Anda di halaman 1dari 15

iEPK

Pilar 1: Kapabilitas Pengelolaan Risiko Korupsi


Pilar 2: Penerapan Strategi Pencegahan
Pilar 3: Penanganan Kejadian Korupsi
Kapabilitas pengelolaan risiko korupsi
Kapasitas merujuk kemampuan organisasi untuk bekerja memenuhi fungsinya. Kemampuan ini
berarti segala sesuatu dari dalam organisasi (inside out) yang memungkinkan organisasi mampu
menuntaskan misinya mencapai tujuan (mengatasi kerentanan organisasi terhadap perilaku
korupsi yang merusak & merugikan)

Kompetensi merujuk gabungan pengetahuan, skill dan pengalaman yang memampukan


organisasi mengelola risiko korupsi. Selain pembelajaran (anti) korupsi, termasuk di dalamnya
adalah bagaimana power dipertontonkan pimpinan agar kompetensi diperoleh.

karakteristik organisasional yang


mengisyaratkan adanya kapasitas
dan kompetensi organisasi untuk
mengelola risiko korupsi.
PILAR KAPABILITAS
PENERAPAN STRATEGI PENCEGAHAN
EFEKTIVITAS PENCEGAHAN & DETEKSI
Dimensi yang menyoroti kualitas penerapan strategi
DINI
preventif & detektif perilaku korupsi. Kondisi berada
pada level terendah manakala penerapan sekadar
Satu-kesatuan proses yang
seremonial. Komponen indikator mencakup asesmen
menyeluruh pada semua dan mitigasi risiko, pengelolaan saluran pelaporan
elemen penerapan strategi internal yang kredibel, serta indikator kepedulian
pencegahan korupsi.
BUDAYA ORGANISASI
Berfokus pada aktualisasi ANTIKORUPSI
kapabilitas
Dimensi yang menyoroti seberapa efektif proses telah
- implementedness - berhasil membentuk keyakinan bersama (shared
belief) anggota organisasi mengenai
korupsi/antikorupsi dalam rangka mencapai tujuan
bersama. Kepemimpinan etis, integritas
organisasional, dan iklim etis prinsip menjadi
indikator B-O-A-K
Pilar Penanganan kejadian

DIMENSI RESPONS, yakni pendekatan


terkoordinasi untuk melakukan investigasi atas
indikasi perilaku koruptif yang terdeteksi dan Ukuran keefektifan
tindakan korektif yang dapat mencakup sanksi, pengelolaan risiko korupsi
pemulihan kerugian, dan perbaikan pengendalian. ditinjau dari konsistensi
DIMENSI KEJADIAN, yakni peristiwa negatif penggunaan kapabilitas
bermuatan korupsi yang diperhitungkan sebagai dalam penerapan strategi
indikator inefektivitas pengelolaan risiko korupsi. pencegahan.
Informasinya diperoleh dari penilaian atas
dokumentasi temuan audit internal/eksternal,
aktivitas APH, termasuk pemberitaan di media massa.
KEBIJAKAN
□ Terepresentasi pada tiga
komponen: kebijakan formal,
struktur, & standar perilaku. Atribut kualitas
indikator
□ Manifestasi pernyataan kebijakan
1. Ada kebijakan antikorupsi secara eksplisit
bisa beragam. Rumusan dalam
2. Ada struktur permanen yang bertanggung jawab
misi, deklarasi program
dalam pengelolaan risiko korupsi dengan
antikorupsi, mis SMAP, ZI, WBS,
kewenangan yang lengkap
kebijakan pengendalian benturan
3. Standar perilaku antikorupsi yang spesifik dan jelas
kepentingan, dll, serta
mengatur perilaku yang boleh dan tidak boleh
keberadaan penetapan struktur &
dilakukan oleh semua pegawai
standar perilaku yang
berorientasi atau berciri
antikorupsi
SEPERANGKAT
SISTEM
□ Cerminan faktual keberadaan
kebijakan antikorupsi.
□ Idealnya mencakup tiga
Atribut kualitas
prinsip proses: cegah-deteksi-
respon, melalui penetapan indikator
1. SOP asesmen risiko korupsi komprehensif
2. SOP pengendalian preventif & detektif a.l.
❑ sistem manajemen antisuap,
SOP FRA, SOP pengendalian
❑ sistem pengendalian gratifikasi,
preventif, WBS internal, serta
❑ sistem edukasi (anti) korupsi
SOP investigasi dan tindakan
3. SOP pelaporan internal, termasuk perlindungan
korektif. pelapor dari retaliasi
4. SOP investigasi & tindakan korektif
5. SOP monitoring & evaluasi kegiatan antikorupsi
DUKUNGAN SUMBER
DAYA
Dukungan eksplisit alokasi SDM,
keuangan, dan sarana prasarana
menjadi cerminan konkret kapasitas Atribut kualitas indikator
MR korupsi. yang ketiadaan
dukungan terindikasi dari kondisi 1. Anggaran untuk pengelolaan risiko korupsi
manakala kegiatan-kegiatan dialokasikan secara eksplisit dalam dokumen
pengelolaan risiko korupsi terhambat anggaran
signifikan (=macet) lantaran 2. Personil/petugas untuk pengelolaan risiko korupsi
ketidakcukupan personil, anggaran, ditetapkan
dan/atau ketiadaan sarana- 3. Sarana dan prasarana penunjang kegiatan
prasarana. pengelolaan risiko korupsi disediakan.
4. Kegiatan pengelolaan risiko korupsi tidak terhambat
karena masalah kekurangan sumber daya manusia,
keuangan, atau sarana-prasarana
POWER
Indikator ini adalah tentang
bagaimana kuasa dan wewenang
didemonstrasikan pimpinan untuk Atribut kualitas indikator
mengelola risiko korupsi: tidak
abai, bersikap terbuka, niatan 1. Pimpinan mempertontonkan sikap anti korupsi dalam
menggalang kerja sama. proses pembuatan keputusan sehari-hari
2. Pimpinan tidak ragu untuk mengakui kelemahan dan
terbuka untuk menerima masukan demi risiko korupsi
terkelola efektif (tidak melakukan pembiaran)
3. Pemimpin menampakkan usaha membangun
kerjasama dengan berbagai pihak, internal dan
eksternal, dari keyakinan bahwa upaya menanggulangi
korupsi adalah aksi kolektif
PEMBELAJARAN
(ANTI)KORUPSI
Atribut kualitas
indikator
1. Program pembelajaran antikorupsi
EKSTERNAL kepada pejabat dan staf
INTERNAL Pembelajaran yang ditujukan diselenggarakan secara terstruktur
Pembelajaran antikorupsi internal kepada stakeholder, yakni masy dan terjadwal.
merupakan proses unit kerja pengguna layanan dan penyedia 2. Program pembelajaran antikorupsi
sebagai lingkungan belajar barang/jasa. kepada petugas khusus
dikelola untuk memungkinkan diselenggarakan secara terstruktur
Kapabilitas ditunjukkan manakala dan terjadwal
pegawai di semua level organisasi secara sadar
berpartisipasi dalam program 3. Program pembelajaran antikorupsi
melibatkan stakeholder untuk kepada pengguna layanan dan
antikorupsi dengan menghindari membantu memastikan program
perilaku koruptif dan menunjukkan penyedia barang diselenggarakan
antikorupsi berjalan. secara terstruktur dan terjadwal
sikap lugas dan tegas ketika
berhadapan dengan situasi yang
memicu perilaku korupsi.

Anda mungkin juga menyukai