Disusun Oleh :
NPM. 19144300015
2022
1
DAFTAR ISI
2
PERTEMUAN PERTAMA
1. Moral
Pada pertemuan pertama membahas mengenai pengertian moral yaitu
Secara etimologis Moral berasal dari kata Mos yang artinya tata cara atau
adat istiadat. Berdasar Kamus BI Moral diartikan sebagai akhlak, budi
pekerti, susila. Moral disamakan dengan Etika adalah ilmu tentang tingkah
laku yang baik dan yang buruk.
2. Budaya politik
Pengertian Budaya secara etimologis brsl dari Culture yang artinya budaya,
akhlak ,atau peradaban atau budi Kebudayaan : budhi, akal Kebudayaan
diartikan pula sbg perkembangan terpimpin oleh manusia budayawan.
3. Sifat moral
Sifat moral ada 2 yaitu :
1) Perspektif objektivistik, universal artinya pasti dan tidak berubah
2) Perspektif relativistik, konteltual artinya relatif tergantung konteks,
kultur, situasi dll contoh perbuatan yang dianggap baik pada masa yang
lalu belum tentu dianggap baik pada masa sekarang.
4. Hukum dan Moralitas
Moral juga membutuhkan hukum agar tidak mengawang-awang saja dan
agar berakar kuat dalam kehidupan sehari- hari. Apabila moral tidak
dilandasi pada hukum maka akan seluruh masyarakat akan mengabaikan
moral dalam bermasyarakat.
5. Pengertian politik
Politik pada umumnya diartikan sebagai bermacam-macam kegiatan dalam
suatu system politik atau negara yang menyangkut proses menentukan
tujuan 2 dari system itu. Konsep pokok politik adalah negara, kekuasaan,
pengambilan keputusan, kebijakan dan pembagian kekekuasaan. Politik
juga diartikan seni dan IP yg ada hub individu dg individu, individu dengan
3
negara dan negara dengan negara. Adapun pengertian menurut para ahli
sebagai berikut :
a. Andrew Heywood , politik adalah kegiatan suatu bangsa yang bertujuan
untuk membuat, mempertahankan, dan mengamandemen peraturan-
peraturan umum yang mengatur kehidupannya yang berarti tidak
terlepas dari gejala politik dan kerjasama.
b. Roger F.Soltau, politik adalah ilmu yang mempelajari negara, tujuan-
tujuan negara, dan lembaga-lembaga negara yang kan melaksanakan
tujuan tersebut serta hubungan antara negara dengan warganya serta
negara lain.
6. Etika Politik
Secara substantive pengertian Etika politik tdk dapat dipisahkan sebagai
pelaku etika yaitu manusia, oleh karena itu berkait erat dengan moral.
Aktualisasi etika politik harus senantiasa mendasarkan kepada ukuran
harkat dan martabat manusia sebagai manusia ( Suseno ,1987: 15). Fungsi
etika politik dalam masyarakat terbatas pada penyediaan alat-alat teoritis
untuk mempertanyakan serta menjelaskan legitimasi politik secara
bertanggung jawab. Tugas etika politik membantu agar pembahasan
masalah-masalah idiologis dapat dijalankan secara obyektif.
7. Prinsip dasar etika politik
Dasar etika politik sesuai dengan Pancasila yaitu:
1) Pluralisme, : untuk hidup yang positif, damai, toleran dan biasa/ normal
bersama warga masyarakat yang berbeda pandangan hidup, agama,
budaya, adat.
2) HAM
3) Solidaritas Bangsa
4) Demokrasi
5) Kedadilan sosial.
8. Penerapan etika politik di Indonesia
Keadaan politik di Indonesia tidak seperti yang diharapkan, rakyat
beranggapan bahwa politik adalah sesuatu yang hanya mementingkan dan
4
merbut kekuasaan dengan menghalalkan segala cara . Pemerintah Indonesia
tidak mampu menjalankan fungsinya sebagai wakil rakyat. Hal ini
ditunjukkan oleh sebagian rakyat yang mengeluh, karena hidup mereka
belum disejahterakan oleh negara. Bagi mereka politik hanyalah sesuatu
yang buruk dalam mencapai kekuasaan.
9. Budaya Politik
Pengertian budaya Politik menurut para ahli :
a. Austin Ranney : Budaya politik adalah seperangkat pandangan-pandangan
tentang politik dan pemerintahan yang dipegang secara bersama-sama
sebuah pola orientasi-oreintasi terhadap obyek-obyek politik.
b. Moctar Massoed : Budaya politik adalah sikap dan orientasi warga suatu
negara terhadap kehidupan pemerintahan negara dan politiknya.
10. Ciri-ciri Budaya Politik
1) Terdapat pengaturan kekuasaan
2) Perilaku dari aparat-aparat negara
3) Proses pembuatan kebijakan pemerintah
4) Adanya kegiatan partai-partai politik
5) Adanya gejolak masyarakat terhadap kekuasaan yang memerintah
6) Mengenai pola pengalokasian sumber-sumber masyarakat
7) Adanya budaya politik mengenai legitimasi
11. Bagian-bagian Budaya Politik
Bagian-bagian politik secara umum dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
1) Budaya politik apatis
2) Budaya politik mobilisasi
3) Budaya politik partisipasi (aktif)
Macam-macam Budaya politik
1) Budaya politik Parokial adalah budaya politik dengan tingkat partisipasi
politik yang sangat rendah.
Ciri-ciri Budaya politik Parokial adalah
a. Apatis
b. Lingkupanya sempit dan kecil
5
c. Pengetahuan politiknya rendah
d. Masyarakatnya yang sederhana dan tradisionalAdanya ke tidak
pedulian danjuga menarik diri dari kehidupan politik
e. Kesadaran anggota msyarakat condong tidak brminat terhadap
obyek politik yang luas.
f. Tidak ada peranan politik bersifat kusus
g. Warga negara tidak sering berhadap dalam sistem politik.
2) Budaya politik kaula/Subyek
Budaya politik kaula adalah budaya politik dengan masyarakat yang
sudah relatif maju baik sosial maupunekonominya, namun masih relatif
pasif. Budaya politik kaula atau subyek berada pada orang secara pasif
patuh pada pejabat-pejabat pemerintahan dan UU, akan tetapi tidak
melibatkan diri dalam politik ataupun memberikan suara dalam
pemilihan umum. Ciri-ciri budaya politik kaula adalah:
a. Masyarakat menyadari sepenuhnya otoritasi pemerintah
b. Sedikit warga memberi masukan dan tuntutan kepad pemerintah,
namun dapat menerima apa yang berasal dari pemerintah.
c. Menerima putusan yang dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat
dikoreksi, lebih ditentang
d. Sikap warga sebagai aktor politik adalah pasif artinya warga tidak
dapat berbuat banyak untuyk berbaprtisipasi dalam kehidupan
politik
e. Warga menaruh keadaan , minat, dan perhatian pad sistem politik
secara umum dan khusus terhadap obyek output, sedangkan untuk
kesadarannya terhadpat input dan kesadaannya sebagai aktor plitik
masih rendah.
3) Budaya Politik Partisipan
Budaya Politik Parisipan adalah budaya politik yang ditandai adanya
kesadaran politik yang sangat tinggi. Budaya politik partisipan
dikatakan bentuk budaya yang anggota masyarakatnya condong
diorientasikan secara eksplisit terhadap sistem sebagai keseluruhan
6
dan terhadap struktur dan proses politik serta administratif budaya
politik yang ditandai dengan adanya kesadaran dirinya dan orang
lain sebagai anggota aktif dalam kehidupan politik. Ciri-ciri budaya
politik partisipan adalah
a. Warga maenyadari hak dan tanggungjawabnya dan dapat
mempergunakan hak serta menanggung kewajibannya
b. Tidak begitu saja menerima keadaan, tunduk pad keadaan ,
berdisiplin tetapi dapat menilai dengan penuh kesadaran semua
objek politik, baik secara keseluruhan input, output maupun
posisi dirinya sendiri.
c. Kehidupan politik sebagai sarana transaksi misalnya penjual dan
pembeli. Warga menerima menurut kesadarannya tetapi dapat
menolak menurut penilaiannya sendiri
d. Menyadari sebagai warga yang aktif dan berperan sebagai
aktifis.
12. Manfaat Etika Politik
Ada beberapa manfaat etika politik:
a) Etika diperlukan dalam hubungannya dengan relasi antara politik dan
kekuasaan
b) untuk memberdayakan mekanisme kontrol masyarakat terhadap
pengambilan kebijakan agar tidak menyalahi etika
c) Pejabat dapat bertanggung jawab atas berbagai keputusan yang
dibuatnya baik selama ia menduduki posisi tertentu maupun setelah
meninggalkan jabatannya.
7
PERTEMUAN KE-DUA
1. Pengertian Moral
Moral berasal dari kata MOS yang artinya tata cara atau istiadat.
Sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesia diartikan sebagai akhlak,
budi pekerti dan susila. Moral disamakan dengan etika. Etika adalah
ilmu tentang tingkah laku yang baik dan yang buruk. Jadi moral adalah
ajaran tentang hal yang baik dan buruk menyangkut tingkah laku dan
perbuatan manusia. Moral merupakan pengetahuan yang menyangkut
budi pekerti manusia yang beradab. Moral juga berarti ajaran yang baik
dan buruk perbuatan dan kelakuan (akhlak). Moralisasi, berarti uraian
(pandangan, ajaran) tentang perbuatan dan kelakuan yang baik.
Demoralisasi, berarti kerusakan moral.
Menurut Muchtar Samad (2016), kata moral berasal dari bahasa latin
mores dengan asal kata mos yang berarti kesusilaan, tabiat dan
kelakuandengan demikian kata moral dapat diberikan makna kesusilaan,
sedangkan moralitas berarti segala hal yang berkenaan dengan
kesusilaan, dengen demikian kata Muchtar Samad moral, yaitu jiwa
yang mendasari perilaku seseorang atau masyarakat yang lebih
ditekankan kepada ketentuan yang bersifat sosial (Samad, 2016).Dian
Ibung mendefinisikan moral sebagai suatu keyakinan yang mendasari
tindakan atau pemikiran yang sesuai dengan kesepakatan sosial, moral
yang baik akan menjadikan modalindividu dalam berintekrasi sosial
(Dian Ibung, 2013).
2. Macam-Macam Moral
Moral murni, yaitu moral yang terdapat pada setiap manusia, sebgai
suatu pengejawantahan dari pancaran Ilahi. Moral murni disebut juga
hati nurani. 2. Moral terapan, adalah moral yang didapat dari ajaran
pelbagai ajaran filososfis, agama, adat, yang menguasai pemutaran
manusia.
8
3. Sifat-sifat Moral
Sifat moral itu ada 2 yaitu sebagai berikut: a) Perspektif
objektivistik, universal artinya pasti dan tidak berubah. Mutlak tidak
tergantung ruang dan waktu contohnya mencuri. b) Perspektif
relativistic, kontekstual artinya relative tergantung konteks, kultur,
situasi dll contoh perbuatan yang dianggap baik pada masa sekarang.
Misalnya memakai helm dulu bukan Standar Nasional Indonesia (SNI)
tetapi skearang harus sudah SNI. Kemudian siang hari lampu besar
kendaraan bermotor harus terus dinyalakan, kaca spion motor harus 2.
4. Pengertian Etika
Etika merupakan bidang normatif, karena menentukan dan
menyarankan apa yang seharusnya orang lakukan atau hindarkan.
Dalam makna ini keputusan orang untuk melakukan sesuatu tindakan
atau tidak semata karena arahan dan pertimbangan moral, sehingga
manakala seseorang melakukan suatu perbuatan yang tidak benar itu
artinya perbuatan tesebut dilakukan tidak dimintakan pertimbangan
etika dan moral(Salim, 2014).
5. Perbedaan Moral dan Etika
Perbedaan moral dan etika yaitu terletak pada etika yang lebih condong
bersifat teoritis. Lain halnya dengan moral yang bersifat praktis. Etika
memang memandang tingkah laku manusia secara umum. Namun,
moral memandang perilaku manusia secara lokal dan setempat.
6. HUKUM DAN MORAL Hukum dijiwai moralitas
Apa artinya UU tanpa moralitas ?
Moral juga membutuhkan hukum agar tidak mengawang-awang saja
dan agar berakar kuat dalam kehidupan sehari.
9
PERTEMUAN KE-TIGA
1. PENGERTIAN POLITIK
Pengertian politik secara umum adalah sebuah tahapan dimana
untuk membentuk atau membangun posisi-posisi kekuasaan didalam
masyarakat yang berguna sebagai pengambil keputusan-keputusan yang
terkait dengan kondisi masyarakat. Politik adalah pembentukan dan
pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang berwujud proses pembuatan
keputusan, terkhusus pada negara. Pengertian politik jika ditinjau dari
kepentingan penggunanya dimana pengertian politik terbagi atas dua yaitu
pengertian politik dalam arti kepentingan umum dan pengertian politik
dalam arti kebijaksanaan. Pengertian politik dalam arti kepentingan umum
adalah segala usaha demi kepentingan baik itu yang ada dibawah kekuasaan
negara maupun pada daerah. Pengertian politik secara singkat atau
sederhana adalah teori, metode atau teknik dalam memengaruhi orang sipil
atau individu. Politk merupakan tingkatan suatu kelompok atau individu
yang membicarakan mengenai hal-hal yang terjadi di dalam masyarakat
atau negara. Seseorang yang menjalankan atau melakukan kegiatan politik
disebut “politikus”.
2. Etika Politik
10
3. Penerepan Etika Politik di Indonesia
Ada dasar yang fundamental dalam memfungsikan sistem politik
yang memadai. Beberapa saran penerapan etika politk di Indonesia, adalah
sebagai berikut.
Pertama, membuat masyarakat kritis. Franklyn Haiman (1958)
mensyaratkan adanya peningkatan kapasitas rasional manusia. Upaya
persuasi seperti kampanye politik, komunikasi pemerintah, periklanan, dan
lain-lain, adalah suatu teknik untuk mempengaruhi penerima dengan
menghilangkan proses berfikir sadarnya dan menanamkan sugesti atau
penekanan pada kesadaran, agar menghasilkan perilaku otomatis uyang
tidak reflektif.
Seruan motivasional dan emosional juga kerap digunakan dalm
mempengaruhi rasional massa. Pemilihan kata, kerap tidak
dipertimbangkqan rasa keadilan. Habernas (1967) mengatakan bahwa
bahasa juga merupakan sarana dominasi dan kekuasaan. Monopoli pada
pilihan kata, terutama karena akses ruang publik lebih terbuka pada politisi,
menimbulkan peluang penyimpangan kepentingan.
Kedua, mengembangkan kebiasaan meneliti. Semua pihak:
masyarakat (melalui LSM), media massa, perguruan tinggi, politisi atau
penguasa, sebaiknya mengembangkan kebiasaan meneliti. Peningkatan
rasionalitas pada masyarakat selayaknya dibarengi dengan kemauan politsi
dalam bersikap adil ketika memilih dan menmpilkan fakta dan data secara
terbuka. Pengetahuan tentang realitas sebaiknya mencerminkan kenyataan
real yang dibutuhkan. Informasi yang ditampilkan adalah informasi yang
paling relevan dan selengkap mungkin memfasilitasi kemampuan rasional
publik, dan data yang dibutuhkan masyarakat, tidak boleh diselewengkan
atau disembunyikan. Ketika banyak pihak terbiasa meneliti dan terekspos
oleh data, penyelewengan data akan berkurang. Keterbukaan akses
informasi ini, memfasilitasi masyarakat, mengamati politisi dalam membuat
keputusan yang akurat. Bagi politisi sendiri, ada baiknya
11
mempertimbangkan peringatan Wallace untuk menanyakan hal ini pada diri
sendiri, “Apakah saya memberi kesempatan khalayak saya untuk membuat
pernilaian dengan adil, tanpa menutup-nutupi data?”
Ketiga, kepentingan umum daripada pribadi atau golongan. Politisi
hendaknya mengembangkan kepentingan umum daripada kepentingan
pribadi atau golongan. Motif pribadi atau golongan, atas kesempatan dan
kepercayaan yang diberikan kolektif oleh publik, sungguh suatu tindakan
tercela. Pertanyaan yang dapat disingkat adalah: “Apakah saya melupakan
amanah yang telah diberikan oleh khalayak pada saya?” Ajakan suci ini
memang membutuhkan gerakan hati dari politisi. Dan hati adalah ranah
personal dari seorang individu. Namun, masyarakat memiliki hak sebagai
eksekutor, ada atau tidak adnaya politisi tersebut duduk di singgasana
politik. Meski butuh waktu lima tahunan.
12
PERTEMUAN KE-EMPAT
A. BUDAYA POLITIK
Pengertian budaya politik adalah pola perilaku suatu masyarakat
dalam kehidupan bernegara, penyelenggaraan administrasi negara, politik
pemerintahan, hukum adat istiadat dan norma kebiasaan yang dihayati
terhadap seluruh anggota masyarakat setiap harinya. Budaya politik
diartikan sebagai suatu sistem nilai bersama suatu masyarakat secara sadar
untuk berpartisi dalam mengambil keputusan kolektif dan kebijakan publik
untuk masyarakat seluruhnya. Secara sederhana, pengertian Budaya Politik
adalah nilai-nilai yang berkembang dan dipraktikan suatu masyarakat
tertentu dalam bidang politik. Pengertian budaya politik menurut para ahli
sebagai berikut :
1. Austin Ranney: Menurut Austin Ranney, pengertian budaya politik
adalah seperangkat pandangan-pandangan tentang politik dna
pemerintahan yang dipegang secara bersama-sama; sebuah pola
orientasi-orientasi terhadap objek-objek politik.
2. Gabriel A. Almond dan G. Bigham Powell, Jr. : Menurutnya, pengertian
budaya politik adalah sikap, keyakinan, nilai dan ketrampilan yang
berlaku bagi seluruh populasi, juga kecenderungan dan pola-pola
khusus yang terdapat pada bagian-bagian tertentu dari populasi.
3. Sidney Verba: Menurutnya, budaya politik adalah suatu sistem
kepercayaan empiprik, simbol-simbol ekskresif dan nilai-nilai yang
menegaskan suatu situasi dimana tindakan politik dilakukan.
4. Moctar Massoed: menurutnya, pengertian budaya politik adalah sikap
dan orientasi warga suatu negara terhadap kehidupan pemerintah negara
dan politiknya.
5. Miriam Budiardjo: Menurutnya, budaya politik adalah keseluruhan dari
pandangan-pandangan politik, seperti norma-norma, pola-pola orientasi
terhadap politik dan pandangan hidup pada umumnya.
13
A. Ciri-ciri Budaya Politik
1. Terdapat pengaturan kekuasaan
2. Perilaku dari aparat-aparat negara
3. Proses pembuatan kebijakan pemerintah
4. Adanya kegiatan partai-partai politik
5. Adanya gejolak masyarakat terhadap kekuasaan yang memerintah
6. Mengenai pola pengalokasian sumber-sumber masyarakat
7. Adanya budaya politik mengenai masalah legitimasi
1. Budaya Politik Apatis (pasif, acuh, tak peduli), artinya suatu masyarakat
yang tidak peduli atau tidak aktif dalam kegiatan politik.
2. Budaya Politik Mobilisasi, artinya suatu masyarakat sengaja
dimobilisasi agar ikut berpartisipasi dalam kegiatan politik.
3. Budaya Politik Partisipasi (aktif), artinya masyarakat tersebut sudah
aktif dalam kegiatan berpolitik, seperti ikut dalam pemilu dan lain-lain.
14
kyai, atau dukun, yang biasanya merangkum semua peran yang ada
baik peran yang bersifat politis, ekonomis atau religious.
15
Budaya poltik kaula adalah budaya politik yang masyarakat bersangkutan
sudah relative maju baik sosial maupun ekonominya tetapi masih bersifat pasif.
Budaya politik suatu masyarakat dapat dikatakan subyek jika terdapat
frekuensi orientasi yang tinggi terhadap pengetahuan sistem politik secara
umum dan objek output atau terdapat pemahaman mengenai penguatan
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Namun frekuensi orientasi mengenai
struktur dan peranan dalam pembuatan kebijakan yang dilakukan pemerintah
tidak terlalu diperhatikan. Para subyek menyadari akan otoritas pemerintah dan
secara efektif mereka di arahkan pada otoritas tersebut. Sikap masyarakat
terhadap sistem masyarakat terhadap sistem politik yang ada ditunjukkan
melalui rasa bangga atau malah rasa tidak suka. Intinya, dalam kebudayaan
politik subyek, sudah ada pengetahuan yang memadai tentang sistem politik
secara umum serta proses penguatan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.
Ciri-ciri budaya kaula adalah:
a. Masyarakat menyadari sepenuhnya otoritasi pemerintah
b. Sedikit warga memberi masukan dan tuntutan kepada pemerintah,
namun dapat menerima apa yang berasal dari pemerintah.
c. Menerima putusan yang dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat
dikoreksi, lebih ditentang,
d. Sikap warga sebagai actor politik adalah pasif artinya warga tidak
dapat berbuat banyak untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik.
e. Warga menaruh keadaan, minat dan perhatian pada sistem politik
secara umum dan khusus terhadap output, sedangkan untuk
kesadarannya terhadap input dan kesadarannya sebagai actor politik
masih rendah.
16
b. Tidak mengikuti pemilu / golput
Contoh yang kedua adalah masyarakat tidak mengikuti pemilu atau
golput. Walau mungkin masyarakat sudah paham artian mengenai
politik namun mereka enggan untuk mengikutinya walau hanya
secara pasif.
17
Contoh budaya politik partisipan
18
Tidak hanya mencalonkan diri saja, namun siswa yang hanya
memilih ketua OSIS dan wakilnya juga masuk ke dalam contoh
karena juga ikut serta walaupun secara pasif.
c. Mengikuti diskusi atau musyawarah di Sekolah
Tidak hanya itu saja, namun siswa yang mengikuti diskusi
ataupun musyawarah di sekolah misalnya seperti mengikuti
rapat OSIS juga turut serta aktif seperti budaya politik partisipan.
3. Dalam Lingkup Kampus
a. Aktif dalam kegiatan kampus yang berkaitan dengan
pemilihan
b. Menggunakan hak suara dalam pemilihan seperti ketua HMP,
BEM dan sebagainya.
4. Dalam Lingkup Keluarga
Siapa sangka dalam lingkup masyarakat terkecil seperti keluarga
juga ada penerapan budaya politikpartisipan. Berikut adalah contoh
budaya politik partisipan di dalam lingkup keluarga:
a. Melakukan musyawarah mufakat untuk menyelesaikan suatu
masalah
Mungkin kita semua masih tidak sadar atau bahkan tidak tahu,
namun budaya politik partisipan ini ternyata juga diterpakan di
dalam lingkup keluarga sekalipun. Salah satu contohnya adalah
dengan melakukan musyawarah mufakat ketika menyelesaikan
suatu masalah atau mengambil sebuah.
keputusan. Dimana semua anggota keluarga akan
mendiskusikannya secara adil dan merata sehingga jelas
tujuannnya.
b. Mendengar nasehat orang tua
Tidak hanya musyawarah mufakat saja, namun salah satu
penerapan budaya politik atau contohnya dalam lingkup
keluargan juga berarti mendengarkan nasehat orang tua kita
dengan baik. Tidak hanya mendengarkannya saja, namun kita
19
juga harus menerapkan apa yang mereka bilang atau nasehatkan
kepada kita semua.
20
dengan era Demokrasi Liberal atau Demokrasi Parlementer. Kedua, masa
Republik Indonesia II (1959-1965) atau yang lebih dikenal dengan era Orde
Lama atau Demokreasi Terpimpin. Ketiga, masa Republik Indonesia III
(1965-1998) atau yang lebih dikenal dengan era Orde Baru atau Demokrasi
Pancasila , dan yang terakhir berlaku sampai saat inii adalam masa Republik
Indonesia IV (1998-sekarang) atau yang lebih dikenal dengan era
Reformasi.
Budaya politik yang berkembang pada saat ini atau masa reformasi.
Budya politik yang berkembang era reformasi ini adalah budaya politik
yang lebih berorientasi pada kekuasaan yang berkembang di kalangan elit
politik. Budaya seperti itu telah membuat struktur politik demokrasi tidak
dapat berjalan dengan baik, walaupun struktur dan fungsi-fungsi sistem
politik Indonesia mengalami perubahan di era yang satu ke era selanjuytnya,
namun tidak pada budaya politiknya. Reformasi pada tahun 1998 telah
memberikan sumbangan bagi berkembangnya budya politik partisipan,
namun kuatanya budyaa politik patrimonial dan otoriterianisme politik yang
masih berkembang di kalangan elit politik dan penyelenggara pemerintahan
masih senantiasa mengiringi. Walaupun masyarakat mulai peduli dengan
input-input politik, akan tetapi tidak diimbangi dengan para elit politik
karena mereka masih memiliki mentalitas budya politik sebelumnya.
Sehingga budaya politik yang berkembang cenderung merupakan budaya
politik subjek-partisipan.
Undang-Undang Dasar telah mnejamin bagi bekerjanya struktur
politik demokratis, tetapi budaya politik yang lebih berorientasi pada
kekuasaan yang berkembang di kalangan elit politik telah membuat struktur
politik demokrasi tersenut tidak berjalan dengan baik. Struktur politik dan
fiungsi-fungsi politik mengalami perubahan, tetapi tidak pada budaya
politiknya, akibatnya terjadi semacam paradoks.
21
TUGAS BUDAYA POLITIK
22
23
PENJABARAN TUGAS POWER POINT DIATAS
Kronologi kasus :
24
Wakil Ketua Komisi III DPR RI Bambang Wuryanto memberikan alasan
pencopotan Aswanto karena kinerjanya mengecewakan. Dia menilai Aswanto
sebagai Hakim Mahkamah Konstitusi pilihan DPR kerap menganulir undang-
undang yang disahkan oleh DPR. Anggota Fraksi PDIP itu pun menyebut Aswanto
tak memiliki komitmen dengan DPR. Bivitri menilai alasan yang diungkapkan
Bambang itu keliru dan sangat politis. Dia menyatakan alasan tersebut seakan akan
DPR ingin menghukum yang hakim yang membatalkan produk undang-undang
buatan mereka.
Alasan DPR mencopot Aswanto cukup mengejutkan. Ketua Komisi III DPR
RI Bambang Wuryanto mengatakan, kinerja hakim konstitusi itu mengecewakan
lantaran kerap membatalkan produk undang-undang dari DPR. Padahal, Aswanto
merupakan hakim konstitusi yang dulunya terpilih dari usulan DPR.
25
Respons Pemberhentian Hakim Aswanto oleh DPR UU MK Digugat,
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga Atas UU Nomor
2003 tentang Mahkamah Konstitusi (MK) digugat ke MK. Gugatan ini diajukan
untuk merespons pemberhentian Hakim MK Aswanto oleh Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) RI pada akhir September kemarin. Pemohon merupakan advokat
bernama zico Leonard Djagardo Simanjuntak. Sebagai advokat yang kerap
berperkara di MK, Zico meniali DPR sewenang-wenang memecat Aswanto. “Saya
tentu tidak menerima hakim MK diotak-atik DPR yang mana DPR adalah pembuat
Undang-Undang,” kata Zico.
Apabila ditinjau dari peraturan mahkamah konstitusi nomor 4 tahun 2012 Tentang
cara pemberhentian hakim konstitusi maka terdapat pada bagian ketiga
Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Pasal 8 yang berisi :
26
c. Tidak menghadiri persidangan yang menjadi tugas dan berkewajiban
selama 5 (lima) kali berturut-turut tanpa alasan yang sah.
Solusi
27
PERTEMUAN KE-LIMA
Piet Go O carm, dkk dalam buku Moral Politik (2004) menyatakan: jika The
Common Good sebagai prinsip etika politik mewajibkan setiap warga negara atau
warga masyarakat untuk menggapai jabatan publik dan institusi sosial politik
sebagai instrument untuk mengupayan hidup baik utnuk bersama dan satiap orang.
Konsep ini mengandung beberapa tuntutan
28
kesejahteraan bagi kelompok identitad tertentu. Contoh dari politik identitas sempit
adalah adanya aliran dank e partai politik. Salah satu sosok yang sering mendapat
sorortan atas dugaan aliran dana hasil tindak pidana korupsi ke aktivitas partai
politik adalah mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin.
Nazaruddin mengaku telah mnyerahkan bukti aliran dana proyek hambalang
kepada KPK. Dana itu digunakan untuk membiayai pemenangan Anas
Urbaningrum sebagai ketua umum Kongres Partai Demokrat 2010 di Bandung. Hal
ini diungkapkan Nazaruddin seusai diperikasa selama sekitar delapan jam sebagai
saksi kasus dugaan korupsi Hambalang, pada 4 Desember 2012 silam. Menurut
Nazaruddin, uang yang dibagi-bagikan kepada DPC PArtai Demokrat tersebut
dibungkus dalam amplop dan isinya sekitar 5.000-10.000 dollar AS. Kasus lainnya
adalah korupsi adalah korupsi dalam pengadaan Kartu Tanda Penduduk berbasis
elektronik (e-KTP) . Nazaruddin menyebutkan uang korupsi dalam proyek e-KTP
juga dinikmati Anas Urbaningrum . salah satunya untuk biaya pemenangan Anas
dalam kongres pemilihan Ketua Umum Partai Demokrat 2010. Awalnya, Anas
disebut meminta uang kepada pengusaha Andi Agustinus alias Andi Narogong
sebesar Rp 500 miliar. Namun, pada saat itu Andi baru memberikan 20 miliar.
Dalam surat dakwaan jaksa KPK dalam kasus e-KTP, andi Narogong juga disebut
akan menggunakan uang Rp 520 miliar untuk dibagi-bagikan ke sejumlah partai
politik. Rencananya, Partai Golkar dan Demoikrat masing-masing mendapatkan Rp
150 miliar, PDI Perjuangan mendapatkan Rp 80 miliar, serta partai-partai lainnya
sebesar Rp 80 miliar. Uang tersebut sengaja ingin dibagikan kepada anggota partai
yang ada di DPR untuk meloloskan anggaran proyek senilai Rp 5,9 triliun. Kasus
korupsi lain yang diduga terkait aliran dana ke aktivitas partai politik adalah yang
melibatkan politisi PDI Perjuangan Adriansyah. Anggota fraksi Partai PDI
Perjuangan itu divonis 3 tahun penjara setelah terbukti menerima gratifikasi dari
boda PT Mitra Maju Sukses, Andrew Hidayat, untuk memuluskan izin usaha
tambang di Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Mantan Bupati Tanah Laut itu
mengaku meminta bantuan kepada Manajer Marketing PT MMS Andrew Hidayart,
untuk menambah biaya kongres PDI Perjuangan di Bali, 9 April 2015 lalu.
Adriansyah mengaku meminta uang sebesar Rp 44.000 dollar Singapura dan Rp
29
57,36 juta kepada Andrew. Adriansyah mengatakan perannya dalam kongres PDI
Perjuangan adalah peninjau. Ia meminta bantuan uang kepada Andrew untuk
menambah biaya operasional kongres sejak sebulan sebelum pelaksanaan. Selain
itu, dalam surat dakwaan jaksa KPK, uang suap yang diterima anggota Komisi V
DPR dari Fraksi PDI Perjuangan, Damayanti Wisnu Putranti, diketahui digunakan
untuk biaya kampanye PDI Perjuangan. Damayanti didakwa menerima suap dari
pengusaha terkait pengusulan program aspirasi di Maluku. Conoth lain terungkap
dalam persidangan terhadap manta Menteri Kesehatan, Siti Fadilah Supari.
Menurut jaksa, sejumlah uang yang diterima sebagai keuntungan pihak swasta juga
mengalir ke rekening pengurus Dewan Pimpinan Pusat Partai Amanat Nasional
(DPP PAN). Tak hanya itu, berdasarkan fakta persidangan, aliran uang yang
diterima sebagai keuntungan dari perusahaan pelaksana proyek pengadaan alat
kesehatan di Kemenkes juga mengalir ke rekening pendiri PAN Amien Rais. Total
uang yang diterima Amien sebesar Rp 600 juta.
Kedua, Prinsip The Common Good sebagai prinsip etika politik melawan
politik simbolis, yakni politik yang mengandalkan daya simbolis dari sesuatu yang
berkaitan dengan agama atau unsur kebudayaan tertentu. Contoh dari politik
simbolis adalah kasus yang menimpa manta Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja
Purnama (Ahok). Beliau diduga melakukan penistaan agama dengan mengutip
surat Al-Maidah ayat 52. Hal ini erat kaitannya dengan pencalonan beliau sebagai
calon gubernur DKI Jakarta. Oleh lawan politik digunakan sebagai senjata guna
menjatuhkan beliau.
30
mulai mengalami kelangkaan gas elpiji 3 kg subsidi warna hijau muda atau sering
disebut gas melon.
Keempat, prinsip The Common Good dapat menjadi dasar moral bagi
birokrat atau pegawai negeri meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan
publik. Contoh dari prinsip ini adalah pelayanan SIM online. Pelayanan ini dirasa
sangat efektif dan efisien karena apabila satuan pelayanan SIM sudah tergabung
online maka masyarakat yang mempunyai SIM luar daerah bisa melakukan
perpanjangan SIM dimana saja tidak harus kembali ke dqaerah dimana SIM
tersebut dibuat.
Prof. Dr. J.E. Sahetapy Guru Besar Universitas Airlangga, Ketua Komisi
Hukum Nasional Republik Indonesia dalam makalahnya berjudul “Moral dan
Sopan Santun Politik” menyatakan, di zaman otokratiknya Suharto dimana
tampaknya serba teratur dan seolah-olah ada kedamaian, para politisi dan birokrat
sesungguhnya hanyalah pion-pion belaka yang dikendalikan melalui ancaman yang
terselubung. Dengan perkataan lain, para politisi seperti memiliki moral dan
“fatsoen politik” (sopan santun politik). Ia lebih jauh menjelaskan bahwa moralitas
fatsoen, ataupun sopan santun politik di DPRD-DPRD sudah hilang tak berbekas.
Agus Harimurti Yudhono adalah anak dari Susilo Bambang Yudhono yaitu
mantan presiden Indonesia. Sebelum masuk ke dunia politik AHY pernah memilih
profesi di bidang militer karena pekerjaan tersebut mulia. Oleh karena itu, belaiu
banyak menorehkan prestasi di bidang militer, seperti meraih penghargaan Tri Sakti
Wiratama. Beliau pernah terpilih menjadi komandan resimen koprs taruna akademi
militer pada tahun 1999.
Pada tahun 2016, Agus Harimurti Yudhono di daulat oleh partai democrat,
dan mencalonkan diri sebagai calon Gubernur DKI Jakarta. Sejak saat itu, beliau
aktif berpolitik di partai Demokrat dan diberi tugas sebagai komandan komando
31
tugas bersama (kogasma) untuk pemangan pileg 2019, dengan target 5-10 persen.
Agus Harimurti Yudhono terpilih menjadi ketua umum partai democrat period2e
2020-2025 secara aklamasi dalam kongres ke -5 partai demokrat pada tanggal 15
maret 2020 di Jakarta convention center.
Adapun sisi positif yang dapat diteladani dai sosok Agus Harimurti
Yudhono yaitu beliau bersilaturahmi ke sejumlah pimpinan partai politik dan
lembaga negara mendapatkan pujian. Maneuver putra sulung SBY itu memberikan
dampak positif perpolitikan di Indonesia. Ketua umum bintang muda Indonesia
(BMI) Farkhan Effendi menaggapi baik hal tersebut. Menurutnya, bentuk
pendewasaan politik memang sudah seharusnya dicontohkan oleh para elite partai
politik. Agus Harimurti Yudhono sudah mengawalinya dengan baik.
Dibalik sisi positif dari sosok AHY juga memiliki sisi negative yang mana
beliau pernah mengklaim bahwa rakyat di era SBY lebih sejatera daripada
sekarang. Menurut AHY, tak hanya di jwa, tetapi seluruh rakyat Indonesia yang
kesulitan. Merespon itu, politikus senior PDI Perjuangan (PDIP) Hendrawan
Supratikno menyindir klaim AHY. Dia bilang omongan AHY seperti klaim lantaran
upaya mencari suara untuk pemilu 2024.
32
PERTEMUAN KE-ENAM
Menurut Faisal Baasir beberapa prinsip ajaran Islam yang dapat dijadikan
etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini antara lain meliputi
kekuasaan sebagai amanah, musyawarah, prinsip keadilan sosial, prinsip
persamaan, pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia, prinsip
peradilan bebas, prinsip perdamaian dan keselamatan, prinsip kesejahteraan, prinsip
ketaatan rakyat.
33
berarti juga berbicara masalah rohani tentang keadilan dan kejujuran. Bila
berbicara mengenai kecurangan politik, berarti umat sedang berbicara mengenai
persoalan-persoalan rohani, kejujuran dan integritas.
Etika Politik Katolik menurut Piet Go o Carm, dkk dalam buku Etos dan
Moral Politik, mengatakan “berpolitik adalah pengabdian untuk mengupayakan
bonum commune (kesejahteraan umum). Ini menyangkut orang banyak, bukan
hanya orang per orang atau kelompok. Tujuannya adalah mensejahterakan seluruh
bangsa bahkan sebagian besar umat manusia.
34
tersebut. Contohnya, semua orang Kristen setuju bahwa manusia, yang diciptakan
menurut gambar Allah, tak ternilai harganya dan seharusnya dihindarkan dari
kengerian perang nuklir. Bagaimanapun, apakah ada tindakan menolak ciptaan
Allah yang lebih dahsyat daripada tindakan membinasakan ciptaan itu?
Demikianlah banyak orang Kristen menjadi sangat prihatin atas perlombaan senjata
nuklir di Amerika dan di seluruh dunia.
Di dalam panggung ilmu politik dan politik praktis, istilah etika mendapat
tempat yang penting. Etika berasal dari kata etic, Inggris yang artinya nilai, moral,
sopan santun. Bila etika dipisahkan dari politik maka akan terjadi penindasan,
pemaksaan, menghasilkan segala cara yaitu politik sebagai alat untuk melakukan
segala sesuatu yang baik atau buruk, tanpa mengindahkan kesusilaan hanya dengan
jalan menjalankan kesusilaan, moralitas sebagai dasar politik, maka dapat
diharapkan akan adanya politik yang mengindahkan aturan-aturan permainan, apa
yang harus dilakukan apa yang wajib dibiarkan atau tidak boleh dilakukan.
Kaidah Pelaksanaan
35
Tantangan Bangsa Menjelang Tahun 2020
Dalam mewujudkan Visi Indonesia 2020, bangsa dan negara menghadapi tantangan
keadaan dan perubahaan saat ini dan masa depan, baik dari dalam maupun luar
negeri, sebagai berikut:
36
kekerasan dalam berbagai bentuk. Semua itu diharapkan melahirkan kepemimpinan
nasional yang demokratis, kuat, dan efektif.
37
tersebut memiliki keimanan dan ketakwaan serta menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi, memiliki etos kerja, dan mampu membangun budaya kerja produktif
yang tuntas, bertanggungjawab, berkelanjutan dan berkepribadian.
Ketujuh, globalisasi
Partai Politik
Setiap orang yang ingin terjun berpolitik, masuk partai politik (parpol)
menjadi keharusan. Parpol adalah kendaraan politik yang diatur Undang-Undang
yang dapat mengatar seorang politikus atau negarawan atau kombinasi keduanya
ke puncak kekuasaan. Di negara-negara yang menganut faham demokrasi, gagasan
mengenai partisipasi rakyat mempunyai dasar ideologis bahwa rakyat berhak turut
menentukan siapa-siapa yang akan menjadi pemimpin yang nantinya menentukan
kebijaksanaan umum (public policy). Dalam perkembangan selanjutnya di dunia
barat timbul partai yang lahir di luar parlemen, dimana partai-partai ini bersandar
pada suatu pandangan hidup atau ideology tertentu seperti, Sosialisme, Kristen
Demokrat, dan sebagainya. Dalam partai semacam ini, disiplin partai lebih kuat,
sedangkan pimpinan lebih bersifat terpusat. Di negara-negara jajahan, partai-partai
politik sering didirikan dalam rangka pergerakan nasional diluar dewan perwakilan
rakyat colonial; malahan partai-partai kadang-kadang menolak untuk duduk dalam
badan itu. Seperti pernah terjadi di India dan Hindia Belanda setelah kemerdekaan
dicapai, dan dengan meluasnya proses urbanisasi, komunikasi massa serta
pendidikan umum, maka bertambah kuatlah kecenderungan untuk berpartisipasi
dalm proses politik melalui partai.
Definisi Partai Politik menurut Prof. Dr. Miriam Budiardjo dalam bukunya
berjudul “Dasar-Dasar Ilmu Politik” secara umum dapat dikatakan bahwa: “Partai
Politik adalah suatu kelompok yang terorganisir, yang anggota-anggotanya
38
mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini
ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik. Tentu
dengan cara konstitusionil untuk melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan
mereka. Kegiatan seseorang dalam partai politik merupakan suatu bentuk
partisipasi politik. Partisipasi politik mencakup semua kegiatan sukarela, dimana
seseorang turut serta dalam proses pemilihan, dan turut serta secara langsung atau
tidak langsung dalam pembentukan kebijaksanaan umum. Kegiatan-kegiatan ini
mencakup kegiatan memilih dalam lembaga politik seperti dewan perwakilan
rakyat, atau membedakan komunikasi dengan wakil-wakil rakyat yang duduk
dalam badan itu, berkampanye, menghadiri kelompok diskusi, dan sebagainya.
39
penekan (pressure group), yang terakhir ini disebut juga kelompok kepentingan
(interest group).
Partai sebagai sarana komunikasi politik, salah satu tugas dari partai politik
adalah menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat dan mengatur
sedemikian rupa sehingga kesimpangsiuran pendapat dalam masyarakat berkurang.
Dalam masyarakat modern yang begitu luas, pendapat dan aspirasi seseorang atau
suatu kelompok akan hilang tak berbekas seperti suara padang pasir, apabila tidak
ditampung dan digabung dengan pendapat dan aspirasi orang lain yang senada.
Proses ini dinamakan “penggabungan kepentingan” (interest integration). Sesudah
digabung, pendapat dan aspirasi ini diolah dan dirumuskan dalam bentuk yang
teratur. Proses ini dinamakan “perumusan kepentingan” (interest articulation).
Semua kegiatan diatas dilakukan oleh partai politik. Partai politik selanjutnya
merumuskannya sebagai usul kebijaksanaan. Usul kebijaksanaan ini dimasukkan
dalam program partai untuk diperjuangkan atau disampaikan kepada pemerintah
agar dijadikan kebijaksanaan umum (public policy). Dengan demikian tuntutan dan
kepentingan masyarakat disampaikan kepada pemerintah melalui partai politik.
Partai sebagai sarana sosialisasi politik. Partai Politik juga main peranan sebaga
sarana sosialisai politik (instrument of political socialization). Di dalam ilmu politik
sosial memperoleh sikap dan orientasi, dimana seseorang memperoleh sikap dan
orientasi terhadap fenomena politik, pada umumnya berlaku dalam masyarakat,
dimana ia berbeda biasanya proses sosialisasi berjalan secara berangsur-angsur dari
masa kanak-kanak sampai dewasa. Di samping itu, sosialisasi politik juga
mencakup proses melalui mana masyarakat menyampaikan norma-norma dan nilai-
nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam hubungan ini partai politik
berfungsi sebagai salah satu sarana sosialisasi politik.
Partai politik sebagai sarana kaderisasi politik Partai Politik juga berfungsi
untuk mencari dan mengajak orang yang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan
politik sebagai anggota partai (political recruitment). Dengan demikian partai turut
memperluas partisipasi politik dan caranya, ialah melalui kontak pribadi, persuasi,
dan lain-lain, juga diusahakan untuk menarik golongan muda untuk dididik menjadi
40
kader yang di masa mendatang akan mengganti pimpinan lama (selection of
leadership). Partai politik sebagai sarana mengatasi konflik (conflict management).
Dalam suatu demokrasi, persaingan dan perbedaaan pendapat dalam masyarakat
merupakan soal yang wajar, jika sampai terjadi konflik, partai politik berusaha
untuk mengatasinya.
Klasifikasi partai dapat dilakukan dengan pelbagai cara bila dilihat dari segi
komposisi dan fungsi keanggotaanya. Secara umum dapat dibagi dalam dua jenis
yaitu partai massa dan partai kader. Partai massa mengutamakan kekuatan
berdasarkan keunggulan jumlah anggotam yang biasanya terdiri dari pendukung-
pendukung dari berbagai aliran politik dalam masyarakat yang sepakat untuk
bernaung di bawahnya, dalam memperjuangkan suatu massa masing-masing
terutama pada saat-saat krisis.
Klasifikasi lainnya dapat dilakukan dari segi sifat dan orientasi, dalam hal
mana partai-partai dapat dibagi dalam dua jenis yaitu partai lindungan (patronage
party) dan partai ideology atau partai azas (Weltanschauungs Partei atau
Progammic Party) Partai lindungan umumnya memiliki organisasi nasional yang
lemah dan biasanya tidak terlalu mementingkan pemungutan iuran secara teratur.
Maksud utama ialah memenangkan pemilihan umum untuk anggota-anggota yang
dicalonkannya, karena itu hanya giat menjelang masa-masa pemilihan. Partai
Demokrat dan Partai Republik di Amerika Serikat merupakan contoh dari partai
semacam inii. Partai ideology atau partai azas (Sosialisme, Fasisme, Komunisme,
Agama) biasanya mempunyai pandangan hidup yang digariskan dalam
kebijaksanaan pimpinan dan berpedoman pada disiplin partai yang kuat dan
41
mengikat terhadap caon anggota diadakan saringan, sedangkan untuk menjadi
anggota pimpinan disyaratkan lulus melalui beberapa tahap percobaan untuk
memperkuat ikatan batin dan kemurnia ideology maka dipungut iuran secara teratur
dan disebarkan organ-organ partai yang memuat jaran-ajaran serta keputusan-
keputusan yang telah dicapai oleh pimpinan.
Gerakan politik adalah gerakan sesaat (spontan) dari yang bergabung atas
persamaan persepsi, kemudian mengorganisasikan diri, bergerak bersama unutk
melakukan tuntutan perubahan. Gerakan politik ini lazimnya bersifat radikal,
fundamental, dengan sasaran terbatas. Namun sifat organisasinya amat longgar,
tidak diperlukan disiplin yang ketat bagi para anggotanya, umumnya terikat secar
emosional (ikatan batin), yang dapat bergerak saling bahu-membahu (saling
memperkuat) yang melahirkan identitas kelompok yang mencolok. Gerakan ini
umumnya mengeleminasi (mengabaikan) keberadaan lembag-lembaga politik
42
formal. Walaupun tidak terang-terangan menyebut dirinya sebagai gerakan politik
bahkan sering tampil dengan identitas terselubung, misalnya sebagai gerakan
intelektual, gerakan pembaruan, gerakan budaya, gerakan moral, gerakan non
politis, dan sebagainya namun melihat dari segi materil (substansi) yang mereka
perjuangkan, serta cara-cara yang digunakan sudah mengarah kepada
mempengaruhi keputusan politik, maka tidak ada predikat lain untuk menamakan
gerakan demikian ini dengan gerakan politik. Gerakan mahasiswa yang melakukan
demo menentang kebijakan pemerintah dan menghendaki adanya perubahan arah
kehidupan perpolitikan nasional, dapat dikategorikan sebagai gerakan politik.
43
pemenrintahan melalui penyebaran pemikiran-pemikiran kritis, sehingga
berdampak pada pembentukan opini publik, mempengaruhi perilaku masyarakat
maka gerakan kaukus ini dapat dikategorikan sebagai bentuk kekuatan politik
kolektif informal.
Kekuatan politik kolektif non formal adalah organisasi yang sejak awal berdirinya
diniatkan secara sengaja sebagai organisasi politik. Keberadaannya pun diakui
secara resmi oleh pemerintah, terlindungi secara hukum (Undang-Undang), khusus
bergerak dalam kegiatan politik. Misalnya, kelembagaan partai politik (parpol)
adalah institusi (lembaga) atau organisasi yang secara sengaja semata-mata hanya
untuk tujuan kepentingan perjuangan politik, sehingga tercermin dalam aktifitas
gerakannya pemikiran dan segala aspeknya berorientasi pada kepentingan politik.
Proses pembentukan dan latar belakang berdirinyanpartai politik menurut Maurice
Duverger dapat dilihat menjadi dua karakter.
Pertama, partai politik yang berdiri atas dorongan individu per individu
yang memiliki kesepahaman, kesamaan pandangan dan satu ideology, maka mereka
sepakat mendirikan partai politik tersebut. Keanggotaanya orang per orang
mendaftar mewakili dirinya sebagai unsur insan politik.
44
(beraliansi) untuk tujuan suatu perjuangan politik, maka organisasi-organisasi yang
sepaham itu sepakat mendirikan partai politik.
Kategori fungsi partai politik dalam literature ilmu politik, secara umum
sifat partai politik dapat diklasifikasikan dalam dua kategori yaitu, partai kader dan
partai massa. Namun dalam praktek, antara kedua kategori ini sering terbagi secara
ekstrim, akan tetapi merupakan perpaduan (kombinasi) ciri-ciri dari keduanya, atau
disebut sebagai Partai Berstandar Ganda (campuran).
Partai massa lebih berorientasi kepada dukungan massa dalam jumlah besar.
Umumnya amat mengabaikan mengenai kualitas anggotanya, siapa saja boleh
masuk tidak pandang bulu, apakah termasuk orang bermutu atau dari lapisan mana
saja yang penting dapat menarik suara dukungan sebanyak-banyaknya.
45
MATERI TAMBAHAN ETIKA POLITIK ISLAM
Untuk mewujudkan etika politik yang sehat dan santun sesuai ajaran Islam,
diperlukan upaya dari semua pihak utamanya dari ilmuwan untuk mengkritisi
kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak sesuai dengan wewenang yang
diamanatkan dan menyalahgunakan kekuasaan, kritik dalam bentuk tulisan-tulisan
dan dialog-dialog agar dapat membangun wacana etika politik yang dapat
meningkatkan kesadaran kolektif dari semua komponen masyarakat sehingga
mengurangi praktek-praktek barter, korupsi, nepotisme dan terorisme serta
kejahatan lainnya. (Yunus Rahawarin, 2016)
Etika Politik Islam relatif berbeda dengan etika politik umum sebab etika
politik islam memiliki dasar yang sakral dari wahyu Tuhan dan sunnah Rasul.
Interpretasi yang bersifat deduktif dari nash Al-Qur’an dan Sunnah Rasul menjadi
suatu yang niscaya. Demikian pula sebaliknya, ketika realitas sosial muncul,
legitimasi atas realitas itupun harus jelas dalam etika politik islam. Artinya realitas
yang baik dapat diberi justifikasi sebagai sesuatu yang patut dipertahankan jika
sesuai dengan spirit nash tersebut, meskipun hasil aktualisasinya tidak memiliki
nilai indoktrinasi. Oleh karena itu, epistemologi akhlak tidak terlepas dari metode-
metode pemahaman atas ajaran (istinbath, istidhlal, dan ijtihad). terutama dalam
konteks penerapan etika politik, hampir seluruh jalur pengambilan keputusan dalam
syariat islam dapat diperlakukan secara proporsional.
46
prinsip tertentu, melainkan membongkar pandangan-pandangan moral politik yang
ada, membuang yang tidak tahan uji, tetapi mempertahankan apa yang semestinya
sebagai prinsip ( Dewi Dahlan, 2021 ).
47
PERTEMUAN KE-TUJUH
PARTAI POLITIK
48
Partai Politik dapat berfungsi menjadi 3 hal yaitu:
Salah satu fungsi atau tugas partai politik adalah menyalurkan aneka
ragam pendapata dan aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian
rupa sehingga kesimpangsiuran pendapat dalam masyarakat berkurang.
dalam masyarakat modern pendapat dan aspirasi seseorang atau suatu
kelompok akan hilang tak berbekas seperti suara padang pasir, apabila tidak
ditampung dan digabung dengan pendapat dan aspirasi orang lain yang
senada. Proses ini dinamakan penggabungan kepentingan ( interest
agregation). sesudah digabung pendapat dan aspiraasi ini diolah dan
dirumuskan dalam bentuk yang teratur .Proses ini dinamakan perumusan
kepentingan ( interst articulation). Semua kegiatan diatas dilakukan oleh
partai politik. Partai politik selanjutnya merumuskan sebagai usul
kebijaksanan. Usul kebijaksanan ini dimasukan dalam program partai untuk
diperjuangkan atau disampaikan kepada pemerintah agar dijadiikan
kebijaksanaan umum (public policy).
49
3. Partai Politik sebagai Sarana Kaderisasi Politik
50
TUGAS TAMBAHAN
51
2. Puan Maharani
3. Anies Baswedan
b. Bakal calon wakil presiden :
1. Airlangga Hartanto
2. Erick Thohir
3. Sandiaga Uno
52
DAFTAR PUSTAKA
Samad, M. (2016). Gerakan Moral: Dalam Upaya Revolusi Mental. Sunrise Book
Store
Dian Ibung, P. S. I. (2013). Mengembangkan nilai moral pada anak. Elex Media
Komputindo.
Hai, K. A. (2017). Kontekstualisasi Etika POlitik Islam Umar Ibn Khattab Dalam
Kehidupan Kontemporer. Jurnal Ilmiah Islam Futura, 16 (1), 52-73.
53