Anda di halaman 1dari 16

TRANSFORMASI TEKS TUTUR TINULAR DARI

SANDIWARA RADIO KE SINETRON

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir pada Mata Kuliah Kritik Teks Semester Lima
yang Diampu Oleh Nur Fauzan Ahmad, S.S, M. A

DISUSUN OLEH:
Ananda Clarenita
(13010119120019)

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA


DEPARTEMEN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS DIPOEGORO
SEMARANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya
maka penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Transformasi Teks
Tutur Tinular dari Sandiwara Radio ke Sinetron”.
Penyusunan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Kritik Teks di Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu
Budaya, Universitas Diponegoro.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada:
1. Bapak Nur Fauzan Ahmad, S.S, M. A., selaku dosen pengampu pada mata kuliah
Kritik Teks.
2. Rekan-rekan semua yang mengikuti perkuliahan Kritik Teks.
3. Keluarga yang selalu mendukung penyusun.
4. Semua pihak yang ikut membantu penyusunan Makalah “Transformasi Teks Tutur
Tinular dari Sandiwara Radio ke Sinetron”, yang tidak dapat penyusun sebutkan satu
persatu.
Dalam penyusunan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penyusun. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penyusun harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Bandungan, 08 Desember 2021

Penyusun

ii
INTISARI

Sandiwara radio dan sinetron merupakan hiburan masyarakat yang berbentuk audio
(sandiwara radio) dan audio-visual (sinetron). Makalah ini mengkaji transformasi sandiwara
radio ke sinetron. Adapun sandiwara radio yang menjadi objek penelitian ini, yaitu sandiwara
radio Tutur Tinular: Pelangi di Atas Kurawan seri 1-12 dan sinetron Tutur Tinular: Kidung
Cinta Arya Kamandhanu episode pertama tahun 1997. Bahan data diperoleh dari kanal
Youtube Harley Radio Show (sandiwara radio) dan Aksara Hati (sinetron). Tutur Tinular
mengisahkan tentang perjalanan hidup seorang pendekar yang bernama Arya Kamandhanu
dengan latar belakang kerajaan Singasari.
Penelitian ini memaparkan susunan sandiwara radio dan sinetron Tutur Tinular serta
memaparkan analisis dampak yang muncul akibat transformasi teks tersebut. Metode yang
digunakan pada penelitian ini, yaitu metode kritik teks dengan melakukan pembandingan
terhadap teks sehingga dapat diketahui dampak dari transformasi teks Tutur Tinular. Analisis
data dilakukan dengan langkah kerja: (1) menganalisis susunan teks sandiwara radio
dilanjutkan dengan analisis susunan teks sinetron Tutur Tinular; (2) menganalisis isi cerita
kedua teks secara ringkas; (3) menganalisis dampak yang muncul dari transformasi teks
tersebut. Hasil analisis dari susunan teks menunjukkan adanya perbedaan, yaitu pada sub
judul dan jumlah episode. Kemudian pada analisis dampak transformasi diketahui bahwa
muncul perubahan watak tokoh dalam cerita, latar cerita yang berbeda, dan adanya plot hole.
Hasil dari analisis tersebut kemudian disatukan menjadi makalah.

Kata kunci: Tutur Tinular, sandiwara radio, sinetron, transformasi

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Transformasi merupakan salah satu upaya manusia untuk mengatasi
ketidakpuasannya terhadap suatu karya. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan
dukungan perkembangan teknologi atau dapat dikatakan bahwa media teknologi
adalah salah satu alasan yang mendukung adanya transformasi. Transformasi
menurut Bandem memiliki definisi, yaitu perubahan dalam bentuk, penampilan,
keadaan, atau tokoh (Sudewa, 2014: 69). Istanti juga menyatakan bahwa transformasi
ialah pergeseran nuansa atau budaya yang pada hakikatnya merupakan bentuk
transformasi yang mengikuti zaman atau pemikiran penyalinnya (Syahfitri dkk., 2007:
12).
Sandiwara radio merupakan sebuah program yang menyajikan cerita dengan
tema tertentu menggunakan teknik monolog, dialog, narasi, dan didukung oleh latar
efek musik atau suara yang sesuai dengan kondisi cerita ketika dituturkan atau
digambarkan. Tutur Tinular merupakan salah satu sandiwara radio yang cukup
terkenal, hal tersebut dibuktikan dengan munculnya beberapa novel dan film yang
mengangkat cerita karangan S. Tidjab tersebut. Adanya banyak variasi transformasi
memunculkan suatu permasalahan, salah satunya yaitu mengenai dampak
transformasi terhadap karya asli.
Makalah ini berjudul “Transformasi Teks Tutur Tinular dari Sandiwara Radio
ke Sinetron” yang sesuai dengan bahasan makalah, yaitu mengenai teks Tutur Tinular
yang mengalami transformasi dari sandiwara radio ke sinetron. Penulis tertarik untuk
mengkaji sandiwara radio Tutur Tinular karena cukup populer dan banyak diangkat
ulang menjadi film, misalnya Tutur Tinular I (Pedang Nagapuspa), Tutur Tinular II
(Naga Puspa Kresna), Tutur Tinular III (Pendekar Syair Berdarah), dan seterusnya.
Kemudian, sinetron Tutur Tinular yang dikaji penulis merupakan sinetron tahun
1997. Sinetron tersebut penulis pilih karena penulis melihat, sinetron ini memiliki
unsur yang dapat dibandingkan dengan sandiwara radio Tutur Tinular sehingga dapat
memunculkan gambaran jelas mengenai salah satu bahasan dalam makalah ini, yaitu
dampak transformasi antarkeduanya. Tema mengenai transformasi menurut penulis
sangat penting untuk dibahas karena berkaitan dengan selera manusia sepanjang hidup
yang menuntut adanya perubahan dan perkembangan. Oleh karena itu, penulis

1
menyusun makalah ini dengan harapan dapat memberikan gambaran tentang
transformasi teks, khususnya dari media audio ke audio-visual dan dapat dijadikan
rujukan pemahaman atau pertimbangan ketika akan melakukan transformasi suatu
karya. Kemudian, objek dalam makalah ini dibatasi pada sandiwara radioTutur
Tinular: Pelangi di Atas Kurawan seri 1-12 dan episode pertama sinetron Tutur
Tinular: Kidung Cinta Arya Kamandhanu karena keterbatasan penulis sehingga bisa
dijadikan peluang untuk peneltian baru dengan topik yang sama pada episode lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah susunan teks sandiwara radio Tutur Tinular?
2. Bagaimanakah susunan teks sinetron Tutur Tinular?
3. Bagimanakah dampak adanya transformasi dari audio ke audio-visual tersebut?
C. Tujuan
1. Memaparkan susunan teks sandiwara radio Tutur Tinular.
2. Memberikan pemaparan mengenai susunan teks Tutur Tinular yang telah
ditransformasi menjadi sinetron.
3. Menjelaskan mengenai dampak yang timbul dari transformasi teks sandiwara
radio ke sinetron.
D. Manfaat
Penelitian tentunya diharapkan memiliki manfaat, baik secara teoritis maupun secara
praktis. Hasil penelitian pada makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat,
umumnya bagi para pembaca dan khususnya bagi peneliti. Adapun manfaat yang
diharapkan pada penelitian dalam makalah ini, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan,
khususnya dalam bidang kritik teks. Penelitian ini bermanfaat untuk
menggambarkan dampak sebuah transformasi dari media audio ke audio-visual.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat dalam memahami
mengenai dampak transformasi dari audio ke audio-visual sehingga dalam
praktiknya dapat digunakan sebagai pertimbangan ketika akan melakukan suatu
transformasi teks. Makalah ini juga diharapkan dapat mendorong peneliti lain dan
masyarakat untuk senantiasa mencintai dan mengapresiasi suatu karya yang
berkaitan dengan sejarah kerajaan-kerajaan di Indonesia. Hasil penelitian dalam

2
makalah ini juga diharapkan dapat dijadikan rujukan bagi penelitian-penelitian
yang akan datang dan dapat dijadikan motivasi untuk peneliti-peneliti baru.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Pencarian data dalam penelitian ini dilakukan dengan menentukan objek penelitian
terlebih dahulu. Objek dalam penelitian ini dibatasi hanya pada sandiwara radio Tutur
Tinular seri 1-12 dengan judul Pelangi di Atas Kurawan. Kemudian, sinetron Tutur
Tinular episode 1 dengan judul Kidung Cinta Arya Kamandhanu sebagai data
perbandingan. Data tersebut diperoleh melalui sumber Youtube.
Adapun aspek yang diteliti, yaitu mendeskripsikan seri 1-12 sandiwara radio
yang berjudul Tutur Tinular: Pelangi di Atas Kurawan serta susunan sandiwara radio
tersebut. Setelah itu penulis memaparkan mengenai episode 1 sinetron Tutur Tinular:
Kidung Cinta Arya Kamandhanu dan susunan sinetron tersebut secara keseluruhan
kemudian mengidentifikasi dampak adanya trasformasi dari audio ke audio-visual
tersebut. Penelitian ini berfokus pada dampak adanya transformasi teks sehingga akan
mengungkap dampak yang timbul pada transformasi sandiwara radio ke dalam bentuk
sinetron.
F. Metode Penelitian
Penelitian dalam makalah ini menggunakan metode kritik teks, yaitu dengan
melakukan pembandingan terhadap teks sehingga dapat diketahui dampak dari
transformasi teks Tutur Tinular. Analisis data dilakukan dengan langkah kerja: (1)
menganalisis susunan teks sandiwara radio dilanjutkan dengan analisis susunan teks
sinetron Tutur Tinular; (2) menganalisis isi cerita kedua teks secara ringkas; (3)
menganalisis dampak yang muncul dari transformasi teks tersebut. Hasil analisis
kemudian disajikan dalam bentuk makalah.
G. Sistematika Penulisan
Tahap akhir penelitian adalah penyajian laporan hasil penelitian. Laporan penelitian
disajikan dengan urutan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan. Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan
masalah, metode penelitian, serta sistematika penulisan.
Bab II Identifikasi teks Tutur Tinular.
Bab III Pembahasan. Bab ini berisi analisis teks Tutur Tinular dan dampak
dari transformasi teks tersebut.
Bab IV Simpulan

3
BAB II
IDENTIFIKASI TEKS

A. Deskripsi Teks Sandiwara Radio dan Sinetron Tutur Tinular


Teks Audio
1. Judul : Tutur Tinular: Pelangi di Atas Kurawan
2. Tahun : 1989-1990 (publikasi Youtube tahun 2020)
3. Jenis Teks : Audio (Sandiwara Radio)
4. Jumlah Episode : 24 episode
5. Jumlah Seri : 720 seri
6. Durasi : +- 30 menit (satu seri)
7. Youtube : Harley Radio Show
Seri 1-6 (https://youtu.be/iCvdZA3OzAY)
Seri 7-12 (https://youtu.be/Pnfl2fbO-GI)
Teks Audio-Visual
1. Judul : Tutur Tinular: Kidung Cinta Arya Kamandhanu
2. Tahun : 1997 (publikasi Youtube tahun 2018)
3. Jenis Teks : Audio-Visual (Sinetron)
4. Jumlah Episode : 50 episode (versi RTV)
31 episode (unggahan di kanal Aksara Hati)
5. Jumlah Musim : 2 musim
6. Durasi : +- 1 jam (satu episode)
7. Youtube : Aksara Hati
Episode 1 (https://youtu.be/ABip6y_-9l)
B. Garis Besar Isi Teks
Tutur Tinular mengisahkan tentang perjalanan hidup dan pencarian jati diri seorang
pendekar bernama Arya Kamandhanu yang berjiwa ksatria. Sandiwara radio dan
sinetron Tutur Tinular ini berlatar kerajaan Singasari. Tidak hanya mengisahkan
tentang kisah cinta, Tutur Tinular juga memperlihatkan mengenai pemerintahan
Kertanegara, raja Singasari. Pada masing-masing episodenya mengisahkan tentang hal
yang berbeda, misalnya pada episode pertama mengisakan tentang kisah cinta Arya
Kamandhanu dengan Nari Ratih.
Sandiwara radio Tutur Tinular memiliki 24 episode. Episode-episode tersebut
terbagi menjadi 720 seri dengan durasi kurang lebih 30 menit. Setiap episode

4
memiliki sub judul yang berbeda. Kemudian, pada sinetron Tutur Tinular yang
diunggah di kanal Aksara Hati terdapat 31 episode dengan sub judul yang berbeda
pada tiap episodenya.

5
BAB III
PEMBAHASAN

A. Susunan Teks Sandiwara Radio Tutur Tinular


Sandiwara radio merupakan sebuah program yang menyuguhkan pola pelakonan atau
sebuah dramatisasi suatu tokoh atau karakter dalam suatu tema tertentu yang
dibawakan dengan gaya naratif, monolog, dialog, dan diselingi dengan musik serta
efek suara (Sofiyah, 2016). Tutur Tinular merupakan salah satu judul sandiwara
radio yang ditulis oleh S. Tidjab yang mengudara di beberapa radio Indonesia.
Sandiwara radio ini terdiri atas 720 seri dan terbagi menjadi 24 episode (Wikipedia,
2021). Masing-masing episode terdiri atas 30 seri dengan durasi kurang lebih 30
menit.
Harley Radio Show memperlihatkan susunan sandiwara radio Tutur Tinular
dalam akun Youtube mereka, meliputi:
(1) Pelangi di Atas Kurawan;
(2) Kisah dari Sebrang Lautan;
(3) Daun-Daun Bersemi Lagi;
(4) Kemelut Cinta di Atas Noda;
(5) Pengaruh Lopandak;
(6) Cahaya Fajar Menembus Hutan Tarik;
(7) Mata Air di Tanah Gersang;
(8) Angkara Murka Merajalela;
(9) Badai Mengamuk di Atas Kediri;
(10) Pemberontakan Ranggalawe;
(11)Mutiara Ilmu di Atas Batu;
(12)Nagapuspa Kresna;
(13)Geger Pedang Nagapuspa;
(14)Keris Mpu Gandring;
(15)Kisah Seorang Prajurit;
(16)Pemberontakan Gajah Biru;
(17)Pendekar Syair Berdarah;
(18)Dendam Lama dari Kurawan;
(19)Keluarga Prabu Kertarajasa Jayawardhana;

6
(20)Golek Kayu Mandana;
(21)Pemberontakan Lembu Sora;
(22)Gelapnya Malam Tanpa Bintang;
(23)Wong Agung Turun Gunung;
(24)Mendung Bergulung di Atas Majapahit.
Tutur Tinular: Pelangi di Atas Kurawan menceritakan tentang kisah cinta
Arya Kamandhanu berasama Nari Ratih. Seri 1-6 diawali dengan kisah perjalalanan
tiga prajurit Singasari membawa titah raja Kertanegara. Raja mengundang Mpu
Hanggareksa yang tak lain adalah ayah Arya Kamandhanu untuk datang ke
kerajaaan. Setelah cerita mengenai perjalanan prajurit Singasari dimulailah cerita
mengenai asmara Arya Khamandhanu. Pada seri 1-6, kisah asmara diakhiri dengan
pertarungan Arya Kamandhanu melawan Dangdi yang menantang bertarung untuk
memperebutkan Nari Ratih. Seri 7-12 menceritakan tentang Nari Ratih yang berpaling
ke kakak Arya Kamandhanu, yaitu Arya Dwipangga melalui syair-syair yang
ditulisnya kepada Nari Ratih. Seri ini juga menceritakan tentang Arya Dwipangga
yang senang menggoda perempuan dan mengobral janji manis. Selain itu, ditunjukkan
juga tentang Mpu Hanggareksa yang gembira dengan hasil kerja kerasnya dan
menasehati anak-anaknya yang dianggap mencoreng nama baik Mpu Hanggareksa.
Seri ini diakhiri dengan pertemuan Nari Ratih dengan Arya Kamandhanu. Nari Ratih
yang putus asa karena merasa berdosa kepada Arya Kamandhanu akhirnya mencoba
untuk bunuh diri.
Episode ini banyak memperlihatkan tentang pemerintahan Singasari
disamping cerita mengenai asmara Arya Kamandhanu. Tokoh yang sering muncul
dalam episode Pelangi di Atas Kurawan, yaitu Arya Kamandhanu, Arya Dwipangga,
Mpu Hanggareksa, Mpu Ranubhaya, Dangdi, Nyi Rongkot, dan Palastri. Konflik
dalam episode ini lebih mengarah kepada hal kekuasaan dan tentang rasa egois.
Watak egois ditunjukkan oleh tokoh Arya Kamandhanu dan Nari Ratih yang sama-
sama mementingkan diri mereka sendiri serta berpikir bahwa orang lain akan
memahami mereka. Watak tokoh Arya Dwipangga, yaitu pandai merangkai kata,
mengayomi hati wanita, dan mampu menarik hati banyak gadis melalui syair-
syairnya. Mpu Hanggareksa memiliki watak yang cinta dengan ketenaran dan cinta
kepada harta yang ditunjukkan ketika mengajak Mpu Ranubhaya untuk menghadiri
acara penghargaan atas jasanya dan kemudian membawa pulang banyak uang. Nyi
Rongkot memiliki watak keibuan, hal itu disebabkan karena Nyi Rongkot sudah

7
mengasuh Arya Dwipangga dan Arya Kamandhanu sejak masih kecil. Lalu Palastri
yang merupakan sahabat Nari Ratih memiliki watak yang setia kawan, hal itu
ditunjukkan pada aksinya menemui Arya Kamandhanu dan meminta agar Arya
Kamandhanu mau menemui Nari Ratih.
B. Susunan Teks Sinetron Tutur Tinular
Sinetron merupakan sebuah drama yang menyajikan cerita dari berbagai tokoh
secara bersamaan dengan menyajikan cerita sesuai dengan realitas kehidupan
masyarakat (Firmanto, 2021). Serial sinetron Tutur Tinular diproduksi oleh PT.
Gentra Buana Pitaloka/Genta Buana Paramita pada tahun 1996 dengan jumlah
episode 50 (versi RTV) yang dibagi menjadi 2 musim dengan 25 episode pada setiap
musimnya. Sinetron ini disutradarai oleh Muchlis Raya dan skenarionya ditulis oleh
Imam Tantowi (Wikipedia, 2021).
Adapun susunan sinetron Tutur Tinular dari kanal Aksara Hati meliputi:
(1) Kidung Cinta Arya Kamandhanu;
(2) Wasiat Empu Gandring;
(3) Pelangi di Atas Singasari;
(4) Pedang Nagapuspa
(5) Pertarungan di Candi Sorbhana;
(6) Kembang Gunung Bromo;
(7) Baladda Cinta Mei Shin;
(8) Satria Majapahit;
(9) Kembang Tanjung Biru;
(10) Ayu Wandira;
(11) Prahara di Gunung Arjuna;
(12) Senjakala di Kediri;
(13) Jurus Naga Puspa;
(14) Tragedi Majapahit;
(15) Pengorbanan Mei Shin;
(16) Pendekar Syair Berdarah;
(17) Dendam Arya Dwipangga;
(18) Penyamaran Mei Shin;
(19) Golek Kayu Mandana;
(20) Arti Mimpi Sakawuni;
(21) Karma Phala Arya Dwipangga;

8
(22) Wanita Persembahan;
(23) Kidung Cinta Ratanca;
(24) Pangeran Buron;
(25) Siasat Halayudha;
(26) Gejolak di Bumi Majapahit;
(27) Pemberontakan Patih Nambi;
(28) Ra Semi Mbalelo;
(29) Tewasnya Ra Semi;
(30) Pemberontak Ra Kuti;
(31) Gajah Mada.
Tutur Tinular: Kidung Cinta Arya Kamandhanu menceritakan tentang kisah
cinta Arya Kamandhanu dengan Nari Ratih. Diawali dengan peresmian prasasti
Camunda dilanjutkan dengan perjalanan tiga prajurit Singasari yang mengemban
tugas untuk menjemput Mpu Hanggareksa. Ditengah jalan, prajurit Singasari
dirampok oleh dua orang perampok. Kedua perampok itu gagal dan ditolong oleh
dua orang pendekar ketika prajurit Singasari hendak memotong tangan mereka.
Prajurit Singasari akhirnya sampai di rumah Mpu Hanggareksa dan membawanya
pergi ke kerajaan. Di tempat lain, Arya Kamandhanu tengah menikmati
pemandangan pelangi di atas laut dan Nari Ratih kemudian menghampiri dan
menemani Arya Kamandhanu di depan Candi Walandit. Tak lama kemudian
datanglah Dangdi yang tidak suka melihat Nari Ratih bersama Arya Kamandhanu.
Dangdi kemudian berkelahi dengan Arya Kamandhanu dan berakhir dengan
pelipisnya yang terluka. Jika menyesuaikan dengan sandiwara radio seri 1-12, cerita
pada episode pertama ini berakhir di menit 41:53 ketika Mpu Hanggareksa kembali
dari istana kerajaan Singasari.
Tokoh yang sering muncul dalam episode pertama ini, yaitu Arya
Kamandhanu, Arya Dwipangga, Nari Ratih, Palastri, Dangdi, Mpu Hanggareksa, dan
Raja Kertanegara. Watak tokoh tersebut tidak jauh berbeda dengan watak tokoh di
sandiwara radio, hanya saja dipaparkan dengan cara yang berbeda. Pada tokoh Arya
Kamandhanu sedikit ada pengubahan watak, dimana pada sandiwara radio, tokoh ini
adalah tokoh yang egois, tetapi dalam sinetron lebih menunjukkan watak yang
pengecut, selain watak Arya Kamandhanu, watak yang ada dalam tokoh lain dalam
sinetron ini hampir mirip dengan watak tokoh di sandiwara radio. Alur cerita sinetron

9
ini lebih memperlihatkan tentang kisah cinta antara Nari Ratih dengan Arya
bersaudara. Pemerintahan kerajaan Singasari tidak banyak disinggung.
C. Dampak Transformasi Teks Tutur Tinular
Transformasi menurut Bandem merupakan perubahan dalam bentuk, penampilan,
keadaan, atau tokoh (Sudewa, 2014: 69). Transformasi sendiri memiliki beberapa
faktor yang memengaruhi, diantaranya: (1) ketidakpuasan manusia terhadap suatu
karya; (2) berkembangnya media penyampaian cerita (Clarenita dkk, 2021: 1).
Sandiwara radio Tutur Tinular yang sangat eksis pada masanya mengalami banyak
bentuk transformasi, misalnya menjadi novel, film, sinetron, dan sebagainya.
Perubahan atau transformasi tentu memiliki dampak terhadap karya aslinya. Dalam
transformasi sandiwara radio Tutur Tinular menjadi sinetron Tutur Tinular, melalui
episode pertama terdapat beberapa perubahan yang terjadi, yaitu perubahan beberapa
watak tokoh, latar tempat, dan munculnya plot hole.
Perubahan watak terjadi pada beberapa tokoh yang muncul, misalnya watak
pendekar yang menolong perampok prajurit Singasari. Dalam sandiwara radio,
gambaran tokoh tersebut lebih berwibawa dengan penturannya yang tenang dan bijak,
sedangkan dalam sinetron, watak keduanya lebih urakan. Tokoh Arya Dwipangga
yang pandai menaklukan hati banyak wanita juga tidak terlihat dalam sinetron.
Selain itu, alur cerita yang dibawakan sedikit mengalami variasi dan beberapa bagian
tidak diceritakan secara detail dalam sinetron Tutur Tinular ini. Hal tersebut
berkaiatan dengan durasi sinetron dimana episode pertama sinetron Tutur Tinular:
Kidung Cinta Arya Kamandhanu merangkum kisah Tutur Tinular: Pelangi di Atas
Kurawan yang memilliki 30 seri untuk episode pertamanya. Durasi tersebut
kemudian mengurangi pendetailan cerita sehingga banyak ditemui plot hole dalam
sinetronnya. Latar tempat antara sandiwara radio dengan sinetron Tutur Tinular juga
berbeda, contohnya pada tempat pertemuan antara Nari Ratih dan Arya bersaudara.
Pada sandiwara radio, diceritakan bahwa mereka bertemu di padang ilalang,
sedangkan pada sinetron tempat pertemuan mereka berada di sekitar lautan. Selain hal
yang telah dipaparkan, secara garis besar sinetron Tutur Tinular: Kidung Cinta Arya
Kamandhanu cukup mencakup teks aslinya yang berupa audio.

10
BAB IV
PENUTUP

Simpulan
Susunan yang ada dalam sandiwara radio berisi 24 episode dengan 720 seri cerita Tutur
Tinular dalam kanal Harley Radio Show. Susunan sandiwara radio tersebut mengalami
perubahan, yaitu pada subjudul cerita dan mengalami penambahan jumlah episode ketika
bertransformasi ke bentuk sinetron. Kanal Aksara Hati menyajikan 31 episode sinetron Tutur
Tinular, sedangkan dalam versi RTV berjumlah 50 episode. Pada episode pertama sinetron
Tutur Tinular, cerita yang disuguhkan merupakan rangkuman dari 30 seri Tutur Tinular:
Pelangi di Atas Kurawan sehingga muncul beberapa perbedaan, yaitu berupa perubahan
watak, latar tempat, dan munculnya plot hole. Hal tersebut merupakan dampak transformasi
teks Tutur Tinular yang dapat penulis temukan pada episode pertama sinetron Tutur
Tinulalar: Kidung Cinta Arya Kamandhanu terhadap teks aslinya yang berupa teks audio.
Secara garis besar, alur cerita dalam sinetron tidak banyak berubah.

11
DAFTAR PUSTAKA

Clarenita, Ananda, dkk. 2021. “Transformasi Teks”. Makalah. Semarang: Fakultas Ilmu
Budaya, Universitas Diponegoro.
Firmanto, Riski. 13 Agustus 2021. “Televisi: Pengertian Sinetron sebagai Program Acara
Unggulan TV”, Jurnal Sosial, (Online), (https://jurnal.diary.co.id/pengertian-
sinetron/, diakses 7 Desember 2021).
Sofiyah, Era. 2016. “Sandiwara Radio, Saatnya Menyasar Generasi Muda”, (Online),
(https://www.kompasiana.com/amp/yasmin_friendship/sandiwara-radio-saatnya-
menyasar-generasi-muda_57dcdb435c7b61163d831a06, diakses 7 Desember 2021).
Sudewa, I Ketut. 2014. “Transformasi Sastra Lisan ke dalam Seni Pertunjukan di Bali:
Prespektif Pendidikan”. Humaniora, 26(1): 65-73.
Syahfitri, Dian, dkk. 2007. “Transformasi dan Nilai Budaya Dalam Asal-Usul Kecamatan
Selesai Kabupaten Langkat”. Medan: Universitas Prima Indonesia.
Wikipedia. 24 Oktober 2021. “Tutur Tinular”, (Online),
(https://id.wikipedia.org/wiki/Tutur_Tinular, diakses 6 Desember 2021).
Wikipedia. 1 Desember 2021. “Tutur Tinular: Sinetron 1997”, (Online),
(https://id.wikipedia.org/wiki/Tutur_Tinular_(sinetron_1997), diakses 6 Desember
2021).
Lampiran

Pranala Youtube Sandiwara Radio dan Sinetron Tutur Tinular


1. Sandiwara Radio
Harley Radio Show
Seri 1-6 (https://youtu.be/iCvdZA3OzAY)
Seri 7-12 (https://youtu.be/Pnfl2fbO-GI)
2. Sinetron
Aksara Hati
Episode 1 (https://youtu.be/ABip6y_-9l)

Anda mungkin juga menyukai