Anda di halaman 1dari 4

Konferensi Nasional Pendidikan I Prosiding | 119

PENGGUNAAN MEDIA ULAR TANGGA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN


SASTRA PADA SMA/MA SEDERAJAT
Rani Setiawati, Istiqamah, M.Pd.

S-1 Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
Email: ranisetiawati73@gmail.com

ABSTRAK

Media merupakan salah satu alat pendukung suatu keberhasilan dalam berlangsungnya proses
pembelajaran. Media pembelajaran tidak terbatas, hingga beragam hal dapat dijadikan sebagai media
pembelajaran. Salah satunya adalah permainan ular tangga yang dijadikan sebagai media pembelajaran.
Permainan ular tangga tidak hanya sebatas penghibur dikala waktu senggang bagi siswa yang secara garis
besar adalah anak-anak. Akan tetapi, dapat dijadikan sebagai media pembelajaran terutama pembelajaran
sastra. Tujuan penelitian ini ialah memudahkan siswa SMA/MA Sederajat agar dapat memahami sekaligus
mengapresiasi sastra baik sastra nasional maupun sastra daerah. Tidak hanya itu, tetapi juga melalui
permainan ini dapat menambah wawasan pengetahuan siswa mengenai sastra. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif. Data yaitu berupa kata dan kalimat yang terdapat dari hasil angket. Hasil penelitian,
memperlihatkan bahwa penggunaan permainan ular tangga sebagai media pembelajaran sastra, efektif dan
memudahkan siswa dalam memahami mengenai banyak hal mengenai sastra serta diharapkan siswa
mampu mengimplementasikannya.
Kata kunci : Permainan ular tangga, media, sastra.

PENDAHULUAN ajar. "Kesulitan siswa memahami konsep dan


prinsip tertentu dapat diatasi dengan alat bantu.
Hasil pembelajaran yang baik berasal dari Bahkan alat bantu diakui dapat melahirkan umpan
proses pembelajaran yang tepat sasaran. Proses balik yang baik dari anak didik” (Djamarah & Zain
pembelajaran merupakan kunci dari keberhasilan dalam Nugrahani, 2007).
suatu tujuan pembelajaran yang dicapai dengan Selain itu, media pembelajaran memiliki fungsi
tepat. Dibalik, keberhasilan dari suatu proses penting tersendiri. Menurut Nurseto (2011),
pembelajaran ada komponen-komponen menungkapkan bahwa fungsi media pembelajaran
pendukung. Komponen-komponen atau biasa ialah (1) sebagai alat untuk membuat
disebut alat pembelajaran ialah beragam jenisnya. pembelajaran yang lebih efektif, (2) mempercepat
Salah satunya, adalah media pembelajaran. Media proses belajar, meningkatkan kualitas proses
pembelajaran harus terus diinovasi sekreatif belajar-mengajar, mengkongkretkan yang abstrak
mungkin agar tidak membuat belajar mengajar sehingga dapat mengurangi terjadinya penyakit
menjadi monoton. Menurut Nugrahani (2007), verbalisme. Tujuan dari adanya media
mengungkapkan bahwa salah satu penyebab pembelajaran menurut Riyanti & Setyani (2017),
kurangnya kiat guru untuk membangun sebuah mengungkapkan bahwa tujuan media
hubungan interaktif dalam kegiatan belajar pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran,
mengajar adalah kurangnya pengetahuan guru yaitu untuk mempermudah proses pembelajaran di
tentang pengembangan dan kegunaan media kelas, meningkatkan efisiensi proses
pembelajaran alternatif. Alat bantu dapat mewakili pembelajaran, menjaga relevansi antara materi
sesuatu yang tidak dapat disampaikan guru pelajaran dengan tujuan belajar, membantu
melalui kata-kata atau kalimat. Hal itu akan konsentrasi pembelajar dalam proses
membuat siswa sulit memahami materi pelajaran. pembelajaran.
Sebab, sebagai seorang pendidik sudah Media pembelajaran juga memiliki banyak
semestinya dalam memilih alat penyampaian manfaat, menurut Hamalik dalam Nurseto (2011),
bahan pembelajaran harus sesuai dengan materi mengungkapkan bahwa pemanfaatan media

21 Juni 2020 | FKIP – Universitas Muhammadiyah Banjarmasin


Konferensi Nasional Pendidikan I Prosiding | 120

dalam pembelajaaran dapat membangkitkan media pembelajaran yang menyenangkan bagi


keinginan dan minat baru, meningkatkan motivasi siswa. Sebab, materi yang diajarkan mengenai
dan ransangan kegiatan belajar, dan bahkan sastra banyak siswa mengalami kesulitan untuk
berpengaruh secara psikologis kepada siswa. memahami teori apalagi dalam bentuk
Seperti yang dijelaskan Nurseto (2011), yakni: mengapresiasi (praktis). Misalnya, dalam
“(1) menyamakan persepsi siswa. dengan membuat puisi, pantun, dan bentuk sastra lainnya.
melihat objek yang sama dan konsisten maka Dengan adanya permainan ular tangga ini, siswa
siswa akan memiliki persepsi yang sama. (2) dapat bermain, berlatih sambil belajar. Sebab,
mengkonkritkan konsep-konsep yang abstrak. permainan ular tangga merupakan permainan
misalnya untuk menjelaskan tentang sistem yang bisa dimainkan oleh semua usia.
pemerintahan, perekonomian, berhembusnya Kemudian, kinerja dari media permainan ular
angin, dan sebagainya. bisa menggunakan media tangga ini adalah pertama disediakan papan untuk
gambar, grafik atau bagan sederhana. (3) permainan, dadu, dan bidaknya serta kartu
menghadirkan objek-objek yang terlalu berbahaya pertanyaan mengenai materi sastra. Kedua, cara
atau sukar didapat ke dalam lingkungan belajar. bermainnya siswa untuk menjalankan bidaknya
Misalnya guru menjelaskan dengan menggunakan terlebih dahulu harus dapat menjawab pertanyaan
gambar atau film tentang binatang-binatang buas, dari kartu pertanyaan tersebut. Sehingga siswa
gunung meletus, lautan, kutup utara dll. (4) tertarik dan terbantu untuk memahami materi
menampilkan objek yang terlalu besar atau kecil. sekaligus mengapresiasi sastra. Lantas, di sini
Misalnya guru akan menyampaikan gambaran guru berperan sebagai seorang fasilitator. Peneliti
mengenai sebuah kapal laut, pesawat udara, memilih permainan ular tangga sebagai media
pasar, candi, dan sebagainya. atau menampilkan karena mudah diimplementasikan dan tidak
objek-objek yang terlalu kecil seperti bakteri, virus, memerlukan begitu banyak pengeluaran. Sebab,
semut, nyamuk, atau hewan/benda kecil lainnya. hal terpenting adalah tujuan dari adanya media
(5) memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat pembelajaran adalah tercapainya tujuan
atau lambat. dengan menggunakan teknik gerakan pembelajaran.
lambat (slow motion) dalam media film bisa Berdasarkan pemaparan di atas, disimpulkan
memperlihatkan tentang lintasan peluru, bahwa judul penelitian ini adalah “Penggunaan
melesatnya anak panah, atau memperlihatkan Media Ular Tangga Sebagai Media Pembelajaran
suatu ledakan. demikian juga gerakan-gerakan Sastra Pada SMA/MA Sederajat.” Sebab peneliti
yang terlalu lambat seperti pertumbuhan ingin membantu untuk memudahkan siswa dalam
kecambah, mekarnya bunga wijaya kusumah dan memahami materi ajar sastra sekaligus siswa
lain-lain”. dapat mengapresiasinya.
Media pembelajaran dapat kita bedakan sesuai
dengan keperluan. Menurut Nurseto (2011), METODE PENELITIAN
memaparkan bahwa mengklasifikasi media dalam
lima kelompok besar, yaitu media visual diam, Jenis pada penelitian ini adalah kualitatif.
media visual gerak, media audio, media audio Teknik penelitian ini menggunakan metode
visual diam, dan media audio visual gerak. Hal deskriptif dengan menggunakan instrumen angket.
yang paling terpenting adalah dalam membuat Tujuan penyebaran angket ialah mencari informasi
media hal pertama perencanaan penggunaan yang lengkap mengenai suatu masalah, tanpa
media. Berkaitan dengan media pembelajaran, merasa khawatir bisa responden memberi
mata pelajaran Bahasa Indonesia terkhusus materi jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan
ajar sastra harus terus mengalamai pembaruan dalam pengisian daftar pertanyaan. Sasaran dari
atau inovasi. Kebanyakan guru menjelaskan penyebaran angket adalah siswa SMA/MA
teorinya dengan ceramah dan monoton. Sederajat. Setelah hasil data angket terkumpul,
Sebenarnya kita harus menggaris bawahi peneliti membaca keseluruhan jawaban.
mengenai sastranya, maka muncul tanda tanya Mengumpulkan data setiap jawaban berdasarkan
apa sebenarnya sastra (?). Menurut Herfanda pertanyaan. Setelah itu data dipindah ke dalam
dalam Riyanti & Setyami (2017), menyatakan tabel agar mudah untuk memasukkan ke dalam
bahwa sastra memiliki potensi yang besar untuk bentuk diagram. Diagram berguna untuk melihat
membawa masyarakat ke arah perubahan, perbedaan sebelum dan setelah siswa
termasuk perubahan karakter (pen.). menggunakan media permainan ular tangga.
Media pembelajaran untuk materi ajar sastra, Selanjutnya, peneliti menganalisis data dengan
dapat menggunakan permainan ular tangga. teknik deskripsi berdasarkan hasil data. Setelah
Permainan ular tangga bisa menjadi solusi sebagai peneliti mendeskripsikan hasil data barulah peneliti
simpulkan.
21 Juni 2020 | FKIP – Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
Konferensi Nasional Pendidikan I Prosiding | 121

HASIL DAN PEMBAHASAN membuat siswa menjadi lebih aktif dan sebagai
bentuk dari latihan.
Setelah pembagian angket untuk siswa-siswa
Beberapa dari siswa kurang berminat untuk
SMA/MA Sederajat dalam memberikan
mempraktikan perlajaran sastra. Namun kini,
tanggapannya mengenai pembelajaran sastra di
mereka terbantu mempraktikannya berkat adanya
sekolah masing-masing. Sebagian besar hasilnya
media permainan ular tangga. Selain
menunjukkan bahwa pembelajaran sastra yang
mempraktikan, dengan adanya sastra membuat
diajarkan sulit dipahami, monoton dan hanya
siswa lebih berpikir kritis, contoh kecil ketika terjadi
menggunakan metode ceramah. Setelah itu,
kesalahan dalam membuat pantun yang tidak
penilaian angket yang dipartipasi oleh beragam
serasi. Pada akhirnya, siswa dengan sendirinya
siswa dari SMA/MA Sederajat memberikan
akan termotivasi untuk mempelajari sastra. Selain
tanggapannya mengenai media ular tangga
itu, poin penting dengan diajarkannya sastra
sebagai media pembelajaran sastra. Media
adalah siswa dapat mengapresiasi karya sastra.
pembelajaran ini terinpirasi dari permainan ular
tangga yang sudah banyak dikenal anak-anak di Siswa dapat mengapresiasi karya sastra
seluruh dunia dan cara bermainnya yang dimulai dari hal sederhana seperti membaca
sederhana. Permainan ular tangga dimodifikasi diary buatan teman. Tingkat tertinggi dalam
dengan menambahkan kartu pertanyaan seputar mengapresiasi sastra ialah dapat membuat
materi sastra sehingga dapat menjadi media untuk karya sastra. Berdasarkan data, bahwa siswa
pembelajaran sastra. Permainan ini cocok untuk menanggapi positif untuk mengapresiasi
dimainkan secara berkelompok. Siswa dapat sastra dan menjadi bersungguh-sungguh
memainkannya di rumah dengan teman-teman dalam belajar sastra.
atau dengan keluarganya. Jadi, siswa tetap dapat Para siswa yang mengisi angket tersebut,
belajar sastra walau berada di rumah sekalipun sepakat bahwa benar media permainan ular
ditambah pada masa pandemi covid-19 seperti tangga untuk belajar sastra sangat
sekarang ini. Media pembelajaran sastra menyenangkan. Kemudian, siswa tertarik serta
menggunakan media ular tangga, berikut ini hasil bersungguh-sungguh untuk belajar tentang sastra.
angket dapat dilihat dibawah ini: Akan tetapi, satu hal tidak boleh diremehkan
bahwa semenarik dan sekreatif apapun media
30 pembelajaran yang dibuat peran guru penting
dalam proses belajar-mengajar untuk membantu
20 siswa mencapai tujuan pembelajaran.

10
KESIMPULAN
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Berdasarkan hasil penelitian, maka ditarik
sebelum Sesudah sebuah simpulan bahwa masih banyak
pembelajaran sastra di sekolah yang
menggunakan metode lama dan monoton. Media
Hasil dari angket menunjukan bahwa banyak permainan ular tangga efektif sebagai media
siswa yang antusias dengan adanya media ular pembelajaran sastra. Siswa menjadi tertarik dan
tangga ini. Siswa yang mengalami kesulitan dalam termotivasi dalam belajar sastra serta bersungguh-
memahami materi sastra, dapat teratasi dengan sungguh dilihat dari hasil data tersebut. Ketika
adanya media permainan ular tangga. Menurut belajar dengan kondisi yang menyenangkan maka
mereka bahwa bisa belajar sambil bermain materipun mudah untuk diserap oleh siswa. Media
sekaligus berlatih untuk seperti membuat karya permainan ular tangga dalam pembelajaran sastra
sastra seperti puisi,pantun,cerita, atau tetap perlu adanya pengawan dari guru.
mempraktikan salah satu drama secara spontan.
Selain itu, guru ketika menyampaikan materi
pelajaran masih menggunakan metode ceramah
DAFTAR PUSTAKA
sehingga kebanyakan dari siswa bosan. Melalui
media permainan ular tangga ini, siswa mengaku Nurseto, Tejo. (2011). Membuat Media
bahwa terbantu dalam memahami materi sastra. Pembelajaran Yang Menarik. Jurnal
Siswapun termotivasi dan lebih percaya diri dalam Ekonomi & Pendidikan Volume 8 Nomor 1,
membuat karya sastra. Permainan ular tangga April 2011.
efektif menjadi media pembelajaran sastra, sebab Nugrahani, Rahina. (2007). Media Pembelajaran
Berbasis Visual Berbentuk Permainan Ular
21 Juni 2020 | FKIP – Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
Konferensi Nasional Pendidikan I Prosiding | 122

Tangga Untuk Meningkatkan Kualitas Riyanti, Asih & Inung Setyami. (2017).
Belajar Mengajar Di Sekolah Dasar. Penggunaan Media Pembelajaran Sastra
Lembaran Ilmu Kependidikan. Jilid 36. NO. Bagi Guru Bahasa Indonesia. DOI:
1. Juni 2007. 10.26858/retorika.v10i2.4881

21 Juni 2020 | FKIP – Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

Anda mungkin juga menyukai