Anda di halaman 1dari 70

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH

PENGUKURAN POLIGON TERTUTUP

Kelompok 3 / Kelas E :
Nurwahida (23324787)
Pinkan Essa Nastiti (23324788)
Putri Agustin (23324789)
Putri Arini Maharani P. (23324790)
Riva Nariza Wibowo (23324795)

DOSEN PENGEMPU/INSTRUKTUR :

Rohmat Junarto, S.ST., M.Eng.


NIP. 19840613 200312 1 008

PROGRAM STUDI DIPLOMA-IV PERTANAHAN


SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL
YOGYAKARTA
2023
1. Landasan Teori Poligon Tertutup

Poligon (poli=banyak, gonos=sudut), juga dikenal sebagai traversal, adalah


metode yang menyediakan kerangka kerja untuk pemetaan horizontal dengan membuat
poligon yang dapat digunakan untuk mengukur jarak dan sudut. berfungsi sebagai titik
dasar untuk pengukuran selanjutnya, dan memfasilitasi perhitungan kartografi. Selain
itu, poligon juga berfungsi sebagai dasar untuk melakukan pengukuran lainnya.
Metode ini banyak digunakan karena fleksibel dan mudah dihitung. Poligon bersifat
fleksibel dalam arti dapat mengikuti bidang pengukuran berbagai bentuk, dari yang
paling sederhana seperti segitiga hingga bentuk kompleks seperti segi berbentuk n (di
mana n adalah titik poligon yang jumlahnya tak terhingga) dengan loop yang
bervariasi. Perhitungannya sederhana dalam artian dapat menghitung koordinat suatu
ukuran poligon hanya dengan menggunakan kalkulator, pengetahuan matematika dasar
tingkat sekolah menengah atas, dan beberapa latihan.

➢ Poligon Tertutup

Poligon tertutup adalah poligon yang mempunyai satu titik awal dan satu titik akhir.
Poligon jenis ini merupakan poligon yang paling direkomendasikan di lapangan karena
tidak memerlukan banyak titik sambungan yang sulit ditemukan di lapangan, namun
hasilnya masih terkendali. Poligon tertutup memberikan validasi sudut dan jarak
tertentu, Ini adalah pertimbangan yang sangat penting.
Contoh gambar poligon tertutup sebagai berikut :
a.
5
6 β5
β6
β4 4

7 β7
β3
φ12 3
β1 β2
1 2

Gambar 1.A Contoh poligon tertutup sudut dalam

Poligon tertutup sudut dalam ini mempunyai rumus : ( n – 2 ) x 180


Keterangan gambar :
▪  = Besarnya sudut.
▪ φ12 = Azimuth awal.
▪ X1;Y1 = Koordinat titik A.
▪ n = jumlah titik sudut.
▪ d23 = jarak antara titik 2 dan titik 3.
b.
5
6 5
6
4 4

7 7 3
3
1 φ 12 2
1 2

Gambar 1.B Contoh poligon tertutup sudut luar

Poligon tertutup sudut luar ini mempunyai rumus : (n + 2 ) x 180


Keterangan gambar:
▪  = Besarnya sudut.
▪ φ 12 = Azimut awal.
▪ n = Jumlah titik sudut.
▪ d23 = Jarak antar titik 2 dan titik 3.

Dalam poligon tertutup, perhitungan menggunakan metode Bowdith


mempunyai 3 syarat yaitu: syarat sudut, syarat absis, syarat ordinat. Untuk
mendapatkan data ukuran poligon tertutup ada beberapa langkah pengukuran yang
harus dilakukan yaitu dianataranya :
1. Melakukan pengukuran jarak secara langsung. Pengukuran jarak langsug
adalah pengukuran yang dilakukan dari satu titik ke titik selanjutnya secara
langsung menggunakan pita ukur. Hal itu dilakukan untuk mengetahui jarak
dari satu titik patok acuan ke titik selanjutnya;
2. Melakukan pengukuran sudut 2 seri rangkap. Pengukuran sudut 2 seri
rangkap adalah pengukuran yang dilakukan untuk mendapatkan besaran
sudut Horizontal dengan mengukur dua titik bidikan yaitu A dan B
menggunakan alat theodolite. Diukur 2 kali yaitu biasa dan luar biasa. Misal
pada pengukuran poligon kita mendirikan theodolite di titik 1 , jadi kita
membidik titik 2 dan titik 4;
3. Melakukan pengukuran untuk metode bowditch yaitu metode yang
digunakan untuk mencari hasil koordinat kerangka pemetaan poligon
tertutup. Metode ini terdapat 2 perhitungan yaitu perhitungan kerangka
kontrol bowditch horizontal dan perhitungan kerangka kontrol bowditch
vertical;
4. Melakukan pengukuran beda tinggi untuk penghitungan KKV. Pengukuran
beda tinggi adalah pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan alat
sipat datar (waterpass) namun dapat juga menggunakan theodolit dengan
bantuan rambu ukur. Pengukuran yang dilakukan dengan sipat datar
(watterpass) pada suatu titik poligon yang sudah diitentukan sebelumnya.
Beda tinggi dapat dicari dengan menggunakan pengurangan anatara bacaan
muka dan bacaan belakang;
5. Yang terakhir yaitu melakukan pengukuran detail, pengukuran detail adalah
pengukuran yang dilakukan dengan membidik titik – titik bangunan
maupun bidang pada sekitar bidang yang akan dilakukan pengukuran dalam
poligon.
Dalam melakukan langkah – langkah pengukuran tersebut praktikan
tuangkan kedalam laporan dalam masing – masing acara diantaranya adalah
sebagai berikut :
Acara 1

Perencanaan Poligon

A. Mata Acara Praktikum


Mata acara praktikum ilmu ukur tanah pada Selasa, 31 Oktober 2023
adalah perencanaan titik poligon tertutup dengan memberi tanda pada titik –
titik acuan yang telah ditentukan dengan menggunakan patok kayu dan paku
payung.

B. Tujuan Kegiatan
Dengan dilaksanakannya praktikum ini, diharapkan praktikan mampu
menaruh patokan agar dapat menjadi acuan bidikan dalam pengukuran
menggunakan theodolite dan waterpass dengan tepat.

C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Hari / Tanggal : Selasa, 31 Oktober 2023


Waktu : Pukul 13.00 s.d. 16.30 WIB
Tempat Pelaksanaan : Asrama Putri Blok E

D. Alat dan Bahan

1. Paku Payung (4)


2. Palu (1)
3. Patok Kayu (4)
E. Langkah langkah
1. Menentukan lokasi patok yang dibutuhkan untuk mendefinisikan poligon
dalam praktikum ini terdapayt 4 patok;
2. Kemudian menentukan posisi 1, 2, 3 dan 4 patok;
3. Menentukan posisi awal dan akhir polygon;
4. Menandai setiap patok dengan tanda fisik yang jelas;
5. Mendokumentasikan perencanaan titik poligon agar tidak tertukar dengan
kelompok lain.
F. Hasil dan Pembahasan

Gambar 1.1. Sketsa Lapangan Poligon Kelompok 3


Dalam tahap perencanaan poligon ini kelompok 3 memasang empat
patok di titik perencanaan. Dalam memasang empat patok yang telah dipasang
pada titik – titik yang telah direncanakan pada Asrama Putri Blok E melibatkan
identifikasi patok dengan melakukan survey secara langsung ke tempat
perencanaan poligon, pemasangan patok, penandaan patok agar patok tidak
tertukar dengan patok kelompok yang lainnya, kemudian menggambar sket
sesuai patok polygon.

G. Kesimpulan

Dalam perencanaan poligon tersebut, langkah-langkah tersebut


membantu memastikan akurasi dan ketepatan perencanaan. Penggunaan empat
patok memungkinkan penentuan batas-batas poligon dengan baik, Dengan
mengikuti langkah-langkah tersebut, perencanaan poligon pada Asrama Putri
Blok E dapat dilakukan dengan efektif dan menghasilkan poligon yang akurat.
Acara 2

Pengukuran Jarak Langsung

A. Mata Acara Praktikum

Mata acara praktikum ilmu ukur tanah pada Selasa, 31 Oktober 2023
adalah pengukuran jarak langsung pada titik poligon tertutup menggunakan pita
ukur.

B. Tujuan Kegiatan

Dengan dilaksanakannya praktikum ini, diharapkan praktikan mampu


mengukur jarak secara langsung dengan tepat dan akurat serta masuk dalam
toleransi ketelitian hasil pengukuran.

C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Hari / Tanggal : Selasa, 31 Oktober – 7 November 2023


Waktu : Pukul 13.00 s.d. 16.30 WIB
Tempat Pelaksanaan : Asrama Putri Blok E

D. Alat dan Bahan

1. Meteran
2. Jalon
3. alat tulis
4. unting-unting
5. Kalkulator
E. Langkah-langkah
1. Mempersiapkan alat-alat seperti Jalon, paku payung, pita ukur;
2. Mengammbil dua titik yaitu titik A dan B diatas permukaan tanah, kemudian
memasang jalon sebagai tanda dari titik tersebut;
3. Mengambil satu titik yaitu titik X diantara titik A dan titik B sebagai pelurusan,
letakkan juga jalon di titik X;
4. Mengamati pada titik A apakah titik B dan titik X telah lurus. Apabila belum lurus
jalon pada titik X harus diluruskan dengan titik A dan titik B;
5. Kemudian mengambil pita ukur untuk mengukur jarak pergi dan pulang dari titik
tersebut;
6. Mengukur jarak pergi yang dimulai dari titik A ke X lalu titik X ke B menggunakan
pita ukur;
7. Kemudian ukur jarak pulang yang dimulai dari titik B ke titik X kemudian titik X
ke titik A mengunakan pita ukur;
8. Mencatat hasil ukuran yang telah didapat, kemudian hitunglah ketelitiannya;
Berikut adalah sketsa pengukuran jarak langsung yang dilakukan oleh kelompok
tiga :

Gambar 2.1. Sketsa Pengukuran Jarak Langsung Kelompok 3

F. Hasil dan Pembahasan


Pada mata acara kedua ini, kelompok kami sempat mengalami kesulitan
sehingga perlu beberapa kali pengulangan pengukuran untuk mendapatkan
hasil yang memenuhi TOR. Faktor yang mempengaruhi hasil data ukuran:
1. Pita ukur kurang kencang saat ditarik.
2. Angin yang berhembus kencang sehingga pita ukur saat ditarik
bergoyang
3. Banyaknya taruna kelompok lain yang melakukan pengukuran di
waktu yang sama. Akibatnya setiap kelompok hanya mendapat waktu
sedikit karena harus bergantian dengan kelompok lain
4. Pita ukur tidak lurus saat ditarik
5. Jalon yang dipegang miring, tidak tegak
6. Kurangnya ketelitian dalam membaca pita ukur
7. Alat ukur yang tidak sesuai standar atau rusak. Contoh: pita ukur kendur
Berikut hasil ukuran jarak yang praktikan lakukan :

Jarak Pergi Pulang Selisih

1-2 29,872 29,874 0,002

2-3 63,962 63,970 0,008

3-4 29,062 29,066 0,004

4-1 63,844 63,838 0,006

Untuk mengetahui apakah data tersebut masuk toleransi, perlu


1
menghitung ketelitian dimana apabila data tersebut < 3000 maka dapat dikatakan

data tersebut masuk toleransi. Penghitungan toleransi dapat menggunakan


𝑠𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ
rumus 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘
➢ Jarak 1-2
Jarak Pergi Pulang Selisih

1-2 29,872 29,874 0,002

29,872+29,874
Rata-rata jarak = = 29, 873 𝑚
2

0,002 1
Ketelitian jarak = 29,873 = 14.936,5 ( masuk toleransi )

➢ Jarak 2-3
Jarak
2-A A-3
Pergi 26,220 37,742
Total: 63,962
Jarak
Pulang 3-A A-2
38,356 25,614
Total: 63,970
Selisih: 0,008

63,962+63,970
Rata-rata jarak = = 63,966 𝑚
2
0,004 1
Ketelitian jarak = 63,966 = 7995 ( masuk toleransi )

➢ Jarak 3-4
Jarak Pergi Pulang Selisih

3-4 29,062 29,066 0,004

29,062+29,066
Rata-rata jarak = = 29, 064 𝑚
2
0,004 1
Ketelitian jarak = 29,064 = 7.266 ( masuk toleransi )
➢ Jarak 4-1
Jarak
4-B B-1
Pergi 26,220 37,742
Total: 63,844
Jarak
Pulang 1-B B-1
38,356 25,614
Total: 63,838
Selisih: 0,006

63,838+63,844
Rata-rata jarak = = 63,841 𝑚
2
0,006 1
Ketelitian jarak = 63,841 = 10.640 ( masuk toleransi )

G. Kesimpulan
Berdasarkan pengukuran jarak langsung ini dapat disimpulkan bahwa
praktikan mampu mengoperasikan alat ukur manual dan semua pengukuran
setelah dilakukan berulang kali datanya masuk toleransi. Untuk meminimalisir
kesalahan hasil ukuran dapat dengan cara fokus pada saat pengukuran sedang
berlangsung dan sabar.
H. Lampiran
Acara 3

Pengukuran Sudut 2 Seri Rangkap

A. Mata Acara Praktikum

Mata acara praktikum ilmu ukur tanah pada Selasa, 7 November 2023
adalah pengukuran sudut dua seri rangkap dengan menggunakan theodolit pada
target yang telah ditentukan.

B. Tujuan Kegiatan

Dengan dilaksanakannya praktikum ini, diharapkan praktikan mampu


mengukur sudut dengan tepat dan masuk dalam toleransi ketelitian hasil
pengukuran /TOR (Term Of Reference) dengan memperhatikan ketelitian alat yang
digunakan

C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Hari/ Tanggal : Selasa,7 November - Jumat,17 November 2023


Waktu : Pukul
2023 13.00 s.d. 16.30 WIB
Tempat : Asrama Putri Blok E

D. Alat dan Bahan

1. Teodolit (analog)

2. Statif

3. Paku payung

4. Alat Tulis

5. Kakulator
6. Unting-unting

E. Langkah Kerja
1. Mempersiapkan peralatan yang terdiri dari theodolite (dapat menggunakan
theodolit analog maupun digital) dan statif-nya, memastikan bahwa
peralatan tersebut berada dalam kondisi baik dan dapat digunakan dalam
masalah;
2. Mendirikan statif dan Set up alat diatas permukaan tanah yang telah ditandai
dengan paku payung dan patok kayu sebelumnya;
3. Mentukan dua titik target, yaitu titik pada poligon yaitu titik 4 dan titik 2
(kiri dan kanan). Titik 2 adalah titik awal, sementara titik 4 adalah titik
kedua atau titik akhir;
4. Membidik titik 2 dengan mengatur bacaan sudut horizontal hingga
mencapai 0°, praktikan memastikan pada saat membuka dan mengunci
limbus dengan benar dan mengunakan penggerak halus pada limbus untuk
mempermudah penyesuaian sudut horizontal menjadi 0° lalu kunci
limbusnya;
5. Selanjutnya, memutar teropong theodolite kearah titik 4 dan catat sudut
horizontal (sudut biasa);
6. Memutar kembali teropong theodolite ke posisi reverse (balik), lalu bidik
kembali ke titik 4 dan catat sudut horizontalnya (sudut luar biasa);
7. Membidik teropong kearah titik 2 dan catat sudut horizontalnya (sudut luar
biasa);
8. Menambahkan 90° kepada hasil sudut horizontal luar biasa yang telah
dicatat pada langkah ke 7,contoh hasil yang didapat adalah 180°0’8”, maka
hasilnya menjadi 270°0’8”;
9. Membidik teropong kearah sudut 270°’8”, kemudian kunci sudutnya dan
arahkan kembali ke titik 2 (sudut luar biasa + 90°);
10. Kemudian, membidik teropong ke titik 4 dan catat sudutnya (sudut luar
biasa) .
11. Putar teropong theodolite ke posisi reverse agar menjadi sudut biasa, lalu
bidik kembali .ke titik 4 dan catat sudut horizontalnya (sudut biasa);
12. Setelah itu bidik titik 2 dan catat sudutnya (sudut biasa);
13. Setelah semua data telah didapatkan hitunglah menggunakan rumus.

Secara skematis, pengukuran sudut secara dua seri rangkap diilustrasikan


pada Gambar 1 berikut :

2 4

Gambar 3.1. Pengukuran sudut secara dua seri rangkap


F. Hasil dan Pembahasan

STA Target Horizontal Rangkap 1 Horizontal Rangkap 2


Biasa Luar Biasa Luar Biasa Biasa
P2 0° 0' 00" 180° 0' 20" Lb + 90º = 270º 0' 20" 90º 0' 20"
P1 P4 89° 29' 40" 269° 29' 40" 350º 29' 40" 179º 29' 40"
Sudut 89º 29' 40" 89º 29' 20" 89º 29' 20" 89º 29' 20"
P1 343º 49' 20" 163º 50' 00" 253º 50' 00" 163º 39' 20"
P2 P2 73º 37' 40" 253º 38' 20" 343º 38' 20" 73º 51' 00"
Sudut 89º` 48' 20" 89º` 48' 20" 89º` 48' 20" 89º` 48' 20"
P2 08º 00' 00" 187º 59' 40" 277º 59' 40" 98º 00' 00"
P3 P3 98º 01' 20" 278º 01' 20" 08º 01' 20" 188º 01' 40"
Sudut 90º 01' 20" 90º 01' 40" 90º 01' 40" 90º 01' 40"
P3 69º 17' 20" 242º 17' 20" 332º 17' 20" 152º 17' 20"
P4 P1 152º 58' 40" 332º 58' 40" 62º 58' 40" 242º 58' 40"
Sudut 90º 41' 20" 90º 41' 20" 90º 41' 20" 90º 41' 20"

Berdasarkan data dan hasil pengukuran yang diperoleh dalam praktikum


pengukuran sudut secara dua seri rangkap, diperoleh rata-rata sudut sebesar P1 yaitu
89º` 48' 25", P2 yaitu 89º` 48' 20", P3 90º 01' 35", P4 90º 41' 20" . Dalam hal ini,
batas Toleransi atau TOR (Toleransi Orang Rata-rata) yang ditetapkan adalah
00°00'20'', yang berarti kesalahan maksimum yang dapat diterima dalam pengukuran
adalah 20 detik (atau 1/3 menit). Dengan rata-rata sudut sebesar P1 yaitu 89º` 48'
25", P2 yaitu 89º` 48' 20", P3 90º 01' 35", P4 90º 41' 20" dan TOR sebesar
00°00'20'', dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran memenuhi syarat TOR atau
ketelitiannya. Artinya, nilai sudut yang dihasilkan berada dalam batas toleransi yang
ditetapkan.
Hal ini menunjukkan bahwa alat theodolite yang digunakan dalam praktikum
berada dalam kondisi baik dan terkalibrasi dengan tepat. Tingkat ketelitian alat
tersebut memungkinkan pengukuran yang akurat hingga detik atau menit terkecil.
Oleh karena itu, hasil pengukuran yang diperoleh dapat diandalkan dan
dipertimbangkan sebagai data yang valid dalam analisis lebih lanjut. Penting untuk
selalu memeriksa dan memastikan kondisi alat sebelum melakukan pengukuran.
Dalam hal ini, hasil yang sesuai dengan batas TOR menunjukkan bahwa alat
theodolite telah memenuhi persyaratan dan dapat diandalkan dalam pengukuran
sudut secara dua seri rangkap.

Berdasarkan penggunaan theodolite analog dalam praktikum pengukuran


sudut horizontal secara dua seri rangkap, terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi hasil pengukuran. Beberapa faktor tersebut meliputi:

1. Keakuratan dan kalibrasi theodolite: Keakuratan dan kalibrasi theodolite


analog yang digunakan akan mempengaruhi hasil pengukuran.
Theodolite yang tidak terkalibrasi dengan baik atau memiliki
ketidakakuratan dalam mekanisme pengukuran dapat menghasilkan nilai
sudut yang tidak tepat.
2. Kualitas papan target: Kualitas papan target yang digunakan sebagai titik
referensi juga dapat mempengaruhi hasil pengukuran. Jika papan target
tidak terpasang dengan baik atau memiliki ketidakakuratan dalam
penempatan titik referensi, hal ini dapat menyebabkan kesalahan dalam
pengukuran sudut.
3. Stabilitas tripod: Stabilitas tripod sangat penting dalam praktikum ini.
Jika tripod tidak dalam posisi stabil atau kaki tripod tidak sejajar, hal ini
dapat mempengaruhi keakuratan sudut yang diukur. Pastikan tripod
terpasang dengan baik dan kaki tripod diletakkan dengan stabil di
permukaan yang datar.
4. Pengaruh lingkungan: Lingkungan sekitar juga dapat mempengaruhi
hasil pengukuran. Faktor-faktor seperti angin, getaran, atau perubahan
suhu dapat mempengaruhi stabilitas theodolite dan akurasi pengukuran
sudut. Usahakan untuk melakukan pengukuran dalam kondisi lingkungan
yang stabil dan minimalisir pengaruh dari faktor-faktor eksternal.
5. Kesalahan manusia: Kesalahan manusia juga dapat mempengaruhi hasil
pengukuran. Kesalahan dalam membaca skala theodolite, ketidakstabilan
tangan saat membaca sudut, atau kesalahan dalam mencatat data dapat
menyebabkan kesalahan pengukuran yang signifikan.
Penting untuk memperhatikan faktor-faktor di atas dan mengambil langkah-
langkah yang diperlukan untuk mengurangi pengaruhnya. Pastikan theodolite
terkalibrasi dengan baik, papan target terpasang dengan benar, tripod stabil,
lingkungan stabil, dan lakukan pengukuran dengan hati-hati untuk mendapatkan
hasil yang akurat dalam praktikum pengukuran sudut horizontal secara dua seri
rangkap menggunakan theodolite digital.

G. Kesimpulan

Kesimpulan dari tujuan praktikum pengukuran sudut secara dua seri


rangkap menggunakan theodolite adalah sebagai berikut:

1. Praktikum ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang mendalam


tentang prinsip dasar pengukuran sudut, mengaplikasikan teknik pengukuran
yang tepat, menguji keakuratan dan ketelitian pengukuran, menerapkan
konsep trigonometri, serta mengembangkan kemampuan analisis data.
Melalui praktikum ini, mahasiswa akan memperoleh pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan dalam melakukan pengukuran sudut dengan
theodolite.
2. Dalam praktikum ini, mahasiswa akan memahami pentingnya keakuratan,
ketelitian, dan stabilitas dalam pengukuran sudut, serta mempelajari
pengaturan tripod, pengamatan titik referensi, dan pencatatan data dengan
akurat. Mereka juga akan menguji keakuratan dan ketelitian pengukuran,
mengidentifikasi kesalahan atau perbedaan yang terjadi, dan memahami
tingkat akurasi yang dapat dicapai dengan theodolite.
3. Selain itu, praktikum ini juga akan menerapkan konsep-konsep trigonometri
dalam pengukuran sudut, seperti penggunaan fungsi trigonometri dalam
menghitung jarak dan tinggi berdasarkan sudut yang diukur. Mahasiswa juga
akan mengembangkan kemampuan analisis data dengan mengolah data
pengukuran, menghitung rata-rata, standar deviasi, dan kesalahan
pengukuran.

Dengan demikian, praktikum ini memiliki tujuan yang komprehensif


untuk memperkenalkan, melatih, dan menguji mahasiswa dalam pengukuran sudut
menggunakan theodolite, serta mengembangkan pemahaman mereka tentang
prinsip-prinsip dasar, teknik pengukuran, konsep trigonometri, dan analisis data.
H. Lampiran
Acara 4

Perhitungan Bowdith Kerangka Kontrol Horizontal

A. Mata Acara Praktikum

Mata acara praktikum ilmu ukur tanah pada Jumat, 17 November 2023
adalah perhitungan bowdith KKH dengan menggunakan data yang didapat, dan
kakulator.

B. Tujuan Kegiatan

Dengan dilaksanakannya praktikum ini, diharapkan praktikan mampu


menghitung bowdith KKH (Kerangka Kontrol Horizontal) dengan tepat dan akurat
serta masuk dalam toleransi ketelitian hasil pengukuran.

C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Hari/ Tanggal : Jumat, 17 November 2023


Waktu : Pukul 13.00 s.d. 16.30 WIB
Tempat : Asrama Putri Blok E

D. Alat dan Bahan

1. Buku
2. Alat tulis
3. Kakulator
E. Langkah Kerja

1. Memasukkan data-data yang telah diketahui melalui pengukuran beda tinggi di


acara 5 pada tabel KKV
2. Menghitung jumlah sudut.
3. Menghitung jumlah sudut untuk mendapatkan Ks.
Fs = Ʃs – (n ± 2) x 180º

4. Koreksi sudut pada masing-masing titik.


β terkoreksi = β terukur + Ks

5. Menghitung azimut pada setiap titik.

6. Menghitung koreksi absis.


(𝑑 sin 𝛼)
7. Menghitung dxi (perbedaan absis terkoreksi).
X₂ = X₁ + d sin α + dxᵢ
8. Menghitung koordinat terkoreksi.
(d cos α)
9. Menghitung koreksi ordinat.
𝑑ᵢ
dyᵢ = Ʃ𝑑 × −hy

10. Menghitung dyi (perbedaan ordinat terkoreksi).


𝑑ᵢ
dyᵢ = Ʃ𝑑 × −hy

11. Menghitung koordinat terkoreksi.


y₂ = y₁ + d cos α +dy₁

12. Menghitung faktor skala (FL).


2
FL = √(𝑘𝑥)2 + (𝑘𝑦)²

13. Menghitung ketelitian linier.


1
∑𝑑
Ketelitian linier =
𝐹𝐿

14. Menentukan koordinat akhir.

F. Hasil dan Pembahasan

Diketahui hasil pengukuran:

- Titik 1 = 89º 29' 25"


- Titik 2 = 89º 48' 20"
- Titik 3 = 90º 01' 35"
- Titik 4 = 90º 41' 20"

1. Hitung jumlah sudut


Ʃβ = 1 + 2 + 3+4
= 89°29'24"
= 360º 0' 40"

2. Hitung jumlah sudut


Fs = Ʃs – (n ± 2) x 180º
= 360° 0' 40" – (4-2) x 180º
= 0° 0' 40"
0° 0ʼ 40"
Ks = − 4

= -0° 0' 10
3. Koreksi sudut pada masing - masing titik
β terkoreksi = β terukur + Ks
β terukur Ks Β terkoreksi
89º 29' 25" -0º 0' 10" 89º 29' 15"
89º 48' 20" -0º 0' 10" 89º 48' 10"
90º 01' 35" -0º 0' 10" 90º 01' 25"
90º 41' 20" -0º 0' 10" 90º 41' 10"

4. Hitung azimuth pada masing – masing titik


azimut titik 1 (awal) = 168° 57' 20"
azimuth titik 2 = 168° 57' 20" + 89° 48' 10"
= 258° 45' 30" - 180°
= 78° 45' 30"
azimuth titik 3 = 78° 45' 30" + 90° 01' 25"
= 168° 46' 55" + 180°
= 348° 46' 5"
Azimuth titik 4 = 348° 46' 5" + 90° 41' 20"
= 439° 28' 5" - 180°
= 259° 28' 5"

5. Hitung koreksi absis (𝒅 𝐬𝐢𝐧 𝜶)


Titik 1 = 29,873 x sin 168° 57' 20"
= 5,722782199
Titik 2 = 63,966 x sin 78° 45' 30"
= 62,7387256
Titik 3 = 29,064 x sin 348° 46' 5"
= - 542113865
Titik 4 = 63,841 x sin 259° 28' 5
= - 62,76548037
Kx = Ʃd sin 𝛼
= 5,722782199 + 62,7387256 + (- 542113865) + (- 62,76548037)
= 0,041816049

6. Hitung d x i
𝑑𝑖
d x i = Ʃ𝑑 x – Kx

29,873
Titik 1 = 186,744 x -0,041816049

= -0,006689215352
63,966
Titik 2 = 186,744 x -0,041816049

= - 0,01432338
29,064
Titik 3 = 186,744 x -0,041816049

= - 0,006508062632
63,841
Titik 4 = 186,744 x - 0,041816049

= - 0,01429539

7. Hitung Koordinat terkoreksi


X₂ = X₁ + d sin α + dxᵢ
Titik 1 = 3.000
Titik 2 = 3.000 + 5,722782199 + (-0,006689215352)
= 3.005,716093
Titik 3 = 3.005,716093 + 62,7387256 + (-0,014323380)
= 3.06844095
Titik 3 = 3.068,44095 + (-5,65421138) + (-0,006508062632)
= 3.068,779776
Titik 1 = 3.068,779776 – 62,76548037 - 0,01429539
= 3.000
8. Hitung koreksi ordinat (d cos α)
Titik 1 = 29,873 × cos 168 ֯ 57’ 20’’
= -29,3197185
Titik 2 = 63,966 × cos 78 ֯ 45’ 30’’
= 12,47002269
Titik 3 = 29,064 × cos 348 ֯ 46’ 55’’
= 28, 50870025
Titik 4 = 63,841 × cos 259 ֯ 28’ 5’’
= -11,66909399

Ky = Ʃd cos α

= -29,3197185 + 12,47002269 + 28, 50870025 + (-11,66909399)

= -0,01008955

9. Hitung dyᵢ
𝑑ᵢ
dyᵢ = Ʃ𝑑 × −hy
29, 873
Titik 1 = 186,744 × −(−0,100895)

= 0, 001614001666
63,966
Titik 2 = 186,744 × −(−0,100895)

= 0,003455987646
29, 064
Titik 3 = 186,744 × −(−0,100895)

= 0,001570284604
63,841
Titik 4 = 186,744 × −(−0,100895)

= 0,003449234082
10. Hitung koordinat terkoreksi
y₂ = y₁ + d cos α +dy₁
Titik 1 = 5.000
Titik 2 = 5.000 + (-29,3197185) + 0,001614001666
= 4.970,681896
Titik 3 = 4.970,681896 + 12,47002269 + 0,003455987646
= 4.983,155374
Titik 4 = 4.983,155374 + 28,50870025 + 0,001570284604
= 5.011,665645
Titik 1 = 5.011,665645 + (-11,66909399) + 0,003449234082
= 5.000

11. Hitung FL
2
FL = √(𝑘𝑥)2 + (𝑘𝑦)²

2
= √(0,041816049)2 + (−0,01008955)²

2
= √0,001850380973

= 0,043016054

12. Hitung ketelitian linier


1
∑𝑑
Ketelitian linier =
𝐹𝐿
1
186,477
=
0,043016054
1
=
4.341,262915
13. Koordinat Akhir

Titik X Y
1 3.000 5.000
2 3.005,716093 4.970,681896
3 3.068,44095 4.983,155374
4 3.062,779776 5.011,665645

G. Hasil dan Pembahasan


Pada praktikum Kerangka Kontrol Horizontal (KKH), terdapat
beberapa langkah yang dilakukan untuk menghitung dan mengkoreksi sudut
serta koordinat titik-titik yang terlibat. Pertama, dilakukan penghitungan
jumlah sudut yang diperoleh sebesar 360° 0' 40". Selanjutnya, terdapat selisih
sudut sebesar -0° O' 10" yang perlu diperhatikan dalam langkah-langkah
selanjutnya. Kemudian, dilakukan koreksi sudut pada masing-masing titik dan
dihitung azimuth pada setiap titik. Hasilnya adalah azimuth titik 1 = 168° 57'
20", azimuth titik 2 = 78° 45' 30", azimuth titik 3 = 348° 46' 5", dan azimuth
titik 4 = 259° 28' 5". Dengan langkah-langkah ini, sudut-sudut yang diperoleh
telah dikoreksi dan azimuth telah dihitung dengan benar.
Selanjutnya, dilakukan pencarian koreksi absis (d sin a) untuk setiap
titik. Dalam pembahasan ini, diperoleh nilai koreksi absis yang berbeda untuk
setiap titik, yaitu titik 1 = 5,722782199, titik 2 = 62,7387256, titik 3 = -
542113865, dan titik 4 = -62,76548037. Selanjutnya, diperoleh koreksi
koordinat absis sebesar 0.041816049. Kemudian, dilakukan koreksi koordinat
terkoreksi untuk setiap titik, di mana koordinat terkoreksi untuk Kx titik 1
adalah x = 3.000, titik 2 adalah x = 3.005,716093, titik 3 adalah x = 3.06844095,
dan titik 4 adalah x = 3.068,779776. Dengan langkah-langkah ini, koordinat
titik-titik telah dikoreksi dengan benar, dan koordinat terkoreksi telah
diperoleh.
Selanjutnya, dilakukan koreksi koordinat ordinat (Ky) dengan nilai
sebesar -0,01008955. Berikutnya, diperoleh koordinat terkoreksi Y untuk setiap
titik, yaitu titik 1 = 5.000, titik 2 = 4.970,681896, titik 3 = 4.983,155374, dan
titik 4 = 5.011,665645. Terakhir, diperoleh nilai ketelitian linear sebesar
4341,262915. Dengan hasil yang diperoleh ini, dapat disimpulkan bahwa
praktikum Kerangka Kontrol Horizontal (KKH) ini memenuhi Toleransi (TOR)
karena koordinat terkoreksi memenuhi persyaratan TOR dan nilai ketelitian
linear berada dalam batas toleransi yang ditentukan. Dengan demikian,
langkah-langkah yang telah dilakukan dalam praktikum ini telah menghasilkan
hasil yang akurat dan memenuhi persyaratan praktikum KKH.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil dan ketelitian
dalam praktikum Kerangka Kontrol Horizontal (KKH). Beberapa faktor yang
dapat memengaruhi hasilnya adalah:
1. Kesalahan pengukuran sudut: Kesalahan dalam pengukuran sudut
dapat terjadi karena faktor manusia, seperti ketidakakuratan dalam
membaca alat ukur atau ketidakstabilan tangan saat melakukan
pengukuran. Selain itu, faktor lingkungan seperti angin atau getaran
tanah juga dapat memengaruhi akurasi pengukuran sudut.
2. Kesalahan pengukuran jarak: Pengukuran jarak menggunakan
metode yang digunakan dalam praktikum KKH juga rentan terhadap
kesalahan. Kesalahan ini dapat terjadi akibat ketidakakuratan alat
pengukur jarak, faktor lingkungan seperti perubahan suhu atau
kelembaban yang dapat mempengaruhi perambatan gelombang,
atau kesalahan dalam penempatan titik-titik pengukuran.
3. Ketelitian alat pengukur: Ketelitian alat pengukur yang digunakan
juga dapat mempengaruhi hasil praktikum. Alat pengukur yang
kurang akurat atau tidak terkalibrasi dengan baik dapat
menghasilkan nilai yang tidak tepat.
4. Kesalahan perhitungan: Kesalahan dalam perhitungan matematika
juga dapat memengaruhi hasil praktikum. Kesalahan dalam
menghitung sudut, azimuth, atau koreksi koordinat dapat
menghasilkan nilai yang tidak akurat.
5. Ketelitian dalam interpolasi: Interpolasi digunakan untuk
menghitung nilai-nilai antara data yang tersedia. Kesalahan dalam
interpolasi dapat mengakibatkan nilai yang tidak tepat dan akurat.
Dalam praktikum KKH, penting untuk memperhatikan faktor-faktor ini
dan melakukan langkah-langkah pengendalian kualitas yang tepat untuk
memastikan hasil yang akurat dan memenuhi persyaratan toleransi
yang ditentukan.

H. Kesimpulan
Berdasarkan pengukuran yang dilakukan dengan kecermatan dan
keakuratan yang tinggi, dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran kerangka
kontrol horizontal memenuhi persyaratan TOR yang telah ditetapkan.
Penggunaan metode pengukuran yang tepat, seperti penggunaan theodolit,
memastikan bahwa sudut horizontal dalam kerangka kontrol dapat diukur
dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Hal ini memungkinkan data yang
diperoleh menjadi valid, akurat, dan konsisten.

Selain itu, pengukuran yang dilakukan dengan baik juga memberikan


kepastian bahwa implementasi kontrol horizontal telah sesuai dengan standar
yang ditetapkan dalam TOR. Dalam pengukuran ini, proses pengambilan
keputusan, aliran informasi, mekanisme koordinasi, dan efektivitas kerja tim
dievaluasi dengan seksama. Hasil pengukuran yang memenuhi TOR
menunjukkan bahwa kerangka kontrol horizontal telah efektif dalam mencapai
tujuan organisasi, menjaga kesetaraan, akuntabilitas, transparansi, serta
memfasilitasi partisipasi aktif dari semua pihak terkait.
Dengan demikian, kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa
pengukuran kerangka kontrol horizontal yang dilakukan dengan benar dan baik
telah memenuhi TOR. Hasil pengukuran yang valid dan akurat memberikan
kepastian bahwa kerangka kontrol horizontal berfungsi dengan baik dalam
mencapai tujuan dan persyaratan yang telah ditetapkan. Hal ini memberikan
landasan yang kuat bagi organisasi untuk mengambil keputusan yang tepat dan
menjaga tingkat efektivitas yang optimal dalam implementasi
kontrol horizontal.
Acara 5

Pengukuran Beda Tinggi

A. Mata Acara Praktikum

Mata acara praktikum ilmu ukur tanah pada Selasa, 21 November 2023
adalah pengukuran beda tinggi dengan menggunakan alat waterpass.

B. Tujuan Kegiatan

Dengan dilaksanakannya praktikum ini, diharapkan praktikan mampu


menggunakan instrumen waterpass serta mengukur beda tinggi dengan tepat dan
akurat serta masuk dalam toleransi ketelitian hasil pengukuran dengan
memperhatikan ketelitian alat yang digunakan.

C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

1. Hari/ Tanggal : Selasa, 21 November 2023


Waktu : Pukul 13.00 s.d. 16.30 WIB
Tempat : Asrama Putri Blok E

D. Alat dan Bahan

1. Waterpass
2. Alat tulis
3. Buku
4. Statif
5. Unting-unting
6. Pita ukur
7. Rambu ukur
E. Langkah Kerja

1. Mendirikan alat di antara 2 titik perapatan. Dalam mendirikan alat harus


memperhatikan syarat pemakaian waterpass. Syarat pemakaian waterpass:
1) Syarat dinamis: sumbu I vertikal
2) Syarat statis:
a. Garis mendatar diafragma tegak lurus sumbu I
b. Garis arah nivo tegak lurus sumbu I
c. Garis bidik teropong sejajar dengan garis arah nivo
2. Pada masing masing titik perapatan, didirikan rambu ukur
3. Instrumen waterpass diarahkan pada rambu belakang kemudia rambu muka
4. Rambu ukur yang telah dibidik dibaca dan dicatat hasil pengukuran berupa data
Ba, Bb, dan Bt
5. Menghitung koreksi Benang tengah (Bt) dengan cara:

(𝐵𝑎 + 𝐵𝑏)
2

6. Pengukuran diselesaikan dalam satu kali jalan pergi dan pulang (satu slag)
7. Setelah semua pengukuran terselesaikan beda tinggi dihitung dengan rumus:

BtBelakang-BtMuka

F. Hasil dan Pembahasan

Beda tinggi merupakan perbedaan vertikal antara dua titik atau jarak dari
bidang referensi yang telah ditetapkan ke suatu titik tertentu sepanjang garis
vertikal. Pada pengukuran kali ini, praktikan mengukur beda tinggi menggunakan
waterpass dengan prinsip dasar garis horizontal yang melalui sumbu teropong dan
memotong rambu ukur vertikal terhadap bidang nivo yang melalui titik tersebut di
permukaan. Metode yang dilakukan yaitu instrumen waterpass diletakkan berada di
antara titik perapatan poligon, sebagaimana digambarkan dalam gambar 1.1
Gambar 5.1 C=Iustrasi pengukuran

Untuk mengetahui beda tinggi, diperlukan data ukuran bacaan rambu ukur
Benang atas (Ba), Benang bawah (Bb), dan Benang tengah (Bt). Kemudian
jarak dicari menggunakan rumus:
d = (Ba-Bb) x 100
d total = dBelakang + dMuka
Dalam membidik bacaan perlu dilakukan koreksi terhadap bacaan Benang
tengah (Bt) dengan rumus:
(𝐵𝑎+𝐵𝑏)
Koreksi Bt = 2

Agar masuk ketelitian, selisih antara Bacaan tengah hasil bidikan dengan hasil
koreksi harus tidak lebih dari 2 mm. Setelah semua bacaan dipastikan benar,
kemudian dilanjutkan menghitung beda tinggi dengan rumus:
∆𝐻 = BtBelakang - BtMuka
- Data Hasil Pengukuran :

Pergi
Jarak Bacaan Belakang Koreksi Bt = Bacaan Muka (mm) Koreksi Bt =
(mm) (𝐵𝑎+𝐵𝑏) (𝐵𝑎+𝐵𝑏)
2 2

3-2 Ba: 1724 1556 Ba: 1719 1568,5


Bb: 1388 Bb: 1418
Bt: 1556 Bt: 1568
d = 33,6 m d = 30,1 m
d total = 63,7 m
2-1 Ba: 1338 Ba: 0792
Bb: 1190 1264 Bb: 0640 716
Bt: 1265 Bt: 0715
d = 14,8 m d = 15,2 m
d total = 30 m
1-4 Ba: 1139 0924,5 Ba: 1362 1265
Bb: 0710 Bb: 1150
Bt: 0925 Bt: 1257
d = 42,9 m d = 21,2 m
d total = 64,1 m
4-3 Ba: 1312 Ba: 1525 1456
Bb: 1158 1235 Bb: 1387
Bt: 1235 Bt: 1455
d = 15,4 m d = 13,8 m
d total = 29,2 m
Pulang
Jarak Bacaan Belakang Koreksi Bt = Bacaan Muka (mm) Koreksi Bt =
(mm) (𝐵𝑎+𝐵𝑏) (𝐵𝑎+𝐵𝑏)
2 2

3-4 Ba: 1500 1436,5 Ba: 1300 1215


Bb: 1373 Bb: 1130
Bt: 1437 Bt: 1217
d = 12,7 m d = 17 m
d total = 29,7 m
4-1 Ba: 1434 Ba: 1166
Bb: 1178 1306 Bb: 0788 977
Bt: 1307 Bt: 0978
d = 25,6 m d = 37,8 m
d total = 63,4 m
1-2 Ba: 0826 745 Ba: 1366 1297,5
Bb: 0664 Bb: 1229
Bt: 0745 Bt: 1298
d = 16,2 m d = 13,8 m
d total = 30 m
2-3 Ba: 1800 Ba: 1776 1622,5
Bb: 1468 1634 Bb: 1469
Bt: 1634 Bt: 1622
d = 33,2 m d = 30,7 m
d total = 63,9 m
- Hasil perhitungan beda tinggi

Beda Tinggi (m)


BtBelakang-BtMuka
Jarak Pergi Pulang
1,556-1,568 1,634-1,622
3-2 = -0,012 = 0,012
2-1 1,265-0,715 0,745-1,298
= 0,55 = -0,553
1-4 0,925-1,257 1,307-0,978
= -0,332 = 0,329
4-3 1,235-1,455= -0,22 1437-1,217
= 0,22
G. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan data di atas dapat


disimpulkan bahwa praktikan mampu mengoperasikan instrument waterpas.
Selain itu perbedaan bacaan hasil bidikan dengan hasil perhitungan koreksi
tidak lebih dari 2 mm sehingga bacaan Benang tengah (Bt) memenuhi ketelitian.
Adapun faktor yang mempengaruhi keakuratan bacaan rambu ukur adalah:

1. Rambu ukur berada dalam posisi tegap

2. Pembacaan rambu ukur tepat dan teliti

3. Pemakaian alat waterpass memenuhi syarat statis dan dinamis

a. Syarat statis:

a) Garis bidik teropong sejajar dengan garis arah nivo

b) Garis arah nivo tegak lurus sumbu I

c) Garis mendatar diafragma tegak lurus sumbu

b. Syarat dinamis: sumbu I vertikal


Lampiran
Acara 6

Perhitungan Bowditch Kerangka Kontrol Vertikal

A. Mata Acara Praktikum

Mata acara praktikum ilmu ukur tanah pada Selasa, 21 November 2023
adalah perhitungan bowditch kerangka kontrol vertikal dengan menggunakan data
yang didapat, dan kalkulator.

B. Tujuan Kegiatan

Dengan dilaksanakannya praktikum ini, diharapkan praktikan mampu


menghitung bowditch KKV (Kerangka Kontrol vertikal) dengan tepat dan akurat
serta masuk dalam toleransi ketelitian hasil pengukuran.

C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Hari/ Tanggal : Selasa, 21 November 2023


Waktu : Pukul 13.00 s.d. 16.30 WIB
Tempat : Asrama Putri Blok E

D. Alat dan Bahan

1. Buku
2. Alat tulis
3. Kalkulator

E. Langkah Kerja

1. Memasukkan data-data yang telah diketahui melalui pengukuran beda tinggi


di acara 5 pada tabel KKV
2. Menghitung jarak optis menggunakan data yang diketahui (Ba, Bb, Bt)
dengan
rumus d = 100 (Ba-Bb)
3. Menghitung beda tinggi rata-rata dengan rumus
∆𝐻 𝑝𝑒𝑟𝑔𝑖 + ∆𝐻 𝑝𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔
2
4. Menghitung KH dengan rumus
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘
. ΣΔ𝐻 rata-rata
Σ𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘

5. Menghitung titik tinggi dengan rumus


𝑧 + Δ𝐻 + 𝐾𝐻
z merupakan titik tinggi pada titik sebelumnya
6. Ketelitian data diketahui menggunakan rumus
12√𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 (𝑘𝑚)

F. Hasil dan Pembahasan

Hasil pengukuran :

Pergi
Jarak Belakang Muka
3-2 Ba: 1,724 Ba: 1,719
Bb: 1,388 Bb: 1,418
Bt: 1,556 Bt: 1,568
2-1 Ba: 1,338 Ba: 0,792
Bb: 1,190 Bb: 0,640
Bt: 1,265 Bt: 0,715
1-4 Ba: 1,139 Ba: 1,362
Bb: 0,710 Bb: 1,150
Bt: 0,925 Bt: 1,257
4-3 Ba: 1,312 Ba: 1,525
Bb: 1,158 Bb: 1,387
Bt: 1,235 Bt: 1,455

Pulang
Jarak Belakang Muka
3-4 Ba: 1,500 Ba: 1,300
Bb: 1,373 Bb: 1,130
Bt: 1,437 Bt: 1,217
4-1 Ba: 1,434 Ba: 1,166
Bb: 1,178 Bb: 0,788
Bt: 1,307 Bt: 0,978
1-2 Ba: 0,826 Ba: 1,366
Bb: 0,664 Bb: 1,229
Bt: 0,745 Bt: 1,298
2-3 Ba: 1,800 Ba: 1,776
Bb: 1,468 Bb: 1,469
Bt: 1,634 Bt: 1,622
Hitungan KKV

Benang Tengah Jarak Slag Pengukuran Benang Tengah Jarak Slag Pengukuran Beda Tinggi (∆𝐻) (m)
Pengukuran Pergi (mm) Pergi (m) Pengukuran Pulang Pulang ( m)
(mm) BtBelakang-BtMuka
Belakang Muka d = 100 (ba-bb) Belakang Muka d = 100 (ba-bb) Pergi Pulang
1556 1568 dBelakang = 100 (1724-1388) 1634 1622 dBelakang = 100 (1800-1468) 1,556-1,568 1,634-1,622
= 33,6 m = 33,2 m = -0,012 = 0,012
dMuka = 100 (1719-1418) dMuka = 100 (1776-1469)
= 30,1 m = 30,7 m

d = 33,6 + 30,1 d = 33,2 + 30,7


= 63,7 m = 63,9 m
1265 0715 dBelakang = 100 (1338- 1190) 0745 1298 dBelakang = 100 (0826-0664) 1,265-0,715 0,745-1,298
= 14,8 m = 16,2 m = 0,55 = -0,553
dMuka = 100 (0,792-0,640) dMuka = 100 (1366-1228)
= 15,2 m = 13,8 m

d = 14,8 + 15,2 d = 16,2 + 13,8


= 30 m = 30 m
0925 1257 dBelakang = 100 (1139-0710) 1307 0978 dBelakang = 100 (1434-1178) 0,925-1,257 1,307-0,978
= 42,9 m = 25,6 m = -0,332 = 0,329
dMuka = 100 (1362-1150) dMuka = 100 (1166-0788)
= 21,2 m = 37,8 m

d = 42,9 + 21,2 d = 25,6 + 37,8


= 64,1 m = 63,4 m
1235 1455 dBelakang = 100 (1300-1130 1437 1217 dBelakang = 100 (1500-1373) 1,235-1,455 1437-1,217
= 15,4 m = 12.7 m = -0,22 = 0,22
dMuka = 100 (1525-1387) dMuka = 100 (1300-1130)
= 13,8 m = 17 m

d = 15,4 + 13,8 d = 12,7 m + 17


= 29,2 m = 29,7 m

Σ𝑑 = 187 𝑚 Σ𝑑 = 187 𝑚
∆𝐻 rata-rata (m) KH (m) Tinggi titik (m)

∆𝐻 𝑝𝑒𝑟𝑔𝑖 + ∆𝐻 𝑝𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑧 + Δ𝐻 (𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔) + 𝐾𝐻


. ΣΔ𝐻 rata-rata
Σ𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘
2
100
−0,012 + 0,012 63,7 100
=0 𝑥 − 0,003 = −0,001
2 187
0,55 + (−0,553) 30 100 + (-0,553) + (-0,00048)
= −0,0015 𝑥 − 0,003 = −0,00048
2 187 = 99,44652
−0,332 + 0,329 64,1 99,44652 + 0,329 + (-0,001)
= −0,0015 𝑥 − 0,003 = −0,001
2 187 = 99,77452
−022 + 0,22 29,2 99,77452 + 0,22 + (-0,00047)
=0 𝑥 − 0,003 = −0,00047
2 187 = 99,99405
ΣΔ𝐻 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = −0,003

Ketelitian = 12√𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 (𝑘𝑚)


= 12 √0,187
= 5,1892
Setelah dilakukan perhitungan ketelitian diperoleh bahwa hasil pengukuran dan perhitungan
praktikan memenuhi TOR. Beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya karena pembacaan rambu
ukur tepat dan perhitungan dilakukan secara teliti. Namun, pada prosesnya, praktikan mengalami
beberapa kendala diantaranya:
1. Sulitnya pembacaan rambu ukur karena rambu ukur sudah usang sehingga angka tidak jelas
2. Cuaca yang panas sehingga membuat praktikan tidak fokus
3. Waktu yang singkat sementara dalam pengukuran menggunakan waterpass harus sekali jalan
(pergi-pulang)
4. Banyaknya kelompok kelas lain yang juga mengambil titik di sekitar titik perapatan praktikan,
sehingga dalam melakukan pengukuran praktikan harus bergantian dengan kelompok lain apabila
titiknya sedang dipakai

G. Kesimpulan

Pada acara pengukuran Kerangka Kontrol Vertikal (KKV) ini diperoleh kesimpulan bahwa
praktikan dapat menghitung pengukuran jarak, beda tinggi, dan titik tinggi. Hasil pengukuran dan
1
perhitungan praktikan dapat dikatakan baik yaitu , dimana hasil tersebut memenuhi ketelitian TOR
5.18921
1
yaitu < 3000.
Acara 7

Pengukuran Detail

A. Mata Acara Praktikum

Mata acara praktikum ilmu ukur tanah pada Selasa, 5 Desember 2023 adalah pengukuran
detail menggunakan alat waterpass.

B. Tujuan Kegiatan

Dengan dilaksanakannya praktikum ini, diharapkan praktikan mampu mengukur bacaan


rambu ukur di setiap titik yang telah ditentukan pada pengukuran detail bangunan, situasi, dan spot
height dengan tepat dan akurat serta masuk dalam toleransi ketelitian hasil pengukuran dengan
memperhatikan ketelitian alat yang digunakan.

C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Hari/ Tanggal : Selasa, 5 Desember – Jumat,15 Desember 2023


Waktu : Pukul 13.00 s.d. 16.30 WIB
Tempat : Asrama Putri Blok E

D. Alat dan Bahan

1. Buku
2. Alat tulis
3. Kakulator
4. Waterpass
5. Statif
6. Unting-unting
7. Rambu ukur
E. Langkah Kerja

Gambar 7.1 Ilutrasi Pengukuran Titik Detail

Gambar 7.2 Ilutrasi Pengukuran Titik Detail

1. Menyiapkan sketsa lokasi daerah yang akan diukur titik detilnya, dan alat tulis untuk mencatat
hasil ukuran;
2. Mendirikan Theodolit diatas titik P1 dan stel pesawat tepat diatas titik tersebut. Theodolite
didirikan (kedudukan biasa) pada salah satu titik perapatan poligon (misal titik 1). Dari titik 1
dapat dibidik pojok bangunan: titik a dan titik b;
3. Mengukur tinggi instrumen atau tinggi Theodolite di ukur untuk mendapatkan data tinggi alat;
4. Membidik titik 2 (titik poligon) yang berfungsi sebagai acuan/Reference Object (RO). Kemudian
bacaan horizontal di set 00o00o00o
5. Mendirikan rambu ukur pada titik yang ingin dibaca detailnya. Misal titik a pada pojok bangunan;
6. Membidik rambu ukur yang telah didirikan;
7. Membaca dan mencatat Ba, Bb, Bt, bacaan horizontal, dan bacaan vertical serta menambahkan
nama titik – titik bacaan dalam sketsa gambar lokasi yang telah digambar sebelumnya;
8. Mengukur semua detail yang dapat dilihat. Kemudian mengulangi langkah nomor 7;
9. Jika semua detail pada titik 1 telah selesai dibidik, theodolite diarahkan menuju RO untuk
mengecek apakah kembali dalam bacaan 00o00o00 o.. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah
alat yang praktikan pakai bergeser atau tidak, agar data yang didapatkan akurat;
10. Memindahkan theodolite pada titik perapatan poligon lainnya. Langkah
pengukuran dimulai kembali dari langkah 1. Dalam hal ini, ditentukan RO baru;
11. Menghitung semua koordinat titik detail yang telah diukur

F. Hasil dan Pembahasan

Dalam kegiatan ini didapatkan hasil pengukuran berupa besaran sudut vertikal,
horizontal, Benang Atas, Benang Tengah, Benang Bawah dan Tinggi Alat. Pada
kegiatan ini praktikan mendapatkan data ukuran detail sebanyak 75 titik yang
didalamnya terdapat hasil ukuran detail jalan, bangunan asrama taruni Sekolah
Tinggi Pertanahan Nasional, dan spot height. Adapun hasil pengukuran yang
didapatkan adalah sebagai berikut :
G. Kesimpulan :

Setelah dilaksanakannya pengukuran titik detail dapat disimpulkan bahwa


praktikan mampu mengukur setiap titik detail bangunan, situasi, dan spot height di
Asrama Taruni Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional dengan hasil bacaan rambu ukur benang
atas, benang tengah, benang bawah, bacaan sudut horizontal dan vertikal dengan tepat dan akurat
serta masuk dalam toleransi ketelitian.
Acara 8

Perhitungan Detail dan Penggambaran Peta

A. Mata Acara Praktikum

Mata acara praktikum ilmu ukur tanah pada Selasa, Desember 2023 adalah perhitungan detail
dengan menggunakan data yang didapat, dan kakulator serta penggambaran peta pada kertas
milimeter.

B. Tujuan Kegiatan

Dengan dilaksanakannya praktikum ini, diharapkan praktikan mampu menghitung detail dari
data yang di dapat setiap titik yang telah ditentukan dan penggambaran peta pada kertas millimeter
dengan tepat dan akurat serta masuk dalam toleransi ketelitian hasil pengukuran.

C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

1. Hari/ Tanggal : Selasa, Desember 2023


Waktu : Pukul s.d. WIB
Tempat : Asrama Putri Blok E

D. Alat dan Bahan

1. Buku
2. Alat tulis
3. Kakulator
4. Kertas millimeter

E. Langkah Kerja
1. Menyiapkan data hasil ukuran yang telah didapatkan pada acara tujuh;
2. Menyiapkan kerta milimeter ukuran A1 sesuai dengan ketentuan Instruktur masing – masing
kelompok;
3. Menghitung data hasil ukuran dengan rumus – rumus yang telah ditentukan dan telah didapatkan
hasil perhitungan koordinat X dan Y serta Z untuk penggambaran kontur;
4. Memberikan titik grid pada kertas milimeter setiap 5 cm tiap grid diberi harga koordinat pada
skala peta 1:250;
5. Mengeplotkan hasil ukuran X dan Y yang telah didapatkan, pengeplotan dimulai dari titik-titik
poligon (X, Y). Setiap titik poligon yang telah diplot diberi identitas seperti yang ada di lapangan
dan di lembar catatan/sketsa lapangan (misal: P1, P2, …..), Setiap detail yang telah diplot diberi
identitas seperti yang ada di lembar catatan/sketsa lapangan;
6. Menarik garis antar titik-titik detail yang berupa bangunan, jalan, selokan, dan sebagainya dengan
pensil dan penggaris. Beri nama dan/atau simbolisasi objek-objek yang telah terpetakan,
7. Membuat format peta pada lembar milimeter tersebut, seperti batas muka peta, kotak keterangan
peta, dan garis tepi peta. Beri keterangan peta, seperti judul, arah utara, skala, legenda, pembuat
peta, pengesahan, dan sebagainya,

F. Hasil dan Pembahasan

Rumus yang digunakan untuk melakukan penghitungan titik detail yaitu :


•  titik detail = titik poligon + Bacaan Hz (dalam penghitungan azimuth

tidak ada rumus yang pasti, namun tergantung posisi saat pengambilan
sudut dan Set 0 pada saat pengambilan ukuran titik detail )

• heling (h) = 900-V untuk kedudukan Biasa,


atau: h = V-2700 untuk kedudukan Luar Biasa
(5.2)

• Jarak = 100 (ba-bb) (cos h)2

• Koordinat X = Koordinat awal poligon + D1a sin  detil 1

• Koordinat Y = Koordinat awal poligon + D1a cos detil 1

• Titik Tinggi = Titik Tinggi Awal Poligon + D1a tan h + ti -bt

Setiap ukuran detail dihitung dengan rumus – rumus diatas yang telah
ditentukan. Adapun hasil penghitungan setiap titik detail yaitu sebagai
berikut :
- Hitungan Azimut Setiap Detail
Tinggi Bacaan Rambu Bacaan Sudut
Titik Target Azimuth Jarak DSINa DCOSa D TAN H X Y Z
alat BT BA BB Horizontal Vertikal

1 RO 2 1,4 3000 5000 100


A1 1,500 1,528 1,472 33 15 20 91 58 20 202 12 40 5,593 -2,114 -5,178 -0,193 2997,886 4994,822 99,707
A2 1,500 1,539 1,461 31 4 0 91 25 20 200 1 20 7,795 -2,669 -7,324 -0,194 2997,331 4992,676 99,706
A3 1,5 1,547 1,454 36 10 40 91 14 20 205 8 0 9,296 -3,948 -8,416 -0,201 2996,052 4991,584 99,699
A4 1,4 1,458 1,344 48 3 20 91 30 0 217 0 40 11,392 -6,858 -9,097 -0,298 2993,142 4990,903 99,702
A5 1,6 1,646 1,554 70 25 20 90 37 20 239 22 40 9,199 -7,916 -4,686 -0,100 2992,084 4995,314 99,700
A6 1,6 1,642 1,557 70 53 40 90 36 20 239 51 0 8,499 -7,349 -4,269 -0,090 2992,651 4995,731 99,710
A7 1,8 1,838 1,762 74 48 40 89 10 40 243 46 0 7,598 -6,816 -3,359 0,109 2993,184 4996,641 99,709
A8 1,7 1,715 1,685 83 51 20 89 48 40 252 48 40 3,000 -2,866 -0,887 0,010 2997,134 4999,113 99,710
A9 1,7 1,713 1,687 93 17 40 89 37 40 262 15 0 2,600 -2,576 -0,351 0,017 2997,424 4999,649 99,717
A10 1,7 1,712 1,688 104 38 20 89 26 40 273 35 40 2,400 -2,395 0,150 0,023 2997,605 5000,150 99,723
A11 1,7 1,710 1,690 115 1 0 89 36 0 283 57 20 2,000 -1,941 0,482 0,014 2998,059 5000,482 99,714
A12 1,9 1,95 1,849 264 54 20 88 38 40 73 51 40 10,094 9,697 2,806 0,239 3009,697 5002,806 99,739
A13 1,9 1,953 1,847 249 25 0 88 42 0 58 22 20 10,595 9,021 5,556 0,240 3009,021 5005,556 99,740
A14 1,7 1,722 1,678 154 18 40 89 40 20 323 16 0 4,400 -2,632 3,526 0,025 2997,368 5003,526 99,725
A15 1,2 1,358 1,042 354 55 12 92 26 40 254 23 17 54,072 -52,077 -14,552 -2,308 3010,701 4997,118 97,892
A16 1,6 1,627 1,573 147 30 20 90 48 0 316 27 40 5,399 -3,719 3,914 -0,075 2996,281 5003,914 99,725
A17 1,6 1,629 1,571 148 59 20 90 43 40 317 56 40 5,799 -3,885 4,306 -0,074 2996,115 5004,306 99,726
A18 1,5 1,565 1,435 165 29 0 90 43 20 334 26 20 12,998 -5,608 11,726 -0,164 2994,392 5011,726 99,736
A19 1,5 1,573 1,428 149 27 40 90 41 0 318 25 0 14,498 -9,622 10,844 -0,173 2990,378 5010,844 99,727
A20 1,6 1,645 1,555 123 33 0 90 33 20 291 57 20 8,999 -8,346 3,365 -0,087 2991,654 5003,365 99,713
griding 1,4 1,409 1,39 100 22 0 91 26 0 1,899 0,000 -0,048 99,952
griding 1,5 1,474 1,527 118 30 40 91 26 0 -5,297 0,000 0,133 100,033
1 RO 2 1,41 100
A21 2 2,06 1,94 237 24 40 88 8 0 46 22 0 11,999 8,685 8,280 0,391 3008,685 5008,280 99,801
A22 1,9 1,974 1,826 244 0 0 88 51 0 52 57 20 14,792 11,806 8,911 0,297 3011,806 5008,911 99,807
A23 1,7 1,768 1,632 253 19 0 89 4 40 62 16 20 13,593 12,032 6,324 0,219 3012,032 5006,324 99,929
A24 1,7 1,766 1,634 266 3 40 89 1 40 75 1 0 13,200 12,751 3,413 0,224 3012,751 5003,413 99,934
A25 1,6 1,757 1,443 276 43 40 90 4 20 85 41 0 31,394 31,305 2,363 -0,040 3031,305 5002,363 99,770
A26 1,5 1,67 1,33 263 9 40 90 0 0 72 7 0 33,995 32,352 10,439 0,000 3032,352 5010,439 99,910
A27 1,5 1,67 1,33 268 26 0 90 0 0 77 23 20 33,995 33,174 7,422 0,000 3033,174 5007,422 99,910
A28 1,6 1,633 1,565 314 44 40 88 44 40 123 42 0 6,799 5,656 -3,772 0,149 3005,656 4996,228 99,959
A29 1,6 1,643 1,557 324 13 0 88 44 40 133 10 20 8,599 6,271 -5,884 0,188 3006,271 4994,116 99,998
A30 1,7 1,739 1,661 333 28 20 89 58 0 142 25 40 0,000 0,000 0,000 0,000 3000,000 5000,000 99,710
A31 1,6 1,643 1,557 324 13 0 88 44 40 133 10 20 8,596 6,269 -5,881 0,188 3006,269 4994,119 98,588
griding 1,7 1,738 1,661 339 36 20 89 59 40 7,692 0,001 99,711
griding 1,4 1,436 1,363 339 6 40 90 19 40 7,297 -0,042 99,968
2 RO 3 1,428 3005,716093 4970,681896 100
B1 1,8 1,913 1,684 278 50 0 88 32 20 357 35 30 22,885 -0,962 22,865 -7,930 3004,754 4993,547 91,698
2 RO 3 1,428 3005,716093 4970,681896 100
B2 1 1,048 0,952 291 35 0 91 28 20 10 20 30 9,594 1,722 9,438 3,860 3007,438 4980,120 104,288
B3 1 1,052 0,948 302 11 40 91 9 40 20 57 10 10,396 3,717 9,708 4,239 3009,434 4980,390 104,667
Tinggi Bacaan Rambu Bacaan Sudut
Titik Target Azimuth Jarak DSINa DCOSa D TAN H X Y Z
alat BT BA BB Horizontal Vertikal
B4 1,1 1,143 1,055 308 39 20 90 46 40 27 24 50 8,798 4,051 7,810 2,766 3009,767 4978,492 103,094
B5 1,2 1,358 1,042 347 29 40 89 54 20 66 15 10 31,600 28,924 12,725 7,257 3034,640 4983,407 107,485
B6 1,2 1,358 1,042 349 35 40 89 43 20 68 21 10 31,599 29,371 11,657 7,358 3035,087 4982,339 107,586
griding 1 1,158 0,842 351 30 40 90 9 20 31,600 13,439 113,867
griding 1,1 1,255 0,945 346 58 0 90 9 0 31,000 10,087 110,415
griding 1,1 1,148 1,05 307 0 40 90 30 40 9,799 3,127 103,455
griding 1,3 1,345 1,255 300 39 20 90 33 0 8,999 1,066 101,194
3 RO 4 1,386 3068,44095 4983,155374 99,44652
C1 0,7 0,838 0,562 284 44 40 90 56 0 273 30 45 27,593 -27,541 1,691 18,479 3040,900 4984,846 118,612
C2 0,5 0,635 0,364 282 15 20 90 58 20 271 1 25 27,092 -27,088 0,484 23,544 3041,353 4983,639 123,876
C3 1,3 1,333 1,267 352 36 0 89 1 0 341 25 45 6,598 -2,101 6,254 0,681 3066,340 4989,410 100,213
C4 1,3 1,345 1,255 355 24 0 89 16 40 344 10 5 8,999 -2,455 8,657 0,887 3065,986 4991,813 100,420
C5 1,3 1,345 1,254 7 10 0 89 24 0 355 56 5 9,099 -0,645 9,076 0,878 3067,796 4992,231 100,410
C6 1,5 1,585 1,415 4 34 20 89 10 0 353 20 25 16,996 -1,971 16,882 -1,690 3066,470 5000,037 97,642
C7 1,2 1,281 1,119 3 21 54 92 2 20 352 7 59 23,226 -3,179 23,007 3,493 3065,262 5006,163 103,126
griding 0,8 0,922 0,678 276 42 40 90 11 20 24,400 14,218 114,250
griding 1,1 1,161 1,039 287 9 20 90 54 0 12,197 3,297 103,029
griding 1,3 1,319 1,279 349 59 20 90 12 0 4,000 0,330 99,863
4 RO 1 1,42 3062,780 5011,666 99,77452
D1 1,3 1,329 1,269 273 19 0 91 15 40 172 47 5 5,997 0,753 -5,950 0,588 3063,533 5005,716 100,482
D2 1,3 1,321 1,278 275 42 40 91 54 40 175 10 45 4,295 0,361 -4,280 0,372 3063,141 5007,386 100,267
D3 0,6 0,637 0,563 321 27 20 94 44 0 220 55 25 7,350 -4,814 -5,553 5,418 3057,965 5006,112 106,013
D4 1 1,045 0,954 9 38 20 91 13 0 269 6 25 9,096 -9,095 -0,142 3,627 3053,685 5011,524 103,822
D5 1 1,05 0,948 26 34 40 91 10 20 286 2 9 10,196 -9,799 2,816 4,074 3052,981 5014,482 104,268
D6 1 1,038 0,962 38 36 20 91 38 40 298 4 25 7,594 -6,700 3,574 2,971 3056,079 5015,239 103,166
D7 1,2 1,358 1,042 354 55 12 92 26 40 254 23 17 54,072 -52,077 -14,552 -2,308 3010,703 4997,114 97,686
D8 1,3 1,459 1,151 354 34 44 90 6 40 254 2 49 50,975 -49,012 -14,010 -0,099 3013,768 4997,655 99,796
Dalam kegiatan ini praktikan sebelumnya mendapatkan titik detail sebanyak
75 titik detail poligon, namun saat hasil ukuran digambarkan kedalam kertas
milimeter ternyata beberapa titik bertumpukan dikarenakan titik detail pada
titik jatuhnya hujan pada bangunan yang praktikan ukur sama dengan titik
selokan yang ada disekitar bangunan. Sehingga dalam acara delapan ini
hanyak dimasukkan hasil pengukuran detil sebanyak 48 titik saja. Dalam
melaksanakan penggambaran peta situasi praktikan mengalami kendala
yaitu kurangnya waktu dan kurang telitinya praktikan pada saat
penghitungan sehingga menyebabkan kurangnya waktu yang dibutuhkan
untuk menggambar. Sehingga peta yang digambar memiliki kekurangan
dalam penggambaran yaitu penggambaran kontur pada peta situasi belum
ada.

G. Kesimpulan
Dengan ini dapat disimpulkan bahwa praktikan dapat melaksanakan
praktikum poligon tertutup dengan baik dan mampu menghitung detail
dengan benar dan menggambarkan titik koordinat yang telah didapatkan
pada kertas milimeter blok. Namun pada saat penggambaran peta situasi
praktikan menemukan kendala dalam menggambarkan kontur, hal ini
disebabkan oleh terbatasnya waktu dan kurangnya komunikasi dengan
pembimbing praktikum sehingga menyebabkan peta situasi yang
digambarkan oleh praktikan kurang lengkap.

Anda mungkin juga menyukai