Anda di halaman 1dari 25

1.

Biaya Langsung dan Biaya Tidak Langsung

Menurut Gaspersz (2003), biaya dalam ekonomi manajerial mencerminkan


efisiensi sistem produksi, sehingga konsep biaya juga mengacu pada konsep produksi,
tetapi apabila pada konsep produksi membicarakan penggunaan input secara fisik
dalam menghasilkan output produksi, maka dalam konsep biaya menghitung
penggunaan input itu dalam nilai ekonomi yang disebut biaya. Biaya juga sering
diartikan sebagai nilai suatu pengorbanan untuk memperoleh suatu output tertentu.
Pengorbanan itu dapat berupa uang, barang, tenaga, waktu maupun kesempatan.
Bagi seorang Akuntan, biaya adalah total uang yang dikeluarkan untuk
memperoleh atau menghasilkan sesuatu (Rahardja & Manurung, 2002). Dari pengertian
biaya tersebut, terdapat 4 unsur pokok, yaitu :
a Biaya merupakan harga pokok atau bagiannya untuk memperoleh pendapatan
b Biaya mencerminkan efisiensi sistem produksi
c Biaya merupakan pengorbanan untuk suatu tujuan tertentu
d Pengorbanan dapat berupa uang, barang, tenaga, waktu maupun kesempatan
Biaya tidak sama dengan pengeluaran (expense). Expense merupakan cost dari
barang dan jasa yang telah menjadi beban (expired) karena berlalunya waktu baik
secara langsung maupun tidak langsung terkait dalam proses untuk memperoleh
pendapatan. Dalam setiap periode, expense dikurangi dari pendapatan pada laporan laba
rugi untuk menentukan laba periode tertentu. Kerugian timbul karena biaya yang
berakhir (expired) tanpa menghasilkan manfaat pendapatan. Sebagai contoh, biaya dari
persediaan yang terbakar dan tidak diasuransikan akan diklasifikasikan sebagai
kerugian pada laporan laba rugi.
Agar mengetahui besaran biaya yang dikeluarkan, sebaiknya mengetahui jenis
kegiatan yang dilakukan. Kegiatan adalah unit dasar dari pekerjaan yang dilakukan
dalam sebuah organisasi. Suatu kegiatan juga dapat didefinisikan sebagai agregasi dari
tindakan dalam sebuah organisasi yang berguna untuk manajer untuk tujuan
perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. Kegiatan berperan penting
dalam menetapkan biaya ke objek biaya lainnya dan sangat penting unsur sistem
akuntansi manajemen berbasis aktivitas.
Hubungan biaya ke objek biaya dapat dimanfaatkan untuk membantu
meningkatkan akurasi penetapan biaya. Berdasarkan mudah-tidaknya biaya ditelusuri
berdasarkan objeknya dapat dibagi atas 2, yakni:
1) Biaya Langsung
Biaya langsung adalah biaya-biaya yang dapat ditelusuri dengan
mudah dan akurat ke objek biaya. Biaya yang timbul ini harus dapat
diidentifikasikan ke masing-masing departemen atau bagian. Biaya
langsung terjadi karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang
dibiayai tersebut tidak ada, maka biaya langsung tidak akan terjadi.
Sehingga biaya langsung akan mudah diidentifikasikan dengan sesuatu
yang dibiayai. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja langsung.
Pada perusahaan perakitan mobil, biaya tenaga kerja bagian
pengecatan, pengelasan, dapat diidentifikasikan sebagai biaya yang terjadi
pada departemen produksi dan berkaitan langsung dengan proses
perakitan mobil. Demikian juga upah biaya bahan baku berupa lempengan
besi yang akan dicetak menjadi badan mobil, bahan penolong berupa ban,
aki, dan lainnya yang berhubungan langsung dengan departemen
produksi.
2) Biaya Tidak Langsung
Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak dapat ditelusuri
dengan mudah dan akurat ke objek biaya. Biaya ini terjadi tidak hanya
disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam
hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak
langsung atau biaya overhead pabrik (factory overhead cost). Biaya ini
tidak mudah diidentifikasikan dengan produk tertentu.
Biaya ini mencakup hal-hal seperti iklan dan pemasaran, depresiasi
produk, persediaan perusahaan, akuntansi, dan penggajian. Biaya tidak
langsung juga merupakan beragam biaya yang berguna untuk
mempertahankan seluruh perusahaan dan bukan hanya biaya-biaya yang
terkait dengan pembuatan produk. Contoh biaya tidak langsung adalah
biaya depresiasi, biaya asuransi, biaya listrik, gaji pengawas, dsb.

Menelusuri biaya pada objek biaya dapat dilakukan dengan dua cara,
penelusuran langsung dan penelusuran penggerak. Penelusuran langsung (direct driver)
adalah proses mengidentifikasi dan menetapkan biaya ke objek biaya yang secara
khusus atau secara fisik terkait dengan objek biaya. Mengidentifikasi biaya yang secara
khusus terkait dengan objek biaya yang paling sering dilakukan dengan observasi fisik.
Sebagai contoh, pembuatan celana jins dibutuhkan bahan berupa denim, ritsleting,
kancing, dan benang serta tenaga kerja (untuk memotong denim sesuai dengan pola
dan menjahit potongan). Kegiatan ini dapat diamati secara fisik. Oleh karena itu, biaya
bahan dan tenaga kerja dapat dibebankan pada celana jins.

Akan tetapi, tidak semua biaya yang dikonsumsi dapat diamati secara langsung
objeknya. Pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan mencari penyebab biaya
tersebut dikeluarkan (driver). Driver adalah faktor yang menyebabkan perubahan
penggunaan sumber daya, penggunaan aktivitas, biaya, dan pendapatan. Penelusuran
penggerak adalah penggunaan driver untuk menentukan biaya ke obyek biaya.

Sebagai contoh, untuk mengetahui biaya listrik yang digunakan mesin penjahit
dalam pembuatan celana jins, driver seperti jam mesin bisa digunakan untuk
menetapkan biaya listrik. Jika biaya listrik per mesin jahit adalah $ 0,50 dan mesin
digunakan selama 20.000 jam dalam satu tahun, maka dikeluarkan biaya $ 10.000 dari
untuk kegiatan menjahit selama setahun.

Beda halnya dengan biaya tidak langsung yang tidak dapat ditelusuri dari objek
biaya. Penentuan biaya tidak langsung ke objek biaya disebut alokasi. Sebagai contoh,
penentuan biaya pemanasan dan pencahayaan pabrik yang memproduksi lima produk.
Misalkan biaya utilitas ini adalah untuk ke lima produk. Tentu sulit untuk melihat
hubungan sebab akibatnya. Cara yang dapat digunakan untuk mengalokasikan biaya
melalui penetapan secara proporsional dengan jam kerja langsung yang digunakan oleh
masing-masing produk.

Penentuan biaya memang lebih baik ditelusuri ke objek biaya secara langsung.
Namun, harus diakui bahwa alokasi biaya tidak langsung dapat melayani tujuan lain
selain akurasi. Misalnya, mengalokasikan langsung biaya untuk produk mungkin
diperlukan untuk pelaporan eksternal.

2. Activity Based Costing

Berdasarkan paradigma manajemen lama, manajemen berfokus terhadap


produksi. Manajemen berusaha menghasilkan produk pada tingkat kapasitas penuh
sehingga tidak terjadi kapasitas mengangur. Jika produksi dilakukan pada tingkat
kapasitas, efisiensi produksi akan tercapai karena biaya tetap akan tersebar di banyak
produk. Selain itu karena produk dihasilkan secara besar-besaran, produk tersebut akan
dapat didistribusikam secara luas dipasar. Konsep ini mengasumsikan bahwa
persaingan tidak begitu tinggi karena permintaan produk (demand) lebih besar daripada
penawaran (supply) sehingga semua produk yang dihasilkan sepenuhnya dapat diserap
oleh pasar (Riwayadi, 2016:3)

Produksi pun dilakukan dengan pengerjaan tenaga kerja manusia yang dominan,
menggunakan teknologi sederhana, dan menghasilkan produk massal yang standar atau
homogen sehingga perhitungan harga pokok produk perunitnya hanya dengan membagi
total biaya produksi dan jumlah unit yang dihasilkan.

Namun dnegan berkembangnya persaingan global saat ini. Perusahaan tidak bisa
mempertahankan paradigma manajemen lama karna perusahaan telah menghadapi
persaingan yang lebih tajam. Perusahaan harus mengubah fokusnya dari produksi
menjadi fokus pada pelanggan. Globalisasi perdangangan mengakibatkan munculnya
banyak perusahaan yang menjual produk yang sama sehingga memberikan kondisi
yang menguntungkan bagi pelangan karena memiliki banyak pilihan. Oleh karena itu
paradigma berubah menjadi penawaran produk (supply) lebih besar dari pada
permintaan (demand). Kondisi ini menuntut perusahaan untuk memenuhi keinginan
pelanggan untuk dapat bertahan dalam persaingan, yaitu kualitas produk yang tinggi,
harga yang murah, pelayanan yang cepat dan inovasi.

Berubahnya kondisi bisnis juga mengakibatkan pergeseran dari padat karya


menjadi padat modal. Akibatnya terjadi perubahan komposisi biaya produksi karena
biaya tenaga kerja langsung memiliki komposisi yang kecil dibandingkan dengan biaya
overhead karena penggunaan mesin-mesin, dan juga pembebanan biaya berbasis unit
menjadi tidak akurat karena adanya diversitas produk, dimana masing-masing produk
mengkonsumsi biaya overhead yang berbeda beda.

Akuntansi biaya tradisional hanya membebankan biaya produksi keproduk, biaya


lain yang berkaitan dengan produk seperti biaya penelitian dan pengembangan, biaya
pemasaran, biaya distibusi, dan biaya layanan pelanggan tidak dibebankan ke harga
pokok produk. Oleh karena itu akuntansi biaya tradisional tidak memadai untuk
manajemen biaya strategis (Riwayadi,2016:31)
Activity-Based Costing (ABC) telah dikembangkan pada organisasi sebagai
suatu solusi untuk masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan dengan baik oleh
sistem biaya tradisional. ABC merupakan suatu pendekatan biaya produk yang
membebankan biaya produk kepada produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber
daya yang disebabkan karena aktivitas. ABC menghubungkan biaya overhead pabrik
(BOP) dengan biaya objek seperti produk atau jasa dengan cara mengidentifikasi
sumber-sumber daya dan aktivitas-aktivitas sesuai dengan biaya-biayanya dan jumlah
yang ingin diproduksi. Tujuan dari ABC adalah untuk membebankan biaya tidak
langsung dengan lebih akurat.

Dasar pemikiran pendekatan ini adalah bahwa produk atau jasa perusahaan
dihasilkan oleh aktivitas dimana aktivitas yang dibutuhkan tersebut menggunakan
sumber daya yang menyebabkan timbulnya biaya. Sumber daya tersebut dibebankan
kepada aktivitas, kemudian aktivitas dibebankan kepada objek berdasarkan
penggunaannya. Sehingga dengan menggunakan ABC, manajemen dapat menggunakan
informasi biaya dalam mengambil keputusan seperti:

1) Mengidentifikasi dan mengeliminasi produk-produk yang tidak menghasilkan


profit dan menurunkan harga produk jika harganya terlalu tinggi
2) Mengidentifikasi dan mengeliminasi proses produksi yang tidak efektif dan
mengalokasikan konsep proses yang dapat memproduksi produk dengan hasil
yang lebih baik

Aktivitas merupakan fokus utama manajemen. Manajemen akan mengelola


aktivitas dengan mengidentifikasi aktivitas bernilai tambah dan menghilangkan
aktivitas tidak bernilai tambah. Dengan begitu, pihak manajemen perusahaan dapat
berusaha untuk meningkatkan mutu sambil secara simultan fokus pada pengurangan
biaya yang memungkinkan. Pihak manajemen akan berada dalam satu posisi untuk
melakukan penawaran kompetitif yang lebih wajar karena ABC memberikan informasi
biaya yang dibebankan terhadap produk dengan lebih akurat
3) Perbedaan Pembebanan Biaya Tradsional dengan ABC

Beberapa perbandingan antara sistem biaya tradisional dan sistem biaya


Activity- Based Costing (ABC) yang dikemukakan oleh Amin Widjaya dalam bukunya
“Activity-Based Costing untuk manufakturing dan pemasaran" sebagai berikut:

1. Sistem biaya ABC menggunakan aktivitas-aktivitas sebagai pemacu biaya driver)


untuk menentukan seberapa besar konsumsi overhead dari setiap produk. Sedangkan
sistem biaya tradisional mengalokasikan biaya overhead secara arbitrer berdasarkan
satu atau dua basis alokasi yang non reprersentatif.
2. Sistem biaya ABC memfokuskan pada biaya, mutu dan faktor waktu. Sistem biaya
tradisional terfokus pada performansi keuangan jangka pendek seperti laba. Apabila
sistem biaya tradisional digunakan untuk penentuan harga dan profitabilitas produk,
angka-angkanya tidak dapat diandalkan.
3. Sistem biaya ABC memerlukan masukan dari seluruh departemen, persyaratan ini
mengarah ke integrasi organisasi yang lebih baik dan memberikan suatu pandangan
fungsional silang mengenai organisasi.
4. Sistem biaya ABC mempunyai kebutuhan yang jauh lebih kecil untuk analisis varian
dari pada sistem tradisional, karena kelompok biaya (cost pools) dan pemacu biaya
(cost driver) jauh lebih akurat dan jelas, selain itu ABC dapat menggunakan data
biaya historis pada akhir periode untuk menghilang biaya aktual apabila kebutuhan
muncul.

Perhitungan pembebanan biaya tradisional menggunakan driver yang dipicu oleh


unit yang dihasilkan. Tradisional costing ini mengasumsikan bahwa besarnya biaya
produksi memiliki korelasi langsung dengan dengan unit yang dihasilkan, sehingga
pembebanan biaya produksi ke produk menggunakan driver berbasis unit. Driver
berbasis unit adalah driver yang dipicu oleh unit yang dihasilkan.

Sistem costing ini disebut juga dengan Functional Based Costing. Istilah “fungsi”
dimaksudkan pada fungsi yang ada didalam organisasi., seperti fungsi produkdi,
pemasaran, serta administrasi dan umum. Fungsi produksi adalah fungsi yang
mengolah barang bahan baku menjadi barang jadi. Perhitungan biaya berbasis fungsi
menghasilkan informasi biaya produksi berdasarkan pabrik atau dapartemen produksi,
sehingga pabrik atau dapartemen produksi dijadikan pool biaya untik biaya overhead
pabrik. Pool biaya adalah tempat dikumpulkannya biaya overhead pabrik.
Biaya overhead pabrik (BOP) dibebankan kepada produk dengan menggunakan
tarif yang ditentukan dimuka. Hal ini dimaksudkan agar pembebanan biaya overhead
pabrik ke produk dapat merata ke semua jenis produk yang dihasilkan. Tarif ini
diperoleh dari membagi anggaran BOP dengan kapasitas normal driver biaya berbasis
unit.lau BOP dibebankan kepada produk dengan cara mengalikan tarif BOP dengan
kapasitas driver biaya yang sesungguhnya.

Sistem costing ini diperdebatkan oleh sistem costing ABC. Menurut pendekatan
ABC, tidak semua biaya mempunyai korelasi langsung dengan jumlah unit yang
dihasilkan, terutama untuk BOP. Pembebanan BOP ke produk dengan hanya
menggunaan driver unit menjadi tidak akurat apabila jenis produk yang dihasilkan
beragam (diversitas produk ) atau volume produk yang dihasilkan beragam (diversitas
volume). Diversitas produk terjadi jika jenis produk mengkonsumsi sumber daya dan
aktivitas berbeda. Misal, ukuran produk berbeda, atau kerumitan produk yang berbeda.
Produk yang tingkat kerumitan yang tinggi banyak menggunakan aktivitas non-unit
dibandingkan dengan produk yang tidak rumit. Diversitas volume adalah jumlah yang
berbeda untuk setiap batch.

Sebagai contoh, biaya pengecekan produk yang dilakukan menggunakan


sampelyang diambil tiap satu jam sekali. Untuk kasus ini, besarnya biaya pengecekan
dipengaruhi oleh banyaknya pengecekan, bukan jumlah unit yang dihasilkan karena
unit yang dhasilkan tiap jamnya bisa saja berbeda. Pemakaian driver jam mesin atau
jam tenaga kerja langsung juga tidak ada hubungan dengan biaya pengecekan produk
karnapengecekan produk dilakukan setelah produk dihasilkan. Namun jika perusahaan
menggunakan ABC, pembebanan biaya pengecekan produk ke masing-masing produk
menggunakan driver berbasis non-unit, seperti jumlah pengecekan atau lamanya waktu
pengecekan. Driver ini dapat digunakan karena besarnya biaya pengecekan dipengaruhi
oleh banyaknya pengecekan yang dilakukan atau lamanya watu pengecekan, bukan jam
mesin atau biaya tenaga kerja langsung.

Menurut ABC, pembebanan BOP ke produk melalui dua tahap. Pertama, BOP
dibebankan ke aktivitas, bukan pabrik atau dapatemen produksi. Lalu tahap kedua,
biaya aktivitas dibebankan ke produk. Dengan perhitungan seperti in, perhitungan
harga pokok tidak hanya menjadi lebih akurat, tetapi hal itu juga akan memudahkan
manajemen untuk mengembangkan program pengurangan biaya sehingga dapat
meningkatkan daya saing perusahaan, yaitu dengan mengeliminasi aktivitas yang tidak
bernilai tambah. Tahap-tahap dalam ABC system adalah sebagai berikut.

1) Produser tahap pertama adalah penelusuran berbagai biaya yang terjadi ke berbagai
aktivitas. Tahap ini meliputi 4 langkah yaitu sebagai berikut.

a. Mengidentifikasi aktivitas-aktivitas

Pada langkah ini berbagai aktivitas yang dilakukan diklasifikasikan ke


dalam beberapa kelompok yang mempunyai satu interpretasi fisik yang
mudah dan jelas serta cocok dengan segmen-segmen prosles produk yang dapat
dikelola.

1. Aktivitas-aktivitas Berlevel Unit (Unit-Lavel activities)


Aktivitas berlevel unit (unit-level activities) adalah aktivitas yang dikerjakan
setiap kali satu unit produk diproduksi, besar kecilnya aktivitas ini dipengaruhi
oleh jumlah unit produk yang diproduksi. Biaya yang timbul karena aktivitas
berlevel unit ini dinamakan biaya aktivitas berlevel unit (unit-level activities
cost), contoh biaya overhead untuk aktivitas ini adalah biaya listrik dan biaya
operasi mesin. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung juga termasuk
kedalam biaya aktivitas berlevel unit, namun tidak termasuk kedalam biaya
overhead.
2. Aktivitas-aktivitas Berlevel Batch (Batch-Lavel activities)
Aktivitas-aktivitas berlevel batch (batch-level activities) adalah aktivitas yang
dikerjakan setiap kali suatu batch produk diproduksi, besar kecilnya aktivitas ini
dipengaruhi oleh jumlah batch produk yang diproduksi. Contoh aktivitas yang
termasuk kedalam kelompok ini adalah aktivitas setup, aktivitas penjadwalan
produksi, aktivitas pengelolaan bahan (gerak bahan dan order pembelian),
aktivitas inspeksi. Biaya yang timbul akibat dari aktivitas ini adalah biaya
aktivitas berlevel batch (batch-level activities), biaya ini bervariasi batch produk
yang diproduksi, namun bersifat tetap jika dihubungkan dengan jumlah unit
produk yang diproduksi dalam setiap batch.
3. Aktivitas-aktivitas Berlevel Produk (Product-Lavel activities)
Aktivitas-aktivitas berlevel produk (product-level activities) disebut juga
sebagai aktivitas penopang produk (product-sustaining activities) yaitu aktivitas
yang dikerjakan untuk mendukung berbagai produk yang diproduksi oleh
perusahaan. Aktivitas ini mengkonsurnsi masukan untuk mengembangkan produk
atau memungkinkan produk diproduksi dan dijual. Aktivitas ini dapat dilacak
pada produk secara individual, namun sumber-sumber yang dikonsumsi oleh
aktivitas tersebut tidak dipengaruhi oleh jumlah produk atau batch produk yang
diproduksi. Contoh aktivitas yang termasuk kedalam kelompok ini adalah
aktivitas penelitian dan pengembangan produk, perekayasaaan proses, spesifikasi
produk, perubahan perekayasaan, dan peningkatan produk. Biaya yang timbul
akibat dari aktivitas ini disebut dengan biaya aktivitas berlevel produk (product-
level activities cost).
4. Aktivitas-aktivitas Berlevel Fasilitas (Facility-Lavel activities)
Aktivitas berlevel fasilitas (facility-level activities) disebut juga sebagai
aktivitas penopang fasilitas (facility-sustaining activities) adalah meliputi
aktivitas untuk menopang proses manufaktur secara umum yang diperlukan untuk
menyediakan fasilitas atau kapasitas pabrik untuk memproduksi produk, namun
banyak sedikitnya aktivitas ini tidak berhubungan dengan volume atau bauran
produk yang diproduksi. Aktivitas ini dimanfaatkan secara bersama oleh berbagai
jenis produk yang berbeda, atau dengan kata lain aktivitas ini dilakukan untuk
mempertahankan eksistensi perusahaan. Contoh aktivitas ini mencakup misalnya:
manajemen pabrik, pemeliharaan bangunan, keamanan, pertamanan
(landscaping), penerangan pabrik, kebersihan, pajak bumi dan bangunan(PBB),
serta depresiasi pabrik. Aktivitas manajemen pabrik bersifat administratif,
misalnya aktivitas pengelolaan pabrik, karyawan, dan akuntansi untuk biaya.
Biaya untuk aktivitas ini disebut dengan biaya aktivitas berlevel fasilitas (facility-
level activities cost).

b. Membebankan biaya ke aktivitas

Langkah ini adalah untuk menghubungkan berbagai biaya yang terjadi


dengan setiap aktivitas dari kelompok aktivitas. Berbagai elemen biaya
overhead pabrik jika dihubungkan dengan setiap kelompok aktivitas adalah
sebagai berikut....

1. Biaya-biaya yang dapat dihubungkan dengan aktivitas berlevel unit produksi.


2. Biaya-biaya yang dapat dihubungkan dengan aktivitas berlevel batch.

3. Biaya-biaya yang dapat dihubungkan dengan aktivitas berlevel jenis produksi.

4. Biaya-biaya yang dapat dihubungkan dengan aktivitas berlevel fasilitas.

c. Menentukan activity driver

Langkah berikutnya adalah menentukan activity driver untuk masing- masing


aktivitas yang merupakan faktor penyebab pengendali dari aktivitas-aktivitas
tersebut.

d. Penentuan tarif kelompok aktivitas (pool rate)

Tarif kelompok merupakan tarif biaya overhead per unit pemicu biaya (cost
driver) yang dihitung dari satu kelompok aktivitas. Tarif kelompok dihitung dengan
rumus total biaya overhead untuk kelompok aktivitas tertentu dibagi dengan dasar
pengukuran aktivitas tersebut

2) Tahap kedua

Prosedur tahap kedua yaitu membebankan kelompok biaya ke berbagai


produk yang dihasilkan. Asumsi kedua dari ABC system adalah bahwa produk
menyebabkan timbulnya pengkonsumsian aktivitas (demand activities).
Dengan demikian tahap kedua proses ABC adalah biaya aktivitas dibebankan ke
masing-masing produk berdasarkan besarnya pengkonsumsian tiap-tiap aktivitas
oleh masing-masing produk.

Hal ini dilakukan dengan mengunakan tarif kelompok (pool rate) yang
dikonsumsi oleh setiap produk yang telah dihitung pada tahap pertama. Tarif
kelompok yang telah diperoleh dalam tahap pertama dikalikan dengan unit
pemicu biaya (cost driver) kelompok biaya yang bersangkutan, sehingga diperoleh
biaya overhead yang dikonsumsi oleh produk. Total biaya overhead yang
dibebankan kemudian dibagi dengan unit yang diproduksi sehingga diperoleh biaya
overhead pabrik per unit adalah sebagai berikut.
Untuk memberikan gambaran lebih jelas mengenai perbedaan kedua sistem costing tersebut,
berikut ilustrasi soal untuk menjelaskan konsep pembebanan secara tradisioanal dan ABC.
Misalkan, PT.XYZ adalah perusahaan yang memproduksi tiga jenis es krim, yaitu es krim
rasa vanilla, strawberry, dan durian. Harga jual dan biaya langsung dari masing-masing
eskrim tersebut adalah:

Vanilla strawberry Durian


Harga jual 55.000 per liter 60.000 per liter 100.000 per liter
Bahan mentah 10.000 per liter 12.000 per liter 15.000 per liter
langsung
Buruh langsung 3.000 per liter 3.000 per liter *30.000 per liter

Sedangkan biaya overhead pabrik yang dikeluarkan perusahaan adalah:

Jenis biaya Jumlah


Buruh tidak langsung 240.000.000
Bahan mentah tidak langsung 50.000.000
Listrik 80.000.000
Penyusutan gedung pabrik 40.000.000
Penyusutan mesin 200.000.000
Total 610.000.000

Volume produksi es krim adalah

Vanilla Strawberry Durian


Volume produksi 10.000 liter 6.000 liter 2.000 liter

Maka pembebanan biaya dengan menggunakan dasar alokasi jam mesin adalah

Vanilla strawberry Durian Total


Penjualan (a) 550.000.000 360.000.000 200.000.000 1.110.000

Bahan baku 100.000.000 72.000.000 30.000.000 202.000.000


langsung (b)

(volume produksi
x biaya bahan
baku)
Buruh langsung 30.000.00 18.000.000 60.000.000 108.000.000
(c)

(volume produksi
x biaya buruh
langsung)
BOP (d) 338.888.889 203.333.333 67.777.778 610.000.000

(volume
produk/total
volume produk) x
total BOP
Total biaya 468.888.889 293.333.333 157.777.778 920.000.000
produksi (e)

(a + b + c +d)
Laba kotor (f) 81.111.111 66.666.667 42.222.222 190.000.000

(a –e )
Marjin laba kotor 14,75 % 18,52% 21,11 % 17,12 %

(f/a) x 100%
Perusahaan merasakan bahwa banyak angka yang tidak masuk akal, sehingga direksi
mempertimbangkan untuk menggunakan ABC. Maka perusahaan menginterventarisasikan
aktivitas-aktivitas apa saja yang dilakukan. Dari hasil penelitian, perusahaan mneyimpulkan
ada lima kegiatan utama yang dilakukan perusahaan. Untuk itu perusahan harus mencari
dasar pembebann (driver) yang paling tepat untuk membenankan biaya pada masing- masing
aktivitas. Misalkan pada biaya listrik yang dibebankan pada masing-masing aktivitas
berdasarkan luas ruangan yang dipakai. Berikut rasio pembebanan biaya ke aktivitas:

Perencanaan Pengambian Set-up mesin Produksi es Administrasi


produksi bahan krim produk
mentah
Buruh tidak 10% 30% 30% 10% 20%
langsung
Bahan - - 20% 80% -
mentah tidak
langsung
Listrik 5% - 40% 50% 5%
Penyusutan 10% 10% 30% 30% 20%
gedung
pabrik
Penyusutan - - 50% 50% -
mesin

Dengan menggunakan rasio-rasio tersebut, maka dapat dihitung besarnya BOP yang akan
dibebankan kepada masing-masing aktivitass:

Perencanaan Pengambian Set-up mesin Produksi es Administrasi


produksi bahan krim produk
(persentase x mentah
biaya)
Buruh tidak 24.000.000 72.000.000 72.000.000 24.000.000 48.000.000
langsung
Bahan - - 10.000.000 40.000.000 -
mentah tidak
langsung
Listrik 4.000.000 - 32.000.000 40.000.000 4.000.000
Penyusutan 8.000.000 10% 12.000.000 12.000.000 8.000.000
gedung
pabrik
Penyusutan - - 100.000.000 100.000.000 -
mesin
Total 36.000.000 72.000.000 226.000.000 216.000.000 60.000.000
Setelah biaya untuk masing-masing aktivitas diperoleh, maka tahap selanjutnya, biaya-biaya
tersebut akan dibebankan pada masing-masing produk dengan menggunakan pemicu driver
yang tepat. Daftar pemicu driver yang dipakai adalah:

Pemicu vanilla strawberry durian Total


aktivitas
Volume 10.000 liter 6.000 liter 2.000 liter 18.000 liter
produksi
Perencanaan Jumlah batch 200 batch 150 batch 100 batch 450 batch
produksi produksi
Pengambilan Jumlah 300 kali 300 kali 200 kali 800 kali
bahan pengambilan
mentah
Set-up mesin Waktu set- 0,5 per jam 1 per jam 2 per jam
up batch batch batch
Produksi es Menit mesin 2 menit per 2 menit per 2 menit per
krim liter liter liter
Administrasi Jumlah jenis 1 jenis 1 jenis 1 jenis 3 jenis
produk produk

Perencanaan Pengambian Set-up mesin Produksi es Administrasi


produksi bahan krim produk
mentah
Total biaya 36.000.000 72.000.000 226.000.000 216.000.000 60.000.000
Jumlah 450 800 500 600 3
driver
Tarif per 80.000.000 90.000.000 452.000.000 360.000.000 20.000.000
driver

Maka pembebanan biaya dengan menggunakan ABC adalah:


Vanilla strawberry Durian Total
Penjualan (a) 550.000.000 360.000.000 200.000.000 1.110.000

(volume
produksi x
harga jual)

Bahan baku 100.000.000 72.000.000 30.000.000 202.000.000


langsungn (b)

(volume
produksi x
biaya bahan
baku)
Buruh langsung 30.000.00 18.000.000 60.000.000 108.000.000
(c)

(volume
produksi x
biaya buruh
langsung)
Perencanaan 16.000.000 12.000.000 8.000.000 36.000.000
produksi (d)

(jumlah batch
produksi x tarif
per driver)
Pengambilan 27.000.000 27.000.000 18.000.000 72.000.000
bahan mentah
(e)

(jumlah
pengambilan x
tarif per driver)
Set-up mesin (f) 226.000.000
(waktu set-up x
tarif per driver)

Produksi es 216.000.000
krim (g)
Administrasi 20.000.000 20.000.000 20.000.000 60.000.000
produk (h)
Total biaya 380.800.000 288.800.000 250.400.000 920.000.000
produksi (i)

(a + b + c
+d+e+f+g+h)
Laba kotor (j) 169.200.000 71.200.000 (50.400.000) 190.000.000

(a –i )
Marjin laba kotor 30,76 % 19,78% -25,20 % 17,12 %

(i/a) x 100%

Tidak seperti ABC yang mempunyai empat tingkatan pembebanan, kesemua dasar
pembebanan secara tradisional adalah pembebanan berdasarkan tingkat unit. Pembebanan
tingkat unit ini akan menyebabkan pembebanan biaya tidak langsung yang besar untuk
produk yang besar (vanilla dan strawberry), dan pembebanan biaya tidak langsung yang
kecil untuk produk yang kecil (durian).

Dalam ilustrasi soal diatas terlihat bahwa es krim vanilla memilki volume yang paling tinggi,
yang berakibat pada konsumsi jam mesin yang paling besar, yang mengakibatkan produk ini
menerima pembebanan biaya tidak langsung yang paling besar pula. Sebaliknya produk
dengan volume produksi terkecil, yaitu es krim durian, akan dibebani dengan BOP yang
paling kecil karena produk menggunakan jam mesin yang paling kecil.

Sedangkan pada perhitungan pembebanan biaya berdasarkan ABC, ABC mengidentifikasika


biaya-biaya setiap aktivitas yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk untuk menghitung
harga pokok produk. sehingga harga pokok akan dapat dihitung dengan tepat . seperti es
krim vanilla walaupun memilki volume yang paling tinggi, penggunan aktifitas dalam
menghasilkan produk tidak sebesar es krim durian yang memiliki volume paling sedikit. Hal
tersebut tentu bertentangan dengan pembebanan harga pokok secara tradisonal yang
menyatakan produk es krim vanilla bervolume besar memiliki tingkat keuntungan (marjin
laba kotor) yang rendah dan es krim durian memiliki tingkat keuntungan (marjin laba kotor)
yang tinggi. Pada kenyataannya es krim vanillah yang memiliki margin laba yang tinggi dan
es krim durian memiliki margin laba yang sangat rendah. Oleh karena itu penggunaan
tradisonal costing dapat memberikan informasi yang terdistorsi untuk manajemen.

3. Activity Based Costing with Idle Capacity (Time Driven Activity Based Costing)

Perhitungan harga pokok berbasis aktivitas tradisonal ( traditional activity based


costing) mengasumsikan bahwa sumber daya digunakan dengan kepasitas penuh atau
kapasitas maksimal (theoritical capacity). Hal ini disebabkan karena karyawan biasanya
mengestimasikan waktu yang dihabiskan untuk aktivitas-aktivitas yang dilakukan dengan
total 100 persen dan tidak memperhitungkan waktu yang tidak terpakai (Idle time). Akibatnya
tarif terlalu tinggi dan pembebanan biaya juga terlalu tinggi.

Misalkan, suatu dapartemen kartu kredit memiliki tiga karyawan. Saat di interviu,
karyawan melaporkan bahwa 50 persen waktunya habis untuk memproses kartu kredit, 30
persen untuk membuat tagihan kartu kredit, dan 20 persen untuk menangani pengaduan
pelanggan. Berdasarkan penjelasan tersebut total waktu yang dihabiskan karyawan untuk
ketiga aktivitas adalah 100 persen dan tidak memperhitungkan waktu yang tidak terpakai.

Untuk memperbaiki kekurangan yang timbul dari sistem aktivitas tradisonal, maka
pada tahun 2004, Robert S. Kaplan dan Steven R. Anderson mengembangkan inovasi baru
terhadap sistem ABC yang disebut Time-Driven ABC. Langkah-langkah pembebanan
biaya berdarkan Time-Driven ABC memerlukan dua estimasi baru yaitu: (1) Biaya per
unit dari kapasitas yang tersedia, dan (2) konsumsi unit waktu oleh setiap aktifitas.
1) Estimasi Biaya Per Unit
Prosedur ini dimulai dengan menggunakan informasi yang sama
dengan pendekatan tradisonal ABC, yaitu menentukan besarnya biaya dari
sumber daya yang menyediakan kapasitas dan mengestimasi kapasitas aktual
dari sumber daya yang tersedia. Kemudian dengan membagi estimasi tersebut
(biaya dari kapasitas yang tersedia dan kapasitas pada prakteknya dari sumber
daya yang tersedia) dapat diperolehnya biaya per unit.

2) Estimasi Unit Waktu

Bagian kedua dari informasi baru yang diperlukan pada pendekatan


Time-Driven ABC adalah estimasi waktu yang diperlukan untuk melakukan
suatu transaksi. Prosedur Time-Driven ABC menggunakan estimasi waktu
yang diperlukan setiap saat transaksi terjadi. Pada perhitungan harga pokok
berbasis aktivitas tradisonal lebih mengutamakan persentase waktu yang
dihabiskan karyawan oleh karyawan untuk setiap jenis aktivitas, sedangkan
pada Time-Driven ABC menggunakan lamanya waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan satu kali aktivitas.

Dengan menggunakan soal sebelumnya, misal terdapat 5 orang yang melakukan


aktivitas penanganan bahan mentah. Karyawan tersebut dibayar untuk bekerja selama 8 jam
perhari. Namun karyawan tersebut tentu tidak akan bekerja secara efektif selama 8 jam
penuh. Ada suatu rentang waktu dimana karyawan tidak dapat bekerja dengan efektif
(contohnyawaktu istirahat). Misal diperkirakan waktu tidak produktif dari seorang karyawan
adalh 2 jam, maka kapasitas praktikal (kapasitas teoritikal dikurangi kapasitas tidak
produkti)dari aktivitas tersebut selama sebulan adalah:

=5 orang x (8 jam-2jam) x 5hari x 4 minggu x 60 menit= 36.000 menit

Karena perhitungan kapasitas dilakukan dalam bentuk waktu (time), maka pemicu
aktivitas (driver) dari aktivitas penanganan bahan mentah yang sebelumnya berupa berapa
kali pengambilan menjadi waktu pengambilan. Misal, waktu pengambilan untuk produk es
krim adalah 30 menit untuk satu kali pengambilan, maka waktu pengambilan untuk masing-
masing produk adalah:

Jumlah pengambilan Waktu untuk setiap Waktu


(a) kali pengambilan (b) pengambilan
(a x b)
Vanilla 300 kali 30 menit 9.000 menit
Strawberry 300 kali 30 menit 9.000 menit
Durian 200 kali 30 menit 6.000 menit
Total 24.000 menit
Dengan model Time-Driven ABC, maka tarif per pemicu aktivitasnya dilakukan berdasarkan
kapasitas praktikalnya. Maka biaya aktifitas pengambilan bahan baku akan dibagikan dengan
kapasitas praktikalnya, yaitu 72.000.000 dibagi dengan 36.000 menit untuk mendapatkan tarif
aktivitasnya sebesar 2.000 permenit.

Perencanaan Pengambian Set-up mesin Produksi es Administrasi


produksi bahan krim produk
(persentase x mentah
biaya)
Buruh tidak 24.000.000 72.000.000 72.000.000 24.000.000 48.000.000
langsung
Bahan - - 10.000.000 40.000.000 -
mentah tidak
langsung
Listrik 4.000.000 - 32.000.000 40.000.000 4.000.000
Penyusutan 8.000.000 10% 12.000.000 12.000.000 8.000.000
gedung
pabrik
Penyusutan - - 100.000.000 100.000.000 -
mesin
total 36.000.000 72.000.000 226.000.000 216.000.000 60.000.000
Jumlah 450 36.000 500 600 3
driver
Tarif per 80.000 2.000 452.000 360.000 20.000.000
driver

Tarif aktivitas pengambilan bahan mentah akan dikalikan dengan konsumsi menit dari
masing masing produk, sehingga didapatkan pembebanan biaya aktivitas pengambilan bahan
baku produk untuk masing-masing es krim adalah 18.000.000 untuk es krim Vanilla,
18.000.000 untuk es krim Strawberry, dan 12.000.000 untuk es krim Vanilla

Dalam pembebanan ini terdapat 12.000 jam pengambilan bahan mentah yang tidak terpakai,
dengan jumlah sebsar 24.000.000. biaya tersebut akan dimasukkan ke biaya kapasitas
menganggur. Biaya ini tidak dibebankan kepada masing-masing produk dan merupakan
tanggungan perusahaan secara keseluruhan.

vanilla strawberry Durian Total


Penjualan (a) 550.000.000 360.000.000 200.000.000 1.110.000
(volume
produksi x
harga jual)

Bahan baku 100.000.000 72.000.000 30.000.000 202.000.000


langsungn (b)

(volume
produksi x
biaya bahan
baku)
Buruh langsung 30.000.00 18.000.000 60.000.000 108.000.000
(c)

(volume
produksi x
biaya buruh
langsung)
Perencanaan 16.000.000 12.000.000 8.000.000 36.000.000
produksi (d)

(jumlah batch
produksi x tarif
per driver)
Pengambilan 18.000.000 18.000.000 12.000.000 48.000.000
bahan mentah
(e)

(waktu
pengambilan x
tarif per driver)
Set-up mesin (f) 226.000.000

(waktu set-up x
tarif per driver)

Produksi es 216.000.000
krim (g)
Administrasi 20.000.000 20.000.000 20.000.000 60.000.000
produk (h)
Kapasitas 24.000.000
menganggur (i)

(teoritikal –
praktikal)
Total biaya 371.800.000 279.800.000 244.400.000 920.000.000
produksi (j)
(a + b + c
+d+e+f+g+h)
Laba kotor (j) 169.200.000 71.200.000 (50.400.000) 190.000.000

(a –i )
Marjin laba kotor 32,40 % 22,28% -22,20 % 17,12 %

(i/a) x 100%

Perhitungan ini menunjukan kelemahan teknis perhitungan pembebanan traditional ABC


dimana traditional ABC membebankan biaya secara kapasitas teoritis bukan kapasitas
produktif atau kapasitas praktikal. Time basis ABC akan memberikan informasi kapasitas
yang tidak terpakai (idle capacity) kepada manajemen. Manajemen dapat mencari upaya
untuk mengurangi biaya sumber daya yang tidak terpakai untuk periode berikutnya.

Berdasarkan soal sebelumnya, manajem dapat melakukan perbaikan dalam proses


produksinya. Misalkan, perusahaan melakukan efisiensi dengan mengurangi jam
pengambilan bahan mentah untuk es krim vanilla sebesar 1.500 jam, maka akan terjadi
pengurangan jam aktivitas dari 9.000 jam menjadi 7.500 jam. Hal ini berakibat berkurangnya
biaya aktivitas pengambilan bahan mentah menjadi 15.000.000 (7.500 x 2.000).

Namun penghematan biaya ini tidak dapat meningkatkan profitabilitas secara keseluruhan.
Hal ini dikarenakan semua biaya yang berkaitan dengan aktivitas pengambilan bahan mentah
merupakan biaya tetap, sehingga walaupun yerjadi efisiensi dalam pengambilan bahan
mentah, secara total biaya perusahaan tidak akan berkurang. Biaya yang tadinya dibebankan
pada aktivitas pengambilan bahan mentah akan berpindah ke kapasitas menganggur.
Keuntungan perusahaan dapat bertambah apabila perusahaan melakukan :

1. Perusahaan mengurangi sumber daya


Misalkan perusahaan memberhentikan satu orang karyawan yang melakukan aktivitas
pengambilan bahan mentah.. diketahui bahwa kapasitas praktikal satu karyawan
adalah 7.200 menit, sedangkan kapasitas menganggur sudah mencapai 13.500 menit.
Dalam hal ini perusahaan sudah memiliki kpasitas mengangur lebih dari satu
karyawan, sehingga perusahaan dapat memberhentikan satu karyawan dan dapat
mengurangi kapasitas menganggur menjadi 6.500 menit dan biaya dapat berkurang
sebesar 14.400.000 (asumsi gaji karyawan aktivitas pengambilan bahan mentah
adalah 14.400.000 (total gaji 72.000.000 dibagi dengan 5 karyawan)
2. Perusahaan menggunakan sumber daya yang sama
perusahaan dapat meningkatkan volume penjualan es krim vanilla strawberry, dan
durian. Hal ini mengakibatkan bertambahnya pendapatan perusahaan dan juga
mengurangi kapasitas menganggur.
Kasus Autotech Manufacturing (Hansen-Mowen)

1. Tarif Overhead: $6.990.000 : 272.500 = $25.65 per DLH

Perhitungan Overhead :

Part 127 = $25.65 * 250.000 : 500.000 = $12,825


Part 134 = $25,65 * 22.500 /100.000 = $ 5,771

Unit Gross Margin :


Part 127 Part 134
Harga $31,86 $24,00
Cost ($8,53 + $12,825) ($6,26 + $5,771)
$21,355 $12,031
Gross Margin $10,505 $11,969

2.
Pools Driver Pool Rate
Setup Runs $240.000:300 = $800/runs
Machine Machine Hours $1.750.000:185.000 =
$9,46/Machine Hours
Receiving Orders $2.100.000:1.400 =
$1.500/orders
Engineering Engineering Hours $2.000.000:10.000 =
$200/Engeneering Hours
Material Handling Moves $900.000:900.000 =
$1/Moves

Part 127 Part 134


Overhead Cost
 Setting Up
$800 * 100 $800.00
$800 * 200 $160.000
 Machining
$9,46 * 125.000 $1.182.500
$9,46 * 60.000 $567.600
 Engineering
$200*5.000 $1.000.000
$200 * 5.000 $1.000.000
 Receiving
$1.500 * 400 $ 600.000
$1.500 * 1.000 $1.500.000
 Moving
$1.000 * 500 $500.000
$1.000 * 400 $400.000
Total Overhead Cost $3.362.500 $3.627.600
Unit Produced 500.000 100.000
Overhead Cost per Unit $6,725 $36,276
Prime Cost per Unit $8,53 $6,26
Unit Cost $15,255 42,536

Selling Price $31,86 $24,00


Less Unit Cost $15,255 42,536
Unit Gross Margin $22.605 ($18,536)

3. Tidak, karena dari unit gross margin terlihat bahwa Part 127 lebih tinggi daripada Part
134. Cara terbaik yang bisa dilakukan perusahaan untuk bersaing dengan kompetitor
adalah menurunkan harga Part 127. Biaya per Unit untuk memproduksi Part 127
sebesar $15,255, sehingga meskipun harga jual sebesar kompetitor ($21), gross
margin per unit menjadi $5,745 dan masih lebih tinggi daripada Part 134.
4. Harga jual untuk Part 134 sebesar $24,00 berada di bawah unit cost sehingga wajar
saja perusahaan tidak mempunyai kompetitor. Harga ini gross margin per unit negatif.
Kenaikan harga 25% tidak akan menjadi masalah bagi pembeli karena harga jual
hanya menjadi $30, dan masih berada di bawah kompetitor.
5. Sebagai plant manager, harga jual Part 127 harus diturunkan dan harga jual Part 134
harus dinaikkan agar produk tetap laku dijual di pasaran dan keuntungan yang ingin
didapatkan dapat tercapai.
Referensi

Anda mungkin juga menyukai