Shalom Om Swastiastu, Namo Buddhaya, Salam Kebajikan, Salam sejahtera dan salam sehat bagi kita sekalian. Saudara – Saudari Sebangsa dan Setanah Air, Tahun 2023 ini kita memperingati Hari Kebangkitan Nasional yang ke-115. Pada tahun ini, “Semangat untuk Bangkit” menjadi tema peringatan Hari Kebangkitan Nasional sebagai seruan agar kita bisa bangkit bersama dari pandemi COVID-19 yang baru saja berakhir. Peringatan Hari Kebangkitan Nasional hendaknya tak hanya dimaknai sebagai seremonial. Guna memahami esensi sejarah Kebangkitan Nasional, mari sejenak kita mengingat lagi sisi historis di balik peringatan Harkitnas. Pada 20 Mei 1948, Presiden Soekarno menetapkan hari lahirnya perkumpulan Budi Utomo sebagai hari bangkitnya nasionalisme Bangsa Indonesia. Pada masa itu, muncul ancaman perpecahan antargolongan dan ideologi di tengah perjuangan Indonesia mempertahankan kemerdekaan dari Belanda yang ingin kembali berkuasa. Maka dari itu, semangat persatuan yang diusung oleh Budi Utomo diharapkan menjadi inspirasi dalam menghimpun kekuatan dan mencegah perpecahan bangsa Indonesia. Budi Utomo termasuk organisasi pertama di Indonesia yang bersifat nasional dan modern dalam sejarah pergerakan kemerdekaan. Organisasi ini didirikan oleh Dr. Sutomo beserta para mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) pada 20 Mei 1908. Budi Utomo lahir untuk mengejar ketertinggalan bangsa Indonesia dari bangsa-bangsa lain, terutama Belanda. Organisasi ini sekaligus menyatukan pergerakan di Indonesia dari yang bersifat kedaerahan menjadi nasional dengan tujuan akhir kemerdekaan. Tujuan pendirian Budi Utomo yang tercetus dalam kongres pertama organisasi ini adalah untuk mendorong kehidupan rakyat Indonesia sebagai bangsa terhormat dengan fokus di bidang pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan. Budi Utomo meletakkan 3 cita-cita bagi kebangkitan nasional, yakni memerdekakan cita- cita kemanusiaan, memajukan nusa dan bangsa, serta mewujudkan kehidupan bangsa yang terhormat dan bermartabat. Kelahiran Budi Utomo kemudian diikuti oleh kemunculan organisasi pergerakan di masa selanjutnya, seperti Indische Partij, Perhimpunan Indonesia, hingga Muhammadiyah. Saudara – Saudari Sebangsa dan Setanah Air, Semangat Budi Utomo masih relevan untuk dikontekstualisasikan di kehidupan berbangsa saat ini. Di tengah kondisi ekonomi global serta geopolitik yang belum stabil, kita patut memaknai kebangkitan nasional sebagai upaya kolektif bangsa untuk memperkuat dan memajukan pembangunan di Indonesia. Mari terus bekerja keras dan bersinergi untuk mempertahankan sekaligus meningkatkan upaya memajukan perekonomian nasional dan menyejahterakan segenap rakyat. Saudara – Saudari Sebangsa dan Setanah Air, Mengutip ucapan Dr. Sutomo “Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kain putih menjadi merah dan putih, selama itu tidak akan mau menyerah kepada siapa pun juga.” Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Shalom, Om santi, santi, santi om, Namo Budhaya.
Peran Wahidin Sudirohusodo Adalah Dengan Memiliki Pikiran Untuk Mencerdaskan Rakyat Sehingga Mendorong Sutomo Dan Rekan Siswa STOVIA Untuk Mendirikan Budi Utomo