Anda di halaman 1dari 13

DINAMIKA SISTEM EKONOMI LIBERAL PADA PAHAM

EKONOMI LIBERALISME
(Studi Kasus : Negera Amerika Serikat)
DOSEN : DRS.SULAIMAN WILMAN, M.Si

KELOMPOK 1
NAMA : NIM:
1. Awaludin Jamil 1201323238
2. Arul damiri 1201523203
3. Halimatus sadiah 1201323294
4. Lia Otapia 1201323216
5. Lulu luatusadiah 1201323220
6. Meri 1201523210
7. Mixi Mardiansyah 1201523215
8. Rifki Surya Ramadan 1201323214
9. Rusdan Inayatillah 1201323221
10. Salwa Nur Fauziah 1201523229
11. Samira Aprilia 1201523218
12. Sela Marcelina 1201523220
13. Silvi Kholifah 1201523225

Program Studi Manajemen Ekonomi


Tahun Ajaran 2023-2024
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR........................................................................1
DAFTAR ISI..................................................................................... 2
BAB l.................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................3
1.1 Latar Belakang.......................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..................................................................4
1.3 Tujuan....................................................................................4
BAB ll................................................................................................5
PEMBAHASAN................................................................................5
2.1 Ideologi Liberalisme..............................................................5-6
2.2 Sistem Ekonomi Liberalisme.................................................8-9
2.3 Dinamika Perekonomian Pada Sistem Liberalisme...............9
BAB lll...............................................................................................11
KESIMPULAN..................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................12
KATA PENGANTAR

Dengan segala puji syukur mari kita persembahkan kepada tuhan yang maha esa atas
terciptanya makalah penelitian ini. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Kami merasa senang atas terciptanya makalah ini yang mana membahas tentang
Dinamika Sitem Ekonomi Liberal Pada Paham Ideologi Liberalisme dengan berbagai
analisis kita lakukan untuk efektifitas dalam terbentuknya karya ilmiah ini.

Semoga makalah atau karya ilmiah ini bisa memberikan manfaat positif bagi kami
sebagai penulis juga kepada dosen dan rekan-rekan sekalian. Amin…
BAB 1

PENDAHULUAN

1.Latar Belakang
Memasuki abad ke-21, Amerika Serikat (AS) muncul sebagai salah satu
kekuatan ekonomi global. Apabila ditelusuri kembali, rekam jejak ekonomi AS
sejak tahun 1990-an menunjukkan bahwa negara ini telah mencapai kestabilan
ekonomi dengan angka pengangguran yang rendah, surplus perdagangan serta
dalam hal kestabilan saham. Pada tahun 1998, produk domestik bruto (PDB)
sektor barang dan jasa AS mencapai lebih dari 8,5 triliun dolar Amerika. Hal ini
berkaitan dengan total penduduk AS yang secara ekonomi memiliki tanggung
jawab sekitar 25% dari produk ekonomi dunia.
Secara umum, garis besar sistem ekonomi AS berpegang pada prinsip-
prinsip liberalisme yang berkomitmen pada kapitalisme, kebebasan individu,
mekanisme pasar bebas, pluralisme politik, serta perlawanan terhadap sentralisasi
pemerintah. Lebih lanjut, ekonomi AS yang liberal dan kapitalistik dimainkan
oleh dua faktor penting, yakni, sumber daya alam dan tenaga kerja.
Perekonomian AS didukung oleh melimpahnya sumber daya alam berupa sumber
mineral, tanah yang subur, dan garis pantai yang cukup panjang di kawasan
Samudera Atlantik dan Pasifik. Sedangkan, tenaga kerja berperan untuk
mengolah sumber daya tersebut menjadi barang. AS memiliki tiga perhatian
khusus dalam hal tenaga kerja terutama ketersediaan, produktivitas dan kualitas.
Namun, sistem ekonomi AS sendiri dalam kenyataannya menggunakan
ekonomi campuran di mana golongan bisnis dan pemerintah memainkan peran
penting. Pemerintah berperan dalam, (1) stabilisasi dan pertumbuhan; (2) regulasi
dan kontrol; (3) pelayanan langsung (direct services); dan (4) bantuan langsung
(direct assistance). Pemerintah mengatur seluruh aktivitas ekonomi yang
bertujuan untuk mempertahankan kestabilan pertumbuhan, produktivitas tenaga
kerja, dan stabilitas harga. Dalam hal regulasi dan kontrol, pemerintah
mengeluarkan kebijakan ekonomi untuk mengatur harga sehingga monopoli bisa
terhindarkan dan memperpanjang kendali ekonomi untuk seluruh jenis industri.
Selain itu, pemerintah AS juga mengeluarkan anti-trust law untuk memperkuat
daya pasar. Peran pelayanan langsung juga dilakukan dalam bentuk tanggung
jawab pemerintah federal atas pertahanan nasional dan ekonomi lokal regional.
Di sisi lain, negara bertanggung jawab atas konstruksi serta kontrol ekonomi.
Dalam menjalankan peran yang terakhir, pemerintah menyediakan bantuan bisnis
serta bantuan individu dalam berbagai bentuk. Pemerintah juga ikut menyokong
individu yang belum memiliki kapasitas yang cukup dalam membangun usaha.
Praktik dan kebijakan ekonomi inilah yang kemudian berpengaruh bagi karakter
perekonomian AS yang pragmatis dan fleksibel.
Mengenai kebijakan perdagangan luar negeri dan ekonomi global, AS
mengalami perubahan drastis dalam dua abad. Awalnya, ekonomi AS lebih
memusatkan pada pembangunan ekonomi domestik dari pada menyelenggarakan
perekonomian terbuka. atau proteksionisme. Menteri Keuangan AS pertama,
Alexander Hamilton, menerapkan kebijakan tarif untuk meningkatkan
pembangunan ekonomi domestik AS di akhir abad ke-18. Langkah tersebut
mengawali berbagai kebijakan proteksionis selanjutnya.
Kecenderungan tersebut berubah ketika masa Great Depression dan
Perang Dunia II terjadi. AS mulai mengurangi batasan-batasan perdagangan dan
menggerakkan sistem ekonomi dunia, salah satunya dengan keterlibatannya
dalam GATT. Hal tersebut menandai sistem perdagangan AS kontemporer yang
terbuka dan menjamin keberadaan sistem non-diskriminasi terhadap akses pasar
ke seluruh negara. Kedua hal tersebut dapat dicapai dengan perjanjian bilateral
maupun multilateral untuk mengurangi batasan ekonomi berupa tarif. Pada
akhirnya, AS juga menekankan prinsip deregulasi industri, transparansi dan
konsistensi dalam ekonomi internasional.
Penulis melihat kebijakan proteksionisme yang diterapkan oleh AS pada
abad ke-19 sebagai bentuk perlindungan akibat adanya peralihan ekonomi agraria
ke industri. Kebijakan tersebut berusaha menggenjot ekonomi domestik ke arah
‘kematangan’ ekonomi. Jika dilihat lebih seksama, pola kebijakan seperti ini
sama seperti yang diimplementasikan di Asia Timur pada periode 1960
hingga1970-an. Negara-negara Asia Timur meningkatkan pertumbuhan ekonomi
melalui perlindungan pasar domestik dan pemberian insentif, reformasi agraria
dan sebagainya.

Dengan kata lain, dapat dipahami bahwa negara-negara yang secara


ekonomi maju, pasti pernah mengalami penerapan kebijakan proteksionisme.
Kebijakan proteksionisme yang kini kembali diterapkan di bawah Presiden
Donald Trump, bukan saja bertujuan menutupi defisit perdagangan tetapi juga
untuk memprotes rezim perdagangan yang tidak fair. Pada akhirnya, sejarah
kembali terulang meski dengan kondisi dan motif yang berbeda.

1. Rumusan Masalah.
Dengan melihat latar belakang maka dalam makalah penelitian ini kita akan
membahas beberapa masalah, Di antaranya :
1. Ideologi liberalisme
2. Sistem ekonomi liberalisme
3. Dinamika perekonomian pada sistem liberalisme

2. Tujuan.
Tujuan makalah ini adalah selain untuk memenuhi kelengkapan belajar, tetapi
juga untuk mengetahui dan menganalisa pergerakan sistem ekonomi yang
memiliki paham dasar bernegara kebebasan (liberalisme) negara Amerika
Serikat.
BAB 2

PEMBAHASAN

1. Ideologi Liberalisme
Liberalisme adalah sebuah pandangan filsafat politik dan moral yang
didasarkan pada kebebasan, persetujuan dari yang diperintah dan persamaan di
hadapan hukum. _((referensi 1: "liberalism In general, the belief that it is the aim
of politics to preserve individual rights and to maximize freedom of choice."
Concise Oxford Dictionary of Politics, Iain McLean and Alistair McMillan, Third
edition 2009, ISBN 978-0-19-920516-5. Referensi 2 : "political rationalism,
hostility to autocracy, cultural distaste for conservatism and for tradition in
general, tolerance, and [...] individualism". John Dunn. Western Political Theory
in the Face of the Future (1993). Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-
43755-4. Referensi 3 : "With a nod to Robert Trivers' definition of altruistic
behaviour" (Trivers 1971), Satoshi Kanazawa defines liberalism (as opposed to
conservatism) as "the genuine concern for the welfare of genetically unrelated
others and the willingness to contribute larger proportions of private resources for
the welfare of such others" (Kanazawa 2010).))_
Orang-orang liberal mendukung beragam pandangan tergantung kepada
pemahaman mereka tentang prinsip-prinsip ini, tetapi umumnya mereka
mendukung hak-hak individu (termasuk hak-hak sipil dan hak asasi manusia),
demokrasi, sekularisme, kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan
beragama dan ekonomi pasar. _(( referensi 4 : Adams, Sean; Morioka, Noreen;
Stone, Terry Lee (2006). Color Design Workbook: A Real World Guide to Using
Color in Graphic Design. Gloucester, Mass.: Rockport Publishers. hlm. 86.
ISBN 1-59253-192-X. OCLC 60393965.
Referensi 5 : Kumar, Rohit Vishal; Joshi, Radhika (October–December 2006).
"Colour, Colour Everywhere: In Marketing Too". SCMS Journal of Indian
Management. 3 (4): 40–46. ISSN 0973-3167. SSRN 969272 .
Referensi 6 : Cassel-Picot, Muriel "The Liberal Democrats and the Green Cause:
From Yellow to Green" in Leydier, Gilles and Martin, Alexia (2013)
Environmental Issues in Political Discourse in Britain and Ireland. Cambridge
Scholars Publishing. p.105. ISBN 9781443852838.)). Kata-kata seperti liberal,
liberty, libertarian, dan libertine semuanya mempunyai akar sejarah ke bahasa
Latin liber, yang berarti "bebas" (( referensi 7: Gross, p. 5.))
Seiring berjalannya waktu, arti kata liberalisme mulai menjadi berbeda di
berbagai belahan dunia. Menurut Encyclopædia Britannica: "Di Amerika Serikat,
liberalisme diasosiasikan dengan kebijakan negara kesejahteraan dari program
New Deal dari administrasi Demokrat Pres. Franklin D. Roosevelt, sedangkan di
Eropa lebih sering dikaitkan dengan komitmen pemerintahan yang terbatas dan
kebijakan ekonomi laissez-faire".
(( referensi 8 : "Liberalism", Encyclopædia Britannica.))

POIN-POIN INTI
PRINSIP-PRINSIP IDEOLOGI LIBERALISME meliputi, Sebagai berikut :
1. Hak Asasi Manusia
Liberalisme menegaskan pentingnya hak asasi manusia, seperti hak hidup,
kebebasan berbicara, hak persamaan di hadapan hukum, dan hak berpikir bebas.

2. Pemerintahan Terbatas
Liberalisme mendukung pemerintahan yang terbatas, yang berfungsi untuk
melindungi hak individu dan memastikan ketertiban sosial, namun tidak campur
tangan berlebihan dalam urusan individu.

3. Pasar Bebas
Dalam konteks ekonomi, liberalisme menganjurkan pasar bebas, di mana
persaingan dan kebebasan ekonomi dihormati, dan campur tangan pemerintah
dalam perekonomian dibatasi sebisa mungkin.

4. Toleransi dan Pluralisme


Liberalisme menghargai nilai-nilai toleransi, pluralisme, dan keragaman budaya
Ini mengakui bahwa masyarakat terdiri dari beragam kelompok dan individu
dengan beragam pandangan dan keyakinan.

5. Meritokrasi
Liberalisme sering mendukung meritokrasi, di mana individu diberi kesempatan
berdasarkan kemampuan dan prestasi mereka, bukan berdasarkan faktor-faktor
lain seperti latar belakang sosial atau kelahiran.

Harap dicatat bahwa ada berbagai pendekatan dan variasi dalam liberalisme, dan
paham ini dapat memiliki interpretasi yang berbeda-beda di berbagai negara dan
dalam berbagai konteks sejarah.

((Referensi 9 : https://kids.grid.id/amp/473928764/liberalisme-pengertian-dan-prinsip-
prinsip-utama-dalam-pemahamasan-kebebasan ))

2. Sistem Ekonomi Liberalisme


Karya Adam Smith, The Wealth of Nations, diterbitkan pada tahun 1776,
diikuti oleh ekonom liberal Prancis, risalah Jean-Baptiste Say tentang Political
Economy yang diterbitkan pada tahun 1803. Karya ini diperluas pada tahun 1830
dengan aplikasi praktis yang memberikan sebagian besar ide-ide ekonomi.
sampai terbitnya karya John Stuart Mill, Principles of Political Economy pada
tahun 1848 (Mills, pp. 63, 68). Smith membahas motivasi kegiatan ekonomi,
penyebab harga dan distribusi kekayaan dan kebijakan yang harus diikuti negara
untuk memaksimalkan kekayaan (Mills, p. 64).
Smith menulis bahwa selama penawaran, permintaan, harga, dan
persaingan dibiarkan bebas dari peraturan pemerintah, pengejaran kepentingan
material, bukan altruisme, yang akan memaksimalkan kekayaan masyarakat (The
Wealth of Nations, Strahan and Cadell, 1778) melalui produksi barang dan jasa
yang digerakkan oleh profit. Sebuah "tangan tak terlihat" mengarahkan individu
dan perusahaan untuk bekerja demi kebaikan nasional sebagai konsekuensi yang
tidak disengaja dari upaya untuk memaksimalkan keuntungan mereka sendiri. Ini
memberikan pembenaran moral untuk akumulasi kekayaan, yang sebelumnya
dipandang oleh beberapa orang sebagai dosa. (Mills, p. 64)
Beberapa pemikir liberal, termasuk Adam Smith dan Richard Cobden,
berpendapat bahwa pertukaran barang antar negara secara bebas akan mengarah
pada perdamaian dunia.
>>Erik Gartzke, "Economic Freedom and Peace," in Economic Freedom of the
World: 2005 Annual Report (Vancouver: Fraser Institute, 2005).
Smith berpendapat bahwa seiring kemajuan masyarakat, rampasan perang akan
meningkat, tetapi biaya perang akan meningkat lebih jauh. Ini membuat perang
menjadi sulit dan mahal bagi negara-negara industri.
>> Michael Doyle, Ways of War and Peace: Realism, Liberalism, and Socialism
(New York: Norton, 1997), p. 237 (ISBN 0-393-96947-9).
Cobden percaya bahwa pengeluaran militer memperburuk kesejahteraan negara
dan menguntungkan minoritas elit yang kecil namun terkonsentrasi;
menggabungkan keyakinan Little Englander-nya dengan oposisi terhadap
pembatasan ekonomi dari kebijakan merkantilis. Bagi Cobden dan banyak
pemikir liberal klasik, mereka yang menganjurkan perdamaian juga harus
menganjurkan pasar bebas.
>> Howe, Anthony; Morgan, Simon (2006). Rethinking nineteenth-century
liberalism: Richard Cobden bicentenary essays. Ashgate. hlm. 231, 239.
ISBN 978-0-7546-5572-5

3. Dinamika Perekonomian Pada Sistem Liberalisme


Penerapan ekonomi liberal Amerika Negara-negara yang menganut
paham liberal di benua Amerika adalah Amerika Serikat, Argentina, Bolivia,
Brasil, Chili, Kuba, Kolombia, Ekuador, Honduras, Kanada, Meksiko, Nikaragua,
Panama, Paraguay, Peru, Uruguay, dan Venezuela. Sekarang ini, kurang lebih
liberalisme juga dianut oleh negara Aruba, Bahamas, Republik Dominika,
Greenland, Grenada, Kosta Rika, Puerto Riko, dan Suriname.
Amerika Serikat Paham liberal di Amerika Serikat (AS) disebut
liberalisme modern atau liberalisme baru. Sekarang para politis di AS mengakui,
bahwa paham liberalisme klasik ada kaitannya dengan kebebasan individu yang
bersifat luas. Tetapi mereka menolak ekonomi yang bersifat laissez faire atau
liberalisme klasik yang menuju ke pemerintahan interventionism yang berupa
penyatuan persamaan sosial dan ekonomi. Umumnya, hal tersebut disepakati
pada dekade pertama abad ke-20 yang tujuannya menuju keberhasilan suatu
hegemoni para politis dalam negeri.Tapi, kesuksesan tersebut mulai merosot dan
menghilang pada sekitar tahun1970-an. Pada saat itu konsensus liberal telah
dihadapkan suatu death-blow atau yang berupa robohnya pemerintahan Bretton
Woods System yang dikarenakan kemenangan Ronald Reagan dalam pemilihan
presiden tahun 1980, yang menjadikan liberalisme suatu arus kuat dalam politik
AS pada tahun tersebut.
Liberalisme AS mulai bangkit pada awal abad ke-20 sebagai suatu
alternatif ke politik nyata yang merupakan interaksi internasional yang dominan
pada waktu itu. Presiden Franklin Roosevelt yang pada saat itu adalah seorang
yang berpaham liberal self-proclaimed, menawarkan bangsa itu menuju ke suatu
kesuksesan baru dengan cara membangun institusi kolaboratif yang
berpendukungan orang-orang Amerika sendiri dan berjanji akan menarik AS
keluar dari tekanan yang besar tersebut. Untuk mengantisipasi akhir Perang
Dunia II, Roosevelt merancang Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) sebagai suatu
alat berupa harapan akan kerja sama timbal balik daripada membuat ancaman dan
penggunaan kekuatan perang untuk memecahkan permasalahan politis
internasional tersebut. Roosevelt juga menggunakan badan tersebut (PBB) untuk
memasukan orang-orang Afrika yang tinggal di Amerika ke dalam militer AS
serta membuat badan pendukungan hak dan kebenaran para wanita-wanita,
sebagai penekanan atas kebebasan individu yang selanjutnya dilanjutkan oleh
Presiden John F Kennedy dengan pembangunan Patung Liberty (1964) sebagai
simbol kebebasan individu untuk hidup. Patung Liberty di New York, sebagai
simbol kebebasan individu
Sebenarnya, liberalisme yang dianut oleh AS, sebagaimana yang
ditekankan oleh Wilson dan Roosevelt adalah dengan menekankan kerja sama
serta kolaborasi timbal balik dan usaha individu, bukan dengan membuat
ancaman dan pemaksaan sebagai untuk pemecahan permasalahan politis baik di
dalam maupun luar, sepertinya dianut oleh Presiden AS saat ini, George W Bush.
Suatu paham liberal di AS itu mungkin seperti institusi dan prosedur politis yang
mendorong kebebasan ekonomi, perlindungan yang lemah dari agresi oleh yang
kuat, dan kebebasan dari norma-norma sosial bersifat membatasi. Karena sejak
Perang Dunia II, liberalisme di AS telah dihubungkan dengan liberalisme
modern, pengganti paham ideologi liberalisme klasik.
BAB 3
PENUTUP

1. Kesimpulan
kesimpulan tentang dinamika sistem ekonomi liberalisme. Secara umum,
liberalisme ekonomi adalah sebuah filosofi yang menekankan pada kebebasan
individu dan pasar dalam menentukan harga dan alokasi sumber daya dalam
perekonomian. Dalam sistem ini, peran pemerintah dianggap minimal atau
bahkan tidak diperlukan. Kritik terhadap liberalisme ekonomi adalah
ketidakberpihakan pada distribusi kekayaan dan kesenjangan sosial yang semakin
membesar. Selain itu, tanpa adanya regulasi, pasar dapat cenderung tidak stabil
dan terjadi krisis ekonomi yang membawa dampak negatif bagi banyak orang.
Namun demikian, para pendukung liberalisme ekonomi berargumen
bahwa adanya persaingan yang sehat dalam pasar akan membawa banyak
manfaat untuk masyarakat, seperti inovasi, efisiensi, dan kesejahteraan yang lebih
baik. Dalam kesimpulannya, dilihat dari dua perspektif tersebut, dinamika sistem
ekonomi liberalisme memiliki kelebihan dan kekurangan yang perlu
dipertimbangkan sebelum diimplementasikan dalam kebijakan
ekonomi sebuah negara.
DAFTAR PUSTAKA

https://kids.grid.id/amp/473928764/libe

https://staffnew.uny.ac.idralis

https://hi.fisipol.ugm.ac.id/book_review/outline-of-the-u-s-economy/

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_liberal

https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Ekonomi_liberal

https://www.gramedia.com/literasi/sistem-ekonomi-liberal/

Anda mungkin juga menyukai