Anda di halaman 1dari 5

BUSINESS ETHICS

CASE STUDY 12

PT. Vale Indonesia

Dosen: Zuni Barokah, S.E., M.Comm., Ph.D., CA.

Anggota Kelompok 4

Annisa Fitriyani (22/509117/PEK/28935)

Marwin Keby (22/510744/PEK/29331)

Utaminingsih (22/510403/PEK/29257)

SEMBA 45-C

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS GADJAH MADA

JAKARTA
Summary:
PT Vale Indonesia Tbk. (VI) adalah perusahaan yang fokus pada pertambangan dan
pengolahan nikel di Sulawesi Selatan. Meskipun terlibat dalam ekstraksi mineral, perusahaan
ini menekankan upaya rehabilitasi dan mitigasi dampak lingkungan sebagai bagian dari
komitmennya. Sebagai bagian dari Vale, perusahaan tambang global asal Brasil, mayoritas
karyawan VI berasal dari wilayah setempat, yaitu Kabupaten Luwu Timur.

Manajemen Vale Indonesia menyadari kompleksitas eksistensinya, diakui sebagai penyebab


potensial kerusakan lingkungan, tetapi juga menyadari bahwa keberlanjutan dan kepedulian
pada lingkungan adalah kunci untuk masa depannya. Upaya rehabilitasi lahan, kolaborasi
dengan BPPT untuk penanganan limbah, dan investasi dalam teknologi seperti electrostatic
precipitator adalah beberapa langkah konkret yang diambil perusahaan. Pemantauan emisi
secara terus-menerus juga dilakukan untuk memastikan kepatuhan terhadap standar
lingkungan.

Vale Indonesia mencatat berbagai prestasi, termasuk produksi listrik 100% untuk pabrik,
penghematan bahan bakar, dan penghargaan seperti Aditama dan PROPER Biru. Sambil terus
berkomitmen pada peningkatan kinerja lingkungannya, perusahaan juga menunjukkan
pertumbuhan finansial yang positif dari waktu ke waktu.

Artikel ini menceritakan tentang upaya VI dalam menangani dampak lingkungan dan
menekankan kesadaran mereka terhadap tanggung jawab sosial dan keberlanjutan. Walaupun
telah mencapai beberapa pencapaian, perusahaan terus bekerja untuk meningkatkan kinerja
lingkungannya sebagai bagian integral dari komitmennya pada aspek-aspek tersebut.
Questions:

a. Pengembangan Kasus (Case Building):


PT Vale Indonesia Tbk. (VI) adalah perusahaan yang bergerak dalam sektor pertambangan
dan pengolahan nikel di wilayah Sulawesi Selatan. Meskipun fokus pada ekstraksi mineral,
perusahaan ini menyatakan komitmennya terhadap rehabilitasi dan mitigasi dampak
lingkungan yang mungkin ditimbulkan oleh kegiatan operasionalnya. VI juga mencatat
pencapaian dalam manajemen limbah dan pengendalian emisi, yang menghasilkan
pengakuan melalui penghargaan atas kinerja lingkungannya. VI juga mempekerjakan
warga lokal yang ada di wilayah tambang tersebut untuk menambang dengan kata lain tidak
hanya rehabilitasi terhadap lingkungan saja namun juga ekonomi yang disekitar wilayah
tersebut dapat lebih maju.

b. Dilema Etika:
- Level System
Dilema etika muncul antara kebutuhan masyarakat akan adanya pertumbuhan ekonomi
dan keberlanjutan lingkungan. PT Vale Indonesia Tbk. (VI), sering kali menyediakan
lapangan kerja dan kontribusi signifikan terhadap perekonomian daerah. Namun, pada
saat yang sama, kegiatan ini dapat menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan
dan kesehatan masyarakat lokal. Sehingga terdapat dilema mengenai sejauh mana
keuntungan ekonomi dapat dikejar tanpa mengorbankan lingkungan dan kesejahteraan
masyarakat. Bagaimana kebijakan pemerintah dapat memadai untuk menangani dilema
ini, serta bagaimana industri dan pemerintah dapat bekerja sama untuk mencapai
keseimbangan yang optimal.

- Level Korporasi:
Dilema etika muncul dari peran perusahaan, dalam hal ini, PT Vale Indonesia Tbk.,
yang menangani dampak lingkungan dan sosial dari operasional mereka. Meskipun
perusahaan mencatat upaya mitigasi terhadap kerusakan lingkungan, tetap ada
pertanyaan etika tentang sejauh mana upaya tersebut mencukupi dan apakah
perusahaan memprioritaskan lingkungan secara serius, mereka memiliki tanggung
jawab etis untuk melibatkan diri dalam praktik bisnis yang ramah lingkungan dan
berdampak positif pada masyarakat lokal.

c. Stakeholder yang terdampak:


- Masyarakat: Merasakan dampak secara langsung dari aktivitas pertambangan, baik dari
segi ekonomi maupun lingkungan.
- Karyawan PT. Vale Indonesia: Memiliki dilema sebagai warga setempat yang bekerja
untuk perusahaan, yang mungkin dianggap merugikan lingkungan tempat tinggal
mereka.
- Pemerintah: Memegang tanggung jawab dalam pengawasan dan pembuatan regulasi
terkait kegiatan tambang, serta memastikan keberlanjutan dan keselamatan lingkungan.
- Investor: Terlibat secara langsung dengan reputasi perusahaan dan dampak investasi
terhadap aspek keberlanjutan.
d. Diskusi dengan Sudut Pandang Prinsip-prinsip Etika:
Industri pertambangan seringkali dihadapkan dengan dilema etika karena dampak
lingkungan dan sosial yang dihasilkan oleh kegiatan tambang. Beberapa dilema etika yang
timbul akibat dari penambangan ini adalah mempertimbangkan antara keuntungan
ekonomi, kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan. Beberapa dampak contoh
dilema etika yang timbul:
- Dampak lingkungan, akibat dari penambangan nikel ini maka perusahaan harus
melakukan pengundulan terhadap hutan dan masalah terkait pencemaran tanah, air dan
udara. Perusahaan harus dapat melakukan rehabilitasi sesuai dengan jumlah area yang
dilakukan penambangan dengan memaksimalkan keuntungan finansialnya
- Dampak Sosial, pada area penambangan perlu adanya pembebasan lahan yang akan
mengurangi mata pencaharian penduduk setempatnya oleh karena itu perusahaan harus
dapat berkontribusi dalam kesejahteraan masyarakat setempat, dalam kasus ini
perusahaan merekrut karyawan dari daerah setempat agar ekonomi masyarakat dan
kesejahteraannya dapat tetap terjaga.
- Konservasi sumber daya alam, Perusahaan dihadapkan pada keadaan yang dimana
apakah harus fokus pada ekstrasi atas penambangan tersebut atau mempertimbangkan
keberlanjutan sumber daya alam untuk generasi yang akan datang.
- Transparansi dan tanggung jawab, Perusahaan menghadapi dilema tentang
keterbukaan informasi dimana harus sejauh mana mereka memberi informasi terkait
kegiatan penambangan yang dilakukan.
- Teknologi dan Inovasi, Perusahaan dihadapkan dengan apakah mereka harus
berinvestasi pada teknologi yang ramah lingkungan atau tetap melakukan
penambangan dengan cara konvensional namun menghasilkan dampak lingkungan
yang lebih besar.
Perusahaan perlu melakukan koordinasi dengan berbagai pihak untuk meminimalisir
terkait aktivitas penambangan ini mulai dari menerima masukan dari masyarakat setempat
terkait penanggulangan penambangan nikel ini dan juga dengan pihak pemerintah dalam
membuat regulasi dan penegakan regulasi yang ada. Sehingga dengan demikian isu-isu
lingkungan yang ada dapat diminimalisir.

e. Tanggung Jawab Vale Company:


Vale Company sepatutnya memiliki tanggung jawab menyeluruh terhadap kegiatan
operasionalnya. Dalam kasus ini Vale telah menerapkan beberapa aturan Green Energy
dengan melakukan rehabilitasi terhadap lahan pertambangan dan mendapat beberapa
penghargaan namun tidak hanya sebatas itu saja, PT Vale Indonesia tetap harus
melakukannya secara berkaa hal ini melibatkan penerapan pemantauan yang lebih ketat
terhadap dampak lingkungan, peningkatan tingkat transparansi informasi, dan peningkatan
investasi dalam teknologi dan inovasi yang bersifat ramah lingkungan. Dengan hal tersebut
maka kerusakan lingkungan yang disebabkan penambangan ini dapat diminimalisir sekecil
mungkin.

f. Solusi yang Dapat Direkomendasikan:


- Transparansi dan Pengawasan menyeluruh : Perlu ditingkatkan keterbukaan informasi
mengenai dampak lingkungan, dengan melibatkan pihak ketiga yang independen untuk
mengawasi dan mengevaluasi upaya rehabilitasi.
- Program CSR: Perlu meningkatkan program Corporate Social Responsibility (CSR)
agar lebih mendukung masyarakat lokal, termasuk pembangunan ekonomi setempat
dan inisiatif pendidikan.
- Investasi dalam Teknologi yang Ramah Lingkungan: Diperlukan peningkatan investasi
dalam penelitian dan pengembangan teknologi yang dapat mengurangi dampak
lingkungan dari kegiatan pertambangan.
- Diskusi dengan masyarakat: Diperlukan peningkatan komunikasi terbuka dengan
masyarakat lokal untuk memahami kekhawatiran mereka dan berkolaborasi dalam
mencari solusi yang adil dan berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai