perbaikan
Memilih, Penris
• Performance Management (IPO-OBI) Menyelenggarakan
proses pelaporan fraud mengembangkan,
• CHANGE MANAGEMENT dan pendekatan dan menerapkan
terkoordinasi untuk aktivitas
investigasi & tindakan pengendalian
korektif preventif & detektif
Kendal
Inkom

FRM (Coso/ACFE 2016)


FCP
HASIL PENILAIAN IEPK KOTA
DUMAI TAHUN 2023
CATATAN HASIL VALIDASI BPKP PUSAT

Pembelajaran Anti Korupsi Asesmen dan Mitigasi Risiko Saluran Pelaporan Internal
• Belum tersusun secara Kecurangan yang Efektif dan Kredibel
terjadwal dalam PKPT • Belum terdapat Risk • Belum terlihat saluran WBS
• Anggaran pembelajaran rigister Risiko dan Mitigasi dikelola secara kredibel
anti korupsi tidak tertuang Risiko Kecurangan dan efektif
dalam DIPA/DPA
iEPK

Pilar 1: Kapabilitas Pengelolaan Risiko Korupsi


Pilar 2: Penerapan Strategi Pencegahan
Pilar 3: Penanganan Kejadian Korupsi
KAPABILITAS PENGELOLAAN RISIKO KORUPSI
Kapasitas merujuk kemampuan organisasi untuk bekerja
memenuhi fungsinya. Kemampuan ini berarti segala sesuatu
karakteristik dari dalam organisasi (inside out) yang memungkinkan
organisasional yang organisasi mampu menuntaskan misinya mencapai tujuan
mengisyaratkan (mengatasi kerentanan organisasi terhadap perilaku korupsi
yang merusak & merugikan)
adanya kapasitas
dan kompetensi
organisasi untuk Kompetensi merujuk gabungan pengetahuan, skill dan
pengalaman yang memampukan organisasi mengelola risiko
mengelola risiko korupsi. Selain pembelajaran (anti) korupsi, termasuk di
korupsi. dalamnya adalah bagaimana power dipertontonkan pimpin-
an agar kompetensi diperoleh.
PILAR KAPABILITAS
PENERAPAN STRATEGI PENCEGAHAN
EFEKTIVITAS PENCEGAHAN & DETEKSI DINI
Dimensi yang menyoroti kualitas penerapan strategi
Satu-kesatuan proses preventif & detektif perilaku korupsi. Kondisi berada
yang menyeluruh pada pada level terendah manakala penerapan sekadar
seremonial. Komponen indikator mencakup asesmen
semua elemen dan mitigasi risiko, pengelolaan saluran pelaporan
penerapan strategi internal yang kredibel, serta indikator kepedulian
pencegahan korupsi.
Berfokus pada BUDAYA ORGANISASI ANTIKORUPSI
aktualisasi kapabilitas Dimensi yang menyoroti seberapa efektif proses telah
berhasil membentuk keyakinan bersama (shared belief)
- implementedness - anggota organisasi mengenai korupsi/antikorupsi dalam
rangka mencapai tujuan bersama. Kepemimpinan etis,
integritas organisasional, dan iklim etis prinsip menjadi
indikator B-O-A-K
PILAR PENANGANAN KEJADIAN

DIMENSI RESPONS, yakni pendekatan terkoordinasi


Ukuran keefektifan untuk melakukan investigasi atas indikasi perilaku
pengelolaan risiko koruptif yang terdeteksi dan tindakan korektif yang
korupsi ditinjau dari dapat mencakup sanksi, pemulihan kerugian, dan
perbaikan pengendalian.
konsistensi
penggunaan
DIMENSI KEJADIAN, yakni peristiwa negatif bermuatan
kapabilitas dalam korupsi yang diperhitungkan sebagai indikator
penerapan strategi inefektivitas pengelolaan risiko korupsi. Informasinya
pencegahan diperoleh dari penilaian atas dokumentasi temuan audit
internal/eksternal, aktivitas APH, termasuk
pemberitaan di media massa.
Atribut kualitas indikator

KEBIJAKAN 1. Ada kebijakan antikorupsi secara eksplisit


Terepresentasi pada tiga komponen:
2. Ada struktur permanen yang bertanggung
jawab dalam pengelolaan risiko korupsi
kebijakan formal, struktur, & standar
dengan kewenangan yang lengkap
perilaku. Manifestasi pernyataan
kebijakan bisa beragam. Rumusan
dalam misi, deklarasi program
3. Standar perilaku antikorupsi yang spesifik
dan jelas mengatur perilaku yang boleh dan
antikorupsi, mis SMAP, ZI, WBS,
kebijakan pengendalian benturan
tidak boleh dilakukan oleh semua pegawai
kepentingan, dll, serta keberadaan
penetapan struktur & standar
perilaku yang berorientasi atau
berciri antikorupsi
Atribut kualitas indikator
SEPERANGK 1. SOP asesmen risiko korupsi
komprehensif
AT SISTEM 2. SOP pengendalian preventif &
detektif a.l.
Cerminan faktual keberadaan
kebijakan antikorupsi. Idealnya  sistem manajemen antisuap,
mencakup tiga prinsip proses:  sistem pengendalian gratifikasi,
 sistem edukasi (anti) korupsi
cegah-deteksi-respon, melalui
penetapan SOP FRA, SOP
3. SOP pelaporan internal, termasuk
perlindungan pelapor dari retaliasi
pengendalian preventif, WBS
4. SOP investigasi & tindakan korektif
internal, serta SOP investigasi
dan tindakan korektif. 5. SOP monitoring & evaluasi kegiatan
antikorupsi
Atribut kualitas indikator
DUKUNGAN
SUMBERDAY 1. Anggaran untuk pengelolaan risiko korupsi
dialokasikan secara eksplisit dalam dokumen
A 2.
anggaran
Personil/petugas untuk pengelolaan risiko
Dukungan eksplisit alokasi SDM,
korupsi ditetapkan
keuangan, dan sarana prasarana
menjadi cerminan konkret kapasitas 3. Sarana dan prasarana penunjang kegiatan
MR korupsi. yang ketiadaan pengelolaan risiko korupsi disediakan.
dukungan terindikasi dari kondisi
manakala kegiatan-kegiatan
4. Kegiatan pengelolaan risiko korupsi tidak
terhambat karena masalah kekurangan
pengelolaan risiko korupsi terhambat
signifikan (=macet) lantaran sumber daya manusia, keuangan, atau
ketidakcukupan personil, anggaran, sarana-prasarana
dan/atau ketiadaan sarana-
prasarana.
ATRIBUT KUALITAS INDIKATOR

1. Pimpinan mempertontonkan sikap anti


korupsi dalam proses pembuatan
keputusan sehari-hari

POWER 2. Pimpinan tidak ragu untuk mengakui


kelemahan dan terbuka untuk menerima
Indikator ini adalah tentang masukan demi risiko korupsi terkelola
bagaimana kuasa dan wewenang
efektif (tidak melakukan pembiaran)
didemonstrasikan pimpinan untuk
mengelola risiko korupsi: tidak abai, 3. Pemimpin menampakkan usaha
bersikap terbuka, niatan menggalang membangun kerjasama dengan berbagai
kerjasama. pihak, internal dan eksternal, dari
keyakinan bahwa upaya menanggulangi
korupsi adalah aksi kolektif
ATRIBUT KUALITAS INDIKATOR
PEMBELAJARAN
1. Program pembelajaran antikorupsi
(ANTI)KORUPSI kepada pejabat dan staf
diselenggarakan secara terstruktur
INTERNAL dan terjadwal.
Pembelajaran antikorupsi internal
merupakan proses unit kerja sebagai
2. Program pembelajaran antikorupsi
kepada petugas khusus
lingkungan belajar dikelola untuk diselenggarakan secara terstruktur
memungkinkan pegawai di semua EKSTERNAL
dan terjadwal
level berpartisipasi dalam program
antikorupsi dengan menghindari
Pembelajaran yg ditujukan kepada
stakeholder, yakni masy pengguna 3. Program pembelajaran antikorupsi
perilaku koruptif dan menunjukkan layanan dan penyedia barang/jasa. kepada pengguna layanan dan
sikap lugas dan tegas ketika penyedia barang diselenggarakan
berhadapan dengan situasi yang Kapabilitas ditunjukkan manakala secara terstruktur dan terjadwal
memicu perilaku korupsi organisasi secara sadar melibatkan
stakeholder untuk membantu
memastikan program antikorupsi
berjalan
ATRIBUT KUALITAS INDIKATOR

ASESMEN & 1. Kegiatan asesmen risiko mencakup upaya


identifikasi risiko korupsi di semua level
MITIGASI pegawai
2. Kegiatan asesmen risiko mencakup
RISIKO identifikasi skenario/modus dan penyebab
korupsi
KORUPSI 3. Kegiatan asesmen risiko korupsi
Kegiatan yang terstruktur dan menghasilkan peta risiko korupsi
sistematis dalam mengidentifikasi,
memahami, dan mengevaluasi
4. Kegiatan asesmen risiko korupsi
probabilitas dan signifikansi dampak menghasilkan RTP spesifik sebagai
praktik korupsi. Mitigasi menjadi langkah mitigatif.
bagian takterpisahkan dari proses ini
sebagai tindak lanjut (respons) atas
5. Rencana tindak pengendalian dijalankan?
hasil profiling risiko korupsi 6. Asesmen risiko korupsi periodik dilakukan
secara konsisten (Bila ada hambatan tidak
didiamkan).
ATRIBUT KUALITAS INDIKATOR

1. Pegawai memahami keberadaan


IWBS YG dan fungsi sistem whistleblowing
internal
BERFUNGSI & 2. Intensi whistleblowing pegawai
relatif besar.
KREDIBEL 3. Sikap pegawai terhadap tindakan
Program pembelajaran antikorupsi pelapor (whistleblower) positif.
diharapkan membawa perubahan
berupa peningkatan kepedulian
4. Pegawai mempersepsi saluran
pegawai dan stakeholder atas risiko whistleblowing internal terpercaya
korupsi. Perilaku korupsi dihindari,
dan berpartisipasi melalui
5. Pegawai mempersepsi mekanisme
perlindungan pelapor terpercaya.
pemanfaatan saluran pelaporan
internal 6. Ada bukti sistem pelaporan
berfungsi dan dimanfaatkan
pegawai atau stakeholder.
ATRIBUT KUALITAS INDIKATOR
1. Perilaku pemimpin kongruen
dengan standar perilaku di
organisasi (menjadi role
KEPEMIMPINA model)
N ETIS 2. Pimpinan terbuka
Di dalam kepemimpinan etis, seorang mendiskusikan isu etis/
pemimpin adalah penerap kaidah etis korupsi dengan bawahan
sekaligus menerapkannya dalam
manajemen, artinya menjadikan 3. Pimpinan memperlihatkan
nilai-nilai etis sebagai norma yang perlakuan adil dan seimbang
harus dipatuhi bawahan.
kepada bawahan
4. Pimpinan konsisten
menegakkan norma etis yang
berlaku kepada seluruh
pegawai
1. Proses pengelolaan anggaran
ATRIBUT KUALITAS INDIKATOR

telah berjalan sesuai ketentuan


2. Proses rekrutmen, mutasi, &
INTEGRITAS promosi pegawai telah
menghindari praktik favoritisme,
ORGANISASION percaloan, & gratifikasi.
AL 3. Transparansi telah dipraktikkan
Integritas itu tentang workability, yakni secara luas.
suatu keadaan yang memungkinkan
ada kinerja. Berintegritas berarti apa 4. Praktik suap sudah dihindari
yang diucapkan utuh, lengkap,
takbercacat, taklebih dan takkurang. 5. Praktik gratifikasi ini sudah
Pada konteks organisasi, integritas dihindari
berarti apa yang dinyatakan dalam
kebijakan, SOP, peraturan, atau standar,
itu pula yang dilaksanakan: utuh, tidak
6. Praktik jamuan mewah sudah
dihindari.
kurang dan tidak lebih.
7. Konflik kepentingan tidak
ATRIBUT KUALITAS INDIKATOR

1. Pegawai menempatkan kepatuhan


kepada aturan di atas pertimbangan lain
2. Pegawai diekspektasi patuh sepenuhnya
pada kode etik dan standard profesi
IKLIM ETIS 3. Pegawai berpersepsi patuh kepada aturan
Penerapan kebijakan antikorupsi, & SOP itu sangat penting
termasuk program PAK akan dilihat
efektivitasnya a.l. dari seberapa jauh
4. Dalam membuat keputusan,
kebijakan terinternalisasi ke dalam
pertimbangan paling utama adalah
sikap dan perilaku pegawai. apakah keputusan tersebut tidak
Diharapkan terbentuk persepsi bertentangan dengan hukum dan
bersama bahwa yang dijadikan acuan peraturan
utama perilaku etis adalah peraturan,
SOP, hukum, atau standar profesional
(etika prinsip).
1.Indikasi korupsi yg terdeteksi
ATRIBUT KUALITAS INDIKATOR

direspons segera
2.Penunjukan orang/tim yang
bertugas melakukan
INVESTIGASI investigasi telah
mengukur bekerjanya prinsip respon.
Indikaitor ini mencakup semua memperhatikan kompetensi.
langkah tindak lanjut atas indikasi
korupsi yang terdeteksi, mulai dari 3.Aspek independensi
sebatas klarifikasi hingga audit
investigatif. Ukuran efektivitas
diperhitungkan dalam
ditunjukkan oleh kualitas respon melakukan langkah
terhadap semua bentuk indikasi
korupsi yang terdeteksi.
investigasi (konflik
kepentingan tidak dibiarkan)
ATRIBUT KUALITAS INDIKATOR

TINDAKAN
1.Upaya pemulihan kerugian
akibat korupsi dijadikan
KOREKTIF prioritas untuk dilakukan
Mengukur bekerjanya prinsip respons
Indikaitor ini mencakup semua
2.Penegakan sanksi kepada
langkah tindak lanjut atas indikasi pelaku korupsi dilakukan
korupsi yang terdeteksi, mulai dari secara konsisten
sebatas klarifikasi hingga audit
investigatif. Ukuran efektivitas
ditunjukkan oleh kualitas respon
3.Hasil investigasi selalu
terhadap semua bentuk indikasi diikuti aksi perbaikan
korupsi yang terdeteksi. pengendalian
ATRIBUT KUALITAS INDIKATOR

Terdapat peristiwa yang


berindikasi korupsi yang
PERISTIWA melibatkan pejabat dalam satu
KORUPSI tahun terakhir berdasarkan
Semua peristiwa yang bermuatan analisis atas:
korupsi menjadi bagian indikator
inefektivitas pengelolaan risiko - Aktivitas APH
korupsi. Meski ketiadaan peristiwa
korupsi yang terungkap tidak serta - Temuan BPK
merta menjadi bukti pengelolaan
risiko korupsi efektif, tetapi - Temuan APIP
terungkapnya korupsi dari hasil
temuan auditor atau aktivitas APH
menjadi faktor koreksi EPK.
SASARAN PENGUKURAN (UNIT ANALISIS)

Tidak semua unit kerja dijadikan objek pengukuran,


melainkan ditentukan unit kerja strategis berdasarkan
tingkat faktor risiko yang akan menjadi prioritas
• Unit analisis dalam peningkatan efektivitas pengelolaan risiko korupsi.
pengukuran iEPK Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih unit
adalah organisasi organisasi sasaran:
- adanya komitmen pimpinan organisasi
- kondisi pengendalian intern terutama unsur lingkungan
pengendalian. Organisasi yang bereputasi baik dalam
penegakan integritas dalam pelayanan publik dan PBJ
lebih preferable.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai