Anda di halaman 1dari 107

UNTUK MENINGKATKAN PROFIT

DI INSTALASI MAKASSAR

SKRIPSI

DiajukanGunaM
Memperoleh
Sebutan Profesi Sarjana Sain
aIV Pemasaran Dan Niaga

Oleh :

BUDI MUSTANTO

Nomor.Mahasiswa 320604/D
Jurusan
Pemasaran Dan Niaga
Program Studi
Pemasaran Dan Niaga
Diploma IV

PTK AKAMIGAS - STEM


•y
Cepu, Mei 2007
ANALISIS PENGENDALIAN LOSSES BBM
UNTUK MENINGKATKAN PROFIT
DI INSTALASI MAKASSAR

SKRIPSf

Olch-

BirDI MI.'STANTO
Nomor,MaKasj"swa :' -320604/D
Jurusan
Program Studt
: Pemasaran Dan Niaga
Pemasaran Dan Niaga
Diploma IV

Disetujui oleh Pengtiji :

Penguji I «M«b**#M«U#* Tn

PettgHJin

Penguji m

Pettgoji IV

PengujiV

WWW MRW
t^ISIS PENGENDALIAN LOSSES BBM
untuk mendvgkatkan profit
DI INSTALASI MAKASSAR
SKRIPSI

1 -i- -.
• a 1-<c*'"..»,i ,'•

Oleh :

BUDI MUSTANTO
Nomor.Mahasiswa : 320604 / D
Jurusan
Pemasaran Dan Niaga
Program Stadi Pemasaran Dan Niaga
Diploma IV s
Disetujui Oleh Pembimbing
Pembimbing I,
Pembtmbing II

( Muji Pangestu ) (Ir.Sutta¥tt0,M.M.)


Mengetahui,
Ketua Program Stodi Pemasaran Dan Niaga

( Drs* L. Riyatno, M.M. )


ANALISIS PENGENDALIAN LOSSES BBM
UNTUK MENINGKATKAN PROFIT
DI INSTALASI MAKASSAR

SKRIPSI

Oleh:

BUM MUSTANTO
Nomor.Mahasiswa 320604/D
Jurusan
Pemasaran Dan Niaga
Program Studi Pemasaran Dan Niaga
Diploma IV

PEMBIMBING PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Mengetahui

{Coordinator
Pembimbing Lapangan
Kepala Instalasi Makassar, Pembimbing Lapangan
Pws. Utama PPP,

(H.AMILINALI)
(DJOKOSUDJONO)

gwnwnyrsn uunimiiiiWfa WHftUBWHHiffiimWiriTnii gjj.ji^i


PERGURUAN TINGGIKEDINASAN
AKAMIGAS - STEM

^E^^ATPENCATATAN KEGTATaw pp
1"- m»uii»ouiMu/\N SKRIPSI
Nama Mahasiswa : Budi Mustanto
NIM
: 320604/D
Jurusan
Pemasaran Dan Niaga
Program Studi
Pemasaran Dan Niaga
Diploma
IV (Empat)
Dosen Pembimbing / NIP : 1. MujiPangestu
2. Ir. Suparno, M.M.
Judul Skripsi
Analisis Pengendalian Losses BBM untuk
Meningkatkan Profit di Instalasi Makassar.
1 1 1 •

No Tanggal Ringkasan Materi Bimbingan Skripsi Paraf Selesai Perbaikan


Pembimbing
Tanggal Paraf
I W&.C& P^yusoAj/w -. &

W*

± \j.a\.oj -A&n&jsn £.1,2,3,4 w>. Z2-cs:o7 "WP


J_ ''if *
3. 22.65.0? KfcfcSSYU^UAM
W°-

i J
Ce pu, Mei 20C 7
Ke tua Jurusan / Pre)gram Studi

Drs . L. RIYATNfl M.M.

mwniaffwm ifcairwwmiawjun
PERGURUAN TINGGIKEDINASAN
AKAMIGAS - STEM

Nama Mahasiswa Budi Mustanto


NIM
320604/D
Jurusan
Pemasaran Dan Niaga
Program Studi Pemasaran Dan Niaga
Diploma IV (Empat)
Dosen Pembimbing / NIP 1. MujiPangestu
2. Ir. Suparno, M.M.
Judul Skripsi
Analisis Pengendalian Losses BBM untuk
Meningkatkan Profit di Instalasi Makassar.

No Tanggal Selesai Perbaikan


Ringkasan Materi Bimbingan Skripsi Paraf
Pembimbing
Tanggal Paraf
/.
H?M? K0n*v£-rA*>" ^^(j^ao yz %**/
X-
/t>4 ' ^WTBPOSf fcAfc, \X,l
to/-^7
for ^TWC/ ^ ^
3 fh %^7 ~K
*/£*! Atl
**l&7 2
. Ah-

Cepu, Mei 2007


Ketua Jurusan / Program Studi

Drs. L. RTYATNO
KATA PENGANTAR

Penuhs memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wata'ala atas


segala rahmat dan hidayah-Nya, karena Skripsi yang berjudul "ANALISIS
PENGENDALIAN LOSSES BBM UNTUK MENINGKATKAN PROFIT DI
INSTALASI MAKASSAR" telah dapat penulis selesaikan dengan baik.
Skripsi ini dapat penulis selesaikan juga berkat dorongan, saran, serta
bantuan pemikiran dari berbagai pihak. Oleh karena itu perkenankanlah dalam
kesempatan mi penulis inengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada •
1. Bapak Ir. Hermadi Sayono, Bc.M., M.M., selaku Direktur PTK Akademi
Minyak dan Gas Bumi - STEM.
2. Bapak Amilin Ali selaku Kepala Instalasi Makassar yang telah memberikan
lzin kepada penulis untuk mengambil data di lapangan.
3. Bapak Djpko Sudjono selaku pembimbing Lapangan yang telah banyak
memberikan bimbingan kepada penulis dan bantuan dalam pengumpulan data
4. Bapak Muji Pangestu dan Ir. Suparno, M.M., selaku pembimbing Skripsi dari
PT Pertamma Pusat Jakarta dan PTK Akamigas - STEM Cepu.
5. Bapak Drs. L. Riyatno, M.M., selaku Ketua Program Studi Pemasaran dan
Niaga.
6. Bapak dan Ibu dosen PTK. AKAMIGAS-STEM, khususnya dari Program
Studi Pemasaran dan Niaga, yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
7. Istri dan anak-anak tercinta yang selalu memberi penulis semangat untuk
maju.

Cepu, Mei 2007

Penulis,

( Budi Mustanto )
NIM: 320604/D
ABSTRAK

Pengedahan losses BBM adalah Pengawasan atas kerugian yang terjadi pada
pengelolaan bahan bakar minyak oleh akibat kualitas (mutu) mmyak yang tidl
sesuai dengan spesifika.i yang ditetapkan maupun kuantitas (vo/^) minyak
Z8JT
penge ^Yf^
ola minyak dan gas^bumi,
Pertamina (PerSer°>
tidak dapat *"*dari^mpakan
terhindar peruS
permasalaLi lasses
susut). Besar kecilnya nilai losses ini akan berakibat pada besar kecilnya^
(keuntungan) yang diperoleh perusahaan dan tentunya akan berimbas pSa
penghasilandankesejahteraankaryawannya. P
Losses pada produk bahan bakar minyak (BBM) memang tidak dapat
dmindan karena sifat produk itu sendiri yanF merupakan zat cair yang mudah
terpengaruh pada perbedaan suhu (temperature) dan dapat berubah mutunya oleh
faktor hngkungan, sehingga apabila tidak dikelola dengan baik sesuai dengan
prosedur dapat mengakibatkan timbulnya kerugian yang cukup besar. BerkenL
dengan hal tersebut maka perlu adanya pengendalian terhadap tosses' BBM
Pengendahan lasses dimaksudkan untuk mengantisipasi agar lasses yang terjadi
f^'h
jauh I KTJarft0le"T
dibawah (t°lemble
batas toleransi dan terus l0Ss^ kemudian
memperbaikinya sampaidiusahakan be?ada
losses seminimal
mungkin, sesuai dengan komitmen manajemen PT Pertamina (Perser6) dengan
penerapan "Zero Losses". i J uc"Sd"

Dari nasalah di atas, penulis mengkajirmasalah pengendalian losses BBM


S^on^rfT^1^'
keekonomian Kajianim.pfmbunan dan Penyaluraninformasi
bertujuan memberikan menggunakan
yang pendekatan
tepat serta
masukan kepada pihak manajemen untuk menjadi suatu pertimbangan dalam
aSfdato ^^ PUtUSan 8Una PenSembangan Instalasi Makassar di masa yang
Setelah melakukan analisis terhadap pengendalian losses yang dilakukan
pada dua tahun terakhir di Instalasi Makassar yaitu untuk tahun 2005 dan 2006
diperoleh bahwa terdapat peningkatan yang signifikan hasil dari pengendalian
supply losses yang dilaksanakan terutama pada produk M.Solar, namun masih
terdapat beberapa bulan yang melebihi batas pengendalian ± 0,50%. Hal ini
terjadi karena perbedaan pengukuran yang dilaksanakan di darat dengan di kapal
Solusi yang diusulkan dengan merubah pola perhitungah lama (Rl R2 R3 R4)
menjadi pola perhitungan baru sesuai custody transfer hanya meiihat pada meter
arus atau tangki darat yang ditera metrologi dan meniadakan pengukuran pada
kapal dengan pertimbangan kapal bukan merupakan alat ukur.
Pengendalian working loss sudah berjalan dengan baik dengan selalu
memperhatikan koordinasi SDM agar selalu komitmen terhadap pengendalian
losses yang dilakukan.

^^^^^^E^fe^^P^^^W^^
ABSTRACT

specifications or theV*0f£„t*in0,p? S*""*Jf"" ^^


company to manage gas and oil, tartKS^'S&ff'?"1* aS ""
sizes of the losses will surely affect the mnS^ ™e.pfobl«m of«• losses. The
the income and welfare ofteen^e* F*'"»"* * "» ""^any and also

itseasnyt^eaed^e'Srard^^^,*
environment. Therefore rfTS nfT™ f *<|Uallty"*«**
am chan8eto<duo-to
procedure, it will certain?^ttalMShT*1 "? "*"" fa »<=
oil fuel losses must be aJJS^,? !^' , ""s reason'a n8ht control of the
must be madeSSItaSEta?£££? ?f *"' ,be t0lerabte' *•»*«»
to accordance withZ^nnent
losses. nf??
conumtment of p^ beI°Wmanagement
PT. Pertamrna ,0tabte d<««-
to have™^
zero

conwZmtactplce0^£j&Sf ' **"" *" 0il «* te


approach. This *^^%£^3SF I"8 eC°n0miC

control limit, «£, i^ ^oTl^T^ZZf^ ^ Wgher 'han **


conducted on land and msWosThel^f ? dlfference mmeasurements
the old way ofcai^^^^*^18,0 cta«e the pattern of
according to the otstodv rramfer ,h« i. ?, I™ *e new «tauauo„ partem

111

WWWMHWWWMt W bibhhmwhh RK9HM


DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR Hal&man 1
ABSTRAK
ii
ABSTRACT iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN viii

I. PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
1.2 Perumusan Masalah '
1.3 Tujuan danManfaat 3
1.4 Batasan Masalah 4
1.5 Metodologi 4
1.6 Sistematika Penulisan 5

II. TINJAUANPUSTAKA 7
2.1 Pengertian Losses BBM 7
2.2 Jenis dan Sumber Losses BBM Secara Umum 8
2.3 Perhitungan Losses BBM 9
2.3.1 Perhitungan Losses padaProses Penerimaan BBM 9
2.3.1.1 Metode Pengukuran Muatafi 11
2.3.1.2 Metode Perhitungan Muatan 13
2.3.2 Perhitungan Losses padaProses Penimbunan BBM 14
2.3.2.1 Losses Akibat Penguapan 14
2.3.2.2 Losses Akibat Selisih Pembacaan Temperatur dan Density 18
2.3.2.3 Losses Akibat Pemuaian/Penyusutan Dinding Tanki 18
2.3.3 Perhitungan Losses pada Proses Penyaluran BBM 19
2.4 Pengendalian Losses BBM 21
2.4.1 Pengendalian Kualitas / MutuBBM 21
2.4.2 Pengendalian Kuantitas / Volume BBM 23
2.5 Tolerable Losses 24
2.5.1 Working Loss 24
2.5.2 Suplai Loss Tanker 25
2.6 Peramalan 26
2.7 Ekonomi Teknik 28

III. PEMBAHASAN 31
3.1 Sekilas TentangInstalasiMakassar 31
3.1.1 Struktur Organisasi * 32
3.1.2 Pola Suplai dan Distribusi 32
3.1.3 Sarana dan FasilitasOperasi 33

iv
3.1.3.1 Sarana dan Fasilitas Penerimaan 34
3.1.3.2 Sarana danFasilitas Penimbunan 35
3.1.3.3 Sarana dan Fasilitas Penyaluran 37
3.1.4 Operasional Instalasi Makassar 41
3.1.4.1 Operasi Penerimaan Bahan Bakar Minyak 41
3.1.4.2 Operasi Penimbunan Bahan Bahan Bakar 47
3.1.4.3 Operasi Penyaluran Bahan Bakar Minyak 49
3.2 Data Losses BBM Instalasi Makassar 52
3.2.1 Data Supply Loss Bahan Bakar Minyak 52
3.2.2 Data Working Loss Bahan Bakar Minyak 59
3.3 Analisis Pengendalian Losses BBM PKS di Instalasi Makassar 63
3.3.1 Analisis Pengendalian Supply Loss Tanker 64
3.3.1.1 Analisis Pengendalian Supply Losses (R4) 64
3.3.1.2 Analisis Pengendalian Loading Losses (Rl) 67
3.3.1.3 Analisis Pengendalian Transport Losses (R2) 69
3.3.1.4 Analisis Pengendalian Discharge Losses (R3) 70
3.3.1.5 Analisis Korelasi Antara Rl, R2, R3 dengan R4 72
3.3.2 Analisis Pengendalian Working Losses 76
3.3.2.1 Analisis Pengendalian Working Losses ex Back Loading 76
3.3.2.2 Analisis Pengendalian Working Losses ex Penjualan 78
3.4 Faktor-faktor penyebab Losses 80
3A. I Accountable Losses g0
3.4.2 Unaccountable Losses 80
3.5 Upaya-upaya Pengendalian Losses t 80
3.5.1 Upaya-upaya Pengendalian Losses yang Telah Dilaksanakan 80
3.5.2 Upaya-upaya Pengendalian Losses yang Diharapkan 81
3.6 Kendala-kendala yang Dihadapi Dalartt Pengendalian Losses 83
3.7 Nilai Potensi Saving yang Hilang Akibat Losses BBM PKS 83
3.8 Nilai Profit Pengelolaan BBM PKS di Instalasi Makassar 84
3.9 Nilai Profit yang diharapkan 86
IV. PENUTUP 87
4.1.1 Simpulan 87
4.1.2 Saran 89

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

mmmmmmmmmmme
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Faktor Peiiyesuaian untuk Diameter Tangki (C) 16
Tabel 2.2 Faktor Cat Tangki Timbun (Paint Factor) 17
Tabel 2.3 Tolerable Loss pada Suplai Loss Tanker 26
Tabel 3.1 Jumlahdan Kapasitas Tangki Timbun di Instalasi Makassar 36
Tabel 3.2 Data Pompa Produk 39
Tabel 3.3 Data Meter Arus di Instalasi Makassar 40
Tabel 3.4 Data Actual Thruput Th. 2002 s/d 2006 dan PerkiraanTh. 2007 51
Tabel 3.5 Data Supply BBM PKS Periode Tahun 2005 dan 2006 53
Tabel 3.6 Data Supply Loss BBM PKS Tahun 2005 dan 2006 53
Tabel 3.7 Data % Supply LossBBM PKS Tahun 2005 dan 2006 54
Tabel 3.8 Data Loading Loss BBM Premium Tahun 2005 dan 2006 54
Tabel 3.9 Data Loading Loss BBM KerosineTahun 2005 dan 2006 55
Tabel 3.10 Data Loading Loss BBM M. Solar Tahun 2005 dan 2006 55
Tabel 3.11 Data Transport Loss BBM Premium Tahun 2005 dan 2006 56
Tabel 3.12 Data Transport Loss BBM Kerosine Tahun 2005 dan 2006 / 56
Tabel 3.13 Data Transport Loss BBM M.Solar Tahun 2005 dan 2006 57
Tabel 3.14 Data Discharge Loss BBM Premium Tahun 2005 dan 2006 57
Tabel 3.15 Data DischargeLoss BBM Kerosine Tahun 2005 dan 2006 58
Tabel 3.16 Data Discharge Loss BBM M.Solar Tahun 2005 dan 2006 59
Tabel 3.17 Data BackLoading BBM PKS Periode Tahun 2005 dan 2006 60
Tabel 3.18 Data BackLoadingLoss BBM PKS Tahun 2005 dan 2006 61
Tabel 3.19 Data % BackLoading Loss BBM PKS Tahun 2005 dan 2006 61
Tabel 3.20 Data Thruput BBM PKS Periode Tahun 2005 dan 2006 62
Tabel 3.21 Data Working Loss BBMPKS Tahun2005 dan 2006 62
Tabel 3.22 Data % Working Loss BBM PKS Tahun 2005 dan 2006 63

vi

•^F^sUl
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 3.1 Peta Kontrol Supply Loss/Gain Premium 2005 & 2006 64
Gambar 3.2 Peta Kontrol Supply Loss/Gain Kerosine 2005 & 2006 65
Gambar 3.3 Peta Kontrol Supply Loss/Gain M. Solar2005 & 2006 65
Gambar 3.4 Peta Kontrol Loading Loss/Gain Premium 2005 & 2006 67
Gambar 3.5 Peta Kontrol Loading Loss/Gain Kerosine 2005 & 2006 67
Gambar 3.6 Peta Kontrol Loading Loss/Gain M. Solar 2005 & 2006 68
Gambar 3.7 Peta Kontrol Transport Loss/Gain Premium 2005 & 2006 69
Gambar 3.8 Peta Kontrol Transport Loss/Gain Kerosine 2005 & 2006 69
Gambar 3.9 PetaKontrol Transport Loss/Gain M. Solar 2005 & 2006 70
Gambar 3.10 Peta KontrolDischarge Loss/Gain Premium 2005 & 2006 70
Gambar 3.11 Peta Kontrol Discharge Loss/Gain Kerosine 2005 & 2006 71
Gambar 3.12 Peta Kontrol Discharge Loss/Gain M. Solar 2005 & 2006 71
Gambar 3.13 Peta Kontrol Korelasi Antara Rl, R2, R3, R4 Premium 2005 73
Gambar 3.14 Peta Kontrol Korelasi Antara Rl, R2, R3, R4 Premium 2006 73
Gambar 3.15 Peta Kontrol Korelasi Antara Rl, R2, R3, R4 Kerosine 2005 74
Gambar 3.16 PetaKontrol Korelasi Antara Rl, R2, R3, R4 Kerosine 2006 74
Gambar 3.17 Peta Kontrol Korelasi Antara Rl, R2, R3, R4 M. Solar2005 75
Gambar 3.18 Peta Kontrol Korelasi Antara Rl, R2, R3, R4 M. Solar2006 75
Gambar 3.19 Peta Kontrol Back Loading Loss/Gain Premium 2005 & 2006 76
Gambar 3.20 PetaKontrol Back Loading Loss/Gain Kerosine 2005 & 2006 76
Gambar 3.21 Peta Kontrol BackLoading Loss/Gain M. Solar 2005 & 2006 77
Gambar 3.22 Peta Kontrol Working Loss/Gain Premium 2005 & 2006 78
Gambar 3.24 Peta Kontrol Working Loss/Gain Kerosine 2005 & 2006 78
Gambar 3.25 PetaKontrol Working Loss/Gain M. Solar 2005 & 2006 79
Gambar 3.26 Proses Serah Terima Minyak di Pertamina yang Berlaku
Saat Ini 82
Gambar 3.27 Proses Serah Terima Minyak di Pertamina yang Diharapkan 82

vn
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lay Out Instalasi Makassar 2006


Lampiran 2 Struktur Organisasi Instalasi Makassar Unit Pemasaran VII
Lampiran 3 Pola Supply dan Distribusi Instalasi Makassar

viu
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri migas di tanah air telah memasuki babak baru. Amanat Undang-
Undang No. 22/2001 telali membuka era kompetisi dalam industri migas,
terutama dalam usaha SPBU di tanah air. PT. Pertamina (Persero), sebagai market

leader dalam usaha SPBU, di era kompetisi ini berupaya meningkatkan

pelayanannya kepada konsumeh. (Sambutan Pola Baru SPBU Pertamina oleh

Direktur Utama PT.Pertamina (Persero) Bapak Widya Purnama).

Untuk mendukung program manajemen perusahaan, dalam rangka berupaya

meningkatkan pelayanan kepada konsuiien, perubahan-perubahan telah

dilaksanakan, yang salah satunya adalah penerapan "Zero Losses,A'l) sesuai

Memorandum Direktur Pemasaran dan Niaga No. 1O65/F000OO/2O06-SO tanggal

10 September2006.

PT. Pertamina (Persero) yang merupakan perusahaan pengelola minyak dan

gas bumi, tidak dapat terhindar dari permasalahan losses (susut). Besar kecilnya

nilai tosses ini akan berakibat pada besar kecilnya profit (keuntungan) yang

diperoleh perusahaan dan tentuttya akan berimbas pada penghasilan dan

kesejahteraan karyawannya.

Losses pada produk bahan bakar minyak (BBM) memang tidak dapat

dihindari karena sifat produk itu sendiri yang merupakan zat cair yang mudah

terpengaaih pada perbedaan suhu (temperature) dan dapat berubah mutunya oleh

F^^w'^^^^'P'WS^^T^^W'^EW^t"^^!^^^^^^^^
faktor lingkungan, sehingga apabila tidak dikelola dengan baik sesuai dengan
prosedur, dapat mengakibatkan timbulnya kerugian yang cukup besar. Berkenaan
dengan haltersebut maka perlu adanya pengendalian terhadap losses BBM.

Pengendalian losses dimaksudkan untuk mengantisipasi agar losses yang

terjadi dalam batas kewajaran/toleransi (tolerable loss), kemudian diusahakan

berada jauh dibawah batas toleransi dan terus memperbaikinya sampai losses

seminimal mungkin, sesuai dengan komitmen manajemen PT Pertamina (Persero)


dengan penerapan "Zero Losses".

Jika losses yang terjadi jauh dibawah batas toleransi yang ditetapkan, maka

visi perusahaan yaitu ''menjadi perusahaan yang unggul dan terpandang" dapat

diwujudkan, karena dengan losses yang sangat kecil maka konsumen'puas dan

keutttungan/laba (profit) bagi perusahaan semakitt besar, sehingga perusahaan

untuk selanjutnya dapat tetap Tumbuh danBerkembang (Survival and Growth).

Untuk itu penulis mencoba menyajikan tulisan skripsi dengan judul

"Analisis Pengendalian Losses BBM untuk Meningkatkan Pro/it di Instalasi

Makassar" dengan harapatt dapat memberikan masukan atau perbandingan

didalam upaya menekan angka losses yang berarti meningkatkan profit pada

kegiatan Operasi Penerimaan, Penimbunandan Penyaluran/ Distribusi BBM.

1.2 Perumusan Masalah

Dengan menilik latar belakang masalah di atas, di mana PT Pertamina

dituntut dapat menerapkan "Zero Losses" untuk menmgkatkan keuntungan

penisahaan, maka apakah pengendalian losses BBM yang dilakukan di Instalasi

s^^^^^"^^^^^^^W^^^^^^^^rW*^^W^^^y^^^TO^^Ml
Makassar telah mencapai target? Apakah perlu investasi baru untuk rtiencapai
target pengendalian losses BBM dan meningkatkanprofit perusahaan?

1.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari penulisan proposal skripsi ini sesuai dengan judul yang telah

diajukan adalah untuk menganalisis sampai sejauh m&na pengendalian losses yang
telah dilaksanakan oleh Instalasi Makassar sehingga dapat memngkatkan profit
bagi perusahaan.

Sedangkan manfaat dari penulisan proposal skripsi ini diharapkan dari hasil
penelitian nantinya dapat berguna :

a. Bidang Akademis

Dapat dipakai sebagai bahan informasi untuk menerapkan metode ilmiah

dalam mengadakan penelitian yang serupa di lapangan, disamping sebagai

umpan balik bagi perguruan tinggi untuk mengembangkan kurikulum

khususnya di bidang penanganan losses BBM di waktu yang akan datang,

juga dapat menamoah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang

aplikasi di lapangan dari penerapatt ilmu-ilmu yang telah diperoleh di

bangku perkuliahan.

b. Bidang Sosial

Bagi Perusahaan diharapkan dapat menjadi masukan di dalam usaha

meningkatkan efisiensi dan produktivitas, serta dapat dipakai sebagai bahan

pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

a.M>aMii j»^fri»>ijU'^'iii>>iwiiftMJn«"iwwi'|'" iv-1'fcafmit'Jim'Hi'-*—*-


1.4 Batasan Masalah

Lingkup permasalahan yang menjadi pokok pembahasan demikian luasnya,


sedangkan kemampuan penulis dan waktu yang disediakan dalam melaksanakan
PKL sangat terbatas. Oleh sebab itu lingkup permasalahan penulis batasi pada
masalah:

1. Analisis Pengendalian Losses pada Proses Penerimaan Bahan Bakar


Premium, Kerosine dan Solar (BBM PKS).
2. Analisis Pengendalian Losses pada Proses Penimbunan BBM PKS.

3. Analisis Pengendalian Losses pada Proses Penyaluran BBM PKS.

1.5 Metodologi

Kesempumaan suatu penelitian sangat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas


data yang masuk, luas bidang yang diteliti serta kesanggupan dan ketajaman
analisis yang berkenaan dengan penelitiah tersebut. Untuk itu, maka di dalam
menyelesaikan tugas akhir ini penulis mempergunakan 2 (dua) metode penelitian
sebagai berikut:

♦ Pertama, dengan metode Library Research, dirtiana penulis mencari dan


mengkaji bahan-bahan dari buku-buku, karya ilmiah, ketentuan yang
berlaku di Pertamina ataupun tulisan yang ada hubungannya dengan pokok
permasalahan dalam tugas ini. Pengumpulan bahan-bahan tertulis juga
penulis lakukan dari* hasil kuliah yang penulis peroleh di PTK AKAMIGAS

- STEM pada Program Studi Pemasaran dan Niaga selama mengikuti


perkuliahan.

m
♦ Kedua, dengan metode Field Research yaitu secara langsung penulis terjun

ke obyek penelitian dengan tujuan untuk mendapatkan 2 (dua) data, yaitu :

a. Data Primer

Data primer ini berupa kumpulan data yang penulis peroleh dengan

melakukan pengamatan secara langsung diobyek penelitian sehingga

mendapatkan datayang sesuai dengan fakta yang ada.

b. Data Skunder

Data skunder ini penulis dapatkan di obyek penelitian berupa data

yang telah ada seperti jumlah losses rata-rata harian, bulanan, dan
tahunan yang terjadi sebelumnya, data jumlah penerimaan,

penimbunan dan penyaluran BBM periode 5-10 tahun sebelumnya.

1.6 Sistematika Penulisan

Di dalam penulisan Skripsi nantinya, agar penulisan yang disajikan tersusun


i

dengan baik, maka dibuat sistematika penulisan yang terdiri dari 4 (empat) bab
dengan urutan sebagai berikut:

Bab 1 : Pendahuluan

Bab ini berisi tentang latar belakang penulisan, perumusan masalah,


tujuan dan manfaat penulisan, batasan masalah, metodologi dan
sistematika penulisan.

Bab 2 : Tinjauan Pustaka

^^^tm^mmm^mmm ^..^^^.^^www**"*
Bab ini berisi tentang beberapa teori tentang losses yang umumnya

terjadi di PT. Pertamina (Persero), sumber losses, perhitungan losses,


pengendalian losses, tolerable losses, peramalan dan ekonomi teknik.

Bab 3 : Pembahasan

Bab ini berisi sejarah singkat, struktur organisasi serta sarana dan

fasilitas yang ada di PT. Pertamina (Persero) UPms VII Instalasi


Makassar, terjadinya Losses, sumber-sumber losses, Analisis

Pengendalian dan Upaya Penekanan Losses Penerimaan, Penimbunan


dan Penyaluran/ Distribusi.

Bab 4 : Penutup

Bab ini berisi Simpulan dan Saran dari penulis atas analisis yang

dilakukanpada bab pembahasan.

mm
II. TINJAUANPUSTAKA

2.1 Pengertian Losses BBM


Istilah Losses berasal dari kata loss ;ymg berarti kerugian2:104) adalah
berkurangrya ukuran dari ukuran standar, juga dapat diartikan sebagai susut, rugi
atau kehilangan. Sedang1can losses BBM merupakan kerugian yang diakibatkan
oleh volume (kuantitas) bahan bakar minyak (BBM) susut, kurang atau hilang
atau mutu (kualitas)-nya yang rusak. Dengan kata lain losses BBM adalah hilang
atau berkurangnya volume BBM jika dibandingkan dengan volume semula.

Dalam pembahasan losses, tidak hanya membahas kerugian karena hilang


atau berkurangnya bahan bakar minyak tersebut, sehingga istilah yang digunakan
adalah selisih, bila selisih lebih (+) atau kurang (-), yang pada hakekatnya selisih
lebih atau kurang akan menimbulkan keuntungan atau kerugian bagi perusahaan.
Pada penulisan ini pengguttaan istilah kurang akan diganti dengan rugi yang
kadang-kadang digunakan juga kata loss, sedangkan selisih lebih akan ditulis laba
atau gain.

Di dalam usaha apapun, kerugian selalu dihindarkan atau paling tidak dapat
dikurangi sampai sekecil mungkin. Sama seperti halnya BBM yang merupakan
zat cair yang sangat peka terhadap unsur-unsur lingkungan yang sangat
merugikan, baik dari segi kuantitas maupun kualitas, sehingga dalam pengelolaan
BBM diperlukan suatu perlakuan yang sungguh-sungguh Sesuai dengan prosedur
yang ditetapkan, sehingga kerugian yang terjadi dapat ditekan atau diperkecil.

a|W<^»MW<W
2.2 Jenis dan Sumber Losses BBM Secara Umum

Jenis dan sumber losses BBM secara umum dikelompokkan menjadi 2

macam, yaitu:

1. Accountable Losses (Susut Fisik) yaitu susut minyak yang secara fisik dapat
dihitung dan dapat diketahui faktor penyebabnya, contoh :
Penguapan (Vaporation)

Kebocoran (Leakage)

Tumpahan (Spilt) *

Penurasan (Drainage)

Perpindahan antar tangki (Inter tank)

Pengambilan contoh (Sampling)

Penurunan mutu (Down grade)

Pengangkutan (Transportation)

Pembersihan bagian dalam tangki (Tank cleaning)

Fencurian.

2. Unaccountable Losses (Susut Semu) yaitu susut minyak yang tidak dapat
dihitung dan sulit mencari faktor peayebabnya, contoh:
• Kesalahan pengukuran minyak, suhu, dan density.
• Kesalahan perhitungan (Tabel Tangki, Tabel ASTM).
• Kesalahan kalibrasi tangki.

• Kesalahan faktor manusia (Human error).

Operator tidak trampil/tidak sesuai prosedur.


• Peralatan ukur tidak sesuai standar industri perminyakatt (ASTM / IP).
2.3 Perhitungan Losses BBM

Perhitungan losses BBM secara garis besar dibedakan menjadi dua bagian

yaitu perhitungan supply loss dan working loss. Pada perhitungan supply loss

terdiri dari tiga macam sumber yaitu supply loss tanker, supply loss pipa, supply

loss mobil tangki dan RTW. Sedangkan pada working loss terdiri dari losses yang

terjadi pada proses penimbunan dan penyaluran.

2.3.1 Perhitungan Losses pada Proses Penerimaan BBM

Instalasi Makassar termasuk seafed depot, sehingga proses penerimaan

(supply) BBM menggunakan tanker. Dalam pembahasan ini dibatasi pada supply

loss tanker yang terdiri dari loading loss (Rl), transport loss (R2), discharge loss

(R3) dan supply loss (R4).

Untuk perhitungan loss / gains yang terdapat pada penerimaan BBM dengan

tanker menggunakan formula-formula sebagai berikut3:07030L3):

• Loading Loss / Gains, yaitu selisih pefnuatan (Rl) atau selisih antara angka

tanker sesudah muat (SFAL) dengan angka B/L :

SFAL-B/L xm%
B/L

• Transport Loss / Gains, yaitu selisih pengangkutan (R2) atau selisih antara

angka tanker sebelum bongkar (SFBD) dengan angka tanker sesudah muat

(SFAL):

SFBD-SFAL 22)
B/L

mmmmmmmmmprnm
Discharge Loss / Gains, yaitu selisih pembongkaran (R3) atau selisih antara

angka penerimaan di lokasi pembongkaran (ditambah ROB / bila ada split


cargo) dengan angka tanker sebelum bongkar (SFBD) :

_A/R +SFALXBILA: SPLITCARGQADA- ROB) - SFBD


R3 = xlOOP/o (2.3)
B/L

Supply Loss / Gains, yaitu selisih penerimaan (R4) atau selisih antara angka

angka penerimaan sebenamya di lokasi pembongkaran (ditambah ROB / bila

ada split cargo) dengan angka B/L :

pA_A/R +SFALXBILA: SPLITCARGQ/ ADA- ROB) -B/L


B/L X ° ^' '
Keterangan:

B/L Bill of Lading adalah dokumen yang menyatakan jumlah

minyak muatan tanker yang sumber datanya diambil dari

Certificate of Quantity Loaded yaitu hasil pengukuran dan

perhitungan tangki darat, ditujukan untuk depot penerima.

SFAL Ship's Figures After Loading adalah jumlah minyak yang

diangkut oleh tanker yang sumber datanya diambil dari hasil

pengukuran dan perhitungan tangki / Compartement kapal

setelah selesai muat.

SFBD : Ship's Figures Before Discharge adalahjumlah minyakyang

diangkut oleh tanlter yang sumber datanya diambil dari hasil

pengukuran dan perhitungan tangki / Compartement kapal

sebelum dibongkar di pelabuhan penerima.

10
• SFAD : Ship's Figures After Discharge adalah jumlah sisa minyak

yang diangkut oleh tanker yang sumber datanya diambil dari

hasil pengukuran dan perhitungan tangki / Compartement

kapal setelah pembongkaran.

• A/R : Actual Received adalah volume minyak yang diterima di

dalam tangki timbun penerima sesuai hasil pengukuran dan

perhitungan, dapat juga sesuai angka meter (metering system)

• ROB : Remain OnBoardadalah angka sisa muatan di tanker.

• Split Cargo : Pemecahan tujuan muatan tanker.

2.3.1.1 Metode Pengukuran Muatan

Sesuai dengan tata cara pengukuran dan perhitungan arus minyak


korporat3:070l031) dalam melaksanakan pengukuran digunakan metode outage
pada compartement tanker dan menggunakan metode innage pada pengukuran di
tangki darat. Sedangkan peralatan standard yang digunakan untuk mengukur sifat
fisika dari produk minyak bumi, di lapangan maupun di dalam laboratorium
terdiri dari:

• PitaUkur : Pita ukur dengan bandulan runcing yang ada

skalanya, digunakan untuk mengukur kedalaman

cairan (minyak dan air) yang terdapat di dalam


tangki. Pita ini dapat digunakan jika tidak tersedia

water stick bar.

11

W^W^W^M^ ^^WJW*"*****^^**^
Water Stick Bar : (Tongkat Pengukur Air) adalah tongkat yang

berskala mempunyai panjang +1 (satu) meter,

digunakan untuk mengukur ketinggian air bebas di

tangki darat atau tanker.

Cup Case Assembly : (Flushing Case Assembly) adalah suatu alat ukur

suhu minyak dalam tangki (ASTM D1086 atau API

2543) berupa termometer yang dilengkapi dengan

bejana kecil 200 ml, pada bagian bawahnya, guna

menampung cairan yang hendak diukur suhunya.

Hydrometer : adalah alat yang dipakai untuk mengukur kerapatan

cairan density, specific gravity dan °API gravity

cairan.

Weighted Breaker : adalah alat yang digunakan untuk mengambil

contoh minyak yang terdapat di dalam tangki.

Beaker Glass adalah alat penampung cairan minyak contoh untuk

diukur suhu, kerapatan cairan density, specific

gravity dan °APIgravity cairan di luar tangki.

Thermometer adalah alat pengukur suhu yang digunakan untuk

mengukur suhu minyak contoh di luar tangki.

12

Mtt#»*W5"ii
WWpWWBPWaSil'IWPtlWBB!
2.3.1.2 Metode Perhitungan Muatan

Metode perhitungan volume dan berat standar digunakan ASTM D1250 -


IP.200 table (system Metric) sebagai konversi satuan yang terdiri dari :

• Tabel 53 : "Density Reduction to 15 °C» adalah tabel konversi dari


density observed ke density 15 °C.

• Tabel 54 : "Volume Corection Factor" adalah tabel konversi dari density


15°C untuk mencari faktor koreksi volume dari data suhu
minyak.

• Tabel 52 : "Barrel at 60 °F per 1000 liter" adalah tabel konversi dari


volume liter 15 °C ke barrel 60 °F dengan data density 15 °C.

• Tabel 57 : "Long Ton per 1000 liter" adalah tabel konversi volume pada
15 °Cke longton.

Cara melakukan perhitungan dari hasil pengukuran setelah dikonversikan ke


liter atau kiloliter berdasarkan tabel tangki timoun (liter observed) maka
selanjutnya adalah:

• Liter Obs 'dxVolume Correction Factor (tabel 54) =Liter 15 °C (2.5)

• Liter 15 °C xBarrel 60°FI\000 Liter (Tabel 57) =Barrel 60 °F. (2. 6)

• Liter 15 °C xLong Ton 11000 Liter (Tabel 57) =Long Ton. (2.7)

13

mmwmmmmm
2.3.2 Perhitungan Losses pada Proses Penimbunan BBM
r

Pada umumnya losses yang terjadi saat proses penimbunan bahan bakar

minyak disebabkan karena:

• Penguapan (Breathing losses)

• Selisih temperatur dan density

• Pemuaian / penyusutan dinding tangki.

2.3.2.1 Losses Akibat Penguapan

Bahan Bakar Minyak (BBM) didalam tangki timbun tidak selamanya akan

terisi penuh (Full Capacity), tetapi akan mempunyai suatu ruang kosong diatas

permukaan cairan yang disebut dengan Ullage. Ruang kosong (Ullage) di dalam
tangki timbun, drum atau tempat penimbunan lainnya selalu akan terisi gas yang

terdiri dari campuran uap minyak dan udara.

Jumlah minyak yang menguap di dalam ruang kosong tersebut tergantung

dari panasnya suhu dipermukaan minyak dan tekanan gas pada suhu tersebut.
Semakih panas suhu permukaan minyak di dalam ruang kosong tersebut akan
menyebabkatt semakin tinggi pula tekanan gas dan makin mempercepat proses

penguapan. Tekanan gas juga disebabkan oleh tekanan kerja pompa penerimaan.

Variasi dari temperatur dan tekanan gas yang terjadi tersebut adalah salah
satu pehyebab terjadinya losses. Losses Ikerugian yang terjadi akibat dari proses
penguapan / pernapasan tangki ini disebut evaporation. Potensi kerugian akibat
penguapan lebih besar terjadi pada penimbunan minyak ringan seperti premium,
pertamax, pertamax plus, avgas dan sejenisnya.

14

sskpwwifpsw**
Pada siang hari umumnya temperatur tinggi / panas, hal tersebut akan

menyebabkan bertambahnya volume dari campuran udara dan uap minyak

(vapour pressure) ttaik, sehingga campuran uap tersebut akan keluar melalui

PV Valve. Sedangkan pada malam hari atau pada saat hujan karena temperatur

rendah, menyebabkan udara dari luar akan masuk kedalam tangki melalui

PV Valve tersebut.

Oleh karena adanya udara segar yang masuk ke dalam tangki tersebut

menyebabkan suhu dan tekanan didalam tangki akan turun, hal ini menyebabkan

campuran uap dan minyak yang berupa gas sudah jenuh menjadi campuran yang

tidak jenuh lagi dan yang terjadi kemudian adalah minyak didalam tangki akan

menguap lagi sehingga menyebabkan gas menjadi campuran jenuhlagi.

Peristiwa tersebut praktis terjadi setiap hari sebagai akibat adanya siang

dan malam maupun adanya hujan dan dingin.

Jadi besar kecilnya losses Ikerugian pernapasan dapat dipengaruhi oleh :

• Perbandingan total kapasitas tangki timbun terhadap volume tangki itu


sendiri, dengan kata lain besar kecilnya ruang kosong dalam tangki

(Ullage)

• Type dan ukuran tangki timbun dan luas permukaan minyak.

• Lamanya suatu produk berada didalam tangki timbun.

• Kapasitas dan kecepatan pompa yang mengisi dan mengeluarkan minyak


dari tangki.

• Tinggi / rendahnya temperatur udara disekitar tangki (cuaca)

15
Dalam buku "Petroleum Storage Principle" terdapat formula yang dapat
digunakan sebagai referensi untuk menghitung kerugian akibat penguapan dengan
memperhatikan faktor-faktor teknis konstruksi tangki timbun, yaitu :
.0,68

Ly = Kc xD^xH^xT^xFPxC
l000jX!v14,7-/>y (2.8)

Dimana

Ly : Breathing losses (rugi penguapan) (Barrel/tahun )


Kc : 1,0 (Nilai faktor minyak premium)
P : True Vapour Pressure (tekanan uap sebenamya) (psi)
D : Diameter tangki (ft)
H : Tinggi rata-rata ruang kosong + (1/3 '"cone roof)
T : Temperatur rata-rata setiap hari (°F)
FP : Paint Factor (faktor kondisi cat) (tabel)
C : Faktor penyesuaian masing-masing diameter tangki (tabel)

Untuk lebih jelasnya, berikut kami sampaikan tabel faktor cat tangki (FP)
dan faktor penyesuaian diameter tangki (C) yang^ digunakan sebagai pedoman
perhitungan rugi penguapan.

Tabel 1. Faktor Penyesuaian untuk Diameter Tangki (C)

Diameter Tangki Faktor


(ft) (C)

>30 i 1,00
20 0,88
10 0,50

16

mmmm
Tabel 2. Faktor Cat Tangki Timbun (Paint Factor)
Atap Dinding Kondisi Cat Baru Kondisi Cat Lama
Putih Putih 1,00 1,15
Aluminium Putih 1,04 1,18
Putih Aluminium 1,16 1,24
Aluminium Aluminium 1,20 1,29
Putih Abu-abu 1,30 1,38
Abu-abu muda Abu-abu muda 1,33
Abu-abu tua Abu-abu tua 1,46 -

Apabila tekanan uap semakin tinggi dan melebihi dari tekanan yang
diijinkan (settingpressure) di dalam tangki, maka uap minyak akan keluar melalui
lobang pernapasan (Pressure Vacuum Valve IPVV) yang berarti timbulnya lasses
pada bahan bakar premium di tangki.

Untuk menghindari terjadinya losses yang berlebihan, maka dilakukan


setting pressure vacuum valve (penyetelan pada katup pemberat) berdasarkan
standar "Shell Apendix"02.00.()l wmik jenis >Butf Joint Low Pressure Cone"
(BLC) bahwa tangki timbun kelas A, yaitu: t
• Pressure : 8" Wg

• Vacuum : 2,5" Wg.

Dapat dihitung dengan formula : K=Px L (2 9)


Dirnana:

K : Berat Pemberat j,.


P : Tekanan kerja tangki Kg/Cm2
L : Luas penampang "Pressure Vacuum Valve" pada atap tangki. Cm2.

17

mmmm.
2.3.2.2 Losses Akibat Selisih Pembacaan Temperatur dan Density

♦ Selisih Pembacaan Temperatur

Berdasarkan tabel ASTM D1250 - IP200, untuk selisih pembacaan


temperatur 1°C akan mempengaruhi nilai volume correctionfactor (tabel 54). Hal
ini akan menyebabkan selisih volume yakni liter 15 °C dan Barrel 60 °F.

♦ Selisih Pembacaan Density

Demikian pula pada pembacaan density yang kurang teliti, maka akan
berpengaruh pada mlai volume correctionfactor (tabel 54 dan 52) yang akhimya
akan berpengaruh pada besarnya volume liter 15 °C, Barrel 60 °F, dan juga pada
weight correctionfactor (tabel 57) untuk konversi ke long ton/1000 liter.

2.3.2.3 Losses Akibat Pemuaian/Penyusutan Dinding Tanki


Losses akibat pemuaian / penyusutan dinding tangki salah satu akibat dari
saat kalibrasi, pada pembuatan tabel tangki tidak diperhitungkan faktor pemuaian
plat dinding tangki karena perabahan temperatur, sehingga pembacaan isi tangki
pada saat temperatur tmggi (panas) tetap sama dengan pada saat temperatur
rendah (dingin) yang mana kedua kondisi tersebut sebenamya sudah berbeda,
sehingga kondisi masing-masing dapat mempengaruhi perabahan isi tangki.

Untuk mengetahui faktor koreksi pemuaian dinding tangki tersebut dapat


dihitung dengan formula sebagai berikut:

Faktor koreksi = 1+ X(T. Obs'd - T. Kalibrasi) (2.10)

18
Dimana:

1 : Angka konstan.

*• : Koefisien muai dinding tangki per 1°C untuk harga 0,0000348.


T. Obs'd : Temperatur hasil penguikuran (°C).
T. Kalibrasi : Temperatur pada saat tangki dikalibrasi (°C).

2.3.3 Perhitungan Losses pada Proses Penyaluran BBM


Pada operasi penyaluran /penyerahan dimana produk yang ada dalam tangki
timbun akan keluar melalui outlet tangki (saluran pengeluaran) dapat
menyebabkan menurannya tekanan didalam ullage (ruang kosong), sehingga
kondisi tangki vacuum dan udara dari luar masuk melalui vacuum valve
bercampur dengan uap minyak yang akhimya konsentrasi uap minyak menjadi
tidak jenuh, sehingga potensi penguapan meningkat pada saat temperatur
bertambah.

Losses penyaluran dapat terjadi akibat kebocoran pada jalur pipa penyaluran
sampai ^fitting shed. Salah satu yang dapat diperkirakan perhitungan losses pada
saat penyaluran melalui filling shed khususnya produk premium dengan tingkat
panguapan yang tinggi yaitu losses pada filling point. Filling loss (kerugian
penyaluran) dapat dihitung menggunakan formula :

fl = Me
100 (2-11)

Dimana :

FL : Filling Loss (kerugian penyaluran) Barrel/Tahun

19
K : Faktor tipeLoading Arm 3 inchi into truck hatch = 0,036

P : Tekanan uap sebenamya (True Vapor Pressure) Psi.

Q : Thruput tahunan Barrel / Tahun.

Selisih yang terjadi pada saat penimbunan dan penyaluran seperti pada

persediaan, penguapan, kebocoran, transfer antar tangki dan filling loss, akan

dijadikan satu menjadi working loss/gain (ragi/laba kerja) yang akan dihitung
dengan formula sebagai berikut;

_,.,....,-.... (CS + AS)-(OP + AR) lA„ft/


Working loss = £—^ -xl00% (2.12)

Dimana:

OP = Opening Stock (Persediaan Awal)

AS = Actual Sales (Total Penyaluran / Thruput)

AR = Actual Receipt (Total Penerimaan)

CS = Closing Stock (Persediaan Akhir)

2.4 Pengendalian Losses BBM

Pengendalian adalah proses, cara, perbuatan mengendalikan, pengekangan;

pengawasan atas kemajuan (tugas) dengan membandingkan hasil dan sasaran

secara teratur serta menyesuaikan usaha (kegiatan) dengan hasil pengawasan1:325);


Pengedalian losses BBM adalah Pengawasan atas kerugian yang terjadi pada

pengelolaan bahan bakar minyak oleh akibat kualitas (mutu) minyak yang tidak

sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan maupun kuantitas (volume) minyak

yang susut atau hilang. i

20

nuipGWwrnflraiiroii^^ p**** "m^t*


2.4.1 Pengendalian Kualitas / Mutu BBM

Pengendalian Kualitas / Mutu BBM adalah melaksanakan pengawasan


terhadap mutu minyak agar tidak terjadi kontaminasi maupun deteriorasi selama
penanganannya sampai ke konsumen. Kegiatah ini bertujuan agar suatu produk
minyak tertentu memenuhi taraf keseragaman yang telah ditetapkan (spesifikasi)
dan cocok untuk memenuhi kebutuhan pemakainya.

Kontaminasi adalah tercemarriya atau tercampurnya suatu jenis bahan bakar


minyak (BBM) oleh satu atau lebih zal lain yang dapat mengakibatkah kerasakan
atau penurunan mutu. Sedangkan deteriorasi adalah perabahan sifat suatu zat

karena keadaan lingkungan atau oleh perabahan yang timbul dari zat itu sendiri,
misalnya perabahan secara fisika atau kimiawi.

Kegiatan pengawasan mutu secara ringkas dapat dijabarkan dalam lima


tahapan yaitu:

1. Langkah persiapan untuk pelaksanaan kegiatan pengawasan mutu.

2. Langkah pelaksanaan prosedur-prosedur untuk pengambilan contoh


(sampel).

3. Langkah pemeriksaan contoh yaitu pemeriksaan karakteristik minyak

sebagaimana yang telah ditetapkan oleh prosedur, bisa pemeriksaan di

lapangan atau di laboratorium.

4. Langkahpelaksanaan administrasi yang meliputi:

a. Pencatatan hasil pemeriksaan apada form khususyang telah disediakan.

b. Membuatevaluasi, interpretasi, kesimpulan, dan rekomendasi.

21
5. Pertanggungjawaban hasil pemeriksaan dan tindak lanjutnya yaitu :
a. Bila hasi, pemeriksaan karakteristik BBM memenuhi persyaratan, maka
dapat dipakai.

b. Bila hasil pemeriksaan karakteristik BBM tidak memenuhi persyaratan,


maka langkah penaggulangannya untuk menperkecil kerugian adalah :
1. Pengolahan kembali atau reklamasi dapat berupa pencampuran
dengan produk lain, penambahan additive dan Iain-lain sehingga
mutunya dapat memenuhi persyaratan kembali.
2. Penurunan mutu (down grading) yaitu dipakai sebagai BBM jenis
lain yang mutunya setingkat lebih rendah. Contohnya avtur di down
grade menjadi minyak tanah.

3. Penghapusan : sedapat mungkin tindakan ini merupakan tindakan


terakhir, kareha kalau tindakan ini dilaksanakan, kerugian
perasahaan sangat besar disamping berbahaya bagi lingkungan serta
sulitnyapelaksanaan.

Pemeriksaan mutu dilapangan merupakan pemeriksaan mutu secara visual


yang meliputi pemeriksaan terhadap :
• Kenampakan, kejemihan, dan kebersihan.
• Adanya kotoran : debu, pasir.
• Adanya air bebas dan air terlarut.

• Wama atau bau minyak.

22

"*^^n*JI",^^J°TiirTf-ifiriti|iayi
i*>¥Wis&Wtffijmi&fVfiin<®
Sedangkan peralatan pengawasan mutu di lapangan yang dipergunakan
adalah meliputi:

1. Matt Glass/Beaker Glass adalah alat untuk memeriksa appearance/


kejemihan dan wama BBM secara visual.
2. Water Finding Paste (Pasta pencari air) untuk memeriksa adanya air bebas.
3. Water Finding Paper (Kertas pencari air) untuk memeriksa adanya air
bebas.

4. Water Detector yaitu alat untuk memeriksa adanya air terlarut.


5. Hydrometer adalah alat untuk memeriksa Density /SG/°API.
6. Hydrometer Cilinder adalah alat berupa tabung glass untuk tempat contoh
minyak untuk diperiksa Temperatur, Density, SG, atau °API.
7. Thermometer yaitu alat untuk mengukur temperatur (suhu) minyak.
8. Seal &Cap Seal adalah alat untuk jaminan pengawasan mutu minyak.

2.4.2 Pengendalian Kuantitas /Volume BBM


Pengendalian Kuantitas / Volume BBM identik dengan pengendalian
terhadap susut minyak (oil losses) atau juga disebut Loss Control yaitu
pengawasan terhadap lebih atau berkurangnya ukuran volume atau berat minyak
t
pada setiap penampungan dan pergerakannya. Loss Control bertujuan untuk
mengendalikan oil losses sampai lebih kecil dari tolerable loss yang ditetapkan
oleh manajemen dengan cara mempertahankan, menanggulangi dan mengurangi
kerugian sehingga meningkatkan keuntungan.

23

iaagiwwwB'M,*"'w'"~''*"
Tugas dan tanggung jawab bagian loss control adalah meliputi:
Mencatat, memonitor dan menganalisa masalah susut minyak dalam setiap
pergerakan dan penampungannya.
2.
Mencari dan mencegah sumber penyebab timbulnya oil losses.
3.
Memberikan motivasi kepada semua pekerja untuk membantu mencegah
dan mengurangi susut minyak yang terjadi.
4. Memberikan rekomendasi kepada manajemen dalam upaya mengurangi,
mencegah, menanggulangi dan mempertahankan susut minyak sampai
dibawah batas toleransinya.

5. Menetapkan tolerable loss yang disesuaikan dengan kondisi pada saat itu.
2.5 Tolerable Losses

Tolerable Losses adalah batas maksimum prosentase losses yang diijinkan


dengan memperhitungkan sifat penguapan BBM maupun kondisi peralatan yang
digunakan pada saat itu. Sehingga tolerable losses tidak haras tetap, tetapi bisa
berubah disesuaikan dengan kondisi setiap Unit Pemasaran. Dengan demikian
setiap Unit Pemasaran mempunyai target masing-masing pada batasan losses yang
akan dikendalikan.

Tolerable loss secara garis besar terbagi menjadi dua kelompok yang terdiri
dari tolerable working loss dan tolerable suplai loss.

2.5.1 Tolerable Working Loss

Working loss adalah ragi kerja yang timbul pada saat minyak ditimbun
maupun disalurkan ( intertank transfered, konsinyasi antar Instalasi/Terminal

24

fnf^-fls wr^p^-fT mmmmmm


Transit/Depot/DPPU dan penjual ke konsumen ). Pada kenyataan di lapangan
hasilnya bisa loss (minus) atau gam (plus).

Adapun batasan prosentase torelable working loss secara korporat PT.


Pertamina (Persero) adalah sebagai berikut:

1. Working Loss sesuai Manual = +0,40%.


2. Working LossPengendalian = +0,20%.
3. Working Loss Target =+0,10%

Sedangkan formula yang digunakan untuk menghitung nilai prosentase


working loss adalah formula 2.12

2.5.2 Suplai Loss Tanker


Suplai loss tanker adalah kerugian yang timbul pada kegiatan pengadaan
BBM melalui laut dengan sarana pengangkut tanker ke Instalasi/Terminal Transit/
Depot/DPPU. Pada kenyataan di lapangan hasilnya bisa loss (minus) atau gain
(plus). Adapun oil losses dikelompokan un-.uk memudahkan bagi petugas di
lapangan dalam hal meneliti penyebabnya dan menanggulanginya bila terjadi
selisih yang melebihi batas toleransinya.

Suplai loss tanker dikelompokan menjadi 4jenis yaitu Rl untuk selisih


pemuatan, R2 untuk selisih pengangkutan R3 urtuk selisih pembongkaran dan R4
adalah selisih penerimaan. Untuk tolerable.loss pada suplai loss tanker dapat
dilihat pada tabel berikut:

25
Tabel 3. Tolerable Loss pada Suplai Loss Tanker
Jenis Selisih Tolerable Tolerable Tolerable
Manual Pengendalian Target
D1 SFAL- B/L
Rl = — xl00% 0,50% 0,30% 0,30%
B/L

po SFAL-SFBD innn,
R2 = . ..::.:: x 100% 0,20% 0,20%
B/L 0,10%

R3 -.SFBD-(^ +SFAD)
100% 0,50% 0,30%
B/L X 0,30%
pA_B/L-(AR +SFAD)
x 100% 0,50% 0,50%
B/L 0,30%

2.6 Peramalan

Peramalan (forecast ) merupakan alat bantu untuk mengetahui keadaan


yang akan datang, sebab peramalan mempunyai peranan langsung pada peristiwa
eksternal yang umumnya berada di luar kendali manajemen. Misalnya peristiwa
ekonomi, politik, sosial, perkembangan atau perabahan teknologi, pemerintah,
pelanggan, pesaing dan sebagainya. Dengan demikian maka tujuan peramalan
adalah merupakan suatu dugaan terhadap permintaan yang akan datang.
Metode kuadrat terkecil

♦ Trend linier dengan formula :

Y' = a + bX
(2.13)
Keterangan:

Y' : Nilai trend periode tertentu

a : Nilai trend periode dasar

b : Selisih mlai antar tahun yang satu dengan tahun yang lain
X : Jumlah unit tahun yang dihitung dari periode dasar.

26
Koefcien-koefisiet. regresi ad
feganrumus.- "** "W* tt*r dapat djhi

(2.14)

(2.16)

Dimana:
=a"X a,au fc»sy =t„ga+x , k
Sa+*.togb (2.17)

= Nilai trend periode tertemu


~ Konstanta

Tahun anggaran
^-^bdapatdihitangdenga,,..
^-£^£i££)fci„gr)
(2.18)

(2.1$)
^^anlajup^^^
sebagai berikut: gan men8gWiakan riwius

* Trend Linier :

Untuk data ganjil, Lp =**100%


#

(2.20)
Untuk data genap,Z/,. ^ xl 00%
a
(2.21)

27
♦ Trend Eksponensial:

• Untuk data ganjil, Lp =(b - 1) x 100% (2.22)


Untuk data genap, Lp =(b2 - 1) x100% (2.23)
♦ AvarageAbsolute Error (AAE)

AAE =
El7-7'!
(2.24)

Keterangan:

Y: data riil

Y' : mlai trend periode tertentu

Indikator yang paling umum dipergunakan untuk mengukur keakurasian


peramalan adalah:

• MAD ( Simpangan mutlak rata-rata atau Mean Absolute Deviation ) atau


AAE ( Avarage Absolute Error ) digunakan untuk mengukur keakurasian
peramalan dengan merata-ratakan kesalahan peramalan.

• MSB (Mean Square Error Ikesalahan rata-rata kuadrat) merupakan metode


alternative dalam mengevaluasi suatu teknik peramalan dan persentase

kesalahan absolut rata-rata (MeanAbsolute Percentage Error).

2.7 Ekonomi Teknik

Ekonomi teknik (Engineering Economic) adalah disiplin ilmu yang


berkaitan dengan aspek-aspek ekonomi dalam teknik; yang terdiri dari evaluasi

sistematis dari biaya-biaya dan manfaat-manfaat usulan proyek-proyek teknik.

28
Perencanaan atau ^- -*- "* - ^ manaimen'
Perencanaan ini merupakan salah satu taktor yang sangat penting dalam suatu
perusahaan, karena akan mempengaruhi secara langsu. terhadap ke„
«— p———*-p" ^ T
sebagai das, -* — Kaik-— « **~~ Pe™S
akan memungkinkan manajemen untuk bekerja
sehingga psencanaan yang baik akan mem
lebih efektif dan efisielt.
^uanperusaha.padaumumnyaadaiahu.tukmem^ehlabad.besar

dalam mengelola perasahaan.


Perencanaan perusahaan dapat *— denga, berbagai cara, antara lain
penghasiLan yang akan dipero.eh dan biaya-biaya yang akan te,adt -*
JU *-*-*•—-
dicapai atau laba yang akan diperoleh. "menuniukkm yans
• i*ha vans besar (dalam perencanaan maupun
Untuk dapat mencapai laba yang
v • manajemen dapat melakukan berbagai langkah atau faktor-faktor
realisasmya), manajemen ^

tertentu, misalnya:
. Menekan biaya opera, serendah mtmgki. dengan mem,—n tmgkat
hargajual dan volume penjualan.
. Menentukanhargaiuaisesuaidenganlabayangdrkehendaki.
. Meningkatkanvoiumepenjuaiansebesarmungkin.
29

>Wn#«i6rf3ffl
Ketiga langkah atau faktor tersebut tidak dapat dilakukan secara terpisah,
karena ketiganya mempunyai hubungan yang erat atau bahkan saling berkaitan.
Biaya akan menentukan harga jual, harga jual akan mempengaruhi volume
penjualan, dan volume penjualan akan memper garuhi biaya.
Sedangkan kajian yang akan dipergunakan untuk menganalisa kelayakan
suatu perencanaan pekerjaan (Investasi) dapat dipergunakan beberapa metode
analisis kelayakan investasi "» yang antara lain sebagai berikut:
. Metode Average Rate of Return, yaitu metode yang mengukur berapa
tingkU keuntungan rata-rata yang dipewleh dari suatu investasi.
. Metode Payback, yaitu metode yang mengukur seberapa cepat investasi bisa
kembali.

. Metode Net Present Value, yaitu metode yang menghitung selisih antara
nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas
bersih dimasa yang akan datang.
. Metode Interval Rate of Return, yaitu metode yang menghitung tingkat
bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang
penerimaan-penerimaan kas bersih di masa mendatang.
. Metode Profitability Indeks, yaitu metode yang menghitung perbandingan
antara nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih dimasa datang
dengan nilai sekarang investasi.

30
III. PEMBAHASAN

3.1 Sekilas Tentang Instalasi Makassar

Instalasi Makassar adalah Seafed Depot yang merupakan salah satu bagian
r
dari PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran VII yang terletak di Provinsi
Sulawesi Selatan, berlokasi di Pelabuhan Soekarno - Hatta Makassar, dibangun

]
oleh STANVAC pada tahun 1925 dan dioperasikan pada tahun i960. Saat ini,
luas lahan yang digunakan adalah terdiri dari : Tanah Daratan 60.699 m2 dan
perairan 21.099 m2 dengan status sewa dari PT. PELINDO IV Gabang Makassar.
Dan seluas 7.478 m2 berstatus HGB (Hak Guna Bangunan), dengan Sertifikat
HGB No.l Tahun 1996 tanggal 01 Oktober 1996 atas nama PERTAMINA.
(Gambar "Lay Out Instalasi Makassar" dapat dilihat pada lampiran 1).
Tugas Pokok Instalasi Makassar adalah Penyediaan, Penimbunan dan
Penyaluran Bahan Bakar Minyak (BBM), Bahan Bakar Khusus (BBK) dan Non
Bahan Bakar Minyak (Pelumas) untuk memenuhi kebutuhan Propinsi Sulawesi
Selatan, yang wilayah pemasarannya meliputi: Kota Makassar, Kabupaten Maros,
Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Bulukumba, Kabupaten Bone, Kabupaten
Sinjai, Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Takalar, Kabupaten Gowa, dan
Kabupaten Selayar.

Instalasi Makassar juga berfungsi sebagai Back Loading Port untuk


konsinyasi kebutuhan BBM di Depot Palopo, Depot Kendari, Depot Kolaka,
Depot Bau-bau dan Depot Raha. Serta konsinyasi BBK-Avtur (Jet-Al) ke DPPU
Hasahuddin Makassar yang pengirimannya menggunakan Bridger.

31
3.1.1 Struktur Organisasi
Dalam melaksanakan tugashya, Instalasi Makassar dipimpin oleh seorang
Kepala Instalasi yang bertanggungjawab sepenuhnyaterhadap kelancaran operasi
dengan dibantu oleh beberapa pengawas bagian yang bertugas mengkoordinir
masing-masing bagian operasi.
Jumlah man p»«r Instalasi Makassar saat ini 63 orang pekerja temp yang
terdiri dari pekerja pitnpinan sebanyak 22 orang dan 41 orang pekerja biasa yang
tersusun dalam suatu struktur organisasi (lihat lampiran 2), dibantu dengan tenaga
kontrak outsourcing sebanyak 40 orang.

3.1.2 Pola Suplai dan Distribusi


Penyebaran penduduk di wilayah negara Republik Indonesia secara tidak
merata menuntut PT Pertamina untuk menerapkan sistem pengadaan dan
pendistribusian BBM kepada masyarakat yan, membutuhkan secara efektif dan
efisien. Berkaitan dengan ha! tersebut, maka ditetapkan pola suplai dan distribusi
yaitu sistem dan kegiatan yang dilaksanakan mulai saatpengadaan sampai dengan
penyaluranatau penyerahanBBMkepadakonsumenyang membutuhkan.
Kegiatan suplai BBM di Instalasi Makassar cUlaksanakan dengan
menggunakan alat transport tanker, ^bagian besar berasa, dari Umt
PengolahanVBalikpapan menputi produk :Avtur, Pertamax, Premium, Kerostne
(Mtanah), M. Solar (HSD) danFuel Oil (M. Bakar, Sedangkan dari STS Ka!but
Situbondo berupa produk Kerosine dan M. Solar. Untuk memenuhi kebutuhan
BBM sebagian kecil disuplai dari Depot Pare-Pare, Kilang Cilacap, Kilang Sungat
, o u tt vr*ncrais Kilang Dumai dan Singapore.
Gerong, Instalasi Pulau Sambu, TT.Manggis, wiang

32
Kegiatan distribusi BBM kepada konsumen dilakukan denganmenggunakan

fasilitas mobil tangki, pipa, dan tongkang. Sedangkan kegiatan back loading ke

depot-depot dilakukan dengan menggunakan fasilitas transport tanker. (Gambar

Pola Suplai danDistribusi dapat dilihat padalampiran 3).

Untuk melaksanakan kegiatan distribusi BBM ke konsumen, PT. Pertamina

(Persero) Instalasi Makassar bermitra dengan lembaga-lembaga penyalur dan

konsumen langsung yang meliputi:.

• SPBU/PSPD/SPBA/APMS.

• Agen Minyak Tanah (AMT).

• Industri dan Bunker.

Saat ini Pertamina Instalasi Makassar mampu memenuhi kebutuhan BBM

PKS (Premium, Kerosine/M.Tanah, dan M.Solar) di Wilayah Kota Makassar dan

sekitarnya dengan objektif thruput tahun 2006 adalah sebagai berikut:

• Premium : 515.343 KL/Tahun = 1.412 KL/Hari.

• M. Tanah : 266.052 KL/Tahun = 729 KL/Hari.

• M. Solar : 614.826 KL/Tahun = 1.684 KL/Hari.

3.1.3 Sarana dan Fasilitas Operasi

!
PT. Pertamina (Persero) dalam mengelola produk yang dihasilkan selalu

mengacu pada ketepatan mutu, ketepatan waktu, ketepatan jumlah, dan tepat

tempat serta terjamin keselamatannya. Sehubungan dengan kebijaksanaan yang

telah diterapkan oleh manajemen tersebut diperlukan kehandalan sarana dan

fasilitas serta kemampuan sumber daya manuasia sebagai operator pelaksana

peralatan tersebut.

33

wmmmmmm
Secara garis besar sarana dan fasilitas operasi yang ada di Instalasi Makassar
terdiri dari

*♦* Sarana dan fasilitas penerimaan


* Sarana dan fasilitas penimbunan
* Sarana dan fasilitas penyaluran

3.1.3.1 Sarana dan Fasilitas Penerimaan


Instalasi Makassar adalah seafed depot, sehingga pembekalan BBM
sebagian besar dilakukan melalui transportasi laut menggunakan tanker dan hanya
kondisi tertentu disuplai menggunakan mobil tangki. Untuk menunjang
kelancaran operasi penerimaan BBM, maka disediakan fasilitas dermaga yang
dipergunakan untuk sandar tanker dan jalur pipa penerimaa BBM
^ Dermaga

Penerimaan bahan bakar minyak yaitu pertamax, premium, minyak tanah,


minyak solar, minyak diesel, minyak bakar dan avtur di Instalasi Makassar
melalui tanker dilaksanakan di dermaga Idengan data sebagai berikut:
o Tipe Dermaga : T. HeadJetty
Konstruksi Beton Bertulang
Ukuran PxL 25 x 10m2

Dioperasikan Tahun 1970

Kapasitas Maksimum 17.500 DWT

Kedalaman 12 meter

Call Tanker
10-15 Kapal/bulan.

34

*mmmmmmmmmmmmm
> Pipa Penerimaan
«» -w. „ .„ „_ ^

menggunakan pipastandardANSI B313 P" ta^timbun


W323- PlP* Penerimaan di Instalasi Mau
terdapat 8(delapan) jalur berikut d* • ^
r, berikut data plpa penerimaan untuk masins
produk adalah: g ~~ masinS

° 1JalUrUntokprOd"kPre-™Pipa08»Hose08..
o

>jaiuruntuk produk Kerosine Pipa08>. Hose 0r


o

2ja.uruntukprodukM. Solar Pipa0rHose08„


'jatarunu* produk MFO Pipa08» Hose08»
o

° UaI™P'°**MDF Pipa0rHose08„
° Ij"»>-**1«** Avtur Pipa08.. Hose 08»
° lj,h"-«*l»**P««« KPa06»Hose0«»
3-I3J Sarana dan Fasilitas penimbuilali
Ketahanan stok BBM di suati, i„t. •
Semakin besar iumlah th„, .
^ Sanga' """-WOW oieh ftrupum™
"Prarya.

z;rr•****• -*————
aengan penyalurannya.

Penimbunan BBM yang terlalu lama


yang terlalu lam* akan
u mengakibatkan kerug
ian antara
lain sebagai berikut:

° Pmea*Pm <terute™ Padaproduk BBM kelas A)

35
o Terjadinya Deteriorasi yaitu perabahan mutu BBM berupa perabahan fisik
atau kimia yang disebabkan oleh perabahan lingkungan atau sifat-sifat BBM

itusendiri. V

o Finar.sial dikarenakan modal yang tertahan.

Jenis tangki timbun BBM yang digunakan di Instalasi Makassar adalah tipe
tegak (vertical type) dengan atap tetap (vertical cylindrical fixed roof tank).
Jumlah dan kapasitas tangki timbun di Instalasi Makassar dapat dilihat pada tabel
3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1. Jumlah dan Kapasitas Tangki Timbun di Instalasi Makassar


Dla Pipa/ Kalibrasi /
Kapasitas (KL
Jenis Ukuran (M) Tahun
Nozzle Cleaning Thn.
No.
Produk (dla x tinggi) Dibuat
Safe DS.P Pump.S
In Out Akhir Y.a.d Maks

2004 2010 2.145 2.068 111 1.957


1 Avtur 14,63x12,18 1954 8 8
8 2003 2009 2.243 2.185 38 2.147
2 Avtur 15,24x12,25 1954 8
2002 2008 2.695 2.642 103 2.539
3 Avtur 15,25x14,66 1962 8 8
7.083 6.895 252 6.643
Jumlah
2003 2009 870 847 28 819
18 Pertamax I 12,19x9,15 1991 8 8
870 847 28 819
Jumlah
2002 2008 2.106 2.044 71 1.973
5 Premium 17,07x9,25 1979 8 8
2002 2008 3.784 2.220 95 2.125
6 Premium 19,43x12,90 1986 8 8
2.005 2011 5.147 5.054 168 4.886
8 Premium 24,38x11,12 1991 8 8
8 2005 2011 4.415 4.307 99 4.208
14 Premium 21,32x12,39 1954 8
15.452 13.625 433 ,13.192
.Jumlah . „ ., ... . .-'. - •

2004 2010 7.385 7.250 264 6.986


7 M.Tanah 29,26x10,98 1974 8 8
2005 2011 2.494 2.426 79 2.347
10 M.Tanah 17,07x11,09 1979 8 8
2005 2011 2.496 2.453 79 2.374
11 M.Tanah 17,07x11,09 1979 8 8
12.375 12.129 422 11.707
Jumlah
8 2004 2010 11.820 11.821 256 11.565
9 M.Solar 34,16x12,79 2004 8
2004 2010 5.185 5.045 43 5.002
12 M.Solar 24,34x10,97 1961 8 8
8 2001 2007 3.126 3.126 95 3.031
13 M.Solar 19,31 x 10,97 1983 8
20.131 19.992 394 19.598
Jumlah
2008 506 488 24 464
M.Diesel 9,14 x 7,83 1975 8 8 2002
15
2004 2010 1.286 1.268 8 1.260
M.Diesel 12,18x11,14 2004 8 8
16
1.792 1.756 32 1.724
Jumlah
2004 2010 2.494 2.43S 122 2.317
4 M. Bakar 17,07x10,96 2004 8 8
8 2005 2011 2.522 2.49C) 12!1 2.367
17 M.Bakar 17,07x11,18 1975 8
5.01 ( i 4.92J) 24!i 4.684
Jumlah

Sumber: Teknik Instalasi Makassar

Keterangan: Saat penulisan Skripsi ini kondisi Tangki Timbun No.6 dalam keadaan rembes
dinding sebelah atas sehingga kapasitas aman berkurang.

36
3.1.3.3 Sarana dan Fasilitas Penyaluran
Kebutuhan pension BBM yang ten, meningka, dari tahun Ice tahun
berdampak kepada kondisi sarana dan ^ penyaIuranyang^^ ^
data keadaan siap pakai. Penyaluran di Instalasi Makassar dilakukan dengan 3
(**> -ra yaitu :(1) metelui dara, dengan menggunakan ala, transport jalur
Pipa, (2) melalui dara, denganmenggunakan ala. transportasi mobi, ^ da„ (3)
melalui laut dengan menggunakan alat transport to„ter/tongkang
Untuk mencapai sasaran kegiatan konsinyasi maupun penyaluran ke
konsumen secara ama„ dan lanoar, maka di Instalasi Makassar disediakan sarana
dan tasiUtas penyamran antara lain :dermaga, pipa penyahnut, pompa produk
dan titik pengisian (fillingpoint).
^ Dermaga

Penyaluran BBM melalui ,^/tongkang untuk produk Premium, Minyak


Tanah, Minyak Solar, Minyak Diesel (MDO), dan Minyak Bakar (MFO) untuk
konsinyasi ** loading maupun ^^ ^ ^ ^ ^^
dilaksanakan di cermaga II dengan data sebagai berikut :
• Tipe Dermaga T. HeadJetty
• Konstruksi
Beton Bertulang
• Ukuran PxL 15 x 5 m2

• Dioperasikan Tahun 1982

• Kapasitas Maksimum 6.500 DWT

• Kedalaman 9 meter

• Call Tanker
10-15 Kapal/bulan.

37
Pipa Penyaluran

Pipa penyaluran ini terbagi menjadi beberapa bagian yaitu:


. Tiga jalur pipa back loading untuk produk Premium, Kerosine dan Solar
yang masing-masing dengan pipa 0 8" dan dilengkapi dengan slang
karet (Rubber Hose) 0 6"
. Tiga jalur pipa Bunker Service di Dermaga II untuk produk M. Solar,
Minyak Diesel dan Minyak Bakar dengan pipa 0 6" dan dilengkapi
dengan slang karet (Rubber Hose) 0 3".
. Tiga jalur pipa Bunker Service di Dermaga Umum untuk produk Minyak
Solar, Minyak Diesel dan Minyak Bakar dengan pipa 0 3".
. Jalur pipa produk Minyak Solar dan Minyak Bakar untuk penyaluran ke
PLN dan PT. Berdikari Sari Utama c^ngan masing-masing pipa 0 6".
. Jalur pipa ke filling shed Adan Buntuk masing-masing produk Avtur,
Pertamax, Prenvum, Kerosine, M. Solar, M. Diesel dan M. Bakar.

> Pompa Produk


Salah satu faktor yang mempengaruhi kelancaran operasi penyaluran BBM
adalah tersedianya sarana dan fasilitas pengisian yang cukup mudah dioperasikan.
Untuk memperlancar kegiatan penyaluran di Instalasi Makassar disediakan sarana
dan fasilitas pompa produk dengan jumlah yang cukup. Pompa produk tersebut
dilindungi dengan rumah pompa yang memiliki konstruksi sebagai berikut:
• Ukuran PxLxT : 40mx5mx3m.
• Konstruksi Atap : Asbes Gelombang
Kerangka : Besi

38

KMIPWWIRVIK^*****>«.^WlMM^^^«'^'a^WiM«H^'»i•^w,^''"^* '
Lantai Keramik

Dibangun Tahun 1981 /1996

Sedangkan data pompa produk yang ada di Instalasi Makassar dapat dilihat

pada tabel 3.2 sebagai berikut:

Tabel 3.2 Data Pompa Produk

Jenis Jenis Kap Type Opr.


No Produk
Penggerak (GPM) Motor/Diesel Thn
Pompa
1 Centrifugal Elect. Vltr 500 Kerosine AKG160 7M02N 1989
2 Centrifugal Elect. Mtr 500 Kerosine AKG160 7 M02 N 1985

3 Centrifugal Diesel 1500 Kerosine TU-8-540 1989

4 Centrifugal Diesel 1500 Kerosine BF4L1011 F 2004

5 Centrifugal Elect. Mtr 750 Premium AKG160 7 M02 N 1988

6 Centrifugal Elect Mtr 500 Premium -AKG160 7 M02 N 1988


7 Centrifugal Elect. Mtr 1000 Premium INJ6 206-2 CA 2004

8 Centrifugal Diesel 1000 Premium TU- 30122 1989

9 Centrifugal Diesel 1000 Premium BF 4L101LF 2004

Centrifugal Elect. Mtr 500 Solar AKG160 7 M02 N 1988


-10
11 Centrifugal Elect. Mtr 1500 Solar AKG160 7 M02 N 1989

12 Centrifugal Elect. Mtr 5fJ0 Solar INAO 253-2Y90-2 2005

13 Centrifugal Elect. Mtr __ -~500 Solar INAO 253-2Y90-2 2005

14 Centrifugal Diesel 1500 Solar TU-8-540 1989


Centrifugal Elect. Mtr 500 Avtur AKG160 7 M02 N 1989
15
Centrifugal Elect. Mtr 500 Avtur AKG160 7M02N 1985
16
Centrifugal Diesel 500 Avtur TU-8-540 1994
17
Gear Diesel 1000 MFO F2110 1998
18
Gear Diesel 750 MFO F-6354 1988
19
500 MDF TU-8-540 1987
20 Centrifugal Diesel
Centrifugal Diesel 500 MDF LD 80745 1998
21
Centrifugal Elect. Mtr 1000 Pertauax BS 19992500 U 1985
22
Sumber bata: TeknikInstalasi Makassar

> Bangsal Pengisian, Meter Arus dan Lengan Pengisian


Bangsal Pengisian (Filling Shed) adalah tempat pelindung titik pengisian
BBM ke mobil tangki yang dilengkapi dengan Meter Arus dan Lengan Pengisian
(Loading Arm). Terdapat 2(dua) bangsal pengisian di Instalasi Makassar Adan B.
Jumlah titik pengisian (Filling Point) pada bangsal pengisian A dan B sebanyak

39

MMjHIiBBBIgiiHgabBSaSH*;*
19 buah (7 titik Premium, 1 titik Pertamax, 2 titik Avtur, 3 titik Kerosine, 4 titik

M.Solar, 1 titik M.Diesel (MDF) dan 1 titik M.Bakar (MFO)) yang masing-

masing dirangkai dengan Meter Arus sebagai pengukur kuantitas BBM yang

diserahkan, Strainer sebagai penyaring partikel padat, Air Separator sebagai

penyerap udara dalam minyak, flow governor untuk mengatur aliran dan lengan

pengisian.

Sedangkan jumlah meter arus yang ada di Instalasi Makassar dapat dilihat

pada tabel 3.3 antara lain :

Tabel 3.3 Data Meter Arus di Instalasi Makassar

Tahun
No Produk Kapasitas Type Nomor Seri Merk Lokasi
Pasang
1 Avtur 1140 ltr/m HBMY000264 XX.31985 Avery Hardoll 1988 Filling Shed A
2 Avtur 11401tr/m HBMY000264 XX.31977 Avery Hardoll 1986 Filling Shed A

3 Kerosine 80 m3/h AC. 26 CE. 675 SATAM 2004 Filling Shed A

4 Kerosine 80m3/h AC. 26 CE. 675 SATAM 2004 Filling Shed A

5 Kerosine 80m3/h AC. 26 CE. 675 SATAM 2004 Filling Shed A


6 Pertamax 1140 ltr/m A.000265/P XX.3069? Avery Hardoll 1983 Filling Shed A

7 MFO 204 DL/m A.000465/P XX.29668 Avery Hardoll 1986 Filling Shed A

8 Solar 1140 ltr/m ML2Y25211 XX.57496 Avery Hardoll 2003 Filling Shed B

9 Solar 1140 ltr/m ML2Y25211 XX.55128 Avery Hardoll 2000 Filling Shed B

10 Solar 204 DL/m ML2Y25311 XX.55129 Avery Hardoll 1983 Filling Shed B
11A Premium 1140 ltr/m ML2Y252C11 XX.57136 Avery Hardoll 2003 Filling Shed B

11B Premium 1140 ltr/m ML2Y252C11 XX.5713,5 Avery Hardoll 2003 Filling Shed B

12 Premium 113 DL/m A.000264/P XX.29972 1Avery Hardoll 1983 Filling Shed B

13 Premium 113 DL/m A.000264/P XX.50652 Avery Hardoll 1993 Filling Shed B

14 Premium 113 DL/m BM.00265/P XX30663 Avery Hardoll 1983 Filling Shed B
15 Premium 113 DL/m HBMY.26510P XX.50590 Avery Hardoll 1983 Filling Shed B
MDF 204 DL/m HBMY.66440 XX.29951 Avefy Hardoll 1993 Filling Shed A
17
Premium 113 DL/m HBMY26410P XX.51027 Avery Hardoll 1983 Filling Shed A
18
19 Solar 204 DL/m A.000465/P XX.27755 Avery Hardoll 1993 Filling Shed B

Premium 295 DL/m HBMYGKL21HI XX.57712 Avery Hardoll 2004 Loading


20
Kerosine 295 DL/m HBMYG KL21HI XX.57713 Avery Hardoll 2004 Loading
21
22 Solar 295 DL/m HBMYG KL21HI XX.57711 Avery Hardoll 2004 Loading

23 Solar 150m3/h 0788901-904 0602351806 SATAM 2004 Bunker

150m3/h 0788901-904 0602351790 SATAM 2004 Bunker


24 MFO
150 m3/h 0788901-904 0603355775 SATAM 2004 Bunker
25 MDF
Solar 204 DL/m HBMY000264 XX.28456 Avery Hardoll 1986 PLN
26
204 DL/m A.000464/P XX.29969 * Avery Hardoll 1993 PT. BERDIKARI
27 MDF
204 DL/m A.000464/P , XX.29666 Avery Hardoll 1983 PT. MAMIRI LINE
28 Solar
295 DL/m HBMY.66440 XX.40232 Avery Hardoll 1983 PT. MUSAMIN
29 MDF
295 DL/m HBMY.66440 XX.40402 Avery Hardoll 1994 PT. MAMIRI LINE
30 MFO
300 DL/m R.183-861 OVAL 2003 Bunker Pel.Umum
31 Solar
Sumber: Penyaluran Instalasi Makassar

40

wmnanmiwiiffBiii
3.1.4 Operasional Instalasi Makassar

Sesuai dengan fungsi dari Instalasi Makassar yaitu menerima, menimbun


untuk sementara waktu dan menyalurkan BBM ke depot-depot dan lembaga-
lembaga penyalur, maka kegiatan operasional Instalasi Makassar meliputi 3(tiga)
kegiatan yaitu:
.1
'•3
!• Operasi Penerimaan BBM
•"J

• Operasi Penimbunan BBM

• Operasi Penyaluran BBM

3.1.4.1 Operasi Penerimaan Bahan Bakar Minyak


Instalasi Makassar merupakan seafed depot, sehingga sistem pengadaan atau
pola suplai BBM sebagian besar menggunakan sarana transportasi laut yaitu
dengan tanker. Pada sistem transportasi BBM menggunakan tanker sangat riskan
! terjadinya losses, demurage dan kontaminasi. Oleh karena itu, pada operasi
penerimaan BBM melalui tanker memerlukan penanganan yang khusus agar dapat
menghindari terjadinya losses dan demurage yang berlebihan serta kemungkinan
terjadinya kontaminasi.

Kegiatan penerimaan BBM ini sangat tergantung pada program tanker.


'
Perencanaan program tanker harus ditangani secara cermat dan terpadu, karena
dalam kegiatan ini akan melibatkan beberapa unsur dari setiap Direktorat yang
terkait seperti Dir. Pengolahan, Dir. PKK dan Dir. PMS. Untuk itu program tanker
harus ditangani secara profesional, agar kedatangan tanker sesuai dengan jadwal
yang telah direncanakan dan disepakati bersama.

41

1*.
Kegiatan operasi penerimaan BBM di Instalasi Makassar dilaksanakan

melalui beberapatahapan kegiatan, antara lain :

Rencana kedatangan tanker.

Aktivitas pada saat tanker tiba.

Aktivitas sebelum pembongkaran BBM.

Aktivitas selama pembongkaran BBM.

Aktivitas selesai pembongkaran BBM.

> Rencana Kedatangan Tanker

Rencana kedatangan tanker ditandai dengan diterimanya nominasi tanker

atau berita langsung dari tanker (master cable). Sejak saat itulah kegiatan operasi

penerimaan BBM di Instalasi Makassar dimulai. Nominasi tanker antara lain

berisi tentang : nama kapal, jenis dan jumlah produk, pelabuhan asal dan

perkiraan tiba.

Jika nominasi tanker tersebut telah diterima, maka bagian penerimaan

Instalasi Makassar segera mengecek persediaan BBM dan ruang kosong (ullage)

pada tangki timbun yang tersedia. Selain itujuga mengatur persiapan penerimaan
sampai kedatangan tanker tersebut. Adapun persiapan penerimaan tanker
meliputi : persiapan dermaga dan fasilitasnya, jalur pipa pembongkaran, ruang
kosong tangki timbun yang cukup, peralatan pembantu, dan sumber daya
manusianya. Disamping itu, pihak PKK juga mempersiapkan diri dengan
menghubungi instansi terkait lebih dini antara lain : Petugas Kepanduan, Instansi
Kesyahbandaran (ADPEL), Instansi Pelabuhan (PERUM PELABUHAN), dan
sebagainya.

42

r'WjggBFiiWitiMPwsMi'mBWs
> Aktivitas pada saat Tanker Tiba
Pada saat tanker riba di area pelabuhan, petugas "tanker discharge"

(pembongkaran muatan tanker) "dalam hal ini petugas penerimaan dan


penimbunan (PP) mencatat waktu kedatangan tanker (ATA = Actual Time
Arrival) yang nantmya digunakan untrk perhitungan waktu sandar tanker (Lay
Time Used). Sedangkan petugas kepanduan segera memandu kapal untuk sandar
di dermaga khusus milik PT. Pertamina (Persero) hingga merapat padajetty head
dermaga.

Petugas darat (PP) juga mempersiapkan dokumen-dokumen penerimaan


yang diperlukan untuk dibawa ke atas tanker, meliputi : "Dry Certificate",
"Compartment Log Sheet', "Cargo Receipt', dan Syarat-syarat keamanan pada
"Tanker Discharge". Selain itu Petugas PP dapat membantu petugas tanker dalam
mengatur posisi tanker agar jarak antara manifold tanker dan manifold darat tidak
terlalu jauh sehingga tidak banyak menggunakan sambungan slang.

> Aktivitas Sebelum Pembongkaran BBM

Setelah kapal sandar di dermaga dengan baik, petugas operasi penerimaan


dan penimbunan (PP) dari PPP Instalasi Makassar bersama petugas operasi PKK
naik ke kapal untuk tugas yang berbeda. Petugas PP bertugas menerima serta
memeriksa kelengkapan dokumen muatan tanker (BBM) serta kompartemennya
dan memerikasa segel-segel manifold kapal, juga pada pipa discharge yang ada di
kapal, sedangkan petugas dari bagian PKK bertugas menyelesaikan surat-surat
kapal dan surat-surat awak kapalnya.

43

I<W'MW^WilWWi^wWl*8'M^^'f*,yJal'*^:
Selain itu, langkah-langkah yang perlu dilakukan sebelum pembongkaran

dilaksanakan antara lain:

• Jalur pipa dan tangki penerimaan harus sudah ditetapkan dalam jkondisi

siap untuk digunakan.


i

• Kabel pembumi harus terpasang baik di tanker dan darat.

• Pihak Instalasi menandatangani surat pemyataan kesediaan menerima

muatan (Notice ofReadiness).

• Pihak tanker menyerahkan 1 (satu) berkas dokumen muatan yang terdiri

dari : CQL (Certificate of Quantity Loaded), B/L (Bill of Lading),

Manifest, (SFAL) Compartment LogSheet After Loading, Certificate of

Quality, Letter ofProtest, Test Report dan ReleaseNote.

• Pihak tanker dan pihak darat bersama-sama melakukan pengukuran

tinggi minyak, air, temperatur dan density dengan cermat pada semua

kompartemen sekalipun muatan tanker tidak dibongkar seluruhnya. Dan

hasil perhitungan muatannya dicatat sebagai SFBD (Compartment Log

Sheet Before Discharge) yang akan dijadikan dasar perhitungan losses

pada pengangkutan (transport loss).

• Pengukuranyang sama dilakukanjuga pada tangki penerimaandi darat.

• Dilaksanakan pengambilan contoh untuk diadakan pemeriksaan visual

test maupun laboratorium.

• Kelonggaran slang harus tetap ada untuk menjaga terjadinya pergerakan

tanker akibat pasang surutnya air laut atau turunnya badan tanker karena

muatan berkurang.

44

pHB^aaaiffHsaBwwaBjrawiaw^i^^
• Diadakan pembicaraan dengan pihak tanker mengenai rencana

pembongkaran, besarnya tekanan pemompaan dan letak muatan.

> Aktivitas Selama Pembongkaran BBM

Setelah persiapan pembongkaran selesai dilaksanakan, dan hasil visual test


serta laboratorium menyatakan bahwa BBM status "on spec", maka proses

pembongkaran dapat dilaksanakan. Tetapi jika, hasilnya "offspec", maka proses


pembongkaran dapat tertunda sampai menunggu keputusan manajemen. Hal ini
dilakukan untuk mengurangi terjadinya losses ;Jribat penerimaan (suplai) BBM.

Selama proses pembongkaran berlangsung, hal-hal yang perlu dilaksanakan


adalah

Mengadakan pemeriksaan visual (warna, density, temperatur dan bau)


terhadap contoh (sample) yang diambil dari sample cock di dermaga
secara periodik, yaitu : pada jam pertama setiap 15 menit, pada jam
kedua setiap 30 menit, dan berikutnya setiap jam serta apabila ada
perpindahan kompartemen kapal.

Memeriksa tekanan pemompaan padapressure gauge.

Melakukan pengukuran isi tangki timbun penerimaan setiap jam.


Memeriksa kelonggaran slang dan jalur pipa penerimaan untuk
mengatasi bila slang renggang atau terdapat kebocoran pada jalur pipa,
Sehingga segera dapat dihentikan pemompaan.

Selalu mencatat kegiatan selama penerimaan di Discharge Record dan


Log Book (Laporan Kegiatan).

45
> Aktivitas Selesai Pembongkaran BBM
Setelah aktivitas pembongkaran selesai dilaksanakan, maka kegiatan
selanjutnya adalah settling time dan pengukuran hasil pembongkaran. Langkah-
langkah yang dilaksanakan setelah pembongkaran meliputi:

• Apabila muatan telah dibongkar habis :

- Pihak darat memeriksa seluruh kompartemen tanker, apakah benar-


benar telah kering dan pihak darat menanda tangani Dry Certificate.
- Apabila ada genangan minyak yang tidak dapat dipompa lagi, maka
diukur volumenya dan dikecualikan dalam Dry Certificate, lalu
dibuatkan B/L yang baru (New B/L) dan pihak kapal membuat
Ullage Report After Discharge.

- Pihak darat meminta "Tanlxr Time Sheet' kepada pihak kapal.


r

• Apabila ada muatan lanjutan (Split Cargo)

- Pihak darat dan kapal bersama-sama mengadakan pengukuran dan


perhitungan terhadap sisa muatan pada setiap kompartemen tanker.
- Pihak kapal membuat Ullage Report After Discharge dan pihak darat
membuat B/L yang baru (New B/L).

Setelah menghitung sisa muatan di kapal, lalu pihak darat dan kapal
bersama-sama mengadakan pengukuran dan perhitungan muatan yang telah
diterima di tangki darat. Angka penerimaan sementara segera diserahkan ke pihak
kapal untuk dibandingkan dengan angka perhitungan pihak kapal yaitu SFBD
(Compartment Log Sheet Before Discharge) sambil menunggu hasil settling time.

46

jfW^PPPfwpP^PpiP^I
Setelah settling time mencukupi (1-2 jam), maka dilakukan pengukuran
tangki darat dengan seksama. Hasil perhitungannya dibukukan sebagai A/R
(Actual Receipt). Selisih yang terjadi antara A/R dengan SFBD dibukukan sebagai
rugi/laba pembongkaran. Sedangkan selisih yang terjadi antara A/R dengan B/L
dibukukan sebagai rugi/laba penerimaan. Jika presentase rugi/laba yang terjadi
tidak melebihi toleransinya, maka pihak darat membuat dokumen Cargo Receipt,
Certificate ofQuantity Discharged dan Perincian selisih kurang/lebih penerimaan
BBM. Namun apabila hasil perhitungan tersebut terjadi selisih melebihi toleransi
yang diizinkan, maka pihak darat berhak menerbitkan Letter of Protest yang
ditujukan kepada pihak tanker sebagai claim atas kekurangan jumlah BBM yang
diterima oleh pihak darat.

3.1.4.2 Operasi Penimbunan Bahan Bakar Minyak


Operasi Penimbunan 6BM di Instalasi Makassar merupakan lanjutan dari
proses penerimaan BBM yang di terima dan ditampung pada tangki timbun sesuai
produknya. Kegiatan penimbunan sangat erat hubungannya dengan penerimaan.
Pembongkaran BBM dari tanker dapat dilakukan apabila terdapat ruang kosong
(Ullage) pada tangki timbun untuk menampungnya. Setelah kegiatan penerimaan
selesai baik administrasi maupun teknis'maka petugas dari penimbunan
menunggu proses pengendapan (settling time), selanjutnya dilakukan pengukuran
tinggi minyak, density/SG dan suhu di tangki timbun yang kemudian dilakukan
perhitungan rugi/laba penerimaan. Pengukuran masih dilakukan secara manual
walaupun sebagian besar tangki timbun sudah menggunakan ATG yang hanya
difungsikan sebagai pembanding, sehingga kurang efektifdan efisien.

47
Kegiatan operasi penimbunan BBM di Instalasi Makassar secara rutin
memperhatikan posisi stok BBM. Posisi stok dan ketahanan stok BBM setiap hari
dilaporkan ke kantor Unit Pemasaran VII Makassar sebagai dasar untuk proses
perencanaan program tanker untuk suplai BBM.
Pengukuran volume BBM dilakukan setiap hari dengan sistem sounding
pada tangki timbun pada saat sebelum penyaluran dan setelah selesai penyaluran,
yang secara administrasinya dituangkan dalam tank ticket dan product stock
calculation. Dari hasil perhitungan stok tersebut kita dapat mengetahui besarnya
ullage yang tersedia untuk perencanaan penerimaan. Jika pengukuran tangki
menggunakan ATG (Automatic Tank Gauging), setiap saat tanpa kita harus naik
ke atas tangki, sudah tahu berapa ullage yang tersedia dan sistem ini dapat di link
ke manajemen sehingga manajemen selalu dapat memonitor kondisi stok setiap
saat tanpa harus menunggu hasil pengukuran dari jura ukur.
Supaya proses penerimaan dan penyaluran selalu seimbang dan bisa berjalan
dengan lancar, maka perlu diadakan kajian atau perhitungan kebutuhan dan
kapasitas tangki timbun secara cermat serta memperhatikan untuk masa depan
dari segi kemampuan sarana dan fasilitas tangki timbun itu sendiri.
Jika dilihat dari kapasitas tangki timbuu yang ada saat ini (tabel 3.1) dan
supply BBM pada kondisi normal, maka Ketahanan Stok Tangki Timbun (KSTT)
di Instalasi Makassar dapat dihitung dengan formula sebagai berikut:
Safe Capasity - Dead Stock
^&1 Actual Thruput
Dengan demikian maka Ketahanan Stok Tangki Timbun (KSTT) di Instalasi
Makassar untuk masing produk PKS tahun 2006 dapat dihitung sebagai berikut:
48

KatsaTOssaGBrasB*^"*^
13.625KL-mKL
>
* Premium
premium — "—
\A\iKL =y tian

, 12.129*X-422£L
> M. Tanah= -— =16 Hari
729 KL

19.992 KL-394 KL
> M.Solar = • = 11 Hari
1.684 XL

Stok ideal Instalasi menurut ketentuan Pertamina adalah 2xRTD +3Hari.


Jika RTD rata-rata adalah 3 Hari, maka stok ideal Instalasi Makassar adalah 8
Hari. Dengan demikian kapasitas tangki yang ada saat ini masih dalam kategori
stok ideal, namun untuk tahun berikutnya tangki Premium perlu ditambah searah
dengan laju pertumbuhan jumlah kendaraan.

3.1.4.3 Operasi Penyaluran Bahan Bakar Minyak


Kegiatan Operasi Penyaluran merupakan ujung dari kegiatan suatu Depot/
mstalasi/T>PPU/Terminal Transit. Operasi Penyaluran BBM adalah suatu kegiatan
memindahkan / menyalurkan BBM kepada konsumen atau ke Depot/Instalasi/
DPPU/Terminal Transit lain sebagai konsinyasi. Untuk mencapai sasaran
penyaluran BBM kepada konsumen dengan tepat mutu, tepat jumlah, tepat waktu,
tepat tempat dan keselamatan terjamin, harus didukung dengan sistem pelayanan
yang baik yang ditunjang dengan sarana dan fasilitas yang memadai serta sumber
daya manusia yang terampil. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan yang baik
dan sesuai prosedur.

Penyaluran BBM di Instalasi Makassar dilaksanakan dengan menggunakan


sarana transportasi berupa:

49

iSBBBSBSBWWSWPWSS***^^
WWPSSSSlWSiaiWS
> Mobil Tangki

Penggunaan mobil tangki sebagai sarana transport penyaluran BBM seperti


minyak Tanah untuk Agen Minyak Tanah, sedangkan Premium dan Minyak
Solar untuk SPBU/SPBA dan Industri. Pengukuran volume penyerahan
dilakukan dengan berdasarkan pada posisi baut tera (eyk bout) karena meter
arus 6xfilling shed banyak yang sudah rusak. Hal ini diputuskan berdasarkan
kesepakatan antara PT.Pertamina (Persero), Dinas Metrologi bersama
Hiswana Migas untuk mengurangi losses yang terjadi difilling shed.

> Bridger

Bridger digunakan untuk penyaluran produk Avtur ke DPPU Hasanuddin.


Pengukuran volume penyerahan dilakukan dengan berdasarkan meter arus.

> Pipa

Penyaluran BBM melalui jalur pipa adalah untuk pelayanan Minyak Solar,
Minyak Diesel dan Minyak Bakar untuk PLN dan Bunker Service PT.
PELNI. Pengukuran volume penyerahan dilakukan dengan berdasarkan
meter arus.

> Tanker / Tongkang

Penyaluran BBM melalui sarana tanker untuk pemuatan kembali (Back


Loading) memenuhi kebutuhan di Depot lain untuk produk Premium,
Minyak Tanah dan Minyak Solar. Pengukuran volume penyerahan
dilakukan dengan berdasarkan sounding tangki. Sedangkan melalui
tongkang adalah untuk bunker service untuk produk M. Solar, Minyak

50
Diesel (MDF) dan Minyak Bakar (MFO) dan pengukuran volume
penyerahan dilakukan dengan berdasarkan meter arus.

Saat ini Pertamina mampu memenuhi kebutuhan BBM PKS (Premium,


Kerosine/M.Tanah, dan M.Solar) di Wilayah Kota Makassar dan sekitamya
dengan objektif thruput tahun 2006 adalah sebagai berikut:
• Premium : 515.342.716 Ltr/Tahun = 1.411.898 Ltr/Hari.

. M. Tanah : 266.052.462 Ltr/Tahun = 728.911 Ltr/Hari.

• M.Solar : 614.826.269Ltr/Tahun = 1.684.456Ltr/Hari.

Sedangkan untuk memperkirakan thruput (potensi pasar) BBM PKS tahun


2007 dapat dipergunakan data actual thruput selama 5 tahun sebelumnya dan
diperkirakan berdasarkan perhitungan Forecasting dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 3.4. Data Actual Thruput Th. 2002 s/d 2006 dan Perkiraan Th. 2007
Satuan Dalam Liter Obs'd
Actual Thruput Total
Produk Tahun Konsinyasi
Penjualan Own Use
14.975 146.561.445 436.883.220
2002 290.306.800
26.865 155.179.649 459.458.344
2003 304.251.830
J> 2004 337.154.110 68.155 185.302-942 522.525.207
* 345.085.460 59.748 199.659.346 544.804.554
«* 2005
45:610 180.945.206 515.342.716
2006 334.351.900
4.000 120.242.180 300.522.280
2002 180.276.100
3.000 122.695.000 306.858.600
2003 184.160.600
J> 400 133.466.567 317.340.567
2004 183.873.600
«? 171.541.000 50 120.074.917 291.615.967
2005
^* 108.201.162 266.052.462
2006 157.851.100 200
96.790 202.080.501 539.531.021
2002 337.353.730
282.351 213.747.881 530.722.787
2003 316.692.555
235.227.090 610.158.993
> 2004 374.474.130 457.773
234.723.484 650.421.040
2005 415.495.320 202.236
1.339.995 237.774.276 614.826.269
2006 375.711.998
Perkiraan Thruput Total
Produk Tahun Konsinyasi
Penjualan Own Use
71.316 207.503.883 568.482.368
Premium 2007 360.907.169
26 112.925.329 271.224.955
M. Tanah 2007 158.299.600
1.197.717 252.419.592 670.218.646
M. Solar 2007 416.601.337
Sumber : Penjualan Instalasi Makassar

51

v»ss*w*J3asw*>S3f>i*&w*i»r™*'
nggifeegEWSPSiSiSHHiSWn^SftPS
Dari hasil perkiraai pada tabel 3.4 tersebut, maka potensi pasar BBM PKS
di Wilayah Kota Makassar dan sekitamya untuk tahun 2007 adalah sebagai
berikut:

• Premium : 568.482.368 Ltr/Tahun = 1.557.486 Ltr/Hari.


• M. Tanah : 271.224.955 Ltr/Tahun = 743.082 Ltr/Hari.
• M. Solar : 670.218.646 Ltr/Tahun - 1.836.216 Ltr/Hari.

3.2 Data Losses BBM Instalasi Makassar

Data losses BBM Instalasi Makassar secara umum terbagi dalam dua bagian
besar yaitu Data Supply Loss dan Data Working Loss.

3.2.1 Data Supply Loss Bahan Bakar Minyak


Data Supply Loss (R4) terdiri dari Rl (Loading Loss), R2 (Transport Loss),
dan R3 (Discharge Loss). Pembagian ini dimaksudkan untuk mengetahui secara
mudah dimana penyebab losses yang terjadi pada sisi transportasi.

Untuk melihat bagaimana keberhasilan pengendalian losses yang telah


dilakukan di Instalasi Makassar, maka kita dapat meneliti losses yang terjadi pada
beberapa periode, misalnya periode dua tahun. Namun tentunya kita juga
membandingkan pemngkatan nilai supply yang dilaksanakan pada periode
tersebut. Data supply selama periode tahun 2005 dan 2006 dapat dilihat pada tabel
3.5, sedangkan data supply loss yang terjadi pada tahun 2005 dan 2006 dapat
dilihat pada tabel 3.6. dan tabel 3.7.

52
Tabel 3.5 Data Supply BBM PKS Periode Tahun2005 dan 2006
Dalam Barrel's At 60 T
PRODUK

PREMIUM KEROSINE M. SOLAR


BULAN
2006 2005 2006 2005 2006
2005
344.121,809 259.194,657 193.869,790 135.756,178 389.311,140 340.149,940
Januari
264.501,764 193.051,942 113.306,806 81.806,723 350.874,297 238.581,250
Februari
311.125,687 241.754,034 155.151,544 131.522,204 257.645,481 259.545,503
Maret
262.095,443 260.437,977 206.823,929 122.204,408 481.480,180 233.444,452
April
244.998,526 273.005,392 146.276,175 147.393,549 292.565,601 374.836,903
Mei
237.593,338 299.579,457 120.512,924 143.042,855 330.275,933 239.940,518
Juni
301.184,528 247.791,675 127.771,300 145.665,808 353.687,934 299.583,860
Juli
334.498,518 283.574,163 167.024,165 125.327,043 277.891,332 249.045,693
Agustus
242.406,796 152.687,578 137.243,173 420.315,531 357.240,981
September 273.374,588
296.712,438 298.367,638 167.281,960 182.148,865 362.502,792 425.194,530
October
274.379,780 241.150,446 141.221,746 144.965,800 293.427,400 370.920,098
Nopember
311.077,501 136.968,645 130.140,640 254.115,259 421.324,897
Desember 286.409,320
3.151.391,678 1.828.896,562 1.627.217,246 4.064.092,880 3.809.808,625
Total 3.430.995,739
262.615,973 152.408,047 135.601,437 338.674,407 317.484,052
Rata-rata 285.916,312
-201.670,316 -254.284,255
Selisih -279.<>04,061
-11,03% -6,26%
% selisih -8, 15%
Sumber; PenerimaanInstalasi Makassar

Tabel 3.6 DataSupply Loss BBM PKS Tahun 2005 dan 2006
DalamBarrel'sAt 60 'F
PRODUK
KEROSINE M. SOLAR
BULAN PREMIUM

2005 2006 2005 2006 2005 1 2006

-1.333,283 -1.121,710 -855,177 -1.069,197 -1.298,055


Januari -556,956
-1.774,425 -714,429 481,139 -990,920 -523,244
Februari -999,029
-972,119 -854,110 -358,650 -835,713 -318,969
Maret -2.299,233
-1.183,530 -745,312 -2.611,201 -1.301,307
April -1.044,469 -651,716
-388,277 -573,924 -796,044 -1.037^65 2.175,233
Mei -1.317,969
-501,637 -499,095 -1.036,711 -1.249,313 -556,501
Juni -1.656,9.99
-1.191,987 -1.409,964 -162,842 -1.272,780 -997,637
Juli -1.322,914
-863,478 -1.470,967 -524,625 -1.190,307 669,731
Agustus -1.659,796
-257,«76 -1.406,128- -360,762 -3.599,074 -229,7*5
September -1.354,570
-338,668 -752,159 -851,525 -867,744 -1.109,448
Oktober -1.180,637
-195,458 -1.640,627 -249,007 -321,206 359,630
Nopember -2.938,999
-504,942 -664,948 -549,738 -857,075 -372,110
Desember -530,797
-8.973,866 •12.291,591 -6.971,532 -15.901,895 -3.502,462
Total -16.862,368
-747,822 -1.024,299 -580,961 -1.325,158 -291,872
Rata-rata -1.405,197
7.888,502 5.320,059 12.399,433
Selisih
-43,28% -77 ,97%
% selisih -46,78%
Sumber: Penerimaan Instalasi Makassar

53
Tabel 3.7 Data % Supply LossBBM PKS Tahun 2005 dan 2006

Dalam Barrel's At 60 °F
PRODUK

BULAN PREMIUM KEROSINE M. SOLAR

2005 2006 2005 2006 2005 2006

Januari -0,15 -0,37 -0,40 -0,37 -0,21 -0,31


Februari -0,33 -0,69 -0,38 -0,51 -0,26 -0,22

Maret -0,49 -0,38 -0,52 -0,21 -0,27 -0,12


April -0,36 -0,21 -0,52 -0,42 -0,47 -0,54

Mei -0,54 -0,14 -0,27 -0,41 -0,32 0,58

Juni -0,60 -0,17 -0,33 -0,46 -0,32 -0,23

Juli -0,42 -0,37 -0,70 -0,09 -0,36 -0,33

Agustus -0,39 -0,27 . -0,66 -0,42 -0,29 0,23

September -0,42 -o.to -0,74 -0,26 -0,85 -0,06

Oktober -0,40 -0,09 -0,30 -0,33 -0,24 -0,23

Nopember -0,67 -0,07 -0,47 -0,14 -0,10 0,10

Desember -0,12 , -0,15 -0,29 -0,29 -0,30 -0,08

Total -0,40 -0,25 -0,46 -0,33 -0,34 -0,10

Rata-rata -0,40 -0,25 -0,46 -0,33 -0,34 -0,10

Selisih 0,15 0,13 0,24

% selisih -37,29% -29,17% •70,34%

Sumber: Penerimaan Instalasi Makassar

Data loading loss untuk masing-masing produk selama peiiode tahun 2005

dan 2006 dapat dilihat pada tabel 3.8, tabel 3.9. dantabel 3.10

Tabe? 3.8 DataLoading Loss BBM Pr fmium Tahun 2005 dan 2006

LOADING LOSS TH.200S LOADING LOSS TH. 2006


Bulan
SFAL DIFF % B/L SFAL DIFF %
B/L

366.83',213 515,262 0,14 355.889,535 355.598,850 -290,685 -0,08


Jan 366.323,951
301.395,177 -188,783 -0,06 259.017,764 258.453,625 -564,139 -0,22
Feb 301.584,060
467.048,931 -941,089 -0,20 256.291,798 255.920,463 -371,335 -0,14
Mar 467.990,020
287.891,127 -195,143 -0,07 308.082,350 308.073,977 -8,373 0,00
Apr 288.086,270
245.50<\953 -806,542 -0,33 273.393,669 273.139,947 -253,722 -0,09
Mei 246.316,495
274.620,892 -321,736 -0,12 300.081,094 299.596,804 484,290 -0,16
.lun 274.942,628
314.845,888 314.454,471 -391,417 -0,12 320.320,108 319.476,111 -843,997 -0,26
Jul

422.810,901 415,555 -0,10 316.897,115 316.518,021 -379,094 -0,12


Agt 423.226,456
322.557,350 -155,646 -0,05 266.769,893 266.658,770 -111,123 -0,04
Sep 322.712,996
297.559,489 -333,586 -0,11 360.218,499 359.787,175 431,324 -0,12
Okt 297.893,075
438.628,640 -134,720 -0,03 266.841,858 267.036,103 194,245 0,07
Nop 438.763,360
431.565,764 427,359 -0,10 336.008,614 335.810,866 -197,748 -0,06
Des 431.993,123
4.170.882,008 -3.796,314 -0,09 3.619.812,297 3.616.070,712 -3.741,585 -0,10
Total 4.174.678,322
Sumber: Penerimaan Instalasi Makassar

54
Tabel 3.9 Data Loading Loss BBM Kerosine Tahun 2005 dan 2006

LOADING LOSS TH. 2005 LOADING LOSS TH. 2006


Bulan
B/L SFAL DIFF % B/L SFAL DIFF %

Jan 280.946,181 280.440,631 -505,550 -0,18 230.086,230 229.804,800 -281,430 -0,12

Feb 187.302,348 187.284,460 -17,888 -0,01 95.024,119 95.010,712 -13,407 -0,01

Mar 165.648,948 165.193,383 455,565 •0,28 167.820,644 167.717,400 -103,244 -0,06

Apr 225.469,578 224.950,854 -518,724 -0,23 176.528,090 176.157,658 -370,432 -0,21

Mei 216.554,692 216.349,926 -204,766 -0,09 19,3.156,109 192.377,441 -778,668 -0,40

Jun 150.443,565 150.041,830 401,735 -0,27 223.977,957 222.758,600 -1.219,357 -0,54

Jul 200.226,230 199.107,726 -1.118,504 -0,56 191.513,068 191.356,912 -156,156 -0,08

Agt 223.048,252 222.693,636 -354,616 •0,16 125.851,668 125.266,703 -584,965 -0,46

Sep 190.528,069 189.585,117 -942,952 4,49 137.603,935 137.221,455 -382,480 -0,28

Okt 247.351,583 247.149,659 -201,924 -0,08 262.006,010 261.107,449 -898,561 -0,34

Nop 351.550,517 351.217,605 -332,912 -0,09 173.997,265 173.814,328 -182,937 -0,11

Des 228.341,579 228.019,278 -322,301 -0,14 187.861,422 187.581,932 -279,490 -0,15

Total 2.667.411,542 2.662.034,105 -5.377,437 -0,20 2.165.426,517 2.160.175,390 -5.251,127 4,24

Sumber: Penerimaan Instalasi Makassar

Tabel3.10 DataLoading Loss BBM M. SolarTahun 2005 dan 2006

LOADING LOSS TH. 2005 LOADING LOSS TH.2006


Bulan
B/L SFAL DIFF % B/L SFAL DIFF %

Jan 506.261,885 505.989,549 -272,336 -0,05 413.379,313 412.991,915 -387,398 4,09

375.060,911 374.581,818 479,093 -0,13 239.104,494 239.104,494 0,000 0,00


Feb

Mar 304.503,513 304.090,715 412,798 -0,14 259.864,472 259.961,886 97,414 0,04

560.694,402 559.380,648 -1.313,754 4,23 241.363,396 241.664,107 300,711 0,12


Apr

Mei 321.733,368 321.247,954 485,414 4,15 372.661,670 373.039,870 378,200 o.iol


394.993,027 394.620,138 -372,889 4,09 240.497,019 240.399,257 -97,762 4,04
Jun

354.960,714 354.674,213 -286,501 4,08 300.581,497 300.417,190 -164,307 4,05


Jul

409.373,319 409.171,795 -201,524 4,05 286.538,093 287.115,245 577,152 0,20


Agt
423.914,605 421.308,948 -2.605,657 -0,61 409.387,670 408.949,671 437,999 4,11
Sep
363.370,536 363.316,109 -54,427 4,01 ,474.905,153 474.182,962 -722,191 4,15
Okt

309.743,606 309.700,273 43333 4,01 370.560,468 370.751,092 190,624 0,05


Nop
283.538,112 285.159,527 -378,585 4,13 473.169,859 472.799,429 -370,430 4,08
Des

4.603.241,687 -6.906,311 4,15 4.082.013,104 4.081.377,118 -635,986 4,02


Total 4.610.147,998
Sumber: Penerimaan Instalasi Makassar

55

i|iBaiiffliis»^B»B^*,ii>•"a"'''——• i
jsqgjBjjqBJjjaajBgnaiHs^^
Data transport loss untuk masing-masing produk selama periode tahun 2005

dan 2006 dapat dilihat pada tabel 3.11, tabel 3.12. dan tabel 3.13

Tabel 3.11 Data TransportLoss BBM Premium Tahun 2005 dan 2006

TRANSPORT LOSS TH. 2005 TRANSPORT LOSS TH. 2006


Bulan
B/L SFAL SFBD DIFF % B/L SFAL SFBD DIFF %

Jan 366.323,951 366.839,213 366.540,544 -298,669 -0,08 355.889,535 355.598,850 355.208,763 -390,087 -0,11

Feb 301.584,060 301.395,277 30J.328.074 -67,203 -0,02 259.017,764 258.453,625 258.175,770 -277,855 -0,11

Mar 467.990,020 467.048,931 466.601,267 -447,664 •0,10 256.291,798 255.920,463 255.691,642 -228,821 -0,09

Apr 288.086,270 287.891,127 287.520,522 -370,605 -0,13 308.082,350 308.073,977 307.820,497 -253,480 -0,08

Mei 246.316,495 245.509,953 245,175,135 -334,818 -0,14 273.393,669 273.139,947 273.151,127 11,180 0,00

Jun 274.942,628 274.620,892 274.394,654 -226,238 -0,08 300.081,094 299.596,804 299.451,745 -145,059 -0,05

Jul 314.845,888 314.454,471 314.250,698 -203,773 -0,06 320.320,108 319.476,111 319.061,051 -415,060 -0,13

Agt 423.226,456 422.810,901 422.558,609 -252,292 -0,06 316.897,115 316.518,021 316.300,778 -217,243 -0,07

Sep 322.712,996 322.557,350 322.237,340 -320,010 -0,10 266.769,893 266.658,770 266.447,291 -211,479 -0,08

Okt 297.893,075 297.559,489 297.271,597 -287,892 A10 360.218,499 359.787,175 359.567,111 -220,064 -0,06

Nop 438.763,360 438.628,640 438.310,892 -317,748 -0,07 266.841,858 267.036,103 266.762,708 -273,395 -0,10

Des 431.993,123 431.565,764 431.086,214 -479,550 •0,11 336,008,614 335.810,866 335.630,177 -180,689 -0,05

Total 4.174.678,322 4.170.882,008 4.167.275,546 -3.606,462 -0,09 3.619.8U297 3.616.070,712 3.613.268,660 -2.802,052 -0,08

Sumber : Penerimaan Instalasi Makassar

Tabel 3.12 Data Transport Loss BBM Kerosine Tahun 2005 dan 2006

TRANSPORT LOSS TH.2005 TRANSPORT LOSS TH.2006


Bulan
B/L SFAL SFBD DIFF % B/L SFAL SFBD DIFF %

Jan 280.946,181 280.440,631 280.166,474 -274,157 -0,10 230.086,230 229.804,800 229.467,778 -337,022 -0,15

Feb 187.302,348 187.284,460 187.123,197 -161,263 -0,09 95.024,119 95.010,712 95.033,522 22,810 0,02

Mar 165.648,948 165.193,383 164.990,841 -202,542 -0,12 167.820,644 167.717,400 167.595,387 -122,013 -0,07

Apr 225.469,578 224.950,854 224.600,149 -350,705 -0,16 176.528,090 176.157,658 176.000,258 -157,400 -0,09

Mei 216.554,692 216.349,926 216.116,700 -233,226 -0,11 193.156,109 192.377,441 192.390,495 13,054 0,01

Jun 150.443,565 150.041,830 149.899,199 -142,631 -0,09 223.977,957 222.758,600 222.743,951 -14,649 -0,01

Jul 200.226,230 199.107,726 198.990,206 -117,520 -0,06 191.513,068 191.356,912 191.171,251 -185,661 -0,10

Agt 223.048,252 222.693,636 222.487,609 -206,027 -0,09 125.851,668 125.266,703 125.152,925 -113,778 -0,09

Sep 190.528,069 189.585,117 189.478,749 -106,368 -0,06 li7.603,935 137.221,455 137.087,189 -134,266 -0,10

Okt 247.351,583 247.149,659 247.079,901 -69,698 -0,03 262.006,010 261.107,449 260.974,927 -132,522 -0,05

Nop 351.550.517 351.217,605 50.984,484 -233,121 -0,07 173.997,265 173.814,328 173.694,203 -120,125 -0,07

Des 228.341,579 228.019,278 227.700,095 -319,183 -0,14 187.861,422 187,581,932 187.380,910 -201,022 -0,11

Total 2.667.411,542 2.662.034,105 2.659.617,664 -2.416,441 -0,09 2.165.426,517| 2.160.175,390 2.158.692,796 -1.482,594 -0,07

Sumber : Penerimaan Instalasi Makassar

56

qiiim'iririireTT**j™™*",*™',m''"'^—m"—^ HlWBgSWWaiqHWIIWIWW" **liMWMUM •**»"*+*"••


Tabel 3.13 Data Transport Loss BBM M.Solar Tahun 2005 dan 2006
TRANSPORT LOSS TH. 2005
Bulan TRANSPORT LOSS TH. 2006
B/L SFAL SFBD DIFF B/L SFAL SFBD DIFF
Jan 506.261,885 505.989,549 505.553,738 -435,811 -0,09 413.379,313 412.991,915 412.676,809 -315,106 -0,08
Feb 375.060,911 374.581,818 374.296,122 -285,696 239.104,494 239.104,494 238.953,378 -151,116 -0,06
Mar 304.503,513 304.090,715 303.701,855 -388,860 -0,13 259.864,472 259.961,886 259.798,231 -163,655 -0,06
Apr 560.694,402 559.380,648 558.555,665 -824,983 -0,15 241.363,396 241.664,107 241.555,763 -108,344 -0.04
Mei 321.733,368 321.247,954 321.050,679 -197,275 -0,06 372.661,670 373.039,870 372.999,475 -40,395 -0,01
Jun 394.993,027 394.620,138 394.515,397 -104,741 -0,03 240.497,019 240.399,257 240.225,703 -173,554 -0,07
M 354.960,714 354.674,213 354.382,881 -291,332 300.581,497 300.417,190 300.207,827 -209,363 -0,07
Agt 409.373,319 409.171,795 408.860,858 -310,937 -0,08 286.538,093 287.115,245 286.999,254 -115,991 -0,04
Sep 423.914,605 421.308,948 420.679,394 -629,554 -0,15 409.387,670 408.949,671 408.712,522 -237,149 -0,06
Okt 363.370,536 363.316,109 363.205,609 -110,500 -0,03 474.905,153 474.182,962 473.801,375 -381,587
Nop 309.743,606 309.700,273 309.676,527 -23.746 -0.01 370.560.468 370.751,092 370.511,359 -239,733
Des 285.538,112 285.159,527 284.979,188 -180,339 -0,06 473.169,859 472.799,429 472.589,112 -210,317 -0,04
| Total 4.610.147,998 4.603.241,687 4.599.457,913 -3.783,774 -0,08 4.082.013,104 4.081.377,118 4.079.030,808 -2.346,310 -0,06
Sumber: Penerimaan Instalasi Makassar

Data discharge loss untuk masing-masing produk selama periode tahun


2005 dan 2006 dapat dilihat pada tabel 3.14, tabel 3.15. dan tabel 3.16.

Tabel 3.14 Data Discharge Loss BBM Premium Tahun 2005 dan 2006
Bulan DISCHARGE LOSS TH. 2005
B/L SFBD A/R SFAD DIFF
Jan 366.323,931 366.340,544 344.121,809 21.645,186 -773,549 -0,21
Feb 301.584,060 301.328,074 264.501.764 36.083,267 -743,043 -0,25
Mar 467.990,020 466.601,267 311.125,687 154.565,100 -910,480 -0,19
Aftr 288.086,270 287.320,522 262.095,443 24.946,358 -478,721 -0,17
Mel 246.316,495 245.175.135 244.998,526 0,000 -176,609 -0,07
Jun 274.942.628 274.394,654 237.5931,338 35.692.291 -1.109,025 -0,40
Jul 314.845.888 314.250.698 301.184.528 12.338.446 -727,724 -0,23
Agt 423.226.436 422.558,609 334.498,518 87.068.142 -991,949 -0,23
Sep 322.712,996 322.237,340 273.374,588 47.983,838 -878,914 -0,27
Okt 297.893,075 297.271.597 296.712,438 0,000 -559,159 -0,19
Nop 438.763,360 438.310,892 274.379,780 161.444,581 -2.486,531 -0,57
Des 431.993,123 431.086,214 286.409,320 145.053.006 376,112 0,09
Total 4.174.678,322 4.167.275,546 3.430.995,739 726.820,215 -9.4S9.592 -0,23
Bulan DISCHARGE LOSS TH. 2006
B/L SFBD A/R SFAD DIFF
Jan 355.889,535 355.208,763 259.194,657 95.361,595 -652,511 -0,18
Feb 259.017,764 258.175,770 193,051,942 64.191,397 -932,431 -0,36
Mar 256,291,798 255.691,642 241.754,034 13.565,645 -371,963 -0,15
_Agr_ 308.082,350 307.820,497 260.437,977 46.992,657 -389,863 -0,13
Mei 273.393,669 273.151,127 273.005,392 0,000 -145,735 -0.05
Jun 300.081,094 299.451,745 299.579.4S7 0,000 127,712
Jul 320.320,108 319.061,051 247.791,675 71.336,446 67,070
Agt 316.897,115 316.300,778 283.574,1,63 32.459,474 -267,141 -0,08
Sep 266.769,893 266.447,291 242.406,796 24.105,221 64,726 0,02
Okt 360.218,499 359.567,111 298.367,638 61.512,193 312,720 0,09
N°P 266.841,858 266.762,708 241.150,446 25.495,954 -116,308 -0,04
Des 336.008,614 335.630,177 311.077,501 24.426,171 -126,505 -0,04
Total 3.619.812,297 3.613.268,660 3.151.391,678 459.446,753 -2.430,229 -0,07
Sumber: Penerimaan Instalasi Makassar

57

wmmmmm
Tabel 3.15 Data Discharge Loss BBM Kerosine Tahun 2005 dan 2006

DISCHARGE LOSS TH.2005


Bulan
B/L SFBD A/R SFAD DIFF %
Jan 280,946,181 280.166,474 193.869,790 85.954,681 -342,003 -0,12
Feb 187.302,348 187.123,197 113.306,806 73.281,113 -535,278 -0,29
Mar 165.648,948 164.990,841 155.151,544 9.643,294 -196,003 -0,12
Apr 225.469,578 224.600,149 206.823,929 17.462,119 -314,101 -0,14
Mei 216.554,692 216.116,700 146.276,175 69.704,593 -135,932 -0,06
Jun 150.443,565 149.899,199 120.512,924 29.431,546 45,271 0,03
Jul 200.226,230 198.990,206 127.771,300 71.044,966 -173,940 -0,09
Agt 223.048,252 222.487,609 167.024,165 54.553,120 -910,324 -0,41
Sep 190.528,069 189.478,749 152.687,578 36.434,363 -356,808 -0,19
Okt 247.351,583 247.079,961 167.281,960 79.317,464 -480,537 -0,19
Nop 349.934,651 349.368,618 141.221,746 207.072,278 -1.074,594 -0,31
Des 228.341,579 227.700,095 136.968,645 90.707,986 -23,464 -0,01
Total 2.665.795,676 2.658.001,798 1.828.896,562 824.607,523 4.497,713 -0,17
DISCHARGE LOSS TH. 2006
Bulan
B/L SFBD A/R SFAD DIFF %

Jan 230.086,230 229.467,778 135.756,178 93.474,875 -236,725 -0,10


Feb 95.024,119 95.033,522 81.806,723 12.736,257 -490,542 -0,52
Mar 167.820,644 167.595,387 131.522,204 35.939,790 -133,393 -0,08
Apr 176.528,090 176.000,258 122.204,408 53.578,370 -217,480 -0,12
Mei 193.156,109 192.390,495 147.393,549 44.966,516 -30,430 -0,02
Jun 223.977,957 222.743,951 143.042,855 79.898,391 197,295 0,09
Jul 191.513,068 191.171,251 145.665,808 45.684,418 178,975 0,09
Agt 125.851,668 125.152,925 125.327,043 0,000 174,118 0,14
Sep 137.603,935 137.087,189 137.243,173 0,000 155,984 . 0,11
Okt 262.006,010 260.974,927 182.148,865 79.005,620 179,558 0,07
Nop 173.997,265 173.694,203 144.965,800 28.782,458 54,055 0,03
Des 187.861,422 187.380,910 130.140,640 57.171,044 -69,226 -0,04
Total 2.165.426,517 2.158.692,796 1.627.217,246 531.237,739 -237,811 -0,01
Sumber: Penerimaan Instalasi Makassar

58

mmmmm. WSSPP!
Tabel 3.16 Data Discharge Loss BBM M.Solar Tahun 2005 dan 2006

DISCHARGE LOSS TH. 2005


Bulan
B/L SFBD A/R SFAD DIFF %

Jan 506.261,885 505.553,738 389.311,140 115.881,548 -361,050 -0,07


Feb 375.060,911 374.296,122 350.874,297 23.195,694 -226,131 -0,06
Mar 304.503,513 303.701,855 257.645,481 46.022,319 -34,055 -0,01
Apr 560.694,402 558.555,665 481.480,180 76.603,021 -472,464 -0,08
Mei 321.733,368 321.050,679 292.565,601 28.130,402 -354,676 -0,11
Jun 394.993,027 394.515,397 330.275,933 63.467,781 -771,683 -0,20
Jul 354.960,714 354.382,881 353.687,934 0,000 -694,947 -0,20
Agt ',09.373,319 408.860,858 277.891,332 130.291,680 -677,846 -0,17
Sep 423.914,605 420.679,394 420.315,531 0,000 -363,863 -0,09
Okt 363.370,536 363.205,609 362.502,792 0,000 -702,817 -0,19
Nop 309.743,606 309.676,527 293.427,400 15.995,000 -254,127 -0,08
Des 285.538,112 284.979,188 254.115,259 30.565,778 -298,151 -0,10
Total 4.610.147,998 4.599.457,913| 4.064.092,880 530.153,223 -5.211,810 -0,11
DISCHARGE LOSS TH. 2006
Bulan
B/L SFBD A/R SFAD DIFF %

Jan 413.379,313 412.676,809 340.149,940 71.931,318 -595,551 -0,14

Feb 239.104,494 238.953,378 238.581,250 0,000 -372,128 -0,16


Mar 259.864,472 259.798,231 259.545,503 0,000 -252,728 -0,10
Apr 241.363,396 241.555,763 233.444,452 6.617,637 -1.493,674 -0,62

Mei 372.661,670 372.999,475 374.836,903 0,000 1.837,428 0,49


Jun 240.497,019 240.225,703 239.940,518 0,000 -285,185 -0,12
Jul 300.581,497 300.207,827 299.583,860 0,000 -623,967 -0,21

Agt 286.538,093 286.999,254 249.045,693 38.162,131 208,570 0,07

Sep 409.387,670 408.712,522 357.240,981 51.916,904 445,363 0,11

Okt 474.905,153 473.801,375 425.194,530 48.601,175 -5,670 0,00

Nop 370.560,468 370.511,359 370.920,098 0,000 408,739 0,11

Des 473.169,859 472.589,112 421.324,897 51.472,852 208,637 0,04

Total 4.082.013,104 4.079.030,808 3.809.808,625 268.702,017 -520,166 -0,01


Sumber: Penerimaan Instalasi Makassar

3.2.2 Data Working Loss Bahan Bakar Minyak

Seperti halnya pada supply loss, keberhasilan pengendalian Working loss


yang telah dilakukan dapat kita lihat dengan membandingkan dua periode waktu

tertentu, yaitu dengan membandingkan peningkatan nilai penyaluran yang

59

mmwwm fPMMMIMP
dilaksanakan pada periode tersebut. Untuk penyaluran di Instalasi dilaksanakan

melalui dua jalur penyerahan yaitu : (1) penyaluran melalui laut yang dikenal

dengan istilah back loading untuk konsinyasi dan bunker untuk penjualan,

(2) penyaluran melalui darat yaitufilling sheddanpipe line untukpenjualan.

Data back loading selama periode tahun 2005 dan 2006 dapat dilihat pada

tabel 3.17, sedangkan data back loading loss yang terjadi pada tahun 2005 dan

2006 dapat dilihat padatabel 3.18. dantabel 3.19. Sedangkan data penjualan baik

melalui darat maupun laut digabung menjadi satu yaitu data thruput, terlihat pada
v

tabel 3.20 dan working loss 2005 dan 2006 terlihat pada tabel 3.21 dan 3.22.

Tabel 3.17 Data Back Loading BBM PKS Periode Tahun 2005 dan 2006

Dalam Barrel's At 60 °F
PRODUK

BULAN PREMIUM KEROSINE M. SOLAR

2005 2006 2005 2006 2005 2006

Januari 132.595,648 87.878,788 44.608,080 52.288,449 134.876,206 134.639,231


Februari 89.505,194 96.148,088 60.705,750 44.639,640 120.207,646 84.863,139
Maret. 115.209,922 66.947,320 85.656,840 50.761,746 120.160,952 125.359,667
April 100.157,349 84.123,287 74.081,596 39.247,179 154.088,479 65.817,618
Mei 88.803,631 89.361,691 58.368,811 35.732,098 79.401,919 116.805,867
Juni 93.333,459 107.852,087 49.570,661 70.743,898 119.813,733 119.295,638
Juli 100.398,015 81.796,947 43.065,495 48.487,110 113,397,990 106.826,732
Agustus 101.144,671 103.016,471 83.239,054 60.887,938 136.868,652 97.462,847
September 98.920,609 74.386,632 49.621,682 56.221,236 107.901,198 127.594,598
Oktober 100.404,597 90.449,395 72.987,091 62.184,578 130.164,695 168.103,171
Nopember 99.357,380 93.474,359 48.303,931 64.624,230 94.352,578 132.847,387

Desember 109.742,574 99.299,349 67.054,791 44.219,535 140.015,378 131.693,354


Total 1.229.573,049 1.074.734,414 737.263,782 630.037,637 1.451.249,426 1.411.309,249
Rata-rata 102.464,421 89.561,201 61.438,649 52.503,136 120.937,452 117.609,104
Selisih -154.8 38,635 -107.2 26,145 -39.9 10,177

% selisih -12,59% -14,54% -2/ 75%


Sumber: Penerimaan Instalasi Makassar

60

^hwstm^^*^miwf^imt*^^^^k'^^ R4tdW><lM**^4*AbMir*n
Tabel 3.18 Data Back Loading Loss BBM PKS Tahun 2005 dan2006
Dalam Barrel's At 60 °F
PRODUK
BULAN PREMIUM KEROSINE M. SOLAR
2005 2006 2005 2006 2005 2006
Januari -125,043 -108,641 2,839 -53,922 -476,080 -193362
Februari -78,219 -104,877 -63,729 -38,589 -842,816 -90,562
Maret -81,699 -60,391 -53,629 -45,420 -677,180 -154,312
April -96,804 -68,582 -70,447 -16,764 -193,443 -115,543
Mei -74,706 -119,009 -42,702 -20,157 -85,146 -155,273
Juni -83,571 -113,227 -80,764 -149,209 -170,424 -350,066
Juli -113,923 -80,085 -59,431 -24,426 -217,396 -229,590
Agustus -94,921 -257,410 -130,421 -51,756 -218,176 -105,085
Seplember -147,818 -54,172 -49,257 -67,167 -237,637 -80,365
Oktober -81,747 -31,051 9,544 -43,527 -86,569 -54,268
Nopember -25,856 6,254 -38,988 11,262 -63,961 -19,169
Desember 114,867 -49,841 -84,471 -26,374 -599,324 -75,309
Total -889,440 -1.041,032 -661,456 -526,049 -3.868,152 -1.622,904
Rata-rata -74,120| -86,753 -55,121 -43,837 -322,346 -135.242
Selisih -151,592 135,407 2.245,248
% selisih 17,04% -20,47% -58,04%

Tabel 3.19Data % Back Loading Loss BBMPKS Tahun 2005 dan 2006

Dal im Barrel's At 60 'F


PRODUK
BULAN PREMIUM KEROSINE M. SOLAR
2005 2006 2005 2006 2005 2006
Januari -0,09 -0,12 0,01 -0,10 -0,35 -0,14
Februari -0,09 -0,11 -0,10 -0,09 -0,70 -0,11
Maret -0,07 -0,09 -0,06 -0,09 -0,56 -0,12
April -0,10 -0,08 -0,10 -0,04 -0,13 -0,18
Mei -0,08 -0,13 -0,07 -0,06 -0,11 -0,13
Juni -0,09 -0,10 -0,16 -0,21 -0,14 -0,29
Juli -0,11 -0,10 -0,14 -0,05 -0,19 -0,21
Agustus -0,09 -0,25 -0,16 -0,09 -0,16 -0,1!
September -0,15 -0,07 -0,10 -0,12 -0,22 -0,06
Oktober -0,08 -0,03 0,01 -0,07 -0,07 -0,03
Nopember -0,03 -0,01 -0,08 0,02 -0,07 -0,01
Desember 0,10 -0,05 -0,13 -0,06 -0,43 -0,06
Total -0,07 -0,10 -0,09 -0,08 -0,26 -0,12
Rata-rata -0,07 -0,10 -0,0.9 -0,08 -0,26 -0,12
Selisih -o,02 0,01 0,14
% selisih 29,55% -11,11% -53,67%
Sumber: Penyaluran Instalasi Makassar

61
Tabel 3.20 Data Thruput BBM PKS Periode Tahun 2005 dan 2006

Dalam Liter Obs'd


,, PRODUK
BULAN PREMIUM KEROSINE M. SOLAR
2005 2006 2005 ' 2006 2005 2006
Januari 49.259.382 41.157.348 21.658.953 21.019.668 53.697.641 47.970.692
Februari 41.581.371 37.106.952 23.469.598 17.711.159 52.146.038 38.117.309
Maret 45.921.745 40.339.666 30.586.739 22.991.581 54.768.262 48.570.536
April 43.759.627 39.906.121 27.129.822 18,577.038 64.598.568 38.743.268
Mei 43.907.949 43.065.088 24.056.994 19.956.028 50.003.872 56.536.807
Juni 43.254.893 44.715.623 22.461.209 24.678.639 60.008.298 43.648.779
Juli 47.549.150 41.892.603 21.104.842 20.712.726 54.316.972 41.223.039
Agustus 48.279.444 45.609.738 28.326.024 23.326.731 54.615.977 47.487.053
September 50.104.083 41.902.958 '" 22.054.944 22.592.568 55.539.116 57.925.793
Oktober 41.044.597 49.756.310 26.313.063 30.081.073 55.617.328 72.466.017
Nopember 44.165.108 44.492.457 20.490.070 23.755.986 42.270.839 62.929.298
Desember 45.977.205 45.397.852 23.963.709 20.649.265 52.838.129 59.207.678
Total 544.804.554 515.342.716 291.615.967 266.052.462 650.421.040 614.826.269
Rata-rata 45.400.380 42.945.226 24.301.331 22.171.039 54.201.753 51.235.522
Selisih -29.4( 1.838 -25.563.505 -35.594.771
% selisih -5,4 1% -8,77% -5,47%
Sumber: Penerimaan Instalasi Makassar

Tabel 3.21 Data Working Loss BBM PKS Tahun 2005 dan 2006

Dalam Liter Obs'd


PRODUK
BULAN PREMIUM KEROSINE M. SOLAR
2005 2006 2005 2006 2005 2006
Januari,, -83.458 -58.998 -22.341 -10.335 -175.436 -190.339
Februari -66.900 -126.646 -21.535 -13.047 -294.552 167.319
Maret -121.103 -56.413 -42.540 -10.335 -392.663 -62.732
April -77.809 -33.674 -23.033 9.305 -136.695 -33.092
Mei -58.048 -40.663 -10.058 -65.645 -124.334 -95.136
Juni -81.706 -40.958 -12.928 -30.612 -201.382 -25.359
Juli -93.892 -114.080 -24.424 t -8.676 -188.874 -113.502
Agustus -77.909 -21.470 -24.323 19.486 -319.660 74.456
September -213.275 -28.183 -70.574 167 -97.828 -97.828
Oktober -79.855 -19.317 -9.378 7.466 -77.852 29.549

Nopember -63.375 -26.299 -18.170 6.530 -122.108 27.011


Desember -55.655 -21.815 5.169 5.286 -129.131 31.358
Total -1.072.985 -588.516 -274.135 -90.410 -2.260.515 -288.295

Rata-rata -89.415 -49.043 -22.845 -7.534 -188.376 -24.025


Selisih 484.469 183.725 1.972.220;
% selisih -45,15% -67,02% -87,25%
Sumber: Penerimaan Instalasi Makassar

62
Tabel 3.22 Data %Working Loss BBM PKS Tahun 2005 dan 2006
DalamLiter Obs'd

PRODUK
KEROSINE M. SOLAR
BULAN PREMIUM
2005 2006
2005 2006
2005 2006
-0,33 -0,40
-0,14 -0,10 -0,05
Januari -0,17 0,44
-0,07 -0,56
-0,34 -0,09
Februari 0,16 -0,13
-0,14 -0,04 -0,72
-0,26 -0,15
Maret -0,21 -0,09
-0,08 -0,08 0,05
April -0,18 -0,17
-0,33 -0,25
-0,09 -0,04
Mei
-0,13 -0,06
-0,12 -0,34
-0,09 -0,06
Juni -0,19 -0,28
-0,12 -0,04 -035
-0,20 -0,27
Juli -0,59 0,16
-0,05 -0,09 0,08
Agustus -0,16 -0,17
0,00 -0,18
-0,07 -0,32
September -0,43 0,04
0,02' -0,14
-0,04 -0,04
Oktober -0,19 0,04
0,02 -0,29
-0,14 -0,05 -0,09
Nopember -0,24 0,05
0,02 0,02
-0,12 -0,05
Desember -0,35 -0,05
-0,10 -0,04
-0,17 -0,12
Total -0,35 -0,05
-0,10 -0,04
-0,17 -0,12
Rata-rata 0,30
0,06
Selisih 0,05
-86,42%
-60,00%
% selisih -29,35%
Sumber: Penyaluran Instalasi Makassar

3.3 Analisis Pengendalian Losses BBM PKS di Instalasi Makassar


Untuk menganalisis pengendalian lasses BBM, kita gunakan peta kontrol
pengendalian berdasarkan tolerable losses yang ditetapkan perusahaan. Analisis
pengendalian bertujuan untuk mengetahui apakah losses yang terjadi masih dalam
batas-batas tolerable losses atau tidak. Jika masih masuk dalam batas-batas, maka
dianggap wajar dan tetap dilakukan perbaikar secara berkesinambungan. Tetapi
jika tidak, maka dicari penyebab apa dan solusinya bagaimana.
Sebagai dasar untuk analisis pengendalian losses adalah Tolerable losses
untuk supply loss tanker seperti terlihat pada tabel 2.3 yaitu :
• Loading Losses m = ±^0%
• Transport Losses (R2) = ±0,2^%

63

W*&&
. Discharge Losses (R3) - ±°>30%
. Supply Losses (R4) = ±°>50%
[endalian WorkingLosses adalah ±0.20%.
Sedangkan untuk analisis pengi
losses yang terjadi di Instalasi
Berikut peta kontrol dari masing-masing
Makassar sesuai data tabel 3.5 s/d 3.22.
331 Analisis Pengendalian Supply Loss Tanker
" u^menganalisiskeberhasilan.ngenda^
, r nm Transport Loss (R2), maupun Discharge
Supply Loss (R4), Loading Loss (Rl), Transport
Loss(R3).

3.3.1.1 Analisis Pengendalian Supply Lossses (R4)


Premium

Gambar 3
j Pet. Kou.ro. Supply Loss/Gaiu Premium 2005 &2006

64
Kerosine

0,60

0,40

£ 0,20 -
e
2 o,oo -I (

e>
T)
Jan Feb Mai
5 -0,20 • —^i_J^L_i?_ A. A# Sep I jtf^
Okt Des
| -0,40-
-0,60 -
-t^*5: • V ** **~7•^-X £- X
-0,80 J-
Bulan

-♦-2005 -*_2006 -^iKA^^liii-

Gambar 3.2 Peta Kontrol Supply Loss/Gain Kerosine 2005 &2006


M. Solar

0,80
1 ——.——
0,60
_

e °'40
' — —

a °'20-
•2 0,00 -,
/ ' \ r ' "T" t^^v
2 -0,20 •
•1 -0,40-
50 -OfiO x * * "" "TF— »* X V iA
+-* X X
-0,80 - .

-1,00 - nn*-"™™™™"".™«.™™r™,n™nnBn^^^

Bulan

-♦—2005 -«-2006 BKA -H-BKB


— .—.—

Gambar 3.3 Peta Kontrol Supply Loss/Gain M. Solar 2005 &2006


Setelah memperhatikan peta kontrol pada gambar 3.1, 3.2, 3.3 dan
perbandingan dari kedua tahun tersebut diperoleh bahwa, dari masing masing

65
supply loss yang terjadi rata-rata dalam pengendalian. Namun masih terdapat
beberapa bulan tertentu yang berada diluar batas pengendalian. Sedangkan jika
dilihat dari data supply (Tabel 3.5) untuk masing-masing produk mengalami
penurunan yaitu:
- Premium turun 8,15% (dari 3.430.995,739 bbl. ke 3.151.391,678 bbl.),
- Kerosine turun 11,03%(dari 1.828.896,562 bbl. ke 1.627.217,246 bbl), dan
- M. Solar turun 6,26% (dari 4.064.092,880 bbl. ke 3.809.808,625 bbl),
Demikianjuga losses yang terjadi menurun dengan signifikan seperti terlihat
pada tabel 3.6 yaitu:
• Premium turun 46,78% (dari -16.862,368 bbl ke -8.973,866 bbl),
- Kerosine turun 43,28% (dari -12.291,591 bbl ke -6.971,532 bbl), dan
- M. Solar turun 77,97% (dari -15.901,895 bbl ke -3.502,462 bbl).

Dalam bentuk persentase losses yang terjadi juga menurun yaitu:


- Premium turun 37,29% (dari -0.40% ke -0,25%),
. Kerosine turun 29,17% (dari -0,46% ke -0,33%), dan
. M. Solar turun 70,34% (dari -0,34% ke -0,10%).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penekanan angka Supply loss di


instalasi Makassar telah berhasil dengan baik. Namun masih ada beberapa bulan
yang melebihi batas pengendalian. Untuk menyeUdiki lebih jauh kita dapat
tnelihat losses dari masing-masing sektor Rl (Loading Loss), R2 (Transport
Loss), dan R3 (Discharge Loss) seperti berikut ini.

66

MjjpgHWtiB'gi'i"''^ra™^lii'*,Mwa''wiwWi
3.3.1.2 Analisis Pengendalian Loading Losses (Rl)

• Premiiurn

0,40

0,30 ™

'
^ 0,20 -
A
| 0,10.
1 0,00 - -At- < m^ i s\.
•55 -0,10 - JiP m± MarArN#i Jun m AgL,•"^NwOkl^ ''Non"'—nlro

# -0,20 -
\ \<*//' \ ^^^2—"^—-HP^ -**tf*—~i—a*A-
-0,30 - —k x
—K X— * - * -
-0,40 -
, 1

Bulan

—♦—2005 -«_2006 —— BKA —


*E53 J
Gambar 3.4 Prta Knnfi-nl T noiliiiiv T „„,./a-i_! r. ..

Kerosine

Gambar 3.5 Peta Kontrol Loading Loss/Gain Kerosine 2005 &2006

67

r"""1"F"T nnr T<r-i»jBMmmuBinii


M. Solar

0,40

Bulan

-2005 —a—2006 ——BKA X BKB

Gambar 3.6 Peta Kontrol Loading Loss/Gain M. Solar 2005 & 2006

Dari gambar 3.4 terlihat bahwa loading losses Premium yang terjadi pada

tahun 2005 terdapat losses yang melebihi batas kontrol yaitu pada bulan bulan

Mei, sedangkan pada tahun 2006, semua data masuk dalam batas kontrol namun

pada bulan Juli sudah mendekati batas kontrol bawah yang kemungkinan terdapat
beberapa shipment yang mengalami losses diluar batas kontrol, dan dari peta
kontrol tersebut terlihat bahwa selisih loading cenderung ke arah losses. Dari

gambar 3.5 terlihat bahwa selisih loading Kerosine yang terjadi masih banyak
yang berada diluar batas kontrol baik pada tahun 2005 maupun 2006, Sedangkan
dari gambar 3.6 terlihat bahwa pada tahun 2005, selisih loading M. Solar yang

terjadi cenderung losses, sedangkan pada tahun 2006, cenderung gain.

Jika dilihat dari data pada Tabel 3.8, Tabel 3.9, dan Tabel 3.10, baik untuk

loading loss Premium, Kerosine, maupun M.solar terlihat sangat terkendali,


namun masih terdapat beberapa bulan terjadi losses diatas batas toleransi

pengendalian loading loss yaitu +0,30%. Dan jika dibandingkan dari persentase

68

fSaHEmSJ^jRffiNMBSiHHMlltHi- SMBMMBSwawaflgMB^i^i^flftfta
losses tahun 2005 dengan 2006 terjadi kenaikan pada loading loss untuk produk
Premium dan Kerosine. Untuk meningkatkan pengendalian losses ini perlu
dilakukan pengukuran yang lebih teliti dengan metode standar.

3.3.1.3 Analisis Pengendalian Transport Lossses (R2)

• Premium

2005 —m— 2006 BKA —*— BKB

Gambar 3.7 Peta Kontrol Transport Loss/Gain Premium 2005 &2006

Kerosine

Gambar 3.8 Peta Kontrol Transport Loss/Gain Kerosine 2005 &2006

69

^liBWWiiiiaMjwasgcwwmwF*'1
• M. Solar

Bulan

-m—2005 -2006 —-—BKA -BKB

Gambar3.9Peta Kontrol Transport Loss/Gain M. Solar 2005 & 2006

Dilihat dari gambar 3.7, 3.8, 3.9 dan dari data pada Tabel 3.11, Tabel 3.12,
dan Tabel 3.13, baik untuk transport loss Premium, Kerosine, maupun M.solar
terlihat sangat terkendali karena semua masuk dalam batas pengendahan toleransi
transport loss yaitu ±0,20%. Namun selisih transport ini semua cenderung losses.

3.3.1.4 Analisis Pengendalian Discharge Lossses (R3)

• Premium

Bulan

.20Q5 —»—2006 ——BKA —*— BKB [

Gambar 3.10 Peta Kontrol Discharge Loss/Gain Premium 2005 & 2006

70

mmsmsm
• Kerosine

Bulan

•2QQ5 -•—2006 ——BKA -M-BKB j

Gambar 3.11 Peta Kontrol Discharge Loss/Gain Kerosine 2005 &2006

M. Solar

Gambar 3.12 Peta Kontrol Discharge Loss/Gain M. Solar 2005 &2006

Dilihat dari peta kontrol pada gambar 3.10, 3.11, dan 3.12 diketahui bahwa
terjadi penurunan losses yang signifikan untuk semua produk, namun masih

71
terdapat losses yang diluar batas pengendahan pada masing-masing produk.
Sedangkan jika dilihat dari data pada Tabel 3.14, Tabel 3.15, dan Tabel 3.16, baik
untuk discharge loss Premium, Kerosine, maupun M. Solar secara global terlihat
bahwa terjadi penurunan yang sangat significant yaitu:
- Premium turun 74,31% (dari -9.459,592 bbl. ke -2.430,229 bbl.),

• Kerosine turun 94,71% (dari -4.497,713 bbl. ke -237.811 bbl), dan


• M. Solar turun 90,02% (dari -5.211,811 bbl. ke -520,166 bbl),

dan presentase losses yang terjadi menurun drastis yaitu:


• Premium turun69,57%(dari-0.23% ke -0,07%),

- Kerosine turun94,12%(dari-0,17% ke -0,01%), dan

• M. Solarturun90,91% (dari-0,11% ke -0,01%).

Sehingga dapat dikatakan bahwa penekanan losses pada proses penerimaan


(R3) di Instalasi Makassar telah berhasil dengan baik. Namun masih terdapat
beberapa bulan pada masing-masing produk yang menunjukkan sehsih discharge
diluar batas pengendalian toleransi yaitu ±0,30%. Dengan demikian masih perlu
adanya perhatian pada sistem pengukuran yang standar dengan tingkat ketelitian
yang tinggi serta perlunya kerjasama yang baik antara pihak darat dengan pihak
tanker pada saat sebelum proses pembongkaran sampai selesai penerimaan.

3.3.1.5 Analisis Korelasi Antara R1,R2,R3 dengan R4

Untuk mengetahui korelasi antara Rl, R2, R3 dengan R4, maka kita buat
peta kontrol gabungan diantara mereka untuk masing-masing produk dan masing-
masing tahun dengan hasil sebagai berikut:
1

72
Premium Tahun 2005

0.60

0.40

3S 0.20
a
JS 0.00
i M"-—3%"""^^^"
xs -0.20

% ~0M
-0.60

-0.80

Bulan

-Rl .R2 -*-R3 -*~R4 BKA BKB

Gambar 3.13 Pete Kontrol Korelasi Antara Rl, R2, R3, R4 Premium 2005

Premium Tahun 2006

0.60 i

0.40 -

^ 0.20
a j, ^ —-* . . . ...Aa* ,— . .*m^ i —. 'i>*C •—^T1^- j. 1
5 o.oo - —r— —i __L^j
•3
XI -0.20
Zf^l&^toB ~~^rzJ^ s*&p ctS "Sip^Ss
j| -0.40 -
-0.60 -
^v^-^-^^-^^"^
-0.80 -

Bulan

-♦-Rl -*..R2 _^_R3 _h-R4 BKA —BKB

Gambar 3.14 Pete Kontrol Korelasi Antara Rl, R2, R3, R4Premium 2006

Setelah melihat tampilan gambar 3.13 dan 3.14 diperoleh bahwa untuk tahun
2005 dan 2006, produk premium yang paling berpengaruh terhadap baik tidaknya
R4 adalah Rl dan R3. sedangkan Rl berbanding terbalik dengan R3.

73
Kerosine Tahun 2005

R2 -*r-R3 -X-R4 BKA —BKB

Gambar 3.15 Peta Kontrol Korelasi Antara Rl, R2, R3, R4 Kerosine 2005

Kerosine Tahun 2006

0.60 -r

0.40 -

g 0.20 -
_ ^t *"" ZM^amy^--—— -
% 0.00
J= Feb JSa^r^p'^ Mei Jun y™v -""-"bkt ykt==:^$s
•S -0.20 - ^x
VX
-0.40 X>^\ /' x-— **=s~~-^/
-0.60
Bulan

♦ .Rl -«—R2 -*-R3 -*— R4 -—BKA —BKB

Gambar 3.16 Pete Kontrol Korelasi Antara Rl, R2, R3, R4 Kerosine 2006

Setelah melihat tampilan gambar 3.15 dan 3.16 diperoleh bahwa untuk tahun
2005 dan 2006, produk Kerosine yang paling berpengaruh terhadap baik tidaknya
R4 adalah Rl dan R3, sedangkan Rl akan sangat mempengaruhi R3.

74
M. Solar Tahun 2005

Bulan

-Rl .R2 _*-R3 -*-R4 —BKA BKB

Gambar 3.17 Pete Kontrol Korelasi Antara Rl, R2, R3, R4M. Solar 2005

M. Solar Tahun 2006

Gambar 3.18 Pete Kontrol Korelasi Antera Rl, R2, R3, R4M. Solar 2006

Setelah melihat tampilan gambar 3.17 dan 3.18 diperoleh bahwa untuk tahun
2005 dan 2006, produk M. Solar yang paling berpengaruh terhadap baik tidaknya
R4 adalah Rl dan R3. sedangkan Rl tidak mempengaruhi R3.

75
3.3.2 Analisis Pengendalian WorkingLossses

Untuk menganalisis pengendahan Working Losses adalah dengan melihat

pada working losses ex Back Loading dan working losses pada thruput penjualan

darat dan laut.

3.3.2.1 Analisis Pengendalian Working Lossses ex BackLoading

• Premium

0 ,25
0 ,20
o ,15
5? ° ,10
| o ,05
0 ,00
3 -0 ,05
-o ,10
-o, ,15
-o, .20 -* X H »« X »« •X »« H »«-
-o. ,25
-0. ,30

Bulan

-• 2005 -2006 -BKA —X—BKB

Gambar 3.19 Peta Kontrol Back Loading Loss/Gain Premium 2005 & 2006

♦ Kerosine

0,25
0,20
0,15
# 0,10
J 0,05
1 0,00
f ~°'05
* -0,10
-0,15
-0,20
-0,25
Bulan

-200S —• 2006 — BKA —9«—BKB

Gambar 3.20 Pete Kontrol Back Loading Loss/Gain Kerosine 2005 & 2006

76

wf» jjjMs^aagww^'aawBiWsw^aiiiBE^ ar' «-j~jvr*?,


♦ M. Solar

Gambar 3.21 Pete Kontrol Back Loading Loss/Gain M. Solar 2005 & 2006

Setelah melihat perbandingan dari kedua tahun tersebut pada gambar 3.19,

3.20, dan 3.21 masih terdapat losses yang melebihi batas pengendahan sehingga

perlu mendapat perhatian. Dan jika dilihat pada tabel 3.17, 3.18 dan 3.19

diperoleh bahwa dari data penyaluran (back loading) untuk masing-masing

produk mengalami penurunan yaitu:

• Premium turun 12,59% (dari 1.229.573,049 bbl. ke 1.074.734,414 bbl.),

• Kerosine turun 14,54% (dari 737.263,782 bbl. ke 630.037,637 bbl.), dan

- M. Solarturun 2,75%(dari 1.451.249,426 bbl ke 1.411.309,249 bbl.),

tetapi presentase losses yang terjadi pada:

• Premium justru meningkat yaitu 29,55% (dari -0,07% ke -0,10%),

• M. Tanah hanya turun 11,11% (dari -0,09% ke -0,08%), dan

• M. Solar turun 53,67% (dari -0,26% ke -0,12%).

77

WWHH——WIP HUPP
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengendalian Working loss di
Instalasi Makassar belum sepenuhnya berhasil dari sisi back loading (baru pada

produk M.Solar bisaberhasil).

3.3.2.2 Analisis Pengendalian Working Lossses ex Penjualan

• Premium

0,30

0,20

0,10

0,00

-0,10

-0,20

-0,30

-0,40

-0,50
Bulan

-♦—2005 .2006 —BKA —X— BKB

Gambar 3.22 Pete Kontrol Working Loss/Gain Premium 2005 & 2006

• Kerosine

Gambar 3.24 Peta Kontrol Working Loss/Gain Kerosine 2005& 2006

78

wk«»s^ksiiiH4!mi!»^sm!9atm9ii>i^psgiKfi. ffi«fiwa.-*«ai,.^ru<'*-#' .- ~-\


p^«gja«a«aiSM8iH^»BWiawHWBaaiwiB
• M. Solar

0,60

0,40
0s-
0,20

2 o,oo
•1 -0,20
«5 -0,40
-0,60

-0,80

Bulan

•2005 -2006 -BKA —X— BKB

Gambar 3.25 Pete Kontrol Working Loss/Gain M. Solar 2005 & 2006

Dilihat dari gambar 3.22,3.23 dan 3.24, pengendalianlosses yang dilakukan

berhasil menurunkan losses walaupun masih terdapat beberapa bulan yang diluar

batas pengendahan. Dan jika dilihat dari Tabel 3.20, Tabel 3.21 dan Tabel 3.22

diperoleh bahwa, dari data penyaluran untuk masing-masing produk mengalami

penurunan yaitu:

- Premium turun 5,41% (dari 544.804.554 KL ke 515.342.716 KL),

• Kerosine turun 8,77% (dari 291.615.967 KL ke 266.052.462 KL), dan

» M. Solar turun 5,47% (dari 650.421.040 KL ke 614.826.269 KL),

dan losses yang terjadi pada awal 2006 untuk produk Pemium dan M. Solar masih

tinggi namun pada akhirnyajuga turun drastis yaitu :

• Premium turun 29,35% (dari -0,17% ke -0,12%),

• Kerosine turun 60,00% (dari -0,10% ke -0,04%), dan

- M. Solar turun 86,42% (dari -0,35% ke -0,05%)..

79
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengendalian Working loss di

Instalasi Makassrr mulai berhasil dari sisi penjualan baik darat dan laut.

3.4 Faktor-faktor Penyebab Losses

Faktor-faktor penyebab losses yang terjadi di Instalasi Makassar dapat

dilihat dari dua sumber losses yaitu accountable losses dan unaccountable losses.

3.4.1 Accountable Losses

♦ Penguapan.

♦ Tumpahan (minyak tercecer).

♦ Pengambilan contoh.

♦ Penurasan pada saat penerimaan karena didorong dengan air.

♦ Pencurian.
i

3.4.2 Unaccountable Losses

♦ Kesalahan pengukuran minyak, suhu, dan density.

♦ Ketidakseragaman peralatanantara pihak darat dengan tanker.

3.5 Upaya-upaya Pengendalian Losses

Beberapa upaya pengendalian losses yang telah dilaksanakan maupun yang

akan dilaksanakan dapat dilakukananalisis sebagaiberikut:

3.5.1 Upaya-upaya Pengendalian Losses Yang Telah Dilaksanakan

Pengendalian losses di Instalasi Makassar telah dilaksanakan dengan

mengupayakan penuranan losses sampai target yang diinginkan. Hal-hal yang

telah dilaksanakan dalam pelaksanaan pengendalianlosses antara lain:

5
80

wmmmmmm,
1. Membentik team losses untuk selalu memantau terjadinya losses setiap hari.

2. Mencari penyebab terjadinya losses baik pada sisi supply loss maupun

workingloss.

3. Melaksanakan prosedur operasi secara baik dan benar.

4. Mengadakan kesepakatan dengan Hiswana Migas dan Dinas Metrologi

tentang standar ukuran yang dipakai transaksi mobil tangki. (Berdasarkan

Eyk Bout).

5. Mensosialisasikan perlunya dukungan semuapekerjauntuk selalu komitmen

dalam mengawasi indikasi-indikasi terjadinya losses, terutama ditekankan

pada gate keeper yang secara langsung bertanggung jawab atas losses

penyaluran mobil tangki.

6. Merubah sistem pengisian Premium dari sistem Top Loader (Loading Arm)

menjadi Bottom Loader.

7. Menstandarkanperalatan pengisian(Meter Arus) yang ada.

3.5.2 Upaya-upaya Pengendalian Losses Yang Diharapkan

Untuk memperkecil atau meminimalisasi losses yang terjadi, perlu adanya


i

upaya-upaya pengendalian sebagai berikut:

1. Membekali SDMyangterkait minimal dengan kursus AMK.

2. Menempatkan para pengawas yang ahli menangani losses pada tempat-

tempat rawan terjadinya losses.

3. Memberikan reward yang nyata atas keberhasilan penekanan losses.

4. Merubah pola penerimaan BBM dari tanker dengan sistem baru seperti

tertera pada gambar berikut:

81
Prosedur Penerimaan BBM yang Berlaku di Pertamina Saat Ini

DITOLERANSI MAX DITOLERANSI MAX.

MANUAL 0.5% MANUAL0.5%


PENGENDALIAN 0.3% PENGENDALIAN 0.3%
DITOLERANSI MAX.
R1 0.2% R3
R2 DISCHARGING LOSS
LOADING LOSS
TRANSPORTATION PENERIMA
LOSS
PENGIRIM .

SFBD ACTUAL
BILL OF SFAL
RECEIPT
LADING
(A/R)
(B/L)
R4
SUPPLY
LOSS
DITOLERANSI MAX
0.5%

Gambar 3.26 Proses Serah Terima Minyak di Pertamina


yang Berlaku Saat Ini

Prosedur Penerimaan BBM yang Berlaku di Pertemina Pembaharuan

DITOLERANSI MAX
0.2%
R2
TRANSPORTATION PENERIMA
LOSS
PENGIRIM

ACTUAL
BILL OF RECEIPT
LADING (A/R)
(B/L)
R4
SUPPLY
LOSS
DITOLERANSI MAX
0.2%

Gambar 3.27 Proses Serah Terima Minyak di Pertamina


yang Diharapkan

82
3.6 Kendala-kendala Yang Dihadapi Dalam Pengendalian Losses
Ada beberapa kendala yang dihadapi felam melaksanakan pengendalian
losses di Instalasi Makassar antara lain:
1. Pengukuran volume minyak pada saat penerimaan maupun back loading
masih dilakukan secara manual sehingga masih sangat memungkinkan
terjadinya kesalahan dan tidak konsisten.
2. Fasilitas penyaluran dalam hal ini meter arus yang dalam kondisi tidak stabil
sehingga tidak dapat dijadikan sebagai alat ukur volume penjualan.
3. Para sopir mobil tangki yang sebagian besar tidak man peduli akan
kebijakan manajemen PT. Pertamina.
4. Posisi eyk bout (baut tera) yang tidak dapat setiap saat terkontrol.
5. Kurangnya tenaga pengawas untuk menangani masalah losses.
6. Kurangnya keberanian petugas pelaksana menindak kejahatan.
7. Masih adanya anggapan losses adalah wajar.

3.7 Nilai Potensi Saving yang Hilang Akibat Losses BBM PKS
Nilai potensi saving diperoleh dari biaya losses yang harus ditanggung oleh
instalasi Makassar, jika diasumsi harga jual (harga keekonomian) untuk masing-
masing produk adalah sebagai berikut:
Premium Rp. 4.981,80 / Liter
Kerosine Rp. 5.705,70/Liter
M. Solar Rp. 5.209,50 / Liter
Maka nilai potensi saving yang hilang untuk tahun 2006 dapat dihitung sebagai
berikut:

83
Dim Ltr 15 C Harga Biaya Losses
DlmBairel60F Faktor
Losses Penerimaan
1.425.781 4.981,80 7.102.956.091,33
8.973,866 0,006294
Premium 6.320.907.378,42
0,006293 1.107.823 5.705,70
Kerosine 6.971,532
556.565 5.209,50 2.899.424.088,51
3.502,462 0,006293
M. Solar 16.323.287.558,26
Sub. Total .

DlmLtrl5C Harga Biaya Losses


DimBarrel 60 F Faktor
Back LoadingLoss
165.401 4.981,80 823.993.202,67
1.041,032 0,006294
Premium
83.593 5.705,70 476.954.994,33
526,049 0,006293
Kerosine 1.343.479.801,05
0,006293 257.890 5.209,50
M. Solar 1.622,904
Sub. Total 2.644.427.998,05

DlmLtrObs Harga BiayaLosses


Working Loss 2.782.415.008,80
558.516 4.981,80
Premium 515.852.337,00
90.410 5.705,70
Kerosine 1.501.872.802,50
288.295 5.209,50
M. Solar 4.800.140.148,30
Sub. Total
Total Potensi Saving 23.767.855.704,60

3.8 Nilai Profit Pengelolaan BBM PKS di Instalasi Makassar


Nilai profit yang diperoleh dari nilai penjualan dikurangi dengan biaya
pengadaan BBM dan biaya operasi Instalasi Makassar, jika diasumsi harga jual
(harga keekonomian) untuk masing-masing produk yaitu sebagai berikut:
Premium Rp. 4.981,80/Liter
Kerosine Rp. 5.705,70/Liter
M. Solar Rp. 5.209,50 / Liter
Maka nilai penjualan diperoleh sebagai berikut:
Harga Total Revenue (TR)
Produk Thruput
4.981,80 2.562.384.954.159,60
Premium
514.349.222 Ltr
5.705,70 1.516.916.757.255,90
Kerosine 265.859.887 Ltr
5.209,50 3.108.510.436.858,50
596.700.343 Ltr
M. Solar 7.187.812.148.274,00
Total:

Biaya Pengadaan BBM adalah biaya produksi yang diasumsi untuk masing-
masing produk sebagai berikut:

84
Premium US$. 82,00/Bbl atau setara dengan Rp. 4.644,97/Liter

Kerosine US$. 81,00/Bbl atau setara dengan Rp. 4.587,60/Liter

M. Solar US$. 80,00/Bbl atau setara dengan Rp. 4.530,96 / Liter

Jadi Biaya Pengadaan diperoleh dengan perhitungan sbb


Harga HPP
Produk Thruput + Losses
4.644,97 2.399.121.988.432,40
Premium 515.498.920 Ltr
4.587,60 1.225.539.322.558,80
Kerosine 267.141.713 Ltr
4.530,96 2.708.621.902.259,28
M. Solar 597.803.093 Ltr
Total : 6.333.283.213.250,48

Biaya Operasi Instalasi Makassar sama dengan cost per liter dalam satu
tahun yaitu Rp. 22,27/Liter untuk masing-masing produk. Jadi total biaya operasi
9

pengelolaan BBM PKS adalah sebagai berikut:


Biaya Operasi
Produk thruput ga
22,27 11.454.557.173,94
Premium 514.349.222 Ltr
22,27 5.920.699.683,49
Kerosine 265.f69.887 Ltr
22,27 13.288.516.638,61
M. Solar 596.700.343 Ltr
Total :
30.663.773.496,04

Jadi Profit yang diperoleh adalah


7.187.812.148.274,60
Penjualan
6.333.283.213.250,48
Pengadaan
30.663.773.496,04
Biaya Operasi
823.865.161.527,48
Profit

Nilai Profit akan berkurang karena adanya losses yaitu :


Profit =Rp. 823.865.161.527,48-Rp. 23.767.855.704,60
= Rp. 800.097.305.822,88

85

I
3.9 Nilai Profit yang Diharapkan
Jika supply losses dapat ditekan sampai seminimal mungkin, maka profit
yang diperoleh akan meningkat. Sebagai contoh perhitungan profit tersebut adalah
sebagai berikut:
Misalnya :supply losses Premium dan Kerosine dapat ditekan sampai -0,20%,
maka diperoleh total biaya losses sebagai berikut:
Harga Biaya Losses
Faktor Dim Ltr 15 C
Losses Penerimaan DimBarrel60 F 5.730.277.061,49
1.150.242 4.981,80
7.239,625 0,006294
Premium 5.705,70 3.926.672.169,41
0,006293 688.202
4.330,853
Kerosine 5.209,50 2.899.424.088,51
0,006293 556.565
3.502,462
M. Solar Sub. Total 12.556.373.319,41

Harga BiayaLosses
Dim Barrel60 F Faktor Dim Ltr 15 C
Back Loading Loss 823.993.202,67
165.401 4.981,80
1.041,032 0,006294
Premium 5.705,70 476.954.994,33
0,006293 83.593
526,049
Kerosine 5.209,50 1.343.479.801,05
0,006293 257.890
1.622,904
M. Solar Sub. Total 2.644.427.998,05

Harga Biaya Losses


DlmLtrObs
Working Loss 4.981,80 2.782.415.008,80
558.516
Premium 5.705,70 515.852.337,00
90.410
Kerosine 5.209,50 • 1.501.872.802,50
288.295
M. Solar Sub. Total
4.800.140.148,30

Total Biaya Losses 20.000.941.465,75

Dari perhitungan di atas, maka terdapat selis';, antan, tosses awal dengan setelah
penekanan losses sampai -0,20% yaitu sebesar:
Rp. 23.767.855.704,60-Rp. 20.000.941.465.75= Rp. 3.766.914.238,85
Dengan demikian, maka profityang diperoleh akanmeningkatmenjadi:
Profit - Rp 823.865.!61.527,48-Rp.20.000.941.465,75
= Rp. 803.864.220.061,73
Jadi, semakin keel! losses yang teqadi berarti keuntungan perusahaan akan
meningkat.

86
IV. PENUTUP

4.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Dari hasil analisis pengendalian dengan membandingkan antara tosses tahun


2005 dan 2006 dapat disimpulkan bahwa penekanan angka Supply loss
tahun 2006 di Instalasi Makassar telah berhasil dengan baik, dengan hasil
sebagai berikut:
• Premium turun 37,29% (dari -0.40% ke -0,25%),
. Kerosine turun 29,17% (dari -0,46% ke -0,33%), dan
• M. Solar turun 70,34% (dari -0,34% ke -0,10%).

2. Keberhasilan padaR3 (Discharge Loss) sangat tergantung pada Rl (Loading


Loss). Jika Rl memiliki nilai losses yang tinggi, maka kemungkinan besar
R3 akan memiliki nilai gainyang tinggi. Begitu juga sebaliknya, jika Rl
memiliki nilai gain, maka kemungkinan besar nilai R3 adalah losses yang
tinggi.

3.
Hasil analisis pengendalian pada back loadm loss un.uk produk premium
dan kerosene belum menunjukkan keberhasilan yang berarti, hanya pada
produk M. Solar secara umum sudah terlihat berhasil. Hal ini dapat
ditunjukkan dari perbandingan persentasi losses pada tahun 2005 dengan
2006 sebagai berikut:

87

£*!*>**
. Premiumjustrumeningkat29,55%(dari-0,07%ke-0,10o/o),
. M. Tanah hanya turun 11,11% (dari -0,09% ke -0,08%), dan
. M. Solar turun 53,67% (dari-0,26% ke-0,12%).

4.
Hasil analisis pengendalian pada working loss penjualan secara menyeluruh
mengalami peningkatan yang signifikan jika dibandingkan dari tahun 2005
ke 2006 yaitu:

. Premium turun 29,35% (dari -0,17% ke -0,12%),


. Kerosine turun 60,00% (dari -0,10% ke -0,04%), dan
. M. Solar turun 86,42% (dari -0,35% ke -0,05%).

5.
Dari hasil analisis, nilai profit yang dihasilkan Instalasi Makassar dalam
pengelolaanBBMPKS th. 2006 adalah sebesar =Rp. 823.865.161.527,48.
Nilai Profit akan berkurang karena adanya losses yaitu:
Profit - Rp- 823.865.161.527,48 - Rp. 23.767.855.704,60
= Rp. 800.097.305.822,88
Jika supply losses dapat ditekan sampai seminimal mungkin, maka profit
yang diperoleh akan meningkat. Misalnya :supply losses Premium dan
Kerosine dapat ditekan sampai 4JO*. maka profit yang diperoleh akan
meningkat menjadi:
Profit =Rp. 823.865.16L527,48 - Rp. 20.000.941.465,75
= Rp. 803,864.220.061,73
Jadi, semakin kecil losses yang terjadi berarti keuntungan perusahaan akan
meningkat.

88
4.2 Saran

Dari hasil uraian pembahasan maka penulis dapat menyarankan hal-hal


sebagai berikut:

1. Kunci utama keberhasilan dalam pengendalian losses adalah faktor SDM


yang komitmen terhadap visi misi perusahaan, sehingga perlu diberikan
reward yang nyata atas keberhasilannya melakukan pengendalian losses.

2. Untuk lebih memngkatkan pengendalian losses pada proses penerimaan


BBM, atau meminimalisasi supply losses tanker, maka perlu mengikuti pola
baru yang sedang digalakkan saat ini yaitu sistem pengukuran dirubah dari
sistem lama (B/L, SFAL, SFBD, A/R) menjadi sistem baru (B/L dan A/R
saja), hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa tanker hanya
merupakan sarana angkut bukan sebagai alat ukur, sehinggaRl dan R3 tidak
ada. Yang ada hanya R2 =R4 atau cukup Rsaya.

89
DAFTAR PUSTAKA

1. Daryanto S.S., 1998, "Kamus Lengkap Bahasa Indonesia", Apollo,


Surabaya.
2. Wojowasito S., dan Tito Wasito W., 1998, "Kamus Lengkap Inggeris -
Indonesia", Hasta, Bandung.
3 2005 "Buku Panduan Suplai dan Distribusi BBM", SK. Direktur
Pemasaran dan Niaga PT. Pertamina (Persero) No : 184, Jakarta.
4 2006 "Penerapan 'Zero Losses'", Memorandum Direktur
Pemasariffl dan Niaga PT. Pertamina (Persero) No : 1065, Jakarta.
5. Robert J. Kodoatie, 2002, "Analisis Ekonomi Teknik", Andi, Yogjakarta
6. Suprapto, J. 1997, "Statistik Teori dan Aplikasi", Eriangga, Jakarta

7
Lampiran 1

LAY OUT INSTALASI MAKASSAR 2006

Dermaga Discharge

KETERANGAN:
68.177 m2
Luas Areal
Dermaga I(Discharge ) Kap. 17.000 dwt
Dermaga 2 (Loading) Kap. 6.500 dwt
18 buah
Jumlah tangki timbun BBM
4 buah
Jumlah tangki gas LPG
15 buah
Jumlah Filling Shed
Gudang Pelumasl,2 &3 Kap. 28.500 dos/pail
10.000 drum
Drum Yard Kap.

.WUKW.liTOOT'-
nftpmHMil IVtetTWW*!
ma Ulrtttrt

STRUKTUR ORGANISASI MANAJER SUPLAI DAN DISTRIBUSI


INSTALASi MAKASSAR UNIT PEMASARAN VII MAKASSAR
UNIT PEMASARAN VII _A
KA. INSTALASI
MAKASSAR

PENATA PWS.UT.
PWS.UT.LK3 PWS. UT.
PWS.UT. ADM. PWS.UT.. MARINE
PWS. UT. PPP KEUANGAN SEKURITI
PJL&UMUM TEKNIK
—nzz
T_
r a: AST.OPERASI
PWS.K3&KP PWS. KAS BANK ANGG. REGU
PWS. PWS.PNR& AST.ADM. PJL PWS.TPA JAGA MARINE
PENYALURAN PNB
1 1—-
ANGG. REGU AST.ADM &
AST. K3 PWS. ADM
AST. ADM. JAGATALLO KEAGENAN
AST. ADM PENATA SHIFT AST.PERENCT MNYK & HPNI
PELAPORAN
PENYALURAN PNR&PNB EKNIK
AST. PK
AST.ADM.
AST.
AST.PNR&PNB UMUM AST.ADM
PENYALURA
TEKNIK
PWS.LL
GATEKEEPER
PNT. BACK PWS. TEKNIK
-L
L IDG/BUMKR PWS. PPP
KEHANDALAN
NBBM AST.LL
I

AST. BACK AST. KONST.


AST. GUDANG SRN. OPSr
LDG BUNKR LATIH&ADM

AST. BUNKER AST. KONST.


3
TONGKANG AST. DRUM SRN. PNJG -a

YARD 3
AST.
KEHANDALAN
iiiiiirTr-"-"'"- mmmHim
amum

POLASUPPUffDANDKMBUSIWS1ALAS1MAKASSAR
/'

INSTALASI MAKASAR
AAA

KILANG BPP/CLCP/
PLJ/SG/DUMAI
AGEN / PANGKALAN KERO/M.TNH
Small II (P/K/S)

BACK LOADING KONSINYASI r


o DEPOT PALOPO
o DEPOT RAHA
I
13
o DEPOT KOLAKA 5'
o DEPOT KENDARI
o DEPOT BAU-BAU
BUNKER S/DO/FO
TANKER GP(K/S)
STS.KA- ?,UTS-TUBONDO

Anda mungkin juga menyukai