Anda di halaman 1dari 9

EdukasI: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN 2721-3935

Vol. 1, No. 1, Maret 2020, pp. 65-72 65

Media Berbasis Budaya Lokal dalam Pembelajaran IPA SD


I Made Ari Winangun
Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja, Indonesia
ariwinangun@stahnmpukuturan.ac.id

ARTICLE INFO ABSTRACT


Media is an introduction to communication, one of which is in the
Received learning process. Media as an introduction in the learning process is
2020-02-06 very necessary to bridge students in learning science. One type of
media that is applied in elementary science learning is local culture-
Revised based media. The use of this media, is able to increase the
2020-03-04 understanding and achievement of student learning because learning
science elementary schools that are based on local culture is very
Accepted close to the daily lives of students. In this study a mapping of
2020-03-18 elementary school science learning grade IV is in accordance with
the theme in the 2013 curriculum. Each theme that discusses the
subject of natural science is presented through the local culture of
Bali in accordance with the learning content. Local culture-based
media in learning can be in the form of teaching materials or student
worksheets. The presence of local culture-based media is able to
increase students' motivation and learning activities which lead to
increased learning outcomes.

Keywords: Local Culture Based Media, Elementary Science


Learning

Media merupakan pengantar dalam berkomunikasi, salah satunya


dalam proses pembelajaran. Media sebagai pengantar dalam proses
pembelajaran sangat diperlukan untuk menjembatani siswa dalam
belajar IPA. Salah satu jenis media yang diterapkan dalam
pembelajaran IPA SD adalah media berbasis budaya lokal.
Penggunaan media ini, mampu meningkatkan pemahaman dan
capaian pembelajaran siswa karena pembelajaran IPA SD yang
berbasis budaya lokal sangat dekat dengan keseharian siswa. Pada
kajian ini dilakukan pemetaan pembelajaran IPA SD kelas IV sesuai
This is an dengan tema dalam Kurikulum 2013. Setiap tema yang membahas
open access article pokok bahasan IPA dipaparkan melalui budaya lokal Bali yang
under the CC–BY-SA
license. bersesuaian dengan konten pembelajaran tersebut. Media berbasis
budaya lokal dalam pembelajaran tersebut dapat berupa bahan ajar
ataupun lembar kerja siswa. Kehadiran media berbasis budaya lokal
ini mampu meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar siswa yang
bermuara pada peningkatan capaian hasil belajarnya.

Kata kunci: Media Berbasis Budaya Lokal, Pembelajaran IPA SD

http://jurnal.stahnmpukuturan.ac.id/index.php/edukasi Penerbit: STAHN Mpu Kuturan Singaraja


66 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN 2721-3935
Vol. 1, No. 1, Maret 2020, pp. 65-72

PENDAHULUAN Dwihartanti (2004: 1) dalam penelitiannya


Komunikasi merupakan suatu memaparkan bahwa manusia terutama
aktivitas yang harus dilakukan manusia. perempuan harus mengeluarkan 20 ribu
Hal ini dikarenakan manusia merupakan kata setiap harinya untuk berkomunikasi,
makhluk individu dan makhluk sosial atau sekedar mengeluarkan uneg-uneg
yang selalu ingin bersosialisasi atau atau permasalahan atau bahkan hal sepele
berhubungan dengan orang lain. Menurut yang dipikirkannya. Jika tidak, maka
Wursanto (2001:31), komunikasi adalah tekanan batin akan menghantui karena
proses kegiatan pengoperan/penyampaian kemudian akan menjadi penyakit.
warta/berita/informasi yang mengandung Senada dengan paparan tersebut,
arti dari satu pihak (seseorang atau proses pembelajaran juga tidak lepas
tempat) kepada pihak (seseorang atau dengan komunikasi. Komunikasi yang
tempat) lain dalam usaha mendapatkan terjadi melibatkan guru dan siswa
saling pengertian. Selanjutnya, Harold D. sehingga interaksi pasti terjadi dalam
Laswell (dalam Oktavia, 2016: 241), pembelajaran. Cuman saja, kualitas dan
menyatakan bahwa dalam proses kuantitas komunikasi yang terjadi dalam
komunikasi harus dapat menjawab proses pembelajaran sangat ditentukan
pertanyaan ”who say what, in wich oleh gaya guru mengajar, metode dan
channel to whom and with what effect”, model pembelajaran yang diterapkan,
yaitu: (i) who (siapa), berarti siapa yang ataupun kehadiran media dalam proses
menjadi komunikator; (ii) say what (apa pembelajaran tersebut. Semakin interaktif
yang dikatakan), berarti isi pesan yang komunikasi yang terjalin dalam proses
disampaiakan harus diikuti atau pembelajaran, maka kualitas
dilaksanakan; (iii) in wich channel pembelajaran tersebut akan semakin baik.
(saluran yang dipakai), saluran media Oleh karena itu, media sangat diperlukan
yang dipakai dalam proses komunikasi dalam proses pembelajaran.
adalah langsung atau tatap muka; (iv) to Media sebagai suatu pengantar
whom (kepada siapa), ini berarti sasaran dalam proses pembelajaran memiliki
atau komunikan; (v) with what effect (efek fungsi yang sangat vital sebab media
yang timbul), akibat yang timbul setelah sangat menentukan capaian siswa dalam
pesan itu disampaikan yaitu timbulnya proses pembelajaran. Oleh karena itu,
suatu tindakan. terdapat banyak penelitian dalam
Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran IPA tentang media
komunikasi merupakan kegiatan pembelajaran. Fitriani, et al (2013: 327)
penyampaian informasi dari pemberi mengembangkan media pembelajaran
kepada penerima informasi sehingga IPA Terpadu berbasis komputer pada
menimbulkan efek dalam bentuk suatu tema bunyi melalui lesson study untuk
tindakan yang dilakukan oleh penerima kelas VII. Penelitian ini memperoleh hasil
informasi. Secara umum, manusia media pembelajaran IPA terpadu dengan
menggunakan tiga perempat watunya tema bunyi yang dikaji dengan penerapan
dalam sehari untuk berkomunikasi. Baik lesson study yang dikembangkan efektif
itu berkomunikasi dengan orang lain diterapkan sebagai media pembelajaran
bahkan berkomunikasi dengan diri sendiri IPA terpadu berbasis komputer pada tema
atau lebih dikenal dengan istilah self talk. bunyi untuk kelas VIII dengan pencapaian
ISSN 2721-3935 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar 67
Vol. 1, No. 1, Maret 2020, pp. 65-72

KKM ≥75 dengan ketuntasan klasikal dari "medium" yang secara harafiah
88,89%. berarti perantara atau pengantar. Makna
Selain itu, Atun (2016: 44) juga umumnya adalah segala sesuatu yang
mengembangkan media kartun IPA pokok dapat menyalurkan informasi dari
bahasan gaya magnet kelas V di SD sumber informasi kepada penerima
Negeri 1 Sekarsuli. Penelitian ini informasi (Falahudin, 2014: 108). Istilah
menunjukkan media kartun IPA pokok media ini sangat populer dalam bidang
bahasan gaya magnet kelas V di SD komunikasi, yang mana media merupakan
Negeri 1 Sekarsuli layak untuk digunakan apa saja yang mengantarkan atau
dalam proses pembelajaran IPA. Media ini membawa informasi ke penerima
mempunyai kelayakan dalam aspek media informasi. Pada proses belajar mengajar
dan aspek materi. Hasil penilaian terhadap yang pada hakikatnya juga merupakan
media kartun IPA pokok bahasan gaya proses komunikasi, informasi atau pesan
magnet kelas V adalah sebagai berikut: (i) yang dikomunikasikan adalah isi atau
penilaian terhadap media mendapat skor bahan ajar yang telah ditetapkan dalam
akhir 4,27 dengan kategori sangat baik kurikulum, sumber informasi adalah guru,
dan (ii) penilaian terhadap materi penulis buku atau tadul, perancang dan
mendapat skor 4,32 dengan kategori pembuat media pembelajaran lainnya
sangat baik. Hasil uji coba kepada siswa sedangkan penerimaan informasi adalah
mendapat perolehan skor total rata-rata siswa atau warga belajar (Suherman,
4,61 dengan kategori “Sangat Baik”. 2009: 65).
Kedua penelitian tersebut Berdasarkan pendapat di atas dapat
menunjukkan bahwa media dalam proses disimpulkan bahwa media adalah suatu
pembelajaran memiliki peran yang sangat benda atau komponen yang dapat
penting. Namun selain optimalisasi digunakan untuk menyalurkan pesan dari
capaian hasil belajar, siswa perlu juga pengirim ke penerima sehingga dapat
diberikan pengetahuan lainnya yang merangsang pikiran, perasaan, perhatian
sebenarnya dekat dengan keseharian siswa dan minat penerima informasi.
dalam proses pembelajaran yakni budaya Budaya lokal menurut Maryati dan
lokal. Hal inilah yang menjadi dasar Suryawati (2013: 105) adalah kebudayaan
pemikiran tentang media berbasis budaya yang dimiliki masyarakat-masyarakat
lokal dalam pembelajaran IPA di sekolah lokal di dalam negara Indonesia.
dasar. Sesuai dengan paparan sebelumnya, Selanjutnya, Sugianti (2012: 8)
tujuan media pembelajaran ini adalah menyatakan bahwa, budaya lokal
untuk meningkatkan capaian hasil belajar merupakan tata cara hidup, adat istiadat,
siswa dan memberikan pengetahuan kebiasaan, tradisi, seni, pemikiran, sistem
kepada siswa tentang budaya lokal yang nilai, cara kerja yang khas dari suatu
erat kaitannya dengan pembelajaran IPA masyarakat atau suku bangsa daerah
di sekolah dasar. tertentu.
Berdasarkan pemaparan di atas,
Kerangka Teori budaya lokal merupakan perilaku positif
Media Berbasis Budaya Lokal manusia dalam berhubungan dengan alam
Istilah media berasal dari bahasa dan lingkungan sekitar yang dapat
Latin yang merupakan bentuk jamak bersumber dari nilai-nilai, agama, adat
68 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN 2721-3935
Vol. 1, No. 1, Maret 2020, pp. 65-72

istiadat, petuah nenek moyang atau gejala alam. Selanjutnya, IPA sebagai
budaya setempat, yang terbangun secara suatu produk adalah upaya manusia untuk
alamiah dalam suatu komunitas memahami berbagai gejala alam yang
masyarakat untuk dapat beradaptasi berupa prinsip-prinsip, teori-teori, hukum-
dengan lingkungan sekitarnya. hukum, konsep-konsep maupun faktor-
Media berbasis budaya lokal dalam faktor yang kesemuanya ditujukan untuk
kajian ini merupakan suatu perantara menjelaskan tentang berbagai gejala alam
informasi dalam proses pembelajaran sebagai faktor IPA dapat mengubah sikap
yang didasarkan atas perilaku positif dan pandangan manusia terhadap semesta.
manusia yang bersumber dari nilai-nilai, Berdasarkan uraian di atas, IPA
agama, adat istiadat, dan petuah nenek sebenarnya memiliki empat unsur utama
moyang. Media ini diperlukan dalam (Sulthon, 2016: 45). (i) Sikap, yaitu rasa
proses pembelajaran guna meningkatkan ingin tahu tentang benda, fenomena alam,
pemahaman terhadap konten makhluk hidup, serta hubungan sebab
pembelajaran dan meningkatkan akibat yang menimbulkan masalah baru
pengetahuan pebelajar terhadap budaya yang dapat dipecahkan melalui prosedur
yang ada di sekitarnya. Media berbasis yang benar. (ii) Proses, yaitu prosedur
budaya lokal yang diterapkan dapat pemecahan masalah melalui metode
berupa LKS (Lembar Kerja Siswa) dan ilmiah; metode ilmiah meliputi
bahan ajar. penyusunan hipotesis, perancangan
eksperimen atau percobaan, evaluasi,
Pembelajaran IPA SD pengukuran, dan penarikan kesimpulan.
Samatowa (2006: 16) menyatakan (iii) Produk, yaitu berupa fakta, prinsip,
bahwa IPA merupakan ilmu yang teori, dan hukum. (iv) Aplikasi, yaitu
berhubungan dengan gejala alam dan penerapan metode ilmiah dan konsep IPA
kebendaan yang sistematis, tersusun dalam kehidupan sehari-hari.
secara teratur, berlaku umum yang berupa Keempat unsur utama yang
kumpulan dari hasil observasi dan dipaparkan di atas, IPA sebagai salah satu
eksperimen. Selanjutnya, Sulistyorini dan pembelajaran di sekolah dasar
Supartono (2007: 9-10) memaparkan memberikan peluang siswa untuk melatih
bahwa pada hakikatnya IPA dipandang kemampuannya dalam berpikir kritis dan
dari segi produk, proses, dan objektif. Oleh karena itu, tujuan
pengembangan sikap. Ketiga dimensi pembelajaran IPA di SD hendaknya
tersebut saling terkait. Ini berarti bahwa menekankan pencapaian kecakapan
proses belajar-mengajar IPA seharusnya proses dan penguasaan materi IPA. Hal ini
mengandung ketiga dimensi IPA tersebut. dikarenakan, kecakapan proses
IPA adalah suatu body of knowledge yang merupakan kecakapan prasyarat yang
telah diuji, yang dapat diekspresikan harus dimiliki siswa agar dapat
dalam bentuk perangkat prinsip-prinsip mempelajari bidang studi lainnya. Tujuan
umum. pembelajaran IPA tersebut dapat tercapai
Sejalan dengan pendapat di atas, apabila dalam proses pembelajaran siswa
Darmodjo (1993: 5) mengemukakan selalu aktif memperoleh pengetahuannya
bahwa IPA sebagai suatu proses adalah sendiri melalui proses sains. Hal itu
upaya manusia untuk memahami berbagai sejalan dengan pendapat Asy‟ari (2006:
ISSN 2721-3935 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar 69
Vol. 1, No. 1, Maret 2020, pp. 65-72

22) yang menyatakan bahwa dalam PEMBAHASAN


pembelajaran sains seyogyanya Media berbasis budaya lokal
diciptakan kondisi agar siswa selalu aktif memiliki peran dalam proses
untuk ingin tahu sehingga pembelajaran pembelajaran IPA di sekolah dasar. Peran
merupakan kegiatan investigasi terhadap tersebut dapat dilihat dari budaya lokal
alam sekitar. yang mampu tercermin dari sebagain
Sesuai dengan kurikulum 2013, besar konten pembelajaran IPA SD sesuai
pembelajaran IPA di sekolah dasar jabaran kompetensi dasar dalam
terintegrasi dengan mata pelajaran lainnya Kurikulum 2013 di sekolah dasar. Jabaran
dalam pembelajaran tematik. kompetensi dasar tersebut tercermin pada
Pembelajaran IPA dalam kurikulum tema pembelajaran IPA khususnya siswa
tersebut diperoleh siswa pada kelas IV, V, kelas IV SD, yaitu tema I tentang Bunyi,
dan VI. Ruang lingkup materi mata tema II tentang Energi, tema III tentang
pelajaran IPA di sekolah dasar mencakup Tumbuhan dan Hewan, tema IV tentang
enam lingkup sains yaitu kerja ilmiah dan Sumber Daya Alam, tema V tentang
keselamatan kerja, makhluk hidup dan Cahaya, tema VI tentang Hubungan
sistem kehidupan (bagian tubuh manusia Bentuk dan Fungsi Bagian Tubuh Hewan
dan perawatannya, makhluk hidup di dan Tumbuhan, tema VII tentang Gaya
sekitarnya, tumbuhan, hewan, dan dan Manfaatnya, tema VIII tentang Gaya
manusia), energi dan perubahannya (gaya dan Gerak, serta tema IX tentang Siklus
dan gerak, sumber energi, bunyi, cahaya, Hidup Makhluk Hidup dan Pelestariannya
sumber daya alam, suhu dan kalor, (Kemendikbud, 2016). Meskipun
rangkaian listrik dan magnet), materi dan pembelajaran di sekolah dasar berbentuk
perubahannya (ciri benda, penggolongan pembelajaran tematik, namun
materi perubahan wujud), bumi dan alam pembelajaran IPA tetap memegang peran
semesta (rotasi dan revolusi bumi, cuaca penting sehingga dalam proses
dan musim, dan sistem tata surya), serta pembelajarannya haruslah kontekstual
sains, lingkungan, teknologi, dan melalui pengenalan budaya lokal.
masyarakat (dampak perubahan musim Berdasarkan paparan di atas,
terhadap kegiatan sehari-hari, lingkungan pembelajaran IPA di sekolah dasar kelas
dan kesehatan, dan sumber daya alam). IV tema I tentang Bunyi yang membahas
Berdasarkan uraian pembelajaran sifat-sifat bunyi, syarat terjadinya bunyi,
IPA di sekolah dasar tersebut, terlihat sumber bunyi, cara menghasilkan bunyi,
bahwa pembelajaran IPA bersifat dan telinga sebagai indera pendengar
kontekstual. Oleh karena itu, guru dapat dibahas melalui budaya lokal Bali
diharapkan mampu mengemas berupa alat musik tradisional Bali seperti
pembelajaran IPA agar senantiasa dekat gong kebyar, bleganjur, angklung, rindik,
dengan lingkungan sekitar salah satunya gender, maupun seruling. Pada
dengan menerapkan pembelajaran IPA pembelajaran ini, siswa diharapkan
berbasis budaya lokal. Ini penting untuk mampu memahami: (i) cara menghasilkan
diterapkan agar siswa mengetahui budaya bunyi beberapa alat musik tradisional
lokal yang ada di sekitarnya dalam Bali, (ii) alat musik tradisional Bali
mempelajari IPA. merupakan sumber bunyi, (iv) bunyi
berasal dari benda yang bergetar (alat
70 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN 2721-3935
Vol. 1, No. 1, Maret 2020, pp. 65-72

musik tradisional Bali yang dimainkan), yang amat mulia. Walaupun dalam
(v) bunyi mampu merambat hingga dapat tingkatan kesadaran manusia biasa,
didengar, (v) jenis rentang frekuensi manusia juga diberikan kuasa untuk
bunyi. menebang atau memanfaatkan pepohonan
Tema II tentang Energi yang itu untuk dipergunakan dalam kehidupan
membahas sumber energi dan perubahan (Sudarsana, 2017: 2). Menurut Lontar
bentuk energi, macam-macam sumber Sundarigama, Tumpek Kandang adalah
energi (matahari), berbagai perubahan upacara selamatan untuk binatang-
bentuk energi (angin), macam-macam binatang, binatang yang disembelih dan
sumber energi alternatif, dan manfaat binatang piaraan, hakekatnya ialah untuk
energi alternatif dapat dibahas melalui memuja Tuhan Yang Maha Esa, Siwa
budaya lokal Bali berupa penggunaan yang disebut Rare Angon, penggembala
jalikan pada dapur tradisional. Pada makhluk. Bersandarkan kutipan ini, tegas
pembelajaran ini, siswa mampu bahwa yang dipuja adalah Tuhan Yang
memahami: (i) perubahan bentuk energi Maha Esa, bukan memuja binatang,
yang terjadi pada penggunaan jalikan, (ii) demikian pula terhadap senjata-senjata,
kayu bakar sebagai sumber energi pada tumbuh-tumbuhan, gamelan dan lain
jalikan, dan (iii) energi alternatif yang sebagainya. Dalam ajaran agama Hindu,
dapat digunakan pada jalikan seperti keharmonisan hidup dengan semua
bambu bekas, tempurung kelapa, ranting makhluk dan alam semesta senantiasa
dan daun kering, serta yang lainnya. diamanatkan (Sudarsana, 2017: 2). Proses
Tema III dan VI tentang Tumbuhan pembelajaran pada tema ini, pembahasan
dan Hewan yang membahas bagian- tentang tumbuhan akan bersesuaian
bagian tumbuhan dan fungsinya, manfaat dengan konten lokal Tumpek Wariga dan
tumbuhan bagi manusia, tempat hidup pembahasan tentang hewan akan
tumbuhan, bagian-bagian tubuh hewan bersesuaian dengan konten lokal Tumpek
dan fungsinya, habitat hidup hewan, Kandang.
kegunaan hewan bagi manusia, hewan- Tema IV dan IX tentang Sumber
hewan langka, keseimbangan dan Daya Alam dan Siklus hidup makhluk
pelestarian lingkungan, serta hubungan hidup yang membahas keseimbangan
antara bentuk dan fungsi bagian tubuh pelestarian sumber daya alam, pengertian
hewan dan tumbuhan dapat dibahas sumber daya alam, macam-macam
melalui budaya lokal Bali tentang konsep sumber daya alam, upaya keseimbangan
Tumpek Wariga dan Tumpek Kandang. dan pelestarian sumber daya alam, siklus
Tumpek Wariga adalah upacara selamatan hidup, metamorfosis, serta upaya
dengan menghaturkan sesajen kepada pelestarian beberapa makhluk hidup di
tumbuh-tumbuhan sebagai bentuk rasa lingkungan sekitar dapat dibahas melalui
syukur manusia atas segala kelimpahan budaya lokal Bali tentang konsep Tri Hita
makanan dan fungsi lain dari tumbuh- Karana. Secara etimologis bahasa
tumbuhan. Pelaksanaan hari Tumpek Sansekerta istilah tri Hita Karana berasal
Wariga sangat penting untuk melestarikan dari kata “tri, hita, dan karana”. Tri artinya
lingkungan. Oleh karena itu, menyayangi tiga, Hita artinya bahagia dan Karana
dan melindungi keberadaan tumbuh- artinya penyebab. Jadi, Tri Hita Karana
tumbuhan adalah sikap dan sifat manusia berarti tiga penyebab kebahagiaan.
ISSN 2721-3935 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar 71
Vol. 1, No. 1, Maret 2020, pp. 65-72

Bagian-bagian dari Tri Hita Karana adalah kegiatan matekap oleh petani dan berbagai
Parhyangan, Pawongan, dan Palemahan. jenis Tari Bali. Kegiatan matekap oleh
Parhyangan adalah tempat pemujaan petani menunjukkan beberapa jenis gaya
Hindu sebagai media bagi umat Hindu yang bekerja, yaitu gaya otot, gaya
untuk menghubungkan diri dengan Tuhan. gesekan, gaya berat, dan yang lainnya.
Pawongan adalah media untuk Gaya yang dimaksud dalam kasus ini
membangun hubungan harmonis dengan yakni gaya yang menyebabkan sapi
sesama manusia. Palemahan adalah media bergerak saat matekap dan mampu
untuk membangun hubungan yang penuh menggemburkan tanah sawah. Selain itu,
kasih manusia kepada alam konsep gaya dan gerak juga dapat dibahas
lingkungannya. Ketiga bagian tersebut melalui berbagai jenis Tari Bali. Pada
menunjukkan adanya keseimbangan pembelajaran dengan tema ini, siswa
hubungan manusia dengan Tuhan, dapat memahami konsep materi
manusia dengan sesama manusia, dan pembelajaran sekaligus juga mengetahui
manusia dengan alam yang mewujudkan budaya lokal yang ada di sekitarnya.
tiga lingkungan hidup, yaitu lingkungan
rohani di Parhyangan, lingkungan sosial di PENUTUP
Pawongan, dan lingkungan alam di Media merupakan pengantar yang
Palemahan (Wiana, 2007: 23) . sangat diperlukan dalam berkomunikasi
Pembelajaran pada tema ini ketiga bagian khususnya dalam proses pembelajaran.
dari Tri Hita Karana sangat berkaitan Media yang baik tentu akan memberikan
dengan sumber daya alam dan siklus capaian pembelajaran yang optimal
hidup makhluk hidup. kepada siswa. Oleh karena itu, diperlukan
Tema V tentang Cahaya yang media yang dekat dengan keseharian
membahas cahaya dan penglihatan serta siswa yakni media berbasis budaya lokal.
cahaya dan cermin dapat dibahas melalui Media ini mampu menjembatani siswa
budaya lokal Bali tentang Hari Raya Suci dalam mempelajari konten pembelajaran
berdasarkan kedudukan Matahari, Bumi, IPA khususnya siswa SD kelas IV. Hal ini
dan Bulan. Pada pembelajaran ini, siswa dikarenakan fenomena IPA dan budaya
memahami: (i) sinar matahari merupakan lokal sangat erat dengan keseharian siswa.
salah satu sumber cahaya, (ii) indera mata Jadi, melalui kegiatan ini siswa mampu
mampu berfungsi dengan baik dengan memahami konten pembelajaran IPA dan
adanya cahaya, (iii) sifat cahaya yang sekaligus mengetahui berbagai budaya
merambat lurus dapat dibahas melalui lokal yang ada di sekitarnya.
kedudukan Matahari, Bumi, Bulan, dan
fase-fase Bulan, serta perhitungan rentang DAFTAR PUSTAKA
waktu Purnama dan Tilem melalui fase- Asy‟ari, M. 2006. Penerapan Pendekatan
fase Bulan. Sains-Teknologi-Masyarakat
Tema VII dan VIII tentang Gaya Dalam Pembelajaran Sains di
dan Gerak yang membahas pengertian Sekolah Dasar. Yogyakarta:
gaya, macam-macam gaya, manfaat gaya, Universitas Sanata Dharma.
pengertian gerak, dan pengaruh gaya Darmodjo, H. 1993. Pendidikan IPA.
terhadap gerak benda dapat dibahas Jakarta: Depdikbud.
melalui budaya lokal Bali tentang
72 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN 2721-3935
Vol. 1, No. 1, Maret 2020, pp. 65-72

Dwihartanti, M. 2004. Komunikasi yang Bali. Jurnal Studi Agama-agama


Efektif. Makalah. Pengabdian dan Lintas Budaya. Volume 2
Kepada Masyarakat Tahun 2004. Nomor 1. Hlm 1 s/d 7.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/fil Sugianti, A. 2012. Modul Pelatihan Calon
es/pengabdian/ muslikhah- Pelatih Pendidikan Anak Usia Dini
dwihartanti-mpd/komunikasi-yang- Angkatan II: Pembelajaran
efektif.pdf (diunduh 16 Februari Berbasis Budaya Lokal. Semarang:
2020). Pusat Pengembangan Pendidikan
Falahudin, I. 2014. Pemanfaatan Media Non Formal dan Informal.
dalam Pembelajaran. Jurnal Suherman, Y. 2009. Pengembangan
Lingkar Widyaiswara. Volume 1 Media Pembelajaran bagi ABK.
Nomor 4. Hlm 104 s/d 117. ISSN: Makalah. Diklat Profesi Guru PLB
2355-4118. X Jawa Barat.
Fenny, O. 2016. Upaya Komunikasi http://file.upi.edu/Direktori/FIP/
Interpersonal Kepala Desa dalam JUR._PEND._LUAR_BIASA/1966
Memediasi Kepentingan PT. Bukit 10251993031-
Borneo Sejahtera dengan YUYUS_SUHERMAN/I._
Masyarakat Desa Long Lunuk. e- Makalah/Pengembangan_media
Journal Ilmu Komunikasi. Volume 4 _Pembelajaran.pdf (diunduh 16
Nomor 1. Hlm 239 s/d 253. Februari 2020).
Fitriani, F. H., Parmin, & Akhlis, I. 2013. Sulistyorini, S. & Supartono. 2007. Model
Pengembangan Media Pembelajaran IPA Sekolah Dasar
Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis dan Penerapannya dalam KTSP.
Komputer pada Tema Bunyi Yogyakarta: Tiara Wacana.
Melalui Lesson Study untuk Kelas Sulthon. 2016. Pembelajaran IPA yang
VIII. Unnes Science Educational Efektif dan Menyenangkan bagi
Journal. Volume 2 Nomor 1. Hlm Siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI).
320 s/d 328. ISSN 2252-6609. Elementary. Volume 4 Nomor 1.
Kemendikbud, 2016. Silabus Sekolah Hlm 38 s/d 54.
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah Wiana, I K. 2007. Tri Hita Karana
(SD/MI) Tematik Terpadu. Jakarta: Menurut Konsep Hindu. Surabaya:
Kementerian Pendidikan dan Paramita
Kebudayaan. Wursanto, I. 2001. Ilmu Komunikasi Teori
Maryati, K. & Suryawati, J. 2013. dan Praktek. Yogyakarta: Kanisius
Sosiologi dan Antropologi untuk Winia, I. N., Harsananda, H., Maheswari,
SMA dan MA Kelas X. Jakarta: Esis P. D., Juniartha, M. G., &
Samatowa, U. 2006. Bagaimana Primayana, K. H. (2020). Building
Membelajarkan IPA di Sekolah The Youths Characters Through
Dasar. Jakarta: Departemen Strengthening Of Hindu Religious
Pendidikan Nasional. Education. Vidyottama Sanatana:
Sudarsana, I K. 2017. Konsep Pelestarian International Journal of Hindu
Lingkungan dalam Upacara Science and Religious Studies, 4(1),
Tumpek Wariga sebagai Media 119-125.
Pendidikan Bagi Masyarakat Hindu
ISSN 2721-3935 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar 73
Vol. 1, No. 1, Maret 2020, pp. 65-72

Primayana, K. H. (2020). Menciptakan


Pembelajaran Berbasis Pemecahan
Masalah Dengan Berorientasi
Pembentukan Karakter Untuk
Mencapai Tujuan Higher Order
Thingking Skilss (HOTS) Pada
Anak Sekolah Dasar. Purwadita:
Jurnal Agama dan Budaya, 3(2),
85-92.
Primayana, K. H., Lasmawan, I. W., &
Adnyana, P. B. (2019).
PENGARUH MODEL
PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL BERBASIS
LINGKUNGAN TERHADAP
HASIL BELAJAR IPA DITINJAU
DARI MINAT OUTDOOR PADA
SISWA KELAS IV. Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran IPA
Indonesia, 9(2), 72-79.

Anda mungkin juga menyukai