administrasi
Pertanian (sawah, kebun, ladang ) seluas 11.487 ha atau 38,83 % dari
luas wilayah administrasi
Hutan seluas 2.544 ha atau 8,60 % dari luas wilayah administrasi
Lahan Tanaman kayu-kayuan seluas 1.388 ha atau 4,69% dari luas
wilayah administrasi
Padang rumput/semak belukar seluas 236 ha atau 0,80 % dari luas
wilayah administrasi
Lahan kosong tidak diusahakan(alang-alang) 2.608 ha atau 8,82 %
dari luas wilayah administrasi
Rawa seluas 122 ha atau 0,05 % dari luas wilayah administrasi
Kolam/tambank/empang seluas 109 ha atau 0,37 % dari luas wilayah
administrasi
Areal lainnya seluas 3.081 ha atau 10,42 % dari luas wilayah
administrasi
Secara spasial, distribusi penggunaan
lahan Kota
Kendari
Bab I - 1
Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010
Tabel 1.1.
Luas Penggunaan Lahan
di Kota Kendari Tahun 2008 2009
No.
Penggunaan Lahan
2009
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Tanah Sawah
Bangunan
dan
Halaman
sekitarnya
Tegal/Kebun
Ladang/Huma
Padang Rumput
Rawa yang tidak ditanami
Tambak,
Kolam,
Tebat
dan
Empang
Lahan yang sementara tidak
diusahakan
Lahan tanaman kayu-kayuan
Hutan Negara,Perkebunan
464
7.860
4539
2360
236
115
116
1.186
1.241
3.457
4.611
3.404
494
8.014
4.574
1.978
236
122
109
2.608
1.388
2.544
4.441
3.081
29.589
29.589
Jumlah
Gambar 1.1.
Presentase Penggunaan Lahan
Bab I - 2
Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010
2.
Penggunaan
Lahan
Bangunan/Pemukiman/Infrastruktur
Ladang/Huma
3.
Sawah
No.
1.
2008
5.173
1.714
5,80
1.978
6,69
2.360
7,98
307
1,04
464
1,57
494
1,67
Keterangan :
-
Bab I - 3
Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010
Gambar 1.2.
Pembangunan Pusat-Pusat Ekonomi (Ruko) dan Sarana Penunjang
Menjadi salah satu faktor penting dalam perubahan pola
penggunaan lahan di Kota Kendari dalam kurun 10 tahun terakhir
rumah kaca, daerah tangkapan air serta pengatur stabilitas tata air
yang mengalir kedalam wilayah Kota Kendari.
Keberadaan kedua
Hutan Prod.
Terbatas
(HPT)
Hutan Produksi
(HP)
Taman Hutan
Raya
(THR)
875
1.640
2.685
berperan
sebagai
penyokong
kehidupan
sosial
ekonomi
masyarakat, bukan hanya yang ada disekitar kawasan akan tetapi juga
masyarakat di luar kawasan hutan, khususnya masyarakat yang ada di
bagian wilayah hilir. Ekosistem hutan juga berperan membentuk aneka
ragam budaya masyarakat akibat interaksi manusia dengan alam yang
memungkinkan munculnya teknologi tepat guna setempat, bahasa,
jenis pangan, dan seni. Oleh karena itu kondisi ekosistem hutan yang
sehat akan memperkuat daya dukung bagi berbagai proses kehidupan
manusia di sekitarnya.
Mengingat fungsi strategis kawasan hutan bagi penyangga
kehidupan manusia, maka ekosistem kedua kawasan hutan ini juga
berperan sangat penting untuk menjadi kawasan penyanggah wilayah
kota dalam mendukung pembangunan yang berjalan dan terus
mengalami perkembangan pesat yang membutuhkan dukungan
sumberdaya alam.
yang
sehat
merupakan
faktor-faktor
utama
pendukung
ini,
sehingga
menyebabkan
berkurangnya
fungsi-fungsi
fungsi
kawasan;
menjadi
pemukiman
penduduk,
lahan
Vegetasi
Gambar 1.3.
Aktivitas di Sekitar Kawasan Yang
Memberikan Tekanan Terhadap
Penutupan dan Fungsi Kawasan
Bab I - 8
Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010
2. KEANEKARAGAMAN HAYATI
Keanekaragaman
komponen
hayati
merupakan
salah
satu
pilar
dari
dalam
tubuh
makhluk
hidup.
Oleh
karena
itu
Banyak
sekali
hasil
temuan
dalam
bidang
pangan,
langsung
keanekaragaman
dan
tidak
hayati.
langsung
Implementasi
menyebabkan
kebijakan
degradasi
umum
nasional
menurun
sementara
pemanfaatannya
bagi
kesejahteraan
telah
memberikan
pengaruh
yang
besar
terhadap
Beberapa
menyatakan
bahwa
tidak
kurang
dari
15
ribu
jenis
Bab I - 9
Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010
tumbuhan memanjat (liana dan rotan), palem bukan rotan, pakupakuan, herba, tumbuhan epifit, lumut dan lain-lain yang kesemuanya
merupakan sumber genetik (genetic resource) dari jenis-jenis tumbuhan
yang ada di dalamnya.
Tingginya tingkat keragaman hayati (biodiversity) di kawasan hutan
tropis merupakan salah satu kekayaan tersendiri yang tak ternilai
harganya. Tingkat keragaman hayati juga memberikan ukuran dan
menjadi indikasi penting kestabilan komunitas hutan. Semakin tinggi
keragaman hayati maka semakin stabil komunitas (Richards, 1964;
Whitmore, 1990).
Pada kawasan hutan Nanga-Nanga Papalia, berdasarkan data
dan informasi yang didapatkan dari kegiatan inventarisasi potensi pada
tahun 2008, 53 plot transek pengamatan, terdapat 27 jenis tingkatan
pohon, 38 jenisnya tingkatan tiang, 39 tingakatan pancang dan 6 jenis
rotan serta berbagai jenis epifit.
Data keragaman jenis setiap tingkatan vegetasi di dalam kawasan
hutan yang ditemukan dan dikenali berdasarkan tingkatannya diuraikan
lebih detail dalam bentuk tabel-tabel berikut.
Tabel 1.4.
Daftar Jenis Vegetasi/Flora Tingkat Pohon
Yang Ditemukan di Kawasan Hutan Nanga-Nanga Papalia
& Tahura Murhum
No.
Pohon
(1)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Nama Jenis
Daerah/
Ilmiah
Perdagangan
(2)
(3)
Castanopsis
Eha
buruana
Shorea Spp
Meranti
Myristica
Pontoh
koodersii
Barringtonia
Kayu Puta
racemosa
Metrosideros
Kayu Besi
petiolata
Adenandra
Bolo-Bolo
celebica
Bolo-Bolo Putih Thea Spp
Dracon.
Dao
mangiferum
DambuEugenia Spp
dambu
Kerapata
n Relatif
(%)
(4)
Frekuensi
Relatif
(5)
Domin
asi
Relatif
(6)
0,27
1,31
0,12
INP
Ket.
(7)
(8)
0,9
2,48
Endemik
0,26
0,03
0,41
Prod.
0,39
1,22
0,18
1,79
Prod.
0,20
0,17
0,14
0,51
Prod.
0,27
033
0,21
0,81
End.
0,14
0,29
0,04
0,43
LL
0,22
0,18
0,14
0,53
LL
0,27
033
0,21
0,81
Prod
0,14
0,29
0,04
0,43
Prod.
Bab I - 10
Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010
Litsea Sp
Ficus benyamina
1,22
0,27
0,48
1,33
0,41
0,21
2,11
1,86
Endemik
DL.
Dyera costulata
0,14
0,29
0,10
0,53
Endemik
Callophylum Spp
0,29
0,68
0,19
Unidentified
0,14
0,29
0,04
Vitex copassus
0,22
0,18
0,14
Palaquium Sp
0,27
2,21
0,11
Intis retusa
0,14
0,29
0,04
Dyospiros
0,22
0,14
0,10
Unidentified
0,14
0,29
0,04
Unidentified
0,22
0,18
0,14
Koompassia
21
Banggeris
0,27
033
0,21
excelsa
Cinnamon Spp
21.
Kayu Cina
0,14
0,29
0,04
Unidentified
22.
Tolihe
0,08
0,19
0,05
Dyospyros
23.
Gito-Gito
1,10
0,72
0,63
Surensis
Schima walicii
24.
Puspa
0,08
0,93
0.10
Unidentified
25.
Kacapi
0,26
0,49
0,33
Terminalia
26.
Kadanca
0,18
0,23
0,41
barencia
Altingia exelca
27.
Rasamala
0,12
0,73
0,08
Sumber Data : Hasil Inv. Kegiatan Pemetaan Kawasan Hutan, Bappeda, 2008
1,16
0,43
0,53
2,59
0,43
0,46
0,43
0,53
Prod.
Endemik
LL
Prod.
LL
Endemik
LL
LL
0,81
Prod.
0,43
0,32
Prod.
LL
2,45
Endemik
1,11
1,08
Prod.
LL
0,82
Prod.
0,93
Prod.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
Huru
Beringin
Jelutung
dataran
Bintangur
Uru
Kulipapo
Nato
Longori
Anyurung
Onahaa
Kisuji
Tabel 1.5.
Jenis-jenis Keragaman Fauna yang Ditemukan atau Terindikasi Hidup
di Kawasan Hutan Nanga-Nanga Papalia
No
1.
2.
3.
4.
5.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
1
2
3
1
2
3
4
1
2
Nama Ilmiah
Mamalia
Sus scrofa
Cervus timorensis
Macaca ochreata
Myotis adversus
Rattus rattus
Aves
Aecipter rhodogaster
Gallus gallus
Dicaeum sp.
Ducula aenea
Gymnocrex rosenbergii
Halcyon
Heinrichia calligyna
Hirudo ruscita
Milvus Sp
Riticeros cassidix
Rhipidura teysmanni
Reptil
Mabuya multifasciata
Phiton reticulata
Varanus bengalensis
Amphibia
Bufo spp
Limnonectes modestus
Polypedates leucomystax
Rana sp
Vertebrata
Ordo. Lepidoptera
Ordo. Odonata
Nama Indonesia/lokal
Babi Hutan
Rusa
Kera Hitam Sulawesi
Kelelawar kecil abu
Tikus hutan
Tekukur
Ayam Hutan
Burung cabe
Peragam hijau
Mandar muka biru
Cekakak
Cingcoang Sulawesi
Layang-layang asia
Elang Sulawesi
Rangkong Sulawesi
Kipasan Sulawesi
Kadal
Ular Phyton
Biawak
Katak Batu
Katak sungai kecil
Katak pohon
Katak
Kupu-kupu
Capung
Bab I - 11
Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010
Status*
T
W
W
W
J
J
E
SI
E
EN
dd
DD
P
E
E
E
E
VU
E
E
E
E
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Monomorium pharaonis
Componotus pennsylvnicus
Polyrhachis hauxwelli
Iridomyrmex anceps
Lobopelta ocillifera
Lactrodectus mactans
Argiope Aurelia
Loxosceles reclosa Gertsch.
Phyllophaga portoricensis
Allonemobius fasciatus L.
Neoxabea bipunclata Geer
Blatta orientalis
Aedes stimulans Walker.
Melanoplus differentialis
Dermatobia hominis L.Jr.
Halticus bractatus Say.
Phaneeus vindex
Melanoplus sanguinipes
Laphira lata
Phanomeris pyillotomae
Melanolestes picipes
Callosoma scrutator
Lycosa sp
Polydesmid millipede
Semut merah
Semut hitam
Semut raja
Semut hitam besar/Kolimondi
Semut merah hitam besar
Laba-laba janda hitam
Laba-laba kebun
Laba-laba coklat
Kumbang kulit
Jangkrik tanah
Jangkrik pohon
Kecoak timur
Nyamuk hutan
Belalang bertaji
Lalat belatung
Kepik daun
Kumbang scrabeid
Belalang pronotum bertaji
Lalat perampok
Tabuhan
Kepik Pembunuh
Kumbang tanah
Laba-laba tanah
Kaki seribu
Sumber Data :
-
Gambar 1.4.
Monyet Sulawesi (Macaca maura l) dan Rangkong
Sulawesi (Riticeros cassidix)
Fauna Endemik yang masih mudah dijumpai
di Kawasan Kota Kendari
Bab I - 12
Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010
dangkal,
sehingga
diperlukan
upaya
bersama
untuk
semakin
terbatas.
Pengelolaan
sumberdaya
air,
perlu
pariwisatan,
pertanian,
transportasi,
pembangkit
tenaga
perikanan
listrik,
proses
dan
akuakultur,
pendinginan
dan
pantai
(mangrove).
Permasalahan
pencemaran,
baik
Bab I - 13
Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010
cukup meluas dan terkait dengan industri, rumah tangga dengan segala
jenis limbahnya, terutama sampah.
Khusus untuk masalah krisis sumberdaya air bersih semakin nyata
dihadapi oleh setiap daerah.
jauh diatas ambang baku mutu lingkungan untuk air permukaan. Rusak
dan terganggunya suberdaya hutan dan lahan sebagai wilayah
tangkapan air (catcment area) menjadi penyebab utama fluktuasi
debit. Sementara gelontotoran limbah padat dan cair dari berbagai
sumber
yang
mengandung
zat
pencemar
kimia
tinggi
telah
Tanpa
disadari pada saat ini juga kita telah membayar biaya yang cukup tinggi
untuk mendapatkan segelas air yang layak bagi kesehatan.
Bagi
nasionalnya
menuju
era
industrialisasi,
peranan
kebutuhan
industri,
kebutuhan
rumah
Bab I - 14
Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010
tangga,
irigasi
permintaan
(kebutuhan)
air
cenderung
semakin
Nama Kali/Sungai
Panjang (Km)
Potensi Pemanfaatan
1.
Wanggu
17,0
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Lasolo
Kampung Salo
Mandonga
Kambu
Kadia
Abeli
Abeli Dalam
Amarilis
Lepo-Lepo
Watu-Watu
NangaNanga/Andonohu
Mokoau
Lahundape
Punggaloba
Lemo
Lalonggori
Mata
Watubangga
Wua-Wua
Benu-Benua
Korumba
6,52
4,70
7,90
15,01
10,39
10,10
6,55
2,30
8.91
2,33
5,54
6,43
4,68
4,01
4,21
4,41
2,60
3,41
4,76
2,91
5,56
Panjang Total
144,64
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
Sumber : Hasil Olahan Beradasrkan Digitasi dan Interpretasi Citra Landsat TM-7, 2008
Bab I - 15
Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010
yang
menurun
karena
salah
satu
penyumbang
sedimen
terbesar
sehingga
Gambar 1.5.
Kondisi Sungai Wanggu, Kali
Mandonga dan Kali Kadia Sungai
Utama Yang Mengalir di Wilayah
Kota Kendari
Bab I - 16
Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010
Teluk
yang
melewati
pemukiman
penduduk
di
kelurahan
Bab I - 17
Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010
Gambar 1.6.
Potensi Air Bersih Permukaan Yang Bermuara Dalam
Kawasan Hutan Nanga-Nanga Papalia
Bab I - 18
Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010
1. Parameter Fisik
Pemantauan terhadap kualitas fisik dengan parameter pH, BOD,
COD, DO, TSS serta tingkat Kekeruhan dilakukan secara sampling pada 4
aliran sungai/kali, masing-masing pada kali Kadia, Kali Mandonga, Kali
Tipulu dan Kali Sodoha.
a) Parameter pH
Keempat sungai yang diuji memperlihatkan bahwa semua masih
dibawah batas ambang baku mutu lingkungan untuk mutu kelas I dan II
air permukaan berdasarkan PP 82 tahun 2001. Satu-satunya Sungai yang
mempunyai nilai pH sedikit lebih rendah adalah pada Sungai Mandonga
dengan kisaran pH 5,6 6,3.
Nilai parameter pH ini menunjukkan bahwa keempat sungai masih
memungkinkan dan memenuhi syarat untuk digunakan sebagai air baku
air minum dan budidaya atau kepentingan prasarana umum.
b) Parameter BOD5
Parameter BOD5 merupakan indikator penting dalam menilai
kualitas fisik air permukaan. Besarnya beban zat cemaran yang masuk
kedalam badan air secara langsung akan berpengaruh
terhadap
keempat
sungai parameter
BOD
masih dibawah
ambang baku mutu kelas air I dan II akan tetapi laju peningkatan
diperkirakan akan meningkat setiap waktu mengingat aktivitas dibagian
hulu keempat sungai cukup aktif dilakukan.
Bab I - 19
Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010
c) Parameter COD
Sama dengan parameter BOD, COD air seringkali digunakan
sebagai indikator penting dalam menilai kualitas fisik air permukaan.
Besarnya beban zat cemaran yang masuk kedalam badan air secara
langsung akan berpengaruh terhadap parameter BOD dan COD.
Hasil
uji
dari
paremeter
COD
terhadap
Keempat
sungai
uji
dari
paremeter
TSS
terhadap
Keempat
sungai
Kadar
tertinggi dijumpai pada kali Tipulu dan kali Sodohoa sebesar 0,05 mg/l
sementara sungai/kali lainnya terdeteksi masih dibawah ambang baku
mutu.
b) Parameter Nitrat
Parameter kimia nitrat, pada semua sungai yang dipantau tidak
memperlihatkan adanya kadar yang melebihi ambang batas. Kadar
Bab I - 20
Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010
Kadar
Konstribusi kadar
Bab I - 21
Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010
pembangunan,
khususnya
akibat
kegiatan
penimbunan
peningkatan
ruas
jalan
sehingga
mendorong
terjadinya
terjadi
peningkatan
frekuensi
penerbangan
serta
jumlah
hukum
(ketidaklengkapan/kurang
sempurnanya
perangkat
2004
2005
Tahun
2006
Mobil penumpang
1.344
1.729
1.254
1.180
1.293
Mobi barang
2.450
2.696
2.953
2.953
3.337
Mobil Bus
3.691
4.017
4.017
4.398
4.980
35.459 35.459
42.613
55.320
Jenis kendaraan
Sepeda Motor
28.778
Bab I - 23
Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010
2007
2008
Gambar 1.7.
Pertumbuhan Kendaraan Bermotor Telah
Menyebabkan Meningkatnya Konsumsi BBM Yang
Berimplikasi Pada Gas Buang Kendaraan. Salah Satu
Potensi Gangguan Pencemaran Udara
masih
belum
mencakup
keseluruhan
wilayah,
namum
Bab I - 24
Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010
Gambar 1.8.
Uji Petik Emisi Gas Buang
Kendaraan Bermotor
Gambar 1.9.
Uji Emisi Gas Buang Sumber Non Bergerak di Industri
Pembangkitan Listrik PLTD Jawa-Bali dan Pengujian Ambien
Gas Buang Pada Lokasi Ruas Jalan Kota Kendari
Dalam Rangka Penyusunan SLHD 2010
Bab I - 25
Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010
5.
Sampah yang
udara
dipengaruhi
oleh
berbagai
macam
faktor.
Tekanan
arah angin
selalu tidak menentu dengan curah hujan yang tidak merata. Musim ini
dikenal sebagai musim pancaroba atau Peralihan antara musim hujan
dan musim kemarau.
angin bertiup dari arah timur berasal dari Benua Australia yang kurang
mengandung uap air. Hal ini mengakibatkan kurangnya curah hujan
didaerah ini.
Pada Bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober terjadi musim
kemarau.
Maret, angin bertiup banyak mengandung uap air yang berasal dari
Benua Asia dan Samudera Pasifik, setelah melewati beberapa lautan.
Pada bulan-bulan tersebut di wilayah Kota Kendari dan sekitarnya
biasanya terjadi musim hujan.
1.747 mm.
6.2. Suhu Udara
Suhu udara dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Perbedaan
ketinggian dari permukaan laut, daerah pegunungan dan daerah pesisir
mengakibatkan keadaan suhu yang sedikit beda untuk masing-masing
tempat dalam suatu wilayah. Secara keseluruhan, wilayah Kota Kendari
merupakan daerah bersuhu tropis.
Menurut data yang diperoleh dari Pangkalan Udara Wolter
Monginsidi Kendari, selama Tahun 2006 suhu udara maksimum 33,25 oC
dan minimum 20,00oC. Tekanan Udara rata-rata 1.009,6 millibar dengan
kelembaban udara rata-rata 74,92 %. Kecepatan angin di Kota Kendari
selama Tahun 2008 pada umumnya berjalan normal
mencapai 3,92
meter/detik.
7. Bencana alam
Kejadian bencana alam yang terekam selama kurun waktu 1
tahun terakhir (2010) hanya mencakup : banjir dan genangan
sedangkan tanah longor meskipun terjadi pada tahap kecil namun tidak
menimbulkan kerusakan berarti.
Data dari Satuan Penanggulangan Becana (Satkorlak) maupun
dari Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Kendari, mencatat bahwa
kejadian bencana ringan yang terjadi di Kota Kendari, didominasi oleh
Bab I - 28
Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010
Wanggu yang
intensitas hujan yang terjadi cukup tinggi pada bulan Januari Februari
bersamaan dengan kondisi pasang susurt air laut.
Masalah utama
terkait dengan bencana banjir adalah system drainase kota yang belum
terintegrasi serta pendangkalan pada alur-alur sungai yang masuk ke
laut.
Tidak ada korban jiwa yang tercacat selama kejadian bencana
banjir di wilayah Kota Kendari, namun telah mengakibatkan korban harta
benda serta rusaknya jaringa infrastruktur perkotaan yang nilainya belum
dapat diperkirakan.
Meskipun
demikian
dari
beberapa
data-data
dasar
maka
Bab I - 29
Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010
massa tanah mudah mengalir. Air yang yang masuk akan terhenti pada
suatu lapisan yang kedap air. Ini akan membentuk bidang gelincir
longsoran. Disamping faktor-faktor diatas ada faktor non alamiah yang
mempengaruhi dinamika lereng perbukitan dan memicu terjadinya
longsoran, yaitu :
1)
2)
3)
4)
Getaran
Meningkatnya beban lereng
Hilangnya penahan lereng
Perubahan penggunaan lahan
Penampakan perlapisan horison batuan sedimen di kompleks Paal
Akibat
Jenis Tanah
Aluvial
Glisol
Recoso Litisol
Gleisoacic
Podsoloik
Mediteran Haplik
Gleisol Distrik
Gleiik
Aluvial Tidnik
Kembisol Distrik
Rensina
Podsolik Plintik
Gleisol Evtrik
Luas
Bab I - 30
Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010
980
1,704
512
4,184
762
1,585
3,572
1,764
2,481
5,303
1,323
2,069
2,947
Kasus-kasus kejadian
bencana longsor yang terjadi pada beberapa tempat dan waktu lalu
banyak menimbulkan kerugian baik berupa rusaknya lahan pertanian,
infrastruktur khususnya jalan serta sarana bangunan umum lainnya,
bahkan harta benda maupun korban jiwa.
geologinya.
Misalnya
aktivitas
manusia
yang
banyak
Bab I - 31
Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010
Bab I - 32
Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010
Bab I - 33
Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010
Kecamatan
1.
Mandonga
2.
Kendari
3.
Kendari Barat
Keluarahan
Labibia
Anggilowu
Mata
Kampung Salo
Kendari Caddi
Kandai
Jati Mekar
Kemaraya
Sodoha
Benua-Benua
Punggaloba
Tipulu
Watu-Watu
Dapudapura
Jumlah
Sumber : Data Analisis BLH Kota Kendari, 2010
Bab I - 34
Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010
Luas (Ha)
16,199
6,473
2,717
0,097
4,79
2,483
0,495
48,441
1,413
2,27
9,116
27,172
22,507
1,193
145,366
Tabel 1.10.
Sebaran Daerah Rawan Longsor Kota Kendari Berdasarkan Kemiringan,
Jenis Tanah dan Penggunaan Lahan
No.
Kecamatan
1.
Abeli
2.
Kendari
3.
Kendari Barat
4.
Poasia
5.
6.
Baruga
Mandonga
Keluarahan
Luas (Ha)
Benuanirai
Tondonggeu
Sambuli
Nambo
Petoaha
Tobimeita
Mata
Manggadua
Kampung Salo
Kendari Caddi
Kandai
Jati Mekar
Gunung Jati
23,419
38,888
37,618
26,501
101,756
75,937
74,663
77,710
11,561
6,814
28,000
6,006
60,203
Kemaraya
Sodoha
Benua-Benua
Punggaloba
Sanua
Tipulu
Watu-Watu
Dapudapura
Matabubu
Anggoeya
Rahandouna
Andonouhu
Baruga
Labibia
Wawombalata
Alolama
Anggilowu
239,432
26,760
52,016
85,420
38,483
116,955
112,327
3,688
23,988
67,061
24,621
34,856
34,289
89,815
22,102
3,579
7,193
Jumlah
Sumber : Data Analisis BLH Kota Kendari, 2009
39.948
Bab I - 35
Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010
buatan
manusia
sebagai
pencerminan
adaptasi
mengemukakan
bahwa pemetaan
Bab I - 36
Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010
Gambar 1.10.
Beberapa Kejadian Banjir dan
Genangan di wilayah Kota Kendari
Sejak Tahun 2010
Bab I - 37
Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010
Tabel 1.11.
Sebaran Daerah Rawan Banjir/Genangan Berdasarkan Sejarah
No.
Kecamatan
1.
Abeli
2.
Kendari
3.
Kendari Barat
4.
Poasia
5.
Baruga
6.
Mandonga
7.
Kadia
8.
Kambu
9.
Wua-Wua
10.
Puwatu
Keluarahan
Luas (Ha)
Nambo
Petoaha
Kampung Salo
Kendari Caddi
Kandai
Jati Mekar
4,634
0,017
0.392
1,178
6,252
0,248
Kemaraya
Sodoha
Sanua
Tipulu
Watu-Watu
Dapudapura
Lahundape
Rahandouna
Andonouhu
Lepo-Lepo
Wundudori
Watubangga
Korumba
Mandonga
Bende
Pondambea
Wowawanggu
Lalolara
Kambu
Bonggoeya
Anaiwoi
Puwatu
Watulondo
Punggolaka
12,13
11,272
3,454
9,59
25,193
7,178
10,411
8,963
40,482
70,433
48,677
10,028
3,196
59,912
49,587
0,010
0,002
18,056
88,763
83,146
2,886
24,336
27,658
4,167
Jumlah
Sumber : Data Analisis BLH Kota Kendari, 2010
632,251
Tabel 1.12.
Sebaran Daerah Potensi Rawan Banjir Kota Kendari
No.
1.
Kecamatan
Abeli
Keluarahan
Abeli
Tondonggeu
Sambuli
Bungkutoko
Nambo
Petoaha
Poasia
Bab I - 38
Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010
Luas (Ha)
0,362
23,530
12,24
68,578
18,433
15,682
0,162
2.
3.
Kendari
Kendari Barat
4.
Poasia
5.
Baruga
6.
7.
Mandonga
Kadia
8.
Kambu
9.
Wua-Wua
Lapulu
Puday
Purirano
Watu-Watu
Lahundape
Kemaraya
Sodoha
Benua-Benua
Punggaloba
Sanua
Dapudapura
Matabubu
Anggoeya
Rahandouna
Andonouhu
29,418
36,574
21,277
12,395
61,794
9,851
5,503
6,063
4,523
1,545
9,129
95,040
248,610
213,604
359,817
Baruga
Watubangga
Lepo-Lepo
Wundudopi
Korumba
Wowawanggu
Bende
Lalolara
Kambu
Mokoau
Bonggoeya
934,669
633,920
218,502
87,452
184,886
6,043
120,353
259,743
416,931
2,685
84,126
Jumlah
Sumber : Data Analisis BLH Kota Kendari, 2010
Bab I - 39
Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010
4.203,440
Bab I - 40
Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010
Bab I - 41
Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010
Bab I - 42
Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010