Anda di halaman 1dari 13

KELOMPOK 1

Ronald Ivan Geraldo


Job Costing, Process Muhammad Akbar Faishal
Costing, Normal
Costing
1. Job Order Costing
Job Order Costing merupakan suatu sistem kalkulasi biaya berdasarkan
pesanan dimana biaya yang dikumpulkan akan dibebankan ke unit
produksi. Kunci dari perhitungan biaya berdasarkan pesanan (job
costing) adalah biaya suatu pekerjaan berbeda dari pekerjaan lainnya,
dan harus tetap ditelusuri secara terpisah. Ada pun pendekatan dari Job
Costing itu sendiri terbagi menjadi 2 yaitu :

Costing Aktual : Biaya tidak langsung didasarkan pada tarif biaya tak
langsung aktual dikalikan aktivitas konsumsi aktual
Costing Normal : Biaya tidak langsung didasarkan pada tarif biaya tak
langsung yang dianggarkan dikalikan aktivitas konsumsi actual.
Setelah mengetahui tentang pengertian Job Costing dan pendekatan
dari job costing itu sendiri. berikut kami simpulkan juga tentang 5
karakteristik dari Job Costing.
Karakteristik perusahaan yang
menggunakan job order costing
 Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan spesifikasi
pemesanan.

 Biaya produksi digolongkan berdasarkan hubungannya dengan produk menjadi


biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung.

 Biaya produksi langsung terdiri biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

 Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai beban pokok produksi pesanan


tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi.

 Beban pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai diproduksi
dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk pesanan
tersebut dengan jumlah unit produk yang dihasilkan dalam pesanan yang
bersangkutan.
Langkah – langkah dalam perhitungan
job costing
 Identifikasi pekerjaan yang dipilih sebagai obyek biaya. Agar rincian
dari perhitungan biaya berdasarkan pesanan sesuai dengan pekerjaan
yang dilakukan, maka harus diidentifikasi pekerjaan sesuai dengan
obyek biaya.

 Identifikasi biaya langsung pekerjaan. dalam mengidentifikasi biaya


manufaktur, yang dikategorikan menjadi biaya manufaktur langsung
yaitu bahan baku langsung dan tenaga kerja manufaktur langsung.

 Pilih dasar alokasi biaya yang digunakan untuk mengalokasikan


biaya tidak langsung ke pekerjaan. biaya manufaktur tidak langsung
adalah biaya – biaya yang diperlukan untuk menjalankan suatu
pekerjaan namun tidak dapat dilacak langsung ke pekerjaan tertentu.
Lanjutan
 Identifikasi biaya tidak langsung yang terkait dengan setiap dasar alokasi biaya.
lokasi tunggal berdasarkan jam kerja tenaga manufaktur langsung dapat
digunakan untuk mengalokasikan biaya manufaktur tidak langsung bagi produk.

 Hitung tarif per unit dari setiap dasar alokasi biaya yang digunakan untuk
mengalokasikan biaya tidak langsung ke pekerjaan.

 Hitung biaya tidak langsung yang dialokasikan ke pekerjaan. Biaya tidak


langsung dari suatu pekerjaan dihitung dengan mengalihkan kuantitas aktual dari
setiap dasar alokasi biaya (satu dasar alokasi untuk setiappool) yang terkait
dengan pekerjaan itu dengan tarif biaya tidak langsung dari setiap dasar alokasi
biaya.

 Hitung biaya total pekerjaan dengan menambahkan seluruh biaya langsung dan
tidak langsung yang dibebankan ke pekerjaan.
2. Process Costing
Process costing merupakan metode untuk menghitung biaya produksi massal
dari suatu barang atau jasa. Satu contoh, bank menyediakan jumlah deposit
yang sama untuk tiap konsumen. Dalam hal ini, bank menyediakan banyak
produk dan menjualnya secara seimbang pada semua konsumen.

Perhitungan process costing melibatkan akumulasi biaya dari proses produksi


panjang yang berkaitan dengan produk secara langsung. Dari contoh bank
sebelumnya, dalam tiap menerima deposit bank pasti butuh uang sebagai
ongkos untuk menjalankan proses, juga untuk menggaji karyawan.

Semua ongkos produksi yang sudah dikeluarkan kemudian dijumlah lalu


dibagi dengan total unit produk yang sudah dibuat untuk menentukan biaya
per unit. Biaya kemudian diakumulasi oleh setiap tingkatan departemen,
sebelum akhirnya dijadikan salah satu materi laporan keuangan tahunan.
Lanjutan
Dalam process costing, proses merujuk pada tahapan terpisah dari
produksi yang dilakukan untuk mengubah material dasar hingga menjadi
bentuk lain. Process costing umumnya diterapkan pada perusahaan yang
membuat produk identik dalam jumlah banyak.

Tahapan proses produksi yang dimaksud bisa berupa apapun, misalnya


secara paralel, berurutan, atau terpisah. Hasil proses pertama akan
menjadi awal dari proses berikutnya, dan proses terakhir akan
menghasilkan produk jadi. Karena memiliki proses berbeda, maka tiap
proses dihitung secara parsial.

Secara umum, process costing lebih tepat diterapkan untuk perusahaan


dengan produksi skala besar yang memproduksi barang hingga beberapa
tingkatan. Beberapa contoh industri semacam ini yaitu industri baja,
sabun, cat, kertas, minuman, juga lainnya.
Perbedaan antara Job Order Costing
dengan Process Costing
Ditilik dari segi makna, job order costing merujuk pada perhitungan biaya dari suatu kontrak
atau pekerjaan yang dilakukan atas permintaan klien. Sedang process costing merupakan
biaya yang dikenakan untuk setiap proses yang dilakukan dalam menghasilkan suatu produk.

Dari cara menghitungnya, job order costing menghitung semua biaya yang dikeluarkan,
sedang process costing hanya menghitung biaya tiap proses yang dijalani kemudian dibagi
dengan banyaknya produk yang dihasilkan untuk mengetahui biaya tiap unit.

Dapat dikatakan dalam hal perbedaan cakupan biaya, bahwa job order costing menghitung
pekerjaan dan process costing menghitung proses. Tak ada perpindahan uang dalam job order
costing, tapi dalam process costing uang kerap berpindah tangan sesuai proses yang ditangani
tiap departemen.
Lanjutan
Perhitungan biaya job order costing umumnya dilakukan setelah
pengerjaan selesai, sementara untuk process costing perhitungan
dilakukan setelah semua proses selesai. Oleh karena itu, job
costing banyak dipraktikkan di industri yang melayani
permintaan konsumen. Untuk process costing, penerapannya
lebih tepat digunakan industri dengan skala produksi besar.

Dalam proses produksinya, kesalahan atau kehilangan tidak


dihitung untuk job costing. Hal berbeda terjadi untuk process
costing, karena setiap kehilangan akan dihitung dan dinilai
sebagai bagian dari kerugian produksi. Itu sebabnya, job costing
tak mengenal pemotongan anggaran, sementara dalam process
costing justru kerap terjadi.
Keunggulan dan Kelemahan Job Order Costing
dan Process Costing
Satu keunggulan dari job order costing yaitu memungkinkan manajemen menghitung profit
dari tiap pekerjaan yang sudah dilakukan, kemudian membantu menilai jenis pekerjaan
tertentu yang akan dicari untuk masa mendatang. Untuk satu ini, bidang paling memiliki
prospek yaitu kontraktor dan konsultan.

Process costing juga mempunyai nilai plus, yaitu memungkinkan manajemen memperoleh
informasi detail tentang statistik produksi dari tiap departemen dalam satu lingkungan kerja.
Karena sifatnya yang demikian, process costing tepat diterapkan perusahaan membuat
produk yang berkelanjutan.

Meski demikian, dua jenis perhitungan biaya ini juga punya sisi lemah masing-masing.
Kelemahan job order costing yaitu bahwa manajemen diharuskan mengetahui semua
material dan upah pekerja yang dikeluarkan selama pengerjaan berlangsung. Sementara
kelemahan process costing yaitu terlalu bergantung catatan statistik alih-alih data lapangan.
Lanjutan
Ambil contoh jika kontraktor menggunakan sistem job order costing.
Dengan sistem ini, kontraktor diharuskan paham alur pengadaan
material, teknik konstruksi, instalasi listrik, termasuk mengelola makan
siang dan jam kerja semua pekerja yang terlibat.

Sementara jika memakai sistem process costing, material dihitung


menggunakan rata-rata unit produksi, dan pengeluaran untuk upah relatif
konsisten antara periode gajian sehingga perusahaan butuh sumber dana
besar untuk dapat melakukan ini.
3. Normal Costing
Normal costing adalah cara pembebanan biaya tidak langsung dengan
menggunakan dasar suatu alokasi yang telah ditetapkan. Alokasi ini
merupakan hasil hitung-hitungan data yang telah dikelola tahun lalu.

Contoh :
Misal pada tahun lalu telah dihitung bahwa setiap 1 jam, maka overhead yang
terjadi adalah 100.000 rupiah.
Dari dasar ini, setiap kali melakukan aktivitas produksi maka akan dihitung
overheadnya sebesar 100.000 dikalikan jumlah jam yang digunakan.

Manajemen biasanya menghitung cost setiap akhir periode. Dari informasi ini,
kita menentukan alokasi base dalam pembebanan overhead. Alokasi base ini
yang akan digunakan dalam normal costing untuk setiap aktivitas produksi
yang sedang terjadi. Dengan menggunakan normal costing manajemen akan
mendapatkan informasi biaya dari setiap aktivitas produksi secara tepat.

Anda mungkin juga menyukai