Disusun Oleh :
NIM : N10119026
Kelompok : 2 (Dua)
NOVEMBER 2020
SQUAMOUS CELL CARCINOMA PARU
1.1. ETIOLOGI
Penyebab karsinoma paru dapat berasal dari beberapa faktor yaitu : asap rokok
(merokok), bahan industri berbahaya (radiasi, uranium, dan asbestos), polusi udara dan
mutasi genetik. Bahan kimia yang spesifik dari asap rokok antara lain polisiklik aromatik
hidrokarbon seperti benzo(a)pyrene dengan promotornya derivat phenol dan N-nitrosamin 4-
(methylnitrosamino)-1-(3-pyridyl)-1 yang merupakan karsinogen yang paling poten.
Karsinoma sel skuamosa (SCC) mewakili 25-30% dari semua kanker paru-paru non-sel kecil
(NSCLC). Hal ini disebabkan oleh transformasi epitel bronkial yang terutama disebabkan
oleh merokok dan menunjukkan ketergantungan yang luar biasa dengan rokok. Biasanya,
SCC berasal dari saluran udara bronkial, khususnya saluran udara proksimal dan sedang.1
1.2.PATOGENESIS
Ketiga subtipe utama kanker payudara yang dibedakan oleh ekspresi reseptor hormon
dan HER2 berkembang melalui jalur yang kurang lebih berbeda, melibatkan perolehan
mutasi pendorong atau driver motion secara bertahap pada sel epitel pada duktus atau sistem
lobular. Faktor yang berkontribusi langsung terhadap perkembangan kanker payudara
dikelompokkan menjadi:
• Genetik
• Pengaruh hormon
• Faktor lingkungan
Lingkungan diduga memiliki pengaruh berdasarkan insiden kanker payudara yang
bervariasi pada kelompok yang secara genetik homogen dan perbedaan insiden kanker
payudara berdasarkan letak geografis.8
Serupa dengan keganasan pada umumnya, HCC muncul akibat aktivasi jalur onkogen
selular yang disertai penurunan jalur supresor tumor. Kerusakan liver kronik baik dari virus,
alkohol, metabolik, hingga autoimun menyebabkan siklus kematian sel liver yang berulang-
ulang, yang disertai dengan regenerasi dan reparasi. Siklus tersebut menyebabkan penurunan
progresif area telomer pada kromosom yang menyebabkan instabilitas genetik. Keadaan
tersebut menyebabkan sel menjadi rentan terhadap mutasi dan perubahan epigenetik,
sehingga muncul fenotipe kanker berupa proliferasi tidak terkontrol, resisten terhadap
apoptosis, invasi selular, dan aktivasi angiogenesis.10
4.2 PATOGENESIS
HCC dapat muncul dengan gejala nyeri abdomen, anemia, penurunan berat badan,
lemas, keringat dingin, gatalgatal, perdarahan gastrointestinal, kuning, dan lain-lain. Risiko
HCC diantaranya adalah infeksi hepatitis B, infeksi hepatitis C, sirosis alkohol,
steatohepatitis non-alkoholik, defisiensi alfa-antitripsin, sirosis obstruksi, dan hepatitis
autoimun.10
KARSINOMA OVARIUM METASTASIS KE PARU-PARU
5.1 ETIOLOGI
Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium yang paling sering ditemukan pada
wanita berusia 50-70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar ke bagian lain, panggul, dan
perut melalui sistem getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan
paru-paru (Potter & Perry, 2006). Penyebab terjadinya kanker ovarium yaitu riwayat
keluarga kanker ovarium, kanker payudara, riwayat keluarga kanker kolon dan kanker
endometrial, wanita diatas usia 50-70 tahun, wanita yang tidak memiliki anak (nullipara),
wanita yang memiliki anak >35 tahun, diit tinggi lemak, serta merokok dan alkohol.11
Kanker merupakan tumor ganas yang memiliki sifat progresif,infiltratif dan metastatis.
Kanker ovarium adalah keganasan yang menyerang ovarium (indung telur) pada
wanita.Metastasis adalah penyebaran kanker ke organ yang jauh dari lokasi awal. Jadi, bisa
saja pasien kanker payudara mengalami keluhan nyeri pada tulang belakang, organ yang
sering menjadi tempat metastasis adalah paru-paru,hati,otak, dan tulang.Lokasi metastasis
pada paru-paru dapat terjadi pada jaringan paru sendiri maupun pada selaput paru
(pleura)..gejalanya dapat berupa sesak maupun batuk.12
5.2 PATOGENESIS
Sel tumor untuk metastasis harus menjalani serangkaian peristiwa: (1) melarikan diri
dari massa primer, (2) menyerang stroma jaringan sekitarnya, (3) penetrasi darah pembuluh
darah dan pembuluh getah bening lokal, (4) bertahan di sirkulasi, (5)) berhenti di kapiler
atau venula di tempat lain organ, (6) penetrasi parenkim terdekat, (7) beradaptasi dengan
koloni baru atau mengubah mikroenvionment lokal sesuai dengan kebutuhan sel tumor, (8)
membagi membentuk massa tumor baru.Penyebaran kanker ovarium epitel karena pelepasan
sel kanker ke peritoneal rongga, penyebaran limfatik, dan penyebaran hematogen.
Penyebaran transkoelomik adalah jenis yang paling umum kanker ovarium epitel dan karena
lepasnya sel kanker epitel dan menempel pada permukaanrongga peritoneum.13
Metastasis paru adalah tumor pada parenkim paru berasal dari situs ekstra paru dan
tidak memiliki hubungan dengan tumor primer paru. Sebuah tipikal gambaran radiologis
metastasis paru adalah adanya beberapa nodul dengan batas tegas, terletak di pinggiran
(penyebaran hematogenik) atau penebalan interstisial (karsinomatosis limfangitik). Foto
toraks rutin pada pasien dengan keganasan merupakan mekanisme yang efektif dalam
mendeteksi metastasis paru. CT scan memberikan resolusi yang lebih tinggi, dan terkadang
menunjukkan lesi tambahan itu tidak terlihat dalam foto toraks biasa. Dahak pemeriksaan,
pencucian bronkial, transtrakea, transbronkial, atau aspirasi jarum halus transtoraks sangat
membantu dalam diagnosis metastasis paru serta primer kanker paru-paru.13
Kanker ovarium stadium awal pada umumnya tidak memberi tanda dan gejala yang
khas. Keluhan yang sering dijumpai berupa gangguan gastrointestinal seperti : dispepsia,
gangguan defekasi, meteorismus. Bila massa telah membesar akan teraba benjolan dengan
gejala akibat penekanan massa pada organ rongga pelvis/abdomen yang ditandai dengan
nyeri perut, sulit makan atau perasaan begah atau gejala urinarius (urgensi atau frekuensi).
Dengan berlanjutnya penyakit penderita datang dengan gejala umum kanker antara lain:
berat badan menurun, malaise, fatigue, dispneu dan nyeri dada.14
HEMANGIOMA KAPILER
6.2 ETIOLOGI
Hemangioma adalah tumor jinak yang merupakan proliferasi dan dilatasi abnormal
dari pembuluh darah. Hemangioma pada kepala dan leher terjadi pada 60%
kasus.Hemangioma dapat terjadi pada semua jaringan yang mempunyai pembuluh darah.
Hemangioma sering terjadi pada bayi baru lahir dan pada anak berusia kurang dari 1 tahun
(5-10%). Biasanya, hemangioma sudah tampak sejak bayi dilahirkan (30%) atau muncul
beberapa minggu setelah kelahiran (70%).15
6.3 PATOGENESIS
Hemangioma kapiler terdiri atas kapiler baru yang berisi darah serta membentuk suatu
anyaman, dan hanya mengenai satu segmen dari pembuluh darah. Dari segmen tersebut sel-
sel endotel tumbuh keluar membentuk kapiler-kapiler baru yang merupakan suatu anyaman.
Sel-sel endotel dari kapiler tersebut sering berproliferasi, sehingga lumennya tertutup. Pada
fase involusi tampak penyempitan, oklusi lumen kapiler, dan terjadi peningkatan stroma
jaringan ikat. Hemangioma kavernosa terdiri atas ruang-ruang sinusoid yang lebar dan
berbentuk ireguler, berdinding tipis, berisi darah, terletak pada dermis bagian bawah dan
subkutis, dibatasi oleh selapis endotel, serta dikelilingi oleh jaringan fibrosa yang tebal.15
Pasien hemangioma bisasanya datang dengan keluhan utama suara serak seperti serak,
batuk, hemoptisis, sesak napas, dan sensasi mengganjal di leher yang dirasakan sejak satu
tahun yang lalu dan semakin berat dalam satu bulan terakhir, pasien masih bisa makan dan
minum. Pasien memiliki riwayat kebiasaan merokok, mampu menghabiskan kurang-lebih 10
batang rokok perhari sejak sekitar 30 tahun yang lalu. 15
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum pasien kompos mentis, tampak baik, status gizi
kesan cukup. Tanda vital: tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 98 kali per menit, pernapasan
28 kali per menit, suhu 36,60C. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan antara lain
laringoskopi indirek, dari hasil pemeriksaan tersebut didapatkan aritenoid tidak hiperemis,
tidak edem, pada plika ventrikularis dekstra dan plika vokalis sinistra ditemukan adanya
massa. Pada pemeriksaan endoskopi 700 didapatkan massa pada plika ventrikularis dan plika
vokalis sinistra. 15
LYMPHANGIOMA
7.2 ETIOLOGI
Limfangioma adalah malformasi sistem limfatik yang ditandai dengan lesi yang
merupakan kista berdinding tipis; kista ini dapat bersifat makroskopik, seperti pada higroma
kistik , atau mikroskopis. Sistem limfatik adalah jaringan pembuluh yang bertanggung jawab
untuk mengembalikan kelebihan cairan dari jaringan ke sistem vena serta kelenjar getah
bening yang menyaring cairan ini untuk mencari tanda-tanda patogen . Malformasi ini dapat
terjadi pada semua usia dan mungkin melibatkan bagian tubuh mana pun, tetapi 90% terjadi
pada anak-anak di bawah usia 2 tahun dan melibatkan kepala dan leher. Malformasi ini
merupakan kelainan bawaan atau didapat. Limfangioma kongenital sering dikaitkan
dengan kelainan kromosom seperti sindrom Turner , meskipun bisa juga muncul secara
terpisah. Limfangioma biasanya didiagnosis sebelum lahir menggunakan ultrasonografi
janin . Limfangioma yang didapat dapat terjadi akibat trauma, peradangan, atau obstruksi
limfatik. Kebanyakan limfangioma adalah lesi jinak yang hanya menghasilkan massa yang
lembut, tumbuh lambat, dan "pucat". Karena tidak memiliki kemungkinan menjadi ganas,
limfangioma biasanya dirawat hanya untuk alasan kosmetik. Jarang, benturan pada organ
penting dapat mengakibatkan komplikasi, seperti gangguan pernapasan saat limfangioma
menekan saluran napas. Perawatan termasuk aspirasi , eksisi bedah , laser dan ablasi
frekuensi radio , dan skleroterapi.16
7.3 PATOGENESIS
1. Rosai J. Ackerman’s Surgical Pathology. 10th ed, Mosby-Year Book Inc, St. Louis,
Missouri; 2011.p.366 – 384
2. Kadara H, Scheet P, Ignacio I, Wistuba, Spiara AE.Early Events in Molecular
Pathogenesis.CancerPrevRes.2016;9(7):519-520.From:
https://cancerpreventionresearch.aacrjournals.org
3. Hudoyo A, Wibawanto A, Lutfi A, Rima A, Putra AC, Ratnawati A, et al.Panduan
Penatalaksanaan Kanker Paru , KEMENKES RI; p. 2
4. Joseph J, Rotty LW. Kanker Paru: Laporan Kasus. Medical Scope Journal.2020; 2(1)
From : https://ejournal.unsrat.ac.id
5. Nirmawati R, Zuraidah E, Billianti YD.Deteksi Anaplastic Lymphoma Kinase Gene
Rearrangement (ALK Gene Rearrangement) pada Adenokarsinoma Paru Sebagai
Molekul Target Pengobatan pada Kanker Paru Jenis Karsinoma Bukan Sel
Kecil.2019;6(2):41-54.From : https://majalahpratistapatologi.com
6. Sakuma F, Tsuchida K, Minaguchi T, Nagashima K, Izawa N, Jinnai H,et all. A rare case
of pulmonary lepidic metastasis in patient with branch-type intraductal papillary
mucinous carcinoma of the pancreas. Clinical Journal of Gastroenterology.2019;12(6):
621-625.From : https://websites60s.com
7. PRASTIWI, Elok Dwi; Kusumawati, Yuli. Hubungan Kontrasepsi Oral Dan Kanker
Payudara Di RSUD DR. Moewardi Surakarta. Jurnal Berita Ilmu Keperawatan.2017;
2(3).From : https://journals.ums.ac.id
8. Robbins. Buku Ajar Patologi Dasar. Singapore : Elsevier. 2020
9. Ardiansyah A. Deteksi Dini Kanker. Surabaya : Airlangga University Press. 2019
10. Dewantoro GR,Hidayat R. Peran Fibrinogen Sebagai Faktor Prognostik Karsinoma
Hepatoselular. Essence Of Scientific Medical Journal.2018;16(1).From :
https://ojs.unud.ac.id/
11. Utami, Sri. Efektifitas Latihan Progressive Muscle Relaxation (Pmr) Terhadap Mual
Muntah Kemoterapi Pasien Kanker Ovarium. Jurnal Keperawatan Jiwa, 2019, 4.2: 83-90.
12. Khotimah, Fitria K, Febriani A, Mulawardhana, Pungky. Ovarian Cancer with Pleural
and Lung Metastasis in Dr. Soetomo Hospital, Surabaya, Indonesia, in 2014-
2015. Majalah Obstetri dan Ginekologi.2018;26.1: 7-19.From : https://e-
journal.unair.ac.id
13. PNPK Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia, Kanker Ginekologi, 2016.
http://pogi.or.id
14. Ardhiansyah, Azril Okta. Deteksi Dini Kanker. Surabaya : Airlangga University Press,
2019.
15. Eko, Vicky & Rokhaeni. Penatalaksanaan Hemangioma Kavernosa Laring. ORLI .2018;
48 (2). http://www.orli.or.id
16. Medikawati, RL.Lymphangioma Circumscriptum Yang Diterapi Dengan Bedah Listrik.
Jurnal Ilmiah Kedokteran Udayana.2015; 45 : 176-181. From : https://ojs.unud.ac.id
17. Nurianasari, YE.et al. Lymphangioma In The Neck of 8 Years Old Children. Jurnal
Medical Profession.2019; 1(2) : 177-186. From : https://jurnal.untad.ac.id
18. Rohman, Ujang. Perubahan Fisiologis Tubuh Selama Immobilisasi Lama. Journal Sport
Arena.2019;4(2):367-379.From : http://journal.uir.ac.id
19. Andriani R, Wahud I. Defisiensi Protein S pada Trombosis Vena Dalam. Jurnal
Kesehatan Andalas.2018; 7 : 100-103. From : https://jurnal.fk.unand.ac.id