Anda di halaman 1dari 8

DOI: https://doi.org/10.36379/estetika.

v3i2 Estetika Vol 3 No 2


e-ISSN : 2686-276X

PENGGUNAAN PODCAST SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN


SASTRA INDONESIA
Muhamad Farhan1
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jl. Ir. H. Juanda No. 95, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten
E-mail: muhamad.farhan19@mhs.uinjkt.ac.id

Abstrak
Penelitian ini membahas bagaimana podcast digunakan sebagai media pembelajaran sastra
Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penggunaan podcast sebagai
media pembelajaran sastra Indonesia di perguruan tinggi. Subjek dari penelitian ini adalah mahasiswa
aktif Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah yang semuanya telah sedia
menjadi responden penelitian. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif. Sumber data dari penelitian ini adalah kuisioner penggunaan podcast sebagai media
pembelajaran sastra yang disebar secara daring melalui google form. Data berupa persentase dan
jawaban responden dari pertanyaan-pertanyaan pilihan ganda dan essay singkat mengenai penggunaan
media podcast dalam pembelajaran sastra. Metode analisis data dilakukan dengan mengelompokkan
rata-rata skor jawaban pada angket, mencari persentasi hasil tanggapan responden, dan
menginterpretasi hasil tanggapan responden berdasarkan persentase. Hasil dari penelitian ini adalah
penggunaan podcast sebagai media pembelajaran sastra Indonesia sedikit banyaknya sudah dilakukan.
Responden yang merupakan peserta didik dalam pembelajaran sastra merasa bahwa podcast sebagai
media pembelajaran sastra cukup efektif, karena sifatnya yang mudah diakses, bisa diputar berulang-
ulang, menyenangkan, dan menambah variasi dalam pembelajaran.

Kata Kunci : Podcast, Media Pembelajaran, Sastra Indonesia

Abstract
This study discusses how podcasts are used as a medium for learning Indonesian literature. The
purpose of this study is to find out how to use podcasts as a medium for learning Indonesian literature
in universities. The subjects of this study were active students of Indonesian Language and Literature
Education at UIN Syarif Hidayatullah, all of whom were ready to become research respondents. The
method used in this study is a qualitative descriptive method. The data source of this research is a
questionnaire on the use of podcasts as a medium for learning literature which is distributed online via
google form. The data are in the form of percentages and respondents' answers to multiple choice
questions and short essays on the use of podcast media in learning literature. The method of data
analysis is done by grouping the average score of answers on the questionnaire, looking for the
percentage of respondents' responses, and interpreting the results of respondents' responses based on
percentages. The result of this study is that the use of podcasts as a medium for learning Indonesian
literature has been carried out more or less. Respondents who are students in learning literature feel that
podcasts as a medium for learning literature are quite effective, because they are easily accessible, can
be played repeatedly, are fun, and add variety to learning.
Keywords: Podcast, Instructional Media, Indonesian Literature

Pendahuluan
Semenjak pandemi COVID-19 melanda dunia khususnya Indonesia, pembelajaran
apapun semuanya beralih menggunakan teknologi digital, internet, gawai, dan sebagainya.
Pelajar maupun mahasiswa agaknya sudah sangat terbiasa dengan proses belajar berbasis
daring ini. Sebagaimana Sukmayati (2021) yang melakukan sebuah inovasi baru dalam
pembelajarannya yaitu menggunakan video you tube untuk mempermudah siswa dalam

64 | Jurnal Estetika, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


DOI: https://doi.org/10.36379/estetika.v3i2 Estetika Vol 3 No 2
e-ISSN : 2686-276X

mengikuti mata pelajaran secara mudah di masa pandemi. Selain itu, Mulyaningtyas. R, dkk
(2021) juga menggunakan aplikasi Let’s read sebagai media membaca nyaring bagi anak usia
dini. Proses pembelajaran seperti ini merupakan proses di mana pendidik tidak melulu
langsung menerangkan di depan para pendidiknya, walaupun di depan kamera. Sering kali
materi yang diberikan kepada peserta didik berupa rekaman video, animasi, atau pun
audionya saja. Hal ini dilakukan sebagai siasat dari banyaknya peserta didik yang kerap
mengalami gangguan jaringan internet di saat kelas daring dilaksanakan karena kondisi tiap
peserta didik berbeda-beda. Jadi, materi yang berupa rekaman dapat disimak dan dipelajari
oleh peserta didik kapan saja dan di mana saja sesuai kesanggupannya. Semua media
pembelajaran berbasis digital yang materinya dapat diputar berulang-ulang menjadi pilihan
alternatif yang cukup efektif. Misalnya, media pembelajaran berbasis audio podcast, seperti
Spotify, Google Podcast, Anchor, Noice, dan lain-lain.
Media pembelajaran sendiri memiliki definisi sebagai segala macam perantara, alat,
wadah, atau sarana untuk menyampaikan materi pembelajaran. AECT (Association of
Educational Communications and Technology), seperti dikutip Jennah, memberi pengertian
mengenai media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan
pesan atau informasi (Jennah, 2009). Menurut Heinich, dkk. media pembelajaran adalah
media-media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan memberikan
pembelajaran atau mengandung maksud pembelajaran (Heinich et al., 1982). Hamidjojo,
seperti yang dikutip Miftah, menjelaskan media yang dimaksud adalah semua bentuk
perantara yang dipakai seseorang untuk menyebarkan ide, sehingga gagasan tersebut dapat
sampai kepada penerima, sedangkan McLuhan memberi batasan pada media sarana yang
disebut saluran karena pada hakikatnya media telah memperluas dan memperpanjang
kemampuan manusia untuk merasakan, mendengar, dan melihat dalam batas jarak dan waktu
tertentu. Sekarang dengan hadirnya media yang canggih, batas-batas tersebut hampir menjadi
tidak ada (Miftah, 2013).
Maimunah menuliskan, selain sebagai perantara dalam interaksi belajar mengajar,
media pembelajaran memiliki peran sebagai alat bantu proses belajar mengajar yang efektif.
Proses belajar mengajar sering kali ditandai dengan adanya unsur tujuan, bahan, metode, dan
alat, serta evaluasi. Keempat unsur tersebut saling berinteraksi dan berinterelasi. Metode dan
media merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dari unsur pembelajaran yang lain.
Metode dan alat yang dalam hal ini adalah media pembelajaran berfungsi untuk
menyampaikan materi pembelajaranagar sampai kepada tujuan. Dengan menggunakan media
pembelajaran diharapkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman nyata sehingga
materi pelajaran yang disampaikan dapat diserap dengan mudah dan lebih baik (Maimunah,
2016).
Media pembelajaran diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis. Rudy Brets
mengelompokkan jenis media pembelajaran ke dalam 7 jenis, yaitu (1) media audio visual
gerak; (2) media audio visual diam; (3) audio semi gerak; (4) media visual bergerak; (5)
media visual diam; (6) media audio; dan (7) media cetak (Trianto, 2010). Dari ketujuh jenis
media pembelajaran yang dipaparkan Rudy Brets, Podcast termasuk ke dalam media audio
karena hanya berbasis suara saja. Podcast atau siniar sendiri merupakan rekaman suara yang
dipublikasikan di platform digital di mana orang dapat mengakses untuk mendengarkan
rekaman tersebut kapan saja dan di mana saja. Richard Berry, seperti dikutip Saepuloh dkk.,
memberi definisi podcast sebagai sebuah aplikasi konvergensi yang mampu membuat,
menghimpun, dan mendistribusikan program audio maupun video pribadi secara bebas
melalui media baru serta mampu menghimpun berbagai format seperti mp3, pdf, ePub, dan
download sehingga dapat disatukan dalam satu wadah dan dapat diakses banyak orang di
seluruh dunia (Saepuloh et al., 2021).
Media pembelajaran berbasis audio agaknya bisa menjadi alternatif pilihan untuk
pembelajaran sastra di sekolah maupun perguruan tinggi. Tentunya bukan menjadi pilihan
yang utama sebagai satu-satunya media yang digunakan, karena sastra sendiri hakikatnya

65 | Jurnal Estetika, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


DOI: https://doi.org/10.36379/estetika.v3i2 Estetika Vol 3 No 2
e-ISSN : 2686-276X

berbasis pada teks dan sangat dibutuhkan keterampilan membaca untuk mempelajarinya.
Namun, tidak dapat dimungkiri bahwa minat baca di Indonesia masih tergolong minim.
Dibanding dengan Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN dan negara asing lainnya,
Indonesia masih menduduki urutan terbawah dalam hal minat baca. Di tingkat internasional,
Indonesia memiliki indeks membaca 0,001. Hal itu berarti dalam setiap seribu orang, hanya
satu orang yang memiliki minat baca tinggi. Kondisi itu jauh berbeda jika dibanding dengan
Amerika yang memiliki indeks membaca 0,45, dan Singapura 0, 55. Berdasarkan survey
Unesco minat baca masyarakat Indonesia menduduki urutan 38 dari 39 negara yang diteliti.
Laporan bank Dunia no. 16369-IND (Education in Indonesia from Crisis to recovery)
menyebutkan bahwa tingkat membaca usia kelas VI Sekolah Dasar di Indonesia hanya
mampu meraih skor 51,7 di bawah Filipina (52,6), Thailand (65,1) dan Singapura (74,0). Data
Badan Pusat Statistik tahun 2006 menunjukan bahwa penduduk Indonesia yang menjadikan
baca sebagai sumber informasi baru sekitar 23,5%. Sedangkan yang menonton televisi 85,9%
dan mendengarkan radio 40,3% (Kasiyun, 2015). Melihat data ini, dapat dipelajari bahwa
untuk melakukan pembelajaran sastra yang berbasis teks perlu digunakannya kombinasi
dalam media pembelajarannya.
Pembelajaran sastra sendiri saat ini di Indonesia boleh dibilang kurang mendapat
perhatian. Kurangnya perhatian masyarakat terhadap pembelajaran sastra sudah lama
dikeluhkan oleh sastrawan dan pemerhati sastra. Setelah jaman kolonial berakhir dan
memasuki alam kemerdekaan, sastra dan pengajaran humaniora kurang ditekankan oleh
pemerintah. Perhatian pemerintah lebih tertuju untuk mengejar ketertinggalan di bidang
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dipacu dan masyarakat diajak untuk berlomba-lomba
meningkatkan kesejahteraan hidup secara lahiriah, tanpa mengisi batiniah, termasuk dengan
menikmati karya sastra. Kondisi ini diperparah dengan sikap sebagian besar masyarakat yang
berpandangan bahwa bidang ilmu eksak memiliki strata lebih tinggi dibandingkan dengan
ilmu sastra. Siswa dianggap sebagai robot-robot hasil rekayasa teknologi, tanpa berpikir arti
dan makna kehidupan. Jadi, pembelajaran cenderung lebih diorientasikan pada peningkatan
kemampuan otak kiri, seperti berhitung. Adapun peningkatan kemampuan otak kanan, seperti
seni, kurang menjadi perhatian (Huda et al., 2009). Pembelajaran sastra dipercaya para
sastrawan dapat meningkatkan kualitas seorang pelajar secara batiniah. Pelajar yang
mempelajari sastra akan kaya secara pengetahuan, rasa empati, humanis, religius, dan
sebagainya, yang merupakan kandungan dari banyaknya karya sastra.
Kebanyakan teks sastra, seperti yang dijelaskan Luxemburg dkk., ditandai dengan
fiksionalitas atau rekaan, walaupun ada juga teks sastra yang bukan rekaan (Luxemburg et al.,
1991). Teks sastra yang bersifat fiksi ini merupakan bentuk teks yang imajinatif, kreatif dan
estetis (Nurgiyantoro, 2013). Dalam mempelajarinya, pun menikmatinnya, teks sastra
memberi pengalaman kepada pembacanya sebuah imajinasi yang khas, membangkitkan yang
disebut Theatre of Mind di dalam kepala tiap pembaca. Theatre of Mind ini yang sebetulnya
paling berharga dalam mempelajari dan menikmati suatu karya atau teks sastra. Selain dengan
membaca, Theater of Mind juga merespons stimulus yang diberikan melalui suara, yakni
dengan mendengar. Selayaknya mendengarkan dongeng-dongeng sebelum tidur,
mendengarkan sebuah karya sastra—yang dibacakan—juga akan membangkitkan Theatre of
Mind. Maka dari itu, podcast dapat digunakan sebagai alternatif media dalam mempelajari
sastra, dalam hal ini sastra Indonesia.
Penelitian yang relevan pernah dilakukan sebelumnya oleh Yulistiani Eka Putri,
Wienike Dinar Pratiwi dan Een Nurhasanah dengan judul ―Penerapan Media Podcast
terhadap Menyimak Puisi dalam Pembelajaran Daring Siswa‖ yang dimuat dalam Jurnal
Edukatif Vol. 3 No. 5 tahun 2021. Penelitian ini membahas podcast sebagai media
pembelajaran jarak jauh khususnya dalam materi menyimak puisi. Hasil dari penelitian ini
adalah adanya peningkatan terhadap keterampilan menyimak puisi dengan penerapan media
podcast dalam pembelajaran daring dan hasil kuesioner siswa kelas eksperimen menunjukkan
media podcast menarik dan memudahkan siswa mengerjakan soal tes (Putri et al., 2021).

66 | Jurnal Estetika, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


DOI: https://doi.org/10.36379/estetika.v3i2 Estetika Vol 3 No 2
e-ISSN : 2686-276X

Penelitian relevan lainnya adalah yang dilakukan oleh Ratna Dwi Susilowati, Sutama
dan Nuqhty Faiziyah dengan judul ―Penerapan Podcast pada Aplikasi Spotify Sebagai Media
Pembelajaran Matematika di Tengah Pandemi Covid-19‖ yang dimuat dalam JRPIPM Vol. 4
No. 1 tahun 2020. Penelitian ini membahas implementasi kegiatan pembelajaran matematika
melalui media podcast saat pembelajaran jarak jauh. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
podcast bermanfaat sebagai media suplemen pembelajaran untuk siswa, selain kuliah tatap
muka di kelas dan membaca buku teks. Sehingga siswa dapat lebih memahami konsep, teori
dan aplikasi yang mungkin belum tersedia selama di kelas. Selain itu, podcast dapat menjadi
media alternatif untuk pembelajaran jarak jauh (Susilowati et al., 2020).
Podcast sendiri adalah media yang tidak asing bagi generasi sekarang. Kemudahan
aksesnya, kemurahan kuota yang diperlukannya, mobilitasnya, dan sebagainya menjadi
keunggulan media podcast ini. Bayangkan saja, orang-orang dapat melakukan aktivitas lain
sembari mendengarkan podcast. Sembari melakukan perjalanan, masak, makan, olahraga,
bahkan tidur pun masih ada yang sambil mendengarkan podcast. Maka dapat diambil sebuah
rumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini, yaitu bagaimana penggunaan
podcast dalam pembelajaran sastra di era pandemi ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui penggunaan podcast sebagai media pembelajaran sastra khususnya pada tingkat
perguruan tinggi di era pandemi ini.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.
Peneliti mendeskripsikan semua data tanpa mengubah, menambahkan atau memanipulasi
objek penelitian. Dalam kegiatan penelitian semua data apa adanya dan peneliti hanya
mencatat apa yang ada dalam diri objek yang diteliti untuk kemudian memaparkannya dalam
bentuk laporan secara jelas. Sumber data dari penelitian ini adalah kuisioner penggunaan
podcast sebagai media pembelajaran sastra yang disebar secara daring melalui google form.
Data berupa persentase dan jawaban responden dari pertanyaan-pertanyaan pilihan ganda dan
essay singkat mengenai penggunaan media podcast dalam pembelajaran sastra. Responden
atau subjek penelitian ini adalah mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Metode analisis data dilakukan dengan mengelompokkan rata-rata skor jawaban pada
angket, mencari persentasi hasil tanggapan responden, dan menginterpretasi hasil tanggapan
responden berdasarkan persentase.
Hasil dan Pembahasan
Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai hasil penelitian tentang penggunaan
podcast pada pembelajaran sastra Indonesia. Hasil penelitian tersebut kemudian dianalisis,
diinterpretasi, dan dideskripsikan secara detil.
Sebagai objek penelitian, ada beberapa aspek yang menjadi fokus analisis untuk
memeroleh data penelitian, yaitu: (1) Penggunaan podcast sebagai media pembelajaran, (2)
Intensitas subjek untuk mendengarkan podcast sehari-hari, (3) Tingkat keefektifan podcast
sebagai media pembelajaran sastra Indonesia, (4) Pendapat subjek mengenai podcast sebagai
media pembelajaran sastra Indonesia, (5) Saran dan masukan subjek terhadap pengembangan
media pembelajaran sastra berbasis podcast.

67 | Jurnal Estetika, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


DOI: https://doi.org/10.36379/estetika.v3i2 Estetika Vol 3 No 2
e-ISSN : 2686-276X

Diagram 1. Penggunaan podcast sebagai media pembelajaran

Diagram 2. Intensitas subjek mendengarkan podcast sehari-hari

Berdasarkan diagram tersebut dapat diketahui bahwa responden yang berjumlah 25


orang 52% (13 orang) menjawab pernah melakukan pembelajaran melalui podcast dan 48%
(12 orang) menjawab tidak pernah. Pembelajaran dalam butir pertanyaan ini bersifat umum,
tidak terbatas pembelajaran sastra saja, tetapi pembelajaran secara keseluruhan. Dari data
tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa hampir setengah dari subjek penelitian tidak
pernah melakukan pembelajaran melalui podcast. Hal ini bisa saja disebabkan oleh guru atau
dosen yang memang tidak menggunakan media podcast ini sebagai salah satu media untuk
menyampaikan materi pelajaran yang diampunya, walaupun peneliti tidak berfokus pada poin
tersebut. Terpenting adalah dapat diketahui penggunaan podcast sebagai media pembelajaran
sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh beberapa guru atau dosen dalam menyampaikan
materi belajarnya. Namun, persentase tersebut membuktikan bahwa podcast ini belum
menjadi media yang popular digunakan di tingkat perguruan tinggi. Masih ada yang belum
pernah merasakan belajar melalui media audio berbasis podcast.
Diagram di atas menunjukkan tingkat intensitas subjek penelitian dalam
mendengarkan podcast sehari-hari. Podcast di sini dalam artian podcast apapun, tidak hanya
tentang pembelajaran saja. Dapat terlihat 28% (7 orang) responden menjawab sering, 48% (12
orang) menjawab kadang-kadang, dan 24% (6 orang) menjawab jarang. Dari persentase
tersebut dapat disimpulkan bahwa podcast bagi generasi sekarang merupakan media yang
cukup populer. Responden tidak ada yang menjawab tidak pernah mendengarkan podcast,
semua menjawab pernah dengan intensitas yang berbeda-beda. Mayoritas menjawab kadang-
kadang karena itu masuk akal jika orang dalam sehari kadang mendengarkan podcast kadang
juga tidak. Setiap orang memiliki media hiburan dan belajarnya masing-masing. Bahkan yang
menjawab sering masih terbilang lebih banyak dari yang menjawab jarang. Artinya,
sebenarnya media podcast ini diminati oleh kebanyakan orang, tinggal menyesuaikan saja isi
podcastnya apa. Cerita komedi kah, cerita horror, pembicaraan soal politik, ekonomi,
kesehatan, cinta, dan pendidikan tentu saja.

68 | Jurnal Estetika, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


DOI: https://doi.org/10.36379/estetika.v3i2 Estetika Vol 3 No 2
e-ISSN : 2686-276X

Diagram selanjutnya mendeskripsikan pendapat responden mengenai keefektifan


podcast sebagai media pembelajaran sastra. 88% (22 orang) berpendapat bahwa podcast akan
efektif jika dijadikan media pembelajaran, sedangkan 12% (3 orang) berpendapat berbeda
dengan menjawab tidak. Kolom pertanyaan ini juga disertai alasan mereka memberikan
jawaban ya atau tidak. Responden yang menjawab podcast sebagai media pembelajaran sastra

Diagram 3. Keefektifan podcast sebagai media pembelajaran sastra

ini efektif ada beberapa alasan, di antaranya:


(1) Kesadaran akan minat baca yang kurang dari peserta didik, baik mahasiswa
maupun pelajar di tingkat sekolah menengah. Beberapa responden yakin bahwa podcast bisa
menjadi alternatif bagi mereka yang mungkin pada mulanya tidak tertarik dengan sastra
(karena kurangnya minat membaca) dapat menjadi tertarik setelah mendengarkan podcast
yang berisikan pembelajaran sastra ini. Terutama pada peserta didik di tingkat sekolah yang
belajar semua bidang ilmu pengetahuan, pasti ada saja yang tidak tertarik dengan pembahasan
materi sastra. Maka, dengan podcast ini, diyakini dapat mengenalkan kepada mereka
bagaimana sesungguhnya sastra itu dan apa implikasinya terhadap kehidupan manusia.
Sehingga yang tadinya tidak tertarik akan sastra Indonesia, karena ia kurang minat membaca,
akhirnya tertarik setelah mendengarkan podcast tentang sastra ini, kemudian mulai coba
sedikit demi sedikit untuk membaca karya sastra yang lain dan mempelajarinya sendiri.
(2) Media berbasis audio ini akan cocok kepada peserta didik yang memiliki gaya
belajar auditori, yakni yang mudah memahami sebuah materi dengan mendengar. Cenderung
lebih senang belajar dengan mendengarkan ketimbang gaya belajar yang lain seperti visual
dan kinestetik. Menurut sebagian responden, media podcast ini akan sangat efektif untuk
orang yang semacam itu gaya belajarnya. Apalagi dalam pembelajaran sastra, daya imajinatif
peserta didik sering kali dibutuhkan. Maka, dengan menggunakan podcast sebagai media
pembelajaran ini disinyalir akan bermanfaat untuk keberlangsungan proses belajar mengajar
di kelas.
(3) Media podcast ini mudah sekali diakses dan sedikit memakan kuota internet,
dapat diputar berulang-ulang, dan bisa didengarkan di mana dan kapan saja. Ini adalah alasan
yang paling banyak dijawab oleh responden, hampir setengah dari keseluruhan mereka
menjawab dengan alasan ini. Media podcast termasuk media yang sederhana, tidak rumit
pengaplikasiannya, dan sangat bersahabat untuk peserta didik yang mungkin kesulitan secara
geografis untuk mendapatkan sinyal internet, atau untuk peserta didik yang sibuk misalnya
bekerja sambil kuliah dan sulit membagi waktu. Media podcast ini dianggap sangat
memudahkan peserta didik untuk mengakses materi pembelajaran.
(4) Podcast merupakan media yang dapat mengisi kejenuhan peserta didik karena
terus menerus diberikan teks sastra. Di zaman yang penuh dengan teknologi digital ini,
responden menganggap bahwa perlunya variasi dalam media pembelajaran agar peserta didik
selain belajar juga mendapatkan kesenangan. Podcast dapat menghadirkan rasa senang dan
asyik dalam belajar khususnya mengenai sastra Indonesia. Misalnya saja, karya sastra seperti
naskah drama atau puisi yang dibacakan akan seru bila didengar dengan imajinasi yang
terbuka. Dari situ peserta didik tidak hanya belajar materi tetapi juga belajar mengapresiasi
karya sastra. Dengan menghadirkan unsur kesenangan, responden percaya bahwa
pembelajaran akan berjalan lebih efektif.

69 | Jurnal Estetika, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


DOI: https://doi.org/10.36379/estetika.v3i2 Estetika Vol 3 No 2
e-ISSN : 2686-276X

Setelah membahas alasan responden yang berpendapat bahwa podcast bisa menjadi
media yang efektif untuk pembelajaran sastra, sekarang akan dibahas mengapa responden
berpendapat bahwa podcast ini tidak akan efektif. Dari ketiga orang responden yang
menjawab tidak ini jika dirumuskan hanya memiliki satu alasan saja, yakni bahwa
pembelajaran sastra sejatinya berangkat dari teks dan tidak bisa dilepaskan. Penggunaan
podcast sebagai media pembelajaran sastra mungkin cocok pada materi-materi tertentu, tetapi
cenderung lebih banyak yang tidak cocok. Sastra selalu perlu teks dan keterampilan membaca
dari yang mempelajarinya. Hal tersebut tidak bisa disangkal. Responden yang menjawab tidak
ini memiliki catatan penting bahwa media podcast ini bisa saja digunakan untuk pembelajaran
sastra, akan tetapi tidak secara keseluruhan. Dalam arti, hanya sebagai variasi saja, penyeling,
agar peserta didik tidak bosan. Teks sastra tetaplah sumber utama media pembelajarannya.
Dari pendapat-pendapat tadi, responden juga memberikan saran dan masukan
terhadap penggunaan media podcast dalam pembelajaran sastra ini. Peneliti
menginterpretasikan saran dan masukan responden ke dalam beberapa poin, yakni: (1)
Mengenai durasi rekaman. Responden memberi saran jika durasi podcast pembelajaran
hendaknya tidak terlalu lama. Cukup 5-10 menit saja perpembahasan. Durasi yang terlalu
lama akan menyebabkan pendengar bosan jika pembahasan yang dibahas kurang begitu
menarik. (2) Masih berkaitan dengan poin sebelumnya, responden memberi masukan soal
materi apa yang cocok untuk dibahas melalui podcast ini. Tentunya buat dengan semenarik
dan seseru mungkin agar pendengar betah mendengarkan podcastnya dalam jangka waktu
yang lama. Bahasa yang digunakan dalam menyampaikan materi hendaknya santai dan
efektif. Tidak bertele-tele apalagi memberatkan pendengar dengan menggunakan istilah-
istilah yang sulit dimengerti. (3) Mengenai teknis audio podcastnya. Responden memberi
masukan bahwa kualitas audio yang diproduksi harus baik dan nyaman untuk didengarkan.
Jika bisa ditambahkan dengan suara latar, efek, atau apapun yang mendukung imajinasi
pendengar. Jangan sampai pendengar tidak tahan mendengar karena kualitas audionya buruk,
padahal isi podcastnya sudah menarik. (4) Libatkan peserta didik dalam produksi podcastnya.
Peserta didik juga bisa mengisi suara untuk membacakan karya sastra yang ia sukai, atau
menyampaikan apresiasi atas karya sastra yang telah ia baca, atau semacamnya yang intinya
membuat peserta didik tidak hanya mendengarkan, tetapi juga ikut belajar dalam membuat,
mengapresiasi, mengkritisi sebuah karya sastra. Keterlibatan peserta didik dalam produksi
podcast pembelajaran sastra juga sebagai media praktik mereka. Keterampilan berbicara
mereka juga akan terlatih.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada poin hasil dan pembahasan penelitian ini, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa penggunaan podcast sebagai media pembelajaran sastra Indonesia
sedikit banyaknya ini sudah mulai dilaksanakan. Podcast adalah media yang sudah cukup
populer di kalangan pelajar generasi sekarang. Dalam hal pembelajaran sastra di sekolah
maupun di perguruan tinggi, podcast dianggap dapat menjadi media pembelajaran yang
efektif guna menambah variasi pembelajaran. Beberapa materi sastra dapat disampaikan
melalui media podcast ini seperti puisi, naskah drama, cerpen, dan sebagainya yang ketika di-
alihwahana-kan dapat membentuk format karya yang bagus dan menarik. Pembelajaran sastra
yang dilakukan pun menjadi menyenangkan dan tidak monoton.
Saran dalam penelitian ini, bagi pendidik dan peserta didik mungkin bisa menjadikan
referensi dalam membuat podcast sebagai media yang digunakan ketika melakukan
pembelajaran sastra Indonesia. Bagi peneliti yang relevan, penelitian ini dapat dijadikan
acuan dalam penelitian selanjutnya.

Daftar Pustaka
Heinich, R., Molenda, M., Russel, D. J., & Smadino, E. S. (1982). lnstructional Media and

70 | Jurnal Estetika, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


DOI: https://doi.org/10.36379/estetika.v3i2 Estetika Vol 3 No 2
e-ISSN : 2686-276X

Tecnologies for Learning. Prentice Hall.


Huda, M., Hasjim, N., & Sunanda, A. (2009). Pembelajaran Sastra: Metode Pengajaran dan
Respon Siswa. publikasiilmiah.ums.ac.id.
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/xmlui/handle/11617/642
Jennah, R. (2009). Media Pembelajaran. Antasari Press.
Kasiyun, S. (2015). Upaya meningkatkan minat baca sebagai sarana untuk mencerdaskan
bangsa. Jurnal Pena Indonesia. https://journal.unesa.ac.id/index.php/jpi/article/view/140
Luxemburg, J. Van, Bal, M., & Weststeijn, W. G. (1991). Tentang Sastra. Intermasa.
Maimunah, M. (2016). Metode Penggunaan Media Pembelajaran. Al-Afkar: Jurnal Keislaman
\& Peradaban. http://ejournal.fiaiunisi.ac.id/index.php/al-afkar/article/view/107/103
Miftah, M. (2013). Fungsi, dan peran media pembelajaran sebagai upaya peningkatan
kemampuan belajar siswa. Jurnal Kwangsan.
https://core.ac.uk/download/pdf/235523078.pdf
Nurgiyantoro, B. (2013). Teori Pengkajian Fiksi. Gadjah Mada University Press.
Putri, Y. E., Pratiwi, W. D., & Nurhasanah, E. (2021). Penerapan Media Podcast terhadap
Menyimak Puisi dalam Pembelajaran Daring Siswa. EDUKATIF: JURNAL ILMU ….
https://edukatif.org/index.php/edukatif/article/view/858
Mulyaningtyas, R & Setyawan, B,W. (2021). Aplikasi Let's Read Sebagai Media Membaca
Nyaring untuk Anak Usia Dini. Jurnal Estetika. Vol 3 No 1. hal 33-46. https://e-
jurnal.stkippgrisumenep.ac.id/index.php/ESTETIKA/article/view/149
Saepuloh, M. F., Nurwahidah, L. S., & Kartini, A. (2021). Media Pembelajaran Podcast
Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Puisi. Caraka: Jurnal Pendidikan Bahasa
Dan Sastra Indonesia Serta Bahasa Daerah, 10(2), 107–116.
https://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/caraka/article/view/1401
Susilowati, R. D., Sutama, S., & ... (2020). Penerapan Podcast pada Aplikasi Spotify Sebagai
Media Pembelajaran Matematika di Tengah Pandemi Covid-19. Jurnal Riset Pendidikan
…. https://journal.unesa.ac.id/index.php/jrpipm/article/view/9381
Sukmayati (2021). Video-Youtube Kreasi Guru: Sebuah Inovasi Menghadapi Tantangan
Pembelajaran Jarak Jauh. Jurnal Estetika. Vol 3 No 1. hal 24-32. https://e-
jurnal.stkippgrisumenep.ac.id/index.php/ESTETIKA/article/view/149
Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-progresif. Kencana.

71 | Jurnal Estetika, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Anda mungkin juga menyukai