Anda di halaman 1dari 11

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Marlin Dwi Putranti, S.Pd

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Telah membuat dan akan menggunakan modul ini untuk kegiatan


pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas 10 Semester 1 pada tahun pembelajaran
2021-2022

Tangerang, Februari 2021

Kepala SMAN 11 Kab. Tangerang

SUBAGIO, M.Pd
NIP. 197204012003121010
Laporan Hasil Observasi

1. Pengertian
Teks laporan merupakan teks yang berisi suatu informasi secara menyeluruh; didalamnya
dijumpai paparan yang bersifat mengklasifikasikan tentang fenomena secara umum. Teks
laporan tergolong ke dalam jenis karangan faktual (nonfiksional); karangan yang berisikan fakta-
fakta. Berdasarkan objek yang dipaparkannya, laporan terbagi ke dalam beberapa macam, yaitu
laporan penelitian, laporan peristiwa, laporan diskusi, dan laporan kegiatan. Laporan-laporan
tersebut secara umum memiliki tiga bagian berikut.
a) Pendahuluan
Bagian ini menguraikan topik atau masalah yang akan dibahas, yaitu meliputi latar belakang
masalah, perumusan masalah, prosedur penyelesaian masalah, dan sistematika pembahasan.
b) Pembahasan
Bagian ini memuat uraian tentang hasil kajian penulis dalam mengembangkan jawaban
terhadap masalah yang diajukan. Bagian ini juga dilengkapi dengan data lapangan (hasil
observasi) serta pendapat-pendapat penulis itu sendiri. Bagian ini dapat terdiri atas lebih dari
satu bagian.
c) Simpulan
Bagian ini merupakan hasil pemaknaan kembali dan bukan ringkasan isi. Kesimpulan adalah
pemaknaan kembali terhadap uraian yang telah dibuat pada bagian pembahasan. Dalam
mengambil simpulan tersebut, penulis harus mengacu pada permasalahan yang diajukan dalam
bagian pendahuluan.
2. Struktur Teks Laporan Hasil Observasi
Cermati kembali informasi-informasi yang menempati setiap bagian teks berjudul "Intrumen
Musik Tradisonal" pada subbab sebelumnya. Tampak bahwa teks tersebut secara garis besar
mengemukakan tiga hal utama, yakni pernyataan umum, deskripsi bagian, dan deskripsi
manfaat. Dalam struktur laporan secara umum, bagian-bagian tersebut lazim disebut dengan
pendahuluan, pembahasan, dan penutup.
a. Pernyataan umum berisi kalimat-kalimat yang menggambarkan fenomena yang akan
dipaparkan secara umum. Isi keseluruhan teks itu terwakili di dalam bagian tersebut.
Contoh:
Instrumen musik tradisional sangat banyak macamnya. Selain dibagi menurut sumber
bunyinya,instrumen musik tradisional dapat dibedakan berdasarkan bentuknya, yakni
sebagai berikut.
b. Deskripsi bagian berisi perincian ataupun pembagian dari objek yang digambarkan. Dalam
teks berjudul "Instrumen Musik Tradisional", yang dipaparkan adalah macam- macam alat
musik berdasarkan bentuk dan fungsinya. Dalam contoh teks lainnya, misalnya tentang
hewan, paparannya itu mungkin berdasarkan ciri-ciri fisik, cara makan, cara
perkembangbiakan, tempat hidup, dan sebagainya.
c. Deskripsi manfaat berisi penjelasan tentang faedah, kegunaan, ataupun dampak dari suatu
fenomena. Sebagai contoh, dalam teks berjudul "Instrumen Musik Tradisional", dipaparkan
manfaat dari penggunaan alat-alat musik tradisional, antara lain sebagai media hiburan dan
media berekspresi. Dalam teks, bagian ini terkadang tidak disertakan (bersifat opsional).
3. Kaidah Teks Laporan Hasil Observasi
Setiap teks memiliki karakteristik tersendiri, baik dalam hal struktur maupun kaidah
kebahasaannya. Berdasarkan strukturnya, teks laporan hasil observasi dibentuk oleh pernyataan
umum, deskripsi bagian, dan deskripsi manfaat. Adapun secara kebahasaan, teks tersebut
memiliki karakteristik berikut.
a. Banyak menggunakan kata benda atau peristiwa umum sebagai objek utama
pemaparannya. Contohnya music tradisional, tarian, budaya modern, gempa bumi, gunung,
sungai, penduduk, peristiwa banjir, dan bencana alam.
b. Banyak menggunakan kata kerja material atau kata kerja yang menunjukkan tindakan suatu
benda, binatang, manusia, atau peristiwa dan dapat nyata terlihat.
Contoh:
Menurut ilmu bumi (geologi), bumi kita ini terdiri atas lempengan-lempengan raksasa.
Lempengan-lempengan itu terus bergerak secara perlahan-lahan. Dari pergerakannya itu,
sering terjadi tubrukan satu sama lain; ataupun terjadi lipatan-lipatan ataupun patahan-
patahan. Dapat kita bayangkan apabila lempengan-lempengan itu patah atau bertubrukan.
c. Banyak menggunakan kopula, yakni kata seperti adalah,merupakan, dan yaitu. Kata-kata ini
digunakan untuk menjelaskan pengertian atau konsep.
Contoh:
1) Hal yang menarik adalah alat sejenis ditata dengan sistem nada dan penyusunan yang
berbeda-beda pada tiap daerah.
2) Instrumen melodis merupakan alat musik yang digunakan untuk memainkan rangkaian
nada-nada atau melodi sebuah lagu.
d. Banyak menggunakan kata yang menyatakan pengelompokan, misalnya dipilah,
dikelompokkan, terbagi, terdiri atas.
Contoh:
1) Selain dibagi menurut sumber bunyinya, alat music daerah bisa dipilah-pilah berdasarkan
bentuknya, yakni sebagai berikut
2) Jenis instrumen musik daerah, dapat pula kita kelompokkan berdasarkan fungsinya.
3) Berdasarkan hal itu, hubungan antarmakhluk hidup terbagi ke dalam beberapa bentuk.
4) Menurut ilmu bumi (geologi), bumi kita ini terdiri atas lempengan-lempengan raksasa.
e. Banyak menggunakan kata yang menggambarkan atau bermakna suatu keadaan.
Contoh:
Makhluk hidup tidak hanya memiliki ketergantungan terhadap sesamanya. Makhluk-
makhluk hidup itu bergantung kepada lingkungannya. Hal itu tampak pada ketika
lingkungan itu berubah. Misalnya, sungai tercemar. Ikan-ikan di dalam sungai itu akan
menjadi terganggu bahkan bisa menjadi ancaman kematian.
f. Banyak menggunakan kata atau istilah teknis yang berkaitan dengan isi teks. Hal ini
berkaitan dengan ciri teks laporan yang pada umumnya bersifat ilmiah. Contoh yang
dimaksud, misalnya rantai makanan, simbiosis mutualisme, dan simbiosis komersialisme.
Teks Eksposisi
1. Pengertian Teks Eksposisi
Teks eksposisi, yakni teks yang mengupas suatu masalah dengan disertai sejumlah argumentasi dan
fakta- fakta. Sebuah teks eksposisi di dalamnya terkandung sejumlah tanggapan ataupun penilaian,
bahkan ada saran, sugesti, dorongan, atau ajakan-ajakan tertentu kepada khalayak. Bentuk teks
eksposisi, terutama di dalam media massa, dapat berupa esai, tajuk rencana (editorial), ataupun
debat.
2. Struktur Teks Eksposisi
Sebagaimana teks laporan, teks eksposisi memiliki struktur tertentu. Teks eksposisi dibentuk oleh
bagian-bagian berikut: tesis, rangkaian argumen, dan penegasan kembali.
a. Tesis berupa pengenalan isu, masalah, ataupun pandangan penulis secara umum tentang topik
yang akan dibahas.
b. Rangkaian argument penulis berkaitan dengan tesis. Pada bagian ini dikemukakan pula sejumlah
fakta yang memperkuat argument-argumen ataupun penilaian penulis.
c. Penegasan ulang atas pernyataan-pernyataan sebelumnya dapat berupa saran-saran. Bagian ini
lebih tepat disebut dengan kesimpulan dan saran karena pernyataan-pernyataan itulah yang
mengisi bagian akhir dari teks eksposisi.
3. Kaidah Kebahasaan Teks Eksposisi
Perhatikanlah pilihan kata dan penggunaan kalimat dalam teks eksposisi yang berjudul "Meluruskan
Bahasa Orang-orang Sekolahan" dan teks-teks eksposisi lainnya. Selain struktur, teks tersebut pun
memiliki kaidah-kaidah kebahasaan sebagai berikut.
a. Menggunakan kata-kata teknis atau peristilahan yang berkenaan dengan masalah utama (topik)
yang dibahasnya. Dengan topik tentang kebahasaan, istilah-istilah yang muncul dalam teks
tersebut adalah ragam bahasa, ragam baku, kaidah bahasa, berbahasa Indonesia yang baik dan
benar, makna (kata), bahasa asing, bahasa gaul.
b. Menggunakan kata-kata yang menunjukkan hubungan penyebaban untuk menyatakan sesuatu
yang argumentative (konjungsi kausalitas). Sebagai contoh, jika, maka, sebab, disebabkan,
karena, dengan demikian, akibatnya, dan oleh karena itu.
Contoh: Saya melihat ketidakberesan mereka berbahasa, antara lain disebabkan oleh
kekurangwibawaan bahasa Indonesia itu sendiri di mata mereka.
c. Menggunakan kata-kata yang yang menyatakan hubungan temporal ataupun
perbandingan/pertentangan, seperti sebelum itu, kemudian, pada akhirnya, sebaliknya,
berbeda halnya, namun. Kata-kata itu digunakan untuk menyampaikan urutan
argumentasi/fakta ataupun penolakan/penentangan terhadap argumen lainnya.
Contoh:
1) la kemudian nyeletuk, "Gua apa, Gua Selarong atau Gua Jepang?”
2) Namun, tidak demikian dengan acara-acara televisi dan radio
d. Menggunakan kata-kata kerja mental (mental verb), yakni kata kerja yang menyatakan kegiatan
abstrak, sebagai bentuk aktivitas pikiran. Kata-kata yang dimaksud misalnya memperhatikan,
menggambarkan, mengetahui memahami, berkeyakinan, berpikir. Kata-kata lainnya adalah
memperkirakan, mengagumi, menduga, berpendapat, berasumsidan menyimpulkan. Kata-kata
tersebut digunakan dalam pernyataan-pernyataan yang mengungapkan pendapat penulis
terkait dengan masalah yang dibahasnya.
Contoh:
1) Tak menyangka, salah seorang siswa di samping saya juga memperhatikan percakapan
mereka.
2) Peristiwa tersebut menggambarkan bahwa ada dua kelompok siswa yang memiliki sikap
berbahasa yang berbeda di sekolah tersebut.
e. Menggunakan kata-kata perujukan, seperti menurut, berdasarkan, atau merujuk.
Contoh:
1) Menurut beberapa penelitian, kesantunan juga melekat dengan kepribadian suatu bangsa
ataupun kelompok masyarakat.
2) Dengan merujuk pada fenomena tersebut, tampaknya terdapat penurunan standar moral,
agama, dan tata nilai yang berlaku dalam masyarakat itu.
f. Menggunakan kata-kata persuatif, seperti hendaklah, sebaiknya, diharapkan, perlu, harus, atau
seharusnya.
Contoh:
1) Dengan makna tersebut, kata gua seharusnya ditujukan untuk penyebutan nama tempat,
seperti Gua Selarong, Gua Jepang, Gua Pamijahan, dan seterusnya; bukannya pengganti orang
(persona).
2) Kalangan terpelajar dengan julukan hebatnya sebagai "tulang punggung negara, harapan
masa depan bangsa" seharusnya tidak larut dengan kebiasaan seperti itu.
Teks Anekdot
1. Pengertian Teks Anekdot
Anekdot merupakan cerita lucu atau menggelitik yang bertujuan memberikan suatu
pelajaran tertentu. Kisahnya biasanya melibatkan tokoh tertentu yang bersifat factual
ataupun tekenal. Anekdot tidak semata-mata menyajikan hal-hal yang lucu-lucu, guyonan,
ataupun humor. Akan tetapi, terdapat pula tujuan lain dibalik cerita lucunya itu, yakni
berupa pesan yang diharapkan bisa memberikan pelajaran atau kesadaran tertentu pada
khalayak. Isi anekdot menyangkut bermacam-macam tema. Ada yang berkenaan dengan
tema politik, ada pula yang terkait dengan masalah hukum. Banyak pula anekdot yang
berkenaan dengan kebiasaan masyarakat sehari-hari. Tema-tema itu dapat kita ketahui
melalui tokoh utamanya dan kata-kata yang dominan muncul pada anekdot itu.
2. Struktur Anekdot
Anekdot merupakan teks yang berupa cerita, kisah, atau percakapan singkat. Di dalamnya
terkandung tokoh, latar, dan dibentuk oleh bagian-bagian seperti berikut: abstraksi,
orientasi rangkaian peristiwa. Adapun rangkaian atau alurnya itu sendiri krisis, reaksi, dan
koda.
a. Abstraksi merupakan pendahuluan yang menyatakan latar belakang atau gambaran
umum tentang isi suatu teks.
Contoh:
Suatu ketika, orang-orang di kota mengundang Nasruddin untuk menyampaikan
khotbah di sebuah majelis.
Bagian itu berfungsi sebagai pembuka cerita dengan menceritakan latar terjadinya
peristiwa dalam anekdot itu.
b. Orientasi merupakan bagian cerita yang mengarah pada terjadinya suatu krisis, konflik,
atau peristiwa utama. Bagian inilah yang menjadi penyebab timbulnya krisis.
Contoh:
Ketika tiba di mimbar, dia mendapati bahwa sebagian besar hadirin dalam majelis itu
tidak terlampau bersemangat untuk mendengarkan khotbahnya. Keadaan majelis yang
tidak terlampau bersemangat mendengarkan khotbah Nasruddin merupakan pemicu
bagi timbulnya krisis bagi anekdot itu selanjutnya.
c. Krisis atau komplikasi merupakan bagian dari inti peristiwa suatu anekdot. Pada bagian
itulah adanya kekonyolan yang menggelitik dan mengundang tawa.
Contoh:
Kemudian, ia turun dari mimbar dan berjalan pulang. Kali ini orang-orang benar-benar
dibuat bingung dan akhirnya mereka memutuskan untuk mencoba sekali lagi dan
mengundangnya agar datang lagi pada minggu depan untuk menyampaikan khotbah.
Minggu depannya, ketika naik mimbar, Nasruddin lagi-lagi bertanya yang sama,
"Apakah kalian tahu materi yang akan saya sampaikan dalam khotbah ini?" Kali ini
hadirin sudah bersiap-siap untuk pertanyaan itu, Sebagian dari mereka menjawab
"Tidak!" dan sebagian lagi menjawab "Ya!"
Cuplikan tersebut merupakan bagan yang paling menggelitik sebagai fokus masalah
sekaligus berisi kritik atas pemicu terjadinya peristiwa (dalam orientasi).
d. Reaksi merupakan tanggapan atau respons atas krisis yang dinyatakan sebelumnya.
Reaksi yang dimaksud dapat berupa sikap mencela atau menertawakan. Bagian ini
sering kali mengejutkan, sesuatu yang tidak terduga; mencengangkan.
Contoh:
Nasruddin pun berkata lagi, "Baiklah, kalau begitu sebagian yang sudah tahu bisa
menceritakan kepada sebagian lainnya yang belum tahu" dan ia pun lagi-lagi kembali
turun meninggalkan mimbar.
Respons yang mengejutkan ditunjukkan Nasruddin; sekaligus sebagai penunjuk cerita
dalam anekdot itu berakhir.
e. Koda merupakan penutup atau kesimpulan sebagai pertanda berakhirnya cerita. Di
dalamnya dapat berupa persetujuan, komentar, ataupun penjelasan atas maksud dari
cerita yang dipaparkan sebelumnya. Bagian ini biasanya ditandai oleh kata-kata, seperti
itulah, akhirnya, demikianlah. Keberadaan koda bersifat opsional; bisa ada ataupun
tidak ada.
3. Kaidah Kebahasaan Anekdot
Seperti halnya teks yang lain, anekdot memiliki kaidah- kaidah kebahasaan tersendiri.
Namun, sebagai teks bergenre cerita, teks tersebut memiliki kesamaan dengan teks
sejenisnya, seperti dengan cerpen, novel, dan cerita ulang. Secara spesifik
kaidah kebahasaan teks anekdot adalah sebagai berikut.
a. Banyak menggunakan kalimat langsung yang bervariasi dengan kalimat-kalimat tidak
langsung. Kalimat-kalimat langsung merupakan petikan dari dialog para tokohnya,
sedangkan kalimat tak langsung merupakan bentuk penceritaan kembali dialog seorang
tokoh.
Contoh:
1) Sesudah menyampaikan salam, Nasruddin bertanya kepada hadirin, "Apakah kalian
tahu dengan materi yang akan saya sampaikan sekarang?"
2) Hadirin serempak menjawab, "Tidak!"
3) Oleh karena itu, Nasruddin berkata, "Saya tidak punya keinginan untuk berbicara
kepada orang-orang yang tidak mengetahui apa pun tentang apa yang akan saya
bicarakan sekarang.
b. Pada umumnya menggunakan nama tokoh utama orang ketiga tunggal, baik dengan
menyebutkan langsung tokoh faktual maupun tokoh nama yang disamarkan.
Contoh: Gus Dur, Nasruddin Hoja, Si Amerika, orang Indonesia, Pak Jin.
c. Banyak menggunakan keterangan waktu. Hal ini terkait dengan bentuk anekdot yang
berupa cerita; disajikan secara kronologis atau mengikuti urutan waktu.
Contoh:
1) Suatu ketika, orang-orang di kota mengundang majelis. Nasruddin untuk
menyampaikan khotbah di sebuah majelis
2) Ketika tiba di mimbar, dia mendapati bahwa sebagian besar hadirin dalam majelis itu
tidak terlampau bersemangat untuk mendengarkan khotbahnya.
3) Sesudah menyampaikan malam. Nasruddin bertanya kepada hadirin, "Apakah kalian
tahu dengan dengan materi yang akan saya sampaikan sekarang?"
d. Banyak pula menggunakan konjungsi penerang atau penjelas, seperti bahwa. Ini terkait
dengan dialog para pokohnya yang diubah dari bentuk langsung ke kalimat tak
langsung.
Contoh:
1) Ketika tiba di mimbar, dia mendapati bahwa sebagian besar hadirin dalam majelis itu
tidak terlampau bersemangat untuk mendengarkan khotbahnya. berpelesir ke San
Fransisco.
2) Gus Dur bercerita bahwa ada rombongan istri pejabat
3) Akan tetapi, hakim yang mengadili adalah teman baik si penampar maka hakim
memutuskan bahwa hukumannya berupa tamparan lagi.
e. Banyak menggunakan kata kerja material, yakni kata yang menunjukkan suatu aktivitas.
Hal ini terkait dengan tindakan tokohnya dan alur yang membentuk rangkaian peristiwa
ataupun kegiatan.
Contoh:
1) Alkisah, seseorang yang dianggap sudah mati diusung oleh teman-temannya ke
kuburan.
2) Ketika peti sudah hampir dimasukkan ke liang lahat, orang itu tiba-tiba hidup kembali
dan mulai memukul-mukul tutup peti.
3) Kali ini dia mengundang Presiden AS dan Prancis terbang bersama Gus Dur untuk
berkeliling dunia.
f. Banyak menggunakan kata kerja mental, yakni kata yang menyatakan sesuatu yang
dipikirkan atau dirasakan seorang tokoh.
Contoh:
1) "Apakah kalian tahu dengan dengan materi yang akan saya sampaikan sekarang?"
2) Orang-orang merasa tidak enak hati dan mengundang Nasruddin lagi pada keesokan
harinya.
3) Kali ini orang-orang benar-benar dibuat bingung.
g. Banyak menggunakan kata penghubung (konjungsi) yang bermakna kronologis (temporal),
seperti akhirnya, selanjutnya, lalu.
Contoh:
1) Selanjutnya, ia berjalan turun dari mimbar dan meninggalkan majelis, tanpa
memberikan khotbah apa pun.
2) Tidak lama, Presiden Amerika, Bill Clinton mengeluarkan tangannya dan sesaat
kemudian dia berkata, "Wah kita sedang berada di atas New York!"
Teks Hikayat

1. Pengertian Hikayat
Hikayat merupakan karya sastra klasik yang berkisah tentang kehidupa para dewi, peri,
pangeran, putri kerajaan, dan raja-raja. Di dalamnya berisi cerita kehidupan para dewa, peri,
pangeran, putri kerajaan, raja raja, atau tokoh-tokoh sejarah. Banyak pula dikisahkan kekuatan
gaib, kesaktian, dan kekuatan luar biasa yang dimiliki tokohnya yang terkadang tidak masuk
nalar. Berdasarkan isinya, hikayat dikelompokkan sebagai berikut.
a. Cerita rakyat, seperti Hikayat Si Miskin dan Hikayat Malin Dewa
b. Epos dari India, seperti Hikayat Sri Rama;
c. Dongeng-dongeng dari Jawa, seperti Hikayat Pandawa Lima dan Hikayat Panji Semirang;
Khaibar;
d. Cerita-cerita Islam, seperti Hikayat Nabi Bercukur dan Hikayat Raja
e. Cerita berbingkai, misalnya Hikayat Bakhtiar dan Hikayat Maharaja Ali.
2. Ciri-Ciri Hikayat
Perhatikan kembali cuplikan "Hikayat Hang Tuah" Berdasarkan contoh tersebut, hikayat sebagai
sastra klasik pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut,
a. Berkembang secara statis dan mempunyai rumus baku
1) Bentuk prosanya sering menggunakan kata-kata , arkais, seperti sahibul hikayal, menurut
empunya cerita, konon, dan sejenisnya.
2) Bentuk puisinya terikat oleh aturan-aturan, seperti banyaknya larik pada setiap baitnya,
banyaknya suku kata pada setiap lariknya, dan pola rima akhirnya. Aturan-aturan tersebut da.
pat dilihat dalam pantun atau syair
b. Bersifat pralogis, mempunyai logika tersendiri yang tidak sesuai dengan logika umum.
c. Hal yang dikisahkan berupa kehidupan istana, raja-raja, dewa-dewa, para pahlawan, atau
tokoh-tokoh mulia lainnya.
d. Disampaikan secara lisan, dari orang ke orang. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila
karya sastra klasik memiliki banyak versi. Setiap orang yang menyampaikan cerita tersebut
terkadang berbeda-beda, dapat terjadi penambahan atau perubahan isi ceritanya sesuai dengan
pemahaman masing-masing mengenai cerita tersebut.
e. Nama penciptanya tidak diketahui (anonim). Hal ini karena sifat karya sastra klasik yang
merupakan milik bersama dari kelompok masyarakat.
f. Nama tokoh menunjukkan asal usul cerita. Sebagai contoh, nama-nama tokoh yang
menunjukkan asal daerah Sunda, Batak, Jawa, Betawi, Papua, Kalimantan, atau Sulawesi.
g. Latar cerita dapat menggambarkan asal cerita meskipun unsur ini tidak selalu muncul. Hikayat
mungkin juga menggunakan latar yang samar-samar, seperti pada zaman dahulu, di tengah
hutan, atau di suatu kerajaan.
h. Budaya dan faktor-faktor ekstrinsik lainnya, seperti ekonomi, politik, religi, dan kondisi alam
turut berpengaruh pada keberadaan hikayat, misalnya masyarakat yang masih kuat dengan
budaya feodal. Tergambar pula cerita yang berkisah tentang kehidupan kerajaan. Begitu pula
dengan masyarakatnya yang percaya pada hal-hal gaib akan tampak pada ceritanya yang juga
diwarnai dengan peristiwa-peristiwa imajinatif di luar jangkauan akal sehat
2. Struktur Hikayat

 Orientasi atau setting (aim), berisi informasi mengenai latar belakang kisah atau peristiwa yang
akan diceritakan selanjutnya untuk membantu pendengar/pembaca Informasi yang dimaksud
berkenaan dengan ihwal siapa
 Rangkaian kejadian (important event, record of events), kapan, di mana, dan mengapa.
Kronologis utama yang dialami tokoh. Dalam bagian ini, mungkin pula berisi rangkaian peristiwa
yag disusun secara menurut urutan waktu yang meliputi kejadian-kejadian disertakan komentar-
komentar pencerita pada beberapa bagiannya.
 Reorientasi, berisi komentar evaluatif atau pernyataan kesimpulan mengenai rangkaian
peristiwa yang telah diceritakan sebelumnya. Bagian ini sifatnya opsional yang mungkin ada atau
tidak ada dalam sebuah cerita ulang.
3. Kaidah Kebahasaan Teks Hikayat
Ciri kebahasaan lainnya adalah sebagai berikut.
 Selalu menggunakan kata ganti orang pertama tunggal atau jamak sebagai konsekuensi
dari penggunaan sudut
 Banyak menggunakan kata kerja tindakan untuk menjelaskan peristiwa-peristiwa atau
perbuatan fisik yang dilakukan oleh tokoh, seperti membela, berjuang, membagi-
bagikan, menyerang, dan menikah.
 Banyak menggunakan kata deskriptif untuk memberikan informasi secara perinci
tentang sifat-sifat tokoh, seperti muda, berani, kebal, darah mendidih, miskin, dan
pengecut.
 Banyak menggunakan kata kerja pasif dalam rangka menjelaskan peristiwa yang dialami
tokoh sebagai subjek yang diceritakan, seperti dianugerahkan, diberi, dikenang, dan
dihormati.
 Banyak menggunakan kata kerja mental dalam rangka penggambaran peran tokoh,
seperti dipercaya, geram, insyaf, menyukai, dan diilhami.
 Banyak menggunakan kata penghubung, kata depan, ataupun nomina yang berkenaan
dengan urutan waktu. seperti tiba-tiba, sebelum, sudah, pada saat, kemudian,
selanjutnya, sampai, hingga, nantinya, selama, dan saat itu.

Anda mungkin juga menyukai