Anda di halaman 1dari 9

Indonesian Accounting Research Journal

Vol. 3, No. 2, February 2023, pp. 148 – 156


©Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bandung

Analisis Selisih Biaya Overhead Pabrik Dengan Metode Empat


Varians Pada PT Pacific Prestress Indonesia
Variances analysis of factory overhead costs in four-ways methods at PT Pacific Prestress
Indonesia
Hutami Hasnau
Politeknik Negeri Bandung
hutami.hasnau.akun18@polban.ac.id

Sulistia Suwondo
Politeknik Negeri Bandung
Sulistia.suwondo@polban.ac.id

Abstract: This research aims to determine the separation of factory overhead cost and to analyze
variances of factory overhead costs to the four methods variances in order to know more clearly the
cause of the variances. This research was conducted at PT Pacific Prestress Indonesia. Activities PT
Pacific Prestress Indonesia is producing precast concrete, minipile foundation, spun concrete, etc. PT
Pacific Prestress Indonesia so far have not done the analysis of the variances factory overhead costs to
the four difference methods. In this study the authors collected data by using the method of
documentation, and interviews. From the research the company has not yet separated overhead costs
into fixed costs and variable costs. Variances in factory overhead costs that occurred in PT Pacific
Prestress Indonesia is Rp 1.494.231.349,- which represents the excess of gain (favourable), this
variance comes from the variance of volume Rp 199.856.586,- (unfavourable and the variance of
control Rp 1.694.087.935,- (favourable).
Keywords: costs, factory overhead costs, analysis variance factory overhead cost, four variance
method

1. Pendahuluan
Tujuan perusahaan manufaktur pada umumnya adalah menciptakan produk untuk dijual
kepada konsumen dan menghasilkan sasaran laba maksimum guna menjaga kelangsungan hidup
perusahaan. Pengendalian sistem produksi yang tepat menjadi salah satu faktor penting yang dapat
memberikan dampak positif terhadap kemajuan perusahaan. Hal ini dapat terlaksana dengan
mengefisienkan dan mengefektifkan manajemen operasi perusahaan. Salah satu upaya perusahaan
untuk mencapai efisiensi dan efektifitas adalah dengan menerapkan pengendalian biaya produksi.
Biaya produksi terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
Secara singkat Mulyadi (2009) menjelaskan bahwa, “biaya overhead adalah biaya yang mencakup
semua biaya selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung”. Seperti yang dikemukakan
oleh para ahli, biaya overhead adalah biaya diluar biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja. Oleh
karena itu, dalam biaya overhead biasanya terkandung biaya semivariabel. Menurut Nafarin (2013)
“biaya semivariabel adalah biaya yang jumlahnya berubah tidak sebanding dengan perubahan
volume kegiatan. Biaya semivariabel mempunyai unsur biaya variabel dan unsur biaya tetap,
sehingga biaya semivariabel disebut juga dengan biaya campuran (mixed cost).”
PT Pacific Prestress Indonesia merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang bergerak

Indonesian Accounting Research Journal ISSN: 2747-1241 (Online) | 148


Hutami Hasnau, Sulistia Suwondo

dibidang produksi beton. Kegiatan utama dari PT Pacific Prestress Indonesia adalah memproduksi
bermacam produk beton precast/prestressed. Sejauh ini dalam pengendalian biaya overhead pabrik
perusahaan belum melakukan analisis varians dengan metode satu hingga empat selisih dikarenakan
kurangnya kepedulian manajemen terhadap permasalahan tersebut. Selain itu, PT Pacific Prestress
Indonesia pada praktiknya belum melakukan analisis terhadap biaya overhead seperti belum
melakukan perbandingan antara factory overhead aktual dengan factory overhead yang dianggarkan pada
kapasitas standar, belum melakukan perbandingan terhadap factory overhead aktual dengan factory
overhead yang dianggarkan pada kapasitas sesungguhnya, belum membandingkan antara jam mesin
pada kapasitas ideal dengan jam mesin pada kapasitas yang dianggarkan, belum membandingkan
jam mesin pada kapasitas ideal dengan jam mesin pada kapasitas aktual, juga belum
membandingkan jam mesin pada kapasitas aktual dengan jam mesin pada kapasitas yang
dianggarkan.
Dengan analisis varians factory overhead ini perusahaan dapat mengetahui penyebab dan pihak
yang perlu bertanggungjawab terhadap timbulnya selisih ini, sehingga memudahkan perusahaan
dalam mengatasi permasalahan yang terjadi dan perusahaan dapat melakukan pengambilan
keputusan yang lebih cermat dalam kegiatan mengendalikan biaya. Dari penjabaran latar belakang
diatas, penulis ingin mengangkat fenomena ini untuk dilakukan penelitian dengan judul “Analisis
Selisih Biaya Overhead Pabrik dengan Metode Empat Varians pada PT Pacific Prestress
Indonesia”.

2. Kajian Pustaka
2.1. Konsep Biaya dan Biaya Produksi
Menurut Dunia dan Abdullah (2012:22), “biaya adalah pengeluaran-pengeluaran atau nilai
pengorbanan untuk memperoleh barang atau jasa yang berguna untuk masa yang akan datang, atau
mempunyai manfaat melebihi satu periode akuntansi.”
Pengertian biaya produksi adalah “biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu barang”
(Ahmad, 2012 : 34). Sedangkan pendapat menurut Garrison (2006 : 51) berpendapat bahwa “biaya
produksi dibagi ke dalam tiga kategori besar, yaitu: bahan langsung (direct material), tenaga kerja
langsung (direct labor), dan factory overhead (manufacturing overhead).” Mulyadi (2015)
mengemukakan bahwa “Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan
bahan baku menjadi produk, yang digunakan untuk menghitung biaya produk jadi dan biaya produk
yang pada akhir periode akuntansi masih dalam proses”. Menurut Carter (2009) “Biaya produksi
atau biaya pabrik biasanya didefinisikan sebagai jumlah dari tiga elemen biaya : biaya bahan baku,
langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik.”
Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk
menghasilkan suatu produk yang didalamnya terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik .
Jenis biaya yang kaitannya dengan volume produksi antara lain: (1) biaya variabel (variable
cost), (2) biaya tetap (fixed cost), dan (3) biaya semivariabel (semivariable costs).
2.2. Biaya Overhead pabrik
Komponen biaya produksi yang perlu diperhatikan salah satunya yaitu factory overhead .
Para ahli mendefinisikan factory overhead sebagai berikut:
Menurut Mulyadi (2015) “biaya overhead adalah biaya yang mencakup semua biaya selain
biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung”. Menurut Carter (2009), “factory overhead juga
disebut overhead manufaktur, beban manufaktur, atau beban pabrik terdiri atas semua biaya
manufaktur yang tidak ditelusuri secara langsung ke output tertentu, overhead pabrik biasanya
memasukkan semua biaya manufaktur kecuali bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung.”
Menurut Dewi dan Kristanto (2013), “Biaya overhead pabrik pada umumnya didefinisikan sebagai

Indonesian Accounting Research Journal ISSN: 2747-1241 (Online) | 149


Hutami Hasnau, Sulistia Suwondo

biaya bahan baku tidak langsung penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung dan semua biaya
pabrik lainnya yang yang tidak dapat secaara nyata didefinisikan dengan atau dibebankan langsung
ke pesanan, produk atau objek biaya lainnya yang spesifik.” Menurut Adisaputo dan Anggarinii
(2011:234), “Biaya yang tergolong sebagai biaya overhead pabrik (BOP) adalah semua biaya-biaya
pabrik yang dikeluarkan perusahaan dalam proses produksi, kecuali biaya bahan mentah langsung
dan biaya tenaga kerja langsung.”
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa biaya overhead pabrik merupakan semua biaya
yang terjadi di departemen produksi yang tidak dapat ditelusur secara langsung kepada produk jadi,
sehingga biaya ini tidak dapat diidentifikasi secara langsung terhadap tiap satuan produk. Biaya
overhead pabrik diketahui dengan menganalisis biaya yang dikeluarkan di departemen produksi
selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, disebut juga dengan istilah biaya tidak
langsung (indirect cost).
Menurut Dewi dan Kristianto (2013) langkah dalam tahapan pembebanan tarif biaya
overhead pabrik meliputi tiga hal: (1) penyusunan anggaran biaya overhead pabrik , (2) pemilihan
dan penaksiran dasar pembebanan biaya overhead pabrik, dan (3) penghitungan tarif biaya
overhead pabrik.
2.3. Selisih Biaya Overhead Pabrik
Pada saat biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk sebagai komponen harga pokok
dapat terjadi selisih antara factory overhead yang dibebankan dan factory overhead sesungguhnya.
Factory overhead yang kurang dibebankan merupakan selisih yang tidak menguntungkan
(unfavourable). Sedangkan factory overhead yang lebih dibebankan merupakan selisih yang
menguntungkan (favourable).
2.4. Alat Pengendalian Biaya
Dalam pengendalian biaya perusahaan dapat menggunakan anggaran fleksibel dan biaya
standar sebagai patokannya. Pengertian anggaran menurut Munandar (2009: 1) yang dimaksud
dengan “Business Budget atau budget (anggaran) adalah suatu rencana yang disusun secara
sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan)
moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang”. Lebih lanjut
dijelaskan, “anggaran fleksibel merupakan suatu bentuk anggaran yang dirancang untuk mengcover
suatu range aktivitas dan yang dapat digunakan untuk membuat anggaran beberapa level biaya
dalam kisaran yang dapat dibandingkan dengan biaya yang sesungguhnya terjadi” (Samryn, 2013:
226).
“Biaya standar merupakan biaya yang sebelumnya telah direncanakan terlebih dahulu saat
memproduksi satu unit atau sejumlah produk tertentu selama suatu periode produksi. Biaya standar
akan menjadi biaya yang disusun untuk suatu produk dalam proses produksi sekarang atau sebagai
biaya antisipasi” (Carter, 2009). Sedangkan Witjaksono (2006: 115) mendefinisikan “Biaya standar
adalah patok duga (benckmark) yang secara efektif dan efisien ditetapkan di muka untuk biaya-
biaya yang seharusnya dikonsumsi oleh suatu produk”. Suatu biaya standar memiliki dua
komponen, yaitu : (1) standar fisik, merupakan standar yang dilihat dari kuantitas input per unit
output, (2) standar harga, dilihar dari biaya standar atau tarif standar per unit unit input.

3. Metode Penyelesaian Masalah


Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian deskriptif kuantitatif. Metode penelitian
deskriptif dapat diartikan sebagai “prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan/ melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian pada saat sekarang
berdasarkan fakta- fakta yang tampak, atau sebagaimana adanya.” (Nawawi, 2007:67). Selanjutnya
untuk metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai “metode penelitian yang berlandaskan

Indonesian Accounting Research Journal ISSN: 2747-1241 (Online) | 150


Hutami Hasnau, Sulistia Suwondo

pada filsafat positivism, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik
pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan
instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang
telah ditetapkan” (Sugiyono, 2009:14). Pengumpulan data dilakukan melalui dokumentasi dan
wawancara, dalam rangka mengumpulkan data yang relevan untuk menunjang keperluan penelitian.
Berikut langkah dalam kegiatan analisis data adalah sebagai berikut:
1. Pengelompokkan factory overhead
Pengelompokkan dilakukan berdasarkan perilaku biaya menjadi biaya tetap dan biaya variabel
kemudian memisahkan biaya semivariabel dengan metode kuadarat terkecil (least squar)e.
Metode Kuadrat Terkecil: y = a + bx
Rumus perhitungan a dan b: 𝑎 = 𝑦 − 𝑏𝑥
∑(𝑥1− 𝑥)(𝑦1−ȳ)
𝑏= Ʃ (𝑥1 – 𝑥 )2

Dimana:
𝑎 = Taksiran biaya tetap
𝑏 = Taksiran biaya variabel per unit produksi
𝑦 = Faktor dependen, biaya
𝑥 = Faktor independen, jam mesin
𝑥 = Rata-rata aktivitas
ȳ = Rata-rata biaya
2. Perhitungan tarif
3. Perhitungan analisis varians factory overhead
Perhitungan dilakukan dengan menggunakan perhitungan satu sampai empat selisih. Analisis
selisih factory overhead menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Supriyono (2012) yaitu
sebagai berikut:
a. Metode Satu Selisih
Seluruh factory overhead varians dihitung sehingga selisih totalnya, yaitu:
FOH Aktual Xxx
FOH yang dianggarkan (xxx)
Varian Total FOH Xxx
b. Metode Dua Selisih
1) Selisih Terkendalikan
FOH Aktual Xxx
Machine hour x tarif FOH tetap (xxx)
Xxx
Machine hour yang dianggarkan x tarif FOH (xxx)
variabel
Varian Terkendalikan Xxx
2) Selisih Volume
Machine hour normal Xxx
Machine hour normal yang dianggarkan (xxx)
xxx
Tarif FOH xxx x
Varian Volume xxx

c. Metode Tiga Selisih


1) Selisih Anggaran

Indonesian Accounting Research Journal ISSN: 2747-1241 (Online) | 151


Hutami Hasnau, Sulistia Suwondo

FOH Aktual Xxx


Machine hour normal x tarif FOH tetap (xxx)
xxx
Machine hour aktual x tarif FOH variabel (xxx)
Varian Anggaran xxx
2) Selisih Kapasitas
Machine hour normal Xxx
Machine hour aktual (xxx)
xxx
Tarif FOH tetap xxx x
Varian Kapasitas Xxx
3) Selisih Efisiensi
Machine hour aktual Xxx
Machine hour normal yang dianggarkan (xxx)
xxx
Tarif FOH xxx x
Varian Efisiensi xxx
d. Metode Empat Selisih
1) Selisih Anggaran
2) Selisih Kapasitas
3) Selisih Efisiensi Variabel
Machine hour aktual Xxx
Tarif FOH variabel xxx x
xxx
Machine hour dianggarkan xxx
Tarif FOH variabel xxx x
FOH variabel dianggarkan xxx
FOH variabel aktual xxx
FOH variabel yang dianggarkan (xxx)
Varian Efisiensi FOH Variabel Xxx
4) Selisih Efisiensi Tetap
Machine hour aktual Xxx
Tarif FOH tetap xxx x
xxx
Jam mesin dianggarkan xxx
Tarif FOH tetap xxx x
FOH variabel dianggarkan xxx
FOH variabel aktual xxx
FOH variabel yang dianggarkan (xxx)
Varian Efisiensi FOH Tetap Xxx

4. Hasil dan Pembahasan


Pengelompokkan Factory overhead Menurut Perilakunya
Pada Penelitian yang dilakukan di PT Pacific Prestress Indonesia, perusahaan melakukan
penyusunan anggaran didasarkan pada perhitungan biaya yang dikeluarkan pada periode
sebelumnya dengan mencatat sebesar angkanya saja tanpa membedakan biaya berdasarkan sifatnya
menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Oleh karena itu perlu dilakukan pengklasifikasian biaya
terlebih dahulu sebelum melakukan analisis terhadap factory overhead . Berikut pada tabel 1 adalah
penggolongan factory overhead berdasarkan perilakunya:

Indonesian Accounting Research Journal ISSN: 2747-1241 (Online) | 152


Hutami Hasnau, Sulistia Suwondo

Tabel 1. Penggolongan Factory overhead Berdasarkan Perilakunya


Jenis Biaya Kategori
Biaya Bahan Penolong
Biaya Bahan Penolong dan lainnya V
Biaya Tenaga Tak Langsung
Biaya Pegawai Tak Langsung T
Biaya Energi
Biaya Pemakaian Listrik T/V
Biaya Pemakaian Air T/V
Biaya Pemeliharaan
Biaya Pemeliharaan Mesin T/V
Biaya Pemeliharaan Peralatan T/V
Biaya Pemeliharaan Bangunan T/V
Biaya Pemeliharaan Utility T/V
Biaya Penyusutan
Biaya Penyusutan Gedung T
Biaya Penyusutan Mesin T
Biaya Penyusutan Peralatan T
Biaya Overhead Lainnya V
Sumber: data diolah 2021
Analisis Selisih Factory overhead
Pada tabel 2 merupakan tabel rekapitulasi hasil analisis selisih overhead pabrik:
Tabel 2. Rekapitulasi hasil perhitungan selisih biaya overhead
Jenis Analisis Metode 2 Selisih Metode 3 Selisih Metode 4 Selisih
Selisih Terkendalikan Rp 1.694.087.935 (F)
Selisih Volume Rp 199.856.586 (UF)
Selisih Anggaran Rp 949.704.767 (F) Rp 949.704.767 (F)
Selisih Kapasitas Rp 382.015.289 (UF) Rp 382.015.289 (UF)
Selisih Efisiensi Rp 926.541.871 (F)
Selisih Efisiensi Variabel Rp 744.383.169 (F)
Selisih Efisiensi Tetap Rp 182.158.703 (F)
Total Selisih Rp 1.494.231.349 (F) Rp 1.494.231.349 (F) Rp .494.231.349 (F)
Sumber: data diolah 2021
Hasil dari perhitungan analisis selisih factory overhead menggunakan metode satu hingga
empat selisih menunjukkan terdapat selisih sebesar Rp 1.494.231.349 dan bersifat favourable. Hasil
ini menunjukkan telah terciptanya keefisienan biaya dalam pengendalian factory overhead . Setelah
dilakukan analisis varians ini perusahaan juga perlu melakukan beberapa pencatatan terhadap selisih
yaitu dengan menutup selisih ke harga pokok penjualan dan dicatat ke barang dalam proses, barang
jadi dan harga pokok penjualan per tiap-tiap akun.
Analisis terjadinya selisih
a. Metode Satu Selisih
Metode satu selisih adalah metode yang membandingkan biaya overhead akrual dengan biaya

Indonesian Accounting Research Journal ISSN: 2747-1241 (Online) | 153


Hutami Hasnau, Sulistia Suwondo

overhead pada kapasitas standar. Hasil analisis menunjukkan selisih total biaya overhead yang
bersifat favourable sebesar Rp 1.494.231.349,-. Dikatakan favourable karena biaya overhead aktual
lebih rendah dibandingkan dengan biaya overhead yang dianggarkan, artinya perusahaan dapat
menghemat keseluruhan factory overhead .
b. Metode Dua Selisih
1) Selisih Terkendalikan
Pada metode dua selisih untuk selisih terkendali erat kaitannya dengan biaya variabel. Hasil
analisis untuk selisih terkendali menunjukkan selisih favourable sebesar Rp 1.694.087.935,-. Hasil
tersebut didapatkan dengan cara mengurangkan BOP standar dengan BOP dianggarkan pada
kapasitas standar. BOP dianggarkan pada kapasitas standar didapatkan dari menghitung BOP tetap
pada kapasitas yang direncanakan (kapasitas direncanakan dikali tarif BOP tetap) kemudian
dijumlahkan dengan BOP variabel pada kapasitas standar (kapasitas standar dikali tarif BOP
variabel). Hasil analisis dengan metode ini menunjukkan hasil favourable yaitu menguntungkan
perusahaan karena biaya actual lebih rendah dari biaya standar. Ini juga menunjukkan perusahaan
berhasil dalam pengendalian biaya variabel.
2) Selisih Volume
Selisih volume erat kaitannya dengan biaya overhead tetap. Selisih volume didapatkan dengan
membandingkan jam mesin sesungguhnya dengan jam mesin normal, kemudian dikalikan dengan
tarif biaya overhead tetap. Hasil analisis dengan metode ini menunjukkan selisih unfavourable
sebesar Rp 199.856.586,-. Selisih tersebut mungkin terjadi disebabkan karena kapasitas produksi
yang disediakan belum digunakan secara efisien.
c. Metode Tiga Selisih
1) Selisih Anggaran
Metode ini berhubungan dengan biaya variabel. Oleh karena itu, pada metode anggaran yang
dibandingkan adalah biaya overhead variabel dengan biaya overhead variabel actual. Hasil analisis
selisih anggaran menunjukkan selisih favourable sebesar Rp 949.704.767,-, artinya perusahaan telah
melakukan pengendalian pengeluaran biaya overhead dengan baik.
2) Selisih Kapasitas
Selisih kapasitas membandingkan jam mesin pada kapasitas normal dengan jam mesin
sesungguhnya, kemudian dikalikan dengan tarif biaya overhead tetap. Hasil analisis selisih kapasitas
menunjukkan adanya selisih unfavourable sebesar Rp 382.015.289,-, selisih tersebut terjadi karena
kapasitas actual keseluruhan berada dibawah kapasitas standar. Pihak yang berkaitan dengan
kapasitas biasanya adalah departemen produksi karena berdasarkan hasil analisis masih terdapat
selisih kapasitas yang tidak menguntungkan bagi perusahaan maka perlu adanya perhatian lebih
untuk memaksimalkan kinerja mesin agar dapat mencapai target berdasarkan capaian yang telah
ditargetkan sebelumya.
3) Selisih Efisiensi
Selisih efisiensi memnadingkan jam mesin sesungguhnya dengan jam mesin kapasitas standar,
kemudian dikalikan dengan tarif biaya overhead. Hasil analisis selisih efisiensi menunjukkan adanya
selisih favourable sebesar Rp 926.541.871,-, selisih tersebut menunjukkan penggunaan mesin yang
dianggarkan lebih besar dari penggunaan sehingga dapat dikatakan telah melakukan pengendalian
efisiensi factory overhead dengan dasar tarif jam mesin.
d. Metode Empat Selisih
Perhitungan dalam metode empat selisih sama dengan perhitungan tiga selisih. Namun dalam
perhitungan empat selisih, selisih efisiensi dibagi kedalam selisih efisiensi tetap dan selisih efisiensi
variabel. Hasil analisis selisih efisiensi menunjukkan hasil yang bersifat favourable sejumlah Rp
926.541.871,-, angka tersebut berasal dari selisih efisiensi variabel sebesar Rp 744.383.169,- dan
selisih efisiensi tetap sebesar Rp 182.158.703,-, artinya bagian produksi telah berhasil mewujudkan
keefisienan penggunaan mesin produksi.

Indonesian Accounting Research Journal ISSN: 2747-1241 (Online) | 154


Hutami Hasnau, Sulistia Suwondo

5. Kesimpulan dan Saran


Berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data yang sudah diuraikan dalam bab sebelumnya,
ada beberapa poin yang dapat diambil kesimpulan dari hasil penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Perusahaan telah melakukan pemisahan biaya menjadi biaya langsung dan biaya tidak langsung.
Namun perusahaan belum melakukan pemisahan biaya berdasarkan sifat dan juga perilakunya.
Karena itu penulis melakukan pemisahan biaya berdasarkan sifatnya dan juga melakukan
pemisahan biaya menurut perilakunya dengan menggunakan metode least square.
2. Perusahaan belum mengadakan analisis terhadap selisih factory overhead karena itu penulis
melakukan analisis selisih factory overhead dengan metode satu hingga empat varians. Dari
hasil analisis factory overhead yang sebelumnya telah dilakukan oleh penulis, terdapat selisih
merugikan antara factory overhead yang dianggarkan dengan factory overhead yang a sebesar
Rp 1.494.231.349,- (favourable). Selisih ini muncul karena factory overhead yang aktual lebih
kecil dari factory overhead yang dianggarkan. Setelah dianalisis pada metode dua selisih,
terdapat selisih merugikan (unfavourable) berasal dari selisih volume sebesar Rp 199.856.586,-
(unfavourable) dan selisih terkendalikan sebesar Rp 1.694.087.935,- (favourable). Hal ini
diperkirakan disebabkan oleh banyaknya mesin yang pemakaiannya tidak dimaksimalkan oleh
perusahaan, dalam hal ini perusahaan tidak mampu memaksimalkan kapasitas jam mesin
normal yang dimiliki.

Berdasarkan kesimpulan diatas, beberapa saran yang dapat penulis sampaikan yaitu:
1. PT Pacific Presstres Indonesia sebaiknya tidak hanya memisahkan biaya bedasarkan biaya
langsung dan biaya tidak langsung, tetapi juga harus memisahkan biaya berdasarkan
perilakunya pada elemen-elemen factory overhead agar pembebanan biaya lebih tepat.
2. Perusahaan sebaiknya melakukan perbandingan factory overhead actual dengan factory overhead yang
dianggarkan agar perusahan dapat mengetahui berapa selisih antara factory overhead aktual
dengan factory overhead yang dianggarkan. Selain itu perusahaan juga sebaiknya melakukan
perbandingan factory overhead actual dengan factory overhead pada jam mesin yang dianggarkan
(kapasitas standar), factory overhead actaul dengan factory overhead yang dianggarkan pada kapasitas
sesungguhnya, kapasitas jam mesin sesungguhnya dengan kapasitas jam mesin yang
dianggarkan, kapasitas jam normal mesin dan jam mesin yang dianggarkan, kapasitas jam
normal dengan kapasitas jam mesin sesungguhnya. Dengan melakukan perbandingan tersebut,
perusahaan akan lebih mudah dalam merencanakan biaya pada tahun yang akan datang. Selain
itu perusahaan juga dapat mengetahui penyebab terjadinya selisih seperti kurang maksimalnya
jam mesin yang terpakai oleh perusahaan.
3. Perusahaan juga sebaiknya melakukan pemeliharaan mesin secara berkala agar perusahaan
dapat memaksimalkan kapasitas jam mesin yang dianggarkan, karena setelah dilakukan
penelitian jam mesin yang menganggur diakibatkan adanya kemacetan mesin karena kurangnya
pemeliharaan oleh perusahaan. Hal ini dapat terlihat dari biaya pemeliharaan mesin yang
sesungguhnya jauh berada dibawah biaya pemeliharaan yang dianggarkan.

Daftar Pustaka
Ahmad, Firdaus dan Wasilah Abdullah. 2012. Akuntansi Biaya. Edisi ketiga. Jakarta: Salemba Empat.
Carter, William K. 2009. Akuntansi biaya, Buku satu edisi empat belas. SalembaEmpat, Jakarta.
Dewi, Sofia Prima & Kristianto, Septian Bayu. 2013. Akuntansi Biaya, Bandung: In Media.
Dunia, F. A., & Abdullah, W. 2012. Akuntansi Biaya. Jakarta: Salemba Empat.
Garrison, H. Ray: Eric W. Noreen: dan Peter C. 2006. Akuntansi Manajerial. Edisi kesebelas. Jakarta:

Indonesian Accounting Research Journal ISSN: 2747-1241 (Online) | 155


Hutami Hasnau, Sulistia Suwondo

Salemba Empat.
Mulyadi. 2015. Akuntansi Biaya, Edisi 5. Yogyakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
Munandar, 2009. Budgeting Perencanaan Kerja dan Kengawasan Kerja (Edisi Revisi). Yogyakarta: BPFE
Universitas Gaja Mada
Nawawi, Hadari.2007.Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Pers.
Samryn, 2013. Akuntansi Manejemen. Yogyakarta: Gramedia Pustaka
Supriyono, R.A. 2012. Akuntansi Biaya Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok, buku 2. Yogyakarta:
BPFE Yogyakarta
Nafarin, M. 2013. Penganggaran Perusahaan. Jakaerta: Salemba Empat.
Witjaksono, Armanto. 2006. Akuntansi Biaya. Edisi pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Indonesian Accounting Research Journal ISSN: 2747-1241 (Online) | 156

Anda mungkin juga menyukai