Anda di halaman 1dari 30

Kebijakan Pengembangan Kompetensi Teknis

Tenaga Kesehatan

Sri Sedono Iswandi, SKM.M.Kes


Kepala Bapelkes Provinsi Kalimantan Timur
I ▪ PENDAHULUAN

2
TIGA TANTANGAN UTAMA DALAM PENGELOLAAN SDM KESEHATAN DI
INDONESIA

Kekurangan jumlah Distribusi SDMK tidak Kurangnya pelatihan


Nakes secara nasional merata berbasis kompetensi
671 (6,47%) puskesmas tidak Kurangnya dokter di puskesmas Rendahnya penilaian dan
Indonesia bagian timur, sementara pelatihan berbasis kompetensi
ada dokter
di beberapa daerah over supply

5.644 (54,45%) puskesmas Rendahnya retensi nakes di Kurangnya akses terhadap


belum memiliki 9 Jenis Tenaga daerah, insentif ‘kurang menarik’ pelatihan terakreditasi
Kesehatan secara lengkap dan pola karir tidak jelas

155 (24,26%) RSUD kab/kota belum Pemerintah (pusat) memiliki


kewenangan terbatas untuk
terpenuhi dengan 7 dokter spesialis melakukan redistribusi nakes di
Faskes milik Pemerintah Daerah
Ratio dokter 0,67 / 1000 penduduk (UU23/2014)
Dokter spesialis 0,15/1000 penduduk
3
▪ PENINGKATAN MUTU NAKES MELALUI PELATIHAN
II TERAKREDITASI

5
Penyelenggaraan Pelatihan Tenaga
Kesehatan Terakreditasi
PP no. 67 Tahun 2019
tentang Pengelolaan Tenaga Kesehatan
• Rancangan
Pelatihan
AKREDITASI
PELATIHAN
• Peserta
(5
• Pelatih
KOMPONEN) • Penyelenggara Pasal 79
• Tempat Pasal 81
UU No. 36 tahun penyelenggaan
2014 Pasal 31 (1) Setiap penyelenggaraan pelatihan (1)Akreditasiinstitusi penyelenggara
sebagaimana dimaksud dalamPasal 77 pelatihan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) huruf b harus terakreditasi dan Pasal 79 ayat (3) huruf b dilakukan
diselenggarakan oleh institusi berdasarkanpengajuan akreditasi dari
PP No 67 penyelenggara yang terakreditasi. institusi penyelenggara pelatihan.
tahun 2019 AKREDITASI • Administrasi
INSTITUSI dan Manajemen
PELATIHAN • Pelayanan (2) Akreditasi sebagaimana dimaksud pada (2) Pengajuan akreditasi institusi
(3 Pelatihan ayat (1) dilakukan oleh pemerintah pusat. penyelenggara pelatihan sebagaimana
KOMPONEN) • Pelayanan dimaksud pada ayat (1) meliputi
Penunjang komponen administrasi dan manajemen,
Pelatihan (3) Akreditasi sebagaimana dimaksud pada komponenpelayananpelatihan, dan
ayat (2) meliputi: a. akreditasi pelatihan; komponen pelayanan penunjang pelatihan
dan b. akreditasi institusi penyelenggara
pelatihan.
BERFOKUSPADAPENGUATAN3 PILARTRANSFORMASI
KESEHATAN
Quality improvement
of healthcare

1 Layanan Primer 2 Layanan Rujukan 2 Ketahanan Kesehatan

Penambahan kompetensi Penguatan sistem


Pengembangan
pendamping spesialis ketahanan kesehatan
keprofesian dan program
dalam penguatan melalui surveilans berbasis
prioritas bagi 9 Nakes di
layanan rujukan penyakit lab, aksi tanggap darurat,
Puskesmas
prioritas dan kesiapsiagaan krisis

Jenis Pelatihan yang Jenis Pelatihan yang Jenis Pelatihan bagi


diselenggarakan di diselenggarakan di unit Kesmas dan Kesling di
BBPK/Bapelkes/Institusi Diklat RS/ BBPK/Bapelkes/ Dinkes, Labkes, dan Faskes
Penyelenggara Pelatihan Institusi Penyelenggara lainnya
Swasta/Organisasi Profesi Pelatihan
Swasta/Organisasi Profesi

Pemetaan needs dan supply Konsolidasi hasil pemetaan


pelatihan Nakes kebutuhan pelatihan
Peningkatan akses pelatihan

7
MOBILASI DAN KOLABORASI PENYELENGGARAAN PELATIHAN ANTARA
PEMERINTAH PUSAT, PEMERINTAH DAERAH, RUMAH SAKIT & SWASTA

Direktorat Peningkatan Mutu Tenaga Kesehatan

1. Standarisasi Kurikulum Nasional


2. Pengendalian Mutu (Akreditasi Institusi Pelatihan &
Akreditasi Pelatihan )
3. Pelatihan melalui Platform Digital di Penyelenggara
Pelatihan Terakreditasi

PENYELENGARA PELATIHAN TERAKREDITASI

1. BBPK/Bapelkes Kemenkes Instalasi/Unit Diklat RS


2. Bapelkes Nusantara Yayasan/Perseroan
3. Institusi Pelatihan Pemerintah Terbatas (PT)
(Lainnya)
Organisasi Profesi
III ▪ PLATFORM PELATIHAN DIGITAL (SINGLE SIGN ON (SSO)
INTEGRATED TO SI-SDMK)

9
ARAHAN MENTERI KESEHATAN
DALAM PENERAPAN DIGITALISASI
DALAM PELATIHAN KESEHATAN
Mendayagunakan teknologi digital dalam mengembangkan
sistem pembelajaran nakes demi percepatan peningkatan
keterampilan nakes secara merata di seluruh Indonesia.

Menciptakan sistem pembelajaran nakes yang terintegrasi


untuk membantu pemetaan kualifikasi nakes yang mendukung
kebijakan sistem pelayanan kesehatan Indonesia.

Menciptakan sistem pembelajaran nakes yang komprehensif,


mulai dari penyediaan pelatihan, evaluasi belajar, penerbitan
sertifikat, hingga pengumpulan poin SKP yang akan bermanfaat
untuk proses pengembangan kompetensi dan karir nakes
selanjutnya.
MELALUI INTEROPERABILITAS SISTEM INFORMASI
1. Data institusi Pelatihan
2. Kurikulum/ modul/media pelatihan
KEMKES 3. Data peserta (sebaran: jenis, lokasi, kompetensi/keahlian)
(SUPER ADMIN) 4. Data Pelatih sesuai Keahlian
5. Data Fasyankes Terlatih
6. Evaluasi Pelatihan

Institusi
Pelatihan
(ADMIN)
1. Status akreditasi Peserta / Nakes
2. Status pelatihan (USER)
3. Daftar Pelatihan
4. Evaluasi Peserta 1. Profil (connected to SI-SDMK)
2. Data pelatihan
3. E-sertifikat
4. Status Kompetensi
5. Level pelatihan
6. Evaluasi Individu
• SATU PLATFORM PELATIHAN – SINGLE SIGN ON (SSO)
INTEGRATED TO SI-SDMK

11
V ▪ KEBIJAKAN PELATIHAN SDM KESEHATAN

16
Kebijakan Pelatihan

PELATIHAN

PELATIHAN MERUPAKAN PROSESPEMBELAJARAN


UNTUKMENINGKATKANKOMPETENSI,KINERJA,
PROFESIONALISME DAN MENUNJANG
PENGEMBANGAN KARIR DENGAN MEMINIMALISIR
“GAP KOMPETENSI” SDM DALAM
MELAKSANAKAN TUGAS & FUNGSINYA.
VI KOMUNIKASI EFEKTIF BAGI TENAGA KESEHATAN

21
KURIKULUM PELATIHAN
TUJUAN PELATIHAN
PERAN, FUNGSI DAN KOMPETENS
a. Peran
Setelah mengikuti pelatihan, peserta memiliki peran
sebagai petugas kesehatan yang mampu menerapkan
komunikasi yang efektif dalam melakukan pelayanan di
rumah sakit.
b. Fungsi
Dalam melaksanakan perannya, peserta mempunyai fungsi:
1. Menjelaskan Teknik Komunikasi
2. Menerapkan Etika Dalam Penampilan Kerja
3. Menerapkan Etika Komunikasi
4. Melaksanakan Manajemen Konfik
5. Melaksanakan Penanganan Komplain
6. Melaksanakan Komunikasi Efektif dan Komunikasi
SBAR
c. Kompetensi

Dalam melaksanakan perannya, peserta mempunyai


kompetensi:
1. Mampu menjelaskan Teknik Komunikasi
2. Mampu menerapkan Etika Dalam Penampilan
Kerja
3. Mampu menerapkan Etika Komunikasi
4. Mampu melaksanakan Manajemen Konfik
5. Mampu melaksanakan Penanganan Komplain
6. Mampu melaksanakan Komunikasi Efektif dan
Komunikasi SBAR
TUJUAN PELATIHAN

A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu menerapkan ketrampilan
komunikasi efektif secara optimal dalam pelayanan rumah sakit.

B. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pelatihan :

Peserta mampu
1. Menjelaskan Teknik Komunikasi
2. Menerapkan Etika Dalam Penampilan Kerja
3. Menerapkan Etika berkomunikasi
4. Melaksanakan Manajemen Konfik
5. Melaksanakan Penanganan Komplain
6. Melaksanakan Komunikasi Efektif dan Komunikasi SBAR
STRUKTUR PROGRAM

A. STRUKTUR PROGRAM

No Materi Alokasi Waktu


T P PL JML
A Materi Dasar
1. Kebijakan Pengembangan SDM 2 - - 2
Rumah Sakit
Sub Total 2 - - 2
B Materi Inti
1. Tekhnik Komunikasi 2 2 - 4
2. Etika Dalam Penampilan Kerja 2 3 1 6
3. Etika Berkomunikasi 1 2 1 4
4. Manajemen Konflik 1 1 1 3
5. Penanganan komplain 1 3 2 6
6. Komunikasi Efektif dan Komunikasi 2 3 3 8
SBAR
Sub total 9 14 8 31
C Materi Penunjang
1. BLC - 2 - 2
2. Rencana Tindak Lanjut - 1 - 1
Sub Total - 3 3
JUMLAH 11 17 8 36

Ket. T = Teori, P= Penugasan, PL=Praktek Lapangan, 1 jpl @ 45 menit


DIAGRAM PROSES PEMBELAJARAN
BAGI PETUGAS KESEHATAN

Proses pembelajaran digambarkan seperti alur diagram berikut:

PRE TEST

PEMBUKAAN

RENCANA TINDAK LANJUT

PENUTUPAN
MATERI PELATIHAN
36 JPL

MATERI DASAR MATERI INTI MATERI PENUNJANG


2 JPL 31 JPL 3 JPL
PESERTA DAN PELATIH

1. Peserta :
Kriteria peserta adalah :
a. Tenaga yang bekerja di UPT.Rumah Sakit Umum
Pusat maupun Daerah
b. Tingkat Pendidikan minimal SMA atau sederajat.

2. Pelatih :

a. Direktur/ Pimpinan Rumah Sakit


b. Telah mengikuti pelatihan AKTA atau Training of
Trainer (TOT) atau pelatihan widyaiswara dasar
maupun lanjutan atau Pelatihan Komuniktasi
Efektif
c. Pendidikan S1 dengan tambahan keahlian di
bidang materi yang diajarkan.
PENYELENGGARA PELATIHAN :
UPT Balai Pelatihan Kesehatan (BAPELKES) Provinsi Kalimantan
Timur bekerja sama dengan P.T.Intraina
TEMPAT
PENYELENGGARAAN

Di Hotel Royal di Kota samarinda


METODE
PEMBELAJARAN
Ceramahinteraktif, curah pendapat,studi kasus, diskusi
kelompok,bermain peran/ simulasi latihan, pemutaran
video, demonstrasi, games
1. Penguasaan materi
EVALUASI PELATIH/FASILITATOR 2.
3.
Ketepatan waktu
Sistematika penyajian
4. Penggunaan metode dan
alat Bantu diklat
5. Empati, gaya dan sikap
terhadap peserta
6. Penggunaan bahasa dan
volume suara
7. Pemberian motivasi
belajar kepada peserta
8. Pencapaian TIU
9.Kesempatan Tanya jawab
10.Kemampuan menyajikan
11.Kerapihan pakaian
12.Kerjasama tim pengajar
1. Efektivitas penyelenggaraan.
2. Relevansi program pelatihan
dengan pelaksanaan tugas.
3. Persiapan dan ketersediaan
sarana diklat.
4. Hubungan peserta dengan
penyelenggara pelatihan
5. Hubungan antar peserta
6. Pelayanan kesekretariatan
INDIKATOR HASIL BELAJAR KETENTUAN
NO NILAI NILAI BATAS
LULUS
PENILAI
LULUS
a. Tugas 80 Fasilitator
b. Post test 70 Panitia • Telah memenuhi %
(prosentase) yang
ditetapkan pada indikator
proses pembelajaran
• Memenuhi nilai batas lulus
yang ditetapkan pada
PENENTUAN NILAI AKHIR indikator hasil belajar
NO NILAI Bobot PENILAI • Mengikuti pembelajaran
a. Tugas 60% Fasilitator minimal 9 5 % dari total JP
b. Post test 40% Panitia
TERIMA KASIH

KementerianKesehatanRepublikIndonesia 12/15/2022 33

Anda mungkin juga menyukai