Anda di halaman 1dari 33

KEBIJAKAN PELATIHAN BIDANG

KESEHATAN
Kebijakan Pelatihan DASAR HUKUM

▪ UU NO. 5 TAHUN 2014 Tentang Aparatur


Sipil Negara (ASN)
▪ UU NO.36 TAHUN 2014 Tentang Tenaga
Kesehatan
▪ PP NO.67 TAHUN 2019 Tentang
Pengelolaan Tenaga Kesehatan
▪ PP NO.17 TAHUN 2020 Tentang Perubahan
Atas PP NO. 11 TAHUN 2017 Tentang
Manajemen PNS
▪ PMK No. 5 Tahun 2022 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan
▪ Permenpan RB Nomor 35 Tahun 2019
tentang Jabatan Fungsional Perawat
UU No. 5 Thn 2014
Ttg ASN

Ada 3
KOMPETENSI MANAJERIAL

• Merupakan soft competency yang mencakup aspek


pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai tugas dan/atau
fungsi jabatan yang diukur dari tingkat pendidikan, pelatihan
struktural atau manajemen, dan pengalaman kepemimpinan.

KOMPETENSI TEKNIS

• Kemampuan kerja setiap PNS yang mencakup aspek


pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang mutlak
diperlukan dalam melaksanakan tugas-tugas jabatannya, yang
diukur dari tingkat dan spesialisasi pendidikan, pelatihan
teknis fungsional, dan pengalaman bekerja secara teknis.

KOMPETENSI SOSIAL KULTURAL

• Diukur dari pengalaman kerja berkaitan dengan masyarakat


majemuk dalam hal agama, suku, dan budaya sehingga
memiliki wawasan kebangsaan.
Standar kompetensi manajerial dan sosial
kultural telah diatur oleh Badan Kepegawaian
Negara (BKN) dan LAN, sedangkan standar
kompetensi teknis disusun oleh Kementerian
teknis sesuai bidang masing-masing.
T U G A S D A N F U N G S I D I R E K T O R AT
P E N I N G K ATA N M U T U T E N A G A
K E S E H ATA N

PA S A L 1 7 4
Direktorat Peningkatan Mutu Tenaga Kesehatan
mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan
supervisi, evaluasi, dan pelaporan di bidang peningkatan
mutu tenaga kesehatan.
PA S A L 1 7 5
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
174, Direktorat Peningkatan Mutu Tenaga Kesehatan
menyelenggarakan fungsi:

a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang penilaian


kompetensi, pemetaan, dan pengembangan pelatihan, serta
penyelenggaraan pelatihan tenaga kesehatan;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang penilaian kompetensi,
pemetaan, dan pengembangan pelatihan, serta
penyelenggaraan pelatihan tenaga kesehatan;
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria di bidang penilaian kompetensi, pemetaan, dan
pengembangan pelatihan, serta penyelenggaraan pelatihan
tenaga kesehatan;
PA S A L 1 7 5
Lanjutan :

d.Pemberian bimbingan teknis dan


supervisi di bidang penilaian
kompetensi, pemetaan, dan
pengembangan pelatihan, serta
penyelenggaraan pelatihan tenaga
kesehatan;
e.Pemantauan, evaluasi, dan
pelaporan; dan
f.Pelaksanaan urusan administrasi
Direktorat.
PA S A L 1 7 6
Susunan organisasi Direktorat
Peningkatan Mutu Tenaga Kesehatan
terdiri atas:

a. Subbagian Administrasi Umum; dan


b. Kelompok Jabatan Fungsional.
SIKLUS MANAJEMEN PELATIHAN

EVALUASI PENGKAJIAN
PROGRAM KEBUTUHAN
PELATIHAN PELATIHAN

PENGENDALIAN
MUTU
PELATIHAN
PELAKSANAAN PERUMUSAN
PROGRAM TUJUAN
PELATIHAN PELATIHAN

MERANCANG
PROGRAM
PELATIHAN
Penjelasan Siklus Manajemen Pelatihan

Pertama Pengkajian kebutuhan adalah suatu proses pemecahan masalah


yang dilakukan oleh manajemen dengan cara mengumpulkan dan
menganalisis data pendapat dan gagasan tentang kinerja organisasi
atau sistem/teknologi baru yang diperoleh dari berbagai sumber
terkait untuk membuat keputusan kapan dan di mana diperlukan
pelatihan dan atau tindakan lain

Kedua Penetapan tujuan pelatihan berdasarkan kesenjangan kompetensi


yang diperoleh melalui Training Need Assessment.

Ketiga Merancang program pelatihan, yang merupakan penjabaran tujuan


kedalam kegiatan operasional yang dapat diukur. Penyusunan
kurikulum pelatihan
Penjelasan Siklus Manajemen Pelatihan

Keempat Penyelenggaraan pelatihan sesuai dengan rancangan program yang


telah disusun.

Kelima Melakukan evaluasi pelatihan, untuk menilai keberhasilan program


pelatihan.

Keenam Pengendalian mutu dilakukan pada tiap langkah untuk mendapatkan


data dan informasi tentang kesesuaian antara perencanaan
penyelenggaraan pelatihan dengan pelaksanaan pelatihan
PENGEMBANGAN PP No.17 Th 2020
Pasal 212
KOMPETENSI
Pendidikan & Pelatihan
• Pelatihan tatap muka di kelas
• Kursus
• Seminar
• Penataran

Klasikal
Pelatihan
Non Klasikal
• Pelatihan jarak jauh
• E-learning
• Bimbingan di tempat kerja
• Magang
• Pertukaran antara PNS dengan
pegawai swasta,
dikoordinasikan oleh LAN dan
BKN
PENDEKATAN PENGEMBANGAN PROGRAM PENGEMBANGAN KOMPETENSI SDM

Komposisi program
pengembangan tiap
jenis kompetensi

TEKNIS

MANAJERIAL

SOSIAL KULTURAL
KEBIJAKAN PELATIHAN
MASA PANDEMI
PP No. 17 tahun 2020 tentang Peraturan LAN No.8 Tahun 2018
Perubahan atas PP No. 11 tahun tentang Pedoman Penyelenggaraan
2017 tentang Manajemen PNS Pasal Bangkom PNS melalui e-Learning
206

Juklak Pelatihan SDM Kesehatan


Masa Pandemi
Ruang LINGKUP • PerLAN Nomor 8 Tahun 2018 tentang Pedoman Pengembangan
Kompetensi PNS melalui e- learning
• PerLAN Nomor 10 Tahun 2018 tentang Pedoman Pengembangan
• Kebijakan Pelatihan dimasa Kompetensi PNS
• SK Ka. Badan PPSDMK Nomor: HK.02.02/IV/1081/2020
pendemi Covid 19 tentang petunjuk pelaksanaan pelatihan bidang kesehatan pada
masa pandemi corona virus disease 2019 (covid-19

Pelaksanaan PELATIHAN pada masa Covid-19

Klasikal Distance learning Blended


(masa covid-19) full online
Standar mutu

Kontrol mutu
• Manajemen Pelatihan • Penyiapan SDM penyelenggara
• Skenario pembelajaran Pelatihan
• Metoda dan Media • Penyiapan fasilitator
pembelajaran • Penyiapan sarpras
• Sistem evaluasi
Dituangkan dalam suatu panduan penyelenggaraan untuk setiap
program pelatihan.

Penjaminan mutu
PELAKSANAAN PELATIHAN MASA
PANDEMI
1
1 Disarankan full daring

1 Praktik lapangan dilaksanakan secara


2
praktik mandiri
1
3
Apabila dilaksanakan blended,
- ada ijin dari Ketua Satgas setempat /
pernyataan Kepala Institusi untuk
menerapkan protokol kesehatan
- Kapasitas kelas maksimal 50% atau jarak
antar kursi peserta minimal 1 m
- Konsumsi box
- Kapasitas kamar maksimal 50%

1 Laksanakan sesuai Juklak Pelatihan Masa


4 Pandemi
pelatihan
Jarak jauh
Proporsi
Deskripsi Tipe
Online

Tatap muka sepenuhnya, pembelajaran dgn


0% Tatap muka konvensional
bahan ajar cetak atau ceramah

Menggunakan teknologi internet utk


Web-enhanced
Pemanfaatan TIK 1% - 29%
memfasilitasi pola tatap muka, mungkin
(Pembelajaran diperkaya dgn
menggunakan LMS atau situs web utk mem-post-
dalam Pelatihan kan bahan ajar dan/atau tugas
akses internet)

Mengombinasikan online dan tatap muka. Ada


30% - 79% proporsi pengantaran bahan yg online, dan ada Blended/Hybrid
pengurangan frekuensi atap muka

Sebagian besar atau seluruh bahan ajar


> 80% diantarkan secara online, porsi tatap muka Fully Online
Kebijakan Pendidikan Jarak Jauh dan E-Learning di
Indonesia : Kementerian Riset, Teknologi, dan
sesekali, bisa tanpa porsi tatap muka sama sekali.
Pendidikan Tinggi 2016
pelatihan
Jarak jauh

Menciptakan pengalaman
belajar dengan memanfaatkan
TIK secara tepat guna
Pelatihan di Bidang Kesehatan

Proses pembelajaran dalam rangka


meningkatkan kinerja, profesionalisme
dan atau menunjang pengembangan karir
bagi tenaga kesehatan yang dilaksanakan
minimal 30 jam pembelajaran
(@ 45 menit)
Kepmenkes No. 725/Menkes/SK/ V/2003
tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan di Bidang Kesehatan
Kebijakan Pelatihan

KEBIJAKAN PELATIHAN BIDANG KESEHATAN


❑ Pelatihan memiliki alokasi waktu minimal 30 JP @ 45 menit
❑ Manajemen pelatihan diselenggarakan melalui proses TNA, penetapan
tujuan pelatihan, merancang program pelatihan, penyelenggaraan
pelatihan, evaluasi pelatihan dan pengendalian mutu
❑ Pelatihan menggunakan kurikulum yang terstandar
❑ Penyusunan dan pengembangan kurikulum dilakukan dengan
melibatkan pengguna lulusan, penyelenggara pelatihan, peserta dan
alumni pelatihan serta unsur ahli lain
❑ Metode pelatihan disusun sesuai dengan tujuan dan program
pelatihan bagi orang dewasa
❑ Pelatihan dapat diselenggarakan secara klasikal dan/atau non klasikal
❑ Pelatihan dilaksanakan oleh lembaga/institusi diklat yang
terakreditasi
Kebijakan Pelatihan

KEBIJAKAN PELATIHAN BIDANG KESEHATAN


❑ Sarana dan prasarana pelatihan ditetapkan sesuai dengan
jenis pelatihan dan jumlah peserta pelatihan
❑ Dalam menjaga mutu pelatihan, Kementerian Kesehatan
menetapkan akreditasi pelatihan dan akreditasi institusi
pelatihan
❑ Pelatihan diselenggarakan setelah terakreditasi oleh
Kementerian Kesehatan cq Pusat Pelatihan SDM
Kesehatan
❑ Sertifikat diberikan utk penyelenggaraan pelatihan yang
telah terakreditasi serta memenuhi ketentuan yang
tercantum dalam kurikulum
PermenPANRB 13 Tahun 2019
Kewajiban ikut pelatihan bagi JFK dengan pengangkatan
pertama
UU5/ 2014 tentang ASN PERMENPAN 13 TAHUN 2019

PP 11 TAHUN 2017

WAJIB (3 tahun setelah


pengangkatan pertama)

Sesuai kebutuhan
JABATAN FUNGSIONAL
PERAWAT ( 56 jpl)
Kebijakan Pelatihan

PERAN
Setelah mengikuti pelatihan
peserta berperan sebagai pejabat
fungsional Perawat di institusi
masing-masing

TUJUAN PELATIHAN
Setelah mengikuti
pelatihan, peserta mampu
melaksanakan kegiatan
bidang keperawatan sesuai
Peraturan yang berlaku.
STRUKTUR KURIKULUM
Kebijakan Pelatihan
Kebijakan Pelatihan

KOMPETENSI yg harus dimiliki


1. Memahami regulasi Jabfung Perawat
2. Memahami aspek etik dan legal profesi
keperawatan
3. Memahami kegiatan Jabfung Perawat
4. Menyusun DUPAK
5. Menyusun perencanaan pengembangan
karir Jabfung Perawat
6. Menyusun rancangan karya tulis/ karya
ilmiah di bidang pelayanan keperawatan
7. Melakukan persiapan sebagai peserta uji
kompetensi Jabfung Perawat
8. Membangun jiwa entrepreneur dalam
keperawatan
Kebijakan Pelatihan PESERTA

1. Kriteria Peserta

Kriteria peserta pelatihan Jabatan Fungsional Perawat


adalah pejabat fungsional Perawat pengangkatan
pertama

2. Jumlah peserta maksimal 30 orang/kelas.


Kebijakan Pelatihan
PELATIH/FASILITATOR

1. Pejabat pembina jabfung Perawat atau


Pejabat Analis Kebijakan di unit
pembina jabfung Perawat yang
menguasai regulasi jabfung Perawat
atau telah mengikuti TOT jabfung
Perawat
2. Tim penyusun atau profesional
keperawatan atau anggota PPNI yang
menguasai substansi atau telah
mengikuti TOT jabfung Perawat

3. Pejabat Pimpinan Tinggi atau Pejabat


Analis Kebijakan Madya di unit yang
menangani pengembangan jabfung
kesehatan atau yang didelegasikan
Kebijakan Pelatihan

SERTIFIKASI
Setiap peserta yang telah menyelesaikan
proses pembelajaran ini minimal 95% dari
keseluruhan jumlah jam pembelajaran akan
diberikan sertifikasi yang dikeluarkan oleh
Kementerian Kesehatan RI dengan angka kredit
1 (satu) dan ditandatangani oleh pejabat yang
berwenang dan oleh panitia penyelenggara.

Anda mungkin juga menyukai