Menelusuri biaya pada objek biaya dapat dilakukan dengan dua cara,
penelusuran langsung dan penelusuran penggerak. Penelusuran langsung (direct driver)
adalah proses mengidentifikasi dan menetapkan biaya ke objek biaya yang secara
khusus atau secara fisik terkait dengan objek biaya. Mengidentifikasi biaya yang secara
khusus terkait dengan objek biaya yang paling sering dilakukan dengan observasi fisik.
Sebagai contoh, pembuatan celana jins dibutuhkan bahan berupa denim, ritsleting,
kancing, dan benang serta tenaga kerja (untuk memotong denim sesuai dengan pola
dan menjahit potongan). Kegiatan ini dapat diamati secara fisik. Oleh karena itu, biaya
bahan dan tenaga kerja dapat dibebankan pada celana jins.
Akan tetapi, tidak semua biaya yang dikonsumsi dapat diamati secara langsung
objeknya. Pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan mencari penyebab biaya
tersebut dikeluarkan (driver). Driver adalah faktor yang menyebabkan perubahan
penggunaan sumber daya, penggunaan aktivitas, biaya, dan pendapatan. Penelusuran
penggerak adalah penggunaan driver untuk menentukan biaya ke obyek biaya.
Sebagai contoh, untuk mengetahui biaya listrik yang digunakan mesin penjahit
dalam pembuatan celana jins, driver seperti jam mesin bisa digunakan untuk
menetapkan biaya listrik. Jika biaya listrik per mesin jahit adalah $ 0,50 dan mesin
digunakan selama 20.000 jam dalam satu tahun, maka dikeluarkan biaya $ 10.000 dari
untuk kegiatan menjahit selama setahun.
Beda halnya dengan biaya tidak langsung yang tidak dapat ditelusuri dari objek
biaya. Penentuan biaya tidak langsung ke objek biaya disebut alokasi. Sebagai contoh,
penentuan biaya pemanasan dan pencahayaan pabrik yang memproduksi lima produk.
Misalkan biaya utilitas ini adalah untuk ke lima produk. Tentu sulit untuk melihat
hubungan sebab akibatnya. Cara yang dapat digunakan untuk mengalokasikan biaya
melalui penetapan secara proporsional dengan jam kerja langsung yang digunakan oleh
masing-masing produk.
Penentuan biaya memang lebih baik ditelusuri ke objek biaya secara langsung.
Namun, harus diakui bahwa alokasi biaya tidak langsung dapat melayani tujuan lain
selain akurasi. Misalnya, mengalokasikan langsung biaya untuk produk mungkin
diperlukan untuk pelaporan eksternal.
Produksi pun dilakukan dengan pengerjaan tenaga kerja manusia yang dominan,
menggunakan teknologi sederhana, dan menghasilkan produk massal yang standar atau
homogen sehingga perhitungan harga pokok produk perunitnya hanya dengan membagi
total biaya produksi dan jumlah unit yang dihasilkan.
Namun dnegan berkembangnya persaingan global saat ini. Perusahaan tidak bisa
mempertahankan paradigma manajemen lama karna perusahaan telah menghadapi
persaingan yang lebih tajam. Perusahaan harus mengubah fokusnya dari produksi
menjadi fokus pada pelanggan. Globalisasi perdangangan mengakibatkan munculnya
banyak perusahaan yang menjual produk yang sama sehingga memberikan kondisi
yang menguntungkan bagi pelangan karena memiliki banyak pilihan. Oleh karena itu
paradigma berubah menjadi penawaran produk (supply) lebih besar dari pada
permintaan (demand). Kondisi ini menuntut perusahaan untuk memenuhi keinginan
pelanggan untuk dapat bertahan dalam persaingan, yaitu kualitas produk yang tinggi,
harga yang murah, pelayanan yang cepat dan inovasi.
Dasar pemikiran pendekatan ini adalah bahwa produk atau jasa perusahaan
dihasilkan oleh aktivitas dimana aktivitas yang dibutuhkan tersebut menggunakan
sumber daya yang menyebabkan timbulnya biaya. Sumber daya tersebut dibebankan
kepada aktivitas, kemudian aktivitas dibebankan kepada objek berdasarkan
penggunaannya. Sehingga dengan menggunakan ABC, manajemen dapat menggunakan
informasi biaya dalam mengambil keputusan seperti:
Sistem costing ini disebut juga dengan Functional Based Costing. Istilah “fungsi”
dimaksudkan pada fungsi yang ada didalam organisasi., seperti fungsi produkdi,
pemasaran, serta administrasi dan umum. Fungsi produksi adalah fungsi yang
mengolah barang bahan baku menjadi barang jadi. Perhitungan biaya berbasis fungsi
menghasilkan informasi biaya produksi berdasarkan pabrik atau dapartemen produksi,
sehingga pabrik atau dapartemen produksi dijadikan pool biaya untik biaya overhead
pabrik. Pool biaya adalah tempat dikumpulkannya biaya overhead pabrik.
Biaya overhead pabrik (BOP) dibebankan kepada produk dengan menggunakan
tarif yang ditentukan dimuka. Hal ini dimaksudkan agar pembebanan biaya overhead
pabrik ke produk dapat merata ke semua jenis produk yang dihasilkan. Tarif ini
diperoleh dari membagi anggaran BOP dengan kapasitas normal driver biaya berbasis
unit.lau BOP dibebankan kepada produk dengan cara mengalikan tarif BOP dengan
kapasitas driver biaya yang sesungguhnya.
Sistem costing ini diperdebatkan oleh sistem costing ABC. Menurut pendekatan
ABC, tidak semua biaya mempunyai korelasi langsung dengan jumlah unit yang
dihasilkan, terutama untuk BOP. Pembebanan BOP ke produk dengan hanya
menggunaan driver unit menjadi tidak akurat apabila jenis produk yang dihasilkan
beragam (diversitas produk ) atau volume produk yang dihasilkan beragam (diversitas
volume). Diversitas produk terjadi jika jenis produk mengkonsumsi sumber daya dan
aktivitas berbeda. Misal, ukuran produk berbeda, atau kerumitan produk yang berbeda.
Produk yang tingkat kerumitan yang tinggi banyak menggunakan aktivitas non-unit
dibandingkan dengan produk yang tidak rumit. Diversitas volume adalah jumlah yang
berbeda untuk setiap batch.
Menurut ABC, pembebanan BOP ke produk melalui dua tahap. Pertama, BOP
dibebankan ke aktivitas, bukan pabrik atau dapatemen produksi. Lalu tahap kedua,
biaya aktivitas dibebankan ke produk. Dengan perhitungan seperti in, perhitungan
harga pokok tidak hanya menjadi lebih akurat, tetapi hal itu juga akan memudahkan
manajemen untuk mengembangkan program pengurangan biaya sehingga dapat
meningkatkan daya saing perusahaan, yaitu dengan mengeliminasi aktivitas yang tidak
bernilai tambah. Tahap-tahap dalam ABC system adalah sebagai berikut.
1) Produser tahap pertama adalah penelusuran berbagai biaya yang terjadi ke berbagai
aktivitas. Tahap ini meliputi 4 langkah yaitu sebagai berikut.
a. Mengidentifikasi aktivitas-aktivitas
Tarif kelompok merupakan tarif biaya overhead per unit pemicu biaya (cost
driver) yang dihitung dari satu kelompok aktivitas. Tarif kelompok dihitung dengan
rumus total biaya overhead untuk kelompok aktivitas tertentu dibagi dengan dasar
pengukuran aktivitas tersebut
2) Tahap kedua
Hal ini dilakukan dengan mengunakan tarif kelompok (pool rate) yang
dikonsumsi oleh setiap produk yang telah dihitung pada tahap pertama. Tarif
kelompok yang telah diperoleh dalam tahap pertama dikalikan dengan unit
pemicu biaya (cost driver) kelompok biaya yang bersangkutan, sehingga diperoleh
biaya overhead yang dikonsumsi oleh produk. Total biaya overhead yang
dibebankan kemudian dibagi dengan unit yang diproduksi sehingga diperoleh biaya
overhead pabrik per unit adalah sebagai berikut.
Untuk memberikan gambaran lebih jelas mengenai perbedaan kedua sistem costing tersebut,
berikut ilustrasi soal untuk menjelaskan konsep pembebanan secara tradisioanal dan ABC.
Misalkan, PT.XYZ adalah perusahaan yang memproduksi tiga jenis es krim, yaitu es krim
rasa vanilla, strawberry, dan durian. Harga jual dan biaya langsung dari masing-masing
eskrim tersebut adalah:
Maka pembebanan biaya dengan menggunakan dasar alokasi jam mesin adalah
(volume produksi
x biaya bahan
baku)
Buruh langsung 30.000.00 18.000.000 60.000.000 108.000.000
(c)
(volume produksi
x biaya buruh
langsung)
BOP (d) 338.888.889 203.333.333 67.777.778 610.000.000
(volume
produk/total
volume produk) x
total BOP
Total biaya 468.888.889 293.333.333 157.777.778 920.000.000
produksi (e)
(a + b + c +d)
Laba kotor (f) 81.111.111 66.666.667 42.222.222 190.000.000
(a –e )
Marjin laba kotor 14,75 % 18,52% 21,11 % 17,12 %
(f/a) x 100%
Perusahaan merasakan bahwa banyak angka yang tidak masuk akal, sehingga direksi
mempertimbangkan untuk menggunakan ABC. Maka perusahaan menginterventarisasikan
aktivitas-aktivitas apa saja yang dilakukan. Dari hasil penelitian, perusahaan mneyimpulkan
ada lima kegiatan utama yang dilakukan perusahaan. Untuk itu perusahan harus mencari
dasar pembebann (driver) yang paling tepat untuk membenankan biaya pada masing- masing
aktivitas. Misalkan pada biaya listrik yang dibebankan pada masing-masing aktivitas
berdasarkan luas ruangan yang dipakai. Berikut rasio pembebanan biaya ke aktivitas:
Dengan menggunakan rasio-rasio tersebut, maka dapat dihitung besarnya BOP yang akan
dibebankan kepada masing-masing aktivitass:
(volume
produksi x
harga jual)
(volume
produksi x
biaya bahan
baku)
Buruh langsung 30.000.00 18.000.000 60.000.000 108.000.000
(c)
(volume
produksi x
biaya buruh
langsung)
Perencanaan 16.000.000 12.000.000 8.000.000 36.000.000
produksi (d)
(jumlah batch
produksi x tarif
per driver)
Pengambilan 27.000.000 27.000.000 18.000.000 72.000.000
bahan mentah
(e)
(jumlah
pengambilan x
tarif per driver)
Set-up mesin (f) 226.000.000
(waktu set-up x
tarif per driver)
Produksi es 216.000.000
krim (g)
Administrasi 20.000.000 20.000.000 20.000.000 60.000.000
produk (h)
Total biaya 380.800.000 288.800.000 250.400.000 920.000.000
produksi (i)
(a + b + c
+d+e+f+g+h)
Laba kotor (j) 169.200.000 71.200.000 (50.400.000) 190.000.000
(a –i )
Marjin laba kotor 30,76 % 19,78% -25,20 % 17,12 %
(i/a) x 100%
Tidak seperti ABC yang mempunyai empat tingkatan pembebanan, kesemua dasar
pembebanan secara tradisional adalah pembebanan berdasarkan tingkat unit. Pembebanan
tingkat unit ini akan menyebabkan pembebanan biaya tidak langsung yang besar untuk
produk yang besar (vanilla dan strawberry), dan pembebanan biaya tidak langsung yang
kecil untuk produk yang kecil (durian).
Dalam ilustrasi soal diatas terlihat bahwa es krim vanilla memilki volume yang paling tinggi,
yang berakibat pada konsumsi jam mesin yang paling besar, yang mengakibatkan produk ini
menerima pembebanan biaya tidak langsung yang paling besar pula. Sebaliknya produk
dengan volume produksi terkecil, yaitu es krim durian, akan dibebani dengan BOP yang
paling kecil karena produk menggunakan jam mesin yang paling kecil.
3. Activity Based Costing with Idle Capacity (Time Driven Activity Based Costing)
Misalkan, suatu dapartemen kartu kredit memiliki tiga karyawan. Saat di interviu,
karyawan melaporkan bahwa 50 persen waktunya habis untuk memproses kartu kredit, 30
persen untuk membuat tagihan kartu kredit, dan 20 persen untuk menangani pengaduan
pelanggan. Berdasarkan penjelasan tersebut total waktu yang dihabiskan karyawan untuk
ketiga aktivitas adalah 100 persen dan tidak memperhitungkan waktu yang tidak terpakai.
Untuk memperbaiki kekurangan yang timbul dari sistem aktivitas tradisonal, maka
pada tahun 2004, Robert S. Kaplan dan Steven R. Anderson mengembangkan inovasi baru
terhadap sistem ABC yang disebut Time-Driven ABC. Langkah-langkah pembebanan
biaya berdarkan Time-Driven ABC memerlukan dua estimasi baru yaitu: (1) Biaya per
unit dari kapasitas yang tersedia, dan (2) konsumsi unit waktu oleh setiap aktifitas.
1) Estimasi Biaya Per Unit
Prosedur ini dimulai dengan menggunakan informasi yang sama
dengan pendekatan tradisonal ABC, yaitu menentukan besarnya biaya dari
sumber daya yang menyediakan kapasitas dan mengestimasi kapasitas aktual
dari sumber daya yang tersedia. Kemudian dengan membagi estimasi tersebut
(biaya dari kapasitas yang tersedia dan kapasitas pada prakteknya dari sumber
daya yang tersedia) dapat diperolehnya biaya per unit.
Karena perhitungan kapasitas dilakukan dalam bentuk waktu (time), maka pemicu
aktivitas (driver) dari aktivitas penanganan bahan mentah yang sebelumnya berupa berapa
kali pengambilan menjadi waktu pengambilan. Misal, waktu pengambilan untuk produk es
krim adalah 30 menit untuk satu kali pengambilan, maka waktu pengambilan untuk masing-
masing produk adalah:
Tarif aktivitas pengambilan bahan mentah akan dikalikan dengan konsumsi menit dari
masing masing produk, sehingga didapatkan pembebanan biaya aktivitas pengambilan bahan
baku produk untuk masing-masing es krim adalah 18.000.000 untuk es krim Vanilla,
18.000.000 untuk es krim Strawberry, dan 12.000.000 untuk es krim Vanilla
Dalam pembebanan ini terdapat 12.000 jam pengambilan bahan mentah yang tidak terpakai,
dengan jumlah sebsar 24.000.000. biaya tersebut akan dimasukkan ke biaya kapasitas
menganggur. Biaya ini tidak dibebankan kepada masing-masing produk dan merupakan
tanggungan perusahaan secara keseluruhan.
(volume
produksi x
biaya bahan
baku)
Buruh langsung 30.000.00 18.000.000 60.000.000 108.000.000
(c)
(volume
produksi x
biaya buruh
langsung)
Perencanaan 16.000.000 12.000.000 8.000.000 36.000.000
produksi (d)
(jumlah batch
produksi x tarif
per driver)
Pengambilan 18.000.000 18.000.000 12.000.000 48.000.000
bahan mentah
(e)
(waktu
pengambilan x
tarif per driver)
Set-up mesin (f) 226.000.000
(waktu set-up x
tarif per driver)
Produksi es 216.000.000
krim (g)
Administrasi 20.000.000 20.000.000 20.000.000 60.000.000
produk (h)
Kapasitas 24.000.000
menganggur (i)
(teoritikal –
praktikal)
Total biaya 371.800.000 279.800.000 244.400.000 920.000.000
produksi (j)
(a + b + c
+d+e+f+g+h)
Laba kotor (j) 169.200.000 71.200.000 (50.400.000) 190.000.000
(a –i )
Marjin laba kotor 32,40 % 22,28% -22,20 % 17,12 %
(i/a) x 100%
Namun penghematan biaya ini tidak dapat meningkatkan profitabilitas secara keseluruhan.
Hal ini dikarenakan semua biaya yang berkaitan dengan aktivitas pengambilan bahan mentah
merupakan biaya tetap, sehingga walaupun yerjadi efisiensi dalam pengambilan bahan
mentah, secara total biaya perusahaan tidak akan berkurang. Biaya yang tadinya dibebankan
pada aktivitas pengambilan bahan mentah akan berpindah ke kapasitas menganggur.
Keuntungan perusahaan dapat bertambah apabila perusahaan melakukan :
Perhitungan Overhead :
2.
Pools Driver Pool Rate
Setup Runs $240.000:300 = $800/runs
Machine Machine Hours $1.750.000:185.000 =
$9,46/Machine Hours
Receiving Orders $2.100.000:1.400 =
$1.500/orders
Engineering Engineering Hours $2.000.000:10.000 =
$200/Engeneering Hours
Material Handling Moves $900.000:900.000 =
$1/Moves
3. Tidak, karena dari unit gross margin terlihat bahwa Part 127 lebih tinggi daripada Part
134. Cara terbaik yang bisa dilakukan perusahaan untuk bersaing dengan kompetitor
adalah menurunkan harga Part 127. Biaya per Unit untuk memproduksi Part 127
sebesar $15,255, sehingga meskipun harga jual sebesar kompetitor ($21), gross
margin per unit menjadi $5,745 dan masih lebih tinggi daripada Part 134.
4. Harga jual untuk Part 134 sebesar $24,00 berada di bawah unit cost sehingga wajar
saja perusahaan tidak mempunyai kompetitor. Harga ini gross margin per unit negatif.
Kenaikan harga 25% tidak akan menjadi masalah bagi pembeli karena harga jual
hanya menjadi $30, dan masih berada di bawah kompetitor.
5. Sebagai plant manager, harga jual Part 127 harus diturunkan dan harga jual Part 134
harus dinaikkan agar produk tetap laku dijual di pasaran dan keuntungan yang ingin
didapatkan dapat tercapai.
Referensi