Gambar 7. Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Tangerang Tahun 1997 dan 2007
29
pertanian diikuti dengan dengan peningkatan luas lahan terbangun. Hal ini
menunjukkan terjadinya konversi lahan pertanian menjadi lahan terbangun.
Konversi lahan pertanian menjadi lahan terbangun (kawasan permukiman dan
kawasan industri) terjadi karena lahan pertanian memiliki nilai land rent yang
lebih rendah bila dibandingkan dengan lahan terbangun.
Menurut Rustiadi dan Wafda (2007b) konversi lahan pertanian
merupakan konsekuensi perluasan kota yang membutuhkan lahan untuk
pertumbuhan kota. Lahan pertanian meskipun lebih lestari kemampuannya dalam
menjamin kehidupan petani, tetapi hanya dapat memberikan sedikit keuntungan
material atau finansial dibandingkan sektor industri. Pertumbuhan ekonomi di
wilayah perkotaan yang berbasis sektor bukan-pertanian jauh melebihi
pertumbuhan ekonomi wilayah perdesaan yang berbasis pada sektor pertanian.
Akibatnya pada wilayah perkotaan terjadi peningkatan permintaan terhadap lahan
untuk keperluan sarana permukiman, industri maupun infrastruktur lainnya, yang
membutuhkan lahan dalam jumlah tidak sedikit, sehingga konversi lahan
pertanian ke penggunaan lainnya di perkotaan semakin luas.
Perubahan penggunaan lahan per kecamatan pada tahun 1997 dan 2007
di Kabupaten Tangerang disajikan pada Tabel 10. Dari tabel tersebut terlihat
bahwa perubahan penggunaan lahan yang terbesar terjadi pada penggunaan lahan
pertanian (TPLB dan TPLK) yang menjadi lahan terbangun. Kecamatan yang
mengalami konversi lahan TPLB terbesar yaitu Kecamatan Pasar Kemis, yang
diikuti oleh Kecamatan Kosambi, Sepatan, Rajeg dan Curug, sedangkan konversi
lahan TPLK terbesar dijumpai berturut-turut di Kecamatan Serpong, Cikupa,
Pondok Aren, Ciputat dan Pamulang. Kecamatan-kecamatan tersebut sebagian
berbatasan dengan Kota Tangerang, sedangkan sisanya berbatasan dengan Kota
Jakarta. Berdasarkan lokasi tersebut, konversi lahan yang terjadi diduga
merupakan pengaruh perluasan kegiatan ekonomi Kota Tangerang dan Kota
Jakarta.
31
Tabel 10. Perubahan Penggunaan Lahan per Kecamatan tahun 1997 dan 2007 di
Kabupaten Tangerang
Perubahan Penggunaan Lahan (ha)
Kecamatan TPLB TPLB TPLK
- - -
Lahan terbangun TPLK Lahan terbangun
Cisoka 233,41 - 239,91
Tigaraksa 535,04 - 277,10
Cikupa 616,34 - 2.093,83
Legok 536,56 78,07 868,51
Serpong 244,33 113,48 4.318,12
Ciputat 140,68 74,73 1.277,48
Pondok Aren 20,07 13,73 1.409,35
Curug 1.051,47 19,50 761,49
Pasar Kemis 1.632,13 38,48 62,84
Balaraja 692,54 - 798,09
Kresek 87,35 - -
Kronjo 72,15 - -
Mauk 522,90 - -
Rajeg 1.151,61 - -
Sepatan 1.225,67 - -
Teluknaga 423,60 - -
Pamulang 29,26 0,66 1.104,44
Pakuhaji 421,24 - -
Kosambi 1.243,76 - -
Kabupaten Tangerang 10.880,10 338,65 13.211,16
perubahan penggunaan lahan dari arah timur ke barat di bagian tengah Kabupaten
Tangerang yang dilalui Jalan Tol Nasonal Jakarta – Merak.
3.6E6
3.4E6
kududneP halmuJ
3.2E6
3E6
2.8E6
2.6E6
2.4E6
0 2 4 6 8 10 12
Tahun (1=1997)
(jiwa/km2) per kecamatan di Kabupaten Tangerang pada tahun 1997 dan tahun
2007.
10000
Kepadatan Penduduk 9000
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000 1997
1000
2007
0
Ciputat
Serpong
Pakuhaji
Mauk
Rajeg
Cikupa
Balaraja
Teluknaga
Sepatan
Legok
Curug
Cisoka
Tigaraksa
Kronjo
Kosambi
Pasar Kemis
Kresek
Pondok Aren
Pamulang
Kecamatan
25
Laju Pertumbuhan Kepadatan
20
15
Penduduk
10
KRESEK
SERPONG
MAUK
CURUG
CISOKA
LEGOK
KOSAMBI
CIPUTAT
PAMULANG
RAJEG
PONDOK AREN
BALARAJA
KRONJO
SEPATAN
PASARKEMIS
CIKUPA
TIGARAKSA
TELUKNAGA
PAKUHAJI
Kecamatan
50
40
Proporsi (%)
30 1997
2007
20
10
0
Pertanian PertambanganIndustri
Sektor UsahaPengolahan Jasa
Gambar 12. Proporsi Sektor Usaha dalam PDRB Tahun 1997 dan Tahun 2007
Kontribusi terbesar untuk PDRB pada tahun 1997 dan tahun 2007
diberikan oleh sektor industri pengolahan, yaitu sebesar 56,4 % dan 48,23 %. Hal
ini menunjukkan bahwa Kabupaten Tangerang tumbuh menjadi kawasan industri
sehingga sebagian besar pendapatan daerahnya disumbangkan oleh sektor
industri. Walaupun tetap sebagai sektor yang memberikan kontribusi terbesar
untuk PDRB Kabupaten Tangerang, proporsi sektor industri mengalami
penurunan sebesar 8,18 % dari tahun 1997 ke tahun 2007. Penurunan proporsi
sektor industri sejalan dengan peningkatan proporsi sektor jasa dalam PDRB
Kabupaten Tangerang, yaitu dari 33,60 % menjadi 42,96 %.
37
0.050
0.040
0.030
Laju Pertumbuhan
0.020
0.010
0.000
-0.010 Pertanian Pertambangan Industri Jasa
-0.020 Pengolahan
-0.030
-0.040
-0.050
Sektor Usaha
Gambar 13. Laju Pertumbuhan Sektor Usaha per Tahun di Kabupaten Tangerang.
Berdasarkan Tabel 12, pada tahun 2003 sebagian besar desa (60,98%)
di Kabupaten Tangerang berhirarki III, sedangkan sisanya berhirarki II (30,18%)
dan berhirarki I (8,84%). Pada tahun 2006, terjadi peningkatan jumlah desa
berhirarki II dibandingkan tahun 2003. Sementara itu, presentase jumlah desa di
Kabupaten Tangerang yang berhirarki III berkurang dari 60,98 persen menjadi
58,23 persen dari periode 2003 ke 2006. Hal ini menunjukkan adanya
perkembangan di desa-desa tersebut. Adapun jumlah desa di Kabupaten
Tangerang yang berhirarki I secara keseluruhan tidak mengalami perubahan
(8,84%). Penyebaran desa-desa berhirarki I, II, dan III di Kabupaten Tangerang
pada tahun 2003 dan 2006 secara spasial disajikan pada Gambar 13.
40
Gambar 13. Peta Hirarki Wilayah Desa-desa di Kabupaten Tangerang tahun 2003
dan 2006
41