Anda di halaman 1dari 2

Sejarah Lembaga Negara

1 Sejarah lembaga pasca kemerdekaan

Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945. Setelah teks proklamasi dibacakan, para pendiri negara
Indonesia berkumpul dan Menyusun Undang-undang Dasar 1945

A. UUD 1945 (periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949)

Pada periode ini Indonesia belum memiliki lembaga negara. Semua fungsi lembaga negara di
jalankan oleh Presiden dan di bantu oleh komite nasional. Hal tersebut tercantum dalam pasal VI
peralihan UUD 1945.

B. Konstitusi Republik Indonesia Serikat (periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950)

Pada periode ini, pemerintah menerapkan sistem parlementer atas konsekuensi di sepakatinya
konversi meja bundar. Di mana hal tersebut, Konstitusi Republik Indonesia di posisi tertinggi
sedangkan Mahkamah Agung, BPK, Presiden, Menteri-menteri, DPR dan Senat berada dalam posisi
yang sejajar.

C. UUD Sementara 1950 (periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959)

Negara serikat tak bertahan lama hanya 8 bulan. Setelah itu Indonesia kembali ke UUD 1945 yang
mengalami perubahan menjadi UUD Sementara 1950 yang berada di posisi tertinggi. Di bawahnya
ada sejumlah Lembaga negara, diantaranya Badan Konstituante, Majelis Perubahan Undang-undang,
DPR sementara, Presiden dan wakil presiden, Menteri, Mahkamah Agung dan Dewan Pengawas
Keuangan.

Dalam sistem Lembaga negara ini, DPR sementara dimana adalah senat yang dibubarkan dan diganti
funginya menjadi parlemen. Dalam periode ini pula diselenggarakan Pemilihan Umum pertama di
Indonesia dan dinilai yang paling demokratis, yakni pada 1955.

D. UUD 1945 (periode 1950 – 1971)

Dengan dikeluarkannya Dekrit presiden 1950, maka dasar negara Indonesia kembali pada UUD 1945.
Dimana UUD 1945 di posisi paling atas serat di bawahnya ada Majelis Permusyawaratan rakyat, lalu
dibawahnya ada Mahkamah Agung, Dewan pertimbangan Agung, Presiden, DPR Gotong Royong dan
Badan pemeriksa Keuangan. Sementara Badan Konstituante yang telah dibentuk sebelumnya
dibubarkan.

2. Lembaga Negara di Era Orde Baru


Orde baru di mulai sejak di lantiknya Jendral Soeharto sebagai Presiden pada 1968. Pada periode ini,
pemerintahan bertekad melaksanakan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Hanya saja ada
perubahan struktur kepresidenan, Lembaga tersebut diberikan kekuasaan penuh dan dominan,
sesuai pasal 5 ayat 1 UUD 1945 yang menyebutkan Presiden memegang kekuasaan membentuk
Undang-undang.

Pada periode ini pula, presiden dipilih oleh MPR namun tidak tunduk dan bertanggung jawab pada
DPR. Begitu dominan dan sentralnya posisi presiden, pada periode ini, kepala negara tersebut dapat
dipilih secara berulang-ulang. Ini yang membuat Presiden Soeharto bisa terpilih secara enam kali
berturut-turut. Sementara wakil presiden hanya bisa dipilih sekali.
3. Lembaga Negara di Era Reformasi
Setelah 32 tahun berkuasa, Presiden Soeharto turun jabatannya pada tahun 1998 menandakan
berakhirnya era Orde Baru dan berganti menjadi era Reformasi. Pada era ini, UUD 1945 telah
mengalami empat kali amandemen. Amandemen tersebut dilakukan tepatnya pada kurun waktu
1999 hingga 2002.

Pada amandemen pertama, sejumlah pasal yang terkait dengan Lembaga kepresidenan diubah.
Alhasil kekuasaan presiden berkurang, termasuk dalam hal masa jabatan yang dibatasi maksimal
hanya dua kali. Amandemen pertama ini juga mengembalikan hal legislasi pada DPR. Amandemen ke
dua hingga keempat banyak mengubah pasal-pasal yang terkait pemilihan umum, ha asasi manusia,
kekuasaan kehakiman, hingga pembatasan wewenang presiden dan wakil presiden. Keempat
amandemen tersebut juga melahirkan sejumlah lembaga negara baru, seperti Komisi Yudisial, Komisi
Pemberantasan Korupsi dan Mahkamah Konstitusi yang dibentuk berdasarkan Undang-undang Dasar
1945.

Anda mungkin juga menyukai