Anda di halaman 1dari 13

Pengertian Kedaulatan Negara

Sebelum beranjak membahas pengertian kedaulatan negara, Anda tentu tidak asing dengan
istilah ‘pemilu’, bukan? Ya, kegiatan inilah yang merupakan contoh kedaulatan negara karena
mendapatkan perhatian khusus dari seluruh masyarakat, pemerintah, dan pihak lainnya.

Istilah kedaulatan diambil dari bahasa Arab ‘daulah’ yang berarti kekuasaan. Sedangkan jika
diambil dari bahasa latin yakni supremus, yang artinya tertinggi. Secara harfiah nya, kedaulatan
berarti kekuasaan atau wewenang tertinggi yang digunakan untuk hal tertentu.

Istilah kedaulatan, pada awalnya mulai dikenalkan oleh Jean Bodin sejak tahun 1500-an masehi.
Beliau memberikan pendapat bahwa kedaulatan memuat beberapa sifat. Penjelasan sifat tersebut
adalah sebagai berikut:

 Asli

Artinya kekuasaan yang sah tercipta sendiri tanpa diturunkan dari kekuasaan lain. Kedaulatan
hanya bisa diakui jika berdiri sendiri dan bukan pemberian dari pihak lain atau negara lain.
Maka, kedaulatan bukanlah pelimpahan dari sebuah kekuasaan.

 Tertinggi

Artinya kekuasaan lain tidak dapat menjadi pembatas bagi sebuah kedaulatan. Kekuasaan yang
dimiliki suatu organisasi secara otomatis menjadi yang paling tinggi.

 Kekal

Artinya kedaulatan yang sudah ada merupakan hal yang sifatnya permanen atau kekal. Ketika
ada perubahan kepala negara atau sistem pemerintahan, maka kedaulatan ini tetap ada dan tidak
bisa diubah/digulingkan.

Negara atau organisasi yang sudah memiliki kedaulatan telah memiliki kekuasaan yang tidak
akan terputus oleh sebab apapun. Ibaratnya, ketika suatu negara sudah merdeka, maka negara
tersebut akan tetap merdeka di mata dunia.

 Tidak Dapat Dibagi

Artinya kekuasaan yang sudah dimiliki tidak dapat dibagi-bagi kepada pihak lain. Kedudukan
kekuasaan tertinggi tidak dapat dilepaskan begitu saja dan tidak bisa diserahkan kepada pihak
lain dengan alasan apapun.

 Tidak Dapat Dipindahkan

Artinya kedaulatan bersifat tetap dan tidak dapat dialihkan kepada pihak tertentu. Organisasi atau
negara lain juga tidak bisa memaksa untuk mengambil kekuasaan dari satu pihak. Sebab,
kedaulatan atau kekuasaan sudah memiliki hukum tetap.
Arti dari sebuah negara yakni sebuah organisasi yang memiliki kekuasaan dengan segala macam
aturan yang diberikan bagi seluruh komponennya. Makna lainnya yakni wilayah yang memiliki
sistem tertentu yang harus ditaati setiap individu di dalamnya.

Kedaulatan negara adalah gabungan dari kata kedaulatan dan negara. Keduanya tidak dapat
dipisahkan karena memiliki makna yang saling terkait. Makna dari negara yang berdaulat atau
kedaulatan negara yakni kekuasaan paling tinggi yang ada di sebuah negara dan bersifat mutlak.

Hans Kalsen menyampaikan pendapatnya mengenai kedaulatan negara, bahwa berdasarkan


hukum internasional, kedaulatan suatu negara harus memuat 3 aspek, yakni:

 Aspek Teritorial Kedaulatan

Aspek ini menjelaskan jika kekuasaan bersifat penuh dan eksklusif dan menjadi milik suatu
negara atau individu dan seluruh benda yang ada dalam satu wilayah tertentu.

 Aspek Ekstern Kedaulatan

Aspek ekstern kedaulatan merupakan hak untuk setiap negara dalam menentukan jalinan
hubungan dengan negara lain secara bebas, tanpa ada tekanan, pengawasan, atau ancaman dari
berbagai pihak.

 Aspek Intern Kedaulatan

Aspek terakhir yang harus ada pada kedaulatan negara adalah wewenang atau hak khusus yang
dimiliki negara dalam menentukan bentuk kelembagaannya, cara kerja, hak pembuatan undang-
undang hingga berbagai tindakan yang harus dipatuhi.

Kedaulatan di sebuah negara memuat berbagai aturan yang mengikat untuk seluruh warga
negaranya dan tidak boleh dicampuri oleh pemerintahan negara lain. Ada beberapa teori
kedaulatan yang dijalankan negara-negara di dunia. Apa sajakah itu?

Teori Kedaulatan Negara


Teori terakhir yang digunakan oleh banyak negara-negara di Eropa adalah kedaulatan negara.
Tepatnya oleh Jerman (pemerintahan Hitler) dan Perancis (pemerintahan raja Louis IV).Teori ini
sudah ada sejak tahun 1500-an. Jika diurutkan, teori kedaulatan negara dipakai oleh beberapa
tokoh berikut ini:

 Jean Bodin tahun 1530 hingga 1596


 F. Hegel tahun 1770 hingga 1831
 G. Jelinek tahun 1851 hingga 1911
 Paul Laband tahun 1879 hingga 1958
Titik berat dari teori kedaulatan ini yakni negara dianggap lembaga tertinggi di kehidupan
bermasyarakat. Artinya, kekuasaan penuh berada di tangan negara dengan sistem
pemerintahannya. Sebagian besar akan melahirkan para pemimpin yang diktator.

Ciri-ciri kedaulatan negara:

 Negara berperan sebagai penanggung jawab sekaligus pengatur semua kehidupan


berbangsa dan bernegara. Sebab, negara memegang kekuasaan paling tinggi.
 Adanya pemerintahan yang sifatnya memaksa dan harus dipatuhi.
 Para pemimpin cenderung otoriter.
 Masyarakat tidak memiliki hak untuk memilih.
 Pengendali semua badan atau lembaga berada di tangan penguasa negara.

Pengertian Kedaulatan Negara Menurut Ahli

Pengertian kedaulatan negara dapat bervariasi sesuai dengan perspektif dan pandangan para ahli
dalam ilmu politik dan hukum internasional. Berikut adalah beberapa definisi dari beberapa ahli
terkenal:

1. Jean Bodin

Jean Bodin adalah seorang filsuf politik dan hukum asal Prancis yang hidup pada abad ke-16. Ia
dianggap sebagai salah satu bapak pendiri konsep modern tentang kedaulatan negara.
Kontribusinya yang paling terkenal adalah karyanya yang berjudul “Les Six Livres de la
République” (Enam Buku tentang Republik), yang diterbitkan pada tahun 1576.

Dalam karyanya tersebut, Jean Bodin mengembangkan teori tentang kedaulatan negara dengan
beberapa konsep penting:

 Kedaulatan Tertinggi

Menurut Bodin, kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi yang tidak terbatas di tangan negara.
Bodin berpendapat bahwa negara atau penguasa negara memiliki kekuasaan mutlak dalam
wilayahnya dan tidak ada kekuatan yang lebih tinggi daripada negara itu sendiri.

Pemegang kekuasaan berdaulat adalah penguasa atau otoritas yang berhak mengambil keputusan
tanpa tergantung pada keputusan pihak asing atau otoritas lainnya.

 Otoritas Mutlak

Bodin menegaskan bahwa kedaulatan negara harus bersifat mutlak dan tidak dapat dibatasi oleh
pihak luar atau internal. Kekuasaan negara tidak boleh dibatasi oleh kekuatan asing,
gereja, aristokrasi, atau elemen-elemen lain dalam masyarakat. Konsep mutlak ini berbeda
dengan masa sebelumnya di mana kekuasaan seringkali terfragmentasi di antara berbagai
kekuatan politik dan agama.
 Satuan Kedaulatan

Bodin juga menyatakan bahwa kedaulatan negara bersifat satuan. Artinya, hanya ada satu
penguasa tertinggi dalam suatu negara, dan tidak boleh ada pembagian atau fragmentasi
kekuasaan yang dapat mengancam otoritas negara.

 Kekuasaan Tertulis

Bodin menekankan pentingnya hukum tertulis sebagai dasar kedaulatan negara. Bodin
berpendapat bahwa konstitusi atau undang-undang tertulis adalah sumber kekuasaan negara dan
penguasa harus bertindak sesuai dengan hukum yang ada.

Teori Bodin tentang kedaulatan negara menjadi kontribusi penting dalam perkembangan
pemikiran politik modern dan membantu membentuk konsep negara modern yang sentralistik
dan berdaulat. Pemikiran Bodin mengakui keberadaan negara sebagai otoritas yang mutlak dan
merumuskan landasan bagi gagasan negara modern yang memiliki kedaulatan tertinggi dan tak
terbatas di wilayahnya.

2. Thomas Hobbes

Thomas Hobbes adalah seorang filsuf politik dan pemikir abad ke-17 yang terkenal karena teori-
teorinya tentang kedaulatan negara dan kontrak sosial. Salah satu karya terpentingnya adalah
buku “Leviathan,” yang diterbitkan pada tahun 1651.

Teori Thomas Hobbes tentang kedaulatan negara dapat dijelaskan sebagai berikut:

 Kehidupan Alamiah Manusia

Hobbes percaya bahwa dalam keadaan alamiah, manusia hidup dalam kondisi alamiah yang
tidak teratur, brutal, dan tanpa hukum. Kehidupan manusia dalam kondisi ini dipenuhi
dengan perang, saling curiga, dan perjuangan untuk bertahan hidup.

 Kontrak Sosial

Hobbes mengajukan konsep kontrak sosial sebagai cara untuk keluar dari keadaan alamiah yang
mengerikan. Kontrak sosial adalah kesepakatan di antara manusia di mana mereka rela
menyerahkan sebagian kecil dari kebebasan alamiah mereka kepada pemerintahan yang kuat
untuk menciptakan masyarakat yang lebih teratur dan aman.

 Kedaulatan Mutlak

Dalam pandangan Hobbes, kontrak sosial mengarah pada pembentukan pemerintahan dengan
kedaulatan mutlak. Pemerintahan ini harus memiliki kekuasaan absolut untuk menjamin
keamanan dan ketertiban masyarakat. Penguasa atau Leviathan, seperti yang dia sebut, memiliki
kekuasaan tak terbatas untuk menjaga masyarakat agar tidak jatuh ke dalam kekacauan seperti
keadaan alamiah.
 Keberadaan Otoritas

Hobbes menyatakan bahwa tanpa adanya otoritas yang kuat dan pemerintahan yang berdaulat,
masyarakat akan mengalami konflik yang berkepanjangan dan kekacauan. Pemerintahan yang
kuat diperlukan untuk mengendalikan individu-individu yang egois dan melindungi masyarakat
dari ancaman internal dan eksternal.

 Kepatuhan Rakyat

Hobbes berpendapat bahwa warga negara harus patuh terhadap penguasa atau pemerintahan
yang kuat dan menjalankan perintahnya. Tidak adanya ketaatan bisa mengakibatkan kekacauan
dan pembubaran kontrak sosial yang akan membawa kembali masyarakat ke keadaan alamiah
yang berbahaya.

Pandangan Hobbes tentang kedaulatan negara menekankan pentingnya pemerintahan yang kuat
dan otoritatif untuk mencegah kekacauan dan memberikan perlindungan kepada warga negara.
Teorinya memberikan dasar bagi pemikiran politik modern tentang kebutuhan akan
pemerintahan yang stabil dan berdaulat untuk menciptakan masyarakat yang aman dan tertib.

Meskipun konsep-konsepnya kontroversial, pemikiran Hobbes telah memberikan kontribusi


yang berharga dalam perkembangan pemikiran politik dan teori negara.

3. John Locke

John Locke adalah seorang filsuf politik dan pemikir abad ke-17 yang dikenal karena teori-
teorinya tentang hak asasi manusia, kontrak sosial, dan kedaulatan terbatas negara. Salah satu
karya paling terkenalnya adalah “Two Treatises of Government” yang diterbitkan pada tahun
1689.

Teori John Locke tentang kedaulatan negara dapat dijelaskan sebagai berikut:

 Hak Asasi Manusia

Locke berpendapat bahwa semua manusia dilahirkan dengan hak asasi yang tidak dapat dicabut,
seperti hak atas kehidupan, kebebasan, dan properti. Hak-hak ini bukanlah hadiah dari penguasa,
tetapi merupakan hak kodrati yang melekat pada setiap individu.

 Kontrak Sosial

Locke juga mengajukan konsep kontrak sosial, tetapi pendekatannya berbeda dari Hobbes.
Menurut Locke, manusia hidup dalam keadaan alamiah yang lebih damai daripada yang
didepiksi oleh Hobbes. Kontrak sosial yang diajukan oleh Locke adalah perjanjian antara
individu-individu untuk membentuk pemerintahan guna melindungi hak-hak asasi mereka dan
mempertahankan ketertiban.
 Kedaulatan Terbatas

Locke berpendapat bahwa kedaulatan negara harus terbatas dan diakui oleh rakyat. Pemerintahan
tidak boleh memiliki kekuasaan mutlak seperti yang dijelaskan oleh Hobbes. Kedaulatan negara
tetap berada dalam cengkeraman hukum, dan penguasa harus menjalankan kewenangannya
sesuai dengan kehendak rakyat dan untuk kepentingan umum.

 Pemerintahan sebagai Pelayan

Menurut Locke, pemerintahan adalah pelayan masyarakat, bukan penguasa yang otoriter. Tugas
pemerintahan adalah menjaga hak-hak asasi manusia, menjamin keamanan, dan
memfasilitasi keadilan dalam masyarakat.

 Ketidakpatuhan

Locke berpendapat bahwa rakyat memiliki hak untuk memberontak dan menolak penguasa yang
melanggar kontrak sosial atau menyalahgunakan kekuasaannya. Jika pemerintahan gagal
melindungi hak-hak asasi manusia atau tidak bertindak sesuai kehendak rakyat, rakyat memiliki
hak untuk menggulingkan penguasa tersebut.

Pemikiran Locke tentang kedaulatan negara menekankan pentingnya hak asasi manusia,
pemerintahan yang berdaulat terbatas, dan konsep pemerintahan sebagai pelayan masyarakat.
Teorinya memiliki pengaruh besar terhadap pemikiran politik modern dan konstitusionalisme.

Locke mempengaruhi pemikiran para pemikir progresif di masa depan dan menjadi dasar bagi
pembentukan negara-negara modern yang menghargai hak-hak individu dan berusaha
menciptakan pemerintahan yang bertanggung jawab dan responsif.

4. Montesquieu

Charles-Louis de Secondat, Baron de La Brède et de Montesquieu, atau yang lebih dikenal


sebagai Montesquieu, adalah seorang filsuf politik dan pemikir abad ke-18 dari Prancis. Salah
satu karya paling terkenalnya adalah “The Spirit of the Laws” (Ruang Hukum), yang diterbitkan
pada tahun 1748.

Teori Montesquieu tentang kedaulatan negara dapat dijelaskan sebagai berikut:

 Pemisahan Kekuasaan

Salah satu konsep utama yang dikemukakan oleh Montesquieu adalah pemisahan kekuasaan. Ia
berpendapat bahwa kekuasaan negara harus dibagi menjadi tiga cabang yang berbeda: eksekutif,
legislatif, dan yudikatif.

Masing-masing cabang memiliki kewenangan dan tugas yang berbeda, dan keberadaan
pemisahan kekuasaan ini bertujuan untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan dan menjaga
keseimbangan dalam sistem pemerintahan.
 Keseimbangan Kuasa

Montesquieu berpendapat bahwa keseimbangan kuasa antara cabang-cabang pemerintahan


adalah penting untuk menjaga kebebasan individu dan mencegah dominasi otoriter. Ketika
kekuasaan tidak terpusat pada satu pihak atau cabang, masyarakat lebih aman dari tirani dan
penyalahgunaan kekuasaan.

 Kedaulatan Hukum

Montesquieu mempromosikan gagasan kedaulatan hukum. Ia berpendapat bahwa hukum harus


berlaku sebagai penguasa tertinggi dan setiap penguasa, termasuk penguasa politik, harus tunduk
pada hukum yang sama. Penguasaannya tidak boleh melampaui batas hukum atau bertindak
sewenang-wenang.

 Faktor Geografis

Montesquieu juga mengemukakan bahwa faktor-faktor geografis, iklim, dan budaya berpengaruh
pada bentuk pemerintahan suatu negara. Ia menyatakan bahwa iklim dan lingkungan dapat
mempengaruhi karakter dan kebiasaan masyarakat, sehingga membentuk kebijakan dan struktur
pemerintahan yang berbeda-beda.

Teori Montesquieu tentang kedaulatan negara, terutama mengenai pemisahan kekuasaan dan
keseimbangan kuasa, sangat mempengaruhi perkembangan sistem pemerintahan modern,
terutama sistem pemerintahan konstitusional.

Konsep-konsepnya mempengaruhi para pendiri negara-negara demokratis seperti Amerika


Serikat dan menjadi landasan bagi konstitusi dan sistem pemerintahan berdasarkan hukum di
berbagai negara. Pemikiran Montesquieu tentang pentingnya hukum dan pemisahan kekuasaan
juga merupakan salah satu dasar dari prinsip-prinsip negara hukum yang dipegang oleh banyak
negara di seluruh dunia.

5. Max Weber

Max Weber adalah seorang sosiolog dan filsuf Jerman yang hidup pada akhir abad ke-19 dan
awal abad ke-20. Weber dikenal karena banyak kontribusinya dalam bidang sosiologi, termasuk
teorinya tentang kekuasaan, birokrasi, dan negara.

Meskipun dia tidak secara khusus mengembangkan teori tentang kedaulatan negara, pandangan
dan analisisnya tentang kekuasaan politik dan peran negara memiliki dampak signifikan dalam
pemahaman tentang kedaulatan negara.

Beberapa aspek teori Max Weber yang terkait dengan kedaulatan negara adalah:
 Kekuasaan dan Otoritas

Dalam pemikiran Weber, kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang
lain sesuai dengan kehendak seseorang. Sementara itu, otoritas adalah bentuk khusus kekuasaan
yang diterima dan diakui oleh masyarakat sebagai sah.
Kedaulatan negara berhubungan dengan otoritas yang sah dan diakui oleh warga negara, yang
memberikan negara kewenangan untuk membuat keputusan dan menetapkan kebijakan.

 Birokrasi

Weber mengkaji peran birokrasi dalam pemerintahan modern. Birokrasi adalah


sistem organisasi yang terdiri dari struktur hierarkis dan aturan-aturan tertulis yang mengatur
operasi pemerintahan. Dalam konteks kedaulatan negara, birokrasi memegang peran kunci dalam
pelaksanaan keputusan pemerintah dan menjalankan fungsi administratif untuk menjaga
kestabilan dan konsistensi dalam tindakan pemerintah.

 Dominasi Rasional-Legal

Salah satu bentuk dominasi menurut Weber adalah dominasi rasional-legal, yaitu dominasi
berdasarkan pada peraturan dan hukum yang sah. Kedaulatan negara didasarkan pada dominasi
rasional-legal, di mana penguasaan negara atas wilayah dan warga negaranya diatur oleh hukum
dan konstitusi yang ada.

 Monopoli Kekuasaan

Weber berbicara tentang monopoli kekuasaan negara, di mana negara memiliki hak eksklusif
untuk menggunakan kekuatan fisik atau paksaan untuk menegakkan aturan-aturan dalam
wilayahnya. Ini menggambarkan bagaimana negara memiliki kekuasaan tunggal dalam
wilayahnya, yang merupakan ciri khas utama kedaulatan negara.

Pemikiran Weber tentang kekuasaan, otoritas, birokrasi, dan dominasi rasional-legal memberikan
wawasan penting tentang bagaimana negara berdaulat berfungsi dan bagaimana otoritas negara
diterima dan diakui oleh masyarakat. Teori-teorinya telah membantu memperdalam pemahaman
tentang peran negara dalam masyarakat modern dan kompleksitas dari kedaulatan negara sebagai
bentuk dominasi khusus.

Perlu diingat bahwa konsep kedaulatan negara telah berkembang seiring waktu, dan definisi
tersebut mungkin telah mengalami perubahan atau diperluas oleh pemikiran-pemikiran baru dari
berbagai ahli dan teoritisi politik.
Bentuk Kedaulatan Negara

Kedaulatan negara dapat mengambil beberapa bentuk tergantung pada sistem politik yang dianut
oleh negara tersebut. Berikut adalah beberapa bentuk umum dari kedaulatan negara:

1. Kedaulatan Monarki

Kedaulatan monarki adalah suatu bentuk pemerintahan di mana kekuasaan tertinggi berada di
tangan seorang raja atau ratu, yang seringkali menjadi kepala negara. Dalam sistem monarki,
monarkh atau penguasa monarki memiliki otoritas mutlak atau kuasi mutlak untuk mengambil
keputusan politik, menjalankan pemerintahan, dan mempengaruhi kebijakan negara.

Dalam kedaulatan monarki, monarkh mendapatkan kekuasaannya melalui hak waris atau
keturunan, artinya jabatan monarki diturunkan dari generasi ke generasi dalam keluarga
kerajaan. Ada juga bentuk monarki yang tidak mutlak, di mana kekuasaan monarkh terbatas oleh
konstitusi atau peraturan hukum, dan kekuasaan sebagian dipegang oleh lembaga legislatif atau
eksekutif lainnya.

Meskipun bentuk monarki telah beragam, beberapa karakteristik umum dari kedaulatan monarki
termasuk:

 Kepala Negara

Monarkh berperan sebagai kepala negara dan seringkali memiliki peran simbolis sebagai
lambang persatuan dan identitas nasional.

 Kontrol Politik

Dalam monarki mutlak, monarkh memiliki otoritas absolut dalam pembuatan keputusan politik
dan pemerintahan. Dalam monarki konstitusional, kekuasaan monarkh biasanya terbatas oleh
konstitusi dan hukum, dan monarkh bekerja bersama dengan lembaga pemerintahan lainnya.

 Kerajaan dan Warisan

Penguasa monarki seringkali mewarisi tahta dari anggota keluarga kerajaan sebelumnya, seperti
ayah atau ibu mereka. Pemilihan penerus tahta ini berdasarkan aturan warisan keluarga kerajaan.

 Simbol Persatuan

Monarki sering berfungsi sebagai simbol persatuan dan stabilitas nasional. Monarkh dapat
menjadi sumber inspirasi dan identitas bagi rakyatnya.

Monarki dapat menjadi sistem pemerintahan yang stabil dan berfungsi baik dalam beberapa
kasus, tetapi ada juga kritik dan kontroversi terhadap sistem ini karena otoritas yang sangat
terpusat dan keturunan sebagai dasar penguasaan tahta.
Berbagai negara di dunia memiliki berbagai bentuk monarki, termasuk monarki mutlak,
konstitusional, dan konstitusional parlementer.

2. Kedaulatan Republik

Negara republik memiliki kepala negara yang tidak berasal dari keluarga kerajaan. Kedaulatan
negara dalam sistem republik berada di tangan warga negaranya, dan kepala negara biasanya
dipilih melalui pemilihan umum atau proses demokratis lainnya. Kepala negara dalam republik
dapat berupa presiden, kanselir, perdana menteri, atau gelar serupa.

3. Kedaulatan Demokratis

Dalam negara demokratis, kedaulatan berada di tangan rakyat. Kedaulatan negara disalurkan
melalui pemilihan umum dan partisipasi aktif warga negara dalam proses pengambilan
keputusan politik. Pemimpin negara dan perwakilan dipilih oleh rakyat, dan pemerintahan
dijalankan berdasarkan kehendak mayoritas dengan penghormatan terhadap hak-hak minoritas.

4. Kedaulatan Totaliter

Dalam negara totaliter, kekuasaan pemerintah sangat terpusat dan otoriter. Kedaulatan negara
berada di tangan satu individu atau kelompok kecil yang mengendalikan hampir semua aspek
kehidupan negara dan masyarakat.

Pemerintah totaliter cenderung mengabaikan hak asasi manusia dan kebebasan sipil, serta
seringkali menggunakan kontrol dan represi untuk menjaga kekuasaannya.

5. Kedaulatan Federasi

Beberapa negara mengadopsi sistem federasi di mana kekuasaan politik dibagi antara pemerintah
pusat dan pemerintah daerah atau wilayah otonom. Dalam sistem federasi, kedaulatan negara
dibagi di antara entitas-entitas yang membentuk federasi, dengan sejumlah keputusan yang
diambil oleh pemerintah pusat dan sejumlah lainnya ditangani oleh pemerintah daerah.

6. Kedaulatan Parlementer

Negara dengan sistem parlementer memberikan kedaulatan negara kepada badan legislatif,
seperti parlemen atau majelis rendah. Pemimpin eksekutif, seperti perdana menteri, biasanya
dipilih dari anggota parlemen yang memiliki mayoritas dukungan. Kedaulatan negara dalam
sistem ini berada di tangan parlemen dan pemerintah yang terbentuk darinya.

Kedaulatan negara dapat diterapkan dalam berbagai bentuk dan variasi lainnya tergantung pada
struktur politik, sistem hukum, dan kebudayaan masing-masing negara.
Sifat Kedaulatan Negara

Sifat-sifat kedaulatan negara merujuk pada ciri-ciri utama yang melekat pada konsep kedaulatan
dan menjelaskan bagaimana kekuasaan beroperasi dalam suatu negara. Berikut adalah beberapa
sifat penting dari kedaulatan negara:

1. Supremasi

Kedaulatan negara menunjukkan bahwa kekuasaan tertinggi berada di tangan negara itu sendiri.
Artinya, tidak ada pihak eksternal atau entitas lain yang memiliki kekuasaan lebih besar daripada
negara dalam wilayahnya. Ini berarti negara memiliki wewenang tertinggi untuk membuat
keputusan dan undang-undang tanpa campur tangan dari pihak asing.

2. Kemandirian

Kedaulatan negara menunjukkan kemandirian negara dalam mengambil keputusan politik,


ekonomi, dan sosial tanpa adanya pengaruh yang signifikan dari pihak luar. Negara memiliki
otonomi dan wewenang untuk merancang kebijakan internalnya sendiri.

3. Universalitas

Kedaulatan negara berlaku secara universal di seluruh wilayah negara. Ini mencakup daratan,
perairan, dan wilayah udara di dalam batas-batas negara.

4. Keabsahan Hukum

Kedaulatan negara didasarkan pada keabsahan hukum, yang berarti bahwa kekuasaan negara
diakui dan diatur oleh undang-undang dan konstitusi yang berlaku di negara tersebut. Tindakan
pemerintah harus sesuai dengan hukum yang berlaku.

5. Kontinuitas

Kedaulatan negara bersifat kontinu, artinya negara tetap berdaulat tanpa mengenal batasan waktu
atau perubahan penguasa. Meskipun pemerintahan atau kepala negara dapat berganti, kedaulatan
negara tetap berlanjut.

6. Tidak Terbatas

Kedaulatan negara tidak boleh terbatas oleh kekuatan asing atau negara lain, kecuali jika secara
sukarela berpartisipasi dalam perjanjian internasional atau aliansi tertentu yang mengikat.

7. Bertanggung Jawab
Kedaulatan negara membawa tanggung jawab atas kesejahteraan dan keamanan warganya.
Negara bertanggung jawab untuk memastikan keadilan, keamanan, dan kesejahteraan bagi warga
negaranya.
Meskipun kedaulatan negara menunjukkan kekuatan dan wewenang, negara juga harus
mematuhi norma hukum internasional dan menghormati hak asasi manusia, agar tidak
menyalahgunakan kekuasaan tersebut.

Macam Kedaulatan Negara


Kedaulatan negara adalah suatu kekuasaan pemerintahan yang sumbernya berasal dari suatu
kedaulatan negara. Oleh karena sumber kedaulatan dari negara ini menganggap bahwa negarala
yang paling memiliki kekuasaan tiada batas dan seluruh kekuasaan itu akan diberikan kepada
raja atas nama suatu negara. Suatu negara juga diberikan hak untuk membuat aturan hukum.
Maka dari itu, negara tidak wajib tunduk kepada hukum. Beberapa tokoh yang menganut paam
kedaulatan negara ini antara lain yaitu Paul Labanda dan George Jellinek. Teori kedaulatan ini
juga pernah diterapkan di negara Rusia pada masa kekuasaan Tsar. Kemudian negara lain seperti
Italia dan Jeman juga pernah menerapakan kedaulatan negara, dimana negara Italia pada saat itu
berada dalam kekuasaan Mussolini sedangkan Jerman pada masa Hitler. Selain negara Jeman
dan Italia ada negara lainnya yang ikut menganut paham kedaulatan negara yaitu negara Rusia.

Kedaulatan suatu negara terdiri atas dua bentuk atau macam sebagai berikut :

Kedaulatan ke Dalam

Kedaulatan ke dalam adalah kekuasaan tertinggi di dalam negara untuk mengatur fungsinya.
Pemerintah memiliki hak mengatur kepentingan rakyat melalui berbagai lembaga negara dan
perangkatnya tanpa campur tangan negara lain.
Kedaulatan ke dalam dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di
negara tersebut. Rakyat harus patuh terhadap aturan yang telah digariskan tersebut.

Kedaulatan ke Luar

Kedaulatan ke luar adalah kekuasaan tertinggi di dalam negara untuk mengadakan hubungan
dengan negara lain serta mempertahankan wilayah dari ancaman luar. Negara juga berhak
menjalin hubungan dan kerja sama dengan negara lain demi kepentingan nasional.

Kedaulatan ke luar berkaitan dengan wewenang untuk menjaga keutuhan wilayah negara yang
sepatutnya dihormati negara lain. Kedaulatan ke luar dilaksanakan melalui hubungan diplomatik,
perjanjian antarnegara, hubungan dagang, dan hubungan sosial budaya.
Teori Kedaulatan Negara
Teori terakhir yang digunakan oleh banyak negara-negara di Eropa adalah kedaulatan negara.
Tepatnya oleh Jerman (pemerintahan Hitler) dan Perancis (pemerintahan raja Louis IV).Teori ini
sudah ada sejak tahun 1500-an. Jika diurutkan, teori kedaulatan negara dipakai oleh beberapa
tokoh berikut ini:

 Jean Bodin tahun 1530 hingga 1596


 F. Hegel tahun 1770 hingga 1831
 G. Jelinek tahun 1851 hingga 1911
 Paul Laband tahun 1879 hingga 1958

Titik berat dari teori kedaulatan ini yakni negara dianggap lembaga tertinggi di kehidupan
bermasyarakat. Artinya, kekuasaan penuh berada di tangan negara dengan sistem
pemerintahannya. Sebagian besar akan melahirkan para pemimpin yang diktator.

Ciri-ciri kedaulatan negara:

 Negara berperan sebagai penanggung jawab sekaligus pengatur semua kehidupan


berbangsa dan bernegara. Sebab, negara memegang kekuasaan paling tinggi.
 Adanya pemerintahan yang sifatnya memaksa dan harus dipatuhi.
 Para pemimpin cenderung otoriter.
 Masyarakat tidak memiliki hak untuk memilih.
 Pengendali semua badan atau lembaga berada di tangan penguasa negara.

Anda mungkin juga menyukai