Anda di halaman 1dari 18

KEJADIAN KERACUNAN GAS HIDROGEN SULFIDA (H2S) DI PROYEK PPLTP PT

SMGP
Di susun oleh
Kelompok 2 FS B 21

PROGRAM STUDI FIRE AND SAFETY


INSTITUT TEKNOLOGI PETROLEUM BALONGAN
INDRAMAYU
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gas Hidrogen Sulfida (H2S) merupakan senyawa kimia berbahaya yang memiliki sifat
toksik dan dapat membahayakan kesehatan manusia serta lingkungan. Keberadaan H2S dalam
industri, terutama pada proyek-proyek seperti Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP),
menimbulkan kekhawatiran akan risiko paparan yang mungkin terjadi. Pada tanggal 6 Maret
2022, sebuah kejadian keracunan gas H2S terjadi di Desa Sibanggor Julu, Kecamatan Puncak
Sorik Marapi, Mandailing Natal, melibatkan sekitar 52 orang. Insiden ini menyoroti urgensi
pemahaman mendalam dan penanganan yang lebih baik terhadap risiko H2S dalam konteks
proyek industri, terutama pada tahap uji sumur (well test).

Penyebab kejadian ini mungkin terkait dengan proses uji sumur di area Wellpad AAE
Proyek PLTP PT SMGP, yang mengakibatkan pelepasan gas H2S yang pada akhirnya
berdampak pada kesehatan warga sekitar. Hal ini menunjukkan bahwa perlunya perhatian serius
terhadap risiko paparan H2S dalam setiap fase proyek industri, guna melindungi masyarakat dan
lingkungan sekitar.

1.2 Rumusan Masalah

Kejadian keracunan H2S di proyek PLTP PT SMGP menimbulkan perhatian terhadap risiko
yang dapat timbul selama uji sumur (well test). Rumusan masalah melibatkan identifikasi
penyebab kejadian, dampak kesehatan pada berbagai kelompok usia, dan langkah-langkah
penanggulangan serta pencegahan yang dapat diterapkan.
1.1 Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah:

 Menganalisis penyebab dan dampak keracunan H2S pada kejadian di Desa Sibanggor Julu.

 Menyoroti kerentanan berbagai kelompok usia terhadap paparan H2S.

 Menyajikan langkah-langkah penanggulangan dan pencegahan yang dapat diambil dalam


proyek-proyek serupa.
BAB 2

KRONOLOGI KASUS KERACUNAN H2S DI PT SMGP

2.1 Peristiwa Uji Sumur (Well Test)

Pada Minggu, 6 Maret 2022, PT SMGP melakukan uji sumur (well test) di area Wellpad
AAE. Saat itu, dalam rangka pengujian tersebut, gas Hidrogen sulfida (H2S) dilepaskan ke
atmosfer. Proses tersebut tidak terkontrol, dan gas H2S menyebar ke Dusun Banjar Manggis
Desa Sibanggor Julu, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, yang berjarak sekitar 300 meter dari
lokasi uji sumur. Kejadian ini menjadi pemicu terjadinya keracunan massal di kalangan warga
sekitar.

2.2 Dampak pada Warga

Akibat penyebaran gas H2S, sebanyak 52 warga Desa Sibanggor Julu mengalami dampak
kesehatan yang serius. Kelompok korban mencakup laki-laki dan perempuan dewasa, lansia,
bayi, balita, dan anak-anak. Gejala yang muncul antara lain mual, sesak napas, pusing, dan
muntah-muntah. Beberapa dari mereka memerlukan perawatan medis intensif karena tingkat
keracunan yang cukup parah.
2.3 Tindakan Penanggulangan

Setelah mendapat laporan adanya korban, Kapolres Mandailing Natal, AKBP HM Reza Chairul
AS, menyatakan bahwa tindakan penanggulangan dilakukan secepatnya. Warga yang mengalami
gejala keracunan diberikan pertolongan pertama di desa. Selanjutnya, mereka dibawa ke rumah
sakit, terutama RSUD Panyabungan dan RS Permata Madina. Proses evakuasi dan pertolongan
pertama dilakukan dengan menggunakan ambulans perusahaan dan mobil masyarakat untuk
memastikan korban segera mendapatkan perawatan medis yang diperlukan.

Melalui tindakan penanggulangan ini, diharapkan korban dapat segera mendapatkan perawatan
yang optimal, dan upaya pengendalian dampak kesehatan akibat paparan gas H2S dapat
dilakukan secara efektif. Kejadian ini menyoroti pentingnya sistem keamanan dan pemantauan
yang ketat dalam kegiatan industri yang melibatkan bahan-bahan berpotensi berbahaya seperti
Hidrogen sulfida.
BAB 3
HIDROGEN SULFIDA (H2S)

2.1 Hidrogen Sulfida

Hidrogen sulfida (H2S) adalah gas yang tidak berwarna, beracun, mudah terbakar dan
berbau seperti telur busuk. Gas ini dapat timbul dari aktivitas biologis ketika bakteri mengurai
bahan organik dalam keadaan tanpa oksigen (aktivitas anaerobik), seperti di rawa, dan saluran
pembuangan kotoran. Gas ini juga muncul pada gas yang timbul dari aktivitas gunung berapi dan
gas alam.
Hidrogen sulfida juga dikenal dengan nama sulfana, sulfur hidrida, gas asam (sour gas),
sulfurated hydrogen, asam hidrosulfurik, dan gas limbah (sewer gas). IUPAC menerima
penamaan "hidrogen sulfida" dan "sulfana"; kata terakhir digunakan lebih eksklusif ketika
menamakan campuran yang lebih kompleks.
Ion sulfid, S2−, dikenal dalam bentuk padatan tetapi tidak di dalam larutan aqueous
(oksida). Konstanta disosiasi kedua dari hidrogen sulfida sering dinyatakan sekitar 10−13, tetapi
sekarang disadari bahwa angka ini merupakan error yang disebabkan oleh oksidasi sulfur dalam
larutan alkalin. Estimasi terakhir terbaik untuk pKa2 adalah 19±2[1]. Gas Hydrogen Sulfide
(H2S) sangat beracun dan mematikan, pekerjapekerja pada pemboran minyak dan gas bumi
mempunyai resiko besar atas keluarnya gas H2S Pengetahuan Umum tentang (H2S) Hidrogen
Sulfida (H2S) Adalah gas yang sangat beracun dan dapat melumpuhkan system pernapasan serta
dapat dapat mematikan dalam beberapa menit. dalam jumlah sedikitpun gas H2S sangat
berbahaya untuk kesehatan.
Hidrogen Sulfida terbentuk dari proses penguraian bahan-bahan organis oleh bakteri.Maka
dari itu H2S terdapat dalam minyak dan gas bumi, selokan, air yang tergenang. Misalnya rawa-
rawa dan juga terbentuk pada proses-proses industri maupun proses biologi lain

2.2 Cara Terbentuknya Gas Hidrogen Sulfida

Gas H2S terbentuk akibat adanya penguraian zat-zat organik oleh bakteri. Oleh karena itu
gas ini dapat ditemukan di dalam operasi pengeboran minyak / gas dan panas bumi, lokasi
pembuangan limbah industri, peternakan atau pada lokasi pembuangan sampah.
2.3 Sifat dan karakteristik gas H2S

Gas H2S mempunyai sifat dan karakteristik antara lain :


- Tidak berwarna tetapi mempunyai bau khas seperti telur busuk pada
- konsentrasi rendah sehingga sering disebut sebagai gas telur busuk.
- Merupakan jenis gas beracun.
- Dapat terbakar dan meledak pada konsentrasi LEL (Lower Explosive Limit )
- 4.3% ( 43000 PPM ) sampai UEL ( Upper Explosive Limite ) 46%
- ( 460000 PPM ) dengan nyala api berwarna biru pada temperature 500 0F
- ( 260 0C )
Berat jenis gas H2S lebih berat dari udara sehingga gas H2S akan cenderung terkumpul di
tempat / daerah yang rendah. Berat jenis gas H2S sekitar 20 % lebih berat dari udara dengan
perbandingan berat jenis H2S :1.2 atm dan berat jenis udara : 1 atm. H2S dapat larut (bercampur)
dengan air ( daya larut dalam air 437 ml/100 ml air pada 0 0C; 186 ml/100 ml air pada 40 0C ).
H2S bersifat korosif sehingga dapat mengakibatkan karat pada peralatan logam.

2.4 Rumus Kimia Hidrogen Sulfida

Hidrogen sulfida merupakan hidrida kovalen yang secara kimiawi terkait dengan air
(H2O) karena oksigen dan sulfur berada dalam golongan yang sama di tabel periodik.
Hidrogen sulfida merupakan asam lemah, terpisah dalam larutan aqueous (mengandung
air) menjadi kation hidrogen H+ dan anion hidrosulfid HS−:
H2S → HS− + H+
Ka = 1.3×10−7 mol/L ; pKa = 6.89.
2.5 Dampak Pencemaran Hidrogen Sulfida Terhadap Lingkungan

2.5.1 Efek Pada Tanaman


Di atmosfer, hidrogen sulfida teroksidasi oleh oksigen (O2) dan ozon (O3) membentuk
sulfur dioksida (SO2), dan senyawa sulfat lainnya. Sulfur dioksida dan senyawa sulfat di
atmosfer berkurang akibat penyerapan oleh tanaman, deposisi dan penyerapan oleh tanah, atau
melalui presipitasi (Hill 1973). Senyawa Sulfur dioksida inilah yang dapat menyebabkan
kerusakan pada tanaman, yang dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor yaitu konsentrasi sulfur dioksida
dan waktu kontak. Kerusakan tanaman di tandai dengan gejala pada beberapa bagian daun
menjadi kering dan mati, biasanya warnanya memucat. Pada konsentrasi yang rendah dalam
waktu yang lama menyebabkan kerusakan kronis yang ditandai dengan menguningnya warna
daun karena terhambatnya mekanisme pembentukan klorofil. Kerusakan akut tanaman
disebabkan karena kemampuan tanaman untuk mengubah yang diabsorbsi menjadi H2SO4 dan
kemudian menjadi sulfat.

2.5.2 Efek Pada Binatang


Efek terhadap kehidupan binatang merupakan akibat adanya proses bioakumulasi dan
keracunan bahan berbahaya. Misalnya terjadinya migrasi burung karena udara ambient yang
terpapar senyawa asam sulfat (SO2) (Environment Management Development in Indonesia,
1992 dalam Mukono, 2008)

2.5.3 Efek Terhadap Bahan Lain


Kerusakan bahan lain akibat senyawa asam sulfat yang diproduksi bila SO2 bereaksi
dengan uap air di atmosfer adalah terhadap cat, dimana waktu pengeringan dan pengerasan
beberapa cat meningkat jika mengalami kontak dengan SO2. Penyebab lain adalah korosi pada
kebanyak bahan metal (besi, baja, zink) yang diakibatkan dari lingkungan yang terpolusi sulfur
dioksid. Beberapa hal yang perlu diketahui dari korosi metal adalah sebagai berikut :
 Kecepatan korosi meningkat pada daerah industry

 Kecepatan korosi meningkat pada musim gugur dan salju dank arena polutan partikel dan
sulfur lebih terkonsentrasi dalam pembakaran bahan bakar untuk pemanasan. Asam sulfat
dalam konsentrasi yang tinggi juga dapat menyebabkan kerusakan pada bahan bangunan,
terutama bahan-bahan yang mengandung karbonat seperti marmer, batu kapur genteng
dan batu. Selain itu, beberapa tekstil yang terbuat dari serat tumbuhan menjadi lapuk
karena kontak dengan asam sulfat. Begitu juga halnya dengan kulit, dankertas yang
menjadi rusak/rapuh bila terkenah asam sulfat.

2.6 Dampak Pencemaran Hidrogen Sulfida Pada Manusia

Inhalasi merupakan rute utama hydrogen sulfide masuk ke dalam tubuh manusia
dikarenakan hydrogen sulfide bersifat gas. Data laporan paparan hydrogen sulfide pada
masyarakat berasal dari laporan kasus keracunan akut, eksposur pekerjaan, dan studi pada
masyarakat yang terbatas. Akibat menghirup udara dengan konsentrasi hydrogen sulfide tinggi
dapat berdampak pada kesehatan pada beberapa sistem tubuh. Efek kesehatan yang diamati pada
manusia yang terpapar hidrogen sulfida menyebabkan kematian, gangguan pernapasan, mata,
saraf, kardiovaskular, metabolisme, dan efek reproduksi. Efek pada Pernapasan, saraf, dan mata
paling sensitif bial seseorang tereksposur hydrogen sulfide. Namun, belum ditemukan efek
karsinogenik pada manusia yang diakibatkan oleh hydrogen sulfide. Berikut ini tabel efek
kesehatan yang diakibatkan oleh paparan hydrogen sulfida.
Banyak laporan kasus kematian manusia akibat paparan tunggal gas hydrogen sulfide dengan
konsentrasi tinggi (≥ 700 mg/m³) (Beauchamp et al., 1984). Sebagian besar kasus fatal yang
terkait dengan paparan hidrogen sulfida terjadi di ruang yang relatif terbatas, korban sangat cepat
kehilangan kesadaran setelah menghirup hidrogen sulfide. Banyak pula studi kasus yang
diasumsikan sebagai keracunan akibat paparan hydrogen sulfida. Kematian akibat paparan
tunggal hydrogen sulfide pada konsentrasi tinggi merupakan hasil dari kegagalan pernapasan
atau inefisiensi pernapasan, edema paru, dan sianosis. Adapun efek hydrogen sulfide pada
manusia sebagai berikut :

2.6.1 Efek Pada Mata


Hidrogen sulfida merupakan gas yang bersifat iritan. Efek pada mata disebabkan karena
kontak langsung mata dengan gas hidrogen sulfida. Pengaruh hidrogen sulfida pada mata cukup
penting, karena efek paparan hydrogen sulfide pada mata memberikan sedikit efek pada sistem
tubuh lainnya (NIOSH, 1977). Prevalensi efek paparan hydrogen sulfide terhadap keluhan mata
secara signifikan telah dilaporkan pada pekerja yang terpapar hidrogen sulfida di atas 5 mg/m³
dibandingkan dengan pekerja yang tidak terpapar (Vanhoorne et al., 1995). Iritasi mata
dilaporkan pada pekerja yang terpapar hidrogen sulfida pada konsentrasi 15.29 mg/m³ dengan
durasi paparan 6-7 jam (IPCS, 1981). Paparan pada konsentrasi yang lebih besar dari 70 mg/m³
selama 1 jam atau lebih dapat merusak jaringan mata (Riffat dkk., 1999). Jaakkola et al. (1990)
melaporkan bahwa orang-orang yang terkena hidrogen sulfida ketika tinggal di sebuah
komunitas di sekitar pabrik kertas mempunyai risiko 12 kali lebih terkena iritasi mata dari orang-
orang tidak terpapar.

2.6.2 Efek Pada Pernapasan


Paparan hydrogen sulfide dengan konsentrasi tinggi menyebabkan efek yang banyak pada
pernapasan. Eksposur hydrogen sulfida lebig dari 700 mg/m³ menyebabkan kegagalan
pernafasan (Beauchamp et al., 1984). Gangguan pernapasan tercatat pada dua pekerja yang
terpapar hidrogen sulfida lebih dari 56 mg/ m³ selama lebih dari 25 menit (Spolyar, 1951). Efek
pernapasan lainnya akibat paparan hydrogen sulfide dengan konsentrasi tinggi menyebabkan
edema paru non-kardiogenik, sakit tenggorokan, batuk, dan sesak. Sebuah studi tindak lanjut
baru-baru ini memberikan bukti lebih lanjut bahwa paparan jangka panjang untuk tingkat rendah
senyawa sulfur berbau busuk meningkatkan risiko infeksi saluran pernafasan akut dan gejala
saluran pernapasan (Jaakkola etal., 1999).
2.6.3 Efek Neurologis
Paparan hydrogen sulfide dengan konsentrasi tinggi dapat menyebabkan mual, sakit
kepala, delirium, gangguan keseimbangan, daya ingat menurun, perubahan neurulogis,
terganggunya indra ung, dan peningkatan tekanan darah juga dialami oleh pekerja akibat
eksposur hydrogen sulfide (Krekel, 1964; Thoman, 1969; Audeau et al, 1985.). Namun, tidak ada
informasi mengenai konsentrasi hidrogen sulfida.
2.6.4 Efek Metabolik
Paparan hydrogen sulfide pada orang sehat dengan konsentrasi 7-14 mg/m³ melalui
pernapasan mulut selama 20-30 menit saat berolahraga pada 50% kekuatan aerobik maksimal
mengakibatkan peningkatan konsentrasi laktat darah, penurunan penyerapan oksigen, dan
penurunan otot sintase sitrat dan menandakan sebuah kecendrungan otot untuk menggeser
metabolik otot dari aerobik ke metabolisme anaerobik (Bhambhani & Singh, 1991;.pada individu
yang hidup berlawanan arah angin dari kilang gas alam di Alberta, Kanada, 1970-1984
(Schechter et al., 1989). Dalam sebuah penelitian epidemiologi retrospektif dengan
menggunakan register kanker 1981-1990, Bates et al. (1998) mengevaluasi risiko kanker dikenal
sistem organ target hidrogen sulfida dalam toksisitas penduduk Rotorua, kota Selandia Baru
yang menggunakan energi panas bumi untuk keperluan pemanasan industri dan domestik.
Dampak dari hidrogen sulfida dan merkuri dari sumber panas bumi bisa memiliki dampak
kesehatan. Sebuah penelitian menunjukkan secara signifikan risiko kanker hidung (SIR =
3.17;P= 0,01) ditemukan di antara penduduk Rotorua dibandingkan dengan penduduk Selandia
Baru lainnya. Namun, ini adalah kanker langka, dan temuan ini didasarkan pada hanya empat
kasus. Penduduk Rotorua memiliki persentase yang lebih tinggi dari penduduk Maori di sisa
Selandia Baru. Para peneliti juga memeriksa data mereka dikelompokkan berdasarkan etnis dan
jenis kelamin dan menemukan peningkatan risiko yang signifikan dari kanker trakea, bronkus,
dan paru-paru (SIR = 1,48;P = 0,02) antara Maori perempuan di Rotorua dibandingkan dengan
Maori perempuan di seluruh Selandia Baru. Perbedaan dalam merokok antara dua populasi tidak
cukup untuk menjelaskan perbedaan dalam risiko. Para penulis menyimpulkan bahwa ada data
yang memadai mengenai paparan yang mengizinkan kesimpulan tentang kemungkinan hubungan
sebab-akibat antara hidrogen sulfida dan timbulnya kanker. Secara total, tidak mungkin untuk
mengevaluasi potensi karsinogenik hidrogen sulfida berdasarkan studi manusia.

2.6.5 Efek Kardiovaskular


Nyeri dada dan bradikardia dilaporkan akibat terpapar hydrogen sulfide dengan
konsentrasi yang sangat tinggi melalui inhalasi (Arnold et al., 1985). Aritmia
jantung,penyimpitan jantung, dan peningkatan tekanan darah juga dialami oleh pekerja akibat
eksposur hydrogen sulfide (Krekel, 1964; Thoman, 1969; Audeau et al, 1985.). Namun, tidak ada
informasi mengenai konsentrasi hidrogen sulfida.
2.7 Upaya Penurunan Pencemaran Hidrogen Sulfida

Dalam melakukan upaya pengendalian dan pengawasan suatu bahan pencemar di


lingkungan, informasi tentang sumber, karakteristik dan mekanisme penyebarannya di
lingkungan dari bahan polutan tersebut perlu diketahui sehingga program – program yang akan
dilakukan dalam menurunkan pencemaran bahan tersebut efektif dan efisien. Keberadaan gas
hydrogen sulfide di lingkungan bersumber dari endogen (alami) dan eksogen (akibat aktivitas
manusia/industry). Pengendalian dan pengawasan dalam rangka menurunkan hidrogen sulfide di
lingkungan dilakukan dengan cara penetapan baku mutu udara pada sumber, baku mutu pada
udara ambient, tingkat gangguan serta ambang batas emisi gas buang. Adapun upaya yang
dilakukan untuk menurunkan gas hydrogen sulfide di lingkungan sebagai berikut :
1. Penetapan baku mutu udara ambent hydrogen sulfide. Penetapan ini penting untuk
mengetahui dan membandingkan konsentrasi atau nilai tingkat bahan polutan dengan
baku mutu yang telah ditetapkan. Penetapan baku mutu udara ini dapat dilakukan melalui
peraturan daerah setempat.

2. Pemulihan mutu udara. Kegiatan ini bisa dilakuan secara perorangan atau oleh
penanggung jawab atau pengelola usaha atau kegiatan baik swasta maupun pemerintah
yang menghasilkan udara, baik kesadaran sendiri setelah diketahui terjadinya polusi
udara maupun akibat dari hasil pemantauan, pengendalian atau pengawasan mutu udara
ambient serta teguran dari instansi terkait atau berdasarkan laporan masyarakat. Upaya ini
sangat memerlukan kesadaran, kemauan dan komitmen dari semua pihak untuk menjaga
dan memelihara kualitas udara demi keberlanjutan kehidupan mendatang.

3. Penanggulangan pada sumber gas hydrogen sulfide yang berasal dari sumber atau
aktivitas yang tidak bergerak seperti industry dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
sampah meliputi pengawasan terhadap penataan baku mutu emisi yang ditetapkan,
pemantauan emisi yang keluar dari kegiatan dan mutu udara ambient di sekitar lokasi
kegiatan serta pemeriksaan penataan terhadap ketentuan persyaratan teknis pengendalian
pencemaran udara.
4. Pengendalian dan pengawasan pada sumber gas hydrogen sulfide yang berasal dari
sumber atau aktivitas yang meliputi pengawasan terhadap penataan baku mutu emisi gas
buang untuk kendaraan bermotor tipe baru dan tipe lama, pemantauan mutu udara ambiet
di sekitar jalan, pengadaan bahan bakar minyak khususnya solar berkadar belerang
rendah sesuai standar yang ditetapkan.

5. Perlunya dibangun atau dipasang Indeks Standar Pencemar Udarasebagai informasi


terhadap kualitas udara serta kesiapsiagaan keadaan darurat yang ditetapkan dan
diumumkan oleh gubernur atau walikota/bupati di wilayah kerjanya.

6. Penegakkan hukum di bidang pencemaran lingkungan. Upaya ini perlu dilakukan


terhadap pengelola usaha atau pemilik yang menghasilkan sumber pencemaran udara
sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku Fokus kegiatan yang akan dilakukan
dalam upaya penurunan gas hydrogen sulfide yang bersifat preventif khusus untuk
sumber bukan alami adalah sebagai berikut :

 Pemasangan filter pada cerobong asap industry

 Melakukan uji emisi secara berkala

 Penanaman pohon di daerah sekitar industry dan jalan raya

 Pada skala rumah tangga, fungsikan ventilasi rumah dengan baik serta mengurangi
pemakain bahan bakar minyak

 Peneggakan larangan merokok di tempat umum dengan sanksi yang tegas.

 Membuat wilayah berbukit-bukit

 Penggunaan masker

 Manfaat dan Kerugian Gas Hidrogen Sulfida


Hidrogen sulfida merupakan gas alami yang sering dijumpai manusia. Di alam bebas, gas
dengan rumus kimia H2S ini dihasilkan oleh tumpukan sampah dan gunung berapi. Tak hanya
berbau busuk, gas tersebut juga berbahaya dan dapat menyebabkan keracunan jika dihirup dalam
jumlah tertentu.
Bagi manusia, gas ini juga tak asing didengar telinga. Di dalam tubuh, hidrogen sulfida secara
alami dihasilkan oleh bakteri penghuni usus besar manusia. Gas tersebut adalah hasil samping
pembusukan makanan yang dicerna. Seperti gas lain yang dihasilkan tubuh, ketakseimbangan
produksi H2S menimbulkan berbagai penyakit.
BAB 3
PENANGANAN DAN PENCEGAHAN PAPARAN H2S

3.1 Penanganan Paparan H2S

Pada saat terjadi paparan Hidrogen Sulfida (H2S), respons cepat dan tepat sangat penting
untuk meminimalkan dampak kesehatan dan keselamatan. Berikut adalah langkah-langkah
penanganan paparan H2S:

3.1.1 Pertolongan Pertama:

 Memberikan Bantuan Pernapasan: Korban yang terpapar H2S mungkin mengalami kesulitan
bernapas. Memberikan bantuan pernapasan melalui metode CPR (Cardiopulmonary
Resuscitation) atau penggunaan alat bantu pernapasan menjadi langkah pertama yang vital.

 Membawa Korban ke Daerah Aman: Secepat mungkin, korban harus dipindahkan dari area
yang terkontaminasi H2S ke tempat yang lebih aman. Hal ini dapat mengurangi risiko
paparan lebih lanjut.

3.1.2 Kontak dengan Tim Medis atau Layanan Darurat:

 Menghubungi Tim Medis: Panggil tim medis atau layanan darurat untuk mendapatkan
bantuan lebih lanjut. Informasikan kepada mereka tentang keadaan korban dan kondisi di
lokasi.

3.1.3 Penggunaan Peralatan Pelindung Diri (APD):

 Masker Gas dan Pakaian Pelindung: Pekerja yang berpotensi terpapar H2S harus segera
menggunakan masker gas yang sesuai dan pakaian pelindung lengkap. Ini bertujuan untuk
mengurangi risiko inhalasi atau kontak langsung dengan kulit.
3.2 Pencegahan Paparan H2S

Pencegahan paparan Hidrogen Sulfida (H2S) menjadi krusial untuk menjaga keamanan
pekerja dan masyarakat. Berikut adalah langkah-langkah pencegahan:

3.2.1 Penggunaan Teknologi Pemantauan Gas:

 Deteksi Konsentrasi H2S: Instalasi sistem pemantauan gas yang efektif untuk mendeteksi
konsentrasi H2S di lingkungan kerja. Sensor gas yang canggih dapat memberikan peringatan
dini terhadap peningkatan kadar H2S.

3.2.2 Implementasi Proses Keselamatan Kerja yang Ketat:

 Prosedur Keselamatan yang Jelas: Tetapkan dan implementasikan prosedur keselamatan


kerja yang ketat terkait penanganan H2S. Ini termasuk aturan evakuasi darurat dan tindakan
yang harus diambil dalam kasus paparan.

3.2.3 Pelatihan bagi Pekerja:

 Pelatihan Risiko dan Penanganan Darurat: Berikan pelatihan reguler kepada pekerja
mengenai risiko paparan H2S dan tindakan darurat yang harus diambil. Ini mencakup
pengenalan peralatan pelindung diri dan prosedur evakuasi.

Pencegahan dan penanganan paparan Hidrogen Sulfida (H2S) membutuhkan kerjasama dan
komitmen dari semua pihak terlibat, baik perusahaan, pekerja, maupun masyarakat sekitar.
Dengan langkah-langkah yang tepat, risiko paparan H2S dapat diminimalkan, menciptakan
lingkungan kerja yang lebih aman dan sehat.
BAB 5
KESIMPULAN

5.1 Rangkuman

Kejadian ini menunjukkan risiko serius yang dapat ditimbulkan oleh paparan H2S selama
kegiatan industri seperti uji sumur. Pentingnya penanganan cepat dan pencegahan yang efektif
menjadi sorotan utama. Keterlibatan masyarakat, pemantauan ketat, dan pemahaman yang
mendalam tentang bahaya H2S menjadi kunci dalam mengurangi risiko serupa di masa depan.
5.2 Implikasi

Makalah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam meningkatkan


kesadaran keselamatan kerja, khususnya terkait paparan Hidrogen Sulfida. Implikasi yang
muncul dari penelitian ini mencakup:

Penyadaran Keselamatan Kerja: Pentingnya melibatkan seluruh pihak, mulai dari pekerja
hingga manajemen, dalam meningkatkan pemahaman tentang bahaya H2S dan risiko kecelakaan
kerja terkait.

Pelatihan dan Pendidikan: Perlunya pelatihan reguler bagi pekerja terkait pengenalan,
penanganan, dan pencegahan paparan H2S. Pendidikan ini dapat mencakup tindakan tanggap
darurat dan penggunaan peralatan pelindung diri (APD).

Peraturan Keselamatan: Mendorong perusahaan untuk mematuhi dan menguatkan


peraturan keselamatan yang ada, termasuk pemantauan dan evaluasi rutin terhadap potensi
risiko.

Pengembangan Protokol Keselamatan: Menyusun dan mengimplementasikan protokol


keselamatan yang jelas dan efektif dalam mengelola risiko paparan H2S di lingkungan kerja.
Makalah ini diharapkan juga dapat menjadi acuan bagi industri sejenis dalam
mengidentifikasi, mengelola, dan mencegah risiko serupa. Dengan demikian, upaya bersama
dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat dapat terus ditingkatkan, dan
kecelakaan serupa dapat diminimalisir atau dihindarkan secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai