KKM ≥75 dengan ketuntasan klasikal dari "medium" yang secara harafiah
88,89%. berarti perantara atau pengantar. Makna
Selain itu, Atun (2016: 44) juga umumnya adalah segala sesuatu yang
mengembangkan media kartun IPA pokok dapat menyalurkan informasi dari
bahasan gaya magnet kelas V di SD sumber informasi kepada penerima
Negeri 1 Sekarsuli. Penelitian ini informasi (Falahudin, 2014: 108). Istilah
menunjukkan media kartun IPA pokok media ini sangat populer dalam bidang
bahasan gaya magnet kelas V di SD komunikasi, yang mana media merupakan
Negeri 1 Sekarsuli layak untuk digunakan apa saja yang mengantarkan atau
dalam proses pembelajaran IPA. Media ini membawa informasi ke penerima
mempunyai kelayakan dalam aspek media informasi. Pada proses belajar mengajar
dan aspek materi. Hasil penilaian terhadap yang pada hakikatnya juga merupakan
media kartun IPA pokok bahasan gaya proses komunikasi, informasi atau pesan
magnet kelas V adalah sebagai berikut: (i) yang dikomunikasikan adalah isi atau
penilaian terhadap media mendapat skor bahan ajar yang telah ditetapkan dalam
akhir 4,27 dengan kategori sangat baik kurikulum, sumber informasi adalah guru,
dan (ii) penilaian terhadap materi penulis buku atau tadul, perancang dan
mendapat skor 4,32 dengan kategori pembuat media pembelajaran lainnya
sangat baik. Hasil uji coba kepada siswa sedangkan penerimaan informasi adalah
mendapat perolehan skor total rata-rata siswa atau warga belajar (Suherman,
4,61 dengan kategori “Sangat Baik”. 2009: 65).
Kedua penelitian tersebut Berdasarkan pendapat di atas dapat
menunjukkan bahwa media dalam proses disimpulkan bahwa media adalah suatu
pembelajaran memiliki peran yang sangat benda atau komponen yang dapat
penting. Namun selain optimalisasi digunakan untuk menyalurkan pesan dari
capaian hasil belajar, siswa perlu juga pengirim ke penerima sehingga dapat
diberikan pengetahuan lainnya yang merangsang pikiran, perasaan, perhatian
sebenarnya dekat dengan keseharian siswa dan minat penerima informasi.
dalam proses pembelajaran yakni budaya Budaya lokal menurut Maryati dan
lokal. Hal inilah yang menjadi dasar Suryawati (2013: 105) adalah kebudayaan
pemikiran tentang media berbasis budaya yang dimiliki masyarakat-masyarakat
lokal dalam pembelajaran IPA di sekolah lokal di dalam negara Indonesia.
dasar. Sesuai dengan paparan sebelumnya, Selanjutnya, Sugianti (2012: 8)
tujuan media pembelajaran ini adalah menyatakan bahwa, budaya lokal
untuk meningkatkan capaian hasil belajar merupakan tata cara hidup, adat istiadat,
siswa dan memberikan pengetahuan kebiasaan, tradisi, seni, pemikiran, sistem
kepada siswa tentang budaya lokal yang nilai, cara kerja yang khas dari suatu
erat kaitannya dengan pembelajaran IPA masyarakat atau suku bangsa daerah
di sekolah dasar. tertentu.
Berdasarkan pemaparan di atas,
Kerangka Teori budaya lokal merupakan perilaku positif
Media Berbasis Budaya Lokal manusia dalam berhubungan dengan alam
Istilah media berasal dari bahasa dan lingkungan sekitar yang dapat
Latin yang merupakan bentuk jamak bersumber dari nilai-nilai, agama, adat
68 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN 2721-3935
Vol. 1, No. 1, Maret 2020, pp. 65-72
istiadat, petuah nenek moyang atau gejala alam. Selanjutnya, IPA sebagai
budaya setempat, yang terbangun secara suatu produk adalah upaya manusia untuk
alamiah dalam suatu komunitas memahami berbagai gejala alam yang
masyarakat untuk dapat beradaptasi berupa prinsip-prinsip, teori-teori, hukum-
dengan lingkungan sekitarnya. hukum, konsep-konsep maupun faktor-
Media berbasis budaya lokal dalam faktor yang kesemuanya ditujukan untuk
kajian ini merupakan suatu perantara menjelaskan tentang berbagai gejala alam
informasi dalam proses pembelajaran sebagai faktor IPA dapat mengubah sikap
yang didasarkan atas perilaku positif dan pandangan manusia terhadap semesta.
manusia yang bersumber dari nilai-nilai, Berdasarkan uraian di atas, IPA
agama, adat istiadat, dan petuah nenek sebenarnya memiliki empat unsur utama
moyang. Media ini diperlukan dalam (Sulthon, 2016: 45). (i) Sikap, yaitu rasa
proses pembelajaran guna meningkatkan ingin tahu tentang benda, fenomena alam,
pemahaman terhadap konten makhluk hidup, serta hubungan sebab
pembelajaran dan meningkatkan akibat yang menimbulkan masalah baru
pengetahuan pebelajar terhadap budaya yang dapat dipecahkan melalui prosedur
yang ada di sekitarnya. Media berbasis yang benar. (ii) Proses, yaitu prosedur
budaya lokal yang diterapkan dapat pemecahan masalah melalui metode
berupa LKS (Lembar Kerja Siswa) dan ilmiah; metode ilmiah meliputi
bahan ajar. penyusunan hipotesis, perancangan
eksperimen atau percobaan, evaluasi,
Pembelajaran IPA SD pengukuran, dan penarikan kesimpulan.
Samatowa (2006: 16) menyatakan (iii) Produk, yaitu berupa fakta, prinsip,
bahwa IPA merupakan ilmu yang teori, dan hukum. (iv) Aplikasi, yaitu
berhubungan dengan gejala alam dan penerapan metode ilmiah dan konsep IPA
kebendaan yang sistematis, tersusun dalam kehidupan sehari-hari.
secara teratur, berlaku umum yang berupa Keempat unsur utama yang
kumpulan dari hasil observasi dan dipaparkan di atas, IPA sebagai salah satu
eksperimen. Selanjutnya, Sulistyorini dan pembelajaran di sekolah dasar
Supartono (2007: 9-10) memaparkan memberikan peluang siswa untuk melatih
bahwa pada hakikatnya IPA dipandang kemampuannya dalam berpikir kritis dan
dari segi produk, proses, dan objektif. Oleh karena itu, tujuan
pengembangan sikap. Ketiga dimensi pembelajaran IPA di SD hendaknya
tersebut saling terkait. Ini berarti bahwa menekankan pencapaian kecakapan
proses belajar-mengajar IPA seharusnya proses dan penguasaan materi IPA. Hal ini
mengandung ketiga dimensi IPA tersebut. dikarenakan, kecakapan proses
IPA adalah suatu body of knowledge yang merupakan kecakapan prasyarat yang
telah diuji, yang dapat diekspresikan harus dimiliki siswa agar dapat
dalam bentuk perangkat prinsip-prinsip mempelajari bidang studi lainnya. Tujuan
umum. pembelajaran IPA tersebut dapat tercapai
Sejalan dengan pendapat di atas, apabila dalam proses pembelajaran siswa
Darmodjo (1993: 5) mengemukakan selalu aktif memperoleh pengetahuannya
bahwa IPA sebagai suatu proses adalah sendiri melalui proses sains. Hal itu
upaya manusia untuk memahami berbagai sejalan dengan pendapat Asy‟ari (2006:
ISSN 2721-3935 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar 69
Vol. 1, No. 1, Maret 2020, pp. 65-72
musik tradisional Bali yang dimainkan), yang amat mulia. Walaupun dalam
(v) bunyi mampu merambat hingga dapat tingkatan kesadaran manusia biasa,
didengar, (v) jenis rentang frekuensi manusia juga diberikan kuasa untuk
bunyi. menebang atau memanfaatkan pepohonan
Tema II tentang Energi yang itu untuk dipergunakan dalam kehidupan
membahas sumber energi dan perubahan (Sudarsana, 2017: 2). Menurut Lontar
bentuk energi, macam-macam sumber Sundarigama, Tumpek Kandang adalah
energi (matahari), berbagai perubahan upacara selamatan untuk binatang-
bentuk energi (angin), macam-macam binatang, binatang yang disembelih dan
sumber energi alternatif, dan manfaat binatang piaraan, hakekatnya ialah untuk
energi alternatif dapat dibahas melalui memuja Tuhan Yang Maha Esa, Siwa
budaya lokal Bali berupa penggunaan yang disebut Rare Angon, penggembala
jalikan pada dapur tradisional. Pada makhluk. Bersandarkan kutipan ini, tegas
pembelajaran ini, siswa mampu bahwa yang dipuja adalah Tuhan Yang
memahami: (i) perubahan bentuk energi Maha Esa, bukan memuja binatang,
yang terjadi pada penggunaan jalikan, (ii) demikian pula terhadap senjata-senjata,
kayu bakar sebagai sumber energi pada tumbuh-tumbuhan, gamelan dan lain
jalikan, dan (iii) energi alternatif yang sebagainya. Dalam ajaran agama Hindu,
dapat digunakan pada jalikan seperti keharmonisan hidup dengan semua
bambu bekas, tempurung kelapa, ranting makhluk dan alam semesta senantiasa
dan daun kering, serta yang lainnya. diamanatkan (Sudarsana, 2017: 2). Proses
Tema III dan VI tentang Tumbuhan pembelajaran pada tema ini, pembahasan
dan Hewan yang membahas bagian- tentang tumbuhan akan bersesuaian
bagian tumbuhan dan fungsinya, manfaat dengan konten lokal Tumpek Wariga dan
tumbuhan bagi manusia, tempat hidup pembahasan tentang hewan akan
tumbuhan, bagian-bagian tubuh hewan bersesuaian dengan konten lokal Tumpek
dan fungsinya, habitat hidup hewan, Kandang.
kegunaan hewan bagi manusia, hewan- Tema IV dan IX tentang Sumber
hewan langka, keseimbangan dan Daya Alam dan Siklus hidup makhluk
pelestarian lingkungan, serta hubungan hidup yang membahas keseimbangan
antara bentuk dan fungsi bagian tubuh pelestarian sumber daya alam, pengertian
hewan dan tumbuhan dapat dibahas sumber daya alam, macam-macam
melalui budaya lokal Bali tentang konsep sumber daya alam, upaya keseimbangan
Tumpek Wariga dan Tumpek Kandang. dan pelestarian sumber daya alam, siklus
Tumpek Wariga adalah upacara selamatan hidup, metamorfosis, serta upaya
dengan menghaturkan sesajen kepada pelestarian beberapa makhluk hidup di
tumbuh-tumbuhan sebagai bentuk rasa lingkungan sekitar dapat dibahas melalui
syukur manusia atas segala kelimpahan budaya lokal Bali tentang konsep Tri Hita
makanan dan fungsi lain dari tumbuh- Karana. Secara etimologis bahasa
tumbuhan. Pelaksanaan hari Tumpek Sansekerta istilah tri Hita Karana berasal
Wariga sangat penting untuk melestarikan dari kata “tri, hita, dan karana”. Tri artinya
lingkungan. Oleh karena itu, menyayangi tiga, Hita artinya bahagia dan Karana
dan melindungi keberadaan tumbuh- artinya penyebab. Jadi, Tri Hita Karana
tumbuhan adalah sikap dan sifat manusia berarti tiga penyebab kebahagiaan.
ISSN 2721-3935 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar 71
Vol. 1, No. 1, Maret 2020, pp. 65-72
Bagian-bagian dari Tri Hita Karana adalah kegiatan matekap oleh petani dan berbagai
Parhyangan, Pawongan, dan Palemahan. jenis Tari Bali. Kegiatan matekap oleh
Parhyangan adalah tempat pemujaan petani menunjukkan beberapa jenis gaya
Hindu sebagai media bagi umat Hindu yang bekerja, yaitu gaya otot, gaya
untuk menghubungkan diri dengan Tuhan. gesekan, gaya berat, dan yang lainnya.
Pawongan adalah media untuk Gaya yang dimaksud dalam kasus ini
membangun hubungan harmonis dengan yakni gaya yang menyebabkan sapi
sesama manusia. Palemahan adalah media bergerak saat matekap dan mampu
untuk membangun hubungan yang penuh menggemburkan tanah sawah. Selain itu,
kasih manusia kepada alam konsep gaya dan gerak juga dapat dibahas
lingkungannya. Ketiga bagian tersebut melalui berbagai jenis Tari Bali. Pada
menunjukkan adanya keseimbangan pembelajaran dengan tema ini, siswa
hubungan manusia dengan Tuhan, dapat memahami konsep materi
manusia dengan sesama manusia, dan pembelajaran sekaligus juga mengetahui
manusia dengan alam yang mewujudkan budaya lokal yang ada di sekitarnya.
tiga lingkungan hidup, yaitu lingkungan
rohani di Parhyangan, lingkungan sosial di PENUTUP
Pawongan, dan lingkungan alam di Media merupakan pengantar yang
Palemahan (Wiana, 2007: 23) . sangat diperlukan dalam berkomunikasi
Pembelajaran pada tema ini ketiga bagian khususnya dalam proses pembelajaran.
dari Tri Hita Karana sangat berkaitan Media yang baik tentu akan memberikan
dengan sumber daya alam dan siklus capaian pembelajaran yang optimal
hidup makhluk hidup. kepada siswa. Oleh karena itu, diperlukan
Tema V tentang Cahaya yang media yang dekat dengan keseharian
membahas cahaya dan penglihatan serta siswa yakni media berbasis budaya lokal.
cahaya dan cermin dapat dibahas melalui Media ini mampu menjembatani siswa
budaya lokal Bali tentang Hari Raya Suci dalam mempelajari konten pembelajaran
berdasarkan kedudukan Matahari, Bumi, IPA khususnya siswa SD kelas IV. Hal ini
dan Bulan. Pada pembelajaran ini, siswa dikarenakan fenomena IPA dan budaya
memahami: (i) sinar matahari merupakan lokal sangat erat dengan keseharian siswa.
salah satu sumber cahaya, (ii) indera mata Jadi, melalui kegiatan ini siswa mampu
mampu berfungsi dengan baik dengan memahami konten pembelajaran IPA dan
adanya cahaya, (iii) sifat cahaya yang sekaligus mengetahui berbagai budaya
merambat lurus dapat dibahas melalui lokal yang ada di sekitarnya.
kedudukan Matahari, Bumi, Bulan, dan
fase-fase Bulan, serta perhitungan rentang DAFTAR PUSTAKA
waktu Purnama dan Tilem melalui fase- Asy‟ari, M. 2006. Penerapan Pendekatan
fase Bulan. Sains-Teknologi-Masyarakat
Tema VII dan VIII tentang Gaya Dalam Pembelajaran Sains di
dan Gerak yang membahas pengertian Sekolah Dasar. Yogyakarta:
gaya, macam-macam gaya, manfaat gaya, Universitas Sanata Dharma.
pengertian gerak, dan pengaruh gaya Darmodjo, H. 1993. Pendidikan IPA.
terhadap gerak benda dapat dibahas Jakarta: Depdikbud.
melalui budaya lokal Bali tentang
72 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN 2721-3935
Vol. 1, No. 1, Maret 2020, pp. 65-72