3775 9419 1 SM
3775 9419 1 SM
, et al.)
KOMPOSISI JENIS, PENYEBARAN, DAN KEPADATAN STOK IKAN DEMERSAL LAUT DALAM
DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA SELATAN JAWA DAN BARAT SUMATERA
Ali Suman1), Budi Iskandar Prisantoso1), Fayakun Satria1), dan Enjah Rahmat2)
1)
Peneliti pada Pusat Riset Perikanan Tangkap, Ancol-Jakarta
2)
Teknisi Litkayasa pada Balai Riset Perikanan Laut, Muara Baru-Jakarta
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengkaji komposisi jenis, penyebaran, dan kepadatan stok ikan demersal laut
di perairan ZEEI selatan Jawa dan barat Sumatera. Data yang dianalisis merupakan hasil survei yang dilakukan
bulan September sampai dengan Oktober 2004 dengan menggunakan K.M. Baruna Jaya IV. Estimasi kepadatan
stok dilakukan dengan menggunakan metode sapuan dengan pengambilan contoh acak bertingkat. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa komposisi jenis ikan demersal laut dalam di perairan selatan Jawa terdiri atas
169 spesies ikan, 31 spesies krustasea, dan 20 spesies Chepalopoda. Komposisi hasil tangkapan ikan
didominasi oleh ikan ashiro (Lamprogrammus niger) sekitar 45% dan ikan layur (Trichiurus lepturus) sekitar
22%. Di perairan barat Sumatera ditemukan komposisi jenis hasil tangkapan meliputi 281 spesies ikan, 42
spesies krustasea, dan beberapa spesies Chepalopoda serta jenis yang dominan adalah ikan ashiro
(Lamprogrammus niger) sekitar 20% dan Hoplosthethus sp. sekitar 17%. Jenis ikan demersal laut dalam yang
memiliki penyebaran paling luas adalah Chlorophtalmus nigromarginatus di perairan selatan Jawa dan
Diretmoides pauciradiatus di perairan barat Sumatera. Kelimpahan stok ikan demersal laut dalam tertinggi
ditemui pada kedalaman 700 sampai dengan 1.100 m dan terendah didapatkan pada kedalaman 200 sampai
dengan 400 m. Kepadatan stok ikan demersal laut dalam berkisar antara 0,8 sampai dengan 39,9 ton km-2 di
perairan selatan Jawa dan berkisar 0,2 sampai dengan 7,4 ton km-2 di perairan barat Sumatera.
KATA KUNCI: jenis kompisisi, penyebaran, kepadatan stok, ikan demersal laut dalam, Samudera
Hindia
ABSTRACT: Species composition, distribution, and stock density of deep sea demersal fish in the
southern Java and western Sumatera of the Indian Ocean. By: Ali Suman, Fayakun
Satria, and Enjah Rahmat
The objective of this research is to study species composition, distribution, and stock density of deep sea
demersal fish in the southern Java and western Sumatera of the Indian Ocean EEZ waters. The study was
done based on the data collected from the survey conducted between September and October 2004 using
Baruna Jaya IV research vessel. The study was basically conducted by applying swept area method with
stratified random sampling. The results show that the species composition of deep sea demersal in southern
off Java waters consisted of 169 in fishes, 31 in crustaceans, and 20 in chephalopods. The catch of deep sea
demersal fish was dominated by ashiro (Lamprogrammus niger) about 45% and hair tail (Trichiurus lepturus)
about 22%. Species composition of deep sea demersal fish in west off Sumatera waters consisted of 281
species of fishes, 42 species in crustaceans and some types of chepalopods. The dominant species was
Lamprogrammus niger (ashiro) with about 20% of the total catch and Hoplosthethus sp. with about 17% of
the total catch. The widest species distribution of is resource was Chlorophtalmus nigromarginatus in southern
off Java waters and Diretmoides pauciradiatus in western off Sumatera waters. The highest abundances of
deep sea resources were caught at the depth of 700 to 1,100 m and the lowest at the depth of 200 to 400 m.
Stock density in southern off Java waters was 0.8 to 39.9 ton km-2 and about 0.2 to 7.4 ton km-2 in western off
Sumatera waters.
KEYWORDS: species composition, distribution, stock density, deep sea demersal fish, Indian Ocean
Kosrespondensi penulis:
Jl. Pasir Putih I, Ancol Timur-Jakarta 14430, Telp. (021) 64711940, Fax. (021) 6402640, E-mail: rccf_office@indo.net.id 43
J. Lit. Perikan. Ind. Vol.13 No.1 April 2007: 43-52
ikan demersal tersebut, maka dalam jangka panjang Laut Flores, Selat Makassar, Laut Banda, dan Laut
akan berdampak pada terjadi degradasi stok dan Arafura (George, 1967).
selanjutnya akan mengancam kesinambungan
pemanfaatan sumber daya. Untuk mengantisipasi hal Tulisan ini akan membahas komposisi jenis,
tersebut, maka perlu dilakukan pengembangan penyebaran, dan kepadatan stok ikan demersal laut
pemanfaatan daerah penangkapan dengan mencari dalam di perairan Samudera Hindia sebelah barat
potensi baru sumber daya ikan demersal di perairan Sumatera dan selatan Jawa yang diharapkan dapat
Indonesia. dijadikan sebagai bahan masukan untuk tujuan
pengembangan sumber daya ini serta dasar bagi
pengkajian selanjutnya.
Dalam kaitan tersebut, maka dilakukan kerja sama
penelitian antara pemerintah Indonesia (Departemen
Kelautan dan Perikanan) dan Jepang (Overseas Fishery BAHAN DAN METODE
Coorperation Foundation) untuk mengkaji stok ikan
demersal laut dalam yang diharapkan sebagai potensi Data dan informasi yang diperoleh merupakan
baru pengembangan sumber daya ikan demersal di sebagian dari hasil kerja sama penelitian yang dilakukan
Indonesia. Informasi mengenai sumber daya ikan antara pemerintah Indonesia dan Overseas Fishery
demersal laut dalam di perairan Indonesia sangat Coorperation Foundation Jepang. Pelayaran penelitian
terbatas dan sampai dengan saat ini beberapa penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai dengan
yang telah dilakukan adalah ekspedisi KARUBAR yang Oktober 2004. Wilayah perairan yang menjadi lokasi
bertujuan untuk mengetahui stok ikan demersal laut penelitian adalah perairan Samudera Hindia sebelah
dalam di perairan sekitar Kepulauan Kai, Aru, dan barat Sumatera di luar perairan teritorial Indonesia
Tanimbar (Soselisa et al., 1993) dan ekspedisi Umitaka dengan kedalaman antara 200 sampai dengan 1.100
Maru (Sondita et al., 2004). Penelitian lain dengan kapal m (Gambar 1 dan 2). Pengambilan contoh dilakukan
Korea OH DAE SAN mengatakan tertangkap jenis secara acak bertingkat yaitu wilayah survei dibagi
Solenocera prominentis pada kedalaman 200 m di berdasarkan pada strata kedalaman dan selanjutnya
sebelah selatan Jawa (Anonim us, 1972) serta pada tiap-tiap kedalaman tersebut diambil contoh secara
ditemukan udang penaeid laut dalam di perairan Bali, acak.
-5.5° S
-6.5° S JA V A
-7° S
-7.5° S
Cilacap
JAVA
-8° S 2
13
1212 10 11
9 8 7
-8.5° S
3
6 5 4
INDIAN OCEAN
-9° S
-9.5° S
108° E 108.5° E 109° E 109.5° E 110° E 110.5° E 111° E 111.5° E 112° E 112.5° E 113° E
Gambar 1. Posisi stasiun trawl di perairan Samudera Hindia sebelah selatan Jawa.
Figure 1. Sampling site in south Java of Indian Ocean.
44
Komposisi Jenis, Penyebaran, dan Kepadatan ….. Samudera Hindia Selatan Jawa dan Barat Sumatera (Ali S., et al.)
Longitude
94 96 98 100 102 104 106
6 29
26
27 30
28
25
31 33
4 36 35
32 34
23 24
22
2
Sibolga
21
0
La titud e
Latitud
20
-2 19
-4
17
Remarks:
Gambar 2. Posisi stasiun trawl di perairan Samudera Hindia sebelah barat Sumatera.
Figure 2. Sampling site in western Sumatera of Indian Ocean.
45
J. Lit. Perikan. Ind. Vol.13 No.1 April 2007: 43-52
HASIL DAN BAHASAN sekitar 45% dan ikan layur sekitar 22% (Tabel 1). Di
perairan barat Sumatera terlihat ikan demersal laut
dalam yang tertangkap meliputi 281 spesies ikan, 42
Komposisi Jenis
jenis krustasea, dan beberapa tipe Chepalopoda.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan Hampir sama dengan di perairan selatan Jawa terlihat
demersal laut dalam yang tertangkap di perairan selatan komposisi jenis ikan demersal laut dalam yang
Jawa terdiri atas 169 spesies 31 spesies Crustasea dan tertangkap di perairan barat Sumatera didominasi oleh
20 jenis Chepalopoda. Komposisi hasil tangkapan ikan ashiro (Lamprogrammus niger) sekitar 20% dan
didominasi oleh ikan ashiro (Lamprogrammus niger) Hoplosthethus sp. sekitar 17% (Tabel 1).
Tabel 1. Komposisi jenis ikan demersal laut dalam di perairan selatan Jawa dan barat Sumatera
Table 1. Catch composition of major species of fishes in southern Java and western Sumatera waters
Dari komposisi hasil tangkapan pada Tabel 1 terlihat perairan tersebut. Penelitian di perairan dalam Kai,
bahwa jenis yang mendominasi di perairan selatan Jawa Tanimbar, dan Laut Timor telah menemukan jenis-jenis
berupa ikan layur (Trichiurus lepturus) dan cucut ikan demersal laut dalam sekitar 180 spesies dan yang
(Squalops megalops) yang juga merupakan ikan mendominasi hasil tangkapan sekitar adalah ikan famili
ekonomis penting dan sudah diusahakan di Indonesia. Myctophidae (Soselisa et al., 1993). Hasil ekspedisi
Komposisi jenis yang berlainan ditemukan di perairan Umitaka Maru di perairan selatan Jawa juga telah
barat Sumatera dengan ditemukan jenis ikan demersal menemukan 115 spesies ikan demersal laut dalam dan
laut dalam yang dominan berupa ikan ekonomis penting yang mendominasi adalah ik an pari (fam ili
yaitu Hoplosthethus sp. dan Beryx splendens Plesiobatididae) (Sondita et al., 2004).
(Anonymous, 2006). Ada perbedaan komposisi jenis
hasil tangkapan antara perairan selatan Jawa dan barat Selanjutnya, pengukuran frekuensi panjang ikan
Sumatera diduga karena ada perbedaan dasar perairan demersal laut dalam yang dilakukan terhadap ikan yang
sebagai habitat ikan demersal. Di perairan selatan Jawa dominan tertangkap di perairan selatan Jawa adalah
dasar perairan adalah datar dan cenderung berlumpur sebagai berikut 1) ikan Lamprogrammus niger (ashiro)
sehingga m erupak an habitat utama ikan memiliki kisaran panjang antara 29,5 sampai dengan
Lamprogrammus niger (ashiro), Trichiurus lepturus, 64,5 cm (TL); 2) ikan layur (Trichiurus lepturus) berkisar
Squalops megalops, dan Chlorophtalmus antara 64,5 sampai dengan 79,5 cm (TL); 3) ikan cucut
nigromarginatus. Sementara itu, di perairan barat (Squalops megalops) memiliki kisaran antara 41,5
Sumatera dasar perairan adalah keras dan cenderung sampai dengan 70,5 cm (FL); dan 4) Chlorophtalmus
bergunung-gunung (Wudianto & Satria, 2007) dan nigromarginatus memiliki kisaran antara 13,5 sampai
kondisi yang demikian merupakan habitat yang disukai dengan 19,5 cm (FL). Hasil penelitian di perairan Kai,
ikan Lamprogrammus niger (ashiro), Hoplosthethus sp. Tanimbar, dan Laut Timor juga telah menemukan
Diretmoides pauciradiatus, dan Beryx splendens. Dalam panjang total ik an mata hijau (Chlorophtalmus
hal ini, terdapat suatu pengecualian terhadap ikan ashiro nigromarginatus) berkisar antara 10,5 sampai dengan
yang terlihat dapat beradaptasi terhadap ke-2 tipe dasar 25,0 cm (Rustam et al., 1993). Di perairan barat
46
Komposisi Jenis, Penyebaran, dan Kepadatan ….. Samudera Hindia Selatan Jawa dan Barat Sumatera (Ali S., et al.)
-5.5°S
Remarks:
5
Station with Squalops megalops catches
-6° S
SU
0 KALIMANTAN
M
Station with Chlorophtalmus nigromargilatus catches
AT
SU
ER
LAW
A
ESI
IRIAN JAYA
Station with Ophidiidae catches -5 JAVA SEA
JAVA
Station with Trichiurus lepturus catches
-6.5°S -10 INDIAN OCEAN
-7° S
12 11
10
7
8
-8.5°S 9
6 3
5 4
INDIAN OCEAN
-9° S
-9.5°S
108° E 108.5° E 109° E 109.5° E 110° E 110.5° E 111° E 111.5° E 112° E 112.5° E 113° E
Gambar 3. Penyebaran ikan demersal laut dalam yang dominan di perairan selatan Jawa.
Figure 3. Distribution of dominan species in southern off Java waters.
Terbatas penyebaran ikan ashiro dan ikan layur ikan Lamprogrammusniger sp. sekitar 43%, serta ikan
nampak disebabkan penyebaran ke-2 jenis ini sangat Beryx splendens 35%. Dari indikasi ini terlihat bahwa
dipengaruhi kedalaman. Ikan ashiro hanya dapat ditemui ikan Diretmoides pauciradiatus memiliki penyebaran
pada kedalaman lebih dari 750 m dan ikan layur ditemui paling luas di perairan barat Sumatera yaitu tertangkap
pada kedalaman kurang dari 400 m. Fenomena yang mulai dari perairan barat Lampung sampai dengan
sama ditemukan pada penyebaran ikan ashiro di perairan barat Aceh (Gambar 4). Sementara itu, ikan
perairan Kai, Tanimbar, dan Laut Timor (Soselisa et al., yang agak terbatas penyebaran (frekuensi kejadian
1993) tertangkap hanya 43%) adalah ikan Beryx splendens
yang hanya ditemui pada stasiun penangkapan di dekat
Pulau Enggano dan Pulau Simeulu (Gambar 4). Diduga
Analisis selanjutnya pada Tabel 1, terlihat di perairan
penyebaran ikan ini ada kaitan dengan kesukaan pada
barat Sumatera didapatkan frekuensi kejadian
habitat gunung-gunung di bawah laut (Nakabo, 2002),
tertangkap (occurrence) ikan demersal laut dalam yang
yang di perairan barat Sumatera banyak terdapat di
tertinggi adalah ikan Diretmoides pauciradiatus sekitar
sekitar 2 gugusan pulau-pulau tersebut.(Wudianto &
65%, selanjutnya diikuti Hoplosthethus sp. sekitar 52%,
Satria, 2007).
47
J. Lit. Perikan. Ind. Vol.13 No.1 April 2007: 43-52
Longitude
94 96 98 100 10 2 104 106
6 29
26
27 30
28
25
31 33
4 36 35
32 34
23 24
22
2
Sibolga
21
0
Latitude
20
-2 19
-4
17
Remarks:
Gambar 4. Penyebaran ikan demersal laut dalam yang dominan di perairan barat Sumatera.
Figure 4. Distribution of dominant species in western off Sumatera waters.
Berdasarkan pada strata kedalaman nampak ikan lebih dalam, hanya beberapa jenis tertentu seperti ikan
demersal laut dalam menyebar pada kisaran kedalaman layur (T. lepturus) yang memiliki toleransi untuk hidup
200 sampai dengan 1.100 m. Analisis lebih lanjut tentang di perairan yang lebih dangkal. Hasil penelitian di
penyebaran menurut strata kedalaman, terlihat ikan perairan Kai, Tanimbar, dan Laut Timor menemukan
demersal laut dalam di perairan selatan Jawa dan barat penyebaran ikan demersal laut dalam tertinggi terdapat
Sumatera lebih tinggi pada kedalaman 700 sampai pada kedalaman 1.000 m (Soselisa et al., 1993),
dengan 1.100 m dan yang terendah pada kedalaman sementara di perairan selatan Jawa ditemukan pada
200 sampai dengan 400 m (Gambar 5). Hal ini, diduga kedalaman 400 sampai dengan 900 m (Sondita et al.,
terkait dengan habitat ikan demersal laut dalam yang 2004).
pada umumnya lebih banyak menyukai perairan yang
48
Komposisi Jenis, Penyebaran, dan Kepadatan ….. Samudera Hindia Selatan Jawa dan Barat Sumatera (Ali S., et al.)
70
40
30
20
10
0
200 400 600 800 1000
Depth range (m)
Gambar 5. Penyebaran ikan demersal laut dalam di perairan selatan Jawa dan barat Sumatera menurut
kedalaman perairan.
Figure 5. Distribution of deep sea demersal fish in the south off Java and west off Sumatera waters according
to water depth.
Kepadatan Stok berkisar antara 0,8 sampai dengan 39,9 ton km-2. Stasiun
yang paling rendah kepadatan stok adalah stasiun 10
Dari 36 stasiun pengambilan contoh penangkapan yang terdapat di sebelah selatan Cilacap dan yang
ikan demersal laut dalam yang dilakukan di perairan tertinggi pada stasiun 4 di sebelah selatan Yogyakarta.
selatan Jawa dan barat Sumatera didapatkan kepadatan Secara spasial, terlihat kepadatan stok lebih tinggi di
stok ikan demersal laut dalam seperti tersaji pada Tabel perairan bagian barat yaitu di sekitar perairan selatan
2. Jawa Tengah, bila dibandingkan di bagian barat yang
Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa kepadatan stok meliputi wilayah perairan selatan Jawa Timur (Gambar
ikan demersal laut dalam di perairan selatan Jawa 6).
Tabel 2. Kepadatan stok ikan demersal laut dalam di perairan Samudera Hindia sebelah selatan Jawa dan
barat Sumatera
Table 2. Stock density of deep sea demersal fish in Indian Ocean at south off Java and west off Sumatera
waters
Lokasi/Location Stasiun/Station CPUA (kg km-²) Lokasi/Location Stasiun/Station CPUA (kg km-²)
Southern Java 1 0 (unsuccessful) Western Sumatera 14 7.395
Waters 2 6.936 Waters 15 4.020
3 2.360 16 899
4 39.863 17 365
5 3.143 18 291
6 18.565 24 835
7 8.173 25 367
8 1.007 26 453
9 987 27 223
10 794 28 1.911
11 4.802 29 582
12 22.816 30 2.389
13 5.915 31 821
32 536
33 6.242
34 453
35 846
36 735
19 259
20 470
21 423
22 275
23 342
49
J. Lit. Perikan. Ind. Vol.13 No.1 April 2007: 43-52
Longitude
105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115
Remarks:
-5 CPUA in Southern
Java waters
0 – 1000 kg
1000 – 2000 kg
-6 2000 – 3000 kg
Jakarta
3000 – 4000 kg
4000 – 5000 kg
-7 Bandung
Sem arang > 5000 kg
Latitude
Sura baya
Cilacap
-8
-9
-10
Gambar 6. Kepadatan stok ikan demersal laut dalam di perairan selatan Jawa.
Figure 6. Stock density of deep sea demersal fishes in southern off Java waters.
Selanjutnya, pada Tabel 2 terlihat bahwa kepadatan Lampung. Secara spasial, terlihat kepadatan stok lebih
stok ikan demersal laut dalam di perairan barat tinggi di perairan bagian paling barat (sebelah barat
Sumatera berkisar antara 0,2 ton km -2 (stasiun 22) Pulau Weh) dan paling timur (sebelah barat Lampung),
sampai dengan 7,4 ton km-2 (stasiun 14). Stasiun yang bila dibandingkan di bagian tengah yang meliputi wilayah
paling rendah kepadatan stok terdapat di sebelah barat perairan barat Enggano, Mentawai, Nias, dan Simeulu
Pulau Simeulu dan yang tertinggi di sebelah barat (Gambar 7).
Longitude
94 96 98 100 10 2 104 106
6
2
Sibolga
0
Latitude
-2
Remarks:
CPUA in Western
Sumatera waters
-4
0 – 1000 kg
1000 – 2000 kg
2000 – 3000 kg
3000 – 4000 kg
-6 4000 – 5000 kg
> 5000 kg
Gambar 7. Kepadatan stok ikan demersal laut dalam di perairan barat Sumatera.
Figure 7. Stock density of deep sea demersal fishes in west off Sumatera waters.
50
Komposisi Jenis, Penyebaran, dan Kepadatan ….. Samudera Hindia Selatan Jawa dan Barat Sumatera (Ali S., et al.)
51
J. Lit. Perikan. Ind. Vol.13 No.1 April 2007: 43-52
Naamin, N. 1987. Perikanan laut di Indonesia: Prospek Sondita, M. F. A., Sulistiono, A. Purbayanto, Sudirman,
dan problema pengembangan sumber daya perikanan F. Satria, & M. A. Sofijanto. 2004. Demersal fisheries
laut. Makalah disampaikan pada Seminar Laut resources in Indian Ocean off southern coast of Java
Nasional II. Jakarta. 26 hal. and Bali. Lokakarya Hasil Survei Trawl Sumber Daya
Ikan Laut Dalam di Samudera Hindia. Fakultas
Nakabo, T. 2002. Fishes of Japan with pectorial keys to Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian
the species. Tokai University Press. Book I. 866 p Bogor. Bogor. P II-1–II-16.
Book II. 867-1748.
Rustam, R., J. Soselisa, & Badrudin. 1993. Hubungan Soselisa, J., R. Rustam, & M. Badrudin. 1993.
panjang berat, nisbah kelam in, dan tingkat Penyebaran dan potensi sumber daya ikan demersal
kem atangan ovarium ikan m ata hijau laut dalam di perairan Kai, Tanimbar, dan Laut Timor.
(Chloropthalmus nigromarginatus) di perairan Kai, Jurnal Penelitian Perikanan Laut. No.77. 27-32.
Tanimbar, dan Laut Timor. Jurnal Penelitian
Perikanan Laut. No.77. 33-41.
Sparre, P. & S. C. Venema. 1992. Introduction to tropical
Saeger, J., P. Martosubroto, & D. Pauly. 1976. Fish report fish stock assesment. Part I. Manual. FAO Fish Tech.
of the Indonesia German demersal fisheries project. Pap. No.306/1.
Result of a trawl survey in the Sunda Shelf area.
Laporan Penelitian Perikanan Laut. No.1. 1-46. Wudianto & F. Satria. 2007. Identification of fishing
ground for deep sea demersal fish and it’s possibility
Shindo, S. 1973. General review of the trawl fisheries for fishing development in the Indian Ocean Pusat
and the demersal fish stock of the South China Sea. Riset Perikanan Tangkap. Jakarta (dalam proses
FAO Fish. Tech. Pap. No.120. FAO. Rome. diterbitkan).
52