PERTEMUAN 5&6
METODE HARGA POKOK PESANAN
PEMBAHASAN
PERTEMUAN 5
JOB ORDER COSTING
Iman Firmansyah (2015 : 1) mendefinisikan Job Order Costing atau harga pokok pesanan
adalah cara perhitungan harga pokok produksi untuk produk yang dibuat berdasarkan pesanan.
Dalam metode ini, biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan harga
pokok produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya operasi untuk pesanan
tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan.
Metode penghitungan dengan job costing melibatkan akumulasi semua biaya produksi
untuk membuat suatu unit. Dalam contoh konstruksi rumah, ongkos buruh yang bekerja untuk
membuat satu unit rumah akan dimasukkan dalam catatan pengeluaran sebelum ditambah
dengan biaya lain.
Job costing seringnya dipraktikkan oleh industri yang mempunyai spesialisasi produk
berdasarkan kebutuhan dan permintaan konsumen. Contoh industri semacam ini yaitu furniture,
konstruksi rumah, percetakan, dekorasi interior, dan lainnya.
Jadi, dapat disimpulkan Metode harga pokok pesanan adalah metode untuk menghitung
biaya produksi dan menentukan harga pokok produk perusahaan berdasarkan pesanan dari
konsumen dan melakukan akumulasi biaya- biaya berdasarkan pekerjaan yang terpisah dan
berbeda berdasarkan pesanan, dimana untuk menghimpun biaya- biaya tersebut dilakukan
dengan memisahkan secara cermat biaya dari suatu pekerjaan spesifik dari biaya-biaya pekerjaan
lainnya
1
1.2 Manfaat Job Order Costing
Penggunaan harga pokok pesanan menimbulkan Pemisahan biaya secara jelas, dengan
pemisahan biaya tersebut dapat menyebabkan tidak akan tercampurnya biaya antara satu dengan
lainnya.
1. Menentukan Harga Jual
dengan penggunaan metode job order cost membuat perusahaan dapat menentukan harga jual
yang akan dibebankan kepada pemesan karena dari awal biaya produksinya sudah ketahuan
dengan jelas
2. Bahan Pertimbangan Menerima dan Menolak Pesanan
Biaya ini akan mengetahui berapa besar biaya produksi yang dihasilkan dari besarnya biaya
pesanan. Dengan begitu, perusahaan akan mengetahui berapa biaya produksi yang dibutuhkan
apakah modal yang tersedia sudah mencukupi.
3. Memantau Realisasi Biaya Produksi
Perusahaan dapat memantau biaya produksi melalui tracking yang jelas berdasarkan pesanan
yang ingin dibuat. Nantinya jika dirasa ada biaya produksi yang tidak sesuai dengan perhitungan,
maka bisa langsung dicari apa kesalahannya.
4. Menghitung laba atau rugi tiap pesanan
Ketika hasil penjual sudah didapatkan, para pelaku usaha dapat langsung mengelompokkannya
menjadi laba atau rugi dalam tiap pesanan . Dengan begitu para pelaku usaha mengetahui dengan
jelas keuntungan dan kerugian yang diperoleh pada tiap pesanan dan bisa menjadi tolak ukur
apakah pesanan yang didapat sudah memberikan keuntungan atau belum.
5. Mempermudah dalam mengetahui Kesalahan yang Terjadi Pada Proses Pekerjaan
Pada saat pencatatan berapa biaya produksi yang dibutuhkan, pengusaha bisa dengan cepat
mengetahui kesalahan apa yang terjadi dalam proses pekerjaannya. Termasuk apabila terjadi
pembengkakan biaya yang dirasa tidak normal, maka bisa diketahui dengan cepat dan bisa
diperbaiki.
1. Memberikan struktur yang lengkap dalam hal ini terbatas, terbatas pada Direct Cost yaitu
Direct Material dan Direct Labour.
2. Tepat, lengkap, historis, sederhana dan mampu diperbandingkan. Ketepatan dihasilkan
karena direct cost diidentifikasikan pada masing- masing order, kelengkapan dihasilkan
dari semua biaya-biaya, direct dan indirect dikorelasikan kepada produksi dan kemudian
dibebankan kepada Cost Of Sales Job Order Cost memberikan catatan historis dengan
2
mengkalkulasikan semua biaya-biaya yang terjadi dalam memproduksi suatu pesanan
spesifik sederhana dihasilkan dari
3. kenyataan, bahwa pencatatan direct material dan direct labour hours adalah dengan
mengikuti sistem pelaporan yang telah ada yaitu planning production dan scheduling
purposes.
4. Meningkatkan kemampuan untuk mengatur dan mengevaluasi prestasi historis dari
bagian-bagian operasi, product lines, departemen fungsional dan staf manajemen dalam
organisasi.
5. Kemampuan untuk mengendalikan operasi berjalan dengan mendeteksi dan menganalisa
penyimpangan-penyimpangan atas kecenderungan historis dalam pola biaya.
6. Penambahan kemampuan untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan di
masa yang akan datang dalam organisasi.
Sedangkan metode ini juga mempunyai kelemahan, kelemahan dari penggunaan Job Order
Costing Method :
1. Timbulnya pemborosan yang terjadi dalam memproduksi suatu pesanan atau kelompok
pesanan dibebankan dalam Job Cost-nya, pemborosan ini tidak dipisahkan sehingga tidak
memungkinkan suatu perbandingan dengan biaya-biaya yang seharusnya terjadi. Dengan
kata lain biaya-biya tidak dapat dipisahkan dengan suatu produk atau kelompok lain.
2. Terlalu bergantung catatan statistik alih-alih data lapangan.
3
5. Harga pokok persatuan produk dihitung dengan membagi jumlah biaya produksi yang
dibebankan pada pesanan tertentu dengan jumlah satuan produk dalam pesanan terkait.
1.5 Karakteristik Job Order Costing
Karakteristik dari metode harga pokok pesanan menurut Mulyadi (2009:38) adalah sebagai
berikut :
1. Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan spesifikasi pemesan dan
setiap jenis produk perlu dihitung harga pokok produksinya secara individual.
2. Biaya produksi harus digolongkan berdasarkan hubungan dengan produk menjadi dua
kelompok berikut ini : biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung.
3. Biaya prodkusi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung,
sedangkan biaya produksi tidak langsung disebut dengan istilah overhead pabrik
4. Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok produksi pesanan tertentu
berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya overhead pabrik
diperhitungkan ke dalam harga pokok pesanan berdasarkan tariff yang ditentukan
dimuka.
5. Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai diproduksi dengan cara
membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk pesanan tersebut dengan jumlah
unit produk yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan
4
5. Lakukan Perhitungan Total Biaya Yang Dialokasikan, Setiap perhitungan biaya tidak
langsung dapat mengubah kuantitas aktual dari setiap alokasi biaya, sehingga hasilnya
menjadi rasio biaya tidak langsung. Setelah itu hitung total biaya atas semua pesanan
dengan cara menjumlahkan semua biaya langsung, dan tidak langsung.
1.7 Contoh Prosedur Pencatatan Pada Job Order Costing
Dalam Job Order Costing, perkiraan buku besar umum barang dalam proses ditunjang
oleh perkiraan buku besar pembantu biaya pesanan,di mana catatan terpisah menunjukkan
rincian biaya setiap pesanan yang ada dalam proses produksi. Rincian tersebut dicatat dalam
kartu biaya pesanan (Job Order Cost Sheet), yang dapat berbentuk kertas/manual atau
elektronik/terotomatisasi.
Gambar 2. Contoh Job order cost sheet dalam Job Order Costing
Job Order Cost Sheet merupakan catatan yang penting dalam Job Order Costing
System. Job Order Cost Sheet ini berfungsi sebagai rekening pembantu yang digunakan untuk
mengumpulkan biaya produksi tiap pesanan produk. Job Order Costing System harus memiliki
kemampuan untuk mengidentifikasi jumlah bahan baku langsung, tenaga kerja langsung,
dan overhead yang dikonsumsi oleh setiap pekerjaan. Dokumentasi dan prosedur dibutuhkan
untuk mengaitkan input manufaktur yang digunakan oleh suatu pekerjaan, dengan pekerjaan itu
sendiri.
Setelah itu prosedur yang dilakukan dalam pencatatan biaya dalam Job Order Costingm, yaitu :
1. Pencatatan Biaya Bahan Baku
a. Pembelian bahan baku, Saat bahan baku diterima, akun bahan baku didebet
(sedangkan pada sistem periodik, yang didebet adalah akun pembelian). Kuantitas
dan harga per unit dari setiap pembelian dicatat dalam kartu catatan bahan baku. Satu
kartu digunakan untuk setiap jenis bahan baku. Dengan jurnalnya :
5
6
b. Penggunaan bahan baku
Biaya bahan baku langsung dibebankan ke pekerjaan dengan menggunakan
dokumen sumber yang disebut Formulir permintaan bahan baku (Materials
Requisitions). Formulir ini mencatat jenis, jumlah, dan harga per unit bahan yang
dikeluarkan dari gudang dan yang paling penting nomor pekerjaan. Pencatatan
pemakaian bahan baku dilakukan dengan mendebit rekening barang dalam proses dan
mengkredit rekening persediaan bahan baku atas dasar dokumen bukti permintaan
dan pengeluaran barang gudang. Jurnalnya yaitu :
3. Pencatatan Biaya Overhead pabrik
Pencatatan biaya overhead pabrik dibagi menjadi dua:
a. Pencatatan biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk berdasarkan
tarif yang ditentukan di muka dan pencatatan biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya terjadi. Di dalam Job Order Costing, produk dibebani
biaya overhead pabrik dengan menggunakan tarif yang ditentukan di muka. Tarif
7
biaya overhead pabrik ini dihitung berdasarkan angka anggaran
biaya overhead pabrik. Ayat jurnal untuk biaya overhead dibebankan berdasarkan
tarif yaitu:
8
10. Laporan Biaya Produksi
Menurut Hansen & Mowen yang diterjemahkan oleh Deny Arnos Kwary (2009:
308) Laporan Produksi adalah dokumen yang meringkas aktivitas manufakturvyang
terjadi di suatu departemen dalam periode tertentu. Laporan produksi berisi informasi
biaya-biaya yang ditambahkan dalam departemen itu sendiri, seperti bahan baku
langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead.
Setiap biaya yang dikeluarkan untuk produksi akan dihitung dan dirangkum ke
dalam sebuah bentuk laporan biaya produksi yang memberikan informasi bagi pihak
manajemen untuk mendukung pengambilan keputusan.
Contoh Kasus :
PT Lestari Jaya adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang percetakan
dengan menggunakan metode harga pokok pesanan. Dengan pencatatan transaksi :
Pada bulan November 2018 perusahaan mendapat pesanan untuk mencetak brosur
sebanyak 5.000 lembar dari CV Kinanti dengan harga yang dibebankan adalah Rp2.500
per lembar.
Pada bulan yang sama perusahaan juga menerima pesanan sebanyak 50 spanduk dari CV
Lancar dengan harga Rp425.000 per buah.
Pesanan dari CV Kinanti diberi kode pesanan ELANG-0 dan pesanan dari CV Lancar
diberi nomor ELANG-02.
Data Kegiatan dan Produksi
a. Pada tanggal 11 November 2014 dibeli bahan baku dan penolong dengan cara kredit
yakni sebagai berikut:
Bahan Baku :
Kertas untuk brosur Rp2.150.000
Kain putih 200 meter Rp3.750.000
Bahan Penolong
Bahan Penolong B1 Rp450.000
Bahan Penolong B2 Rp550.000
b. Dalam pemakaian bahan baku dan penolong untuk memproses pesanan ELANG-01
dan ELANG-02 diperoleh informasi sebagai berikut:
Bahan baku kertas dan bahan penolong B1 digunakan untuk memproses pesanan
ELANG-01, sedangkan bahan baku kain dan bahan penolong B2 dipakai untuk
memproses pesanan ELANG-02.
c. Untuk penentuan Biaya Tenaga Kerja yang dikeluarkan oleh departemen produksi
menggunakan dasar jam tenaga kerja langsung dengan perhitungan sebagai berikut.
1. Upah langsung untuk pesanan ELANG-01 240 jam @Rp9.000.
2. Upah langsung untuk pesanan ELANG-02 menghabiskan sebanyak 360 jam
@Rp9.000.
3. Upah tidak langsung adalah Rp2.500.000.
4. Gaji Karyawan Bagian Pemasaran dikeluarkan sebesar Rp4.000.000.
5. Gaji Karyawan Bagian Administrasi & Umum sebesar Rp2.250.000.
d. Pencatatan Biaya Overhead Pabrik. Perusahaan dalam hal ini menggunakan tarif BOP
sebesar 150% dari Biaya Tenaga Kerja Langsung, baik pesanan ELANG-01 dan
ELANG-02.
9
Biaya overhead pabrik sesungguhnya terjadi dalam kaitannya dengan pesanan di
atas, adalah sebagai berikut.
1. Biaya pemeliharaan gedung Rp500.000
2. Biaya depresiasi gedung pabrik Rp1.000.000
3. Biaya depresiasi mesin Rp1.500.000
4. Biaya pemeliharaan mesin Rp250.000
5. Biaya asuransi gedung pabrik & mesin Rp750.000
e. Pencatatan Harga Pokok Produk Jadi. Berdasarkan informasi untuk pesanan ELANG-
01 telah selesai dikerjakan.
f. Pencatatan Harga Pokok Produk Dalam Proses. Berdasarkan informasi diketahui bahwa
untuk pesanan ELANG-02 masih dalam proses penyelesaian.
g. Pencatatan Harga Pokok Produk yang dijual. Pesanan ELANG-01 telah diserahkan
kepada pemesan. Dan dari penyerahan tersebut pemesan akan membayar dengan cara
kredit.
Penyelesaian
1. Pencatatan Biaya Bahan Baku
a. Pembelian Bahan Baku
Ayat jurnalnya adalah
a. Pencatatan biaya tenaga kerja yang terutang oleh perusahaan atas dasar daftar gaji dan
upah yang dibuat, jurnalnya:
10
3. Pencatatan Biaya Overhead pabrik
Selisih BOP:
Untuk menentukan selisih BOP dicari dengan cara membandingkan antara jumlah BOP yang
dibebankan dengan jumlah seluruh BOP yang sesungguhnya terjadi.
Berdasarkan soal di atas, selisih BOP dapat ditentukan dengan cara menghitung metode harga
pokok pesanan ini :
BOP yang Sesungguhnya:
Jurnal No. #2 Rp1.000.000
Jurnal No. #3b Rp2.500.000
Jurnal No. #4 Rp4.000.000
Jumlah BOP yang Sesungguhnya Rp7.500.000
BOP yang Dibebankan Rp. 8.100.000
(Selisih pembebanan lebih)
4. Pencatatan Harga Pokok Produk Jadi (ELANG-01)
11
DAFTAR PUSTAKA
Referensi Buku dan Jurnal:
Modul Akuntansi Biaya & Lab, 2021, Metode Harga Pokok Pesanan; Universitas Pamulang;
Prodi Akuntansi S1
Carter, William K. 2013. Akuntansi Biaya, Edisi 14. Yogyakarta: Salemba Empat
Carter, William K. Dan Milton F. Usri. 2013. Akuntansi Biaya, Edisi 14. Yogyakarta: Salemba
Empat.
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2-00898- AKSI%20Bab2001.docx
http://repository.upi-yai.ac.id/2980/1/Diktat%20AKBI%20Lengkap.pdf
Referensi Website :
https://text-id.123dok.com/document/myjk31r5q-karakteristik-job-order-costing-method-
manfaat-job-order-costing-method.html
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-biaya-berdasarkan-pesanan-atau-job-order-
costing/14059
12