Abstrak
Penelitian ini membahas bagaimana podcast digunakan sebagai media pembelajaran sastra
Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penggunaan podcast sebagai
media pembelajaran sastra Indonesia di perguruan tinggi. Subjek dari penelitian ini adalah mahasiswa
aktif Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah yang semuanya telah sedia
menjadi responden penelitian. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif. Sumber data dari penelitian ini adalah kuisioner penggunaan podcast sebagai media
pembelajaran sastra yang disebar secara daring melalui google form. Data berupa persentase dan
jawaban responden dari pertanyaan-pertanyaan pilihan ganda dan essay singkat mengenai penggunaan
media podcast dalam pembelajaran sastra. Metode analisis data dilakukan dengan mengelompokkan
rata-rata skor jawaban pada angket, mencari persentasi hasil tanggapan responden, dan
menginterpretasi hasil tanggapan responden berdasarkan persentase. Hasil dari penelitian ini adalah
penggunaan podcast sebagai media pembelajaran sastra Indonesia sedikit banyaknya sudah dilakukan.
Responden yang merupakan peserta didik dalam pembelajaran sastra merasa bahwa podcast sebagai
media pembelajaran sastra cukup efektif, karena sifatnya yang mudah diakses, bisa diputar berulang-
ulang, menyenangkan, dan menambah variasi dalam pembelajaran.
Abstract
This study discusses how podcasts are used as a medium for learning Indonesian literature. The
purpose of this study is to find out how to use podcasts as a medium for learning Indonesian literature
in universities. The subjects of this study were active students of Indonesian Language and Literature
Education at UIN Syarif Hidayatullah, all of whom were ready to become research respondents. The
method used in this study is a qualitative descriptive method. The data source of this research is a
questionnaire on the use of podcasts as a medium for learning literature which is distributed online via
google form. The data are in the form of percentages and respondents' answers to multiple choice
questions and short essays on the use of podcast media in learning literature. The method of data
analysis is done by grouping the average score of answers on the questionnaire, looking for the
percentage of respondents' responses, and interpreting the results of respondents' responses based on
percentages. The result of this study is that the use of podcasts as a medium for learning Indonesian
literature has been carried out more or less. Respondents who are students in learning literature feel that
podcasts as a medium for learning literature are quite effective, because they are easily accessible, can
be played repeatedly, are fun, and add variety to learning.
Keywords: Podcast, Instructional Media, Indonesian Literature
Pendahuluan
Semenjak pandemi COVID-19 melanda dunia khususnya Indonesia, pembelajaran
apapun semuanya beralih menggunakan teknologi digital, internet, gawai, dan sebagainya.
Pelajar maupun mahasiswa agaknya sudah sangat terbiasa dengan proses belajar berbasis
daring ini. Sebagaimana Sukmayati (2021) yang melakukan sebuah inovasi baru dalam
pembelajarannya yaitu menggunakan video you tube untuk mempermudah siswa dalam
mengikuti mata pelajaran secara mudah di masa pandemi. Selain itu, Mulyaningtyas. R, dkk
(2021) juga menggunakan aplikasi Let’s read sebagai media membaca nyaring bagi anak usia
dini. Proses pembelajaran seperti ini merupakan proses di mana pendidik tidak melulu
langsung menerangkan di depan para pendidiknya, walaupun di depan kamera. Sering kali
materi yang diberikan kepada peserta didik berupa rekaman video, animasi, atau pun
audionya saja. Hal ini dilakukan sebagai siasat dari banyaknya peserta didik yang kerap
mengalami gangguan jaringan internet di saat kelas daring dilaksanakan karena kondisi tiap
peserta didik berbeda-beda. Jadi, materi yang berupa rekaman dapat disimak dan dipelajari
oleh peserta didik kapan saja dan di mana saja sesuai kesanggupannya. Semua media
pembelajaran berbasis digital yang materinya dapat diputar berulang-ulang menjadi pilihan
alternatif yang cukup efektif. Misalnya, media pembelajaran berbasis audio podcast, seperti
Spotify, Google Podcast, Anchor, Noice, dan lain-lain.
Media pembelajaran sendiri memiliki definisi sebagai segala macam perantara, alat,
wadah, atau sarana untuk menyampaikan materi pembelajaran. AECT (Association of
Educational Communications and Technology), seperti dikutip Jennah, memberi pengertian
mengenai media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan
pesan atau informasi (Jennah, 2009). Menurut Heinich, dkk. media pembelajaran adalah
media-media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan memberikan
pembelajaran atau mengandung maksud pembelajaran (Heinich et al., 1982). Hamidjojo,
seperti yang dikutip Miftah, menjelaskan media yang dimaksud adalah semua bentuk
perantara yang dipakai seseorang untuk menyebarkan ide, sehingga gagasan tersebut dapat
sampai kepada penerima, sedangkan McLuhan memberi batasan pada media sarana yang
disebut saluran karena pada hakikatnya media telah memperluas dan memperpanjang
kemampuan manusia untuk merasakan, mendengar, dan melihat dalam batas jarak dan waktu
tertentu. Sekarang dengan hadirnya media yang canggih, batas-batas tersebut hampir menjadi
tidak ada (Miftah, 2013).
Maimunah menuliskan, selain sebagai perantara dalam interaksi belajar mengajar,
media pembelajaran memiliki peran sebagai alat bantu proses belajar mengajar yang efektif.
Proses belajar mengajar sering kali ditandai dengan adanya unsur tujuan, bahan, metode, dan
alat, serta evaluasi. Keempat unsur tersebut saling berinteraksi dan berinterelasi. Metode dan
media merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dari unsur pembelajaran yang lain.
Metode dan alat yang dalam hal ini adalah media pembelajaran berfungsi untuk
menyampaikan materi pembelajaranagar sampai kepada tujuan. Dengan menggunakan media
pembelajaran diharapkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman nyata sehingga
materi pelajaran yang disampaikan dapat diserap dengan mudah dan lebih baik (Maimunah,
2016).
Media pembelajaran diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis. Rudy Brets
mengelompokkan jenis media pembelajaran ke dalam 7 jenis, yaitu (1) media audio visual
gerak; (2) media audio visual diam; (3) audio semi gerak; (4) media visual bergerak; (5)
media visual diam; (6) media audio; dan (7) media cetak (Trianto, 2010). Dari ketujuh jenis
media pembelajaran yang dipaparkan Rudy Brets, Podcast termasuk ke dalam media audio
karena hanya berbasis suara saja. Podcast atau siniar sendiri merupakan rekaman suara yang
dipublikasikan di platform digital di mana orang dapat mengakses untuk mendengarkan
rekaman tersebut kapan saja dan di mana saja. Richard Berry, seperti dikutip Saepuloh dkk.,
memberi definisi podcast sebagai sebuah aplikasi konvergensi yang mampu membuat,
menghimpun, dan mendistribusikan program audio maupun video pribadi secara bebas
melalui media baru serta mampu menghimpun berbagai format seperti mp3, pdf, ePub, dan
download sehingga dapat disatukan dalam satu wadah dan dapat diakses banyak orang di
seluruh dunia (Saepuloh et al., 2021).
Media pembelajaran berbasis audio agaknya bisa menjadi alternatif pilihan untuk
pembelajaran sastra di sekolah maupun perguruan tinggi. Tentunya bukan menjadi pilihan
yang utama sebagai satu-satunya media yang digunakan, karena sastra sendiri hakikatnya
berbasis pada teks dan sangat dibutuhkan keterampilan membaca untuk mempelajarinya.
Namun, tidak dapat dimungkiri bahwa minat baca di Indonesia masih tergolong minim.
Dibanding dengan Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN dan negara asing lainnya,
Indonesia masih menduduki urutan terbawah dalam hal minat baca. Di tingkat internasional,
Indonesia memiliki indeks membaca 0,001. Hal itu berarti dalam setiap seribu orang, hanya
satu orang yang memiliki minat baca tinggi. Kondisi itu jauh berbeda jika dibanding dengan
Amerika yang memiliki indeks membaca 0,45, dan Singapura 0, 55. Berdasarkan survey
Unesco minat baca masyarakat Indonesia menduduki urutan 38 dari 39 negara yang diteliti.
Laporan bank Dunia no. 16369-IND (Education in Indonesia from Crisis to recovery)
menyebutkan bahwa tingkat membaca usia kelas VI Sekolah Dasar di Indonesia hanya
mampu meraih skor 51,7 di bawah Filipina (52,6), Thailand (65,1) dan Singapura (74,0). Data
Badan Pusat Statistik tahun 2006 menunjukan bahwa penduduk Indonesia yang menjadikan
baca sebagai sumber informasi baru sekitar 23,5%. Sedangkan yang menonton televisi 85,9%
dan mendengarkan radio 40,3% (Kasiyun, 2015). Melihat data ini, dapat dipelajari bahwa
untuk melakukan pembelajaran sastra yang berbasis teks perlu digunakannya kombinasi
dalam media pembelajarannya.
Pembelajaran sastra sendiri saat ini di Indonesia boleh dibilang kurang mendapat
perhatian. Kurangnya perhatian masyarakat terhadap pembelajaran sastra sudah lama
dikeluhkan oleh sastrawan dan pemerhati sastra. Setelah jaman kolonial berakhir dan
memasuki alam kemerdekaan, sastra dan pengajaran humaniora kurang ditekankan oleh
pemerintah. Perhatian pemerintah lebih tertuju untuk mengejar ketertinggalan di bidang
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dipacu dan masyarakat diajak untuk berlomba-lomba
meningkatkan kesejahteraan hidup secara lahiriah, tanpa mengisi batiniah, termasuk dengan
menikmati karya sastra. Kondisi ini diperparah dengan sikap sebagian besar masyarakat yang
berpandangan bahwa bidang ilmu eksak memiliki strata lebih tinggi dibandingkan dengan
ilmu sastra. Siswa dianggap sebagai robot-robot hasil rekayasa teknologi, tanpa berpikir arti
dan makna kehidupan. Jadi, pembelajaran cenderung lebih diorientasikan pada peningkatan
kemampuan otak kiri, seperti berhitung. Adapun peningkatan kemampuan otak kanan, seperti
seni, kurang menjadi perhatian (Huda et al., 2009). Pembelajaran sastra dipercaya para
sastrawan dapat meningkatkan kualitas seorang pelajar secara batiniah. Pelajar yang
mempelajari sastra akan kaya secara pengetahuan, rasa empati, humanis, religius, dan
sebagainya, yang merupakan kandungan dari banyaknya karya sastra.
Kebanyakan teks sastra, seperti yang dijelaskan Luxemburg dkk., ditandai dengan
fiksionalitas atau rekaan, walaupun ada juga teks sastra yang bukan rekaan (Luxemburg et al.,
1991). Teks sastra yang bersifat fiksi ini merupakan bentuk teks yang imajinatif, kreatif dan
estetis (Nurgiyantoro, 2013). Dalam mempelajarinya, pun menikmatinnya, teks sastra
memberi pengalaman kepada pembacanya sebuah imajinasi yang khas, membangkitkan yang
disebut Theatre of Mind di dalam kepala tiap pembaca. Theatre of Mind ini yang sebetulnya
paling berharga dalam mempelajari dan menikmati suatu karya atau teks sastra. Selain dengan
membaca, Theater of Mind juga merespons stimulus yang diberikan melalui suara, yakni
dengan mendengar. Selayaknya mendengarkan dongeng-dongeng sebelum tidur,
mendengarkan sebuah karya sastra—yang dibacakan—juga akan membangkitkan Theatre of
Mind. Maka dari itu, podcast dapat digunakan sebagai alternatif media dalam mempelajari
sastra, dalam hal ini sastra Indonesia.
Penelitian yang relevan pernah dilakukan sebelumnya oleh Yulistiani Eka Putri,
Wienike Dinar Pratiwi dan Een Nurhasanah dengan judul ―Penerapan Media Podcast
terhadap Menyimak Puisi dalam Pembelajaran Daring Siswa‖ yang dimuat dalam Jurnal
Edukatif Vol. 3 No. 5 tahun 2021. Penelitian ini membahas podcast sebagai media
pembelajaran jarak jauh khususnya dalam materi menyimak puisi. Hasil dari penelitian ini
adalah adanya peningkatan terhadap keterampilan menyimak puisi dengan penerapan media
podcast dalam pembelajaran daring dan hasil kuesioner siswa kelas eksperimen menunjukkan
media podcast menarik dan memudahkan siswa mengerjakan soal tes (Putri et al., 2021).
Penelitian relevan lainnya adalah yang dilakukan oleh Ratna Dwi Susilowati, Sutama
dan Nuqhty Faiziyah dengan judul ―Penerapan Podcast pada Aplikasi Spotify Sebagai Media
Pembelajaran Matematika di Tengah Pandemi Covid-19‖ yang dimuat dalam JRPIPM Vol. 4
No. 1 tahun 2020. Penelitian ini membahas implementasi kegiatan pembelajaran matematika
melalui media podcast saat pembelajaran jarak jauh. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
podcast bermanfaat sebagai media suplemen pembelajaran untuk siswa, selain kuliah tatap
muka di kelas dan membaca buku teks. Sehingga siswa dapat lebih memahami konsep, teori
dan aplikasi yang mungkin belum tersedia selama di kelas. Selain itu, podcast dapat menjadi
media alternatif untuk pembelajaran jarak jauh (Susilowati et al., 2020).
Podcast sendiri adalah media yang tidak asing bagi generasi sekarang. Kemudahan
aksesnya, kemurahan kuota yang diperlukannya, mobilitasnya, dan sebagainya menjadi
keunggulan media podcast ini. Bayangkan saja, orang-orang dapat melakukan aktivitas lain
sembari mendengarkan podcast. Sembari melakukan perjalanan, masak, makan, olahraga,
bahkan tidur pun masih ada yang sambil mendengarkan podcast. Maka dapat diambil sebuah
rumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini, yaitu bagaimana penggunaan
podcast dalam pembelajaran sastra di era pandemi ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui penggunaan podcast sebagai media pembelajaran sastra khususnya pada tingkat
perguruan tinggi di era pandemi ini.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.
Peneliti mendeskripsikan semua data tanpa mengubah, menambahkan atau memanipulasi
objek penelitian. Dalam kegiatan penelitian semua data apa adanya dan peneliti hanya
mencatat apa yang ada dalam diri objek yang diteliti untuk kemudian memaparkannya dalam
bentuk laporan secara jelas. Sumber data dari penelitian ini adalah kuisioner penggunaan
podcast sebagai media pembelajaran sastra yang disebar secara daring melalui google form.
Data berupa persentase dan jawaban responden dari pertanyaan-pertanyaan pilihan ganda dan
essay singkat mengenai penggunaan media podcast dalam pembelajaran sastra. Responden
atau subjek penelitian ini adalah mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Metode analisis data dilakukan dengan mengelompokkan rata-rata skor jawaban pada
angket, mencari persentasi hasil tanggapan responden, dan menginterpretasi hasil tanggapan
responden berdasarkan persentase.
Hasil dan Pembahasan
Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai hasil penelitian tentang penggunaan
podcast pada pembelajaran sastra Indonesia. Hasil penelitian tersebut kemudian dianalisis,
diinterpretasi, dan dideskripsikan secara detil.
Sebagai objek penelitian, ada beberapa aspek yang menjadi fokus analisis untuk
memeroleh data penelitian, yaitu: (1) Penggunaan podcast sebagai media pembelajaran, (2)
Intensitas subjek untuk mendengarkan podcast sehari-hari, (3) Tingkat keefektifan podcast
sebagai media pembelajaran sastra Indonesia, (4) Pendapat subjek mengenai podcast sebagai
media pembelajaran sastra Indonesia, (5) Saran dan masukan subjek terhadap pengembangan
media pembelajaran sastra berbasis podcast.
Setelah membahas alasan responden yang berpendapat bahwa podcast bisa menjadi
media yang efektif untuk pembelajaran sastra, sekarang akan dibahas mengapa responden
berpendapat bahwa podcast ini tidak akan efektif. Dari ketiga orang responden yang
menjawab tidak ini jika dirumuskan hanya memiliki satu alasan saja, yakni bahwa
pembelajaran sastra sejatinya berangkat dari teks dan tidak bisa dilepaskan. Penggunaan
podcast sebagai media pembelajaran sastra mungkin cocok pada materi-materi tertentu, tetapi
cenderung lebih banyak yang tidak cocok. Sastra selalu perlu teks dan keterampilan membaca
dari yang mempelajarinya. Hal tersebut tidak bisa disangkal. Responden yang menjawab tidak
ini memiliki catatan penting bahwa media podcast ini bisa saja digunakan untuk pembelajaran
sastra, akan tetapi tidak secara keseluruhan. Dalam arti, hanya sebagai variasi saja, penyeling,
agar peserta didik tidak bosan. Teks sastra tetaplah sumber utama media pembelajarannya.
Dari pendapat-pendapat tadi, responden juga memberikan saran dan masukan
terhadap penggunaan media podcast dalam pembelajaran sastra ini. Peneliti
menginterpretasikan saran dan masukan responden ke dalam beberapa poin, yakni: (1)
Mengenai durasi rekaman. Responden memberi saran jika durasi podcast pembelajaran
hendaknya tidak terlalu lama. Cukup 5-10 menit saja perpembahasan. Durasi yang terlalu
lama akan menyebabkan pendengar bosan jika pembahasan yang dibahas kurang begitu
menarik. (2) Masih berkaitan dengan poin sebelumnya, responden memberi masukan soal
materi apa yang cocok untuk dibahas melalui podcast ini. Tentunya buat dengan semenarik
dan seseru mungkin agar pendengar betah mendengarkan podcastnya dalam jangka waktu
yang lama. Bahasa yang digunakan dalam menyampaikan materi hendaknya santai dan
efektif. Tidak bertele-tele apalagi memberatkan pendengar dengan menggunakan istilah-
istilah yang sulit dimengerti. (3) Mengenai teknis audio podcastnya. Responden memberi
masukan bahwa kualitas audio yang diproduksi harus baik dan nyaman untuk didengarkan.
Jika bisa ditambahkan dengan suara latar, efek, atau apapun yang mendukung imajinasi
pendengar. Jangan sampai pendengar tidak tahan mendengar karena kualitas audionya buruk,
padahal isi podcastnya sudah menarik. (4) Libatkan peserta didik dalam produksi podcastnya.
Peserta didik juga bisa mengisi suara untuk membacakan karya sastra yang ia sukai, atau
menyampaikan apresiasi atas karya sastra yang telah ia baca, atau semacamnya yang intinya
membuat peserta didik tidak hanya mendengarkan, tetapi juga ikut belajar dalam membuat,
mengapresiasi, mengkritisi sebuah karya sastra. Keterlibatan peserta didik dalam produksi
podcast pembelajaran sastra juga sebagai media praktik mereka. Keterampilan berbicara
mereka juga akan terlatih.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada poin hasil dan pembahasan penelitian ini, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa penggunaan podcast sebagai media pembelajaran sastra Indonesia
sedikit banyaknya ini sudah mulai dilaksanakan. Podcast adalah media yang sudah cukup
populer di kalangan pelajar generasi sekarang. Dalam hal pembelajaran sastra di sekolah
maupun di perguruan tinggi, podcast dianggap dapat menjadi media pembelajaran yang
efektif guna menambah variasi pembelajaran. Beberapa materi sastra dapat disampaikan
melalui media podcast ini seperti puisi, naskah drama, cerpen, dan sebagainya yang ketika di-
alihwahana-kan dapat membentuk format karya yang bagus dan menarik. Pembelajaran sastra
yang dilakukan pun menjadi menyenangkan dan tidak monoton.
Saran dalam penelitian ini, bagi pendidik dan peserta didik mungkin bisa menjadikan
referensi dalam membuat podcast sebagai media yang digunakan ketika melakukan
pembelajaran sastra Indonesia. Bagi peneliti yang relevan, penelitian ini dapat dijadikan
acuan dalam penelitian selanjutnya.
Daftar Pustaka
Heinich, R., Molenda, M., Russel, D. J., & Smadino, E. S. (1982). lnstructional Media and