Anda di halaman 1dari 8

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

KONTRIBUSI MEDIA SOSIAL DALAM MEMPERKUAT INTEGRASI


NASIONAL: TINJAUAN PENGARUH DAN PERAN MEDIA SOSIAL

Disusun oleh:
Jessica Putri Giofanny
NIM 050273239

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
2023
PENDAHULUAN

Media sosial memiliki peran yang signifikan dalam memperkuat integrasi nasional di
Indonesia. Dalam era globalisasi, kesadaran rasa integrasi nasional oleh masyarakat Indonesia
benar-benar diperlukan. Berbagai perubahan saat ini membuat rasa integrasi nasional mulai
terkikis, di mana sekarang banyak paham dan budaya yang baru masuk secara langsung.
Namun, dengan munculnya berbagai budaya atau paham yang baru ini dapat diatasi dengan
menyaring hal tersebut dengan hanya mengambil budaya atau paham yang sesuai dengan arah
atau tujuan bangsa. Integrasi nasional ini juga dapat dikatakan sebagai alat untuk pembangunan
nasional saat di era globalisasi ini dikarenakan keberagaman yang dimiliki harus ditanamkan
untuk meningkatkan kesatuan dan persatuan bangsa agar saat proses pembangunan tidak terjadi
kendala atau hambatan.
Dalam hal ini, media sosial dapat menjadi pengaruh untuk keutuhan integrasi nasional di
era globalisasi. Saat ini penggunaan internet semakin marak yang mana masyarakat saat ini
menggunakan internet untuk berkomunikasi melalui media sosial. Media sosial ini dapat
memperluas pertemanan, memudahkan berinteraksi jarak jauh, dan mendapatkan informasi
secara cepat. Dengan saling berkomunikasi dan berinteraksi melalui media sosial dapat
menimbulkan rasa integrasi antar satu individu dengan individu lainnya tanpa memandang ras,
suku, agama, maupun budaya.
Integrasi nasional pun ikut terlibat dalam perkembangan teknologi di era globalisasi. Saat
ini perkembangan teknologi semakin berkembang secara pesat. Dengan seiring
berkembangnya zaman telah hadir berbagai teknologi komunikasi yang di mana dapat
memudahkan dalam berkomunikasi maupun berinteraksi contohnya seperti smartphone,
internet dan sebagainya. Integrasi nasional ini merupakan hal yang sangat dinantikan untuk
menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan serta mengatasi berbagai hal perbedaan atau
keberagaman yang ada di Indonesia. Dalam rangka memperkuat integrasi nasional, media
sosial dapat menjadi pengaruh untuk keutuhan integrasi nasional di era globalisasi. Dengan
saling berkomunikasi dan berinteraksi melalui media sosial dapat menimbulkan rasa integrasi
antar satu individu dengan individu lainnya tanpa memandang ras, suku, agama, maupun
budaya.
Media sosial dapat memberikan dampak positif bagi Integrasi Nasional, seperti
memperluas pertemanan, memudahkan individu dalam mengekspresikan diri, memudahkan
berinteraksi jarak jauh, dan mendapatkan informasi secara cepat. Media sosial juga dapat
membantu menyatukan keragaman Indonesia dengan memperkenalkan budaya dan tradisi serta
meningkatkan kesadaran nasional. Dalam platform media sosial dapat berbagi pengalaman,
dan menghargai keanekaragaman (Platt et al 2021). Terlepas dari manfaatnya, penggunaan
media sosial juga harus dilakukan dengan bijak dan bertanggung jawab. Penggunaan media
sosial yang tidak bijak dapat merusak citra bangsa dan merusak hubungan antar individu.
Pelatihan keterampilan komunikasi yang efektif, pemahaman tentang dinamika konflik digital,
dan kesadaran akan pentingnya membangun perdamaian menjadi aspek penting dalam
memperkuat resolusi konflik di era digital (Hidayah 2023).
KAJIAN PUSTAKA

Definisi Integrasi Nasional

Integrasi nasional adalah suatu proses penyatuan dan penggabungan berbagai elemen
yang berbeda dalam suatu negara untuk menciptakan kesatuan, stabilitas, dan persatuan dalam
kerangka negara tersebut. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), integrasi memiliki
pengertian pembauran hingga menjadi kesatuan yang uruh dan bulat. Sedangkan, nasional
diartikan sebagai sifat kebangsaan dan berasal dari bangsa sendiri. Integrasi nasional bertujuan
untuk membangun identitas nasional yang kuat, mengurangi konflik antar kelompok, dan
mempromosikan kerjasama antara berbagai komunitas dalam negara. Beberapa contoh elemen
yang dapat diintegrasikan dalam konteks integrasi nasional termasuk budaya, agama, bahasa,
dan nilai-nilai sosial.
Integrasi nasional Indonesia didasarkan pada prinsip-prinsip Pancasila sebagai ideologi
negara yang mendasar, dengan lima sila yang meliputi Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh
Rakyat Indonesia (Gani et al 2023). Pancasila menjadi pijakan untuk mencapai integrasi
nasional yang kokoh. Secara politis, integrasi nasional adalah penyatuan berbagai kelompok
budaya dan sosial dalam kesatuan wilayah nasional yang membentuk suatu identitas nasional.
Adapun secara antropologis, integrasi nasional adalah proses penyesuaian di antara unsur-
unsur kebudayaan yang berbeda sehingga mencapai suatu keserasian fungsi dalam kehidupan
masyarakat.
Sejarah Integrasi Nasional

Sejarah integrasi nasional adalah proses panjang yang beragam di berbagai negara dan
seringkali berkaitan dengan pembentukan identitas nasional dan persatuan dalam suatu entitas
negara. Tahap penting dalam sejarah integrasi nasional, pada zaman kuno, banyak negara dan
kerajaan terbentuk sebagai hasil dari penyatuan suku-suku atau kelompok etnis yang berbeda.
Contohnya adalah penyatuan suku-suku di Mesir Kuno dan pembentukan negara-negara seperti
Mesir dan Mesopotamia.
Selanjutnya pada periode Kolonial, penjajahan oleh negara-negara Eropa di berbagai
wilayah dunia seringkali melibatkan pembentukan entitas negara yang mencakup kelompok
etnis yang beragam. Proses integrasi nasional di beberapa negara bekas koloni ini seringkali
dipengaruhi oleh penjajah dan membutuhkan perjuangan untuk mendapatkan kemerdekaan.
Proses integrasi nasional menjadi semakin signifikan pada abad ke-18 dan ke-19 dengan
munculnya nasionalisme. Gerakan nasionalis di banyak negara Eropa seperti Italia dan Jerman,
serta di beberapa negara Amerika Latin (Campbell et al 2015), berusaha untuk menyatukan
berbagai wilayah ke dalam negara yang lebih besar berdasarkan etnis, budaya, atau bahasa
yang serupa.
Setelah Perang Dunia II (Campbell et al 2015), banyak negara baru muncul sebagai
akibat dari dekolonisasi. Integrasi nasional menjadi salah satu tantangan besar dalam
pembentukan negara-negara baru ini, yang seringkali terdiri dari beragam kelompok etnis dan
budaya. Banyak negara mengalami konflik dan ketegangan antara kelompok etnis atau agama
yang berbeda dalam proses integrasi nasional mereka. Misalnya, konflik etnis di Rwanda pada
tahun 1994 adalah contoh tragis dari ketegangan yang muncul dalam upaya integrasi nasional.
Proses integrasi nasional berlanjut di banyak negara hingga saat ini. Ini dapat melibatkan upaya
untuk mempromosikan persatuan melalui pendidikan, budaya, bahasa, dan kebijakan yang
mendukung inklusi dan kesetaraan di antara berbagai kelompok di dalam negara.
Sejarah integrasi nasional di Indonesia memiliki latar belakang yang kompleks dan
melibatkan berbagai kelompok etnis, agama, budaya, dan politik. Sejarah integrasi nasional di
Indonesia dimulai dengan masa penjajahan oleh Belanda. Selama masa penjajahan ini, Belanda
menguasai berbagai wilayah di kepulauan Indonesia, yang awalnya merupakan entitas-entitas
terpisah dengan budaya, bahasa, dan kepercayaan yang beragam. Setelah berabad-abad
penjajahan, Indonesia mulai meraih kemerdekaan pada tahun 1945. Proklamasi kemerdekaan
Indonesia pada 17 Agustus 1945 oleh Soekarno dan Hatta menandai awal dari perjuangan
integrasi nasional. Proses ini tidak selalu lancar dan ada konflik dengan berbagai kelompok
dan etnis yang berbeda di seluruh negeri (Mulyoto 2011).
Salah satu konflik besar dalam sejarah integrasi nasional Indonesia adalah perang
kemerdekaan melawan Belanda, yang berlangsung hingga tahun 1949 dengan Persetujuan
Renville dan Pengakuan Kedaulatan (Mulyoto 2011). Setelah itu, sejumlah wilayah di
Indonesia yang awalnya dikuasai oleh Belanda menjadi bagian dari Republik Indonesia. Salah
satu langkah integrasi nasional yang signifikan adalah penyelesaian konflik di Aceh pada tahun
2005 melalui Kesepakatan Helsinki, yang mengakhiri konflik bersenjata antara pemerintah
Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Kesepakatan ini mengakui hak otonomi khusus
bagi Aceh dan mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama beberapa dekade.
Wilayah Papua, yang sebelumnya dikenal sebagai Irian Jaya, juga memiliki sejarah
integrasi yang rumit (Mulyoto 2011). Konflik dan ketegangan terus berlanjut di wilayah ini,
dan pada tahun 2001, pemerintah Indonesia memberikan pengakuan khusus dalam bentuk
otonomi kepada Papua. Selanjutnya, Indonesia memiliki sistem otonomi daerah yang
memberikan wewenang kepada provinsi-provinsi untuk mengelola urusan lokal mereka
sendiri, termasuk budaya, bahasa, dan identitas etnis. Sistem ini juga telah berkontribusi pada
integrasi nasional. Seiring berjalannya waktu, Indonesia terus berupaya mempromosikan
persatuan dan integrasi nasional melalui berbagai kebijakan, seperti pengakuan hak-hak
budaya dan bahasa daerah, serta pembangunan infrastruktur yang menghubungkan berbagai
wilayah di seluruh negeri. Proses integrasi nasional di Indonesia adalah cerminan dari
keragaman budaya dan etnis yang ada di negara ini serta sejarah perjuangan panjang untuk
mencapai persatuan dalam kerangka negara yang Merdeka.

Faktor yang Mempengaruhi Integrasi Nasional

Integrasi nasional adalah proses yang kompleks, dan ada banyak faktor yang dapat
menjadi pendorong atau penghambatnya. Faktor-faktor ini dapat bervariasi tergantung pada
konteks negara. Faktor pendorong integrasi nasional muncul karena beberapa faktor secara
sistematis. Kesadaran sejarah bersama dengan memahami sejarah bersama, baik yang positif
maupun yang negatif, dapat membantu membangun rasa identitas nasional. Perasaan senasib
dan seperjuangan dalam konteks Sejarah bangsa melawan penjajahan menjadi modal dasar
persatuan Indonesia dengan memerdekakan bangsa (Lasiyo et al 2023).
Faktor pendorong lainnya adalah memilih pemimpin yang memiliki tujuan untuk
mewujudkan cita-cita bangsa atas dasar falsafah negara, yaitu Pancasila sebagai ikatan nilai
Bersama membangun bangsa dan negara. Kepemimpinan efektif dapat memainkan peran kunci
dalam mempromosikan persatuan dan integrasi nasional. Pemimpin yang mampu membangun
visi bersama dan mengatasi perbedaan dapat merangsang proses integrasi. Pendidikan dan
bahasa bersama dengan membangun bahasa bersama dan sistem pendidikan yang merangsang
rasa kebangsaan dan identitas nasional dapat membantu mengintegrasikan masyarakat.
Berkenaan dengan Bahasa Nasional dan identitas nasional, bahwa pembentukan suatu
kebudayaan nasional yang kuat meningkatkan identitas nasional dan adanya suatu Bahasa
nasional dapat mengintensifkan kesatuan nasional (Putra 2019).
Hukum dan konstitusi yang mendorong prinsip-prinsip kesetaraan dan hak asasi manusia
dapat membantu mendukung integrasi nasional. Kebijakan pemerintah yang mendukung
integrasi nasional, seperti kebijakan otonomi daerah yang sejalan dengan persatuan nasional,
perlindungan hak minoritas, dan peningkatan partisipasi politik semua kelompok, memiliki
peran penting dalam mempengaruhi integrasi nasional. Selain itu juga kesetaraan dalam
keadilan sosial dan ekonomi. Menyebarluaskan manfaat ekonomi dan sosial kepada semua
kelompok dalam masyarakat dapat mengurangi ketidaksetaraan dan memperkuat persatuan
nasional.
Faktor Penghambat Integrasi Nasional, antara lain konflik etnis dan agama. Konflik
berdasarkan perbedaan etnis atau agama dapat menjadi penghalang besar bagi integrasi
nasional. Faktor ini dapat menjadi penghambat dalam mencapai integrasi nasional karena
perbedaan-perbedaan ini dapat menimbulkan ketegangan dan konflik mengingat Indonesia
memiliki keragaman etnis, budaya, dan agama yang sangat kaya. ketidaksetaraan sosial,
ekonomi, dan politik antara kelompok-kelompok dalam masyarakat juga dapat merusak
integrasi nasional. Ketidakadilan sosial dan ekonomi dapat menciptakan ketegangan dan
ketidakpuasan yang dapat mengganggu persatuan bangsa. Upaya untuk mengurangi
kesenjangan ekonomi dan mendorong pembangunan ekonomi yang merata di seluruh wilayah
dapat membantu memperkuat integrasi nasional (Gani et al 2023). Hal ini dikarenakan
ketidakseimbangan dalam pembangunan antara wilayah-wilayah dalam suatu negara dapat
menghambat integrasi nasional.
Ekstremisme ideologi, terutama yang berhubungan dengan nasionalisme ekstrem, dapat
memecah-belah masyarakat dan menghambat integrasi. Misalnya, penggunaan simbol-simbol
keagamaan atau kebudayaan dalam politik. Pemahaman yang keliru atau penyalahgunaan
politik identitas dapat menyebabkan polarisasi dan konflik antarkelompok. Ketidakmampuan
pemerintah untuk mengatasi masalah sosial, ekonomi, dan politik yang berkaitan dengan
integrasi nasional dapat menjadi penghambat utama. Seperti halnya, saat pemimpin mengatasi
korupsi dan mengambil keputusan serta kebijakan yang tidak adil dapat merusak kepercayaan
masyarakat pada pemerintah dan lembaga negara. Setiap negara memiliki konteksnya sendiri,
dan faktor-faktor ini dapat berinteraksi dengan cara yang unik. Dalam mempromosikan
integrasi nasional, pemerintah dan masyarakat harus memahami dinamika khusus yang ada
dalam negara mereka dan berusaha untuk mengatasi faktor-faktor penghambat sambil
memperkuat faktor-faktor pendorong.
Keberhasilan dan Tantangan Integrasi Nasional

Keberhasilan dan tantangan dalam memperkuat integrasi nasional dapat bervariasi


didasarkan pada konteks Pendidikan, politik, sosial dan budaya bangsa. Keberhasilan dalam
bidang pendidikan, yaitu menciptakan pendidikan multikultural dengan mengimplementasikan
sistem pendidikan yang mendorong pemahaman dan penghargaan terhadap beragam budaya,
bahasa, dan etnis dalam memperkuat integrasi nasional. Hal ini memberikan kesempatan bagi
setiap warga negara untuk memahami lebih dalam tentang keragaman budaya bangsa
Indonesia. Dalam bidang politik, pemerintah yang memiliki kebijakan inklusif dan proaktif
untuk mendukung integrasi nasional, termasuk kebijakan kependudukan, kebijakan bahasa,
dan kebijakan anti-diskriminasi dapat memainkan peran penting dalam memperkuat integrasi.
Dalam bidang sosial, program-program yang mendorong dialog dan interaksi positif antar
kelompok etnis, agama, dan budaya dapat membantu memecah tembok perpecahan dan
meningkatkan saling pengertian serta peran media yang bertanggung jawab dan etis dalam
mempromosikan narasi positif tentang identitas nasional dan budaya serta menghindari
sensationalisme atau pemberitaan yang merangsang konflik.
Tantangan utama dalam meningkatkan integrasi nasional adalah diskriminasi, prasangka,
dan ketidaksetaraan yang masih ada dalam masyarakat. Hal ini dapat menghambat integrasi
nasional dan menciptakan ketegangan antar kelompok. Dalam bidang politik, integrasi nasional
dapat terganggu ketika isu-isu identitas digunakan secara politis dan terjadi polarisasi.
Politisasi identitas dapat mengaburkan tujuan integrasi. Dalam bidang sosial, ketidaksetaraan
ekonomi dan sosial dapat menciptakan pembagian kelompok atau divisi dalam masyarakat.
Kelompok-kelompok yang merasa terpinggirkan dapat merasa sulit untuk merasa bagian dari
identitas nasional yang lebih luas. Negara Indonesia sebagai negara multikultural menghadapi
tantangan khusus dalam mengelola konflik potensial antar kelompok. Pemerintah perlu
menemukan keseimbangan antara mendukung keanekaragaman budaya dan mempromosikan
kesatuan nasional.

PEMBAHASAN

Pengaruh Media Sosial terhadap Persepsi Masyarakat

Media memiliki pengaruh dalam membentuk persepsi masyarakat tentang identitas


nasional dan keanekaragaman budaya. Cara media memengaruhi hal ini dapat bervariasi
tergantung pada berbagai faktor, termasuk jenis media, konten yang disajikan, dan cara media
tersebut dikelola. Pertama, Pencitraan Identitas Nasional. Media, terutama media berita dan
produksi media nasional sering digunakan untuk menciptakan citra identitas nasional.
Pemerintah bisa menggunakan narasi dan simbolisme tertentu untuk mempromosikan nilai-
nilai dan norma yang dianggap mendefinisikan identitas nasional melalui media publik. Kedua,
pengenalan dan promosi budaya lokal. Media dapat memainkan peran penting dalam
mempromosikan dan melestarikan budaya lokal. Melalui acara televisi, film, dan berita, media
dapat memperkenalkan masyarakat pada keanekaragaman budaya dan tradisi yang ada di
negara mereka.
Ketiga, pemberitaan dan framing. Cara berita disusun dan dipresentasikan dalam media
dapat memengaruhi persepsi masyarakat. Misalnya, jika media fokus pada konflik antar-etnis
atau perbedaan budaya, hal ini dapat memperkuat polarisasi dan ketegangan. Sebaliknya,
pemberitaan yang menekankan kesamaan dan kerjasama antar kelompok dapat
mempromosikan integrasi dan pemahaman. Keempat, stereotip dan representasi. Media
terkadang menggunakan stereotip dalam mendeskripsikan kelompok budaya atau etnis
tertentu. Stereotip negatif dapat merusak persepsi dan memicu prasangka, sementara
representasi yang positif dan akurat dapat mempromosikan pemahaman.
Media sosial memberi suara kepada individu dan kelompok yang sebelumnya mungkin
kurang terwakili dalam media konvensional. Orang dapat menggunakan media sosial untuk
membagikan pandangan mereka tentang identitas nasional dan keanekaragaman budaya,
sehingga menciptakan dialog dan diskusi yang lebih inklusif. Keempat, edukasi dan informasi.
Media juga merupakan alat yang penting untuk pendidikan. Program televisi, dokumenter, dan
situs web pendidikan dapat menyediakan informasi tentang sejarah, budaya, dan keragaman
yang memperluas pemahaman masyarakat tentang identitas nasional dan keanekaragaman
budaya. Kelima, kritik dan pemantauan. Media juga berperan sebagai kritik dan pemantau
terhadap pemerintah dan lembaga yang berwenang. Melalui jurnalisme investigatif, media
dapat membantu mengungkap ketidaksetaraan atau ketidakadilan yang ada dalam masyarakat,
mempengaruhi pemikiran masyarakat tentang identitas nasional dan budaya.

Peran Media Sosial dalam Mencapai Integrasi Nasional

Media sosial dapat memainkan peran yang signifikan dalam mencapai tujuan integrasi
nasional dengan berbagai cara, antara lain pengenalan keanekaragaman, dialog antar etnis,
diseminasi informasi, pemberdayaan masyarakat, dan pendidikan dan kesadaran. Pengenalan
keanekaragaman melalui media sosial memungkinkan individu untuk berbagi cerita dan
pengalaman mengenai kehidupan sehari-hari, budaya, tradisi, dan perayaan khas. Melalui foto,
video, atau tulisan, setiap orang dapat memperlihatkan aspek-aspek positif dari
keanekaragaman budaya dan sosial. Media sosial sebagai media dialog antar etnis memberikan
platform bagi orang-orang dari latar belakang yang berbeda untuk berkomunikasi dan
berinteraksi. Hal ini dapat menciptakan pemahaman lebih baik antara berbagai kelompok etnis
dan meningkatkan kesadaran akan toleransi antar ras, suku, dan umat beragama.
Media sosial sebagai diseminasi informasi adalah alat efektif untuk menyebarkan
informasi dan berita. Hal ini dapat digunakan untuk mengedukasi masyarakat tentang sejarah,
nilai-nilai, dan tujuan bersama negara. Media sosial berperan sebagai pemberdayaan
masyarakat dengan cara memberikan suara kepada individu dan kelompok yang sebelumnya
mungkin kurang terwakili dalam media tradisional. Hal ini dapat membantu masyarakat dalam
menciptakan kesadaran tentang isu-isu yang penting bagi kelompok tertentu. Melalui
kampanye sosial dan pendidikan online, media sosial dapat digunakan untuk meningkatkan
kesadaran akan pentingnya integrasi nasional.
Namun, meskipun media sosial memiliki potensi positif dalam memperkuat integrasi
nasional, juga penting untuk diingat bahwa media sosial juga dapat digunakan untuk
menyebarkan konten yang divisif dan memicu konflik. Oleh karena itu, peran pengawasan dan
regulasi yang tepat sangat penting untuk memastikan bahwa media sosial digunakan dengan
tanggung jawab dan sesuai dengan tujuan integrasi nasional. Selain itu, integrasi nasional
adalah proses yang kompleks dan memerlukan upaya dari berbagai pihak, termasuk
pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat secara keseluruhan. Media sosial adalah alat
yang penting dalam proses ini, tetapi bukan satu-satunya faktor yang memengaruhi integrasi
nasional.

PENUTUP

Kesimpulan

Pengaruh dan peran media sosial dalam mencapai integrasi nasional memiliki dampak
yang signifikan pada masyarakat modern. Media sosial dapat menjadi alat yang kuat untuk
mempromosikan dialog antar kelompok, membangun kesadaran akan keragaman budaya, dan
menguatkan persatuan nasional. Namun, media sosial juga dapat memicu konflik, disinformasi,
dan polarisasi jika tidak dikelola dengan bijak. Oleh karena itu, penting untuk memahami
pengaruh dan peran media sosial dalam integrasi nasional dan mengambil tindakan yang tepat.

Saran

Dengan tindakan bijak dan kolaborasi yang baik, media sosial dapat menjadi alat yang
kuat dalam memperkuat integrasi nasional dan membangun masyarakat yang inklusif dan
harmonis. Pendidikan tentang penggunaan media sosial yang bertanggung jawab dan edukasi
mengenai keragaman budaya harus ditingkatkan. Pemerintah perlu mengembangkan kerangka
kerja regulasi yang sesuai untuk mengawasi konten yang tersebar di media sosial.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell J L, Hall J. 2015. The World of States. The World Financial Review Journal. 8-11.
(PDF) "The World of States." (researchgate.net)
Gani F A D, Sembiring M Y G. 2023. Mengenal Identitas dan Integrasi Nasional. Jurnal UNS.
1(2):166-178.
Lasiyo, Wikandaru R, Hastangka. 2023. Pendidikan Kewarganegaraan, Banten: Universitas
Terbuka.
Mulyoto. 2011. National Integration and Its Process. International Journal of History
Education. 7(1):1-11.
Platt L, Polavieja J, Radl J. 2021. Which Integration Policies Work? The Heterogeneous Impact
of National Institutions on Immigrants’ Labor Market Attainment in Europe.
International Migration Review. 56(2): 344–375.
Putra H S A. 2019. Koentjaraningrat dan Integrasi Nasional Indonesia: Sebuah Telaah Kritis.
Jurnal Patrawidya. 20(2):115-130.
Yayuk Hidayah. 2023. Memperkuat Integrasi Nasional Di Era Digital : Penguatan Resolusi
Konflik Di Era Digital Sebagai Perwujudan Warga Negara Yang Baik. 2(2):105:115.

Anda mungkin juga menyukai