Anda di halaman 1dari 53

TUGAS AKHIR MATA KULIAH PENDIDIKAN MORAL POLITIK

Dosen Pengampu : Ari retno Purwanti, S.H, M.H

Disusun Oleh :

Antika Mega Cahyani

NPM. 19144300015

PROGRAM STUDI PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

2022

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2

PERTEMUAN PERTAMA .................................................................................... 3

PERTEMUAN KE-DUA ........................................................................................ 8

PERTEMUAN KE-TIGA ..................................................................................... 10

PERTEMUAN KE-EMPAT ................................................................................. 13

A. BUDAYA POLITIK .................................................................................. 13

TUGAS BUDAYA POLITIK ............................................................................... 22

PERTEMUAN KE-LIMA .................................................................................... 28

BERPOLITIK YANG PROFESIONAL ............................................................... 28

PERTEMUAN KE-ENAM ................................................................................... 33

ETIKA POLITIK ISLAM ..................................................................................... 33

MATERI TAMBAHAN ETIKA POLITIK ISLAM ............................................ 46

PERTEMUAN KE-TUJUH .................................................................................. 48

PARTAI POLITIK ................................................................................................ 48

TUGAS TAMBAHAN ......................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 53

2
PERTEMUAN PERTAMA

1. Moral
Pada pertemuan pertama membahas mengenai pengertian moral yaitu
Secara etimologis Moral berasal dari kata Mos yang artinya tata cara atau
adat istiadat. Berdasar Kamus BI Moral diartikan sebagai akhlak, budi
pekerti, susila. Moral disamakan dengan Etika adalah ilmu tentang tingkah
laku yang baik dan yang buruk.
2. Budaya politik
Pengertian Budaya secara etimologis brsl dari Culture yang artinya budaya,
akhlak ,atau peradaban atau budi Kebudayaan : budhi, akal Kebudayaan
diartikan pula sbg perkembangan terpimpin oleh manusia budayawan.
3. Sifat moral
Sifat moral ada 2 yaitu :
1) Perspektif objektivistik, universal artinya pasti dan tidak berubah
2) Perspektif relativistik, konteltual artinya relatif tergantung konteks,
kultur, situasi dll contoh perbuatan yang dianggap baik pada masa yang
lalu belum tentu dianggap baik pada masa sekarang.
4. Hukum dan Moralitas
Moral juga membutuhkan hukum agar tidak mengawang-awang saja dan
agar berakar kuat dalam kehidupan sehari- hari. Apabila moral tidak
dilandasi pada hukum maka akan seluruh masyarakat akan mengabaikan
moral dalam bermasyarakat.
5. Pengertian politik
Politik pada umumnya diartikan sebagai bermacam-macam kegiatan dalam
suatu system politik atau negara yang menyangkut proses menentukan
tujuan 2 dari system itu. Konsep pokok politik adalah negara, kekuasaan,
pengambilan keputusan, kebijakan dan pembagian kekekuasaan. Politik
juga diartikan seni dan IP yg ada hub individu dg individu, individu dengan

3
negara dan negara dengan negara. Adapun pengertian menurut para ahli
sebagai berikut :
a. Andrew Heywood , politik adalah kegiatan suatu bangsa yang bertujuan
untuk membuat, mempertahankan, dan mengamandemen peraturan-
peraturan umum yang mengatur kehidupannya yang berarti tidak
terlepas dari gejala politik dan kerjasama.
b. Roger F.Soltau, politik adalah ilmu yang mempelajari negara, tujuan-
tujuan negara, dan lembaga-lembaga negara yang kan melaksanakan
tujuan tersebut serta hubungan antara negara dengan warganya serta
negara lain.
6. Etika Politik
Secara substantive pengertian Etika politik tdk dapat dipisahkan sebagai
pelaku etika yaitu manusia, oleh karena itu berkait erat dengan moral.
Aktualisasi etika politik harus senantiasa mendasarkan kepada ukuran
harkat dan martabat manusia sebagai manusia ( Suseno ,1987: 15). Fungsi
etika politik dalam masyarakat terbatas pada penyediaan alat-alat teoritis
untuk mempertanyakan serta menjelaskan legitimasi politik secara
bertanggung jawab. Tugas etika politik membantu agar pembahasan
masalah-masalah idiologis dapat dijalankan secara obyektif.
7. Prinsip dasar etika politik
Dasar etika politik sesuai dengan Pancasila yaitu:
1) Pluralisme, : untuk hidup yang positif, damai, toleran dan biasa/ normal
bersama warga masyarakat yang berbeda pandangan hidup, agama,
budaya, adat.
2) HAM
3) Solidaritas Bangsa
4) Demokrasi
5) Kedadilan sosial.
8. Penerapan etika politik di Indonesia
Keadaan politik di Indonesia tidak seperti yang diharapkan, rakyat
beranggapan bahwa politik adalah sesuatu yang hanya mementingkan dan

4
merbut kekuasaan dengan menghalalkan segala cara . Pemerintah Indonesia
tidak mampu menjalankan fungsinya sebagai wakil rakyat. Hal ini
ditunjukkan oleh sebagian rakyat yang mengeluh, karena hidup mereka
belum disejahterakan oleh negara. Bagi mereka politik hanyalah sesuatu
yang buruk dalam mencapai kekuasaan.
9. Budaya Politik
Pengertian budaya Politik menurut para ahli :
a. Austin Ranney : Budaya politik adalah seperangkat pandangan-pandangan
tentang politik dan pemerintahan yang dipegang secara bersama-sama
sebuah pola orientasi-oreintasi terhadap obyek-obyek politik.
b. Moctar Massoed : Budaya politik adalah sikap dan orientasi warga suatu
negara terhadap kehidupan pemerintahan negara dan politiknya.
10. Ciri-ciri Budaya Politik
1) Terdapat pengaturan kekuasaan
2) Perilaku dari aparat-aparat negara
3) Proses pembuatan kebijakan pemerintah
4) Adanya kegiatan partai-partai politik
5) Adanya gejolak masyarakat terhadap kekuasaan yang memerintah
6) Mengenai pola pengalokasian sumber-sumber masyarakat
7) Adanya budaya politik mengenai legitimasi
11. Bagian-bagian Budaya Politik
Bagian-bagian politik secara umum dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
1) Budaya politik apatis
2) Budaya politik mobilisasi
3) Budaya politik partisipasi (aktif)
Macam-macam Budaya politik
1) Budaya politik Parokial adalah budaya politik dengan tingkat partisipasi
politik yang sangat rendah.
Ciri-ciri Budaya politik Parokial adalah
a. Apatis
b. Lingkupanya sempit dan kecil

5
c. Pengetahuan politiknya rendah
d. Masyarakatnya yang sederhana dan tradisionalAdanya ke tidak
pedulian danjuga menarik diri dari kehidupan politik
e. Kesadaran anggota msyarakat condong tidak brminat terhadap
obyek politik yang luas.
f. Tidak ada peranan politik bersifat kusus
g. Warga negara tidak sering berhadap dalam sistem politik.
2) Budaya politik kaula/Subyek
Budaya politik kaula adalah budaya politik dengan masyarakat yang
sudah relatif maju baik sosial maupunekonominya, namun masih relatif
pasif. Budaya politik kaula atau subyek berada pada orang secara pasif
patuh pada pejabat-pejabat pemerintahan dan UU, akan tetapi tidak
melibatkan diri dalam politik ataupun memberikan suara dalam
pemilihan umum. Ciri-ciri budaya politik kaula adalah:
a. Masyarakat menyadari sepenuhnya otoritasi pemerintah
b. Sedikit warga memberi masukan dan tuntutan kepad pemerintah,
namun dapat menerima apa yang berasal dari pemerintah.
c. Menerima putusan yang dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat
dikoreksi, lebih ditentang
d. Sikap warga sebagai aktor politik adalah pasif artinya warga tidak
dapat berbuat banyak untuyk berbaprtisipasi dalam kehidupan
politik
e. Warga menaruh keadaan , minat, dan perhatian pad sistem politik
secara umum dan khusus terhadap obyek output, sedangkan untuk
kesadarannya terhadpat input dan kesadaannya sebagai aktor plitik
masih rendah.
3) Budaya Politik Partisipan
Budaya Politik Parisipan adalah budaya politik yang ditandai adanya
kesadaran politik yang sangat tinggi. Budaya politik partisipan
dikatakan bentuk budaya yang anggota masyarakatnya condong
diorientasikan secara eksplisit terhadap sistem sebagai keseluruhan

6
dan terhadap struktur dan proses politik serta administratif budaya
politik yang ditandai dengan adanya kesadaran dirinya dan orang
lain sebagai anggota aktif dalam kehidupan politik. Ciri-ciri budaya
politik partisipan adalah
a. Warga maenyadari hak dan tanggungjawabnya dan dapat
mempergunakan hak serta menanggung kewajibannya
b. Tidak begitu saja menerima keadaan, tunduk pad keadaan ,
berdisiplin tetapi dapat menilai dengan penuh kesadaran semua
objek politik, baik secara keseluruhan input, output maupun
posisi dirinya sendiri.
c. Kehidupan politik sebagai sarana transaksi misalnya penjual dan
pembeli. Warga menerima menurut kesadarannya tetapi dapat
menolak menurut penilaiannya sendiri
d. Menyadari sebagai warga yang aktif dan berperan sebagai
aktifis.
12. Manfaat Etika Politik
Ada beberapa manfaat etika politik:
a) Etika diperlukan dalam hubungannya dengan relasi antara politik dan
kekuasaan
b) untuk memberdayakan mekanisme kontrol masyarakat terhadap
pengambilan kebijakan agar tidak menyalahi etika
c) Pejabat dapat bertanggung jawab atas berbagai keputusan yang
dibuatnya baik selama ia menduduki posisi tertentu maupun setelah
meninggalkan jabatannya.

7
PERTEMUAN KE-DUA

1. Pengertian Moral
Moral berasal dari kata MOS yang artinya tata cara atau istiadat.
Sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesia diartikan sebagai akhlak,
budi pekerti dan susila. Moral disamakan dengan etika. Etika adalah
ilmu tentang tingkah laku yang baik dan yang buruk. Jadi moral adalah
ajaran tentang hal yang baik dan buruk menyangkut tingkah laku dan
perbuatan manusia. Moral merupakan pengetahuan yang menyangkut
budi pekerti manusia yang beradab. Moral juga berarti ajaran yang baik
dan buruk perbuatan dan kelakuan (akhlak). Moralisasi, berarti uraian
(pandangan, ajaran) tentang perbuatan dan kelakuan yang baik.
Demoralisasi, berarti kerusakan moral.
Menurut Muchtar Samad (2016), kata moral berasal dari bahasa latin
mores dengan asal kata mos yang berarti kesusilaan, tabiat dan
kelakuandengan demikian kata moral dapat diberikan makna kesusilaan,
sedangkan moralitas berarti segala hal yang berkenaan dengan
kesusilaan, dengen demikian kata Muchtar Samad moral, yaitu jiwa
yang mendasari perilaku seseorang atau masyarakat yang lebih
ditekankan kepada ketentuan yang bersifat sosial (Samad, 2016).Dian
Ibung mendefinisikan moral sebagai suatu keyakinan yang mendasari
tindakan atau pemikiran yang sesuai dengan kesepakatan sosial, moral
yang baik akan menjadikan modalindividu dalam berintekrasi sosial
(Dian Ibung, 2013).
2. Macam-Macam Moral
Moral murni, yaitu moral yang terdapat pada setiap manusia, sebgai
suatu pengejawantahan dari pancaran Ilahi. Moral murni disebut juga
hati nurani. 2. Moral terapan, adalah moral yang didapat dari ajaran
pelbagai ajaran filososfis, agama, adat, yang menguasai pemutaran
manusia.

8
3. Sifat-sifat Moral
Sifat moral itu ada 2 yaitu sebagai berikut: a) Perspektif
objektivistik, universal artinya pasti dan tidak berubah. Mutlak tidak
tergantung ruang dan waktu contohnya mencuri. b) Perspektif
relativistic, kontekstual artinya relative tergantung konteks, kultur,
situasi dll contoh perbuatan yang dianggap baik pada masa sekarang.
Misalnya memakai helm dulu bukan Standar Nasional Indonesia (SNI)
tetapi skearang harus sudah SNI. Kemudian siang hari lampu besar
kendaraan bermotor harus terus dinyalakan, kaca spion motor harus 2.
4. Pengertian Etika
Etika merupakan bidang normatif, karena menentukan dan
menyarankan apa yang seharusnya orang lakukan atau hindarkan.
Dalam makna ini keputusan orang untuk melakukan sesuatu tindakan
atau tidak semata karena arahan dan pertimbangan moral, sehingga
manakala seseorang melakukan suatu perbuatan yang tidak benar itu
artinya perbuatan tesebut dilakukan tidak dimintakan pertimbangan
etika dan moral(Salim, 2014).
5. Perbedaan Moral dan Etika
Perbedaan moral dan etika yaitu terletak pada etika yang lebih condong
bersifat teoritis. Lain halnya dengan moral yang bersifat praktis. Etika
memang memandang tingkah laku manusia secara umum. Namun,
moral memandang perilaku manusia secara lokal dan setempat.
6. HUKUM DAN MORAL Hukum dijiwai moralitas
Apa artinya UU tanpa moralitas ?
Moral juga membutuhkan hukum agar tidak mengawang-awang saja
dan agar berakar kuat dalam kehidupan sehari.

9
PERTEMUAN KE-TIGA

1. PENGERTIAN POLITIK
Pengertian politik secara umum adalah sebuah tahapan dimana
untuk membentuk atau membangun posisi-posisi kekuasaan didalam
masyarakat yang berguna sebagai pengambil keputusan-keputusan yang
terkait dengan kondisi masyarakat. Politik adalah pembentukan dan
pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang berwujud proses pembuatan
keputusan, terkhusus pada negara. Pengertian politik jika ditinjau dari
kepentingan penggunanya dimana pengertian politik terbagi atas dua yaitu
pengertian politik dalam arti kepentingan umum dan pengertian politik
dalam arti kebijaksanaan. Pengertian politik dalam arti kepentingan umum
adalah segala usaha demi kepentingan baik itu yang ada dibawah kekuasaan
negara maupun pada daerah. Pengertian politik secara singkat atau
sederhana adalah teori, metode atau teknik dalam memengaruhi orang sipil
atau individu. Politk merupakan tingkatan suatu kelompok atau individu
yang membicarakan mengenai hal-hal yang terjadi di dalam masyarakat
atau negara. Seseorang yang menjalankan atau melakukan kegiatan politik
disebut “politikus”.

2. Etika Politik

Secara substantive pengertian etika politik tidak dapat dipisahkan


dengan subjek sebagai pelaku etika, yakni manusia. Oleh karena itu etika
politik berkaitan erat dengan bidang pembahasan moral. Hal ini berdasarkan
kenyataan bahwa pengertian “moral” senantiasa menunjuk kepada manusia
sebagai subjek etika. Dapat disimpulkan bahwa dalam hubungannya dengan
masyarakat bangsa maupun negara, etika politik tetap meletakkan dasar
fundamental manusia sebagai manusia. Dasar ini lebih meneguhkan akar
etika politik bahwa kebaikan senantiasa didasarkan kepada hakikat manusia
sebagai makhluk beradab dan berbudaya.

10
3. Penerepan Etika Politik di Indonesia
Ada dasar yang fundamental dalam memfungsikan sistem politik
yang memadai. Beberapa saran penerapan etika politk di Indonesia, adalah
sebagai berikut.
Pertama, membuat masyarakat kritis. Franklyn Haiman (1958)
mensyaratkan adanya peningkatan kapasitas rasional manusia. Upaya
persuasi seperti kampanye politik, komunikasi pemerintah, periklanan, dan
lain-lain, adalah suatu teknik untuk mempengaruhi penerima dengan
menghilangkan proses berfikir sadarnya dan menanamkan sugesti atau
penekanan pada kesadaran, agar menghasilkan perilaku otomatis uyang
tidak reflektif.
Seruan motivasional dan emosional juga kerap digunakan dalm
mempengaruhi rasional massa. Pemilihan kata, kerap tidak
dipertimbangkqan rasa keadilan. Habernas (1967) mengatakan bahwa
bahasa juga merupakan sarana dominasi dan kekuasaan. Monopoli pada
pilihan kata, terutama karena akses ruang publik lebih terbuka pada politisi,
menimbulkan peluang penyimpangan kepentingan.
Kedua, mengembangkan kebiasaan meneliti. Semua pihak:
masyarakat (melalui LSM), media massa, perguruan tinggi, politisi atau
penguasa, sebaiknya mengembangkan kebiasaan meneliti. Peningkatan
rasionalitas pada masyarakat selayaknya dibarengi dengan kemauan politsi
dalam bersikap adil ketika memilih dan menmpilkan fakta dan data secara
terbuka. Pengetahuan tentang realitas sebaiknya mencerminkan kenyataan
real yang dibutuhkan. Informasi yang ditampilkan adalah informasi yang
paling relevan dan selengkap mungkin memfasilitasi kemampuan rasional
publik, dan data yang dibutuhkan masyarakat, tidak boleh diselewengkan
atau disembunyikan. Ketika banyak pihak terbiasa meneliti dan terekspos
oleh data, penyelewengan data akan berkurang. Keterbukaan akses
informasi ini, memfasilitasi masyarakat, mengamati politisi dalam membuat
keputusan yang akurat. Bagi politisi sendiri, ada baiknya

11
mempertimbangkan peringatan Wallace untuk menanyakan hal ini pada diri
sendiri, “Apakah saya memberi kesempatan khalayak saya untuk membuat
pernilaian dengan adil, tanpa menutup-nutupi data?”
Ketiga, kepentingan umum daripada pribadi atau golongan. Politisi
hendaknya mengembangkan kepentingan umum daripada kepentingan
pribadi atau golongan. Motif pribadi atau golongan, atas kesempatan dan
kepercayaan yang diberikan kolektif oleh publik, sungguh suatu tindakan
tercela. Pertanyaan yang dapat disingkat adalah: “Apakah saya melupakan
amanah yang telah diberikan oleh khalayak pada saya?” Ajakan suci ini
memang membutuhkan gerakan hati dari politisi. Dan hati adalah ranah
personal dari seorang individu. Namun, masyarakat memiliki hak sebagai
eksekutor, ada atau tidak adnaya politisi tersebut duduk di singgasana
politik. Meski butuh waktu lima tahunan.

12
PERTEMUAN KE-EMPAT

A. BUDAYA POLITIK
Pengertian budaya politik adalah pola perilaku suatu masyarakat
dalam kehidupan bernegara, penyelenggaraan administrasi negara, politik
pemerintahan, hukum adat istiadat dan norma kebiasaan yang dihayati
terhadap seluruh anggota masyarakat setiap harinya. Budaya politik
diartikan sebagai suatu sistem nilai bersama suatu masyarakat secara sadar
untuk berpartisi dalam mengambil keputusan kolektif dan kebijakan publik
untuk masyarakat seluruhnya. Secara sederhana, pengertian Budaya Politik
adalah nilai-nilai yang berkembang dan dipraktikan suatu masyarakat
tertentu dalam bidang politik. Pengertian budaya politik menurut para ahli
sebagai berikut :
1. Austin Ranney: Menurut Austin Ranney, pengertian budaya politik
adalah seperangkat pandangan-pandangan tentang politik dna
pemerintahan yang dipegang secara bersama-sama; sebuah pola
orientasi-orientasi terhadap objek-objek politik.
2. Gabriel A. Almond dan G. Bigham Powell, Jr. : Menurutnya, pengertian
budaya politik adalah sikap, keyakinan, nilai dan ketrampilan yang
berlaku bagi seluruh populasi, juga kecenderungan dan pola-pola
khusus yang terdapat pada bagian-bagian tertentu dari populasi.
3. Sidney Verba: Menurutnya, budaya politik adalah suatu sistem
kepercayaan empiprik, simbol-simbol ekskresif dan nilai-nilai yang
menegaskan suatu situasi dimana tindakan politik dilakukan.
4. Moctar Massoed: menurutnya, pengertian budaya politik adalah sikap
dan orientasi warga suatu negara terhadap kehidupan pemerintah negara
dan politiknya.
5. Miriam Budiardjo: Menurutnya, budaya politik adalah keseluruhan dari
pandangan-pandangan politik, seperti norma-norma, pola-pola orientasi
terhadap politik dan pandangan hidup pada umumnya.

13
A. Ciri-ciri Budaya Politik
1. Terdapat pengaturan kekuasaan
2. Perilaku dari aparat-aparat negara
3. Proses pembuatan kebijakan pemerintah
4. Adanya kegiatan partai-partai politik
5. Adanya gejolak masyarakat terhadap kekuasaan yang memerintah
6. Mengenai pola pengalokasian sumber-sumber masyarakat
7. Adanya budaya politik mengenai masalah legitimasi

B. Bagian-bagian Budaya Politik

Secara umum budaya politik terbagi dalam 3 jenis, yaitu:

1. Budaya Politik Apatis (pasif, acuh, tak peduli), artinya suatu masyarakat
yang tidak peduli atau tidak aktif dalam kegiatan politik.
2. Budaya Politik Mobilisasi, artinya suatu masyarakat sengaja
dimobilisasi agar ikut berpartisipasi dalam kegiatan politik.
3. Budaya Politik Partisipasi (aktif), artinya masyarakat tersebut sudah
aktif dalam kegiatan berpolitik, seperti ikut dalam pemilu dan lain-lain.

C. Macam-macam Budaya Politik:

1. Budaya Politik Parokial


Budaya politik parokial adalah budaya politik yang tingkat partisipasi
politiknya sangat rendah. Budaya politik suatu masyarakat dapat
dikatakan Parokial apabila frekuensi orientasi mereka terhadap empat
dimensi penentu budaya politik mendekati nol atau tidak memiliki
perhatian sama sekali terhadap keempat dimensi tersebut. Tipe budaya
politik ini umumnya terdapat pada masyarakat suku Afrika atau
masyarakat pedalaman di Indonesia, dalam masyarakat ini tidak ada
peran politik yang bersifat khusus. Kepala suku, kepala kampong,

14
kyai, atau dukun, yang biasanya merangkum semua peran yang ada
baik peran yang bersifat politis, ekonomis atau religious.

a. Ciri-ciri budaya politik parokial adalah:


1) Apatis
2) Lingkupnya sempit dan kecil
3) Pengetahuan politik rendah
4) Masyarakatnya yang sederhana dan tradisional
5) Adanya ketidakpedulian dan juga menarik diri dari
kehidupan politik
6) Anggota masyarakat condong tidak berminat terhadap
objek politik yang luas
7) Kesadaran anggota masyarakat mengenai adanya pusat
kewenangan dan kekuasaan dalam masyarakatnya rendah
8) Tidak ada peranan politik bersifat khusus
9) Warga negara tidak sering berhadapan dalam sistem
politik.

Contoh Budaya Poitik Parokial

a. Tidak mengikuti pemilu / golput


Yang pertama adalah dengan tidak mengikuti pemilu atau melakukan golput
di setiap pemilihan. Ini sama saja masuk kategori budaya politik parokial
karena tidak ikut serta dalam politik walaupun hanya secara pasif.
b. Tidak peduli pada politik
Budaya politik parokial adalah budaya politik yang dimana masyarakatnya
masih enggan memahami politik. Salah satunya adalah tidak pernah peduli
pada kondisi politik di negaranya sendiri, entah apa yang terjadi pada politik
di negerinya mereka tidak akan ikut campur dan tidak akan memihak pada
siapapun.

2. Budaya Politik Kaula/Subyek

15
Budaya poltik kaula adalah budaya politik yang masyarakat bersangkutan
sudah relative maju baik sosial maupun ekonominya tetapi masih bersifat pasif.
Budaya politik suatu masyarakat dapat dikatakan subyek jika terdapat
frekuensi orientasi yang tinggi terhadap pengetahuan sistem politik secara
umum dan objek output atau terdapat pemahaman mengenai penguatan
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Namun frekuensi orientasi mengenai
struktur dan peranan dalam pembuatan kebijakan yang dilakukan pemerintah
tidak terlalu diperhatikan. Para subyek menyadari akan otoritas pemerintah dan
secara efektif mereka di arahkan pada otoritas tersebut. Sikap masyarakat
terhadap sistem masyarakat terhadap sistem politik yang ada ditunjukkan
melalui rasa bangga atau malah rasa tidak suka. Intinya, dalam kebudayaan
politik subyek, sudah ada pengetahuan yang memadai tentang sistem politik
secara umum serta proses penguatan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.
Ciri-ciri budaya kaula adalah:
a. Masyarakat menyadari sepenuhnya otoritasi pemerintah
b. Sedikit warga memberi masukan dan tuntutan kepada pemerintah,
namun dapat menerima apa yang berasal dari pemerintah.
c. Menerima putusan yang dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat
dikoreksi, lebih ditentang,
d. Sikap warga sebagai actor politik adalah pasif artinya warga tidak
dapat berbuat banyak untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik.
e. Warga menaruh keadaan, minat dan perhatian pada sistem politik
secara umum dan khusus terhadap output, sedangkan untuk
kesadarannya terhadap input dan kesadarannya sebagai actor politik
masih rendah.

Contoh budaya politik kaula/subyek adalah:

a. Tidak sadar dalam politik


Masyarakat memang sudah memahami apa itu politik dengan baik
dan benar, namun mereka masih tidak sadar dengan keberadaan
politik.

16
b. Tidak mengikuti pemilu / golput
Contoh yang kedua adalah masyarakat tidak mengikuti pemilu atau
golput. Walau mungkin masyarakat sudah paham artian mengenai
politik namun mereka enggan untuk mengikutinya walau hanya
secara pasif.

3. Budaya Politik Partisipan


Budaya politik partisipan adalah budaya politik yang ditandai
dengan kesadaran masyarakat yang tinggi. Masyarakat yang memiliki
budaya politik partisipan ini cenderung aktif dalam berbagai macam
kegiatan politik di Indonesia. Mereka mempunyai pemahaman yang
cukup luas mengenai perpolitikan di Indonesia.
Sedangkan menurut Miriam Budiardjo dalam bukunya yang
berjudul “Dasar-Dasar Ilmu Politik” menyebutkan bahwa partisipasi
politik adalah kegiatan seseorang dalam partai politik. Partisipasi politik
meliputi semua aktivitas seseorang untuk turut serta didalam proses
pemilihan pemimpin-pemimpin dan turut serta langsung natau tidak
langsung dalam penetapan kebijakan pembangunan nasional.

Ciri-ciri Budaya politik partisipan adalah :


a. Warga menyadari hak dan tanggung jawabnya dan dapat
mempergunakan hak serta menanggung kewajibannya
b. Tidak begitu saja menerima keadaan, tunduk pada keadaan,
berdisiplin tetapi dapat menilai dengan penuh kesadaran semua
objek politik, baik secara keseluruhan, input, output, maupun posisi
dirinya sendiri
c. Kehidupan politik sebagai sarana transaksi, misalnya penjual dan
pembeli. Warga menerima menurut kesadarannya tetapi dapat
menolak menurut pemilainnya sendiri.
d. Menyadari sebagai warga negara yang aktif dan berperan sebagai
aktivis.

17
Contoh budaya politik partisipan

1. Dalam Lingkup Politik


Karena budayanya partisipan ini juga sudah luas, maka lingkupnya
juga banyak, penulis akan membahas dalam lingkup politik terlebih
dahulu.
Berikut adalah contohnya dalam lingkup politik :
a. Mengikuti pemilu
Bagi usianya yang sudah cukup yaitu 17 tahun, maka mereka
akan mengikuti pemilu untuk memilih pemimpin baru. Ini
merupakan salah satu budaya partisipan dimana ikut serta dalam
politik walau secara pasif dan tidak golput.
b. Aktif dalam kegiatan politik
Yang kedua adalah aktif dalam kegiatan politik seperti misalnya
mendukung salah satu calon pemimpin dengan mengikuti
kampanye dan mungkin menjadi simpatisan.
c. Mengikuti demo untuk menunjukkan aspirasi
Contoh yang ketiga adalah dengan cara mengikuti demo ketika
ingin menunjukkan aspirasinya kepada pemerintah.

2. Dalam Lingkup Sekolah


Tidak hanya dalam bidang politik saja, namun budaya politik
partisipan ini juga diterapkan di dalam lingkungan sekolah.
Berikut ini adalah contohnya dalam lingkup sekolah :
a. Ikut serta dalam pencalonan ketua OSIS dan wakil ketua OSIS
Yang pertama adalah siswa yang aktif dalm pencalonan ketua
OSIS dan wakil ketua OSIS di sekolah mereka. Karena sama saja
dengan mencalonkan sebagai pemimpin di sekolah dan itu
termasuk budaya politiik partisipan.
b. Memilih dalam pemilihan ketua OSIS dan waki ketua OSIS

18
Tidak hanya mencalonkan diri saja, namun siswa yang hanya
memilih ketua OSIS dan wakilnya juga masuk ke dalam contoh
karena juga ikut serta walaupun secara pasif.
c. Mengikuti diskusi atau musyawarah di Sekolah
Tidak hanya itu saja, namun siswa yang mengikuti diskusi
ataupun musyawarah di sekolah misalnya seperti mengikuti
rapat OSIS juga turut serta aktif seperti budaya politik partisipan.
3. Dalam Lingkup Kampus
a. Aktif dalam kegiatan kampus yang berkaitan dengan
pemilihan
b. Menggunakan hak suara dalam pemilihan seperti ketua HMP,
BEM dan sebagainya.
4. Dalam Lingkup Keluarga
Siapa sangka dalam lingkup masyarakat terkecil seperti keluarga
juga ada penerapan budaya politikpartisipan. Berikut adalah contoh
budaya politik partisipan di dalam lingkup keluarga:
a. Melakukan musyawarah mufakat untuk menyelesaikan suatu
masalah
Mungkin kita semua masih tidak sadar atau bahkan tidak tahu,
namun budaya politik partisipan ini ternyata juga diterpakan di
dalam lingkup keluarga sekalipun. Salah satu contohnya adalah
dengan melakukan musyawarah mufakat ketika menyelesaikan
suatu masalah atau mengambil sebuah.
keputusan. Dimana semua anggota keluarga akan
mendiskusikannya secara adil dan merata sehingga jelas
tujuannnya.
b. Mendengar nasehat orang tua
Tidak hanya musyawarah mufakat saja, namun salah satu
penerapan budaya politik atau contohnya dalam lingkup
keluargan juga berarti mendengarkan nasehat orang tua kita
dengan baik. Tidak hanya mendengarkannya saja, namun kita

19
juga harus menerapkan apa yang mereka bilang atau nasehatkan
kepada kita semua.

5. Dalam Lingkup Masyarakat


Setelah membahas lingkup politik, sekolah dan keluarga sekarang
saatnya penulis membahas budaya politik dalam lingkup masyarakat
atau warga. Berikut ini adalah beberapa conothnya yang bisa kita
pahami di dalam lingkup warga atau masyarakat:
a. Ikut serta dalam pemilihan ketua RT dan RW
Yang pertama adalah masyarakat ikut serta dalam pemilihan
ketua RT dan RW yang ada di daerah setempat. Sehingga
kepemimpinan di daerahnya bisa berjalan dengan baik dan jelas.
b. Ikut rapat dan musyawarah mufakat
Contoh yang kedua adalah ikut rapat atau musyawarah mufakat
secara aktif yang diselenggarakan oleh ketua RT setempat.
Seperti misalnya ketika diadakan rapat desa, masyarakat wajib
untuk mengikuti memberikan aspirasi atau idenya ketika rapat
atau musyawarah dalam kehidupan.
c. Aktif dalam kegiatan bersih desa
Tidak hanya itu saja, masyarakat dalam budaya politik partisipan
ini juga harus aktif dalam kegiatan bersih desa atau gotong
royong yang ada di desanya karena itu merupakan salah satu
contoh jika masyarakat merupakan sistem budaya politik
partisipan di desa atau lingkup masyarakat.

D. Budaya politik di Indonesia


Sejak negara Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945
sampai era reformasi saat ini dipandang dari sudut perkembangan
demokrasi sejarah Indonesia, negara kita dalam menjalankan roda
pemerintahan dengan menggunakan demokrasi dibagi dalam empat masa.
Pertama, masa Republik Indonesia I (1945-1959) atau yang lebih dikenal

20
dengan era Demokrasi Liberal atau Demokrasi Parlementer. Kedua, masa
Republik Indonesia II (1959-1965) atau yang lebih dikenal dengan era Orde
Lama atau Demokreasi Terpimpin. Ketiga, masa Republik Indonesia III
(1965-1998) atau yang lebih dikenal dengan era Orde Baru atau Demokrasi
Pancasila , dan yang terakhir berlaku sampai saat inii adalam masa Republik
Indonesia IV (1998-sekarang) atau yang lebih dikenal dengan era
Reformasi.
Budaya politik yang berkembang pada saat ini atau masa reformasi.
Budya politik yang berkembang era reformasi ini adalah budaya politik
yang lebih berorientasi pada kekuasaan yang berkembang di kalangan elit
politik. Budaya seperti itu telah membuat struktur politik demokrasi tidak
dapat berjalan dengan baik, walaupun struktur dan fungsi-fungsi sistem
politik Indonesia mengalami perubahan di era yang satu ke era selanjuytnya,
namun tidak pada budaya politiknya. Reformasi pada tahun 1998 telah
memberikan sumbangan bagi berkembangnya budya politik partisipan,
namun kuatanya budyaa politik patrimonial dan otoriterianisme politik yang
masih berkembang di kalangan elit politik dan penyelenggara pemerintahan
masih senantiasa mengiringi. Walaupun masyarakat mulai peduli dengan
input-input politik, akan tetapi tidak diimbangi dengan para elit politik
karena mereka masih memiliki mentalitas budya politik sebelumnya.
Sehingga budaya politik yang berkembang cenderung merupakan budaya
politik subjek-partisipan.
Undang-Undang Dasar telah mnejamin bagi bekerjanya struktur
politik demokratis, tetapi budaya politik yang lebih berorientasi pada
kekuasaan yang berkembang di kalangan elit politik telah membuat struktur
politik demokrasi tersenut tidak berjalan dengan baik. Struktur politik dan
fiungsi-fungsi politik mengalami perubahan, tetapi tidak pada budaya
politiknya, akibatnya terjadi semacam paradoks.

E. Manfaat Etika Politik


1. Etika diperlukan dalam hubungannya dengan relasi antara politik dan
kekuasaan.
2. Untuk memberdayakan mekanisme kontrol masyarakat terhadap
pengambilan kebijakan yang tidak menyalahi etika.
3. Pejabat dapat bertangungjawab atas berbagai keputusan yang dibuatnya
baik selama ia menduduki posisi tertentu maupun setelah meningalkan
jabatannya.

21
TUGAS BUDAYA POLITIK

22
23
PENJABARAN TUGAS POWER POINT DIATAS

Contoh kasus politik terkini :

HAKIM MAHKAMAH KONSTITUSI ASWANTO DIBERHENTIKAN DPR

Kronologi kasus :

Ahli hukum tata negara , Bivitri menegaskan evaluasi terhadap Hakim


Mahkamah Konstitusi yang dilakukan DPR bukan berarti para wakil rakyat bisa
seenaknya melakukan pemecatan di tengah masa jabatan. Sebelumnya Komisi III
DPR RI mengganti Hakim Mahkamah Konstitusi Aswanto dengan Guntur
Hamzah. Penggantian itu pun telah disahkan dalam rapat Paripurna DPR pada
Kamis lalu, 29 September 2022.

24
Wakil Ketua Komisi III DPR RI Bambang Wuryanto memberikan alasan
pencopotan Aswanto karena kinerjanya mengecewakan. Dia menilai Aswanto
sebagai Hakim Mahkamah Konstitusi pilihan DPR kerap menganulir undang-
undang yang disahkan oleh DPR. Anggota Fraksi PDIP itu pun menyebut Aswanto
tak memiliki komitmen dengan DPR. Bivitri menilai alasan yang diungkapkan
Bambang itu keliru dan sangat politis. Dia menyatakan alasan tersebut seakan akan
DPR ingin menghukum yang hakim yang membatalkan produk undang-undang
buatan mereka.

Alasan DPR mencopot Aswanto cukup mengejutkan. Ketua Komisi III DPR
RI Bambang Wuryanto mengatakan, kinerja hakim konstitusi itu mengecewakan
lantaran kerap membatalkan produk undang-undang dari DPR. Padahal, Aswanto
merupakan hakim konstitusi yang dulunya terpilih dari usulan DPR.

Bambang menilai, Aswanto tidak melaksanakan komitmen sebagai hakim


Konstitusi usulan DPR. Oleh sebab itu, pihaknya memustuskan mengganti Aswanto
dengan Gundur. DPR pun menunjuk Sekjen MK Guntur Hamzah menggantikan
Aswanto. Bambang mengklaim keputusan itu didasari atas pertimbangan yang
matang. Bambang menyebut Komisi III DPR juga yakin dengan kapasitas Guntur
untuk menjadi hakim konstitusi menggantikan Aswanto.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, rapat Paripurna DPR pada Kamis


(29/9) menyetujui untuk tidak memperpanjang masa jabatan Aswanto sebagai
Hakim Konstitusi yang berasal dari usulan DPR. Sebagai penggantinya, DPR
menunjuk Guntur. Hal tersebut pun menimbulkan respons dari banyak pihak.
Sembilan orang mantan hakim konstitusi, yang dipimpin oleh, mantan Ketua MK
Jimly Asshiddiqie, mendatangi Gedung MK untuk memprotes pencopotan
Aswanto pada Sabtu (1/10). Jimly mengatakan bahwa pemberhentian hakim
dilakukan hanya karena alasan-alasan tertentu, seperti meninggal dunia, habis masa
jabatan, melanggar hukum, atau melanggar kode etik. Menurutnya, DPR tak
berwenang memberhentikan hakim konstitusi. "Menurut ketentuan Undang-
Undang MK Pasal 23 ayat (4), pemberhentian hakim itu suratnya bukan dari
lembaga yang bersangkutan, tapi dari MK.

25
Respons Pemberhentian Hakim Aswanto oleh DPR UU MK Digugat,
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga Atas UU Nomor
2003 tentang Mahkamah Konstitusi (MK) digugat ke MK. Gugatan ini diajukan
untuk merespons pemberhentian Hakim MK Aswanto oleh Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) RI pada akhir September kemarin. Pemohon merupakan advokat
bernama zico Leonard Djagardo Simanjuntak. Sebagai advokat yang kerap
berperkara di MK, Zico meniali DPR sewenang-wenang memecat Aswanto. “Saya
tentu tidak menerima hakim MK diotak-atik DPR yang mana DPR adalah pembuat
Undang-Undang,” kata Zico.

Zico mengatakan, pemecatan Aswanto oleh DPR sedianya merupakan


tindak lanjut atas Putusan MK Nomor 96/PUU-XVII/2020 mengenai uji materi UU
Nomor 7 Tahun 2020 tentang MK. Putusan uji materi itu menyebutkan bahwa masa
jabatan hakim konstitusi diperpanjangan dari yang semula 5 tahun menjadi 15 tahun
atau sampai usia pensiun 70 tahun. Dalam putusan tersebut dikatakan bahwa hakim
yang sedang menjabat tetap bahwa hakim yang sedang menjabat tetap meneruskan
jabatannya apabila memenuhi sejumlah syarat, di antaranya berusia minimal 55
tahun. Menurut zico, DPR serampangan dalam menindaklanjuti Putusan MK itu
sehingga menganggap mereka punya kewenangan untuk memecat hakim konstitusi
secara sepihak.

Apabila ditinjau dari peraturan mahkamah konstitusi nomor 4 tahun 2012 Tentang
cara pemberhentian hakim konstitusi maka terdapat pada bagian ketiga
Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Pasal 8 yang berisi :

Hakim diberhentikan tidak dengan hormat karena sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 2 huruf a dalam hal :

a. Dipatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah


memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang
diancam dengan pidana penjara

b. Melakukan perbuatan tercela,

26
c. Tidak menghadiri persidangan yang menjadi tugas dan berkewajiban
selama 5 (lima) kali berturut-turut tanpa alasan yang sah.

d. Melanggar sumpah atau janji jabatan

e. Dengan sengaja menghambat Mahkamah memberi putusan dalam waktu


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71, Pasal 78 huruf a, Pasal 78 huruf b,
dan Pasal 84 Undang-Undang Mahkamah Konstitusi, serta Pasal 106 ayat
(4) juncto Pasal 236C Undang-Undang Pemerintah Daerah
f. Melanggar larangan rangkap jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
Undang-Undang Mahkamah Konstitusi.
g. Tidak lagi memenuhi ayat sebagai Hakim; dan/atau
h. Melanggar Kode Etik dan pedoman Perilaku Hakim Konstitusi.
Analisis Kasus :

Apabila dilihat pada kasus tersebut DPR memberhentikan Hakim


Mahkamah Konstitusi tanpa mempertimbangkan dan juga tanpa
mengimplementasikan dari peraturan mahkamah konstitusi nomor 4 tahun
2012. Karena alasan DPR memberhentikan Hakim Mahkamah Konstitusi sudah
jelas tidak ada yang menyinggung sesuai dengan isi dari Pasal 8 Peraturan
Mahkamah Konstitusi Nomor 4 Tahun 2012.

Solusi

Sebaiknya DPR ketika akan mengambil keputusan harus


mempertimbangkan segala aspek dan juga harus merujuk pada UUD 1945
karena hukum tertinggi di negara Indonesia adalah UUD 1945 tidak ada satupun
peraturan yang boleh bertentangan dengan UUD 1945. walaupun
pemberhentian Hakim Konstitusi tidak secara hormat tetapi tetap ada tahapan-
tahapan untuk memberhentikan secara tidak terhormat adapun beberapa aspek
yang harus diperhatikan dalam Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 4 Tahun
2012 Tentang Tata Cara Pemberhentian Hakim Konstitusi.

27
PERTEMUAN KE-LIMA

BERPOLITIK YANG PROFESIONAL

Politikus professional yang negarawan, itulah idaman setiap rakyat yang


akan membawa aspirasi, dan memperbaiki nasibnya. Rakyat yang secara alamiah
memahami politik melalui proses pemilihan umum, rakayat mengawasi dan menilai
setiap kegiatan politik. Alhasil, tidak mustahil terjadi pergolakan dan tindakan-
tindakan kekerasan, melanggar hukum dan sejenisnya dalam kegiatan politik, baik
karena ketidaktahuan, maupun acapkali karena terkena hasutan para politikus yang
tidak menggunakan etika. Seorang politikus yang professional adalah seorang yang
cakap membawa aspirasi masyarakat dengan isu-isu yang mencuat kepermukaan
yang perlu dipecahkan ke arena politik dengan menggunakan etika politik.

Digunakan judul “Berpolitik Yang Profesional” menunjukkan dan


menekankan pad aproses politik, yaitu “Berpolitik” dan lebih mengena daripada
“Politikus yang Profesional” yang menunjukkan dan menekankan pada sibjeknya,
yaitu orangnya. Hasil dari “Berpolitik yang Profesional” (proses) diharapkan lebih
terjamin professional daripada politikus yang professional, karena mungkin
prosesnya tidak professional. Hanya politikus yang professional yang dapat
melakukan proses ynag professional. Seorang politikius yang professional harus
memahami masyarakat, bangsa dna negaranya, demikian pula demokrasi, HAM,
peraturan perundang-undangan tentang pemilu, Partai Politik, Visi dan Misi bangsa
serta etika politik.

Piet Go O carm, dkk dalam buku Moral Politik (2004) menyatakan: jika The
Common Good sebagai prinsip etika politik mewajibkan setiap warga negara atau
warga masyarakat untuk menggapai jabatan publik dan institusi sosial politik
sebagai instrument untuk mengupayan hidup baik utnuk bersama dan satiap orang.
Konsep ini mengandung beberapa tuntutan

Pertama, Prinsip The Common Good menentang politik identitas sempit,


yakni partai atau program politik yang hanya memperjuangkan kepentingan atau

28
kesejahteraan bagi kelompok identitad tertentu. Contoh dari politik identitas sempit
adalah adanya aliran dank e partai politik. Salah satu sosok yang sering mendapat
sorortan atas dugaan aliran dana hasil tindak pidana korupsi ke aktivitas partai
politik adalah mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin.
Nazaruddin mengaku telah mnyerahkan bukti aliran dana proyek hambalang
kepada KPK. Dana itu digunakan untuk membiayai pemenangan Anas
Urbaningrum sebagai ketua umum Kongres Partai Demokrat 2010 di Bandung. Hal
ini diungkapkan Nazaruddin seusai diperikasa selama sekitar delapan jam sebagai
saksi kasus dugaan korupsi Hambalang, pada 4 Desember 2012 silam. Menurut
Nazaruddin, uang yang dibagi-bagikan kepada DPC PArtai Demokrat tersebut
dibungkus dalam amplop dan isinya sekitar 5.000-10.000 dollar AS. Kasus lainnya
adalah korupsi adalah korupsi dalam pengadaan Kartu Tanda Penduduk berbasis
elektronik (e-KTP) . Nazaruddin menyebutkan uang korupsi dalam proyek e-KTP
juga dinikmati Anas Urbaningrum . salah satunya untuk biaya pemenangan Anas
dalam kongres pemilihan Ketua Umum Partai Demokrat 2010. Awalnya, Anas
disebut meminta uang kepada pengusaha Andi Agustinus alias Andi Narogong
sebesar Rp 500 miliar. Namun, pada saat itu Andi baru memberikan 20 miliar.
Dalam surat dakwaan jaksa KPK dalam kasus e-KTP, andi Narogong juga disebut
akan menggunakan uang Rp 520 miliar untuk dibagi-bagikan ke sejumlah partai
politik. Rencananya, Partai Golkar dan Demoikrat masing-masing mendapatkan Rp
150 miliar, PDI Perjuangan mendapatkan Rp 80 miliar, serta partai-partai lainnya
sebesar Rp 80 miliar. Uang tersebut sengaja ingin dibagikan kepada anggota partai
yang ada di DPR untuk meloloskan anggaran proyek senilai Rp 5,9 triliun. Kasus
korupsi lain yang diduga terkait aliran dana ke aktivitas partai politik adalah yang
melibatkan politisi PDI Perjuangan Adriansyah. Anggota fraksi Partai PDI
Perjuangan itu divonis 3 tahun penjara setelah terbukti menerima gratifikasi dari
boda PT Mitra Maju Sukses, Andrew Hidayat, untuk memuluskan izin usaha
tambang di Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Mantan Bupati Tanah Laut itu
mengaku meminta bantuan kepada Manajer Marketing PT MMS Andrew Hidayart,
untuk menambah biaya kongres PDI Perjuangan di Bali, 9 April 2015 lalu.
Adriansyah mengaku meminta uang sebesar Rp 44.000 dollar Singapura dan Rp

29
57,36 juta kepada Andrew. Adriansyah mengatakan perannya dalam kongres PDI
Perjuangan adalah peninjau. Ia meminta bantuan uang kepada Andrew untuk
menambah biaya operasional kongres sejak sebulan sebelum pelaksanaan. Selain
itu, dalam surat dakwaan jaksa KPK, uang suap yang diterima anggota Komisi V
DPR dari Fraksi PDI Perjuangan, Damayanti Wisnu Putranti, diketahui digunakan
untuk biaya kampanye PDI Perjuangan. Damayanti didakwa menerima suap dari
pengusaha terkait pengusulan program aspirasi di Maluku. Conoth lain terungkap
dalam persidangan terhadap manta Menteri Kesehatan, Siti Fadilah Supari.
Menurut jaksa, sejumlah uang yang diterima sebagai keuntungan pihak swasta juga
mengalir ke rekening pengurus Dewan Pimpinan Pusat Partai Amanat Nasional
(DPP PAN). Tak hanya itu, berdasarkan fakta persidangan, aliran uang yang
diterima sebagai keuntungan dari perusahaan pelaksana proyek pengadaan alat
kesehatan di Kemenkes juga mengalir ke rekening pendiri PAN Amien Rais. Total
uang yang diterima Amien sebesar Rp 600 juta.

Kedua, Prinsip The Common Good sebagai prinsip etika politik melawan
politik simbolis, yakni politik yang mengandalkan daya simbolis dari sesuatu yang
berkaitan dengan agama atau unsur kebudayaan tertentu. Contoh dari politik
simbolis adalah kasus yang menimpa manta Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja
Purnama (Ahok). Beliau diduga melakukan penistaan agama dengan mengutip
surat Al-Maidah ayat 52. Hal ini erat kaitannya dengan pencalonan beliau sebagai
calon gubernur DKI Jakarta. Oleh lawan politik digunakan sebagai senjata guna
menjatuhkan beliau.

Ketiga, Prinsip The Common Good mewajibkan semua lembaga


pemerintahan dan lembaga perwakilan rakyat untuk benar-benar dekat dengan
rakyat, memberi kondisi riel masyarakat, dan mengangkat kondisi riel masyarakat,
mengambil kebijakan yang memenuhi kepentingan rakyat. Contoh dalam hal ini
adalah penghapusan subsidi BBM untuk minyak tanah, sehingga seluruh
masyarakat beralih menggunakan gas elpiji. Namun dalam perjalanan kebijakan ini
mendapat masalah yaitu kelangkaan gas elpiji 3 kg. sejumlah daerah di Indonesia

30
mulai mengalami kelangkaan gas elpiji 3 kg subsidi warna hijau muda atau sering
disebut gas melon.

Keempat, prinsip The Common Good dapat menjadi dasar moral bagi
birokrat atau pegawai negeri meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan
publik. Contoh dari prinsip ini adalah pelayanan SIM online. Pelayanan ini dirasa
sangat efektif dan efisien karena apabila satuan pelayanan SIM sudah tergabung
online maka masyarakat yang mempunyai SIM luar daerah bisa melakukan
perpanjangan SIM dimana saja tidak harus kembali ke dqaerah dimana SIM
tersebut dibuat.

Prof. Dr. J.E. Sahetapy Guru Besar Universitas Airlangga, Ketua Komisi
Hukum Nasional Republik Indonesia dalam makalahnya berjudul “Moral dan
Sopan Santun Politik” menyatakan, di zaman otokratiknya Suharto dimana
tampaknya serba teratur dan seolah-olah ada kedamaian, para politisi dan birokrat
sesungguhnya hanyalah pion-pion belaka yang dikendalikan melalui ancaman yang
terselubung. Dengan perkataan lain, para politisi seperti memiliki moral dan
“fatsoen politik” (sopan santun politik). Ia lebih jauh menjelaskan bahwa moralitas
fatsoen, ataupun sopan santun politik di DPRD-DPRD sudah hilang tak berbekas.

TUGAS MENCARI SALAH SATU TOKOH POLITIK DI INDONESIA DAN


DIKAITKAN DENGAN BERPOLITIK YANG PROFESIONAL

Agus Harimurti Yudhoyono ( Ketua Umum Partai Demokrat)

Agus Harimurti Yudhono adalah anak dari Susilo Bambang Yudhono yaitu
mantan presiden Indonesia. Sebelum masuk ke dunia politik AHY pernah memilih
profesi di bidang militer karena pekerjaan tersebut mulia. Oleh karena itu, belaiu
banyak menorehkan prestasi di bidang militer, seperti meraih penghargaan Tri Sakti
Wiratama. Beliau pernah terpilih menjadi komandan resimen koprs taruna akademi
militer pada tahun 1999.

Pada tahun 2016, Agus Harimurti Yudhono di daulat oleh partai democrat,
dan mencalonkan diri sebagai calon Gubernur DKI Jakarta. Sejak saat itu, beliau
aktif berpolitik di partai Demokrat dan diberi tugas sebagai komandan komando

31
tugas bersama (kogasma) untuk pemangan pileg 2019, dengan target 5-10 persen.
Agus Harimurti Yudhono terpilih menjadi ketua umum partai democrat period2e
2020-2025 secara aklamasi dalam kongres ke -5 partai demokrat pada tanggal 15
maret 2020 di Jakarta convention center.

Adapun sisi positif yang dapat diteladani dai sosok Agus Harimurti
Yudhono yaitu beliau bersilaturahmi ke sejumlah pimpinan partai politik dan
lembaga negara mendapatkan pujian. Maneuver putra sulung SBY itu memberikan
dampak positif perpolitikan di Indonesia. Ketua umum bintang muda Indonesia
(BMI) Farkhan Effendi menaggapi baik hal tersebut. Menurutnya, bentuk
pendewasaan politik memang sudah seharusnya dicontohkan oleh para elite partai
politik. Agus Harimurti Yudhono sudah mengawalinya dengan baik.

Selain itu Agus Harimurti Yudhono juga pernah menyampaikan


tanggapannya tentang kualitas demokrasi di Indonesia. Adapun pendapatnya
mengenai politik uang, AHY menilai praktik-praktik yang berbasis pada ide dan
gagasan atau pada visi & misi dan program kerja semakin berkembang dan
mengemuka dewasa ini. AHY mengatakan, demokrasi semestinya memberi ruang
luas bagi masyarakat untuk memilih figur-figur terbaik sebagai pemimpin eksekutif
dan wakil rakyat.

Dibalik sisi positif dari sosok AHY juga memiliki sisi negative yang mana
beliau pernah mengklaim bahwa rakyat di era SBY lebih sejatera daripada
sekarang. Menurut AHY, tak hanya di jwa, tetapi seluruh rakyat Indonesia yang
kesulitan. Merespon itu, politikus senior PDI Perjuangan (PDIP) Hendrawan
Supratikno menyindir klaim AHY. Dia bilang omongan AHY seperti klaim lantaran
upaya mencari suara untuk pemilu 2024.

32
PERTEMUAN KE-ENAM

ETIKA POLITIK ISLAM

Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA dalam pengantar buku Faizal Baasir


berjudul : “ETIKA POLITIK, Pandangan Seorang Politisi Muslim” mengatakan :
kemerosotan etika politik merupakan masalah terbesar yang dihadapi Indonesia
sejak reformasi, menyusul jatuhnya Presiden Soeharto dari kekuasaan pada Mei
1998. Kemerosotan etika politik ditandai dengan semakin meluasnya KKN, politik
uang, sampai pada demonstrasi-demonstrasi massa yang sering tidak
memperhatikan etika politik, out of control dan berubah menjadi anarkis. Lebih
jauh ia mengatakan bahwa dari perspektif Islam gejala kemerosotan ini juga terjadi
di elit politik pada umumnya. Tradisi adat Islam pada dasarnya mempresentasi
moral terhadap etika dan moralitas. Para pemikir politik Islam (fiqih siyasah)
menulis tentang tradisi adat yang mereka tujukan kebada hubungan antara penguasa
terhadap rakyatnya, antara rakyat dan penguasanya dan sesame rakyat dan
seterusnya.

Menurut Faisal Baasir beberapa prinsip ajaran Islam yang dapat dijadikan
etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini antara lain meliputi
kekuasaan sebagai amanah, musyawarah, prinsip keadilan sosial, prinsip
persamaan, pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia, prinsip
peradilan bebas, prinsip perdamaian dan keselamatan, prinsip kesejahteraan, prinsip
ketaatan rakyat.

Mark Hatfield, seorang pendeta dalam makalahnya menjelaskan: sejak


mulanya, bangsa Amerika telah dipengaruhi oleh iman Kristen. Pada Constitusional
Convention tahun 1787, doa dipanjatkan oleh para pemimpin untuk meminta
hikmah dan petunjuk bagi pembentukan sebuah negara republic. Politisi juga
memerhatikan masalah rohani di bidang penatalayanan. Jika anggota gereja
berbicara mengenai sistem pajak yang tidak adil yang penuh dengan ketimpangan,

33
berarti juga berbicara masalah rohani tentang keadilan dan kejujuran. Bila
berbicara mengenai kecurangan politik, berarti umat sedang berbicara mengenai
persoalan-persoalan rohani, kejujuran dan integritas.

Norman Geisler dalam makalahnya menjelaskan, sebagai orang Kristen


yang beriman, semua dipanggil supaya menjadi terang di tempat yang gelap,
menjadi garam yang menembusi dunia yang busuk ini. Yakobus 4:17 berkata : “Jadi
jika seseorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya,
ia berdosa.”

Etika Politik Katolik

Etika Politik Katolik menurut Piet Go o Carm, dkk dalam buku Etos dan
Moral Politik, mengatakan “berpolitik adalah pengabdian untuk mengupayakan
bonum commune (kesejahteraan umum). Ini menyangkut orang banyak, bukan
hanya orang per orang atau kelompok. Tujuannya adalah mensejahterakan seluruh
bangsa bahkan sebagian besar umat manusia.

Etika Politik Protestan

Bisakah dua orang Kristen mempunyai pandangan politik yang berbeda,


tetapi secar moral keduanya benar? Menurut Tom Minnery dalam makalah
“Perbedaan Politik dan Kesatuan Moral” Sudah tentu bisa. Sebagai orang Kristen,
panggilan supaya membumbui masyarakat tempat tinggal dengan garam hikmat
moral, garam keadilan dan garam belas kasihan. Hukum, tradisi, seluruh
kebudayaan seharusnya diperbaiki oleh kebijakan orang-orang Kristen yang hidup
di dalamnya dan yang menyodorkan pengaruh kesalehan mereka kepada
masyarakat.

Setiap kali orang-orang Kristen berusaha mempengaruhi masyarakat agar


menuju kebaikan, mereka ternyata terlibat dalam bidang politik, karena di negara
demokrasi, arena politik adalah tempat permasalahan umum untuk diperdebatkan
dan diselesaikan. Dalam praktek politik, ada banyak jalan untuk mencapai tujuan
yang sama. Jadi tidak mengejutkan bila orang Kristen, yang berjuang dengan tujuan
moral yang sama, mempunyai strategi politik yang berbeda dalam mencapai tujuan

34
tersebut. Contohnya, semua orang Kristen setuju bahwa manusia, yang diciptakan
menurut gambar Allah, tak ternilai harganya dan seharusnya dihindarkan dari
kengerian perang nuklir. Bagaimanapun, apakah ada tindakan menolak ciptaan
Allah yang lebih dahsyat daripada tindakan membinasakan ciptaan itu?
Demikianlah banyak orang Kristen menjadi sangat prihatin atas perlombaan senjata
nuklir di Amerika dan di seluruh dunia.

Di dalam panggung ilmu politik dan politik praktis, istilah etika mendapat
tempat yang penting. Etika berasal dari kata etic, Inggris yang artinya nilai, moral,
sopan santun. Bila etika dipisahkan dari politik maka akan terjadi penindasan,
pemaksaan, menghasilkan segala cara yaitu politik sebagai alat untuk melakukan
segala sesuatu yang baik atau buruk, tanpa mengindahkan kesusilaan hanya dengan
jalan menjalankan kesusilaan, moralitas sebagai dasar politik, maka dapat
diharapkan akan adanya politik yang mengindahkan aturan-aturan permainan, apa
yang harus dilakukan apa yang wajib dibiarkan atau tidak boleh dilakukan.

Visi Indonesia 2020

Visi Indonesia 2020 adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang religious,


manusiawi, bersatu, demokratis, adil, sejahtera, maju, mandiri, serta baik dan bersih
dalam penyelenggaraan negara.

Kaidah Pelaksanaan

a) Menyarankan kepada semua penyelenggara negara dan seluruh komponen


bangsa untuk menggunakan Visi Indonesia 2020 sebagai pedoman dalam
merumuskan arah kebijakan dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan
bernegara.
b) Visi Indonesia 2020 perlu disosialisasikan sehingga dapat dipahami dan
dipergunakan oleh masyarakat sebagai acuan dasar dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

35
Tantangan Bangsa Menjelang Tahun 2020

Dalam mewujudkan Visi Indonesia 2020, bangsa dan negara menghadapi tantangan
keadaan dan perubahaan saat ini dan masa depan, baik dari dalam maupun luar
negeri, sebagai berikut:

Pertama, pemantapan persatuan bangsa dan kesatuan negara

Kemajemukan suku, ras, agama dan budaya merupakan kekayaan bangsa


yang harus diterima dan dihormati. Pengelolaan kemajemukan bangsa secara baik
merupakan tantangan dalam mempertahankan integrasi dan integritas bangsa.
Penyebaran penduduk yang tidak merata dan pengelolaan otonomi daerah yang
menggunakan konsep negara kepulauan sesuai dengan Wawasan Nusantara
merupakan tantangan pembangunan daerah dalam lingkup Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Disamping itu, pengaruh globalisasi juga merupakan tantangan
bagi pemantapan persatuan bangsa dan kesatuan negara.

Kedua, sistem hukum yang adil

Semua warga negara berkedudukan sama di depan hukum dan berhak


mendapatkan keadilan. Hukum ditegakkan untuk keadilan dan bukan untuk
kepentingan kekuasaan ataupun kelompok kepentingan tertentu. Tantangan untuk
menegakkan keadilan adalah terwujudnya turan hukum yang adil serta institusi
hukum dan aparat penegak hukum yang jujur, professional dan tidak terpengaruh
oleh penguasa. Supremasi hukum ditegakkan untuk menjamin kepastian hukum,
keadilan dan pembelaan hak asasi manusia.

Ketiga, sistem politik yang demokratis

Tantangan sistem politik yang demokratis adalah terwujudnya kedaulatan


di tangan rakyat, partisipasi rakyat yang tinggi dalam kehidupan politik, partai
politik yang aspiratif dan efektif, pemilihan umum yang berkualitas. Sistem politik
yang demokratis ditopang oleh budaya politik yang sehat, yaitu sportivitas,
menghargai perbedaan, santun dalam perilaku, mengutamakan kedamaian, dan anti

36
kekerasan dalam berbagai bentuk. Semua itu diharapkan melahirkan kepemimpinan
nasional yang demokratis, kuat, dan efektif.

Keempat, sistem ekonomi yang adil dan produktif

Tantangan sistem ekonomi yang adil dan produktif adalah terwujudnya


ekonomi yang berpihak pada rakyat serta terjaminnya sistem insentif ekonomi yang
adil, dan mandiri. Sistem ekonomi tersebut berbasis pada kegiatan rakyat, yang
memanfaatkan sumber daya alam secara optimal dan berkesinambungan, terutama
yang bersumber dari pertanian, perkebunan, kehutanan dan kelautan. Un tuk
merealisasikan sistem ekonomi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang
kompeten dan mekanisme ekonomi yang menyerap tenaga kerja. Di samping itu,
negara mengembangkan ekonomi dengan mengolah sumber daya alam dan industri
lainnya, termasuk industri jasa.

Tantangan terwujudnya sistem sosial budaya yang beradab adalah


terpelihara dan teraktualisasinya nilai-nilai universal yang diajarkan setiap agama
dan nilai-nilai budaya bangsa sehingga terwujud kebebasan untuk berekspresi
dalam rangka pencerahan, penghayatan, dan pengamalan agama serta keragaman
budaya. Sistem sosial yang beradab mengutamakan terwujudnya masyarakat yang
mempunyai rasa saling percaya dan saling menyayangi, baik terhadap sesame
masyarakat maupun antara masyarakat dengan institusi publik. Peningkatan
kualitas kehidupan masyarakat mencakup peningkatan kualitas SDM dan
masyarakat melalui peningkatan mutu pendidikan, pelayanan kesehatan,
penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan rakyat, rasa aman, dan
peningkatan unsur-unsur kesejahteraan rakyat lainnya.

Keenam, Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu.

Tantangan dalam pengembangan SDM yang bermutu adalah terwujudnya


sistem pendidikan nasional yang berkualitas yang mampu melahirkan sumber daya
manusia yang andal dan berakhlak mulia (beradat budaya luhur nasional bangsa
Indonesia), yang mampu bekerja sama sinergis dan mampu bersaing sehat di era
globalisasi dengan tetap mencintai tanah air. Sumber daya manusia yang bermutu

37
tersebut memiliki keimanan dan ketakwaan serta menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi, memiliki etos kerja, dan mampu membangun budaya kerja produktif
yang tuntas, bertanggungjawab, berkelanjutan dan berkepribadian.

Ketujuh, globalisasi

Tantangan menghadapi globalisasi adalah mempertahankan eksistensi dan


integritas jati diri bangsa dan negara serta memanfaatkan peluang untuk kemajuan
bangsa dan negara. Untuk menghadapi globalisasi diperlukan kemampuan sumber
daya manusia dan kelembagaan, baik di sector negara maupun di sector swasta.

Partai Politik

Setiap orang yang ingin terjun berpolitik, masuk partai politik (parpol)
menjadi keharusan. Parpol adalah kendaraan politik yang diatur Undang-Undang
yang dapat mengatar seorang politikus atau negarawan atau kombinasi keduanya
ke puncak kekuasaan. Di negara-negara yang menganut faham demokrasi, gagasan
mengenai partisipasi rakyat mempunyai dasar ideologis bahwa rakyat berhak turut
menentukan siapa-siapa yang akan menjadi pemimpin yang nantinya menentukan
kebijaksanaan umum (public policy). Dalam perkembangan selanjutnya di dunia
barat timbul partai yang lahir di luar parlemen, dimana partai-partai ini bersandar
pada suatu pandangan hidup atau ideology tertentu seperti, Sosialisme, Kristen
Demokrat, dan sebagainya. Dalam partai semacam ini, disiplin partai lebih kuat,
sedangkan pimpinan lebih bersifat terpusat. Di negara-negara jajahan, partai-partai
politik sering didirikan dalam rangka pergerakan nasional diluar dewan perwakilan
rakyat colonial; malahan partai-partai kadang-kadang menolak untuk duduk dalam
badan itu. Seperti pernah terjadi di India dan Hindia Belanda setelah kemerdekaan
dicapai, dan dengan meluasnya proses urbanisasi, komunikasi massa serta
pendidikan umum, maka bertambah kuatlah kecenderungan untuk berpartisipasi
dalm proses politik melalui partai.

Definisi Partai Politik menurut Prof. Dr. Miriam Budiardjo dalam bukunya
berjudul “Dasar-Dasar Ilmu Politik” secara umum dapat dikatakan bahwa: “Partai
Politik adalah suatu kelompok yang terorganisir, yang anggota-anggotanya

38
mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini
ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik. Tentu
dengan cara konstitusionil untuk melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan
mereka. Kegiatan seseorang dalam partai politik merupakan suatu bentuk
partisipasi politik. Partisipasi politik mencakup semua kegiatan sukarela, dimana
seseorang turut serta dalam proses pemilihan, dan turut serta secara langsung atau
tidak langsung dalam pembentukan kebijaksanaan umum. Kegiatan-kegiatan ini
mencakup kegiatan memilih dalam lembaga politik seperti dewan perwakilan
rakyat, atau membedakan komunikasi dengan wakil-wakil rakyat yang duduk
dalam badan itu, berkampanye, menghadiri kelompok diskusi, dan sebagainya.

Carl J. Federich Partai Politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir


secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan, terhadap
pemerintahan bagi pimpinan partainya, dan berdasarkan penguasaan ini
memberikan kepada anggota partainya manfaat yang bersifat idiil maupun materiil.
R.H. SOltau Partai Politik adalah sekelompok warga negara yang sedikit banyak
terorganisir, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik, dan dengan
memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih, yang bertujuan menguasai
pemerintahan dan melaksanakan kebijakan umum mereka.

Sigmund Neuman Dalam Modern Political Parties, dia mengemukakan


definisi sebagai berikut: “Partai Politik adalah organisasi dari aktivis-aktivis yang
berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat
atas dasar persaingan, dengan suatu golongan atau golongan-golongan lain yang
mempunyai pandangan yang berbeda. Dalam konteks “Berpolitik yang
Profesional”, Partai Politik adalah sekelompok orang yang secara sadar akan
kebutuhan masyarakat yaitu meningkatkan kesejahteraannya dan memperoleh
harkat dan martabatnya sebagai manusia seutuhnya serta keharmonisan, kerukunan
dan kedamaian masyarakat seluruhnya, yang terorganisir dengan rapi sebagai alat
perjuangannya mencapai cita-citanya, dengan cara beretika. Selain partai politik,
muncul di arena politik apa yang disebut gerakan (movement) dan kelompok

39
penekan (pressure group), yang terakhir ini disebut juga kelompok kepentingan
(interest group).

Partai sebagai sarana komunikasi politik, salah satu tugas dari partai politik
adalah menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat dan mengatur
sedemikian rupa sehingga kesimpangsiuran pendapat dalam masyarakat berkurang.
Dalam masyarakat modern yang begitu luas, pendapat dan aspirasi seseorang atau
suatu kelompok akan hilang tak berbekas seperti suara padang pasir, apabila tidak
ditampung dan digabung dengan pendapat dan aspirasi orang lain yang senada.
Proses ini dinamakan “penggabungan kepentingan” (interest integration). Sesudah
digabung, pendapat dan aspirasi ini diolah dan dirumuskan dalam bentuk yang
teratur. Proses ini dinamakan “perumusan kepentingan” (interest articulation).
Semua kegiatan diatas dilakukan oleh partai politik. Partai politik selanjutnya
merumuskannya sebagai usul kebijaksanaan. Usul kebijaksanaan ini dimasukkan
dalam program partai untuk diperjuangkan atau disampaikan kepada pemerintah
agar dijadikan kebijaksanaan umum (public policy). Dengan demikian tuntutan dan
kepentingan masyarakat disampaikan kepada pemerintah melalui partai politik.
Partai sebagai sarana sosialisasi politik. Partai Politik juga main peranan sebaga
sarana sosialisai politik (instrument of political socialization). Di dalam ilmu politik
sosial memperoleh sikap dan orientasi, dimana seseorang memperoleh sikap dan
orientasi terhadap fenomena politik, pada umumnya berlaku dalam masyarakat,
dimana ia berbeda biasanya proses sosialisasi berjalan secara berangsur-angsur dari
masa kanak-kanak sampai dewasa. Di samping itu, sosialisasi politik juga
mencakup proses melalui mana masyarakat menyampaikan norma-norma dan nilai-
nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam hubungan ini partai politik
berfungsi sebagai salah satu sarana sosialisasi politik.

Partai politik sebagai sarana kaderisasi politik Partai Politik juga berfungsi
untuk mencari dan mengajak orang yang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan
politik sebagai anggota partai (political recruitment). Dengan demikian partai turut
memperluas partisipasi politik dan caranya, ialah melalui kontak pribadi, persuasi,
dan lain-lain, juga diusahakan untuk menarik golongan muda untuk dididik menjadi

40
kader yang di masa mendatang akan mengganti pimpinan lama (selection of
leadership). Partai politik sebagai sarana mengatasi konflik (conflict management).
Dalam suatu demokrasi, persaingan dan perbedaaan pendapat dalam masyarakat
merupakan soal yang wajar, jika sampai terjadi konflik, partai politik berusaha
untuk mengatasinya.

Klasifikasi Partai Politik

Klasifikasi partai dapat dilakukan dengan pelbagai cara bila dilihat dari segi
komposisi dan fungsi keanggotaanya. Secara umum dapat dibagi dalam dua jenis
yaitu partai massa dan partai kader. Partai massa mengutamakan kekuatan
berdasarkan keunggulan jumlah anggotam yang biasanya terdiri dari pendukung-
pendukung dari berbagai aliran politik dalam masyarakat yang sepakat untuk
bernaung di bawahnya, dalam memperjuangkan suatu massa masing-masing
terutama pada saat-saat krisis.

Partai kader mementingkan keketatan organisasi dan disiplin kerja dari


anggota-anggotanya. Pimpinan pertain biasanya menjaga kemurniannya, doktrin
politik yang dianut dengan jalan mengadakan saringan terhadap calon anggotanya
dan memecat anggotanya yang menyeleweng dari garis partai yang telah
ditetapkan.

Klasifikasi lainnya dapat dilakukan dari segi sifat dan orientasi, dalam hal
mana partai-partai dapat dibagi dalam dua jenis yaitu partai lindungan (patronage
party) dan partai ideology atau partai azas (Weltanschauungs Partei atau
Progammic Party) Partai lindungan umumnya memiliki organisasi nasional yang
lemah dan biasanya tidak terlalu mementingkan pemungutan iuran secara teratur.
Maksud utama ialah memenangkan pemilihan umum untuk anggota-anggota yang
dicalonkannya, karena itu hanya giat menjelang masa-masa pemilihan. Partai
Demokrat dan Partai Republik di Amerika Serikat merupakan contoh dari partai
semacam inii. Partai ideology atau partai azas (Sosialisme, Fasisme, Komunisme,
Agama) biasanya mempunyai pandangan hidup yang digariskan dalam
kebijaksanaan pimpinan dan berpedoman pada disiplin partai yang kuat dan

41
mengikat terhadap caon anggota diadakan saringan, sedangkan untuk menjadi
anggota pimpinan disyaratkan lulus melalui beberapa tahap percobaan untuk
memperkuat ikatan batin dan kemurnia ideology maka dipungut iuran secara teratur
dan disebarkan organ-organ partai yang memuat jaran-ajaran serta keputusan-
keputusan yang telah dicapai oleh pimpinan.

Kekuatan politik yang sesungguhnya dapat diartikan sebagai kekuatan


individual (perorangan) maupun kolektif (kelompok) yang dapat mempengaruhi
dalam proses pengambilan keputusan politik. Kekuatan politik Individual seorang
tokoh masyarakat, karena pengaruhnya yang kuat terhadap perubahan sosial, opini-
opininya, gagasan-gagasannya, pidato-pidatonya, dan sebagainya sehingga
pikiran-pikirannya sering mendapatkan oembenaran dari masyarakat secara
langsung maupun tidak langsung banyak orang yang menjadi pengikutnya, maka
tokoh tersebut dapat dikatakan sebagai seseorang yang mempunyai kekuatan
politik individual. Kekuatan politik kolektif dapat pula diwujudkan dalam bentuk
kelembagaan formal, informal maupun non formal. Kekuatan politik informal
adalah gabungannya beberapa orang atau banyak orang yang memiliki padangan
yang sama, walaupun tidak semata-mata merupakan kelompok orang-orang yang
memperjuangkan aspirasi politik, akan tetapi buah pikir dan tindakan kelompok
orang-orang ini nyata-nyata telah menimbulkan dampak politik. Kekuatan politik
kolektif informal ini secara spesifik dapat dibagi menjadi tiga yaitu: Gerakan politik
(political movement), kelompok kepentingan (interest group), dan kelompok
penekan (pressure group).

Gerakan politik adalah gerakan sesaat (spontan) dari yang bergabung atas
persamaan persepsi, kemudian mengorganisasikan diri, bergerak bersama unutk
melakukan tuntutan perubahan. Gerakan politik ini lazimnya bersifat radikal,
fundamental, dengan sasaran terbatas. Namun sifat organisasinya amat longgar,
tidak diperlukan disiplin yang ketat bagi para anggotanya, umumnya terikat secar
emosional (ikatan batin), yang dapat bergerak saling bahu-membahu (saling
memperkuat) yang melahirkan identitas kelompok yang mencolok. Gerakan ini
umumnya mengeleminasi (mengabaikan) keberadaan lembag-lembaga politik

42
formal. Walaupun tidak terang-terangan menyebut dirinya sebagai gerakan politik
bahkan sering tampil dengan identitas terselubung, misalnya sebagai gerakan
intelektual, gerakan pembaruan, gerakan budaya, gerakan moral, gerakan non
politis, dan sebagainya namun melihat dari segi materil (substansi) yang mereka
perjuangkan, serta cara-cara yang digunakan sudah mengarah kepada
mempengaruhi keputusan politik, maka tidak ada predikat lain untuk menamakan
gerakan demikian ini dengan gerakan politik. Gerakan mahasiswa yang melakukan
demo menentang kebijakan pemerintah dan menghendaki adanya perubahan arah
kehidupan perpolitikan nasional, dapat dikategorikan sebagai gerakan politik.

Kelompok penekan (pressure group) adalah sekumpulan orang pemikir,


mereka terbiasa mengadakan diskusi mengevaluasi keadaan negara, mengkritisi
jalannya pemerintahan, menuangkan gagasan-gagasan perbaikan keadaan,
kemudian hasil pemikirannya yang biasanya berupa kritik-kritik tajam, sering
disampaikan kepada pemerintah, atau lembaga-lembaga negara lainnya. Dari hasil
pemikiran ini ternyata mempunyai dampak luas atau perubahan opini masyarakat
terhadap pemerintah, sehingga pemerintah mulai memperhitungkan pengaruh
kelompok pemikir ini, maka kelompok pemikir demikian ini bisa juga dikatakan
sebagai memiliki kekuatan politik kolektif informal.

Bentuk semacam Kaukus dapat juga dimaksudkan bentuk kekuatan politik


kolektif informal karena mengandung unsur-unsur, antara lain merupakan
kumpulan perorangan dalam jumlah kecil (terbatas, bersifat tertutup (eksklusif).
Artinya tidak semua orang bisa masuk menjadi anggota, yang tetapi terdahulu atau
rekomendasi dari orang-orang yang amat berpengaruh di dalam Kaukus dapat
diterima menjadi anggota, oleh karena itu, kaukus tidak pernah memperhitungkan
jumlah anggota (kuantitas) tetapi lebih menekankan pada kualitas output (hasilnya).
Sifat organisasinya pun sangat longgar, semi permanen. Lazimnya pembentukan
kaukus dimaksud untuk tujuan memenangkan suatu pemenangan pemilihan atau
megoalkan suatu isu penting yang sedang menjadi concern di masyarakat luas.
Misalnya, sekarang muncul kaukus penyelamat bangsa yang anggotanya terdiri dari
para naggota DPR dari lintas partai. Gerakan yang mengkritisi jalannya

43
pemenrintahan melalui penyebaran pemikiran-pemikiran kritis, sehingga
berdampak pada pembentukan opini publik, mempengaruhi perilaku masyarakat
maka gerakan kaukus ini dapat dikategorikan sebagai bentuk kekuatan politik
kolektif informal.

Kekuatan politik kolektif non formal adalah lembaga resmi yang


keberadaannya secara hukum sah, lembaga ini bergerak pada kegiatan yang secara
formal tidak ada sangkut-pautnya dengan kegiatan politik. Oleh karena itu sering
juga disebut sebagai lembaga non politis. Akan tetapi dalam gerakannya, buah pikir
yang dihasilkan ternyata memounyai dampak politis yang dapat mempengaruhi
proses pengambilan keputusan politik, maka organisasi ini dapat dinyatakan
sebagai memiliki kekuatan politik kolektif non formal. Contohnya organisasi massa
(ormas) keagamaan seperti Perserikatan Muhammadiyah, Nadhlatul Ulama (NU),
PERSIS, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Majelis Takhlim, Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), dan sebagainya.

Kekuatan politik kolektif non formal adalah organisasi yang sejak awal berdirinya
diniatkan secara sengaja sebagai organisasi politik. Keberadaannya pun diakui
secara resmi oleh pemerintah, terlindungi secara hukum (Undang-Undang), khusus
bergerak dalam kegiatan politik. Misalnya, kelembagaan partai politik (parpol)
adalah institusi (lembaga) atau organisasi yang secara sengaja semata-mata hanya
untuk tujuan kepentingan perjuangan politik, sehingga tercermin dalam aktifitas
gerakannya pemikiran dan segala aspeknya berorientasi pada kepentingan politik.
Proses pembentukan dan latar belakang berdirinyanpartai politik menurut Maurice
Duverger dapat dilihat menjadi dua karakter.

Pertama, partai politik yang berdiri atas dorongan individu per individu
yang memiliki kesepahaman, kesamaan pandangan dan satu ideology, maka mereka
sepakat mendirikan partai politik tersebut. Keanggotaanya orang per orang
mendaftar mewakili dirinya sebagai unsur insan politik.

Kedua, partai politik yang merupakan penjelmaan dari banyak unsur


organisasi yang karena merasa perlu untuk membangun kekuatan politik bersama

44
(beraliansi) untuk tujuan suatu perjuangan politik, maka organisasi-organisasi yang
sepaham itu sepakat mendirikan partai politik.

Kategori fungsi partai politik dalam literature ilmu politik, secara umum
sifat partai politik dapat diklasifikasikan dalam dua kategori yaitu, partai kader dan
partai massa. Namun dalam praktek, antara kedua kategori ini sering terbagi secara
ekstrim, akan tetapi merupakan perpaduan (kombinasi) ciri-ciri dari keduanya, atau
disebut sebagai Partai Berstandar Ganda (campuran).

Partai Kader lazimnya lebih mengutamakan tampilan kualitas anggota dan


pengurusnya. Dalam proses recruiting anggota, apalagi dalam pengangkatan
pengurus amat memperhatikan kualitas penokohan masing-masing individual.
Disiplin partai lebih ditegakkan lebih mengacu kepada aturan-aturan baku yang
berlaku spesifik partai. Melihat sosok demikian ini, partai kader sering dianggap
sangat elitis, mewah, kurang merakyat, dan eksklusif.

Partai massa lebih berorientasi kepada dukungan massa dalam jumlah besar.
Umumnya amat mengabaikan mengenai kualitas anggotanya, siapa saja boleh
masuk tidak pandang bulu, apakah termasuk orang bermutu atau dari lapisan mana
saja yang penting dapat menarik suara dukungan sebanyak-banyaknya.

45
MATERI TAMBAHAN ETIKA POLITIK ISLAM

Untuk mewujudkan etika politik yang sehat dan santun sesuai ajaran Islam,
diperlukan upaya dari semua pihak utamanya dari ilmuwan untuk mengkritisi
kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak sesuai dengan wewenang yang
diamanatkan dan menyalahgunakan kekuasaan, kritik dalam bentuk tulisan-tulisan
dan dialog-dialog agar dapat membangun wacana etika politik yang dapat
meningkatkan kesadaran kolektif dari semua komponen masyarakat sehingga
mengurangi praktek-praktek barter, korupsi, nepotisme dan terorisme serta
kejahatan lainnya. (Yunus Rahawarin, 2016)

Etika Politik Islam relatif berbeda dengan etika politik umum sebab etika
politik islam memiliki dasar yang sakral dari wahyu Tuhan dan sunnah Rasul.
Interpretasi yang bersifat deduktif dari nash Al-Qur’an dan Sunnah Rasul menjadi
suatu yang niscaya. Demikian pula sebaliknya, ketika realitas sosial muncul,
legitimasi atas realitas itupun harus jelas dalam etika politik islam. Artinya realitas
yang baik dapat diberi justifikasi sebagai sesuatu yang patut dipertahankan jika
sesuai dengan spirit nash tersebut, meskipun hasil aktualisasinya tidak memiliki
nilai indoktrinasi. Oleh karena itu, epistemologi akhlak tidak terlepas dari metode-
metode pemahaman atas ajaran (istinbath, istidhlal, dan ijtihad). terutama dalam
konteks penerapan etika politik, hampir seluruh jalur pengambilan keputusan dalam
syariat islam dapat diperlakukan secara proporsional.

Dengan demikian, etika politik bertolak dari masalah-masalah di bidang


politik yang memerlukan penanganan etis. Etika politik tidak dimulai dari ruang
kosong. Realitas politik selalu merupakan bidang yang dipertanyakan dan
diperebutkan secara ideologis. Metode etika politik atas dasar realitas ini dikenal
dengan metode kritis-negatif. Kritis karena tidak dimulai dari pendapat sendiri,
tetapi berangkat dari teori-teori atau pahamm-paham yang relevan, kemudian
diperiksa secara kritis, dengan cara memisahkan unsur-unsur yang dinilai tepat
diantara yang tidak tepat. Negatif, karena tidak dimulai dari penetapan prinsip-

46
prinsip tertentu, melainkan membongkar pandangan-pandangan moral politik yang
ada, membuang yang tidak tahan uji, tetapi mempertahankan apa yang semestinya
sebagai prinsip ( Dewi Dahlan, 2021 ).

47
PERTEMUAN KE-TUJUH

PARTAI POLITIK

PARPOL adalah kendaraan politik yang diatur UU yang dapat


mengantar seorang politikus atau negaraqwan atau kombinasi keduanya di
puncak kekuasaaan. Menurut Prof Dr Meriam Budiardjo dalam bukunya
berjudul " Dasar-dasar Ilmu Politik " secara umum dapat dikatakan partai
politik adalah suatu kelompok yang terorganisir, yang anggota-anggotanya
mempunyai oreintasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok
ini untuk mmemperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik.
Tentu dengan cara konstitusional untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan.

Carl j Friedrich Partai Politik adalah sekelompok manusia yang


terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan
penguasaan, terhadao pemerintahan bagi pemimpin partainya, dan
berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya manfaat
yang bersifat idiil maupun materiil. R.h Soltau politik adalah sekelompok
warga negara yang sedikit banyak terorganisir, yang bertindak sebagai
suatu kesatuan politik, dan dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk
memilih. Sigmund Neuman dalam Modern Political Parties, dia
mengemukakan definisi sebagai berikut : Partai politsik adalah organisasi
dan aktivitas-aktivitas yang berusaha untuk menguasai kekuasaan
pemerintahan sserta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan, dengan
suatu golongan atau golongan-golongan lain yang mempunyai pandangan
yang berbeda.

48
 Partai Politik dapat berfungsi menjadi 3 hal yaitu:

1. Partai politik sebagai Sarana Komunikasi Politik

Salah satu fungsi atau tugas partai politik adalah menyalurkan aneka
ragam pendapata dan aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian
rupa sehingga kesimpangsiuran pendapat dalam masyarakat berkurang.
dalam masyarakat modern pendapat dan aspirasi seseorang atau suatu
kelompok akan hilang tak berbekas seperti suara padang pasir, apabila tidak
ditampung dan digabung dengan pendapat dan aspirasi orang lain yang
senada. Proses ini dinamakan penggabungan kepentingan ( interest
agregation). sesudah digabung pendapat dan aspiraasi ini diolah dan
dirumuskan dalam bentuk yang teratur .Proses ini dinamakan perumusan
kepentingan ( interst articulation). Semua kegiatan diatas dilakukan oleh
partai politik. Partai politik selanjutnya merumuskan sebagai usul
kebijaksanan. Usul kebijaksanan ini dimasukan dalam program partai untuk
diperjuangkan atau disampaikan kepada pemerintah agar dijadiikan
kebijaksanaan umum (public policy).

2. Partai sebagai Sarana Sosialisasi Politik

Partai Poitik sebagai sarana sosialisasi poitik (intrument of political


socialization) Di dalam ilmu politik sosial memperoleh sikap dan orientasi
dimana seseorang memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena
politik, yang umumnya berlaku dalam masyarakat, dimana ia berbeda
biasanya proses sosialisasi berjalan secara berangsur-angsur dari masa
kanak-kanak sampai dewasa. Disamping itu sosialisasi politik juga
mencakup proses melalui mana masyarakat menyampaikan norma-norma
dan nilai-nilai dari satu generasi ke generaasi berikutnya.

49
3. Partai Politik sebagai Sarana Kaderisasi Politik

Parpol berfungsi untuk mencari dan mengajak orang yang berbakat


untuk turut aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai (political
recruitment). Dengan demikian partai turut memperluas partisipasi politik
dan caranya ialah melalui kontak pribadi, persuasi dll juga diusahakan untuk
menarik golongan muda untuk dididik menjadi kader yang dimasa
mendatang akan mengganti pimpinan lama (selection of leadership).

Partai politik sebagai sarana mengatasi konflik (conflic


management). dalam suatu demokrasi persaingan dan perbedaan pendapat
dalam masyarakat merupakan soal yang wajar jika sampai terjadi konflik
partai politik.

50
TUGAS TAMBAHAN

 Tugas tanggal 09 november 2022


Argumentasi tentang pemilu 2024 yang ideal itu seperti apa, harus ada
ilmu atau teorinya, sistem pemilu yang seperti apa, berapa pasangan
yang maju, diatur dalam UU Pemilu.
Mengutip pendapat dari Ali Moestopo, menurutunya pengertian
pemilu yaitu sebagai berikut : “ pada hakekatnya, pemilu adalah sarana
yang tersedia bagi rakyat untuk menjalankan kedaulatannya sesuai
dengan azas yang bermaktub dalam pembukaan UUD 1945. Pemilu itu
sendiri pada dasarnya adalah suatu lembaga demokrasi yang memilih
anggota-anggota perwakilan rakyat dalam MPR, DPR, DPRD, yang
pada gilirannya bertugas untuk bersama-sama dengan pemerintahan
negara”. Jadi menurut saya pemilu 2024 yang ideal itu harussesuai
dengan azas Luber Jurdil yang sudah tercantum pada UUD 1945, maka
dari itu pelaksanaan harus memperhatikan banyak aspek penyelnggara
pemilu dan dampak terhadap sistem pemerintahan presidensial dan
pemertintahan daerah. Pemilu yang ideal adalah pemilihan umum
serentak nasional untuk memilih anggota DPR, DPD, Presiden/Wakil
Presiden dan beberapa waktu setelahnya dilaksanakan DPRD
Kabupaten/kota, pemilihan Gubernur, dan Bupati/ Walikota.
Sistem Pemilu di Indonesia menganut asas Luber Jurdil dimana
sesaui denga pasal 22 E ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi “ pemilihan
umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan
adil setiap lima tahun sekali “. Sistem pemilu di Indonesia menganut
sistem Perwakilan Distrik yang mana dalam Pemilu wakil rakyat dari
suatu distrik atau wilayah ditentukan oleh perolehan suara terbanyak.
Pasangan Pilpres 2024 yaitu :
a. Bakal calon presiden :
1. Ganjar Pranowo

51
2. Puan Maharani
3. Anies Baswedan
b. Bakal calon wakil presiden :
1. Airlangga Hartanto
2. Erick Thohir
3. Sandiaga Uno

Peraturan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2018


tentang pencalonan peserta pemilihan umum presiden dan wakil presiden. Dalam
bab 1 pasal 1 Nomor 17 dan 18 yang berbunyi yaitu bakal pasangan calon presiden
dan wakil presiden yang selanjutnya disebut bakal pasangan calon adalah pasangan
calon peserta pemilihan umum presiden dan wakil presiden yang diusulkan oleh
partai politik atau gabungan partai politik. Pasangan calon presiden dan wakil
presiden yang selanjutnya disebut pasangan calon adalah pasangan calon peserta
pemilihan umum presiden dan wakil presiden yang diusulkan oleh partai politik
atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan.

52
DAFTAR PUSTAKA

Samad, M. (2016). Gerakan Moral: Dalam Upaya Revolusi Mental. Sunrise Book
Store

Dian Ibung, P. S. I. (2013). Mengembangkan nilai moral pada anak. Elex Media
Komputindo.

Hai, K. A. (2017). Kontekstualisasi Etika POlitik Islam Umar Ibn Khattab Dalam
Kehidupan Kontemporer. Jurnal Ilmiah Islam Futura, 16 (1), 52-73.

Dahlan, D (2021). ETIKA POLITIK ISLAM (KONSTRUKSI DAN PERFEKTIF).


Menara Ilmu, 15(1).

53

Anda mungkin juga menyukai