Anda di halaman 1dari 94

KAJIAN PENINGKATAN PELAYANAN

BUNKER DI DEPOT SORONG

SKRIPSI

Oleh :
ADE SEPRIADI

Nomor Mahasiswa : 320801 / D


Jurusan : Pemasaran Dan Niaga
Program Studi : Pemasaran Dan Niaga
Diploma : IV

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
PERGURUAN TINGGI KEDINASAN AKADEMI MINYAK DAN GAS BUMI - STEM
PTK AKAMIGAS - STEM

Cepu, Mei 2009


KAJIAN PENINGKATAN PELAYANAN
BUNKER DI DEPOT SORONG

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh


Sebutan Profesi Sarjana Sain Terapan pada Program Diploma IV Pemasaran dan Niaga
PTK.AKAMIGAS - STEM
CEPU

Oleh :
ADE SEPRIADI

Nomor Mahasiswa : 320801 / D


Jurusan : Pemasaran Dan Niaga
Program Studi : Pemasaran Dan Niaga
Diploma : IV

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
PERGURUAN TINGGI KEDINASAN AKADEMI MINYAK DAN GAS BUMI - STEM
PTK AKAMIGAS - STEM

Cepu, Mei 2009


KAJIAN PENINGKATAN PELAYANAN
BUNKER DI DEPOT SORONG

SKRIPSI

Oleh :

Ade Sepriadi
Nomor Mahasiswa : 320801/ D
Jurusan : Pemasaran Dan Niaga
Program Studi : Pemasaran Dan Niaga
Diploma : IV

Disetujui oleh Penguji :

Penguji I : ...................................... ( .........................................)

Penguji II : ...................................... ( .........................................)

Penguji III : ...................................... ( .........................................)

Penguji IV : ...................................... ( .........................................)

Penguji V : ...................................... ( .........................................)


KAJIAN PENINGKATAN PELAYANAN
BUNKER DI DEPOT SORONG

SKRIPSI

Oleh :
Ade Sepriadi
Nomor Mahasiswa : 320801 / D
Jurusan : Pemasaran Dan Niaga
Program Studi : Pemasaran Dan Niaga
Diploma : IV

Disetujui oleh Pembimbing :

Pembimbing I, Pembimbing II,

( Drs.MP Gultom M.M ) ( Drs.Suhardjito M.M )

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pemasaran dan Niaga

( Drs. L. Riyatno, M.M. )


PTK AKAMIGAS – STEM
SEKOLAH TINGGI ENERGI DAN MINERAL
CEPU

LEMBAR PENCATATAN KEGIATAN PEMBIMBINGAN SKRIPSI

Nama / No. Mahasiswa : ADE SEPRIADI – 320801/ D


Prog. Studi / Diploma : PDN / IV
Dosen Pembimbing / NIP : Drs.MP Gultom M.M
Judul Skripsi : KAJIAN PENINGKATAN PELAYANAN
BUNKER DI DEPOT SORONG

Selesai Perbaikan
Ringkasan Materi Paraf
No. Tanggal
Bimbingan Skripsi Pembimbing Tanggal Paraf
1. 10.03.2009 PembuatanOut Line 14.03.2009

2. 16.03.2009 Konsultasi Bab I & II 20.03.2009

3. 23.03.2009 Koreksi Bab I & II 27.03.2009

4. 30.03.2009 Konsultasi Bab III & IV 03.04.2009

5. 06.04.2009 Koreksi Bab III & IV 16.04.2009

6 17.04.2009 Pengecekan hasil akhir 20.04.2009

Cepu, Mei 2009


Ketua Jurusan / Program Studi PDN

Drs. L. RIYATNO, M.M.


PTK AKAMIGAS – STEM
SEKOLAH TINGGI ENERGI DAN MINERAL
CEPU

LEMBAR PENCATATAN KEGIATAN PEMBIMBINGAN SKRIPSI

Nama / No. Mahasiswa : ADE SEPRIADI – 320801 / D


Prog. Studi / Diploma : PDN / IV
Dosen Pembimbing / NIP : Drs.Suhardjito M.M
Judul Skripsi : KAJIAN PENINGKATAN PELAYANAN
BUNKER DI DEPOT SORONG

Selesai Perbaikan
Ringkasan Materi Paraf
No. Tanggal
Bimbingan Skripsi Pembimbing Tanggal Paraf
1. 12.03.2009 Pembuatan out Line 15.03.2009

2. 18.03.2009 Konsultasi Bab III & IV 26.03.2009

3. 28.03.2009 Koreksi Bab III & IV 05.03.2009

4. 10.04.2009 Pengecekan Final 20.04.2009

Cepu, Mei 2009


Ketua Jurusan / Program Studi PDN

Drs. L. RIYATNO, M.M.


KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya, karena skripsi yang berjudul “KAJIAN DAN PENINGKATAN
PELAYANAN BUNKER DI DEPOT SORONG ” telah dapat penulis selesaikan
dengan baik.
Skripsi ini diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
sebutan profesi Sarjana Sain Terapan pada Program Diploma IV Pemasaran dan
Niaga PTK. Akamigas – STEM Cepu.
Skripsi ini dapat penulis selesaikan berkat dorongan, saran, serta bantuan
pemikiran dari berbagai pihak. Oleh karena itu perkenankanlah dalam kesempatan
ini penulis mengucapkan terimakasih yang setulus – tulusnya kepada :

1. Kedua orang tua, istri & anak-anak, serta saudara-saudara tercinta yang turut
memanjatkan do’a untuk kesehatan, keselamatan maupun segala kemudahan
bagi penulis selama mengikuti pendidikan.
2. General Manager PT. PERTAMINA (Persero) UPms VIII Jayapura Papua
beserta staf, yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk
mengikuti pendidikan di PTK. AKAMIGAS – STEM Cepu.
3. Bapak Soeprijantoro selaku Kepala Depot FakFak beserta staf, yang telah
memberikan ijin dan dorongan pada penulis untuk mengikuti pendidikan.
4. Bapak selaku Kepala Depot Sorong beserta staf, yang membantu kelancaran
pengambilan data selama Praktik Kerja Lapangan.
5. Bapak Ir.Hermadi Sayono, M.M selaku Direktur PTK. Akademi Minyak
dan Gas Bumi - STEM .
6. Bapak Drs. L. Riyatno, M.M selaku Ka. Prodi Pemasaran dan Niaga
7. Bapak Drs.MP Gultom M.M selaku pembimbing I
8. Bapak Drs.Suhardjito M.M selaku dosen pembimbing II
9. Bapak dan Ibu Dosen PTK. AKAMIGAS – STEM, khususnya dari Program
Studi Pemasaran dan Niaga, yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
10. Semua pihak yang ikut membantu kelancaran penyelesaian skripsi ini yang
tidak bisa disebutkan satu persatu

Akhir kata, atas segala partisipasi semua pihak tersebut semoga ALLAH
SWT selalu memberikan Rahmat dan Hidayahnya kepada kita semua.

Cepu, Mei 2009

Penulis,

ADE SEPRIADI
320801 / D

i
ABSTRAK

Seiring dengan makin pesatnya tingkat persaingan bisnis perminyakan di


Indonesia sekarang ini, maka perlu diadakan peningkatan pelayanan sesuai
kebutuhan dan keinginan pelanggan tanpa mengesampingkan factor security of
supply terutama khususnya bagi pelanggan bunker. Depot Sorong merupakan
salah satu seafed depot yang berada di Propinsi Papua Barat tepatnya di kabupaten
Sorong Selatan yang melayani penjualan BBM maupun Non BBM di wilayah
kerja PT. PERTAMINA (Persero) UPms VIII Jayapura. Sejak diberlakukannya
pasar bebas, PT. PERTAMINA (Persero) perlu mengkaji lagi sarana dan fasilitas
yang dimiliki Depot Sorong terutama sarana dan fasilitas bunker serta sumber
daya manusia yang ada apakah layak untuk melayani kebutuhan bunker terkait
dengan tingkat pelayanan dan kepuasan pelanggan. Untuk itu penulis merasa
terpanggil untuk mengamati secara langsung dan mengadakan kajian serta
mencari solusi demi peningkatan pelayanan bunker Depot Sorong kepada
pelanggan mulai dari prosedur pembelian hingga sampai penyerahan produk ke
pelanggan. Hal ini tentu saja bukan bertujuan untuk mencari kesalahan suatu
lokasi, tetapi tidak lebih hanya untuk kepentingan perusahaan menyangkut
perbaikan atau peningkatan pelayanan bunker dimasa mendatang yang bermuara
kepada peningkatan laba perusahaan.

ii
ABSTRACT

In line with the increase of the degree of oil business competition in Indonesia at
present, it is necessary for PT.Pertamina to improve the service in accordance
with the needs and desires of the customers. Without ignoring the security factors
of supply especially for bunker customers.
Sorong depot is one of the seafed depot located in sorong , west papua
province,south papua that gives sales service of oil fuel in work area of
PT.Pertamina (Persero) Upms III Jayapura.
Since the commence ment of free market, PT. Pertamina (Persero) needs to
reevaluate the infra structure and facilities owned by sorong depot especially the
existing bunker facilities and human resources to observe if they are still proper to
serve the related bunker wit the degree of service for customers satisfaction.
For this reason, the writer is interested in observing directly , doing a study and
trying to find a solution in the attemp to improve the buker service of sorong
depot from buying procedure to the product delivery to the customers.
It is surely not intended to find the faults with the location , but to find solution to
improve the company and enhance the bunker service in the coming future so that
alot more profits can be gained.

iii
DAFTAR ISI

halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................ i


ABSTRAK .......................................................................................... ii
ABSTRACT ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI ....................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................ viii

I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................. 1
1.2 Perumusan masalah .......................................................... 2
1.3 Tujuan dan manfaat penulisan ........................................... 2
1.3.1 Tujuan Penulisan ...................................................... 2
1.3.2 Manfaat Penulis ........................................................ 2
1.4 Batasan masalah ............................................................... 2
1.5 Metodologi ....................................................................... 3
1.5.1 Metode Pengumpulan Data ........................................ 3
1.5.2 Data yang Diperlukan ................................................ 3
1.6 Sistematika penulisan ........................................................ 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 5


2.1 Pengertian Pelayanan ......................................................... 5
2.2 Pengertian Perilaku Konsumen .......................................... 6
2.3 Pengertian Pelanggan......................................................... 7
2.4 Pengertian Kepuasan Pelanggan......................................... 7
2.5 Strategi Pemasaran ............................................................ 16
2.5.1 Bauran Pemasaran ..................................................... 16
2.5.2 Analisis SWOT ......................................................... 17
2.6 Prediksi Pemenuhan Kebutuhan Bunker ............................ 17
2.7 Trend ............................................................................... 18
2.7.1 Trend Linier ............................................................. 18
2.7.2 Trend Exponential ..................................................... 19
2.8 Sarana dan Fasilitas ........................................................... 20
2.9 Kualitas Pelayanan ............................................................ 20
2.10 Persepsi Pelanggan ............................................................ 23

iv
III PEMBAHASAN ............................................................................ 24

3.1 Sekilas Depot Sorong......................................................... 24


3.2 Kegiatan Operasi Depot Sorong ......................................... 24
3.2.1 Kegiatan Operasi Penerimaan BBM .......................... 25
3.2.2 Sarana dan Fasilitas ................................................... 26
3.2.3 Kegiatan Operasi Penimbunan BBM Solar ................ 28
3.2.4 Kegiatan Operasi Penyaluran BBM Solar .................. 29
3.3 Pola Pemasaran BBM Solar untuk Bunker........................... 30
3.3.1 Tata Laksana dan Harga Jual ..................................... 31
3.3.2 Pola Kemitraan ......................................................... 34
3.4 Penerapan Strategi Pemasaran............................................ 35
3.4.1 Pendekatan Bauran Pemasaran .................................. 36
3.4.2 Pendekatan Metode Analisis SWOT.......................... 38
3.4.3 Analisis Matriks Solusi ............................................. 39
3.5 Prosedur Pelayanan Bunker Depot Sorong ......................... 43
3.6 Prediksi Pemenuhan Kebutuhan Bunker ............................ 47
3.6.1 Realisasi Bunker dan Total Thruput BBM Solar ........ 49
3.6.2 Perkiraan Kebutuhan BBM Solar Bunker .................. 50
3.6.3 Perkiraan Total Penyaluran BBM Solar Thn 2013 ..... 55
3.6.4 Hasil Ramalan Total Thruput BBM Solar .................. 58
3.6.5 Ramalan Thruput BBM Solar Terhadap T.Timbun .... 59
3.7 Peningkatan Pelayanan Bunker Depot Sorong.................... 63
3.7.1 Proses Transaksi Pembayaran Cepat.......................... 63
3.7.2 Peningkatan Kualitas Pelayanan SDM....................... 65
3.7.3 Peningkatan Kualitas Sarfas Bunker ......................... 67

IV PENUTUP ..................................................................................... 76
4.1 Simpulan ........................................................................... 76
4.2 Saran ................................................................................. 76

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data Penerimaan BBM Tahun 2008 ............................. 25


Tabel 3.2 Data Tanki Timbun BBM Solar Depot Sorong ............. 29
Tabel 3.3 Data Penyaluran BBM Solar Tahun 2004-2008............ 29
Tabel 3.4 Thruput Bunker BBM Solar Tahun 2008 ..................... 45
Tabel 3.5 Data Realisasi Bunker BBM Solar Thn 2004-2008 ...... 48
Tabel 3.6 Realisasi Bunker dan Total Thruput BBM solar 04/08 . 49
Tabel 3.7 Penolong untuk mencari Trend Linier dan Exponential
Bunker ......................................................................... 51
Tabel 3.8 Penolong untuk mencari AAE (Average Absolut Error)
Bunker ......................................................................... 53
Tabel 3.9 Penolong untuk mencari Trend Linier dan Exponential
Total Penyaluran BBM Solar ....................................... 55
Tabel 3.10 Penolong untuk mencari AAE (Average Absolut Error)
Total Penyaluran BBM Solar ....................................... 57
Tabel 3.11 Data Ramalan Total Thruput BBM Solar dan Hasil
Ramalan Total Bunker BBM Solar hingga Tahun 2013 59

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Konsep Kepuasan Pelanggan ....................................... 9


Gambar 3.1 Grafik Penerimaan BBM Solar Tahun 2004-2008 ........ 26
Gambar 3.2 Grafik Penyaluran BBM Solar Tahun 2004-2008 ......... 30
Gambar 3.3 Pola Pemasaran BBM Bunker ..................................... 31
Gambar 3.4 Grafik Realisasi Bunker BBM Solar ........................... 48
Gambar 3.5 Grafik Total Bunker dan Total Thruput BBM Solar ..... 50
Gambar 3.6 Prediksi Kebutuhan Bunker 5 (lima) Tahun kedepan ... 54
Gambar 3.7 Grafik Hasil Forecasting Total Thruput BBM Solar ..... 58
Gambar 3.8 Grafik Prediksi Total Penyaluran dan Total Bunker .... 59
Gambar 3.9 Layout Dermaga ......................................................... 69

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lay Out Tanki Timbun BBM & Struktur Pipa Produk
Lampiran 2 Struktur Organisasi Depot Sorong
Lampiran 3 Data Tanki Timbun Dan Pipa Produk.
Lampiran 4 Contoh Buku Langganan Bunker BBM Kapal

viii
ix
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak diberlakukannya Undang-Undang No. 22 tahun 2001, perusahaan PT.

PERTAMINA (Persero) semakin dituntut untuk menjadi perusahaan yang dapat

memberikan keuntungan bagi para stake holder, direksi, dan pekerja, serta harus

mampu bersaing dengan perusahaan lain dalam bisnis perminyakan.

Untuk tetap tumbuh dan berkembang di era pasar bebas, PT. PERTAMINA

(Persero) terus berupaya untuk menjadi The Real Marketing Company. Artinya

perusahaan PERTAMINA harus dapat memberikan pelayanan serta kepuasan

kepada pelanggan secara maksimal dan berkesinambungan selaras dengan

mottonya “Selalu Hadir Melayani”.

Salah satu langkah antisipasi yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan

tersebut adalah dengan cara meningkatkan kualitas pelayanan bunker service

kepada pelanggan. Hal ini dapat dimungkinkan karena di setiap daerah yang

memiliki seafed depot mempunyai peluang untuk melaksanakan kegiatan bunker

service baik dengan menggunakan kapal maupun mobil tangki.

Untuk kelancaran mencapai tujuan tersebut, tentu saja harus ada dukungan

dan kerja sama antar bagian serta semua pihak yang terkait dalam perusahaan.

1.2 Perumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang penulis


ajukan adalah dengan kondisi fasilitas bunker dan SDM yang ada sekarang ini
apakah dapat meningkatkan pelayanan kepada pelanggan sehingga dapat

1
meningkatkan keuntungan Depot , serta upaya-upaya yang dilakukan untuk
mencapai tujuan tersebut.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

1.3.1 Tujuan Penulisan.

Ø Untuk mengetahui sudah sejauh mana pelayanan bunker yang

diberikan oleh Depot terhadap pelanggan bunker.

Ø Skripsi ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan, yaitu

sebagai masukan yang dapat digunakan Manajemen dalam

mengantisipasi bisnis perminyakan pada masa yang akan datang,

dimana customer satisfaction adalah faktor yang sangat penting dalam

mencapai tujuan Perusahaan.

1.3.2 Manfaat Penulisan.

Ø Memberikan masukan bagi pihak manajemen terkait untuk melakukan

evaluasi terhadap kebijakan perusahaan serta pertimbangan

pengambilan keputusan mengenai bunker dimasa yang akan datang.

Ø Bagi penulis sendiri diharapkan bermanfaat dalam menambah

wawasan dan pengalaman dalam mengaplikasikan teori yang

didapatkan dari bangku kuliah di PTK. AKAMIGAS-STEM Cepu.

1.4 Batasan Masalah.

Berdasarkan judul skripsi yang diajukan, perlu diberikan pembatasan

masalah. Agar pembahasan lebih fokus dan tidak meluas, maka penulis

2
membatasi hanya tentang pelayanan bunker khususnya untuk produk BBM Solar

yang ada di Depot Sorong.

1.5 Metodologi.

1.5.1 Metode Pengumpulan Data.

a. Studi Kepustakaan

Yaitu kegiatan untuk mengumpulkan dan memperdalam pengertian dasar-

dasar teoritis sebagai dasar pokok bahasan.

b. Studi Lapangan.

Merupakan kegiatan yang dilakukan di lapangan terhadap obyek penelitian

secara langsung dengan cara:

1. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan pengamatan secara langsung

terhadap obyek bunker.

2. Inteview, yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui wawancara atau

tanya jawab secara langsung dengan pekerja lapangan khususnya bagian

penyaluran bunker.

Sebagai Variabel pendukung maka penulis juga menampilkan data-data


sebagai berikut :
- Data realisasi bunker BBM tahun 2008
- Data Fasilitas bunker Depot Sorong

1.5.2 Data yang Diperlukan

Data umum, yaitu data mengenai gambaran umum perusahaan antara lain :

Ø Sejarah dan gambaran umum perusahaan

Ø Visi Misi

3
Ø Struktur organisasi

Ø Data sarana dan fasilitas bunker

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Skripsi ini dibagi 4 (empat) bab. Pembahasan masing-

masing bab dirinci dalam sub bab dengan tujuan untuk memperjelas pembahasan

masing-masing bab. Pembagian 4 (empat) bab tersebut sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan
Pada bab ini memuat uraian mengenai pokok dan batasan permasalahan

serta sistematika penulisan. Disamping itu juga membahas gambaran umum

Depot Sorong.

Bab II Tinjauan Pustaka

Memuat tentang dasar-dasar teori sebagai pedoman dalam menganalisis

kajian peningkatan pelayanan bunker service di Depot Sorong sehingga isi yang

terkandung didalamnya bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

Bab III Pembahasan

Memuat uraian mengenai inti dari Skripsi dalam Praktik Kerja Lapangan

yang memberikan gambaran tentang Kajian Peningkatan Pelayanan Bunker di

Depot Sorong.

Bab IV Penutup

Memuat uraian kesimpulan dan saran dari penulis yang diharapkan dapat

dijadikan masukan yang bermanfaat bagi perusahaan.

4
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pelayanan

Pelayanan memiliki arti yang sangat luas dalam hal pekerjaan dan cara

bekerja dari para karyawan yang semuanya ditujukan untuk memberikan kepuasan

kepada konsumen. Pekerja yang terdidik dengan baik dan mengerti akan

pekerjaannya tentunya tidak akan berhenti setelah usahanya untuk memberikan

kepuasan kepada konsumen, akan tetapi ia berusaha terus menerus agar ia dapat

melayani dan mendahului sebelum si pelanggan menyampaikan keinginannya.

Disamping itu sikap ramah dari karyawan juga tidak kalah pentingnya dalam

memberikan pelayanan kepada pelanggan.

Untuk mencapai tingkat pelayanan yang prima setiap pekerja harus

memiliki keterampilan seperti berpenampilan yang baik, rapi, dan ramah. Selain

itu juga harus memperlihatkan gairah kerja dan sikap selalu siap untuk melayani.

Tidak merasa karena dibutuhkan, menguasai pekerjaan baik tugas yang berkaitan

pada bagian atau departemennya maupun bagian lainnya. Mampu berkomunikasi

dengan baik, bisa memahami keadaan lapangan dan memiliki kemampuan

menangani keluhan pelanggan secara profesional. Salah satu dari nilai utama yang

diharapkan oleh pelanggan dari pemasok adalah kualitas pelayanan. Kebanyakan

pelanggan tidak lagi bersedia menerima atau mentoleransi kualitas pelayanan

yang kurang memuaskan.

5
2.2 Pengertian Perilaku Konsumen

Terdapat beberapa perilaku konsumen yang telah dikemukakan oleh

beberapa ahli, diantaranya :

David L. Loudon dan Albert J. Dellabeta (1984: 6):

Perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik

yang dilakukan oleh individu dalam mengevaluasi, menggunakan atau tidak

menggunakan barang-barang atau jasa.

James F. Engel, David T, Kollat dan Roger D, Blackwell :

Perilaku konsumen adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung

terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan barang-barang dan jasa-jasa,

termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan

penentuan kegiatan-kegiatan.

Gerald altman dan melanie Wallendorf (1979:6) : menjelaskan bahwa :

Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan, proses dan hubungan sosial

yang dilakukan individu, kelompok dan organisasi dalam mendapatkan,

menggunakan suatu produk atau lainnya sebagai suatu akibat dari

pengalamannya dengan produk, pelayanan, dan sumber-sumber lainnya.

Ø Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Ada dua kekuatan dari faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu

kekuatan sosial budaya dan kekuatan psikologis.

Kekuatan sosial budaya terdiri dari faktor budaya, tingkat sosial, kelompok

anutan, dan keluarga.


6
Sedangkan kekuatan psikologis terdiri dari pengalaman belajar, kepribadian,

sikap dan keyakinan, gambaran atau konsep diri. Dalam hubungannya dengan

perilaku konsumen, kita perlu menciptakan situasi yang sesuai dengan yang

diharapkan oleh konsumen. Begitu pula menyediakan dan melayani konsumen

dengan produk dan merek yang sesuai dengan yang diharapkan oleh konsumen.

2.3 Pengertian Pelanggan

Pelanggan didefinisikan sebagai orang atau organisasi yang membeli dari

toko atau pasar ataupun suatu bisnis, khususnya yang membeli secara teratur.

Salah satu upaya menghasilkan keuntungan bagi perusahaan adalah melalui

penciptaan dan penambahan nilai bagi pelanggan.

Syarat yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan agar dapat sukses dalam

persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk menciptakan dan

mempertahankan pelanggan. Agar tujuan tersebut tercapai, maka sikap

perusahaan harus berupaya menghasilkan dan menyampaikan barang dan jasa

yang diinginkan konsumen dengan harga yang pantas. Dengan demikian, setiap

perusahaan harus mampu memahami perilaku konsumen pada pasar sasarannya,

karena kelangsungan hidup perusahaan tersebut sebagai organisasi yang berusaha

memenuhi kebutuhan.

2.4 Pengertian Kepuasan Pelanggan

Dewasa ini perhatian terhadap kepuasan maupun ketidakpuasan pelanggan

telah semakin besar. Semakin banyak yang menaruh perhatian terhadap hal ini.

7
Pihak yang paling banyak berhubungan langsung dengan kepuasan atau

ketidakpuasan pelanggan adalah pemasar, konsumen, konsumeris, dan peneliti

perilaku konsumen.

Kepuasan pelanggan telah menjadi fokus perhatian oleh hampir semua

pihak, baik Pemerintah, pelaku bisnis, pelanggan dan sebagainya. Hal ini

disebabkan semakin baiknya pemahaman mereka atas konsep kepuasan pelanggan

sebagai strategi untuk memenangkan persaingan yang semakin tajam di dunia

bisnis. Dewasa ini diyakini bahwa kunci utama untuk memenangkan persaingan

adalah memberikan nilai dan kepusan pelanggan melalui penyampaian produk

dan jasa berkualitas dengan harga bersaing.

Keputusan menurut Philip Kotler ( Marketing Management, 2000 : 42 )

adalah membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kerja atau hasil

suatu produk dan harapan-harapannya.

Selanjutnya Philip Kotler mengarahkan pendapatnya, kepuasan pelanggan

merupakan fungsi dari persepsi atau kesan atas kinerja dan harapan. Lebih

tegasnya lagi seperti pernyataan-pernyataan yang dikemukakan sebagai berikut :

Ø Jika kinerja berada dibawah harapan, pelanggan tidak puas.

Ø Jika kinerja memenuhi harapan maka pelanggan puas.

Ø Jika kinerja melebihi harapan, pelanggan amat puas.

Jasa dapat dinilai dari arti penting pelanggan dan kinerja perusahaan.

Analisis arti penting kinerja dapat digunakan untuk mengikat berbagai elemen

dari kumpulan jasa dan mengindentifikasi tindakan yang diperlukan.

8
Sedangkan kinerja yang dirasakan adalah persepsi pelanggan terhadap apa yang ia

terima setelah menggunakan produk yang dibeli.

Dari berbagai definisi dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya

pengertian kepuasan pelanggan mencakup perbedaan antara harapan dan kinerja

atau hasil yang dirasakan. Konsep kepuasan pelanggan ini dapat dilihat pada

gambar 2.1 berikut ini.

Tujuan Perusahaan Kebutuhan dan


Keinginan Pelanggan
Pelanggan

Produk Harapan Pelanggan


Terhadap Produk

Nilai Produk
Pada Pelanggan

Tingkat Kepuasan
Pelanggan

Gambar 2.1
Konsep Kepuasan Pelanggan

Kepuasan pelanggan memberikan suatu ikatan yang kuat dengan perusahaan

dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka panjang ikatan

seperti ini memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan seksama harapan

pelanggan serta kebutuhan mereka.

9
Dengan demikian perusahaan dapat meningkatan kepusan pelanggan dengan

memaksimalkan pelayanan pelanggan yang menyenangkan dan meminimalkan

pelayanan pelanggan yang kurang menyenangkan. Pada saat nanti pelayanan

kepuasan pelanggan diharapkan dapat menciptakan kesetiaan atau loyalitas

pelanggan kepada perusahaan yang memberikan kepuasan tersebut. Dari

pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kepuasan atau

ketidakpuasan pelanggan merupakan perbedaan atau kesenjangan antara harapan

sebelum pembelian dengan kinerja atau hasil yang dirasakan setelah pembelian.

Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Maslow, manusia itu mempunyai

lima kelompok kebutuhan yang timbul secara hirarki dalam dirinya, kebutuhan-

kebutuhan tersebut menuntut adanya kepuasan. Sehingga dapat dilihat dari aspek

yang menentukan kekuatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan sehingga akan

diperoleh kepuasan sesuai yang diharapkan.

Adapun hirarki kebutuhan menurut Maslow adalah sebagai berikut:

1.Phisychological

Phisychological yaitu kebutuhan fisik yang merupakan kebutuhan pokok bagi

semua manusia, sebab melalui pemuasan terhadap kebutuhan ini manusia

secara minimal dapat bertahan hidup. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan

makan, pakaian dan perumahan. Jadi kepuasannya berupa benda dan alat-alat

lainnya yang diukur dari nilai uangnya.

10
2. Safety

Safety yaitu kebutuhan akan perlindungan atau rasa aman, dengan hal tersebut

maka manusia akan merasa terbebas dari rasa ketakutan terhadap bahaya fisik

dan ketakutan akan tercapainya kebutuhan-kebutuhan fisik yang mendasar.

3. Sosial

Kebutuhan sosial merupakan kebutuhan seseorang agar dapat diterima

dilingkungan orang lain. Kepuasan kebutuhan diperoleh melalui interaksi

sosial antar individu di mana seseorang merasa terlibat di dalamnya.

4. Esteem

Esteem adalah merupakan kebutuhan berprestasi dan memperoleh

penghargaan dari orang lain.

5. Self Actualization

Self Actualiation merupakan kebutuhan untuk mengembangkan potensi yang

dimilikinya semaksimal mungkin.

Berdasarkan hirarki kebutuhan menurut Maslow dapat dibedakan menjadi:

1. Kebutuhan yang bersifat ekonomi, di mana pemuasnya berupa benda atau

sesuatu yang dapat diukur dengan uang, seperti kebutuhan sandang,

pangan dan papan.

2. Kebutuhan yang bersifat non ekonomi, di mana pemuasnya dipenuhi

dengan sesuatu yang tidak dapat diukur dengan uang, melainkan diperoleh

melalui lingkungan sosial dan psikologi, seperti rasa aman, kebutuhan

harga diri dan serta kebutuhan untuk mengembangakan diri.

11
Kepuasan pelanggan menurut Vincent Gaspers (TQM, 2002 : 34) adalah

suatu keadaan dimana kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan dapat

terpenuhi melalui produk yang dikonsumsi. Selanjutnya Vincent menjelaskan

bahwa kepuasan sangat tergantung pada pada persepsi dan ekspektasi dari

pelanggan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan ekspektasi

pelanggan adalah :

1. Kebutuhan dan keinginan yang berkaitan dengan hal-hal yang dirasakan

pelanggan ketika sedang mencoba melakukan transaksi dengan produsen

atau pemasok produk.

2. Pengalaman masa lalu

3. Pengalaman dari teman-teman

4. Komunikasi melalui iklan dan pemasaran.

Handi Irawan (10 Prinsip Kepuasan Pelanggan, 2002:3) mendefinisikan

kepuasan pelanggan sebagai akumulasi dari konsumen atau pelanggan dalam

menggunakan produk atau jasa. Oleh karena itu setiap transaksi atau pengalaman

baru akan memberikan pengaruh terhadap kepuasan pelanggan. Dengan demikian

kepuasan pelanggan mempunyai dimensi waktu karena hasil akumulasi. Karena

itu siapun yang terlibat dalam urusan kepuasan pelanggan maka akan melibatkan

diri dalam urusan jangka panjang. Upaya memuaskan pelanggan adalah

pengalaman panjang yang tidak mengenal batasan waktu.

Handi Irawan (10 Prinsip Kepuasan Pelanggan, 2002 : 24) membagi dua

tingkatan harapan pelanggan yaitu :

12
1. Desired Expectation : Harapan ini mencerminkan apa yang harus

dilakukan perusahaan atau produk kepada pelanggan. Ini merupakan

kombinasi dari apa yang perusahaan dapat lakukan dan harus dilakukan

kepada pelanggan.

2. Adequate Expectation : Harapan pelanggan yang lebih rendah dari Desired

Expectation.

Fandy Tjiptono (Prinsip-prinsip Total Quality Service, 2002:134)

memadukan beberapa strategi untuk meraih dan meningkatkan kepuasan

pelanggan yaitu :

1. Srategi pemasaran berupa Relationship Marketing (McKenna, 1991) yaitu

strategi dimana transaksi antara pembeli dan penjual berkelanjutan, tidak

berpikir setelah penjualan selesai. Dengan kata lain dijalin terus suatu

kemitraan dengan pelanggan secara terus menerus yang pada akhirnya

akan menimbulkan kesetiaan pelanggan sehingga tejadi bisnis ulangan

(Repeat Business). Agar relationship marketing dapat diimplementasikan

perlu dibentuk customer data base yaitu daftar nama pelanggan yang oleh

perusahaan dianggap perlu untuk dibina hubungan jangka panjang dengan

mereka.

2. Strategi Superior Customer Service (Schnaars, 1991) yaitu menawarkan

pelayanan yang lebih baik dari pada pesaing. Hal ini membutuhkan dana

yang bear, kemampuan sumber daya manusia dan usaha gigih agar dapat

tercipta suatu pelayanan yang superior.

13
Oleh karena itu sering kali (tetapi tidak harus) perusahaan yang

menawarkan layanan pelanggan superior akan membebankan harga yang

lebih tinggi pada produk-produknya. Akan tetapi biasanya mereka

memperoleh manfaat besar dari pelayanan superior tersebut yaitu berupa

tingkat pertumbuhan yang cepat dan besarnya laba yang diperoleh.

3. Strategi unconditional service guarantees (Hart, 1988) atau extraodinary

guarantees (Hart dalam Supiyo, 1993) ini berintikan komitmen untuk

memberikan kepuasan kepada pelanggan yang pada gilirannya akan

menjadi sumber dinamisme penyempurnaan mutu produk atau jasa dan

kinerja perusahaan. Selain itu juga akan meningkatkan motivasi para

karyawan untuk mencapai tingkat kinerja yang lebih baik daripada

sebelumnya.

4. Strategi penanganan keluhan yang efisien (Schnaars, 1991). Penanganan

keluhan memberikan peluang untuk mengubah seorang pelanggan yang

tidak puas menjadi pelanggan produk perusahaan yang puas atau bahkan

menjadi pelanggan abadi. Proses penanganan keluhan yang efektif dimulai

dari identifikasi dan penentuan sumber masalah yang menyebabkan

pelanggan tidak puas dan mengeluh. Langkah ini merupakan langkah yang

sangat vital, karena menentukan efektivitas langkah-langkah selanjutnya.

Sumber masalah ini perlu diatasi, ditindaklanjuti, dan diupayakan agar

pada masa mendatang tidak timbul masalah yang sama. Ketidakpuasan

bisa semakin besar apabila pelanggan yang mengeluh merasa keluhannya

tidak diselesaikan dengan baik.

14
5. Strategi peningkatan kinerja perusahaan, meliputi berbagai upaya seperti

melakukan pemantauan dan pengukuran kepuasan pelanggan secara

berkesinambungan, memberikan pendidikan dan pelatihan menyangkut

komunikasi, salesmanship, memasukkan unsur kemampuan untuk

memuaskan pelanggan (yang penilaiannya bisa didasarkan pada survei

pelanggan) ke dalam sistem penilaian prestasi karyawan dan memberikan

empowerment yang lebih besar kepada para karyawan dalam

melaksanakan tugasnya.

6. Menerapkan Quality Function Deployment, yaitu praktik untuk merancang

suatu proses sebagai tanggapan terhadap kebutuhan pelanggan. Quality

Function Deployment merupakan konsep yang pertama kali

dikembangkan di Jepang kemudian berkembang luas di negara-negara

lain. Quality Function Deployment berusaha menerjemahkan apa yang

dibutuhkan pelanggan menjadi apa yang dihasilkan organisasi. Hal ini

dilaksanakan dengan melibatkan pelanggan dalam proses pengembangan

produk sedini mungkin.

Ada empat nilai penting utama yang harus diperhatikan suatu perusahaan

sebagai bagian disiplinnya. Nilai-nilai yamg dimaksud adalah: Produk, Harga,

Pelayanan dan Citra (Image). Dua yang terakhir amat penting karena ada beberapa

faktor yang mempengaruhinya yang berada diluar kuasa perusahaan PT.

PERTAMINA (Persero). Pelayanan bunker bisa mempunyai produk berkualitas

tinggi dan harga yang kompetitif, tetapi bila produk itu sampai ke pelanggan

dalam keadaan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan pelanggan maka semua

15
akan sia-sia. Hal ini akan sangat mempengaruhi citra perusahaan. PT.

PERTAMINA (Persero) membangun citranya pertama-tama melaui promosi,

iklan dan komitmen. Kepuasan pelanggan akan tercapai jika pelayanan terhadap

pelanggan lebih dari yang dijanjikan, tetapi akan segera kehilangan pelanggannya

jika tidak dapat memberikan pelayanan yang sesuai harapan pelanggan atau lupa

terhadap komitmennya. Oleh karena itu pemahaman peranan dan tanggung jawab

dari semua pihak yang telibat dalam proses pelayanan adalah hal yang sangat

penting. Indikator utama sebagai kunci keberhasilan dari pelayanan bunker adalah

kepuasan pelanggan atas kualitas produk dan layanan yang diterima oleh

pelanggan yaitu: tepat mutu, waktu, jumlah, tempat dan layanan purna jual.

2.5 Strategi Pemasaran

Dalam era perdagangan bebas, dimana PERTAMINA harus mampu

bersaing dengan perusahaan lain yang bergerak dalam bidang perminyakan di

Indonesia, baik dari perusahaan swasta dalam negeri maupun luar negeri, maka

penerapan strategi yang baik dan tepat akan sangat menentukan keberhasilan

Perusahaan dalam mencapai tujuan.

2.5.1 Bauran Pemasaran

Bauran pemasaran adalah merupakan salah satu metode yang dapat

digunakan dalam penerapan strategi pemasaran dengan orientasi pembahasan

pada faktor 4P yaitu product, price, place dan promotion, dimana masing-masing

faktor dapat dianalisis dan dikembangkan untuk kemudian menjadi suatu

kekuatan Perusahaan dalam menghadapi pesaing.

16
2.5.2 Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk

merumuskan berbagai strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika

yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan dapat

meminimalkan kelemahan dan ancaman. Proses pengambilan keputusan strategis

selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan

Perusahaan. Kinerja Perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal

dan eksternal yang harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT dan dapat

digambarkan sebagai berikut :

Strength Weakness
INTERNAL ( Kekuatan ) ( Kelemahan )

EKSTERNAL

Opportunity Solution Solution


( Peluang ) S-O W-O

Threat Solution Solution


( Ancaman ) S-T W-T

Gambar 2.2 Pola Analisis SWOT

2.6 Prediksi Pemenuhan Kebutuhan Bunker

Dalam menganalisis kajian peningkatan pelayanan bunker harus selalu

diperlukan suatu landasan teori yang dapat memberikan kejelasan sebagai wujud

dari apa yang akan dianalisis baik berdasarkan teori yang akurat maupun praktik

17
di lapangan, sehingga akan terwujudnya kajian peningkatan pelayanan bunker di

depot Sorong dengan peralamalan (Forecasting)

2.7 Trend

Trend adalah perkiraan mengenai sesuatu yang belum terjadi, dalam ilmu

sosial segala sesuatu itu serba tidak pasti, lain halnya dengan ilmu eksakta dimana

segala sesuatu dapat dipastikan hasilnya. Dalam peramalan volume penjualan

perusahaan atau konsumsi dari masyarakat untuk produk tertentu dan sebagainya

selalu berubah. Perubahan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sangat

kompleks seperti kebudayaan, masyarakat, dan tingkat perekonomian.

Oleh karena pengaruh faktor-faktor tersebut perlu diadakannya peramalan

guna mendapatkan gambaran yang mendekati kebenaran. Dalam hal peramalan ini

penulis menggunakan “metoda least square” .

2.7.1 Trend Linier ( Metode Least Square)

Metode ini merupakan metode forecast yang menggunakan persamaan

linier, metode ini lebih cocok kalau dipakai untuk membuat peramalan dimasa

yang akan datang, di mana nilai peramalan sangat dipengaruhi oleh nilai x

(waktu). Prosedur pembuatan peramalan dengan metode ini antara lain dengan

mencari “a” dan “b” dengan menggunakan persamaan berikut :

Y ' = a + bx

(S Y )( S X 2 ) - (S X )( S XY )
a = =
n (S X 2 ) - ( S X ) 2

18
SY
a=
n

(SXY) - (SC)(SU )
b=
n(SX 2 ) - (SC) 2

SCU
b=
SC 2

Dimana :

Y’ = Nilai forecast

a = Constanta

b = Koefisien kecondongan garis trend ( slope )

x = Periode ( tahun, bulan )

n = Banyaknya data

2.7.2 Trend Exsponential

Perubahan sesuatu itu mungkin bersifat exponential seperti peramalan

dibawah ini untuk mencari nilai “a” dan “b” digunakan bantuan logaritma

sehingga persamaan menghasilkan proyeksi terhadap “log Y”. Untuk mencari

nilai “log a” dan “log b” digunakan rumus sebagai berikut :

S logY
Log a =
n

S(X.logY )
Log b =
SX 2

Y'= a.b x

19
Dimana :

“Y” adalah nilai Trend

“a” adalah konstanta

“b” adalah koefisien kecondongan garis trend (slope)

“x” adalah periode waktu jangka panjang (tahunan)

2.8 Sarana dan Fasilitas

Sarana dan fasilitas yang terkait dalam kegiatan suplai dan distribusi BBM

bunker yang ada di Depot Sorong adalah sebagai berikut:

Ø Fasilitas Penerimaan

Ø Fasilitas Penimbunan

Ø Fasilitas Penyaluran

2.9 Kualitas Pelayanan

Definisi kualitas jasa berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan

keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaian untuk mengimbangi harapan

pelanggan. Maksud dari pengertian tersebut diringkas sebagai berikut :

Apabila barang atau jasa yang diterima atau dipersepsikan baik dan

memuaskan. Jika barang atau jasa yang terima melampaui harapan pelanggan

maka kualitas tersebut dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal. Sebaiknya jika

yang diterima lebih rendah dari pada yang diharapkan maka kualitasnya

dipersepsikan buruk. Dengan demikian baik tidaknya kualitas barang atau jasa

tergantung pada kemampuan penyedia dalam memenuhi harapan konsumen

20
secara konsisten. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan

dapat diringkas sebagai berikut :

1. Fungsi suatu produk.

Di dalam menciptakan atau memberikan suatu produk baik berupa barang

atau jasa, yang tidak boleh dilupakan adalah memperhatikan fungsi dari produk

tersebut yaitu untuk apakah produk atau jasa tersebut digunakan.

Produk / jasa tersebut dapat memenuhi fungsinya. Kepuasan pelanggan

dipengaruhi oleh fungsi dari produk yang digunakannya, maka hendaknya kualitas

dari suatu produk harus sesuai dengan fungsi untuk apa produk itu disediakan.

2. Wujud luar

Wujud luar dari suatu produk sering kali digunakan oleh pelanggan untuk

menentukan kualitas produk yang akan dibelinya, seperti bentuknya, penampilan

luarnya, warna, desain interior, dan sebagainya. Konsumen akan menganggap

kualitas dari suatu produk tersebut baik apabila wujud luarnya menarik, padahal

tidak selamanya demikian. Oleh karena itu meskipun secara teknis produk

tersebut sudah maju namun wujud luarnya atau penampilannya tidak menarik

maka hal ini dapat menyebabkan pelanggan kurang menyukai produk tersebut.

3. Bila barang atau penyediaan barang.

Adapun suatu penelitian menyebutkan bahwa suatu produk barang atau

jasa yang berharga mahal adalah berkualitas baik, dan sebaliknya produk yang

memilki harga murah dianggap sebagai produk yang memiliki kualitas rendah.

Hal tersebut bisa terjadi karena untuk menghasilkan produk yang berkualitas baik

21
membutuhkan biaya yang lebih tinggi. Sebenarnya tidak demikian halnya, sebab

biaya atau harga yang diperkirakan tidak selamanya biaya yang sebenarnya.

Sementara itu, untuk menjaga konsistensi kualitas produk dan jasa yang

dihasilkan dan sesuai dengan tuntutan kebutuhan pasar, perlu dilakukan

pengendalian kualitas (quality control) atas aktivitas proses yang dijalani.

Dari pengendalian kualitas tersebut yang berdasarkan inspeksi dengan

penerimaan produk yang memenuhi syarat dan penolakan yang tidak memenuhi

syarat sehingga banyak bahan, tenaga, dan waktu yang terbuang. Oleh karena itu

muncul pemikiran untuk menciptakan sistem yang dapat mencegah timbulnya

masalah mengenai kualitas agar kesalahan yang pernah terjadi tidak terulang lagi.

Kualitas pelayanan akan dianggap baik atau memuaskan jika didalamnya

terkandung unsur – unsur seperti :

Ø Tepat Mutu

Ø Tepat Jumlah

Ø Tepat Waktu

Ø Tepat Harga

Ø Tepat Tempat

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai pengertian mutu atau

kualitas, berikut ini dikemukakan dari beberapa ahli.

Philip Kotler (2000:57) mengemukakan; bahwa mutu adalah keseluruhan

ciri serta sifat suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada

kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau yang tersirat.

22
Pada prinsipnya Philip Kotler memberikan pengertian mutu sebagai

kualitas yang berpusat pada pelanggan dimana untuk mutu tidak hanya terletak

pada mutu kesesuaian dan mutu kinerja namun mutu yang dimaksud adalah mutu

keseluruhan.

Hradesky ( 1995:2 ) mengemukakan bahwa mutu adalah harapan dan

persyaratan pelanggan, yang mana ditentukan oleh pelanggan dan pasar termasuk

semua produk dan atribut-atribut lainnya. Mutu bertujuan menghilangkan cacat,

kesalahan, dan keluhan.

Dari pendapat Hradesky di atas mengarahkan pendapatnya tentang mutu

sebagai tindakan untuk memenuhi apa yamg menjadi harapan dan persyaratan dari

pelanggan, dengan memenuhi apa yang dimaksud pelanggan maka akan dapat

menghilangkan cacat, kesalahan dan keluhan.

2.10 Persepsi Pelanggan

Persepsi pelanggan mengenai mutu suatu jasa dan kepuasan menyeluruh

memiliki beberapa indikator atau petunjuk yang bisa dilihat. Pelanggan mungkin

tersenyum ketika mereka berbicara mengenai barang atau jasa. Mereka mungkin

mengatakan hal-hal yang bagus tentang barang atau jasa. Senyum suatu bukti

bahwa seseorang puas apa yang dia peroleh, sedangkan cemberut mencerminkan

kekecewaan. Namun demikian untuk mengetahui seberapa besar kepuasan

pelanggan tentu tidak dapat hanya dengan melihat dari ekspresi seseorang. Karena

hal ini belum tentu menunjukkan bahwa senyumnya seseorang menandakan puas

mungkin sebaliknya, akhirnya pelanggan tidak datang lagi atau lari ketempat lain.

23
III. PEMBAHASAN

3.1 Depot Sorong

Sebagai salah satu Seafed Depot yang berada di wilayah timur Indonesia,

Depot Sorong sangat potensial dalam memenuhi kebutuhan konsumen akan BBM

Kapal, dimana kebutuhan konsumen relatif meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini

tidak terlepas dari keberadaan Kota Sorong sebagai kota pelabuhan terbesar di

wilayah Papua, karena letak geografisnya yang merupakan gerbang pelabuhan

untuk memasuki wilayah Papua.

Sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, Kota Sorong

juga semakin ramai dengan masuknya investor-investor baru, khususnya dalam

bisnis industri kayu yang merupakan hasil hutan sebagai kekayaan alam Papua.

Selain itu, Kota Sorong juga dikenal sebagai kota minyak, yakni dengan

keberadaan PERTAMINA Eksplorasi dan Produksi (Klamono), dan Unit

Pengolahan VII Kilang Kasim, sehingga pertumbuhan perekonomian Kota Sorong

dapat dikatakan cukup signifikan dibanding dengan daerah lain di wilayah Papua.

3.2 Kegiatan Operasi Depot Sorong

Untuk memenuhi kebutuhan BBM diwilayah operasinya, kegiatan yang

dilakukan di Depot Sorong meliputi operasi penerimaan, penimbunan dan

penyaluran BBM. Sama halnya seperti seafed depot lain yang ada di Indonesia

pada umumnya, kegiatan pengangkutan BBM ke Sorong menggunakan alat

transportasi laut tanker.

24
Selanjutnya BBM yang diterima dari hasil pembongkaran tanker ditampung

ke dalam tangki timbun BBM yang ada di Depot Sorong. Setelah diketahui

jumlah dan kualitas BBM yang diterima tersebut baik, maka produk BBM

tersebut siap untuk dipasarkan. Untuk lebih rinci lagi kegiatan operasional yang

ada di Depot Sorong seperti yang diuraikan berikut ini.

3.2.1 Kegiatan Operasi Penerimaan BBM

Pelaksanaan kegiatan operasi penerimaan produk BBM di Depot Sorong

melalui dermaga khusus PERTAMINA. Depot Sorong secara rutin menerima

suplai BBM dari Kilang UP VII Kasim menggunakan tanker kapasitas 6500 kl.

Sebagai jalur alternatif menerima suplai dari TT. Wayame Ambon. Untuk jalur

emergency suplai BBM dari Balikpapan.

Pada kesempatan ini sesuai dengan judul skripsi yang penulis ambil dan

untuk menghindari pembahasan yang terlalu meluas, maka penulis hanya

menyajikan pembahasan mengenai produk BBM Solar saja sesuai dengan batasan

masalah.

Untuk melihat data aktual kegiatan operasi penerimaan produk BBM Solar

selama 5 (lima) tahun terakhir di Depot Sorong dapat dilihat pada tabel 3.1 dan

pada gambar 3.1.

Tabel 3.1 Data Penerimaan BBM Solar Periode Tahun 2004-2008

PRODUK 2004 2005 2006 2007 2008

M.SOLAR 123,890 130,155 134,035 159,012 187,961


Data dari distribusi Depot Sorong (dalam kl)

25
Lebih jelas lagi grafik penerimaan BBM Solar dari tahun ke tahun selama 5

(lima) tahun terakhir mulai dari tahun 2004 hingga tahun 2008 dapat dilihat pada

gambar 3.1.

Gambar 3.1 Grafik Penerimaan BBM Solar Tahun 2004-2008

Untuk kelancaran kegiatan operasi penerimaan BBM yang diangkut dengan

tanker, di Depot Sorong tersedia fasilitas dermaga khusus PERTAMINA.

Dermaga khusus PERTAMINA berfungsi untuk melaksanakan kegiatan

khusus untuk bongkar muat BBM oleh kapal-kapal tanker dengan ukuran dan

kapasitas tertentu. Data dermaga khusus PERTAMINA yang ada di Depot Sorong

seperti yang tertera berikut ini :

3.2.2 Sarana dan Fasilitas

Depot Sorong yang terletak di Jl. A. Yani No. 33 dengan luas wilayah

71.908 M2, memiliki sarana dan fasilitas yang terkait dengan kegiatan suplai dan

distribusi BBM berupa fasilitas penerimaan, penimbunan dan penyaluran sebagai

berikut:

26
Fasilitas Penerimaan BBM:

v 1 (satu) buah Dermaga dengan kapasitas 17.000 DWT

v Jalur Pipa Penerimaan

§ Premium : Uk 8” panjang 676 M

§ M.Tanah : Uk 8“ panjang 666 M

§ M. Solar : Uk 8” panjang 1.417 M, dan

Uk 6” panjang 1.136 M

Fasilitas Penimbunan BBM:

v Tangki Timbun Premium : 2 Bh, Total Kapasitas 2.572 KL

v Tangki Timbun M.Tanah : 2 Bh, Total Kapasitas 3.994 KL

v Tangki Timbun M. Solar : 3 Bh, Total Kapasitas 17.881 KL

Fasilitas Penyaluran BBM:

v Pompa Produk P, K, S, kapasitas 1.800 gpm.

v 1 (satu) buah Bangsal Pengisian bulk dan in drum untuk produk

Premium, Minyak Tanah, dan Minyak Solar masing-masing satu titik,

yang dilengkapi dengan meter arus maksimum kapasitas 113 DL/mnt

dan maksimum tekanan 1.300 rpm.

v Jalur Pipa Penyaluran BBM:

§ Premium : Uk 6” panjang 353,96 M

§ M.Tanah : Uk 6” panjang 343,07 M

§ M. Solar : Uk 6” panjang 1.136,33 M

27
v Sarana Angkutan Mobil Tangki :

§ Premium : 7 unit, kapasitas 5 KL

§ M.Tanah : 8 unit, kapasitas 5 KL

§ M. Solar : 13 unit, kapasitas 5 KL

§ Type = Jetty

§ Ukuran = 9,8 m x 5,75 m

§ Kontruksi = Beton bertulang & pipa baja diameter 10

inch

§ Catwalk = 14,70 m x 2,50 m

§ Breasting Dolphin 2 buah = Kapasitas 2.000 DWT

§ Ukuran = 2,50 m x 1,40 m x 1,25 m

§ Konstruksi = Beton cor bertulang dan pipa diameter 10

inch

3.2.3 Kegiatan Operasi Penimbunan BBM Solar

Kegiatan operasi penimbunan BBM Solar Depot Sorong setiap hari yang

dilaksanakan secara rutin yaitu pengukuran ketinggian cairan (air dan minyak),

suhu dan berat jenis yang kemudian dituangkan atau ditulis ke dalam Form Tank

Ticket. Selanjutnya data yang ada pada tank ticket tersebut dimasukan dan diolah

di dalam komputer sehingga didapat angka stock pagi. Setelah itu operasi

penyaluran BBM Solar baru bisa dilaksanakan. Kegiatan rutin tersebut juga

berlaku disaat penerimaan atau pembongkaran BBM Solar dari kapal tanker.

28
Untuk memenuhi kebutuhan BBM Solar di wilayah kerjanya, Depot Sorong

memiliki fasilitas tangki timbun sebanyak 3 (tiga) buah.

Data kapasitas tangki timbun BBM Solar Depot Sorong dapat dilihat pada

tabel 3.2.

Tabel 3.2 Data Tangki Timbun BBM Solar Depot Sorong

No Jenis No Kapasitas Kapasitas Stock Stock dpt


Produk Tangki Tangki Aman Mati Dipompa
1 M. Solar 1 5.548 5.387 161 5.226
2 M. Solar 2 5.587 5.494 93 5.401
3 M. Solar 14 7.168 7.000 168 6.832
TOTAL 18,303 17,881 422 17,459
Sumber data : Distribusi Depot Sorong ( dlm kl )

3.2.4 Kegiatan Operasi Penyaluran BBM Solar Depot Sorong

Kegiatan operasi penyaluran BBM Solar Depot Sorong selain memenuhi

kebutuhan bunker tugas utama Depot Sorong adalah melayani seluruh kebutuhan

BBM di wilayah Kabupaten Sorong dan sekitarnya. Data realisasi penyaluran

BBM khususnya untuk produk M. Solar selama 5 (lima) tahun terakhir yaitu

periode tahun 2004-2008 dapat dilihat pada tabel 3.3.

Tabel 3.3 Data Penyaluran BBM Solar Tahun 2004-2008

PRODUK 2004 2005 2006 2007 2008

M.SOLAR 135.923 138.751 140.804 161.109 196.507


Sumber data : Distribusi Depot Sorong ( dlm kl obs. )
Untuk lebih jelasnya data penyaluran BBM Solar di depot Sorong selama 5

(lima) tahun terakhir yaitu dari tahun 2004-2008 dapat dilihat pada gambar 3.2.

29
Gambar 3.2 Grafik Penyaluran BBM. Solar tahun 2004-2008

3.3 Pola Pemasaran BBM Solar untuk Bunker

Pemasaran BBM kapal dapat dilaksanakan secara langsung, yaitu dengan

menyerahkan BBM dari PT. PERTAMINA (Persero) langsung kepada pelanggan

melalui fasilitas bunker pit atau bunker service. Selain itu dapat pula dilaksanakan

secara tidak langsung, yaitu dengan melalui lembaga keagenan seperti :

Ø Bunker Agent

Ø SPBN ( Stasiun Pengisian Bahan Bakar Untuk Nelayan )

Ø SPDN ( Solar Packed Dealer untuk Nelayan )

Pola pemasaran BBM Kapal yang diserahkan langsung dari PT. PERTAMINA

(Persero) ataupun melalui lembaga keagenan dapat digambarkan sebagai berikut :

30
PT. Pertamina ( Persero ) Pelayanan langsung
- Kilang - Bunker Pit /
- Terminal Transit Bunker Stasion
- Instalasi - Bunker Service
- Depot

Pelanggan
Transportir / Kontraktor

Pelayanan Tak Langsung


- Bunker Agent
- SPBN
- SPDN

Gambar 3.3 Pola Pemasaran BBM Bunker Kapal

3.3.1 Tata Laksana dan Harga Jual

Pelanggan bunker BBM dengan kapal bertonase sampai 30 Gross Ton atau

dengan mesin kapal bertenaga maksimal 90 PK, dikategorikan sebagai pelanggan

eceran. Khusus bagi pelanggan bunker BBM bersubsidi dengan kapal bertonase

diatas 30 Gross Ton atau dengan mesin kapal bertenaga lebih dari 90 PK, maka

tata laksana penjualan dan penyerahan BBM ke kapal pelanggan harus mengikuti

ketentuan-ketentuan umum sebagai berikut :

Pelanggan :

Ø Calon pelanggan mengajukan surat permintaan menjadi pelanggan

bunker BBM kepada unit pemasaran setempat dengan dilengkapi syarat-

syarat administrasi.

31
Ø Setelah syarat lengkap, diberikan nomor SO (sales order) yang dibuat

oleh fungsi statistik penjualan, dan diteruskan ke fungsi keuangan.

Ø Dengan adanya SO (sales order), bagi pelanggan baru yang membayar

dengan harga subsidi dapat mengajukan permintaan buku langganan

bunker.

Ø Setiap kapal yang akan melaksanakan bunker dengan harga subsidi, harus

memiliki buku langganan bunker. Buku langganan bunker diberikan oleh

unit pemasaran dimana pelanggan tersebut mendaftarkan diri.

Harga Penebusan :

Ø Harga penebusan BBM yang diserahkan langsung oleh PERTAMINA

adalah harga jual BBM tanpa bunker fee atau service charge.

Ø Harga penebusan BBM yang diserahkan oleh PERTAMINA kepada

Lembaga Keagenan adalah harga jual BBM setelah dikurangi dengan

margin penjualan.

Ø Harga penebusan BBM dibayarkan secara langsung oleh Pelanggan /

Lembaga keagenan kepada pihak PERTAMINA.

Ø Harga penebusan BBM bersubsidi berlaku pada saat penyerahan BBM

dari PERTAMINA kepada pelanggan / Lembaga Keagenan.

Penebusan BBM Harga Keekonomian berlaku pada saat pembayaran /

penebusan BBM / pembuatan Sales Order (SO).

Ø Dalam hal terjadi perubahan harga jual BBM bersubsidi, maka mulai

pada saat penyerahan sampai pada jam penetapan harga baru,

32
diberlakukan harga lama. Apabila penyerahan dilaksanakan setelah

berlakunya harga baru, maka diberlakukan harga jual baru.

Biaya Tambahan :

Komponen harga bunker BBM untuk pelayanan menggunakan Fasilitas

Bunker terdiri dari harga jual BBM ditambah dengan biaya tambahan (bunker fee)

yang dibebankan kepada pelanggan. Besaran biaya tambahan tersebut ditentukan

berdasarkan Surat Keputusan Direksi PERTAMINA.

Ketentuan bunker fee adalah :

1) Besaran bunker fee untuk Bunker Station (dalam Rupiah/liter) ditentukan

sesuai kesepakatan dengan pihak pengelola, dengan mempertimbangkan

pengaruhnya terhadap harga jual yang wajar.

2) Besaran bunker fee untuk :

a) Bunker Service Barge untuk penjualan BBM dalam Rupiah

ditentukan dalam 2 (dua) kriteria jarak pelayanan dari titik

penyerahan, yaitu 0 sampai 5 mil laut, dan lebih dari 5 sampai 10

mil laut (bunker fee dalam rupiah/liter). Sedangkan bunker fee

untuk penjualan BBM dalam harga Valuta Asing didalam radius 10

mil laut ditentukan dalam Dollar Amerika Serikat/liter.

b) Bunker Service Mobil Tangki (dalam Rupiah/kl) ditentukan dalam

radius sampai 10 km jarak pelayanan dari titik penyerahan.

3) Bunker fee untuk pelayanan menggunakan Bunker Service dibayarkan secara

langsung oleh pelanggan kepada pihak Bunker service.

33
4) Untuk pelayanan bunker di luar radius 10 mil laut atau diluar radius 10 km

diberlakukan ketentuan bunker fee secara khusus yang ditetapkan oleh otoritas

setempat (misalnya Pelabuhan Perikanan).

5) Apabila dilokasi pelayanan tidak terdapat otoritas yang berkaitan dengan

pelayanan bunker maka diberlakukan tarif Transportir Laut (dalam rupiah / kl

/ mil laut) atau Kontraktor Angkutan Darat (dalam Rupiah/kl/km).

3.3.2 Pola Kemitraan

Dalam upaya melaksanakan penyebaran secara merata dalam

pendistribusian BBM di sentra-sentra perekonomian yang merupakan segmen

pasar potensial, maka dipandang perlu membentuk pola kemitraan dengan instansi

tertentu, baik milik pemerintah maupun swasta. Mitra usaha PERTAMINA dalam

pelayanan bunker BBM merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem dan

pola pemasaran yang berlaku baik langsung maupun tak langsung. Dalam keadaan

tertentu apabila dipandang perlu, PERTAMINA dapat mengelola sendiri bunker

service, agen bunker, SPBB atau SPDN ataupun bentuk pelayanan bunker BBM

kapal lainnya.

Menghadapi lingkungan bisnis perminyakan dengan tingkat persaingan

yang tinggi diperlukan persatuan yang erat antara personal perusahaan dengan

dengan mitra bisnisnya.

Pergeseran pasar yang semula produsen mengendalikan bisnis berubah

menjadi pelanggan yang mengendalikan bisnis, telah memaksa perusahaan untuk

meningkatkan kemampuannya dalam menyediakan produk yang mampu

memberikan value bagi pelanggan.


34
Karena kebutuhan pelanggan senantiasa berubah dan berkembang menjadi

lebih kompleks, maka melalui kemitraan usaha perusahaan akan mampu

memenuhi kebutuhan pelanggan tersebut, yang dilandasi dengan kompetensi dan

kepercayaan antar kedua pihak.

3.4 Penerapan Strategi Pemasaran

Sebagai Perusahaan yang bergerak dalam bisnis murni, dimana

kelangsungan hidup Perusahaan sangat ditentukan oleh keberhasilan pemasaran,

maka pendekatan teori-teori pemasaran sangatlah menjadi perhatian terutama

dalam mengantisipasi kemungkinan yang akan terjadi pada masa yang akan

datang. Salah satu wujud dari kepedulian Perusahaan dalam menghadapi

kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada masa yang akan datang, yaitu

dengan kebijakan Perusahaan untuk memaksimalkan nilai tambah pada

pengelolaan dan pengembangan Kilang, Perkapalan dan Distribusi / Pemasaran.

Dengan pengelolaan dan pengembangan Kilang, diharapkan adanya

mekanisme kerja yang efektif dan efisien berkaitan dengan sarana dan fasilitas

yang dimiliki masing-masing Kilang dalam pengelolaan produk yang akan

dipasarkan.

Nilai tambah yang diharapkan pada bidang Perkapalan, yaitu dengan upaya

mendapatkan cost per liter yang seminimal mungkin, tanpa mengesampingkan

unsur safety dan suplai yang terjamin. Sementara untuk bidang Distribusi /

Pemasaran, yaitu dengan mengupayakan pola distribusi yang efektif dan efisien

dengan mempertimbangkan faktor kedekatan jarak dan penggunaan sarana

35
transportasi yang tepat, untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya

demi kemajuan Perusahaan.

Depot Sorong sebagai salah satu Seafed Depot yang merupakan ujung

tombak Perusahaan dalam memasarkan BBM, tentunya tidak terlepas dari

kewajiban dalam mewujudkan cita-cita dan harapan Perusahaan untuk menjadi

Perusahaan yang unggul, maju dan terpandang. Dan sebagai Depot yang memiliki

angka penjualan BBM Kapal yang cukup besar, maka penerapan strategi

pemasaran yang tepat dalam pemasaran BBM Kapal, sangat menentukan masa

depa Perusahaan pada masa yang akan datang, mengingat BBM Kapal adalah

pintu gerbang masuknya pesaing dalam bisnis perminyakan di tanah air.

3.4.1 Pendekatan Bauran Pemasaran

Penggunaan teori pemasaran dengan pendekatan bauran pemasaran untuk

mengantisipasi era perdagangan bebas, khususnya pada BBM Kapal

(bunker) di Depot Sorong, adalah merupakan bagian yang cukup penting

dimana pembahasan dapat terfokus pada 4P yaitu product, price,

placement dan promotion.

Ø Produk ( Product )

Sebagai perusahaan besar dalam dunia perminyakan di Indonesia,

PERTAMINA harus benar-benar memperhatikan kualitas produk BBM

Kapal yang ditawarkan. Selain itu faktor kuantitas produk (ketahanan

stock) juga sangat berpengaruh dalam memenuhi kepuasan pelanggan.

36
Kondisi saat ini menunjukkan bahwa produk yang ditawarkan telah

terjamin mutunya berdasarkan spesifikasi yang ditetapkan oleh Ditjen

Migas yang telah diuji berdasarkan metode yang berstandar internasional

(ASTM). Namun sebagai produk BBM Kapal di Depot Sorong yang hanya

tersedia satu produk yaitu Minyak Solar (High Speed Diesel), adalah

merupakan salah satu kelemahan Perusahaan, sebab BBM Kapal yang

sesungguhnya dibutuhkan oleh kapal adalah terdiri dari Minyak Solar,

Minyak Diesel dan Minyak Bakar. Dengan demikian pelanggan tidak

mempunyai alternatif dalam pemilihan produk sesuai kebutuhan mesin

kapal yang dimilikinya.

Ø Harga ( Price )

Penetapan harga yang tepat adalah hal yang sangat penting dalam

persaingan merebut pasar dan mendapatkan keuntungan untuk

kelangsungan hidup Perusahaan. Dengan kondisi harga saat ini dimana

masih mengacu pada kebijakan lama yaitu mendistribusikan BBM dengan

subsidi Pemerintah, tidak lagi efektif mengingat perubahan status

Perusahaan yang telah menjadi PT. PERTAMINA (PERSERO).

Selain itu, faktor jarak yang cukup jauh dalam hal pengadaan BBM, akan

mempengaruhi cost per liter yang timbul akibat biaya transportasi mulai

dari Kilang sampai pada lokasi penimbunan. Kelemahan dalam faktor

harga sangat berkaitan dengan faktor jarak dan faktor produk, dimana

perbedaan harga masing-masing jenis produk bunker akan mempengaruhi

keputusan pelanggan dalam menentukan sikap.


37
Ø Tempat ( Placement )

Depot Sorong sebagai Seafed Depot yang berada dalam areal kolam

pelabuhan milik Pemerintah, sangat strategis dalam melakukan kegiatan

pemasaran BBM Kapal, hal ini tidak terlepas dari keberadaan Kota Sorong

yang dikenal sebagai kota pelabuhan, dimana pertumbuhan ekonomi yang

cukup pesat dibanding dengan daerah lain di wilayah Papua. Mata rantai

dalam pendistribusian produk, merupakan hubungan yang berkaitan erat

mulai dari supplier sampai pada konsumen akhir yang dapat dilakukan

secara langsung, ataupun melalui lembaga keagenan.

Ø Promosi ( Promotion )

Sebagai Perusahaan yang selama ini merupakan pemain tunggal dalam

bisnis perminyakan di tanah air, kegiatan promosi bukanlah hal penting

dalam pemasaran BBM. Namun dengan perubahan status Perusahaan, dan

kemungkinan masuknya pesaing di masa yang akan datang, faktor ini

dapat menjadi perhatian Perusahaan, mengingat kegiatan promosi adalah

merupakan salah satu faktor penentu dalam pengenalan produk yang

ditawarkan.

3.4.2 Pendekatan Metode Analisis SWOT

Untuk melihat kondisi pemasaran BBM Kapal di Depot Sorong, dapat

dilakukan dengan pendekatan Analisis SWOT, yaitu sebagai alat bantu

yang mampu menganalisis dan mengklasifikasi semua faktor ke dalam

faktor internal dan faktor eksternal sebagai berikut :

38
STRENGTH WEAKNESS
( kekuatan ) ( kelemahan )

INTERNAL
- Pola suplai terjamin - Fasilitas pengisian bunker
- Kapasitas tangki timbun yg tidak memadai
memadai - Produk BBM bunker yg ada
- Memiliki dermaga khusus hanya Minyak Solar.
kapasitas DWT 17.000 - Birokrasi yang ketat
- Hubungan yang harmonis - SDM masih bermental
EKSTERNAL dengan otoritas pelabuhan penguasa

OPPORTUNITY S-O W-O


( peluang ) ( strategi ) ( strategi )

- Kebutuhan BBM bunker - Tanker programing yg - Mempertimbangkan


yang terus meningkat handal. pengadaan fasilitas bunker
- Memiliki 2 unit LCT - Optimalisasi fasilitas yang sesuai
yang dapat digunakan penimbunan - Menyediakan produk
sebagai bunker service - Optimalisasi pemanfaatan alternatif kebutuhan BBM
- Pelabuhan umum belum dermaga kapal (bunker)
terdapat fasilitas bunker - Meningkatkan kerjasama - Mengutamakan customer
Pit yang baik dengan otoritas satisfaction
pelabuhan

THREAT S-T W-T


( ancaman ) ( strategi ) ( strategi )

- BBM Kapal sebagai - Adanya pembagian - Antisipasi penyediaan


pintu gerbang masuknya keuntungan dalam Bunker Service dengan LCT
pesaing penyediaan Bunker Pit di milik Perusahaan.
- Terdapat bunker-bunker Pelabuhan Umum - Mengubah pola sikap
gelap yang - Penyediaan fasilitas Bunker pekerja dari mental
memperdagangkan BBM Service dengan kapal milik penguasa menjadi
Kapal. pengusaha

3.4.3 Analisis Matriks Solusi

Berdasarkan analisis dan identifikasi faktor internal dan eksternal, dapat

dihasilkan 4 (empat) set kemungkinan strategi untuk digunakan dalam

menghadapi pesaing dalam era perdagangan bebas, khususnya BBM

Kapal di Depot Sorong yaitu:

39
Strategi (S – O)

Yaitu dengan cara mengoptimalkan kekuatan yang ada untuk

memanfaatkan peluang sebesar-besarnya antara lain :

q Tanker programming yang handal, hal ini sangat berkaitan erat dengan

pemanfaatan dermaga dan ketersediaan produk BBM Kapal, sehingga

tidak terjadi kekosongan stock

q Optimalisasi fasilitas penimbunan, berkaitan dengan kebutuhan

Minyak Solar secara keseluruhan sehingga senantiasa tercipta stock

dalam kondisi aman dan terkendali untuk mencegah terjadinya

kekurangan stock yang dapat merugikan Perusahaan.

q Optimalisasi penggunaan fasilitas dermaga khusus, tidak terlepas dari

peranan petugas dermaga dalam melaksanakan discharge BBM secara

tepat mutu, tepat jumlah, tepat waktu serta safety yang terjamin.

q Meningkatkan kerjasama yang baik dengan otoritas pelabuhan, hal ini

sangat berkaitan dengan sifat pekerjaan sebagai Seafed Depot dimana

sebagian besar kegiatannya, terutama pada kegiatan penerimaan BBM

yang senantiasa berhubungan dengan pihak Pelabuhan sebagai kendali

kebijakan untuk semua kegiatan yang menyangkut dengan

Kepelabuhanan.

Strategi (S – T)

Adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki, untuk

mengatasi ancaman antara lain :

40
q Adanya pembagian keuntungan dalam penyediaan bunker pit di

dermaga umum, sebagai salah satu alternatif dalam penyediaan

fasilitas bunker untuk mengantisipasi persaingan pada masa yang akan

datang, sekaligus merupakan strategi Perusahaan dalam mendekatkan

diri pada pelanggan dengan peluang perolehan nilai tambah untuk

keuntungan Perusahaan.

q Penyediaan fasilitas Bunker Service dengan kapal milik, sebagai upaya

mencegah hal-hal yang tidak diinginkan pada masa datang yang penuh

dengan ketidak pastian. Hal ini berkaitan dengan keberadaan BBM

Kapal sebagai pintu gerbang masuknya pesaing yang memungkinkan

untuk pihak ketiga (pemilik kapal) akan bebas menentukan sikap

dalam memilih pemasok BBM dalam bisnis perminyakan di Indonesia.

Strategi (W – O)

Yaitu penerapan strategi untuk memanfaatkan peluang dengan cara

meminimalkan kelemahan yang ada.

q Mempertimbangkan pengadaan fasilitas bunker yang sesuai, yaitu

dengan alternatif penyediaan fasilitas yang paling efektif dalam

menghadapi pesaing pada masa yang akan datang,

dengan mempertimbangkan faktor analisis biaya yang sekecil-kecilnya

dan perolehan keuntungan yang sebesar-besarnya, tanpa mengabaikan

faktor safety dan kepuasan pelanggan.

q Menyediakan produk alternatif kebutuhan BBM Kapal (bunker) seperti

MDO (Minyak Diesel Oil), MDF (Minyal Diesel Fuel). mengingat

41
perbedaan harga dan kesesuaian dalam pemenuhan kebutuhan BBM

untuk kapal (bunker), yang memungkinkan konsumen beralih pada

Perusahaan lain untuk memenuhi kebutuhannya.

q Memberi kemudahan bagi pelanggan dalam bernegosiasi, sehingga

pelanggan akan merasa nyaman dalam melakukan transaksi pembelian

BBM. Hal ini tidak terlepas dari sistem birokrasi saat ini yang begitu

ketat, khususnya dalam persetujuan alokasi permintaan konsumen,

serta sikap pekerja selama ini yang masih bermental penguasa,

sehingga akan sangat mempengaruhi sikap pelanggan dalam

memenuhi kebutuhannya akan BBM.

Strategi (W – T)

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha

meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

q Antisipasi penyediaan fasilitas Bunker Service dengan kapal (Landing

Craft Tank) milik Perusahaan, sebagai upaya dalam meningkatkan

nilai tambah pada sarana dan fasilitas Perusahaan yang ada, dimana

pemanfaatan kapal (Landing Craft Tank) yang merupakan asset

perusahaan sebanyak 2 (dua) unit selama ini, yaitu digunakan sebagai

sarana transportasi Pelumas dan LPG dari Depot Sorong untuk disuplai

ke depot-depot lain dalam jajaran wilayah kerja Unit Pemasaran VIII

Jayapura.Dengan mengubah pola sikap pekerja dari mental penguasa

menjadi pengusaha, merupakan hal yang mutlak dibutuhkan dalam

42
sebuah Perusahaan yang keberadaannya sangat tergantung dari hasil

usahanya.

3.5 Prosedur Pelayanan Bunker Depot Sorong

Ø Pelanggan atau Konsumen

Setelah surat permohonan bunker dari pelanggan disetujui oleh OH Depot,

maka pelanggan atau konsumen kemudian menyetor uang ke Rekening

PERTAMINA pada bank yang sudah ditunjuk untuk pembayaran

Pembelian BBM untuk Bunker termasuk PPN

Ø Bank

Menerima setoran pemesanan Bunker BBM dan pajak dari pelanggan

sesuai dengan formulir pemesanan, kemudian memasukkannya pada

rekening penerimaan BBM PT. PERTAMINA (Persero) Pusat dan

melakukan proses validasi dan pembuatan SO.

Ø Administrasi Keuangan

Pelanggan bunker ke Pengawas Adm / KEU dengan menunjukkan Bukti

Setoran Bank pemesanan BBM Solar untuk bunker.

Dilakukan proses pembuatan LO (loading order ) berdasarkan SO dari

Bank, setelah dilakukan verifikasi LO (Loading Order) diserahkan

kepada Pws. Penyaluran untuk proses pelaksanaan Bunker. Melakukan

verifikasi dokumen rekapitulasi penyerahan BBM dari Pws. Penyaluran

setiap penyerahan BBM .

43
Ø Pws. Penyaluran

Melaksanakan proses penyerahan BBM Solar untuk bunker baik dengan

mobil tangki maupun melalui bunker pit dan kemudian membuat

Rekapitulasi Penyerahan BBM Solar untuk bunker melalui bunker pit

setiap akhir periode disertai lampiran LO (loading order).

Prosedur penyetoran semacam ini masih dianggap kurang praktis karena

pelanggan harus bolak balik ke Depot untuk melaksanakan proses penyetoran

uang ke bank. Untuk itu perlu dicarikan solusi supaya pelanggan bisa merasa

lebih mudah membeli BBM Solar untuk bunker dengan cepat dan tidak perlu

birokrasi yang panjang, Misalnya dengan cara pelanggan bunker mempunyai

alokasi BBM solar yang rutin maka penyetoran sistem pembayaran sekaligus

dengan pengambilan pertahap serta pembayaran secara cepat dengan

menggunakan Kartu Debit yang namanya Kartu Pertamina Bizcard yang saat ini

sudah berjalan di Instalasi Tanjung Priok Jakarta.

Pendistribusian BBM Solar untuk bunker Depot Sorong adalah

menggunakan mobil tangki untuk kapal – kapal yang tidak bisa sandar di dermaga

umum atau yang berada jauh dari lokasi dermaga umum Sorong. Untuk saat ini

pengangkutan BBM Solar untuk bunker kapal masih dikuasai oleh pihak

transportir darat yang bekerja sama dengan pihak perwakilan kapal.

44
Sedangkan untuk kapal – kapal yang bisa sandar di dermaga umum dapat

dilayani dengan pipa ( bunker pit ) yang dihubungkan dengan selang karet yang

ditarik secara manual menggunakan tenaga manusia untuk mencapai manifold

kapal.

Depot Sorong melayani bunker kapal – kapal kargo, dan juga kapal

penumpang yang secara rutin keluar masuk pelabuhan Sorong untuk memenuhi

kebutuhan transportasi maupun kebutuhan hidup seluruh masyarakat di

Kabupaten Sorong. Selain memiliki peluang yang cukup besar, bunker juga

merupakan salah satu cara untuk meningkatkan persaingan bisnis penjualan BBM

Solar.

Untuk mengetahui peluang bisnis bunker ke depan perlu ada data penjualan

BBM Solar untuk bunker tahun-tahun sebelumnya. Pada kesempatan ini penulis

hanya menyajikan data penjualan BBM Solar bunker 5 (lima) tahun sebelumnya

sebagai dasar untuk meramalkan kebutuhan bunker ke depan. Sedangkan untuk

mengetahui tingkat rata-rata kebutuhan bunker dan jumlah kapal yang bunker

perhari, penulis mengambil data dari pelayanan bunker selama 1 (satu) tahun

terakhir yaitu data pelayanan bunker selama periode tahun 2008.

Data realisasi thruput bunker BBM Solar di Depot Sorong selama periode

bulan Januari hingga Desember 2008 dapat dilihat pada tabel 3.4.

45
Tabel 3.4 Thruput Bunker BBM Solar Tahun 2008
Dalam kl
PRODUK FREKUENSI
BULAN M. SOLAR KAPAL (CALL)
JANUARI 7.646 47
FEBRUARI 11.186 54
MARET 9.424 60
APRIL 9.070 54
MEI 9.487 36
JUNI 9.809 68
JULI 10.707 42
AGUSTUS 7.864 55
SEPTEMBER 9.555 44
OKTOBER 8.162 49
NOPEMBER 9.158 59
DESEMBER 11.514 42
TOTAL 113.582 610
RATA²/ BULAN 9.465 20
RATA² / HARI 315 1
Sumber Data : Distribusi Depot Sorong

Untuk kelancaran kegiatan operasi penyaluran bunker BBM Solar, Depot

Sorong dilengkapi dengan fasilitas penyaluran bunker BBM Solar dengan

menggunakan mobil tangki dan menggunakan bunker pit. Data selengkapnya

mengenai fasilitas bunker yang dimiliki Depot Sorong seperti yang tertera dalam

uraian selanjutnya.

Ø Fasilitas Pengisian Bunker BBM Solar dengan Mobil Tangki

Fasilitas pengisian bunker BBM Solar dengan mobil tangki yang tersedia

saat ini terdiri dari : Pompa Produk, Meter Arus, loading arm serta instalasi

perpipaan dan tanpa dilengkapi dengan bangsal pengisian.

46
Fasilitas tersebut untuk sekarang ini dipergunakan juga untuk penyaluran

BBM Solar kepada pelanggan industri Depot Sorong yang tidak bisa

terkafer oleh Bangsal pengisian karena antrian yang cukup banyak.

Ø Fasilitas Bunker Pit

Fasilitas bunker pit yang dimiliki oleh Depot Sorong saat ini adalah pompa

produk, jaringan pipa dan meter arus yang menjadi satu dengan pengisian

mobil tangki serta menggunakan selang penghubung dari karet 2 inch dan

2,5 inch masing-masing sepanjang 40 meter.

Kelemahan dari kedua fasilitas bunker yang dimiliki Depot Sorong saat ini

adalah tidak bisa dipakai sekaligus keduanya, karena meter arus yang dipakai

dijadikan satu antara bunker pit dengan fasilitas pengisian mobil tangki baik untuk

bunker maupun untuk industri. Jadi jika ada pengisian bunker kapal dengan

bunker pit, maka pengisian mobil tangki untuk bunker maupun industri harus

ditunda hingga pengisian bunker secara langsung ke kapal selesai.

Selain itu kelemahan lain yang ada pada kondisi pelayanan bunker Depot

Sorong saat ini adalah kurangnya personil SDM yang menangani bunker pit

sekaligus melayani penyaluran dengan mobil tangki untuk bunker maupun

industri (hanya 1 orang).

Data-data fasilitas bunker yang dimiliki Depot Sorong saat ini adalah

sebagai berikut.

47
Ø Pompa Produk

Merek : STORK

Kapasitas : 204 dpm

Penggerak mula : Perkins

Ø Meter Arus

Merek : Avery Hardol

Tipe : BM 450

Kapasitas : 10.3 Bar

Ø Loading Arm

Merek : Emco Wheaton / OPW

Tipe : A/3258

Ukuran Diameter : 2,5”

3.6 Prediksi Pemenuhan Kebutuhan Bunker

Untuk mengetahui hasil ramalan kebutuhan BBM Solar untuk bunker 5

(lima) tahun ke depan, diperlukan data pendukung seperti data realisasi bunker

beberapa tahun sebelumnya.

Data realisasi bunker yang penulis tampilkan berikut ini adalah data realisasi

bunker dalam kiloliter Depot Sorong 5 (lima) tahun sebelumnya. Untuk lebih

jelasnya data realisasi bunker Depot Sorong periode tahun 2004 hingga tahun

2008 dapat dilihat pada tabel 3.5 dan pada gambar 3.4.

48
Tabel 3.5 Data Realisasi Bunker BBM Solar Tahun 2004-2008

PRODUK 2004 2005 2006 2007 2008

M. SOLAR 100,500 109,236 117,444 123,840 132,360


Sumber data : Distribusi Depot Sorong(dalam kl)

Kenaikan thruput bunker setiap tahun berarti bahwa prospek bunker ke


depan sangat menjanjikan, apalagi mengingat posisi Depot Sorong yang cukup
strategis karena bersebelahan dengan dermaga umum pelabuhan Sorong.
Untuk diketahui bahwa pelabuhan umum Sorong merupakan pintu gerbang
masuknya kegiatan perekonomian yang menggunakan transportasi laut.
Lebih jelasnya data realisasi penjualan BBM Solar untuk bunker dapat
dilihat seperti yang ditampilkan pada gambar 3.4 berikut ini.

Gambar 3.4 Grafik Realisasi Bunker BBM Solar

49
3.6.1 Realisasi Bunker dan Total Thruput BBM Solar Depot Sorong

Sebagai Seafed Depot yang berada dalam areal kolam pelabuhan umum,

Depot Sorong memiliki angka penjualan BBM Solar untuk bunker yang tidak bisa

di abaikan begitu saja.

Data perbandingan penjualan BBM Solar terhadap realisasi penjualan

bunker BBM Solar di Depot Sorong selama 5 (lima) tahun terakhir mulai dari

tahun 2004 hingga tahun 2008 dapat dilihat pada tabel 3.6.

Tabel 3.6 Realisasi Bunker dan Total Thruput BBM Solar 2004-2008

TAHUN 2004 2005 2006 2007 2008

TOTAL THRUPUT 135,923 138,751 140,804 161,109 196,507

BUNKER 100,500 109,236 117,44 123,840 132,360

PERSENTASE 73,94 % 78,73 % 83,41 % 76,87 % 67,36 %

Sumber data : Distribusi Depot Sorong (dalam kl)

Jika melihat data perbandingan realisasi bunker dengan total thruput minyak

Solar selama 5 (lima) tahun kebelakang tersebut menunjukkan bahwa tidak ada

kendala dalam pemenuhan kebutuhan bunker ke depan. Artinya kebutuhan BBM

Solar untuk bunker pasti akan terpenuhi karena masih relatif kecil yaitu rata –

rata dibawah 5 % dari total thruput BBM Solar Depot Sorong. Jadi tidak ada

indikasi bahwa thruput BBM Solar untuk bunker di depot Sorong akan

mengurangi jatah BBM Solar ke SPBU maupun industri.

50
Hal ini mengingat bahwa kebutuhan BBM Solar di Kabupaten Sorong

cukup tinggi terutama untuk SPBU dan kegiatan Industri HPH . Perbandingan

realisasi bunker BBM Solar dengan total thruput BBM Solar Depot Sorong

tersebut dapat dilihat pada gambar 3.5.

Gambar 3.5 Grafik Total Bunker dan Total Thruput BBM Solar

3.6.2 Perkiraan Kebutuhan BBM Solar Untuk Bunker

Agar dapat mengetahui perkiraan kebutuhan BBM Solar untuk bunker

hingga 5 (lima) tahun yang akan datang menggunakan beberapa methode yang

umumnya sering digunakan. Tujuan dari penggunaan trend- trend yang dimaksud

dengan harapan untuk mendapatkan hasil peramalan yang lebih mendekati

kenyataan. Pada kesempatan ini penulis menggunakan Methode Trend Linier

Least Square dan Methode Exsponential Least Square. Caranya yaitu dengan

membandingkan tingkat nilai AAE ( Average Absolut Error ) atau tingkat rata-rata

kesalahan absolut yang terkecil dari kedua metoda tersebut.

51
Untuk mempermudah penjelasan dan perhitungan trend peramalan

digunakan tabel penolong seperti yang tampak pada tabel 3.7. Data yang

dipergunakan

seb

2
Tahun X Y XY X Log Y X Log Y
2004 -2 10,050 -20100 4 4.00217 -8.00433
2005 -1 10,923 -10923 1 4.03834 -4.03834
2006 0 11,744 0 0 4.06982 0.00000
2007 1 12,384 12384 1 4.09286 4.09286
2008 2 13,236 26472 4 4.12176 8.24351
N= SX = SY = SXY = SX =
2 S Log Y = ΣX Log Y=
5 0 58,337 7,833 10 20.32494 0.29370
agai dasar perhitungan adalah dari Tabel 3.5 yaitu data realisasi bunker lima tahun

terakhir mulai dari tahun 2004 hingga 2008.

Tabel. 3.7 Penolong untuk mencari Trend Linier dan Exponential ”Bunker”

Persamaan Trend Linier = Y’ = a + bx


SY ( SX 2 ) - SX ( SXY )
a=
n ( SX 2 ) - (SX ) 2
58,337(10) - 0(7,833)
=
5(10) - (0) 2
583,370
=
50
a = 11,667
n ( SXY ) - SX ( SY )
b=
n ( SX 2 ) - (SX ) 2

5(7,833) - 0(58,337)
=
5(10) - (0) 2

39,165
=
50

b = 783,30

52
Persamaan Trend Linier = Y’ = a + bx

Y’ = 11,667 + 783,3( x )

Persamaan Trend Exsponential = Y’ = a x bx

( S Log Y ) ( SX 2 ) - (SX) (SX Log Y )


Log a =
n ( SX 2 ) - (SX) 2

SLogY 20.32494
= = = 4.065898
n 5

a = 11,638.52651

n( S X Log Y ) - (SX) ( S Log Y )


Log b =
n ( SX 2 ) - (SX) 2

SX Log Y 0.29370
= = = 0.02937
SX 2 10

b = 1.0699

Persamaan Trend Exsponential : Y’ = a x bx

Y’ = 11,638.526 x 1.0699x

Sedangkan AAE ( Average Absolut Error ) untuk trend linier dan

exponential, hitungannya sebagai berikut seperti yang diperlihatkan pada tabel

3.8.

53
Tabel 3.8 Penolong untuk mencari AAE ( Average Absolut Error ) “Bunker”

X Y Linier Exponential Linier Exponential


-2 10,050 10,100 10,167 50 117
-1 10,923 10,884 10,878 39 45
0 11,744 11,667 11,639 77 105
1 12,384 12,450 12,452 66 68
2 13,236 13,234 13,322 2 86
Σ ‌ Y - Y' ‌ = 235 422

AAE = ‌ Y - Y' ‌ : n 47.1 84.5

Dari uraian perhitungan diatas, AAE ( Average Absolut Error ) yang

menunjukkan nilai penyimpangan rata-rata terkecil adalah methode linier least

square, untuk itu yang dipilih adalah persamaan Trend linier Least Square dengan

persamaan Trend Linier : Y’ = a x bx yaitu :

Y’ = 11,667 x 783.3x

Sehingga diperoleh hasil perhitungan peramalan kebutuhan bunker selama 5

(lima) tahun kedepan dengan menggunakan methode linierl least square adalah

sebagai berikut :

Ø Trend tahun 2009 ( x = 3 ) → Y’ = 11,667 x 783.3 .3 = 14,016.9

Ø Trend tahun 2010 ( x = 4 ) → Y’ = 11,667 x 783.3 .4 = 14,800.2

Ø Trend tahun 2011( x = 5 ) → Y’ = 11,667 x 783.3 . 5 = 15,583.5

Ø Trend tahun 2012 ( x = 6 ) → Y’ = 11,667 x783.3 . 6 = 16,366.8

Ø Trend tahun 2013 ( x = 7 ) → Y’ = 11,667 x 783.3. 7 = 17,150.1


54
Untuk melihat lebih jelas peningkatan thruput BBM Solar untuk bunker dari

hasil peramalan yang menggunakan methode trend Linierl dapat dilihat pada

gambar 3.6. dibawah ini.

Gambar 3.6 Prediksi Kebutuhan Bunker 5 (lima) Tahun Kedepan

Laju Pertumbuhan Prediksi Thruput Bunker BBM Solar 5 (lima) tahun

b
kedepan dapat dihitung dengan menggunakan rumus : LP = LP = ´ 100 0 0 ,
a

783.3
maka di dapat hasil perhitungan sebagai berikut : LP = LP = ´ 100 0 0 =
11,667

6,71 %

Dari hasil prediksi ramalan 5 (lima) tahun ke depan menunjukkan bahwa

akan ada peningkatan penjualan BBM Solar untuk bunker sebesar 6,71 % setiap

tahunnya. Untuk itu perlu dipersiapkan dan di antisipasi agar peluang tersebut

tidak diambil oleh pesaing yang setiap saat selalu menunggu peluang untuk

berbisnis BBM.

55
3.6.3 Perkiraan Total Penyaluran BBM Solar Hingga Tahun 2013

Untuk membandingkan prediksi kebutuhan BBM Solar untuk bunker dan

total penyaluran BBM solar Depot Sorong hingga tahun 2013, maka perlu

diadakan peramalan terhadap total kebutuhan penyaluran BBM Solar berdasarkan

data total penyaluran BBM Solar 5 (lima) tahun terakhir dari tahun 2004-2008

seperti yang tertera pada tabel 3.4 di halaman 46. Untuk mempermudah

perhitungan peramalan total penyaluran BBM Solar hingga tahun 2013

dibutuhkan tabel penolong seperti yang terlihat pada tabel 3.9 berikut ini.

Tabel 3.9 Penolong untuk mencari Trend Linier dan Exponential


”Total Penyaluran BBM Solar”

2
Tahun X Y XY X Log Y X Log Y
2004 -2 135,923 -271846 4 5.13329 -10.26659
2005 -1 138,751 -138751 1 5.14224 -5.14224
2006 0 140,804 0 0 5.14861 0.00000
2007 1 161,109 161109 1 5.20712 5.20712
2008 2 196,507 393014 4 5.29338 10.58676
N= SX = SY = SXY = SX =
2 S Log Y = ΣX Log Y=
5 0 773,094 143,526 10 25.92464 0.38505

Persamaan Trend Linier = Y’ = a + bx


SY ( SX 2 ) - SX ( SXY )
a=
n ( SX 2 ) - (SX ) 2
773,094(10) - 0(143,526)
=
5(10) - (0) 2
7,730,940
=
50
a = 154,618.8
n ( SXY ) - SX ( SY )
b=
n ( SX 2 ) - (SX ) 2

56
5(143,526) - 0(773,094)
=
5(10) - (0) 2

717,630
=
50

b = 14,352.6

Persamaan Trend Linier : Y’ = a + bx

Y’ = 154,618.8 + 14,352.6 ( x )

Persamaan Trend Exsponential : Y’ = a x bx

( S Log Y ) ( SX 2 ) - (SX) (SX Log Y )


Log a =
n ( SX 2 ) - (SX) 2

SLogY 25.92464
= = = 5.184928
n 5

a = 153,083.365

n( S X Log Y ) - (SX) ( S Log Y )


Log b =
n ( SX 2 ) - (SX) 2

SX Log Y 0.38505
= = = 0.038505
SX 2 10

b = 1.0927

Persamaan Trend Exsponential : Y’ = a x bx

Y’ = 153,083.365 x 1.0927x

Untuk dapat mengetahui hasil perhitungan AAE ( Average Absolut Error )

dari trend linier dan trend exponential adalah dengan membandingkan hasil

perhitungan kedua trend tersebut dan yang diplih adalah yang mempunyai nilai

terkecil seperti yang diperlihatkan pada tabel 3.10.

57
Tabel 3.10 Penolong untuk mencari AAE ( Average Absolut Error )
“Total Penyaluran BBM Solar”

Y' Y - Y'
X Y Linier Exponential Linier Exponential
-2 135,923 125,914 128,211 10009 7,712
-1 138,751 140,266 140,096 1515 1,345
0 140,804 154,619 153,083 13815 12,279
1 161,109 168,971 167,274 7862 6,165
2 196,507 183,324 182,781 13183 13,726
Σ ‌ Y - Y' ‌ = 46385 41,228

AAE = ‌ Y - Y' ‌ : n 9,277.0 8,245.6

Dari uraian perhitungan diatas diketahui bahwa AAE ( Average Absolut

Error ) yang menunjukkan nilai penyimpangan rata-rata terkecil adalah methode

exponential least square, untuk itu persamaan yang diplih adalah persamaan

Trend exponential Least Square dengan rumus persamaan : Y’ = a + bx yaitu :

Y’ =153,083.365 x 1.0927x

Sehingga diperoleh hasil perhitungan peramalan total penyaluran BBM

Solar selama 5 (lima) tahun kedepan hingga tahun 2013 dengan menggunakan

methode trend exponenstial least square adalah sebagai berikut :

Ø Trend tahun 2009 (x = 3) → Y’= 153,083.365 x 1.0927x (3) = 199,724.264

Ø Trend tahun 2010 (x = 4) → Y’= 153,083.365 x 1.0927x (4) = 218,238.703

Ø Trend tahun 2011(x = 5) → Y’= 153,083.365 x 1.0927x (5) = 238,469.431

Ø Trend tahun 2012(x = 6) → Y’ = 153,083.365 x 1.0927x (6) = 260,575.547

Ø Trend tahun 2013 (x = 7) → Y = 153,083.365 x 1.0927x (7) = 284,730.901

58
Untuk melihat lebih jelas peningkatan thruput BBM Solar hingga tahun

2013 dari hasil peramalan yang menggunakan methode trend exponential dapat

dilihat pada gambar 3.7. dibawah ini.

Gambar 3.7 Grafik Hasil Forecasting Total Thruput BBM Solar

Laju Pertumbuhan Prediksi Thruput BBM Solar 5 (lima) tahun kedepan

dapat dihitung dengan menggunakan rumus : LP = (b-1) x 100%, maka di dapat

hasil perhitungan sebagai berikut : LP = (1.0927-1) x 100% = 9,27 %

Dari hasil prediksi perhitungan 5 (lima) tahun ke depan menunjukkan bahwa

akan ada peningkatan thruput BBM Solar dengan laju pertumbuhan sebesar 9,27

% setiap tahunnya.

3.6.4 Hasil Ramalan Total Thruput BBM Solar dan Ramalan Total Bunker

Persentase perbandingan ramalan total thruput BBM Solar dan ramalan

total bunker BBM Solar Depot Sorong dapat dilihat pada tabel 3.11 dibawah ini.

59
Tabel 3.11 Data Ramalan Total Thruput BBM Solar dan Hasil Ramalan
Total Bunker BBM Solar Hingga Tahun 2013.

TAHUN 2009 2010 2011 2012 2013

PREDIKSI THRUPUT 199,724 218,238 238,469 260,575 284,730

PREDIKSI BUNKER 14,016 14,800 15,583 16,366 17,150


PERSENTASE 7.02 % 6.78 % 6.53 % 6.28 % 6.02 %

Grafik perbandingan ramalan thruput BBM Solar dengan ramalan thruput

bunker BBM Solar Depot Sorong dapat dilihat pada gambar 3.8 berikut ini.

Gambar 3.8 Grafik Prediksi Total Penyaluran dan Total Bunker

3.6.5 Ramalan Thruput BBM Solar Terhadap Kemampuan T. Timbun

Untuk mengetahui kemampuan tangki timbun depot Sorong (lima) tahun

mendatang apakah perlu penambahan tangki baru atau tidak.

60
Maka harus diadakan perhitungan ketahanan persediaan stock BBM Solar

dengan mengacu kepada hasil ramalan perhitungan jumlah thruput BBM Solar

hingga tahun 2013.

Tingkat ketahanan stock tangki timbun untuk BBM Solar 5 (lima) tahun

kedepan dapat di perhitungkan dengan mengacu kepada ketahanan stock tahun

2008 yaitu dengan perhitungan sebagai berikut :

Thruput BBM Solar Tahun 2008 = 196,507 kl

196,507
Thruput BBM Solar perbulan = = 16,375 kl/bulan
12

16,375
Thruput BBM Solar perhari = = 546 kl/hari
30

Stock BBM Solar yang dapat di pompa = 17,459 kl

17,459 kl
Ketahanan persediaan BBM Solar = ≈ 31 hari
546 kl/hari

Untuk menghitung prediksi kemampuan tangki timbun BBM Solar 5

(lima) tahun kedepan terkait dengan ketahanan stock di tangki timbun maka dapat

dihitung seperti berikut ini :

Ø Analisis Prediksi Ketahanan stock di Tahun 2009 :

Prediksi Thruput BBM Solar Tahun 2009 = 199,724 kl

199,724
Thruput BBM Solar perbulan = = 16,643 kl/bulan
12

16,643
Thruput BBM Solar perhari = = 554 kl/hari
30

Stock BBM Solar yang dapat di pompa = 17,459 kl

61
17,459 kl
Ketahanan persediaan BBM. Solar = » 31 hari
554 kl/hari

Ø Analisis Prediksi Ketahanan stock di Tahun 2010 :

Prediksi Thruput BBM Solar Tahun 2010 = 218,238 kl

218, 238
Thruput BBM Solar perbulan = = 18,186 kl/bulan
12

18,186
Thruput BBM Solar perhari = = 606 kl/hari
30

Stock BBM Solar yang dapat di pompa = 17,459 kl

17,459 kl
Ketahanan persediaan BBM. Solar = » 28 hari
606 kl/hari

Ø Analisis Prediksi Ketahanan stock di Tahun 2011 :

Prediksi Thruput BBM Solar Tahun 2011 = 238,468 kl

238, 468
Thruput BBM Solar perbulan = = 19,872 kl/bulan
12

19,872
Thruput BBM Solar perhari = = 662 kl/hari
30

Stock BBM Solar yang dapat di pompa = 17,459 kl

17,459 kl
Ketahanan persediaan BBM. Solar = » 26 hari
662 kl/hari

Ø Analisis Prediksi Ketahanan stock di Tahun 2012 :

Prediksi Thruput BBM Solar Tahun 2012 = 260,575 kl

260,575
Thruput BBM Solar perbulan = = 21,714 kl/bulan
12

62
21,714
Thruput BBM Solar perhari = = 723 kl/hari
30

Stock BBM Solar yang dapat di pompa = 17,459 kl

17,459 kl
Ketahanan persediaan BBM. Solar = » 24 hari
723 kl/hari

Ø Analisis Prediksi Ketahanan stock di Tahun 2013 :

Prediksi Thruput BBM Solar Tahun 2013 = 284,730 kl

284,730
Thruput BBM Solar perbulan = = 23,727 kl/bulan
12

23,727
Thruput BBM Solar perhari = = 790 kl/hari
30

Stock BBM Solar yang dapat di pompa = 17,459 kl

17,459 kl
Ketahanan persediaan BBM. Solar = » 22 hari
790 kl/hari

Jika melihat hasil analis prediksi ketahanan stock di tangki timbun BBM

Solar Depot Sorong 5 (lima) tahun kedepan, maka pada ramalan tahun ke 5 (lima)

yaitu tahun 2013 Depot Sorong tidak perluh menambah tangki lagi untuk BBM

Solar. Hal ini dapat dilihat dari hasil prediksi kemampuan ketahanan stock tangki

timbun BBM Solar yang mampu bertahan selama 22 hari.

Stock ideal Depot Sorong yang menerima suplai BBM dengan kapal tanker

minimal selama 9 hari dengan asumsi perhitungan menggunakan rumus sebagai

berikut :

63
2 x RTD (Round Trips Days) + 1

RTD dari TT.Wayame / Balikpapan / Kasim ke Depot Sorong adalah :

Ø Muat = 1 hari

Ø Perjalanan = 2 hari

Ø Bongkar = 1 hari

Ø Total = 4 hari

Maka diperoleh perhitungan stock ideal Depot Sorong yang menerima suplai

BBM dengan kapal tanker adalah sebagai berikut : ( 2 x 4 ) + 1 = 9 hari

3.7 Peningkatan Pelayanan Bunker Depot Sorong

Untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada pelanggan bunker yang ada di

Depot Sorong dimasa yang akan datang sebaiknya dilakukan langkah-langkah

seperti berikut ini :

3.7.1 Proses Transaksi Pembayaran Cepat

Untuk meningkatan pelayanan bunker di masa yang akan datang, PT.

PERTAMINA (Persero) mengeluarkan sebuah produk terbaru untuk proses

pembayaran secara cepat dengan menggunakan sejenis Kartu Debit yang bernama

Kartu Pertamina BizCard.

Kartu Pertamina BizCard ini merupakan multicard, dalam arti satu rekening

bisa diakses oleh beberapa kartu pelanggan sepanjang pengeluaran kartu tersebut

atas persetujuan pemilik rekening. Pada kartu ini, jenis mata uang yang terlayani

adalah Rupiah dan Dolar.

64
Proses pembayaran BBM dengan kartu ini dilakukan secara non tunai

menggunakan kartu debit melalui EDC (wireless) secara online yang dilakukan di

Depot/Pelabuhan. Proses pembelian BBM dilakukan dengan pemindah bukuan

dari rekening pemegang kartu (pelanggan) ke rekening Pertamina. Saat ini,

Pertamina bersama tiga bank BUMN, yakni BNI, BRI, dan Mandiri yang telah

siap mengoperasikan pelayanan ini di area pelayanan Pelabuhan Tanjung Priok

dengan penempatan mesin EDC di Pelabuhan Kresek. Konsumen yang dilayani

adalah konsumen BBM Marine dengan harga keekonomian. Untuk itu, pada 14

Maret 2007 telah dilaksanakan peluncuran BizCard. (Buletin Pertamina Pusat

edisi No : 13/XLIII, 26 Maret 2007 yang di download via situs Internet

www.pertamina.com)

Kartu BizCard ini berfungsi sebagai alat pembelian BBM untuk bunker

tanpa harus menyetorkan uang ke Bank pada saat transaksi pembelian. Caranya

cukup dengan menggesekkan BizCard tersebut ke alat yang sudah disediakan di

depot–depot yang melayani bunker. Fungsi alat tersebut sama seperti yang ada di

pusat perbelanjaan kota besar yaitu untuk transaksi pembayaran dengan

pemindahan debit dari rekening pelanggan. Di harapkan Depot Sorong ke depan

atau dalam waktu dekat akan menggunakan peralatan tersebut supaya

mempermudah pelanggan bunker dalam bertransaksi pembelian BBM untuk

bunker.

65
3.7.2 Peningkatan Kualitas Pelayanan SDM

Sejak dicanangkan perubahan paradigma baru di dalam perusahan PT.

PERTAMIJNA (Persero) beberapa tahun yang silam, hingga saat ini masih ada

SDM yang berperilaku dan bersikap sebagai penguasa bukan sebagai pelayan

seperti yang diharapkan oleh perusahaan. Untuk itu sudah seharusnya para SDM

tersebut mau merubah sikap dimulai dari hal – hal yang kecil seperti 3 S (Senyum,

Salam, dan Sapa) terhadap pelanggan maupun siapa saja yang berhubungan

dengan perusahaan. Selain itu ditambah juga dengan perbanyak sosialisasi dari

atasan maupun pihak manajemen tentang perubahan paradigma tersebut kepada

para bawahan terutama yang berada di daerah yang jauh dari wilayah perkotaan.

Yang tidak kalah penting lagi adalah bagi SDM yang bertugas dilapangan selain

dibekali dengan keterampilan dalam bekerja juga harus disertai pelatihan-

pelatihan mengenai sikap dan kepribadian yang sopan dan ramah dalam

menghadapi pelanggan. Tak terlepas dari itu semua yang paling lebih penting lagi

adalah tingkatkan keimanan dan ketaqwaan dari setiap individu SDM terhadap

yang Maha Kuasa. Dengan demikian diharapkan masing-masing SDM dapat lebih

meningkatkan kejujuran dan kerendahan hati serta loyalitas terhadap perusahaan

maupun terhadap pelanggan. Jika setiap SDM di PT. PERTAMINA (Persero)

khususnya yang ada di Depot Sorong sudah melaksanakan perubahan tersebut

diharapkan pelanggan akan bertambah, akan merasa lebih dihargai dan merasa

lebih dihormati sehingga merekapun enggan untuk pindah ke perusahaan lain

untuk membeli BBM.

66
3.7.3 Peningkatan Kualitas Sarara dan Fasilitas Bunker

Menindak lanjuti harapan Perusahaan dalam upaya memaksimalkan nilai

tambah, khususnya melalui optimalisasi jaringan distribusi / pemasaran, maka

dalam merencanakan penyediaan fasilitas bunker di Depot Sorong selayaknya

mempertimbangkan unsur-unsur yang dapat memberi nilai tambah sebagai

keuntungan Perusahaan, dan sekaligus sebagai asset Perusahaan yang nantinya

mampu bersaing dalam era perdagangan bebas. Adapun beberapa alternatif yang

ditawarkan dalam penyediaan fasilitas pengisian bunker di Depot Sorong adalah

sebagai berikut:

Alternatif 1. Fasilitas Loading di Dermaga Khusus

Alternatif 2. Bunker Pit di Dermaga Pelabuhan Umum

Alternatif 3. Bunker Service dengan Kapal Pihak Ketiga

Alternatif 4. Bunker Service dengan Kapal Milik

Sebagai perusahaan yang telah berubah status menjadi PT PERTAMINA

(PERSERO), tentunya alternatif pemilihan juga harus didasarkan pada nilai

tambah yang akan menjadi masukan sebagai keuntungan Perusahaan dengan

mempertimbangkan aspek pemasaran, terutama dalam mengantisipasi masuknya

pesaing pada masa yang akan datang.

1. Fasilitas Loading di Dermaga Khusus PERTAMINA

Pelayanan kebutuhan BBM Kapal (bunker) yang dilaksanakan langsung

melalui fasilitas loading di dermaga khusus PERTAMINA Depot Sorong

seperti sekarang ini, merupakan alternatif pelayanan yang dapat

67
memberikan nilai tambah bagi Perusahaan yaitu berupa Retribusi jasa

pungutan langsung.

Beberapa kelebihan dan kekurangan dalam melaksanakan kegiatan

pelayanan BBM untuk kapal (bunker) yang dilaksanakan langsung di

dermaga khusus antara lain:

KELEBIHAN KEKURANGAN

§ Tindakan pengawasan dapat § Penyandaran kapal - kapal


dilakukan secara langsung di kecil sangat memungkinkan
dermaga terjadinya kerusakan pada
§ Memiliki nilai tambah yaitu fasilitas dermaga terutama
dalam bentuk biaya pungutan fender dan cat walk serta
langsung sebagai pemasukan safety yang tidak terjamin
perusahaan (kebijakan § Kegiatan bunker harus
setempat) menunggu dermaga kosong
(tidak ada kegiatan tanker)

Faktor lain yang sangat penting sehingga dipandang perlu untuk

mempertimbangkan adanya penyediaan fasilitas pengisian bunker selain

fasilitas loading di dermaga khusus adalah:

1. Secara hukum, pemanfaatan fasilitas loading di dermaga khusus

untuk melayani kapal-kapal selain kapal minyak adalah lemah. Hal

ini disebabkan karena pada dasarnya pembangunan Dermaga Khusus

PERTAMINA, adalah sebagai tempat untuk melaksanakan kegiatan

bongkar muat BBM oleh kapal–kapal minyak (tanker) dengan ukuran

dan kapasitas tertentu.

68
2. Safety kurang terjamin, yaitu menyangkut keberadaan kapal-kapal

umum seperti kapal ikan, kapal cargo, kapal penumpang, dll (bukan

sebagai kapal minyak) dengan ukuran yang relatif kecil.

2. Bunker Pit di Dermaga Pelabuhan Umum

Sehubungan dengan letak dermaga khusus Depot Sorong yang sangat

dekat dengan dermaga umum yaitu berjarak kurang lebih 180 m, maka

dapat menjadi pertimbangan untuk pengadaan Bunker Pit di dermaga

Pelabuhan Umum yaitu dengan cara pemasangan jalur pipa ø 6 inch mulai

dari pipa manifold darat sampai dermaga umum. Pertimbangan ini

didasarkan pada peluang untuk mengantisipasi kekurangan yang ada bila

pelaksanaan bunker dilaksanakan di dermaga khusus.

DERMAGA
PERTAMINA
DERMAGA UMUM

Gambar 3.9 Layout Dermaga

69
Dalam perencanaan untuk pemilihan penyediaan fasilitas bunker pit di

dermaga umum, memerlukan penyediaan pipa serta fasilitas penunjang. Sarfas

bunker pit merupakan penunjang bagi kelancaran penyaluran untuk bunker BBM

Solar di Depot Sorong. Terkait dengan dicanangkannya slogan ”zerro losses” ke

pelanggan yang lagi gencar sekarang ini, maka sudah selayaknya Depot Sorong

untuk membangun atau memperbaiki sarfas bunker pit yang ada sekarang ini

menjadi lebih sempurna sehingga pelanggan merasa nyaman. Jika memang

dibutuhkan, sebaiknya dibangun bunker pit di dermaga umum bekerja sama

dengan pihak PT. Pelindo untuk meningkatkan pelayanan terhadap pelanggan

bunker khususnya bagi kapal-kapal yang bisa sandar di dermaga umum milik PT.

Pelindo. Selain SDM yang menangani penyaluran bunker merasa lebih ringan

kerjanya dan juga nyaman, tak kalah penting lagi bahwa telah terjadi jalinan

kerjasama antara perusahaan PT. PERTAMINA dengan pihak PT. Pelindo Sorong

dalam menangani pelayanan bunker.

Penyediaan fasilitas Bunker Pit di dermaga Pelabuhan Umum, yang memerlukan

biaya investasi cukup besar, hanya dapat dilaksanakan dengan pendekatan strategi

pola kemitraan yaitu antara PERTAMINA sebagai pemasok BBM dengan PT

Pelindo - IV Cabang Sorong sebagai otoritas usaha di Pelabuhan Umum, dimana

pada akhirnya masing-masing akan mendapatkan keuntungan sebagai pemasukan

Perusahaan.

70
Adapun kelebihan dan kekurangan pada pemilihan alternatif ini adalah

sebagai berikut:

KELEBIHAN KEKURANGAN

§ Tindakan pengawasan dapat dilakukan § Biaya investasi yang


secara langsung di dermaga Pelabuhan cukup besar
Umum. meliputi biaya
§ Pelaksanaan bunker dapat dilaksanakan pengadaan barang,
setiap saat tanpa mengganggu kegiatan pemasangan dan
Tanker. pemeliharaan,
§ Sejalan dengan ketentuan Pemerintah sehingga diperlukan
mengenai dermaga khusus, yang diizinkan investor untuk
hanya untuk sandar kapal-kapal penyediaan fasilitas.
perminyakan, sehingga safety Depot lebih
terjamin

3. Bunker Service dengan Kapal Pihak Ketiga

Pelayanan kebutuhan BBM untuk kapal (bunker) dengan menggunakan

kapal ( Landing Craft Tankt ) milik pihak ketiga dapat dilakukan dengan

cara kontrak. Sehingga pengisian bunker secara keseluruhan menjadi

tanggung jawab pemilik kapal. Namun dalam pelaksanaannya, sebagai

perusahaan yang bertanggung jawab terhadap mutu, jumlah dan

peruntukan produk yang ditawarkan, PERTAMINA juga menyediakan

Petugas Tongkang Operasi (PTO) yang senantiasa mengontrol kegiatan

bongkar / muat BBM Kapal.

71
Pada awalnya, sistem palayanan bunker dengan cara ini pernah dilakukan

di Depot Sorong. Dalam pengikatan kontrak / perjanjian dengan pihak

ketiga, ditetapkan besaran bunker fee sebesar Rp. 32 / liter diluar harga

BBM yang menjadi beban pelanggan. Bunker fee ini merupakan

kompensasi dari ongkos angkut dan pelayanan yang dilakukan dengan

tongkang pada pihak ketiga tersebut.

Karena seringnya terjadi keluhan pelanggan akibat pelayanan yang tidak

sesuai harapan (pengoplosan, pengurangan dalam penyerahan, dan

kelambatan pelayanan), akibatnya sambil menunggu proses penyelesaian,

dan sulitnya mendapatkan kapal pengganti yang benar-benar sesuai

dengan harapan Perusahaan, pelaksanaan bunker dilaksanakan kembali di

dermaga khusus Depot Sorong.

Penerapan pelayanan Bunker Service dengan cara Kontrak seperti ini pada

dasarnya cukup efektif dibanding dengan pelayanan melalui Bunker Pit di

dermaga Pelabuhan Umum. Sebab dengan menggunakan tongkang sebagai

fasilitas Bunker Service yang mobile tentunya akan memudahkan

pelanggan dalam memenuhi kebutuhannya, tanpa harus mengurus surat

keterangan olah gerak kapal untuk penyandaran, yang tentunya

memerlukan waktu, tenaga dan biaya. Adapun kelebihan dan kekurangan

dalam pelayanan kebutuhan BBM Kapal dengan menggunakan fasilitas

pengsian Bunker Service milik pihak ketiga antara lain:

72
KELEBIHAN KEKURANGAN

§ Penyerahan dapat § Pelaksanaan pengawasan sulit


dilakukan setiap saat dilakukan .
dan fleksible § Sulitnya mendapatkan tongkang yang
§ Pengadaan Bunker memiliki ketentuan standar sesuai
Service tidak harapan perusahaan.
memerlukan investasi § Seringnya terjadi keluhan pelanggan
modal dan biaya § Bunker fee menjadi hak pemilik
pemeliharaan. kapal (bunker service)

4. Bunker Service dengan Kapal Milik

Penyediaan fasilitas Bunker Service dengan menggunakan kapal milik

adalah merupakan sesuatu yang belum dilakukan perusahaan, khususnya

Depot Sorong karena hal ini sangat tergantung pada kebijakan Perusahaan

masa lalu, dimana fungsi utama perusahaan adalah bagaimana

mendistribusikan BBM ke seluruh wilayah Indonesia secara baik dan

benar untuk terciptanya stabilitas nasional. Selain itu Perusahaan juga

tidak dibenarkan untuk mengelola usaha dalam bentuk jasa transportasi

BBM, sehingga segala sesuatu yang menyangkut perolehan keuntungan

hanya dapat dilakukan oleh Anak Perusahaan atau dengan sistem kontrak

oleh pihak ketiga.

Namun seiring dengan perkembangan zaman, dimana telah mulai

bergulirnya era pasar bebas dan perubahan bentuk perusahaan menjadi PT

PERTAMINA (PERSERO), maka kelangsungan hidup Perusahaan

73
sangatlah tergantung pada keberhasilan dalam memenangkan persaingan

untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.

Dengan perubahan status Perusahaan saat ini, dan mempertimbangkan

kemungkinan- kemungkinan yang akan terjadi pada masa yang akan

datang, pemilihan penyediaan fasilitas dengan alternatif ini sudah saatnya

menjadi perhatian Perusahaan. Sebab dalam pelaksanaannya, masih dapat

diharapkan adanya pemasukan keuntungan sebagai nilai tambah untuk

kelangsungan hidup dan kemajuan Perusahaan berupa jasa transportasi

(bunker fee) sebesar Rp. 32 / liter diluar harga BBM, mengingat pelayanan

bunker dilakukan masih dalam wilayah kolam pelabuhan.

Khususnya di Depot Sorong, alternatif ini menjadi lebih menjanjikan,

karena sebagai salah satu Seafed Depot yang dimiliki Perusahaan, saat ini

sudah memiliki 2 unit kapal (Landing Craft Tank) yang digunakan sebagai

alat transportasi Pelumas dan Elpiji dari Depot Sorong ke depot-depot lain

dalam wilayah kerja PERTAMINA Unit Pemasaran VIII Jayapura.

Dengan penggunaanya selama ini yang dianggap tidak produktif (banyak

waktu yang terbuang), berkaitan dengan operation cost yang cukup tinggi,

maka pemanfaatan 2 unit Landing Craft Tank dapat di optimalkan dengan

cara mengalih fungsikan salah satu LCT, khusus sebagai sarana Bunker

Service dengan prediksi rata-rata penjualan sebesar 10.341 KL / Bulan

(asumsi tahun 2009), sedangkan LCT lainnya tetap difungsikan untuk

mengangkut Pelumas dan Elpiji, sehingga kegiatan pengangkutan produk

Pelumas dan Elpiji tersebut dapat berjalan lancar dan aman.

74
Adapun kelebihan dan kekurangan apabila menggunakan kapal milik

sebagai bunker service adalah sebagai berikut:

KELEBIHAN KEKURANGAN

§ Penyerahan BBM dapat § Memerlukan biaya


dilakukan setiap saat dan investasi modal untuk
fleksible merehabilitasi Landing
§ Memiliki nilai tambah bagi Craft Tank sebagai sarana
Perusahaan dalam bentuk Bunker Service.
pungutan jasa pelayanan (bunker § Memerlukan biaya operasi
fee). dan biaya pemeliharaan
§ Tidak tergantung pada pihak yang cukup besar.
lain.

75
IV.PENUTUP

4. 1 Simpulan

Berdasarkan hasil pengamatan penulis selama melaksanakan Praktik Kerja

Lapangan di Depot Sorong, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Keberadaan dermaga umum milik PT. Pelindo yang berdekatan dengan

Depot Sorong merupakan peluang untuk mengembangkan bisnis bunker

dimasa mendatang ditambah dengan posisi geografis Kab.Sorong yang

strategis.

2. Masih ada keluhan dari pelanggan bunker terhadap petugas (SDM) Depot

Sorong mengenai pelayanan bunker yang kurang memuaskan.

3. Birokrasi yang terlalu lama masih dikeluhkan oleh pelanggan terhadap

pelayanan administrasi.

4. Depot Sorong memiliki peluang untuk mengembangkan bisnis bunker

dengan menggunakan LCT atau Tongkang yang bisa menjangkau

pelanggan yang berada jauh diluar area pelabuhan.

4. 2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mengajukan beberapa saran

yang kiranya dapat dipertimbangkan oleh perusahaan yaitu :

1. Manfaatkan peluang dengan membangun bunker pit di dermaga umum

bekerja sama dengan PT. Pelindo untuk mempermudah proses

pelaksanaan bunker ke kapal – kapal.

76
2. Tingkatkan kesadaran bagi petugas (SDM) yang ada untuk merubah

perilaku menjadi pelayan yang baik dan mau memperlakukan pelanggan

sebagai raja dimulai dengan menerapkan 3’S’ (Senyum, Salam dan Sapa)

serta menerapkan sepenuhnya tata nilai ” FIVE M”.

3. Untuk menghindari birokrasi administrasi yang lama sebaiknya

menggunakan kartu debit BizCard Pertamina dengan menpertimbangkan

kajian keekonomian untung ruginya.

4. Untuk pengembangan bisnis bunker ke depan yaitu dengan menambah

fasilitas bunker service menggunakan tongkang atau LCT setelah

memperhitungkan kajian keekonomiannya.

77
DAFTAR PUSTAKA

1. Carl Mc Daniel, Jr dan Roger Gates, 2001, Riset Pemasaran Kontemporer


(di terjemahakan oleh Sumiyarto dan Rahmat Lupiyoadi ) Jakarta : Salemba
empat
2. Gaspersz Vincent, 2002, Total Quality Management, Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
3. Irawan Handi D, 2002, 10 Prinsip Kepuasan pelanggan, Jakarta : PT. Elek
Media Komputindo.
4. Kotler, Philip, 2000, Marketing Management, New Jersey : Prentice Hall. Inc
5. Mulyadi, 2001, Balanced Scorecard, Jakarta : Salemba Empat.
6. Supranto Johanes, 2001, Pengukuran Tingkat Kepusan Pelanggan, Jakarta :
Rineka Cipta.
7. Soeharto AS, 2004, Diktat Forecasting, Cepu : Pusdiklat Migas..
8. Direktorat Pemasaran dan Niaga, 2006, Panduan Pelayanan Bunker Jakarta :
PERTAMINA.
9. Umar Husain, 2002, Metode Riset Bisnis, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama

Anda mungkin juga menyukai